127 ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS XI IPA 1 MAN 2 PONTIANAK Rita Dwi Purnama , Mawardi dan Raudhatul Fadhilah

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA PADA MATERI
LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS XI IPA 1 MAN 2 PONTIANAK
Rita Dwi Purnama*, Mawardi dan Raudhatul Fadhilah
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email: Ritadwipurnama@yahoo.com
ABSTRAK
Hasil belajar siswa yang masih rendah atau banyak siswa yang tidak mencapai ketuntasan
maksimal pada materi larutan penyangga disebabkan oleh ketidakmampuan siswa dalam
memahami soal. Saat pembelajaran berlangsung, siswa memiliki ketertarikan pada materi larutan
penyangga namun saat ulangan atau pada latihan soal, siswa mengalami kebingungan. Penelitian
ini bertujuan mengetahui kesulitan dan faktor-faktor penyebab kesulitan siswa pada materi larutan
penyangga kelas XI IPA 1 MAN 2 Pontianak. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif studi
kasus dengan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian sebanyak 29 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik komunikasi tidak langsung (angket), komunikasi langsung

(wawancara), dan teknik dokumentasi, sedangkan alat pengumpulan data yaitu tes hasil belajar,
angket dan wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 68,3% siswa mengalami kesulitan
belajar pada materi larutan penyangga yang bersifat perhitungan pH dan pOH. Sedangkan faktor
internal yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada aspek motivasi dengan indikator
perhatian siswa terhadap materi larutan penyangga sebesar 54,31%, aspek bakat yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa yaitu pada kemampuan angka dan gambar berturut-turut
sebesar 48,6% dan 47% yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa pada materi larutan
penyangga. Faktor eksternal keluarga pada indikator tempat belajar sebesar 56,03% dan faktor
eksternal sekolah pada indikator fasilitas sekolah sebesar 56,56%. Dengan demikian diharapkan
siswa lebih memperdalam pengetahuan tentang larutan penyangga dan melakukan diskusi baik
dengan guru maupun sesama teman agar dapat mengatasi kesulitan belajar.
Kata Kunci: Analisis, Kesulitan Belajar Siswa, Larutan penyangga
ABSTRACT
The low students’ learning outcomes and the failure in achieving the maximum mastery standard
in Buffer Solutions material are caused by the students’ inability in understanding the questions.
Students tend to merely pay attention on the Buffer Solutions material when the learning process
takes place. However, they face confusion when they have to answer the questions of the task and
the test. This study aimed at discovering the difficulties and the factors related to the students’
difficulties on Buffer Solutions material at XI IPA 1 class of MAN 2 Pontianak. Using case study
descriptive method and qualitative approach, this study employed 29 students as the samples. The

data collection technique used were indirect communication (questionnaires), direct
communication (interview), and documentation techniques. While the data collection tools used
were achievement test, questionnaires and interview. The data analysis results indicated that 68.3%
students had difficulties on pH and pOH Buffer Solutions. On the other hand, the internal factors
that affected the student learning difficulties were motivation aspect, that is, the students 'attention
to the Buffer Solutions (54.31%), and talent aspect that influenced the student’s learning
difficulties, that is, the students’ ability in recognizing numbers and figures respectively (48,6%)
and talent aspect that influenced the student’s learning difficulties in Buffer Solutions materials
(47%). In addition, the external factor that affected the student learning difficulties were family as
the place to study (56%), and school as the facilitator (56,56%). Thereby, students are expected to
further enhance the knowledge on the Buffer Solutions and have a discussion with both teachers
and peers to cope with their learning difficulties.
Keywords: Analysis, Students’ Learning Difficulties, Buffer Solutions

127

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah


PENDAHULUAN
Kimia
merupakan
ilmu
yang
mempelajari tentang sifat, struktur materi,
komposisi materi, perubahan, dan energi
yang
menyertai
perubahan
materi
(Sudarmo, 2013: 5). Kesulitan siswa dalam
mempelajari ilmu kimia menurut Arifin
(2007: 53) bersumber pada kesulitan dalam
memahami istilah, konsep kimia yang
bersifat abstrak dan perhitungan angka.
Selain itu, dalam ilmu kimia banyak sekali
konsep dasar kimia yang menjadi prasyarat
dan mempengaruhi konsep selanjutnya
yang harus diserap siswa dalam waktu yang

