MULTI LEVEL MARKETING DALAM ISLAM Irfan Nurudin Program Studi Teknik Informatika STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA Jl. Sisingamangaraja 76 Yogyakarta ABSTRACT - Jurnal Online STMIK EL RAHMA

MULTI LEVEL MARKETING DALAM ISLAM
Irfan Nurudin
Program Studi Teknik Informatika
STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA
Jl. Sisingamangaraja 76 Yogyakarta

ABSTRACT
In this period, the new trading system emerges in the discussion of word
economics. One of them is Multi Level Marketing (MLM). Multi level marketing is
one of trading system that uses consumers as seller. Many business use this trading
system like local business, regional business or international business. The famous
MLM trading system used are Amway, Kelling, Forever Young, Tianshi, CNI, Sophie
Martin etc.
In the MLM there are some problems. The first, many people very arouse
interest about MLM because they are can promise the big profit short in time. The
problem is only some people that get the big profit. While many member of multi level
marketing that have to work but fail to get the big profit. This failure can’t caused they
are not work very hard but caused the system.
The second problem is most MLM use money game system. It is game or
business that require money first with promise will get return without work. They are get
many profit from membership money that join this MLM not from trading process.

Membership money will be allotted to up line as commission. This matter harm all
members residing in most under.
In Islam there are elements of business ethics such as vague, gambling,
oppression, there is no usury, danger, deception and object of business not from something
forbidden. All of business can’t contradiction with business ethic in Islam. Therefore any
business which contradiction with business ethic in Islam so that business is forbidden in
Islam. This order valid for all of business.
Keywords: Islam, multi, level, marketing.
ITISARI
Pada periode ini, sistem perdagangan baru muncul dalam
pembahasan ekonomi kata. Salah satunya adalah Multi Level Marketing
(MLM). Multi level marketing adalah salah satu sistem perdagangan yang
menggunakan konsumen sebagai penjual. Banyak bisnis yang
menggunakan sistem perdagangan seperti bisnis lokal, bisnis regional atau
bisnis internasional. MLM terkenal sistem perdagangan yang digunakan
adalah Amway, Kelling, Forever Young, Tianshi, CNI, Sophie Martin dll
Dalam MLM ada beberapa masalah. Pertama, banyak orang yang
sangat membangkitkan minat tentang MLM karena mereka bisa
menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Masalahnya hanya
beberapa orang yang mendapatkan keuntungan yang besar. Sementara

banyak anggota multi level marketing yang harus bekerja tetapi gagal untuk

mendapatkan keuntungan yang besar. Kegagalan ini tidak dapat
menyebabkan mereka tidak bekerja sangat keras tetapi disebabkan sistem.
Masalah kedua yang paling menggunakan sistem permainan uang
MLM. Ini adalah permainan atau usaha yang memerlukan uang pertama
dengan janji akan mendapatkan kembali tanpa kerja. Mereka banyak
mendapatkan keuntungan dari uang keanggotaan yang ikut MLM ini tidak
dari proses perdagangan. Keanggotaan uang akan dialokasikan untuk
berbaris sebagai komisi. Hal ini merugikan semua anggota yang berada di
paling bawah.
Dalam Islam ada unsur etika bisnis seperti samar-samar, perjudian,
penindasan, tidak ada riba, bahaya, penipuan dan objek bisnis bukan dari
sesuatu yang dilarang. Semua bisnis dapat tidak bertentangan dengan etika
bisnis dalam Islam. Oleh karena itu setiap usaha yang bertentangan dengan
etika bisnis dalam Islam sehingga bisnis yang dilarang dalam Islam. Order
ini berlaku untuk semua bisnis.
Katakunci: Islam, multi, level, marketing.
PENDAHULUAN
Pada beberapa tahun terakhir ini muncul system perdagangan baru

