Referat Ilmu Penyakit Dalam Hal Hal yang

Referat Ilmu Penyakit Dalam
Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan pada Penyakit Campak

Nama : Laurensius Raven Kojansow
Periode 23 November 2015 – 30 Januari 2016
Dokter Pembimbing : dr. Lisa Kurnia Sari SpPD
RSU Bethesda Lempuyangwangi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Campak merupakan salah satu penyakit yang pernah menjadi perhatian dunia pada
dekade lalu. Tingkat penularan campak yang sangat tinggi dengan transmisi melalui udara,
kontak langsung maupun melalui droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan
tidak bergejala. Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan
hingga 5 hari setelah ruam muncul. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak hingga orang
dewasa yang tidak diimunisasi.
Campak menjadi perhatian dunia dikarenakan tingkat penularannya yang tinggi sehingga
dapat menimbulkan outbreak dan komplikasi mengerikan seperti pnemonia dan ensefalitis yang
dapat meningkatkan angka mortalitas

Pada tahun 2000 WHO menyatakan penyakit ini sudah tereradikasi. Tetapi akhir-akhir ini
penyakit ini mulai muncul kembali pada tahun 2015 di Disneyland dan di Indonesia yang
merenggut nyawa seorang dokter internship.
Pada tahun 1964 telah ditemukan vaksin campak. Penemuan vaksin ini berhasil menekan
insiden dari penyakit yang sangat menular. Tetapi pada perjalanannya, ada beberapa pihak yang
tidak menyetujui pemberian vaksin ini dikarenakan efek samping dari vaksin seperti dapat
membuat autis , terkena penyakit tersebut , haram dan lain-lain yang membuat terjadinya
peningkatan insiden dari penyakit ini beberapa waktu yang lalu. Oleh karena itu perlu perjuangan
public health untuk dapat memberi dan mengajak masyarakat dunia untuk mengerti dan paham
dari pentingnya vaksin ini.
Infeksi virus akut ini yang memiliki 3 stadium yaitu (1) Stadium inkubasi yang berkisar
antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala
minimal maupun tidak bergejala, (2) Stadium prodromal yang menunjukkan gejala demam,
konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa

(bercak Koplik), dan (3) Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular
yang didahului dengan meningkatnya suhu badan..
Insidensi campak di Indonesia dari tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan dan
penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 terdapat 14.500, 2005 19.000 kasus, 2006
21.000 kasus, 2007 7000 kasus dan tahun 2008 terdapat ±1000 kasus dengan rentan usia 0 – 18.

Jakarta merupakan provinsi dengan kasus tertinggi setiap tahunnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Campak berasal dari paramyxovirus, genus morbillivirus memiliki diameter120-250 nm
dan dua protein membran yang penting dalam patogenesis. Protein F (fusi) protein,yang
bertanggung jawab untuk fusi virus dan sel inang membran, penetrasi virus, dan hemolisis, dan
H (hemagglutinin) protein, yang bertanggung jawab untuk adsorpsi infromasi virus ke sel. Hanya
ada satu jenis antigen virus campak. Meskipun penelitian telah mendokumentasikan perubahan
dalam glikoprotein H,perubahan ini tidak tampak epidemiologis penting.Virus campak cepat
mati oleh panas, sinar matahari, asam pH, eter, dan tripsin. Memiliki waktu hidup yang singkat
(kurang dari 2 jam) di udara atau pada objek dan permukaan.1
2.2 Etiologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus,
saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan proliferasi
dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak
ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari
penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley
yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan

(2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas. Lesi di daerah kulit
terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum
pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran
mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya
sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder
oleh bakteri 1
Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan medula
spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion body
intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis.1

2.3. Patogenesis
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus campak
adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas sangat minimal.
Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik
regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi
multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun
jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama
infeksi.1
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan

menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas
adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai
puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama
infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag. 1
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan
lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada
kasus campak .1
Hari

Manifestasi

0

Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2


Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3

Viremia primer

3-5

Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7

Viremia sekunder

7-11

Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas


11-14

Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17

Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

2.4 Manifestasi Klinik
Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium,
yaitu:1
1.

Stadium kataral (prodormal).
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam, malaise,

batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam

sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang berhadapan dengan molar bawah..

Gambar 1. Koplik spot
Sumber : Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

2.

Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan

palatum mole. Kadang – kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler
disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema

timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher
belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan

perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.

Gambar 2. Bercak merah makulopapuler
Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

3.

Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi (gejala

patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli. Pada penyakitpenyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu
menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.
2.5. Diagnosis
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti
banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan

pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization,
immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody

(FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa
prodromal dan serum sekunder pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil
dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih. Serum IgM merupakan
tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9
minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah
tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit
encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan
kadar glukosa normal 1, 2
2.6. Diagnosis Banding
Diagnosis banding measles pada orang dewasa berbeda dengan anak-anak berdasarkan
epidemiology dari penyakit yang menyerupai measles. Beberapa diagnosis banding pada
penyakit measles pada orang dewasa.1,2
1. Rubella
Tanda yang paling khas pada rubella adalah limfadenopati pada retroauricular dan
cervical posterior dan post oksipital. 20% dari penderita rubella mungkin akan terdapat
Forcheimer spot dimana terdapat bintik-bintik merah di palatum mole yang muncul sebelum
bercak di kulit muncul.Bercak merah muncul mulai dari kepala ke kaki secara cepat ±24 jam dan
pada hari ke-2 bercak merah mulai mengecil menjadi titik-titik dan pada hari ke-3 bercak merah
sudah mulai menghilang tanpa bekas.
2. Varicella

Karakteristik dari varisela adalah masa prodromal 1 hari kemudian diikuti bercak merah
dengan vesikel-vesikel yang tersebar umumnya dari badan ke kepala dan jarang di ekstrimitas.
Vesikel menyebabkan gatal terlokalisasi. Vesikel biasanya pecah menjadi ulkus , krusta dan
sembuh.
3. Alergi

Didapatkan riwayat paparan benda, obat , makanan dan lain-lain yang tidak lama sebelum
ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal. Biasanya bercak tergeneralisasi di
seluruh badan.
4. Dengue
Pada Dengue Fever didapatkan demam ±3 hari , menggigil , nyeri retro orbital, nyeri
sendi , mual/muntah dan nyeri perut. Bercak merah di muka dan ekstremitas dapat muncul pada
awal demam tetapi tidak semua dengue fever terdapat bercak merah. Pada dengue fever dapat
dibantu dengan pemeriksaan darah untuk melihat trombosit, hemoglobin, leukosit dan antigen
NS1.
5. Campak atipikal
Campak atipikal terjadi pada orang yang telah tervaksinasi pada tahun 1963-1967 ,
yang kemudian kontak dengan virus tipe ganas. Campak atipikal ditandai dengan sakit kepala
berat , sakit perut yang parah , sering dengan muntah , mialgia , pnemonia, radang paru-paru
dengan efusi pleura , dan bercak yang sangat berbeda dari khas campak ruam . Bercak merah

pada campak atipikal biasanya muncul di telapak tangan , pergelangan tangan , telapak kaki, dan
pergelangan kaki , dan berkembang dalam arah sentripetal . Lesi awalnya makulopapular tetapi
menjadi vesikular dan kemudian dapat menjadi purpura atau hemoragik . Koplik spot jarang
muncul pada pasien dengan campak atipikal
2.7. Komplikasi
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit
campak adalah :3

a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh
invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus,

Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki
basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala
pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan
selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh
bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Ensefalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis
biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya gejala
komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari
encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi
nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah
adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
SSPE yang disebabkan oleh infeksi persisten virus campak dari sistem saraf pusat. SSPE
ditandai dengan perubahan tingkah laku, tidak bisa konsentrasi dan sering lupa. Pada keadaan ini
tidak ada keluhan seperti demam, fotofobia atau gejala ensefalitis lainnya melainkan keluhan
sakit kepala berat yang lama-lama dapat diikuti kejang mioklonik dan demensia. Onset
terjadinya SSPE beriksar 7-12 tahun dari orang yang terkena campak sebelumnya.Anak yang
belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan
dengan anak yang telah mendapat vaksinasi
d) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
e) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita campak
f) Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai
dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala ensefalitis
atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.
Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata
2.8. Epidemiology
Insiden campak terjadi di seluruh dunia. Namun eradikasi campak telah dicapai di
Amerika Serikat dan bagian lain dari belahan bumi barat.Tetapi akhir-akhir ini dikejutkan dengan
outbreak kasus campak yang terjadi di Disneyland,Mexico dan beberapa negara US.Reservoir
campak adalah manusia saja, tidak ada hewan yang diketahui sebagai reservoid dan carrier
asimtomatik belum didokumentasikan. 4
Transmisi campak terutama orang ke orang melalui droplet pernapasan. Penularan
melalui udara melalui aerosol droplet nuklei telah didokumentasikan di daerah tertutup
(misalnya, kantor ruang pemeriksaan) hingga 2 jam setelah seseorang dengan campak memasuki
daerah tersebut. Campak dapat ditularkan dari 4 hari sebelum sampai 4 hari setelah ruam
serangan. Penularan maksimal terjadi dari awal prodromal melalui 3-4 hari pertama ruam.4
2.9. Imunisasi
Vaksinasi campak dapat menimbulkan gejala ringan atau tanpa gejala. Antibodi campak
berkembang di sekitar 95% dari anak-anak divaksinasi pada 12 bulan usia dan 98% dari anakanak divaksinasi pada usia 15 bulan. Nilai serokonversi antigen vaksin, MMR, dan MMRV tidak
memiliki perbedaan yang bermakna. 5
Sekitar 2% -5% dari anak-anak yang hanya menerima satu dosis vaksin MMR gagal
untuk mendapatkan imunitas (primary vaccine failure). Kegagalan dapat terjadi karena antibodi
pasif merusak antigen vaksin, vaksin yang sediaannya rusak, catatan yang tidak benar, atau
alasan mungkin lainnya. Kebanyakan orang yang gagal untuk merespon untuk dosis pertama
akan berhasil di dosis kedua. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 99% dari orang yang
menerima dua dosis vaksin campak akan mendapatkan imunitas campak 5
Meskipun titer antibodi vaksin lebih rendah dari imunitas yang didapati dari penyakit
alami, baik serologi dan bukti epidemiologi menunjukkan bahwa vaksin yang didapat kekebalan

jangka panjang dan mungkin seumur hidup di sebagian besar orang. Orang yang divaksinasi
yang tampil kehilangan antibodi menunjukkan respon imun setelah vaksinasi ulang,
menunjukkan bahwa mereka mungkin masih imun. Meskipun vaksinasi ulang dapat
meningkatkan antibodi titer di beberapa orang, data yang tersedia menunjukkan bahwa
peningkatan titer mungkin tidak berlangsung lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kegagalan vaksin sekunder (memudarnya imunitas) dapat terjadi setelah vaksinasi, tapi ini jarang
terjadi dan hanya memainkan peran kecil dalam transmisi campak dan wabah.5
2.10. Jadwal dan penggunaan vaksin
Dua dosis vaksin campak baik sebagai kombinasi MMR atau sendiri, dipisahkan
setidaknya 4 minggu. Vaksin direkomendasikan untuk semua anak usia 12 bulan atau lebih.
Semua orang yang lahir pada atau setelah 1957 harus memiliki riwayat imunisasi atau setidaknya
satu dosis MMR atau bukti lain dari kekebalan campak. Dosis pertama MMR harus diberikan
setelah ulang tahun pertama. Setiap vaksin campak yang diberikan sebelum usia 12 bulan tidak
boleh dihitung sebagai bagian vaksinasi. Anak-anak divaksinasi dengan campak mengandung
vaksin sebelum usia 12 bulan harus divaksinasi dengan dua dosis vaksin MMR, yang pertama
harus diberikan ketika anak setidaknya 12 bulan. 3,4
Dosis kedua MMR direkomendasikan untuk menghasilkan kekebalan pada mereka yang
gagal untuk merespon dosis pertama. Dosis kedua vaksin MMR harus diberikan pada usia 4-6
tahun, sebelum anak memasuki taman kanak-kanak atau pertama kelas. Kunjungan yang
direkomendasikan pada usia 11 atau 12 tahun dapat berfungsi sebagai kesempatan catch-up
untuk mengetahui status vaksinasi dan memberi vaksin MMR untuk anak-anak yang belum
menerima dua dosis MMR. Dosis kedua MMR dapat diberikan 4 minggu (28 hari) setelah dosis
pertama. Anak-anak yang sudah menerima dua dosis vaksin MMR minimal 4 minggu terpisah,
dengan dosis pertama diberikan tidak lebih awal dari ulang tahun pertama, tidak perlu dosis
tambahan ketika mereka masuk sekolah. Anak-anak tanpa status imunisasi yang memadai seperti
campak, gondok, dan rubella atau lainnya bukti diterima kekebalan terhadap penyakit ini ketika
mereka masuk sekolah harus melakukan imunisasi MMR. Dosis kedua harus diberikan sesegera
mungkin, tetapi tidak kurang dari 4 minggu setelah yang dosis pertama.3,4