relatif terbatas serta hukum-hukum yang
mengaitkan satu ide dengan ide yang lain
yang harus dimengerti oleh siswa.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan
oleh adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar, dapat bersifat
fisiologis maupun psikologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi
belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya. Kesulitan belajar adalah suatu
kondisi dimana anak didik tidak dapat
belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar (Djamarah, 2011:235).
Sedangkan Syah (2012: 184) menyebutkan
secara garis besar, faktor-faktor penyebab
timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam, yakni faktor internal siswa dan
eksternal siswa. Faktor internal siswa
meliputi gangguan atau kekurangankekurangan fisik siswa, yakni yang bersifat

kognitif, bersifat afektif, dan yang bersifat
psikomotorik. Sedangkan faktor eksternal
siswa meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung
aktifitas belajar siswa. Faktor lingkungan
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
perkampungan atau masyarakat, atau
lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil
128

ISSN. 2503-4448

penelitian
Sapuroh
(2010)
yang
menggunakan angket tertutup bentuk check
list
menggunakan
skala

Likert
menyimpulkan
bahwa
siswa
yang
mengalami kesulitan belajar disebabkan
oleh faktor internal yang berasal dari diri
sendiri sebesar 79,34% dan faktor eksternal
yang berasal dari luar diri sebesar 77% dari
lingkungan keluarga, serta sebesar 67% dari
lingkungan sekolah.
Siswa mengalami kesulitan yang
berhubungan dengan faktor internal yaitu
kemampuan pada diri sendiri. Akibat dari
kesulitan belajar tersebut menyebabkan
siswa kurang bersemangat dalam belajar.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor
intern dan ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang berasal dari dalam individu
yang sedang belajar, yang meliputi faktor

jasmaniah, psikologis, dan faktor kelelahan,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang
mempengaruhi yang datang dari luar siswa,
faktor ini meliputi faktor keluarga, sekolah,
dan masyarakat (Slameto, 2003).
Hasil wawancara yang telah dilakukan
pada tanggal 14 Februari 2015 dengan 6
siswa kelas XI, 2 siswa berkemampuan
tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan
2 siswa berkemampuan kurang, diperoleh
informasi bahwa sebagian besar siswa
mengatakan menyukai mata pelajaran kimia
namun yang menjadi kendala pada mata
pelajaran kimia, adalah konsep bersifat
abstrak sehingga sulit dipahami. Siswa juga
mengatakan bahwa pemahaman konsep
sangat kurang pada pembelajaran kimia.
Saat guru menjelaskan siswa paham, namun
ketika mengerjakan soal-soal latihan siswa
mengalami kebingungan. Hal ini dapat

dilihat bahwa faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar siswa lebih kepada faktor
internal siswa. Salah satu materi yang
ketuntasannya rendah yaitu
larutan

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

penyangga, hal ini diperlihatkan dari nilai
ketuntasan
ulangan
harian
siswa
diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Ketuntasan Ulangan
Harian Siswa pada Materi larutan
Penyangga kelas XI IPA MAN 2
Pontianak Tahun Ajaran 2014/2015


Tabel 1. memperlihatkan bahwa
86% siswa pada kelas XI IPA 1, 65%
siswa pada kelas XI IPA 2, dan 51 %
siswa pada kelas XI IPA 3 siswa belum
mencapai ketuntasan hasil belajar pada
materi larutan penyangga. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan yaitu sebesar 75. Tingginya
ketidaktuntasan siswa pada materi
larutan penyangga karena siswa kesulitan
dalam memahami konsep dasar larutan
penyangga
seperti
membedakan
asamkuat dan basa kuat, dan pada
persamaan reaksi.
Hasil wawancara dengan guru
bidang studi kimia di MAN 2 diperoleh
informasi bahwa Larutan asam dan basa,

larutan penyangga (buffer), dan hidrolisis

ISSN. 2503-4448

garam merupakan materi yang memiliki
ketuntasan yang paling rendah. Karena
pada materi ini mengharuskan siswa
untuk memiliki pemahaman konsep yang
cukup kuat, siswa juga diharapkan dapat
benar-benar
bisa
mengaplikasikan
rumus-rumus tidak hanya sekedar
menghapal rumus saja. Guru kimia selalu
memberikan motivasi pada awal
pembelajaran
dengan
memberikan
contoh materi pada kehidupan seharihari, manfaat mempelajari materi ini dan
seringkali mengaitkan dengan nilai-nilai