yaitu Multi Level Marketing (MLM). System ini sangat cepat berkembang
di setiap lapisan masyarakat. hal ini bisa difahami karena MLM telah
menjanjikan kepada masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tinggi
dengan waktu yang relative singkat. Sistem perdagangan ini dipraktekkan
oleh berbagai perusahaan, baik yang berskala lokal, nasional, regional
maupun internasional. Di antaranya adalah Amway, Kelling, Forever Young,
Tianshi, CNI, Sophie Martin dan lain-lain.
Dalam hal ini banyak masyarakat yang mempersoalkan kebolehan
system ini dipraktekkan. System ini dianggap mempunyai banyak hal yang
perlu untuk dipersoalkan. Oleh karena itu menjadi penting untuk
membahasnya. Dengan pembahasan ini diharapkan masyarakat akan
semakin mantap untuk memilih mengikutinya atau justru berupaya untuk
meninggalkannya.
PEMBAHASAN
MENGENAL MULTI LEVEL MARKETING
Definisi Multi Level Marketing
Pemasaran berjenjang (bahasa Inggris: multi level marketing) adalah
sistem penjualan yang memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur
secara langsung. Harga barang yang ditawarkan di tingkat konsumen adalah
harga produksi ditambah komisi yang menjadi hak konsumen karena

secara tidak langsung telah membantu kelancaran distribusi.
Bisnis yang menggunakan multilevel marketing ini memang
digerakkan dengan jaringan, yang terdiri dari up line dan down line. Meski

masing-masing perusahaan dan pebisnisnya menyebut dengan istilah yang
berbeda-beda. Demikian juga dengan bentuk jaringannya, antara satu
perusahaan dengan yang lain, mempunyai aturan dan mekanisme yang
berbeda; ada yang vertikal, dan horisontal. Misalnya, Gold Quest dari satu
orang disebut TCO (tracking centre owner), untuk mendapatkan bonus
dari perusahaan, dia harus mempunyai jaringan; 5 orang di sebelah kanan,
dan 5 orang di sebelah kiri, sehingga baru disebut satu level. Kemudian
disambung dengan level-level berikutnya hingga sampai pada titik level
tertentu ke bawah yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Masing-masing
level tersebut kemudian mendapatkan bonus (komisi) sesuai dengan
ketentuan yang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan. Meski
perusahaan ini tidak menyebut dengan istilah multilevel marketing, namun
diakui atau tidak, sejatinya praktek yang digunakan adalah praktek
multilevel marketing.
Sistem Pemasaran
Pakar marketing ternama Don Failla, membagi marketing menjadi

tiga macam. Pertama, retail (eceran), Kedua, direct selling (penjualan langsung
ke konsumen), Ketiga multi level marketing (pemasaran berjenjang melalui
jaringan distribusi yang dibangun dengan memposisikan pelanggan
sekaligus sebagai tenaga pemasaran).
Kemunculan trend strategi pemasaran produk melalui sistem MLM
di dunia bisnis modern sangat menguntungkan banyak pihak, seperti
pengusaha (baik produsen maupun perusahaan MLM).Hal ini disebabkan
karena adanya penghematan biaya dalam iklan, Bisnis ini juga
menguntungkan para distributor yang berperan sebagai simsar (Mitra
Niaga) yang ingin bebas (tidak terikat) dalam bekerja.
Sistem marketing MLM yang lahir pada tahun 1939 merupakan
kreasi dan inovasi marketing yang melibatkan masyarakat konsumen dalam
kegiatan usaha pemasaran dengan tujuan agar masyarakat konsumen dapat
menikmati tidak saja manfaat produk, tetapi juga manfaat finansial dalam
bentuk insentif, hadiah-hadiah, haji dan umrah, perlindungan asuransi,
tabungan hari tua dan bahkan kepemilikan saham perusahaan. (Ahmad
Basyuni Lubis, Al-Iqtishad, November 2000).
Sistem Keanggotaan
Promotor (upline) biasanya adalah anggota yang sudah
mendapatkan hak keanggotaan terlebih dahulu, sedangkan bawahan

(downline) adalah anggota baru yang mendaftar atau direkrut oleh promotor.
Akan tetapi, pada beberapa sistem tertentu, jenjang keanggotaan ini bisa
berubah-ubah sesuai dengan syarat pembayaran atau pembelian tertentu.
Komisi yang diberikan dalam pemasaran berjenjang dihitung
berdasarkan banyaknya jasa distribusi yang otomatis terjadi jika bawahan
melakukan pembelian barang. Promotor akan mendapatkan bagian komisi
tertentu sebagai bentuk balas jasa atas perekrutan bawahan. Namun ada

juga beberapa MLM yang tidak memberikan bonus atas jasa perekrutan,
karena bonus perekrutan termasuk bonus yg dilarang berdasarkan
Permendag No 13 tahun 2006 Bab I Pasal 1 ayat 11.
Gambaran MLM secara global
Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring
calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member
(anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM. Adapun secara
terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk
menjadi member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli
paket produk perusahaan dengan harga tertentu.
2. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli

diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.
3. Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari
member-member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli produk
perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
4. Para member baru juga bertugas mencari calon member-member baru
lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan
mengisi formulir keanggotaan.
5. Jika member mampu menjaring member-member yang banyak, maka ia
akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang
dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena
perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus
mennjadi konsumen paket produk perusahaan.
6. Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen
paker produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama,
kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet dari
perusahaan, karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya
member-member baru tersebut.
Model MLM bisa digambarkan dalam bentuk sebagai berikut :

