04.PENYELIDIKAN BATUBARA KALORI TINGGI UNTUK COOKING COAL DAERAH TERING

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN BATUBARA
KALORI TINGGI UNTUK COOKING COAL
DAERAH TERING, KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Eko Budi Cahyono
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Penyelidikan batubara di daerah Tering dan sekitarya, Kabupaten Kutai Barat,
Provinsi Kalimantan Timur dilakukan dalam rangka pencarian potensi bahan galian
khususnya batubara yang diduga sebagai ‘Cooking Coal‘ di wilayah Tering dan
sekitarnya.
Pelaksanaan kegiatan penyelidikan batubara dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder berupa pencarian data dan informasi mengenai daerah
yang bersangkutan, baik dari informasi dari pemerintah setempat, data pendukung
geologis, penyelidik terdahulu dan segala informasi yang menunjang. Sedangkan
penyelidikan di lapangan sebagai bentuk kegiatan primer dengan cara pencarian
singkapan batubara dan mendapatkan informasi dari pemerintah serta penduduk
setempat.
Secara umum geologi daerah peyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Kutai,

dimana cekungan tersebut dibatasi oleh Tinggian Kucing, sebelah utara oleh Tinggian
Mangkalihat, sebelah selatan oleh Cekungan Barito dan sebelah timur oleh Selat
Makasar Secara stratigrafi formasi pembawa batubara di daerah peyelidikan adalah
Formasi Warukin, Pamaluan, Montalat, Ujohbilang, dan Haloq, dan Formasi Haloq
merupakan formasi batubara yang mempunyai nilai kalori tinggi.
Hasil penyelidikan di lapangan didapatkan loasi singkapan batubara sebanyak
19 buah yang tersebar pada Formasi Haloq dan Pamaluan arah umum strike
singkapan batubara adalah timurlaut – baratdaya, dengan kemiringan singkapan
antara 8 O - 25 O. Ketebalan singkapan berkisar antara 0,10 – 1,1 m. Analisa dari data
laboratorium didapatkan nilai kalori batubara sebesar 6.750 – 7.452 kal/gr (adb),
dimana batubara merupakan katagori jenis kualitas tinggi.
Total perhitungan sumber daya batubara di daerah penyelidikan didapatkan
sebesar 12.444.265,65 ton, dari jumlah 6 seam lapisan batubara hasil korelasi dengan
rincian 4 buah seam pada Formasi Haloq dan 2 seam pada Formasi Pamaluan.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka usaha peningkatan
tersedianya
data

dan
informasi
mengenai potensi batubara kalori tinggi
di Indonesia, maka pemerintah mulai
melakukan penyelidikan batubara dan
mencari potensi serta sumberdaya

energi. Hal ini juga terkait dengan
penyusunan neraca sumber daya
batubara dan gambut serta peningkatan
investasi di bidang eksplorasi batubara.
Maksud Dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan adalah
untuk mengetahui akan potensi endapan
batubara kalori tinggi secara lateral dan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

43


BUKU 1 : BIDANG ENERGI

penyebarannya. Pengamatan dilakukan
dengan cara mencari dan mengamati
singkapan batubara yang ada di dalam
lapisan pembawa batubara. Kemudian
dari singkapan yang telah ditemukan
diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai
luas,
sebaran
dan
sumberdaya
batubara
di
daerah
tersebut.
Tujuannya
adalah
untuk

mengetahui batubara kalori tinggi yang
dapat digunakan sebagai batubara
cooking coal yang banyak dibutuhkan
oleh industri. Selain itu, penyelidikan
batubara
kalori
tinggi
ini
dapat
menambah data potensi dan sumber
daya batubara pada di Pusat Sumber
Daya Geologi, dalam rangka penyediaan
informasi bagi pemerintah setempat dan
menarik
minat
investor
dalam
pengembangan pertambangan batubara,
terutama cooking coal.
Lokasi Daerah Penyelidikan

Lokasi
penyelidikan
terletak
sekitar 200 km ke arah baratlaut dari
Kota Samarinda, ibukota Provinsi
Kalimantan Timur. Dimana dari ibukota
provinsi ditempuh melalui jalan darat/air
menuju
Melak/Sendawar,
ibukota
Kabupaten Kutai Barat, dan selanjutnya
ditempuh dengan jalan darat dan air
menuju daerah Tering (Gambar 1).
Secara
administratif
lokasi
penyelidikan
berada
di
wilayah

Kecamatan Tering, yang merupakan
kecamatan pemekaran dari Kecamatan
Longiram. Dan secara geografis wilayah
penyelidikan berada pada koordinat 0o
05’ LU – 0o 10’ LS dan 115o 20’ – 115o
35’
Keadaan Lingkungan
Karakteristik iklim Kabupaten
Kutai Barat termasuk dalam kategori
iklim tropika humida, dengan rata-rata
curah hujan tertinggi terdapat pada bulan

