LAKUKAN STAMBUS ACCORD, HILANGKAN PRASAN... 49KB Jun 13 2011 06:28:09 AM

LAKUKAN STAMBUS ACCORD, HILANGKAN PRASANGKA
Masih terjadinya marginalisasi dan terpecahnya umat Islam secara politik serta lemahnya
ekonomi umat Islam di Indonesia, membuat gerakan umat Islam menjadi lemah. Apa
langkah dan strategi yang harus dilakukan agar umat Islam kuat secara politik dan kuat
basis ekonominya. Apa yang dapat dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah untuk
meretas masa depan umat Islam?
Berikut kita ikuti wawancara Ton Martono dari SM dengan KH.Shalahuddin Wahid, salah
seorang ketua PB NU, yang dikenal sebagai tokoh moderat NU yang cukup berpengaruh..
Umat Islam yang mayoritas di negeri ini, tapi masih marginal dan terpecah-pecah secara
politik, dan juga lemah basis ekonominya. Bagaimana pandangan anda tentang situasi
paradoks tersebut?
Terpinggirkannya umat Islam ini, sekalipun umat Islam mayoritas, karena umat Islam di
Indonesia ini tidak diberi kesempatan. Kesempatan itu di manfaatkan oleh sekelompok
orang, yakni beberapa pengusaha kaya yang bekerjasama dengan penguasa. Nah jatuhnya
Presiden Suharto dianggap bisa merubah keadaan, tetapi nyatanya waktu terus bergulir
dan sampai saat ini tidak terjadi. Bahkan praktek KKN hingga hari ini masih merajalela.
Partai-partai baru yang diharapkan bisa berperan untuk mengubah keadaan ternyata tidak
bisa memenuhi harapan rakyat, termasuk partai Islam. Melihat kenyataan ini ke depan
bagaimana? Makanya ke depan kita harus betul-betul bisa menegakkan supremasi
hukum, kalau hukum tegak maka berbagai pelanggaran akan ditindak, kerugian negara
sebagian kita kembalikan, sayangnya sekarang ini berbagai jenis pelanggaran terus

berlangsung.
Kemudian dari segi keamanan bisa terwujud kalau ada penegakan hukum, seperti kasus
di Ambon, Aceh dan lain-lain semakin parah itu karena tidak ada penegakan hukum dan
otomatis karena mereka merasa tidak ada perlindungan hukum, maka kerusuhan bisa
terjadi sewaktu-waktu. Belum lagi masalah narkoba dan tindak kejahatan lain yang makin
marak akhir-akhir ini. Berbagai kendala yang ada di antaranya karena jumlah aparat
kepolisian yang ada kurang memadai, jumlah dana dan fasilitas juga kurang
memadai.Sementara itu praktek-praktek perjudian yang meluas juga merusak
perekonomian rakyat. Praktek perjudian ini marak karena ada dukungan dari pihak
keamanan dan penguasa. dan ini semu terkait dengan penegakan hukum.
Makanya menurut saya kalau pemerintah atau Presiden serta kabinetnya bersama-sama
Jaksa Agung, Mahkamah Agung, Kepolisian dan Aparat Keamanan serta Kajati di
Jawa, Riau, Kaltim, Sumut dan lain-lain yang memiliki sumber daya alam yang besar ,
maka Kajatinya harus orang-orang yang benar-benar bersih, maka saya yakin bisa
berubah.
Kalau saya jadi Presiden atau jadi Jaksa Agung, yang saya lakukan pertama adalah
melakukan penggantian jaksa dan hakim, dan yang jual beli perkara kita pecat. Kemudian
kita siapkan anak muda bangsa yang potensial untuk menggatikannya.
Melihat fenomena tersebut bisakah umat Islam ini kuat secara politis?