ETIKA BISNIS DALAM ISLAM

Etika bisnis adalah seperangkat norma yang bertumpu pada aqidah,
syari’ah dan akhlak yang diambil dari al-qur’an dan as-Sunnah yang
digunakan sebagai tolok ukur dalam kegiatan bisnis dan hal-hal yang
berhubungan dengannya. Oleh karenanya segala macam bisnis di dalam
Islam harus disesuaikan dengan etika bisnis dalam Islam. Hal ini dapat
dirinci sebagaimana berikut :
a. Asas-Asas Bisnis Dalam Islam
Kegiatan berbisnis menurut Islam harus didasarkan atas asas-asas
sebagai berikut:
1. At-Tauhid
“Katakanlah: Dia-lah Allah yang maha esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya (QS. Al-Ikhlash: 1-4)
2. Al-Amanah
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah

kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan
Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 283)
3. Ash-Shiddiq (Kejujuran)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaq walah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah: 119)
“Dari Abi Sa’id, dari Nabi saw bersabda: Pedagang yang jujur dan terpercaya
bersama para Nabi, orang-orang yang jujur dan syuhada’”. (HR. Tirmidzi)
4. Al-‘Adalah (Keadilan)
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Ma’idah: 8)
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepda kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl: 90)


5. Al-Ibahah (Kebolehan)
“Dialah yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu”. (QS.al-Baqarah: 22)
“Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di muka bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia maha
mengetahui segala sesuatu”. (QS.al-Baqarah: 29)
6. At-Ta’awun (saling tolong menolong)
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al-Ma’idah: 2)
“Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw bersabda:…dan Allah selalu
menolong hamba-hamba-Nya selama hamba-hamba-Nya suka menolong saudaranya.
(HR. Muslim)
7. Al-Maslahah (Kemaslahatan)

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) bagi semesta
alam”. (QS. Al-Anbiya’: 107)
“Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh
berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah)

8. At-Taradli (Saling Kerelaan)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu sekalian,
sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 29)
9. Al-Akhlak Al-Karimah (Kesopanan)
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah maha kaya lagi
maha penyantun. (QS. Al-Baqarah: 263)
“Dari Jabir ibn Abdullah r.a.; bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Allah
mengasihi seseorang yang berbuat baik dalam menjual dan membeli serta dalam
memberikan keputusan”. (HR. Bukhari)
b. Unsur-Unsur Larangan Dalam Berbisnis
1. Jahalah (Kesamaran)
Setiap aqad perdagangan ada hal yang membawa pertentangan, apabila
barang yang dijual itu tidak diketahui atau karena ada unsur penipuan yang
dapat menimbulkan pertentangan antara si penjual dan pembeli atau
kerana salah satu ada yang menipu. Cara seperti ini dilarang oleh Rasulullah
s.a.w, sebagai usaha menutup pintu perbuatan maksiat (saddud dzara'ik).
“Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah saw melarang jual beli muhaqalah,
jual beli buah yang masih hijau (belum matang), jual beli raba, jual beli lempar dan
jual beli muzabanah”. (HR. Bukhari)
“Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Nabi saw datang ke Madinah, sementara mereka
sudah biasa melaksanakan akad salam terhadap buah-buahan untuk waktu satu
tahun dan dua tahun. Beliau bersabda: Barangsiapa melakukan akad salam,
hendaklah dilakukan dengan takaran tertentu, timbangan tertentu dalam jangka
waktu tertentu”. (HR. Muslim)
2. Maisir (Perjudian)
Secara bahasa Maisir bisa dimaknakan dalam beberapa kalimat : Gampang
/ mudah, orang yang kaya dan wajib. Secara istilah, Maisir adalah setiap
Mu’amalah yang orang masuk kedalamnya dan dia mungkin rugi dan

