MENAWARKAN ISLAM YANG BERKEMAJUAN

MENAWARKAN ISLAM YANG BERKEMAJUAN
Oleh: Haedar Nashir

Alhamdulillah warga Muhammadiyah pada umumnya memahami Surat Edaran Pimpinan
Pusat Muhammadiyah seputar kontroversi amandemen pasal 29 UUD 1945. Di beberapa daerah,
Edaran tersebut bahkan disebarluaskan, sehingga memperlebar jangkauan pemasyarakatannya
untuk dipahami oleh segenap warga Persyarikatan. Di sana sini masih terdengar suara-suara yang
mempersoalkan dan memiliki persepsi yang berbeda, tetapi hal itu lumrah adanya, tanpa harus
meninggalkan barisan imamah, jam’iyah, dan jama’ah Muhammadiyah. Anggaplah sebagai
dinamika untuk mempersubur wacana dan khazanah ber-Muhammadiyah.
Kita di lingkungan umat Islam pada umumnya dan Muhammadiyah pada khususnya
sempat dilanda pro dan kontra tentang pasal 29 UUD 1945 itu. Di satu pihak tentu sehat untuk
mencari jalan terbaik dari perjuangan umat Islam menuju cita-cita ideal yang diidam-idamkan.
Namun, tidak jarang juga menimbulkan suasana saling tuding, curiga, salah persepsi, dan bahkan
pengelompokkan yang saling berhadapan antar yang berbeda pandangan.
Alhamdulillah Allah SWT masih menjaga umat Islam dari keadaan yang pecah belah
yang membahayakan kehidupan umat sendiri, juga untuk kehidupan bangsa. Setelah MPR-RI
mengambil keputusan, semua pihak kembali dalam suasana tasamuh, saling pengertian dan
toleransi secara jiwa besar. Bahwa masih terdapat sebagian suasana kurang menggembirakan,
tentu hal yang wajar dalam perjuangan.
Hal yang paling penting bagi warga dan pimpinan Muhammadiyah saat ini dan ke depan

ialah memperkuat barisan dan memperluas pemahaman mengenai berbagai masalah secara
komprehensif. Secara lebih khusus ialah mencerahkan pemikiran keagamaan dengan
memperdalam dan memperluas pemahaman mengenai prinsip-prinsip ajaran Islam dalam
aktualisasinya untuk kehidupan yang serba kompleks dan penuh tantangan di muka bumi ini.
Warga dan pimpinan Muhammadiyah dengan khazanah Islam yang komprehensif selalu
berpikir bagaimana mendudukkan nilai-nilai prinsip dan teknis dalam memahami dan
mengaktualisasikan ajaran Islam. Bagaimana pula mempertemukan hal-hal yang ideal dengan
dunia nyata dalam kehidupan ini. Tidak jarang hal-hal yang apa yang kita pandang prinsip,
ternyata teknis. Apa yang diyakini sentral, ternyata periferal. Apa yang dianggap ideal, ternyata
dalam kenyataannya tidak mudah untuk diaktualisasikan. Lebih-lebih jika menyangkut
persoalan-persoalan politik dan ekonomi serta aspek-aspek duniawi lainnya yang inderawi,
banyak hal yang multi interpretasi dan multi cara dalam melaksanakannya. Wilayah persoalan
lantas menjadi sarat dengan berbagai jendela ijtihadi. Tak ada yang serba mutlak, kecuali Dia
Yang Maha Segala-galanya.
Kita dapat belajar menggali banyak hal dari pemikiran dan langkah Kyai Haji Ahmad
Dahlan dalam memahami dan memperjuangkan ajaran Islam sejak merintis berdirinya
Muhammadiyah. Kyai Dahlan begitu mendalam dan luas pandangannya, tidak sempit dan serba
menyederhanakan. Visi Kyai Dahlan sungguh jauh ke depan. Ketika menggagas sistem sekolah

1


dan kepanduan misalnya, beliau berani mengadopsi sistem Barat yang waktu itu identik dengan
kolonial dan non-Islam (kafir).
Gagasan-gagasan Kyai Dahlan tentang Islam sangatlah maju, dia menawarkan Islam
yang berkemajuan, bukan Islam yang jumud. Kyai Dahlan, seperti temuan Dr. Achmad Jainuri
dalam disertasinya yang dibukukan, bahkan pernah menganjurkan agar kajian mengenai agama
lain dan diskusi dengan pendeta dilakukan di masjid-masjid, untuk sampai pada keyakinan akan
kebenaran agama. Kyai juga mengeritik pemikiran yang tidak didasarkan pada penulusuran nalar
secara mendalam.
Mudah-mudahan segenap warga dan pimpinan Muhammadiyah dapat menangkap api
tajdid Kyai Dahlan, yakni mengibarkan Islam yang berkemajuan!
Sumber: SM-19-2002

2