Menurut saya agak sulit. Ada dua hal yang harus kita perhatikan, pertama adalah DPR
dan yang kedua adalah eksekutif. Kalau Pemilu 2004 yang akan datang itu memakai
sistem distrik, maka partai-partai yang jumlahnya cukup besar itu akan rontok, dan yang
dapat kursi di DPR itu hanya lima partai yakni PDIP, Golkar, PKB, PPP dan PAN. Tetapi
perolehan kursinya tidak sama dengan pemilu kemarin, PDIP dan Golkar akan
mendapatkan tambahan kursi masing-masing 40 dan yang lain rontok. PAN misalnya
hanya akan mendapat 20 kursi, PPP mendapat 32 kursi kemudian PKB mendapat 43
kursi. Ini simulasi dan analisis saya.
Melihat fenomena itu, maka secara kuantitatif massage yang dapat kita tangkap adalah
Partai Islam dan Partai yang berbasis massa Islam harus bisa bekerjasama dalam bentuk
Stambus Accord, nah partai yang berbasis massa Islam yang besar adalah PKB dan PAN.
Kalau itu bisa kita lakukan diharapkan bisa menampilkan seorang pemimpin dari umat
Islam. Kerjasama itu bisa atau tidak kita lihat nanti.
Adanya berbagai pertemuan silaturahmi tokoh umat Islam dan tokoh Parpol Islam apakah
akan mengarah ke sana?
Untuk saat sekarang belum, tetapi bisa saja akan mengerucut untuk menggalang
kekuatan. Kan tidak salah kalau kita arahkan ke sana , terutama untuk menghadapi
pemilu 2004 yang akan datang.
Langkah strategi apa yang harus kita tempuh agar umat Islam bisa kuat secara politis?
Kerjasama, melakukan Stambus Accord. Posisi umat Islam akan memimpin kalau itu kita

lakukan.
Bagaimana dengan pemilihan Presiden secara langsung?
Saya membuat peta sederhana, bahkan mungkin sangat sederhana. Sekarang ini ada lima
kelompok atau lima kalangan, yang pertama adalah kalangan pendukung Bung Karno ini
ada di PDIP, yang kedua Golkar, yang ketiga kalangan NU. Kalangan NU ini ada yang di
PKB, ada yang di Golkar dan ada yang di PPP dan sebagian ada di PDIP, yang keempat
adalah Muhammadiyah dan kalangan Islam yang lain, apakah itu Dewan Dakwah,
apakah itu Persis, MUI dan lain-lain. Dan yang kelima adalah Pemilih Pemula.
PDIP sudah jelas calonnya Megawati, Golkar sampai saat ini belum punya calon,
kalaupun ada paling hanya sampai RI 2, NU sampai hari ini belum punya calon,
Muhammadiyah dan kawan-kawan sampai hari ini calonnya adalah Amien Rais.
Sedangkan kelompok yang kelima pemilih pemula dan sebagian dari elemen lain
calonnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
Nah, sekarang ini kalau kalangan Islam mau menang, berarti harus kerjasama antara NU
dan Muhammadiyah. Itupun belum cukup. Dia harus mengambil juga sebagian dari
kalangan Golkar dan dari kalangan pemilih pemula. Pertanyannya sekarang kalau bisa
bekerjasama yang harus kita pikirkan adalah siapa yang jadi Presiden dan siapa yang jadi
wakil Presiden. Di sini harus di rumuskan dengan matang.

Memang ada beberapa kesulitan dalam hal ini. Kita tahu bahwa dari Muhammadiyah

calonnya Amien Rais, tetapi pertanyaanyya sekarang apakah warga NU mau memilih
Amien Rais? Karena Amien Rais kemarin menjatuhkan Gus Dur, sedangkan Gus Dur itu
dikalangan NU masih dianggap sebagai tokoh panutan, walaupun dia pasang Wakil
Presidennya orang NU, apakah itu KH.Hasyim Muzadi atau siapa pun masih tanda tanya
besar. Jadi kalau ada Amien Rais, ada Megawati dan ada Susilo Bambang Yudhoyono,
maka kalangan NU akan memilih SBY, tidak akan memilih Megawati dan tidak akan
memilih Amien Rais. Ini berdasarkan pemantauan saya dari atas hingga warga NU yang
paling bawah, karena SBY ini tidak ikut menjatuhkan Gus Dur.
Kalau posisi pemimpin nasional sudah di tangan umat Islam, lalu sekarang bagaimana
untuk memperkuat basis ekonomi dan SDM nya?
Ini memang pertanyaan yang sulit dijawab. Umat Islam jumlahnya banyak tetapi
kondisinya sangat menyedihkan, makanya perlu dicari formulasi yang paling tepat
bagaimana umat Islam yang banyak ini bisa menjadi kekuatan ekonomi. Saya optimis
apabila NU dan Muhammadiyah ini bekerjasama dalam membangun ekonomi dan
membentuk jaringan-jaringan, tapi hal itu khayalan saya saja, tetapi bukan sesuatu yang
mustahil untuk masa kedepan. Cuma sayangnya antara NU dan Muhammadiyah ini
masih belum bisa bekerjasama secara pas, karena dipengaruhi banyak hal terutama
masalah khilafiyah fiqih dan khilafiyah politik. Tapi mungkin kerjasama itu akan
terwujud kalau pemerintahannya telah dipegang oleh orang Islam, siapa pun Presidennya
tidak masalah entah dari Muhammadiyah atau yang lain.