mungkin beruntung. Ini defenisi Maisir dalam istilah ulama, walaupun
sebagian orang mengartikan Maisir ini ke dalam bahasa Indonesia dengan
pengertian sempit, yaitu judi. Judi adalah salah satu bentuk Maisir sebab
seseorang masuk kedalamnya mungkin menang dan mungkin kalah,
mungkin untung dan mungkin rugi. Karena itu sangatlah sempit dan
kurang tepat bila Maisir diartikan dengan judi. Kalimat “mungkin rugi dan
mungkin untung”, juga ada dalam Mu’amalat jual beli, sebab orang yang
berdagang mungkin untung mungkin rugi. Namun Mu’amalat jual beli ini
berbeda dengan Maisir, seorang pedagang bila mengeluarkan uang maka ia
memperoleh barang dan dengan barang itu ia bermu’amalat untuk meraih
keuntungan walaupun mungkin ia mendapat kerugian, tapi Maisir, begitu
seseorang mengeluarkan uang maka mungkin ia rugi atau tidak dapat
apapun dan mungkin ia beruntung. Keharaman judi telah dijelaskan dalam
al-Qur’an, sebagaimana berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntunga”. (QS. Al-Ma’idah: 90)
3. Az-Zhulmu (Penindasan)
Salah satu prinsip jual beli dalam Islam adalah saling ridho. Oleh karena itu
tidak diperkenankan jual-beli jika terjadi penindasan sebagai firman Allah
sebagai berikut :
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya”. (QS. Al-Baqarah: 279)
“Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan (bagi) orang-orang yang
zhalim”. (QS. Al-Qashash: 37)
4. Tidak Mengandung Unsur Riba
Ulama fiqh mendefinisikan riba dengan “kelebihan harta dalam suatu
muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya”. Maksudnya tambahan
terhadap modal uang yang timbul akibat suatu transaksi utang piutang yang
harus diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang jatuh tempo.
Keharaman riba telah banyak dijelaskan dalam al-Qur’an, sebagaimana
berikut :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba” (QS.al-Baqarah: 275)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkankan
sisa-sisa (yang belum dipungut) dari riba, jika kamu orang-orang yang beriman”.
(QS.al-Baqarah: 278)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta riba secara berlipat
ganda dan takutlah kamu kepada Allah agar kamu memperoleh keberuntungan”.
(QS.Ali Imran: 130)
“Dari Jabir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw melaknat orang yang
makan riba, yang memberi riba, yang menuliskannya, dan dua orang saksinya. Beliau
bersabda: Mereka itu sama”. (HR.Muslim)
5. Adh-Dharar (Unsur Membahayakan)
Islam telah melarang jual-beli dengan mengunakan sesuatu yang
membahayakan atau memungkinkan terjadi bahaya. Sebagaimana hadits
Rasulullah saw sebagai berikut :
“Dari Ubadah bin shamit r.a.; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh
membuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR.
Ahmad dan Ibnu majah)
6. Gharar (Penipuan atau Kecurangan)
Gharar adalah suatu akad yang tidak diketahui dengan tegas apakah efek
akad terlaksana atau tidak, seperti melakukan jual beli terhadap burung
yang masih di udara, atau ikan yang masih di dalam air. Larangan gharar
telah tegas di dalam al-Qur’an sebagaimana berikut :
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”. (QS. AlMuthaffifin: 1-3)
“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw lewat pada setumpuk makanan, kemudian
beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut, maka jari-jari
beliau terkena makanan yang basah. Beliau bertanya; Apa ini wahai pemilik
(penjual) makanan ? Ia menjawab: Terkena hujan, wahai Rasulullah. Beliau
bersabda: Mengapa kamu tidak menaruh yang basah ini di atas agar dapat dilihat
orang ? Barangsiapa yang menipu, maka ia bukan golonganku”. (HR. Muslim)
“Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw melarang jual beli dengan lempar
kerikil dan jual beli gharar (spekulasi)”. (HR. Muslim)
7. At Ta’assuf (Penyalahgunaan Hak)
Salah satu prinsip jual beli dalam Islam adalah amanah. Oleh karenanya
tidak sepantasnya bagai kaum muslimin menyalahgunakan hak yang pada