April dan terendah di bulan Agustus, dan
tidak menunjukkan adanya bulan kering,
atau sepanjang bulan dalam satu tahun
selalu terdapat sekurang-kurangnya
tujuh hari hujan. Namun demikian dalam
tahun-tahun terakhir ini, keadaan iklim di
Kabupaten Kutai Barat terkadang tidak
menentu. Pada bulan-bulan yang

seharusnya
turun
hujan
dalam
kenyataannya
tidak
hujan,
atau
sebaliknya pada bulan yang seharusnya
kemarau bahkan terjadi hujan dengan
dengan musim yang lebih panjang.
Temperatur minimum umumnya terjadi
pada bulan Oktober sampai dengan
Januari,
sedangkan
temperatur
maksimum terjadi antara bulan Juli
sampai dengan bulan Agustus.
Daerah beriklim seperti ini tidak
mempunyai perbedaan yang jelas antara

musim hujan dan musim kemarau. Pada
musim angin barat hujan turun sekitar
sekitar bulan Agustus sampai bulan
Maret, sedangkan pada musim timur
hujan relatif kurang, hal ini terjadi pada
sekitar bulan April sampai bulan
September.
Dari sektor alam, wilayah daerah
penyelidikan sangat luas dengan alat
transportasi utama adalah air dan
sebagian darat, menjadikan Kabupaten
Kutai Barat masih mempunyai lahan
hutan yang sangat luas, terutama ke
arah hulu Sungai Mahakam. Beberapa
hutan alam dan perkebunan penduduk
sangat banyak dijumpai hampir di semua
wilayah
Kabupaten
Kutai
Barat.

Pertambangan batubara dalam bentuk
KP sudah ada dengan adanya beberapa
perusahaan swasta yang menempati di
wilayah sekitar daerah penyelidikan.
Sementarta pertambangan emas sudah
mulai tidak ada, oleh karena produksinya
yang semakin menurun. Salah satu
perusahaan swasta tambang emas yang
besar adalah PT. KEM (Kelian Equatorial
Mining),
juga
sudah
berhenti

44 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

berproduksi, dan sekarang memulai
tahap reklamasai dan reboisasi di sekitar

kawasan pertambangan.

sangat
luas
penyelidikan.

di

sekitar

wilayah

GEOLOGI UMUM
Peralatan Yang Digunakan
ƒ Kompas geologi (Brunton)
ƒ Palu geologi (Estwing)
ƒ GPS (12 satelit)
ƒ Loupe (16 X)
ƒ Altimeter
ƒ Stopwatch

ƒ Roll meter
ƒ Kamera Digital
ƒ Tali ukur (25 m)
ƒ Kantong Sampel

Penyelidik Terdahulu
Penyelidik terdahulu belum ada
yang secara khusus meneliti batubara
kalori tinggi di daerah ini, namun para
penyelidik terdahulu pernah melakukan
penyelidikan batubara di sekitar daerah
penyelidikan yang dapat dijadikan
referensi untuk kepentingan pekerjaan,
diantaranya adalah :
Beberapa penyelidik terdahulu di
sekitar wilayah penyelidikan ini antara
lain adalah sebagai berikut :
1) Sumaatmadja,
Eddy
dkk.,
Inventarisasi Batubara Daerah Long
Daliq, Kabupaten Kutai Barat,
Provinsi Kalimantan Timur, Tahun
2006. Pusat Sumber Daya Geologi
2) Sumaatmadja,
Eddy
dkk.,
Inventarisasi Batubara Bersistem
Daerah Longiram, Kabupaten Kutai
Barat, Provinsi Kalimantan Timur,
Tahun 2007. Pusat Sumber Daya
Geologi
Penyelidik
terdahulu
umumnya
menyebutkan bahwa Formasi Haloq dan
Pamaluan merupakan lapisan pembawa
batubara, dan penyebaran lapisan

Daerah Tering dan sekitarnya
termasuk kedalam bagian dari Cekungan
Kutai dan terletak dalam 4 lembar Peta
Geologi skala 1:250.000, yang terdiri
atas Peta Geologi Lembar Long
Pahangai (H.Z. Abidin, P.E. Pieters dan
D. Sudana, 1993), Peta Geologi Lembar
Muaratewe (S. Supriatna, A. Sudrajat,
dan H.A. Abidin, 1995), sebagian Peta
Geologi Lembar Muaraancalong (S.
Atmawinata, N. Ratman dan Baharuddin,
1995) dan
sebagian Peta Geologi
Lembar Longiram (N. Suwarna dan T.
Apandi, 1994) ; (Gambar 2). Cekungan
ini sebelah barat dibatasi oleh Tinggian
Kucing, sebelah utara oleh Tinggian
Mangkalihat, sebelah selatan oleh
Cekungan Barito dan sebelah timur oleh
Selat Makasar.
Cekungan Kutai diinterpretasikan
terjadi
karena
adanya
gerakan
pemisahan Kalimantan dan Sulawesi
yang mungkin dimulai pada Akhir Kapur
hingga Awal Paleogen. Sedimensedimen Tersier yang di endapkan di
Cekungan Kutai dibagian timur sangat
tebal dengan fasies pengendapan yang
berbeda-beda, tetapi secara keseluruhan
lapisan sedimen memperlihatkan siklus
genang laut – susut laut.
Urutan regresif di Cekungan
Kutai
mengandung
lapisan-lapisan
klastik deltaik hingga paralik yang
mengandung banyak lapisan-lapisan
batubara dan lignit. Sistim delta yang
berumur Miosen Tengah berkembang
secara cepat kearah timur dan kearah
tenggara yaitu Formasi Pulubalang dan
Balikpapan, progradasi ke arah timur dan
tumbuhnya delta berlangsung terus
sepanjang waktu deselang-selingi oleh
fase-fase genang laut secara lokal.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