religius.
Pokok bahasan larutan penyangga
pada mata pelajaran kimia kelas XI
SMA/MA, materi larutan penyangga
merupakan salah satu materi kimia yang
banyak mengandung konsep yang
kompleks. Untuk dapat memahami
larutan penyangga, siswa dituntut untuk
memahami
konsep-konsep
yang
mendasarinya yaitu konsep asam basa
dan kesetimbangan (Kurniawan, 2012:2).
Menurut Alimin (2006: 1) Setiap anak
yang mengalami kesulitan belajar, akan
menunjukkan fenomena yang beragam
(heterogen),
akan
tetapi
untuk
memudahkan
dalam
memahami
keragaman fenomena itu, kesulitan
belajar dapat dikategorikan menjadi dua
bagian yaitu kesulitan belajar yang
bersifat internal yang disebut learning
disability dan kesulitan belajar yang
bersifat eksternal berkaitan dengan faktor
lingkungan yang disebut dengan learning
problem.
METODE PENELITIAN
Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Nawawi, (2007:67)

129

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

pernyataan. 4) Melakukan validasi
instrumen penelitian melalui konsultasi
dan persetujuan dosen Pendidikan Kimia
FKIP
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak dan guru kimia MA Negeri 2
Pontianak. 5) Melakukan ujicoba angket
faktor-faktor kesulitan belajar siswa. 6)
Menghitung validitas per item angket.
Tahap Pelaksanaan
1)Memberikan angket kepada siswa
kelas XI IPA 1 yang menjadi subjek
penelitian. 2) Melakukan tes potensi
akademik (tes bakat dan tes intelengensi)
kepada siswa kelas XI IPA 1 yang
menjadi
subjek
penelitian.
3)
Memberikan wawancara kepada siswa
kelas XI IPA 1 yang menjadi subjek
penelitian.
4)
Mengoreksi
dan
menganalisis jawaban hasil angket siswa
untuk mengetahui penyebab terjadinya
kesulitan pada materi larutan penyangga.
5) Menganalisis hasil wawancara. 6)
Mengoreksi dan menganalisis hasil tes
potensi akademik siswa. 7) Melakukan
Member Check kepada subjek penelitian.
Tahap Akhir
1)
Menarik
kesimpulan
dari
penelitian yang dilakukan. 2) Menyusun
laporan penelitian.

metode deskriptif merupakan prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki
dengan mengambarkan atau melukiskan
keadaan atau objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang nampak, atau sebagaimana adanya.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif studi
kasus. Studi kasus adalah penelitian yang
memusatkan diri secara intensif terhadap
satu
obyek
tertentu
dengan
mempelajarinya sebagai suatu kasus
(Nawawi,
2007:77).
Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang menggambarkan suatu
keadaan dengan uraian. Data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
dan bukan angka-angka (Moleong, 1989:
11).
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini
yaitu siswa-siswi kelas XI IPA 1 MAN 2
Pontianak pada tahun ajaran 2014/2015
berjumlah 29 orang.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian disusun secara
sistematis, dengan beberapa tahap yang
ditempuh dalam melakukan penelitian.
Adapun tahapan tersebut adalah:
Tahap Persiapan
1)
Melakukan pra riset di MA
Negeri 2 Pontianak antara lain
pengumpulan data nilai siswa serta
wawancara dengan siswa dan guru mata
pelajaran kimia kelas XI IPA. 2)
Menentukan subjek penelitian. 3)
Menyiapkan instrumen penelitian berupa
pedoman wawancara dan angket faktorfaktor kesulitan belajar sebanyak 28

Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu teknik komunikasi
langsung, teknik komunikasi tidak
langsung, teknik pengukuran dan teknik
dokumentasi. Instrumen penelitian yang
digunakan yaitu wawancara tidak
terstruktur, angket, TPA dan lembar
jawaban siswa. Untuk lembar angket
peneliti menggunakan 3 orang validator
yaitu 2 orang validator Dosen FKIP
Kimia UMP dan orang Gutu Kimia
MAN 2 Pontianak. Setelah peneliti
130

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

siswa. 2) menghitung passing grade. 3)
mengkonversikan nestimasi nilai TPA 4)
mengkonversikan
dengan
GMAT/GRE/IQ 5) menghitung % bakat
siswa 6) menganalisis lembar jawaban
siswa. 7) membuat kalimat naratif.

melakukan validasi lembar angket
selanjutnya
peneliti
menggunakan
validitas per item angket dan ujicoba
angket (reliabilitas) . Hasil validasi
dinyatakan valid dengan perolehan rtabel
dengan taraf signifikan 0,05 yaitu 0,361.
Reliabilitas sebesar 0,748. Setiap item
dikatakan valid apabila rhitung ˃ rtabel. Hal
ini berarti butir soal dikatakan valid
apabila rhitung ˃ 0,361.

Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan
adalah uji kredibilitas yaitu member
check melalui forum diskusi.

Teknik Analisis Data
a.
Teknik analisis data yang
dilakukan untuk angket 1) Memeriksa
dan menghitung skor dari setiap jawaban
yang dipilih oleh siswa pada angket yang
telah diberikan. 2) Merekapitulasi skor
yang
diperoleh
tiap
siswa.
3)
Menghitung persentase faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar siswa dengan
menjumlahkan skor yang diperoleh siswa
dibagi skor maksimal siswa dikalikan
100%. 4) Melakukan interpretasi skor
angket dengan menggunakan skala
Likert. 5) Membuat tabel yang berisi
persentase
faktor-faktor
penyebab
kesulitan belajar siswa. 6) Membuat
kalimat naratif yang berisi penjelasan
mengenai
faktor-faktor
penyebab
kesulitan belajar siswa. Wawancara 1)
Mengamati hasil wawancara dengan
siswa. 2) Menganalisis hasil wawancara
tersebut. 3) Membuat kalimat naratif
yang berisi penjelasan mengenai faktorfaktor penyebab kesulitan belajar siswa.
Lembar jawaban siswa 1) mengamati sub
materi yang mengalami kesulitan 2)
menghitung presentase siswa dengan
rumus jumlah siswa yang menjawab
salah dibagi jumlah total siswa dikali
100%. 3) menganalisis lembar jawaban
siswa. 4) membuat kalimat naratif.
Lembar TPA 1) mengoreksi jawaban

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan
gambaran mengenai kesulitan belajar
siswa pada materi larutan penyangga
jelas XI IPA 1 MAN 2 Pontianak
semester genap tahun ajaran 2014/2015.
Siswa yang menjadi subjek penelitian ini
berjumlah 29 orang. Data hasil penelitian
ini, diperoleh dari tahapan-tahapan
berikut ini:
1. Lembar Jawaban Siswa
Berdasarkan hasil pengolahan data
dan analisis data dari hasil ulangan
harian siswa, diperoleh persentase yang
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Jawaban Siswa
Menyelesaikan Soal-Soal Larutan
Penyangga

131

Soal

∑ Siswa
Salah

Persentase
salah (%)

1.

4

13.7

2.

14

48.2

3.

19

65.5

4.

27

93.10

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Tabel 2. menunjukkan bahwa masih
banyak siswa yang melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan soal-soal yang
berhubungan dengan larutan penyangga
baik pada soal nomor 2, nomor 3 , dan
nomor 4. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan
soal-soal
larutan
penyangga. Hasil penilaian tes ini
menunjukkan suatu gejala kesulitan
belajar siswa pada materi larutan
penyangga. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sabri (2007:89) bahwa
kesulitan belajar adalah suatu gejala yang
tampak pada siswa yang ditandai dengan
adanya
bentuk
perilaku
yang
menyimpang atau hasil belajar rendah
dibandingkan dengan prestasi yang
dicapai sebelumnya. Gejala ini berupa
belum tercapainya hasil belajar seluruh
siswa yang mengikuti ulangan harian
pada materi larutan penyangga sesuai
dengan standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan MAN 2
Pontianak sebesar 75 pada mata
pelajaran kimia.
Konsep
pengertian
larutan
penyangga yang mencakup penentuan
suatu larutan termasuk ke dalam larutan
penyangga atau tidak pada soal nomor 1.
Sebagian besar yaitu sebanyak 25 siswa
tidak mengalami kesulitan dalam
memahami konsep ini. Berdasarkan hasil
wawancara, 4 siswa (kemampuan
sedang)
merasa
bingung
dalam
menentukan
larutan mana yang
termasuk dalam larutan penyangga. Hal
ini disebabkan oleh siswa lupa dengan
konsep asam basa, yaitu dalam
membedakan antara asam lemah dan
asam kuat atau basa lemah.
Konsep perhitungan pH dan pOH
dengan
menggunakan
prinsip