akhirnya akan mendatangkan kemadharatan. Sebagaimana apa yang tertera
dalam al-Qur’an dan hadits sebagai berikut :
“Telah tampak kerusakan di darat daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-rum: 41)
“Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh
berbuat kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah)
8. Monopoli dan Konglomerasi (Ihtikar)
Ihtikar menurut bahasa adalah penimbunan, sedangkan menurut
istilah, Ihtikar adalah membeli barang pada saat lapang lalu menimbunnya
supaya barang tersebut langka di pasaran dan harganya menjadi naik.
“Apa saja harta rampasan (fai’) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang dibrikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
sangat kras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Dari Yahya beliau adalah ibn Sa’id, ia berkata: Bahwa Sa’id ibn Musayyab
memberitakan bahwa Ma’mar berkata: Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang
menimbun barang, maka ia berdosa ...(HR. Muslim, Ahmad dan Abu Dawud)
9. Obyek Bisnis Bukan Sesuatu Yang Haram
Bisnis didalam Islam tidak hanya mempertimbangkan untung dan rugi saja
tetapi juga harus memperhatikan kehalalan produk yang ditawarkan.
Sebagaimana hadits Rasulullah saw berikut ini :
“Dari jabir Ibn Abdullah r.a. ia mendengar Rasulullah saw bersabda pada waktu
tahun kmenangan, ketika itu beliau di Makkah: Sesungguhnya Allah dan RasulNya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi dan berhala. Kemudian
ditanyakan kepada beliau: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda tentang
lemak bangkai, karena ia dapat digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit,
dan dapat digunakan oleh orang-orang untuk penerangan. Beliau bersabda: Tidak, ia
adalah haram. Kemudian beliau bersabda: Allah melaknat orabr-orang Yahudi.
Sesungguhnya Allah tatkala mengharamkan lemaknya, mereka mencairkan lemak
itu, kemudian menjualnya dan makan hasil penjualannya”. (HR. al-Jama’ah)
“Dari Ibnu Abbas Nabi saw bersabda: Allah melkanat orang-orang Yahudi, karean
telah diharamkan kepada mereka lemak-lemak (bangkai) namun mereka menjualnya
dan memakan hasil penjualannya. Sesungguhnya Allah jika mengharamkan kepada
suatu kaum memakan sesuatu, maka haram pula hasil penjualannya”. (HR. Ahmad
dan Abu Dawud)

10. Tidak Boleh Mubazzir
Mubazir itu artinya tidak berguna, sia-sia, terbuang-buang karena tidak
berguna. Kata itu juga dapat berarti royal, pemborosan yang dapat
menghabiskan uang dalam jumlah yang berlebihan. Karena itu semua
tindakan dan perkataan yang termasuk dalam kategori mubazir itu harus
dihindarkan. Kata-kata yang kita gunakan dalam pemberitaan juga mubazir
jika tidak tidak ada manfaatnya, tidak berguna sebab pastilah akan
menghamburkan uang juga. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an
sebagaimana berikut :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburhamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
(QS. Al-Isra’: 26-27)
HUKUM MLM DALAM ISLAM
Prinsip dasar hukum dalam muamalah, dalam hal ini MLM adalah
boleh kecuali jika terdapat hal-hal yang terlarang dalam MLM. Hal ini
sesuai dengan kaidah fiqh, “al-ashlu fil mu’amalah al-ibahah hatta yadullad dalilu
‘ala tahrimi” (pada dasarnya dalam hal muamalah itu boleh sampai
ditemukan dalil yang menunjukkan atas keharamannya). Dan juga telah ada
etika bisnis dalam Islam sebagai dasar pertimbangan halal atau haramnya
suatu bentuk bisnis. Dengan merujuk kepada kaidah dasar fiqh dan etika
bisnis tersebut, maka jika MLM dalam perkembangannya terdapat hal-hal
yang terlarang dalam agama hukumnya menjadi haram. Tidak semua MLM
memang, namun sebagian besar MLM terdapat hal-hal yang terlarang.
Diantaranya adalah :
1. Menjual barang-barang yang diperjualbelikan dalam sistem MLM dengan
harga yang jauh lebih tinggi dari harga wajar, maka hukumnya haram
karena secara tidak langsung pihak perusahaan telah menambahkan harga
yang dibebankan kepada pihak pembeli sebagi sharing modal dalam akad
syirkah mengingat pembeli sekaligus akan menjadi member perusahaan
yang apabila ia ikut memasarkan akan mendapat keuntungan estafet.
Dengan demikian praktek perdagangan MLM mengandung unsur
kesamaran atau penipuan karena terjadi kekaburan antara akad jual beli,
syirkah dan mudlarabah, karena pihak pembeli sesudah menjadi member
juga berfungsi sebagai pekerja yang akan memasarkan produk perusahaan
kepada calon pembeli atau member baru.
2. Calon anggota mendaftar keperusahaan MLM dengan membayar uang
tertentu, dengan ketentuan dia harus membeli produk perusahaan baik
untuk dijual lagi atau tidak dengan ketentuan yang telah ditetapkan untuk
bisa mendapatkan point atau bonus. Dan apabila tidak bis a mencapai