MMRV disetujui oleh Food and Drug Administration untuk anak-anak 12 bulan hingga
12 tahun (yaitu, sampai ulang tahun ke-13). MMRV sebaiknya tidak diberikan kepada orangorang 13 tahun atau lebih tua. Untuk dosis pertama MMR dan vaksin varicella pada usia 12
sampai 47 bulan, baik vaksin MMR dan varicella vaksin atau vaksin MMRV dapat digunakan.
Penyedia yang mempertimbangkan pemberian vaksin MMRV harus mendiskusikan manfaat dan
risiko dari pilihan kedua vaksinasi dengan orang tua atau pengasuh. Kecuali orang tua atau
pengasuh mengungkapkan preferensi untuk vaksin MMRV, CDC merekomendasikan bahwa
vaksin MMR dan vaksin varicella harus diberikan secara terpisah untuk dosis pertama di usia
kelompok ini. Untuk dosis kedua MMR dan vaksin varicella pada usia berapa pun (15 bulan
hingga 12 tahun) dan untuk dosis pertama pada 48 bulan atau lebih tua, penggunaan vaksin
MMRV umumnya lebih disukai.4,5
Orang dewasa yang lahir pada tahun 1957 atau setelah yang tidak memiliki
kontraindikasi medis harus menerima setidaknya satu dosis MMR vaksin kecuali mereka
memiliki dokumentasi vaksinasi dengan setidaknya satu dosis campak, mumps- dan rubella
mengandung vaksin atau bukti lain yang diterima imunitas untuk tiga penyakit tersebut. Dengan
pengecualian wanita yang mungkin hamil dan orang-orang yang bekerja di fasilitas medis,
kelahiran sebelum 1957 umumnya dapat dianggap bukti diterima kekebalan terhadap campak,
gondok, dan rubella.Golongan seperti yang akan melanjutkan perguruan tinggi dan lainnya,
orang bekerja di fasilitas medis, dan wisatawan internasional harus mendapatkan vaksin MMR.5

2.11. Revaksinasi
Vaksinasi ulang direkomendasikan untuk orang-orang tertentu. Kelompok tersebut seperti
orang yang divaksinasi sebelum ulang tahun pertama(dibawah 12 bulan), divaksinasi dengan
Killed Measles Vaccine (KMV),divaksinasi dari 1963 melalui tahun 1967 dengan jenis vaksin
yang tidak diketahui.3,4,5
2.12. Posting Profilaksis Exposure
Vaksin campak hidup memberikan perlindungan permanen dan dapat mencegah penyakit
jika diberikan dalam waktu 72 jam dari paparan. Immunoglobulin mungkin mencegah dan

memberikan perlindungan sementara jika diberikan dalam waktu 6 hari dari paparan.Dosisnya
adalah 0,5 mL / kg berat badan, dengan maksimum 15 mL intramuskuler dan dosis yang
dianjurkan dari immunoglobulin yang diberikan secara intravena adalah 400mg / kg. IG dapat
terutama diindikasikan untuk kelompok/rumah tangga yang memiliki anggota yang terkena
campak. IG tidak boleh digunakan untuk kendali campak wabah.5
2.13 Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk MMR dan vaksin MMRV adalah riwayat reaksi anafilaksis terhadap
neomisin, riwayat reaksi alergi yang parah terhadap komponen vaksin, kehamilan, dan
imunosupresi di masa lalu.Namun, data menunjukkan bahwa reaksi anafilaksis untuk campak
dan gondok tidak berhubungan dengan hipersensitivitas terhadap antigen telur tetapi untuk
komponen lain dari vaksin (seperti gelatin). Vaksin MMR tidak mengandung penisilin Riwayat
alergi penisilin bukan merupakan kontraindikasi untuk vaksinasi dengan MMR atau vaksin lain.5
Wanita diketahui hamil seharusnya tidak menerima vaksin MMR. Kehamilan harus
dihindari selama 4 minggu setelah pemberian vaksin MMR. Kontak dekat dengan wanita hamil
bukan merupakan kontraindikasi untuk vaksinasi MMRMenyusui bukan kontraindikasi untuk
vaksinasi.3,4
Data yang tersedia menunjukkan bahwa vaksinasi MMR belum ada hubungan dengan
berat atau tidaknya efek samping pada orang yang terinfeksi HIV tetapi penyakit campak dapat
memperburuk orang dengan HIV infeksi.3
Orang dengan penyakit akut sedang atau berat tidak boleh divaksinasi sampai pasien
telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah komplikasi penyakit
dengan potensi reaksi yang merugikan dari vaksin MMR, seperti demam.4
Penerimaan produk darah antibodi (misalnya,globulin imun, seluruh darah atau dikemas
sel darah merah) dapat mengganggu serokonversi vaksin campak. Lamanya waktu antibodi
tergantung pada konsentrasi dan kuantitas produk darah yang diterima. Contohnya, dianjurkan
bahwa vaksinasi ditunda selama 3 bulan diterimanya berikut immune globulin untuk profilaksis
hepatitis A.5
2.14 Kejadian yang tidak diharapkan (Adverse Event)