ISSN. 2503-4448

kesetimbangan kimia pada nomor 2 dan
3. Pada pertanyaan nomor 2 sebanyak
15 siswa dapat mengerjakan soal-soal
pada konsep ini dengan benar dan 14
siswa ( berkemampuan tinggi 3, 6 siswa
berkemampuan sedang dan 5 siswa
berkemampuan
rendah)
menjawab
kurang tepat. Pada soal nomor 3
sebanyak 19 siswa menjawab kurang
tepat (4 siswa berkemampuan tinggi, 8
siswa berkemampuan sedang dan 7
siswa berkemampuan rendah). Setelah
dilakukan wawancara pada beberapa
siswa yang mengalami kesulitan pada
konsep ini, bahwa siswa lupa dalam
prinsip kesetimbangan kimia dan siswa
tidak teliti dalam perhitungan
Dan pada soal nomor 4 sebanyak 27
siswa menjawab kurang tepat (8 siswa
berkemampuan
tinggi,
9
siswa
berkemampuan sedang dan 10 siswa
berkemampuan rendah). Hanya 2 siswa
yang menjawab soal nomor 4 dengan
benar (siswa berkemampuan tinggi).
Hal ini disebabkan siswa binggung
ketika
suatu
larutan
penyangga
ditambahkan suatu larutan baik bersifat
asam, basa atau pen genceran.
2.

Lembar Angket
Analisis kesulitan belajar siswa
melalui angket berdasarkan dua faktor
yang mempengaruhi yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat penyajian tabel
Hasil angket dalam Tabel 3.
Penentuan Kualifikasi angket ini
berdasarkan :
Angka 0% - 20%
= sangat kuat
Angka 21%- 40%
= kuat
Angka 41% - 60% = cukup
Angka 61% - 80% = lemah

132

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Angka 81% - 100% = sangat lemah

No.

Faktor

Aspek

1.

Internal 1) Motivasi

ISSN. 2503-4448

(Riduwan, 2005).

Indikator

(%)

a) Perhatian siswa terhadap 54.31%
pembelajaran
larutan
penyangga
b) Usaha siswa untuk belajar 71.97%
konsep larutan penyangga

a) Ketertarikan

2) Minat

2.

pada 73.27%
pembelajaran materi larutan
penyangga
b) Sikap pada pembelajaran
79.30%
materi larutan penyangga

Kualifika
si
Cukup

Lemah

Lemah

Lemah

Eksternal

a. Keluarga

a) Alat-alat dan buku
1) Saran/Prasara
na

83.62%

Sangat
Lemah

56.03%

Cukup

79.31%
79.74%

Lemah
Lemah

82.32%

Sangat
lemah

80.60%

Sangat
lemah

79.74%

Lemah

71.55%

Lemah

56.56%

Cukup

69.39%

Lemah

b) Tempat belajar

b. Guru

2) Kondisi
keluarga
1) Kualitas

a) Kondisi ekonomi
b) Kondisi sosial
a) Penguasaan materi

b) Kejelasan menerangkan

2) Metode

a) Penggunaan metode
mengajar
b) Penggunaan alat peraga

c. Sekolah 1) Fasilitas
a) Fasilitas yang ada
sekolah dan
gedung
b) Letak gedung
sekolah

133

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

IQ tinggi dalam kategori normal. IQ
seseorang dapat mempengaruhi kesulitan
belajar siswa karna ini merupakan salah
satu faktor internal siswa. Namun dilihat
dari hasil tes potensi akademik siswa
ternyata tidak terlihat bahwa salah satu
faktor internal ini dapat mempengaruhi
kesulitan belajar siswa. Namun, tes
potensi akademik dapat memiliki angka
yang tinggi apabila siswa sering
mengerjakan soal-soal tes potensi
akademik ataupun mengikuti lembagalembaga terkait untuk mengikuti
pelatihan atau tes potensi akademik.