target tersebut maka keanggotaannya akan dicabut dan uangnya pun
hangus. Ini diharamkan karena unsur ghoror (spekulasi) nya sangat jelas
dan ada unsur kedhaliman terhadap anggota.
3. Calon anggota mendaftar dengan membayar uang tertentu, tapi tidak ada
keharusan untuk membeli atau menjual produk perusahaan, dia hanya
berkewajiban mencari anggota baru dengan cara seperti diatas, yakni
membayar uang pendaftaran. Semakin banyak anggota maka akan semakin
banyak bonusnya. Ini adalah bentuk riba karena menaruh uang
diperusahaan tersebut kemudian mendapatkan hasil yan lebih banyak.
4. Mirip dengan yang sebelumnya yaitu perusahaan MLM yang melakukan
kegiatan menjaring dana dari masyarakat untuk menanamkan modal disitu
dengan janji akan diberikan bunga dan bonus dari modalnya. Ini adalah
haram karena ada unsur riba.
5. Perusahaan MLM yang melakukan manipulasi dalam memperdagangkan
produknya, atau memaksa pembeli untuk mengkonsumsi produknya atau
yang dijual adalah barang haram. Maka MLM tersebut jelas keharamannya.
Namun ini tidak cuma ada pada sebagian MLM tapi bisa juga pada bisnis
model lainnya.
Dengan demikian sistem MLM agar menjadi syari’ah terdapat 12 syarat,
sebagaimana berikut :
1. Produk yang dipasarkan harus halal, thayyib (berkualitas) dan
menjauhi syubhat (Syubhat adalah sesuatu yang masih meragukan).
2. Sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan rukun jual beli
sebagaimana yang terdapat dalam hukum Islam (fikih muamalah)
3. Operasional, kebijakan, corporate culture, maupun sistem
akuntansinya harus sesuai syari’ah.
4. Tidak ada excessive mark up harga barang (harga barang di mark
up sampai dua kali lipat), sehingga anggota terzalimi dengan harga
yang amat mahal, tidak sepadan dengan kualitas dan manfaat yang
diperoleh.
5. Struktur manajemennya memiliki Dewan Pengawas Syari’ah (DPS)
yang terdiri dari para ulama yang memahami masalah ekonomi.
6. Formula intensif harus adil, tidak menzalimi down line dan tidak
menempatkan up line hanya menerima pasif income tanpa bekerja,
up line tidak boleh menerima income dari hasil jerih payah down
linenya.
7. Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing
anggota.
8. Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang
yang awal menjadi anggota dengan yang akhir.
9. Bonus yang diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal.

10. Tidak menitik beratkan barang-barang tertier ketika ummat masih
bergelut dengan pemenuhan kebutuhan primer.
11. Cara penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak boleh
mencerminkan sikap hura-hura dan pesta pora, karena sikap itu
tidak syari’ah. Praktik ini banyak terjadi pada sejumlah perusahaan
MLM.
12. Perusahaan MLM harus berorientasi pada kemaslahatan ekonomi
ummat.
KESIMPULAN
Multi Level Marketing merupakan sistem penjualan yang popular
akhir-akhir ini. Hal ini wajar karena memang MLM menjanjikan seseorang
mendapatkan penghasilan yang berlipat dalam waktu relatif singkat. Pada
dasarnya MLM dalam hukum Islam, hukumnya boleh atau tidak terlarang.
Namun jika terdapat hal-hal yang terlarang dalam MLM atau bertentangan
dengan etika bisnis dalam Islam, barulah MLM bisa dihukumi haram.
Dengan demikian hasil dari tulisan ini adalah ada MLM yang diharamkan
karena bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam, namun ini tidak bisa
digeneralisir semua MLM itu haram. Oleh karena itu selama MLM dalam
aplikasinya tidak bertentangan dengan etika bisnis dalam Islam maka
kembali ke hukum asal yaitu boleh.
Daftar Pustaka
Asmuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar 2002.
Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Houve
Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa MUI DKI Jakarta
www.indonesiaindonesia.com
www.wikipedia.org