Arthralgia dan gejala sendi lainnya dilaporkan sampai 25% wanita dewasa yang
diberikan vaksin MMR. Reaksi alergi termasuk ruam, pruritus, dan purpura sementara
berhubungan dengan vaksinasi gondok, tetapi ini tidak umum dan biasanya ringan dan singkat.3
Sampai saat ini tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa vaksin menyebabkan gangguan
autisme atau autis spectrum disease. Kecurigaan tentang hubungan yang mungkin antara vaksin
MMR dan autisme diperhatikan oleh beberapa orang tua. Gejala autisme sering diperhatikan oleh
orang tua selama tahun kedua kehidupan anaknya yang mendapati vaksin MMR. Dua organisasi
non pemerintah Institute of Medicine (IOM) dan Amerika Academy of Pediatrics (AAP), telah
meninjau bukti mengenai hubungan potensial antara autisme dan MMR vaksin. Kedua kelompok
ini menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung antara hubungan pemberian vaksin
MMR dan autism.Penelitian tambahan tentang penyebab autisme yang dibutuhkan.3
2.15 Reaksi yang tidak diharapkan (Adverse Reaction)
Efek samping vaksin campak (kecuali alergi Reaksi) dapat disebabkan oleh replikasi
vaksin campak virus dengan penyakit ringan berikutnya Demam adalah reaksi merugikan yang
paling umum dari MMR vaksinasi. Meskipun campak, gondok, rubella dan vaksin dapat
menyebabkan demam setelah vaksinasi, komponen campak dari vaksin MMR yang paling sering
dikaitkan dengan demam. Vaksin MMR jarang dapat menyebabkan trombositopenia dalam 2
bulan setelah vaksinasi. Reaksi alergi setelah pemberian MMR Sebagian besar reaksi terdiri dari
papul dan kemerahan atau urtikaria di tempat suntikan. Anafilaksis reaksi terhadap MMR sangat
langka terjadi.4
2.14 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila
terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan
hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga
berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.1

Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit
atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.1

BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Campak merupakan penyakit sangat menular dan tersebar diseluruh dunia baik dewasa
maupun anak-anak. Komplikasi dan penyebaran dari penyakit ini membuat perhatian dunia
untuk mencegah dan memberantas penyakit ini Penyakit ini sudah lama ditemukan dan menjadi
perhatian dunia. Dalam penelitian terkini, tidak ditemukan adanya evolusi ataupun perubahan
serotype dari virus maupun patofisiologinya. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya vaksinasi
penyakit ini diperlukan untuk mencegah outbreak dan memberantas insiden penyakit campak.
3.2 Saran
Perlu adanya kebijakan dari pemerintah khusus untuk mengendalikan kasus penyakit ini
seperti kebijakan imunisasi MMR pada setiap anak berusia diatas 12 bulan dan untuk individu
yang berinteraksi dengan sejumlah kelompok agar tidak terjadi outbreak dan peningkatan
penderita dari penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of

Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 – 2298
2. CDC, April 2015 , Measles Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases
diunduh dari http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/meas.pdf

tanggal 3

Januari 2016
3. Phillips C.S. 2011. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of
Pediatrics. 20th edition. New York : Mc Graw Hill. p.743-44
4. Seward Jane, Februari 2015. Measles 2015 : Situational Update, Clinical Guidance and
Vaccination Recommendations. Clinician Outreach and Communication Activity diunduh dari
http://emergency.cdc.gov/coca/ppt/2015/2_19_15_measles_final.pdf tanggal 3 Januari 2016
5. Ruiz-Matus Cuitlahuac,Suarez-Idueta Lorena, 2015. Multinational Measles Outbreak in PostElimination Era, Involves Three Countries of North America and a European Country in a Short
Transmission

Chain.

World

Journal

of

Vaccines.

Volume

http://dx.doi.org/10.4236/wjv.2015.52010 tanggal 3 Januari 2016

5th

diunduh

dari