Kemudian prasarat yang tidak bisa dihindari adalah membangun SDM di kalangan umat
Islam, agar di masa depan umat Islam ini tidak ketinggalan jauh dengan orang lain.
Lalu kira-kira arah ke depan umat Islam ini harus seperti apa ?
Islam itu punya modal besar dalam bentuk ajaran, keteladanan, ajaran yang baik itu
pernah dijalankan oleh Rasulullah. Sayangnya sekarang ini belum berbuah, bahkan orang
Islam itu memiliki ajaran yang berbelah misalnya ibadah mahdhah kita bagus tetapi
perilaku sehari-harinya jelek, bagaimana memperbaikinya? Sekarang ini kalau kita bisa
mengurangi kesenjangan itu Insya Allah umat Islam akan sejahtera, karena tidak ada
alasan untuk tidak optimistis.
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah untuk meretas masa depan
umat Islam?
Sekarang kita baru pada tahap paling awal, yakni kerjasama antara PB NU dan PP
Muhammadiyah ini baru langkah pertama dari ribuan langkah selanjutnya. Tapi itu
sebagai awal yang baik dan bisa diteruskan ke tingkat Wilayah, Daerah dan cabangcabang. Kerjasama itu bisa diekspresikan dalam berbagai bentuk kegiatan terutama yang
bersifat sosial dan keagamaan serta hindari perselisihan-perselisihan politik diantara
kita. Kami mengakui bahwa Muhammadiyah memiliki amal usaha di bidang pendidikan
yang bermutu, NU akan belajar pada Muhammadiyah, dan dalam bidang tertentu

Muhammadiyah juga belajar pada NU. Nah sekarang ini prasangka-prasangka yang
kurang baik harus dihilangkan, karena dulu secara politik NU telah diapusi oleh

Muhammadiyah sekalipun ini bahasa yang kasar sekali kedengarannya tapi ini terbuka
saja, jadi istilahnya barang yang bathil tetapi diorganisir secara baik akan mengalahkan
barang yang hak. Jadi prasangka-prasangka seperti ini perlu kita hapuskan.
Saya ini jujur saja tidak merasa apa-apa dan tidak merasa berbeda dengan
Muhammadiyah, demikian juga di kalangan NU saya ini moderat, bahkan dikalangan
HMI, Dewan Dakwah di ICMI dan lain sebagainya. Dan saya pikir hal ini harus kita
lakukan dan jangan mewariskan kepada anak cucu kita prasangka-prasangka yang tidak
ada dasarnya. Itu harus kita sudahi.
Apa harapan dan pesan penting Anda ?
Kalau dengan Muhammadiyah saya kira sudah tidak ada masalah. Dikalangan warga NU
sendiri ada yang di PKB dengan warga NU yang di PPP itu kan sampai terjadi saling
bunuh.
Nah saya sampaikan kepada mereka ini, bagaimana kita akan mencapai kemenangan
kalau kita sibuk diantara kita sendiri berkelahi. Kita ini berburu di hutan yang sama,
berarti peluang untuk saling menembak itu besar sekali. Kita ini bercocok tanam di
ladang yang sama saling memacul itu bisa terjadi. Oleh karena itu untuk mengurangi
meredam dan menghidarkan konflik sesama kita, kenapa kita tidak bekerjasama saja
dalam bentuk Stambus Accord .Kekuatan Islam bukan hanya NU, Muhammadiyah tetapi
juga kalangan elemen umat Islam yang lain dengan PK, PBB, PAN, PKB, PPP. Dan itu
bukan merupakan utopia, itu bisa realistis.

Saya mengarang buku khusus untuk itu dan saya diskusikan di berbagai kalangan sudah
kesembilan kali. Judulnya menggagas peran politik NU, yang intinya kalau NU tidak
bekerjasama dengan kekuatan Islam lain, akan kalah. Dulu kita kalah karena
dipinggirkan, sekarang diri kita, kita pinggirkan sendiri, makanya kalau kita tidak bisa
bekerjasama dan kalah jangan menyalahkan orang lain dan jangan menyalahkan Gusti
Allah.

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 03 2002