Tabel 3. memperlihatkan bahwa
faktor internal penyebab kesulitan belajar
siswa dengan kualifikasi sebesar 54,31%
yaitu pada aspek motivasi indikator
perhatian siswa terhadap pembelajaran,
sedangkan
pada
faktor eksternal
mempunyai kualifikasi sebesar 56,03 %
pada indikator tempat belajar dan
kualifikasi
sebesar 56,56% pada
indikator fasilitas sekolah mempunyai
kualifikasi
cukup
mempengaruhi
kesulitan belajar siswa. Hal ini sejalan
dengan hasil jawaban angket siswa.
3.

Tes Potensi Siswa
Analisis kesulitan belajar siswa
melalui tes potensi siswa. Berdasarkan
hasil tes potensi akademik siswa
diperoleh hasil yaitu : kemampuan
bahasa sebesar 67%, kemampuan logika
sebesar 60%, kemampuan angka 48,6%
dan kemampuan gambar sebesar 47%.
Tes potensi akademik ini berupa
pertanyaan sebanyak 60 soal yang berisi
tes kemampuan verbal 15 soal, tes logika
sebanyak 15 soal, tes angka sebanyak 15
lembar, dan tes gambar 15 soal. Data
hasil yang diperoleh berasal dari subjek
penelitian 29 siswa. Data yang diperoleh
ini berupaya nilai intelektual siswa dan
bakat siswa. Secara rinci, daftar nilai
intelengsi dan bakat disajikan pada
Lampiran B-3. Tes potensi akademik
siswa ini digunakan untuk mengetahui
bakat dan intelegensi siswa. Sehingga
peneliti dapat mengetahui kesulitan
belajar siswa.
Tes IQ (intelegensi) rata-rata siswa
adalah sekitar 100-105 yang termasuk ke
dalam tingkatan IQ normal atau rata-rata
manusia. Namun ada siswa yang
memiliki IQ paling tinggi yaitu IQ
sebesar 120 termasuk ke dalam tingkat

4.

Hasil Member Check
Setiap akhir wawancara, hasil atau
informasi yang telah diperoleh dicek
kembali kepada siswa, tujuannya agar
diperoleh
kesepakatan
mengenai
informasi yang sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh siswa tersebut.
Pemeriksaan data kesulitan siswa
tersebut dilakukan kepada guru bidang
studi kimia dan 4 siswa yang tidak
mengalami kesulitan pada materi larutan
penyangga, tujuannya adalah agar data
yang didapatkan benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dan agar tidak
terjadi kesalahpahaman dan terdapat
kesesuaian data antara pemberi data atau
informasi.
Hasil pengecekan data dari 4 siswa
tersebut adalah, mereka membenarkan
apa yang disampaikan mengenai
penyebab kesulitan yang dialami oleh
teman-temannya bahwa memang ada
beberapa siswa yang cenderung tidak
memiliki motivasi ketika pembelajaran
berlangsung. Sedangkan hasil yang
didapatkan dari pengecekan data kepada
guru bidang kimia adalah masih
kurangnya motivasi dari masing-masing
134

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

larutan penyangga atau bukan adalah : (i)
masih lemahnya konsep kesetimbangan
kimia pada sistem larutan penyangga, (ii)
kurang bisa membedakan antara asam
lemah dan asam kuat atau basa lemah
dan basa kuat, dan (iii) kurang siap
menghadapi ulangan.
Persentase kesalahan siswa yang
didapatkan pada soal nomor 2 dan
3secara berturut-turut adalah 48,2% dan
65,5% dengan tafsiran konsep tergolong
sedikit sulit Tabel 4.1.). Pada pertanyaan
nomor 2 sebanyak 15 siswa dapat
mengerjakan soal-soal pada konsep ini
dengan benar dan 14 siswa ( 3 siswa
berkemampuan
tinggi,
6
siswa
berkemampuan sedang dan 5 siswa
berkemampuan
rendah)
menjawab
kurang tepat. Sedangkan soal nomor 3
sebanyak 19 siswa menjawab kurang
tepat (4 siswa berkemampuan tinggi, 8
siswa berkemampuan sedang dan 7
siswa berkemampuan rendah). Akan
tetapi setelah dilakukan analisis data,
yang ternyata beberapa siswa mengalami
kesulitan
belajar
pada
konsep
perhitungan pH dan pOH. Letak
kesulitan tersebut antara lain : (i) kurang
telitinya siswa dalam perhitungan
sehingga banyak mengalami kesalahan,
(ii)
ada
beberapa
siswa
salah
menggunakan rumus antara larutan
penyangga asam dan larutan penyangga
basa, dan (iii) kurangnya konsep tentang
kesetimbangan pada materi larutan
penyangga.
Persentase pada soal nomor 4 pada
konsep
perhitungan
pH
larutan
penyangga pada penambahan sedikit
asam atau basa berdasarkan Tabel 4.1.
didapat hasil sebesar 93.10% dengan
tafsiran golongan sangat sulit. Sebanyak
27 siswa menjawab kurag tepat (8 siswa

siswa
saat
pembelajaran
larutan
penyangga
berlangsung.
Fasilitas
laboratorium sekolah masih kurang
lengkap sehingga guru tidak bisa
mempraktikan secara langsung materi
larutan penyangga hanya berupa flash
materi larutan penyangga saja.
Adanya kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa dirasakan oleh guru
karena interpretasi siswa yang salah
mengenai konsep tertentu pada materi
larutan penyangga. Guru mengutarakan
bahwa,
selama
pembelajaran
berlangsung, apabila siswa diminta untuk
bertanya, hanya siswa tertentu yang
selalu bertanya dan yang lainnya hanya
diam saja. Hal ini membuat guru mengira
siswa tersebut sudah mengerti apa yang
diajarkannya. Siswa yang pasif dapat
menyebabkan siswa tersebut menentukan
dan menyusun sendiri konsep apa yang
masuk ke otaknya tanpa bertanya tentang
apa yang tidak dipahaminya. Apabila
konsep tersebut benar, tidak menjadi
masalah, tetapi apabila konsep tersebut
salah dan dipercaya kebenarannya oleh
siswa tersebut, maka akan berakibat fatal
baik bagi dirinya maupun orang lain.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
a) Analisis jawaban siswa dalam
menyelesaikan
soal-soal
larutan
penyangga
Persentase kesalahan siswa pada
soal nomor 1 sebesar adalah 13.7%
dengan tafsiran kesulitan soal tergolong
tidak sulit (Tabel 4.1). Sebanyak 25
siswa tidak mengalami kesulitan dalam
memahami konsep ini Berdasarkan
analisis hasil jawaban siswa dan
wawancara siswa, 4 siswa (kemampuan
sedang) memiliki letak kesulitan pada
konsep yang merupakan penentuan
135

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

sebagian besar siswa tidak memiliki
motivasi yang besar untuk menjawab
pertanyaan atau tugas-tugas yang
diberikan guru saat pembelajaran larutan
penyangga atau dapat dikatakan ada
siswa yang memiliki motivasi dan ada
siswa yang tidak memiliki motivasi.
Kurangnya motivasi siswa berdasarkan
hasil wawancara siswa merasa segan
ketika
bertanya
atau
menjawab
pertanyaan yang di ajukan guru.
Sehingga cenderung hanya siswa
berkemampuan tinggi yang aktif
menjawab pertanyaan guru, mengerjakan
tugas saat pembelajaran berlangsung.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sapuroh
(2010:58) menyatakan bahwa tidak
adanya
motivasi
siswa
untuk
mempelajari konsep monera pada mata
pelajaran biologi dengan perolehan
persentase sebesar 22%.
Untuk kemampuan ketiga yaitu
kemampuan angka, kemampuan ini
berfungsi untuk mengukur kemampuan
siswa di bidang angka, dalam rangka
berfikir terstruktur dan logis matematis.
Kemampuan ini memiliki persentase
sebesar 48,6% yang cukup rendah dari
ketiga kemampuan lainnya. Terdapat 25
siswa yang memiliki persentase kurang
dari 60%. Padahal untuk jurusan IPA
sebenarnya memerlukan kemampuan
yang cukup tinggi pada kemampuan
angka ini. Selanjutnya untuk kemampuan
yang terakhir kemampuan gambar yang
memiliki persentase sebesar 46%.
Terdapat 22 siswa yang memiliki
persentase
kurang
dari
60%.
Kemampuan gambar ini bertujuan untuk
menguji daya logika ruang yang dimiliki
seseorang.

berkemampuan
tinggi,
9
siswa
berkemampuan sedang dan 10 siswa
berkemampuan rendah). Hanya 2 siswa
yang menjawab soal nomor 4 dengan
benar (siswa berkemampuan tinggi).
Secara keseluruhan kesulitan yang
dialami
siswa
antara
lain:
(i)
perhitungan jumlah mol asam basa
konjugasi yang terkadang keliru, (iii)
masih bingungnya siswa ketika ada
penambahan asam, basa, ataupun
pengenceran, dan (iii) kurang telitinya
siswa dalam perhitungan.
Kesulitan siswa pada materi larutan
penyangga ini pada perhitungan pH dan
pOH dan juga pada penambahan larutan
asam maupun larutan basa. Dapat dilihat
pada konsep perhitungan ini siswa lebih
banyak mengalami kesulitan untuk
menjawab soal yang bersifat perhitungan
daripada yang bersifat konsep larutan
penyangga saja.
b) Analisis faktor-faktor kesulitan
belajar siswa berdasarkan hasil
angket dan tes potensi akademik siswa
Data hasil penelitian dari 29 siswa
pada angket meliputi dua faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar. Faktorfaktor tersebut dapat dibahas sebagai
berikut:
Hasil angket merujuk pada Tabel 4.2
menunjukkan bahwa aspek motivasi
merupakan aspek pertama faktor internal
yang mempengaruhi kesulitan belajar
siswa dalam mempelajari larutan
penyangga. Aspek ini terdiri dari dua
indikator, yaitu indikator perhatian siswa
terhadap pembelajaran dan usaha siswa
untuk belajar konsep larutan penyangga.
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa indikator
pertama 54,31% dengan kualifikasi
cukup berpengaruh. Hal ini berarti
136

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Selanjutnya indikator ruang belajar,
memiliki persentase sebesar 56,03%
dengan kualifikasi cukup berpengaruh,
artinya kenyamanan ruang belajar
berpengaruh terhadap penyebab kesulitan
belajar siswa dalam mempelajari larutan
penyangga. Dan fasilitas sekolah
memiliki persentase sebesar 56,56%
pada kualifikasi cukup berpengaruh. Hal
ini karena masih kurangnya alat-alat dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk
melakukan praktikum.
Untuk indikator lainnya untuk faktor
internal yaitu indikator usaha siswa,
aspek
minat,
aspek
intelegensi,
kemampuan bahasa, kemampuan logika
dan untuk faktor eksternal indikator alatalat buku pelajaran, aspek kondisi
keluarga, aspek guru dan letak gedung
sekolah tidak mempengaruhi kesulitan
belajar siswa. Hal ini dikarenakan
memiliki persentase di atas 60%.

ISSN. 2503-4448

DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Z. (2006). Kesulitan Belajar
Dalam Perspektif Pendidikan.
Skripsi. Program Studi Pendidikan
Luar Biasa. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Arifin,
Z.
(2010).
Evaluasi
Pembelajaran.
Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Djamarah, S.B. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Kurniawan, M.A. Menggali Pemahaman
Siswa SMA Pada Materi Larutan
Penyangga
Menggunakan
Instrumen Diagnostik Two-Tier.
Skripsi. Program Studi Pendidikan
Kimia. Universitas Negeri Malang.
Moleong, L. J. (1989). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remadja Karya CV.

KESIMPULAN
Kesulitan belajar yang dialami siswa
kelas XI IPA dalam menyelesaikan soalsoal larutan penyangga MAN 2
Pontianak Tahun ajaran 2014/2015 yaitu,
13,7% sulit menentukan suatu larutan
penyangga,
56,85%
sulit
dalam
penentuan pH dan pOH dan 93,10% sulit
pada penambahan sedikit asam atau basa.
Sedangkan untuk faktor-faktor kesulitan
belajar siswa pada materi larutan
penyangga untuk faktor internal yaitu
motivasi, bakat masing-masing 54,31%
dan 55,4%. sedangkan faktor eksternal
yaitu aspek tempat belajar di rumah dan
fasilitas sekolah masing-masing sebesar
56,03% dan 56,56%.

Nawawi, H. (2012). Metode Penelitian
Bidang Sosial. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Riduwan. (2005). Dasar-dasar Statistika.
Bandung : CV. Alfabeta.
Sabri, A. (2007). Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.
Sapuroh, S. (2010). Analisis Kesulitan
Belajar Siswa Dalam Memahami
Konsep Monera. Skripsi. Program
Studi
Pendidikan
Biologi.
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

137

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Slameto. (2003). Belajar dan Faktorfaktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta : Rineka Cipta.

ISSN. 2503-4448

Syah, M. (2012). Psikologi Belajar.
Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

138