45

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Secara litologi hampir semua pengisi
Cekungan Kutai mengandung batupasir,
batulempung, batulanau dengan sisipan
batubara yang diendapkan dalam
lingkungan neritik – paralik (litoral, delta
sampai laut terbuka) dan dipengaruhi
oleh susut serta genang laut.
Secara umum stratigrafi regional
wilayah penyelidikan dimulai dari urutan
muda ke tua, terdiri atas Aluvial (Qa),
Formasi Batuan gunung Api Metualang,
(TmQm), Formasi Balikpapan (Tmbp),
Formasi Merogoh (Tmm), Formasi Ojoh
Bilang (Tou), Formasi Haloq (Teh) dan
Batuan Gunungapi Nyaan (Ten) ;
(Gambar 3). Adapun ciri litologi secara
umum masing-masing formasi tersebut,
dapat diuraikan sebagai berikut :
Aluvial (Qa), terdiri dari kerakal, kirikil,
pasir, lanau, dan lumpur, di endapkan di
sungai dan rawa.
Formasi Batuan gunung Api Metualang
(TmQm), litologinya terdiri atas lava,
breksi lava, tufa, aglomerat, breksi lahar,
bersusun basalt-andesit, diorit, dolerit
dan andesit portir ; umurnya Pliosen –
Plistosen.
Formasi Warukin (Tmw), litologinya tediri
atas batupasir kuarsa berbutir sedang,
terdapat sisipan batulempung karbonan,
batulanau karbonan, batupasir berbutir
kasar-sedang, sebagian konglomeratan;
umurnya Miosen Tengah – Miosen Akhir.
Formasi Balikpapan (Tmbp), litologinya
terdiri dari batupasir kuarsa dan
batulempung
bersisipan
batulanau,
serpih batugamping dan lignit; umurnya
Awal Miosen Tengah diendapkan dalam
lingkungan delta litoral – laut dangkal.
Formasi Merogoh (Tmm), litologinya
terdiri atas lava diabas, tuf breksi,

gunungapi dan aglomerat. ; umurnya
Miosen Awal – Miosen Tengah.
Formasi Pamaluan (Tomp), litologinya
terdiri dari batupasir dengan sisipan
batulempung, serpih, napal, batulanau,
tuf, batubara, oksida besi, lensa
batugamping
dan
batulempung
bersisipkan batupasir, umurnya Oligosen
Akhir - Miosen Awal.
Formasi Montalat (Ttmm), litologinya
terdiri atas batupasir kuarsa berbutir
halus-sedang, mengnadung lapisan tipis
karbonan, rombakan batubara vitrinit dan
muskovit,
bersisipkan
batulempung
karbonan
berwarna
kelabu
dan
batulanau menyerpih berwarna kelabu
tua.
Batupasir
kuarsa
berstuktur
silangsliur,
sebagian
gampingan,
bersisipkan batulanau/menyerpih dan
batubara, terdapat fosil foram kecil ;
umurnya Oligosen.
Formasi Ujohbilang (Tou), litologinya
terdiri dari batulumpur, batupasir,
sebagian gampingan dan karbonan,
setempat tufaan; umurnya Eosen Akhir –
Oligosen Awal yang diendapkan dalam
lingkungan laut terbuka sampai paparan
luar.
Formasi Tuyu (Toty), litologinya terdiri
atas napal, dan sisipan batugamping,
lingkungan pengendapan laut terbuka;
umurnya Oligosen.
Formasi Haloq (Teh), litologinya terdiri
dari batupasir, sedikit konglomerat dan
batulumpur dan lapisan batubara,
umurnya Eosen Akhir yang diendapkan
dalam lingkungan laut dangkal/laguna.
Batuan
Gunungapi
Nyaan
(Ten),
litologinya terdiri dari tuf, aglomerat,
diendapkan dalam lingkungan darat,
umurnya Eosen Awal – Tengah.

46 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Dari susunan stratigrafi di atas,
Formasi
Balikpapan,
Pamaluan,
Montalat,
Ujohbilang,
dan
Haloq,
merupakan formasi pembawa batubara “
Coal Bearing Formation“, namun dari
sumber data sekunder/referensi yang
didapatkan, Formasi Haloq merupakan
salah satu formasi yang mempunyai
indikasi adanya endapan batubara yang
mempunyai nilai kalori tinggi. Oleh sebab
itu penyelidikan di konsentrasikan pada
daerah Formasi Haloq ini, walaupun
tidak menutup kemungkinan jika formasi
yang
lain
juga
terdapat
endapan/singkapan
batubara
yang
mempunyai indikasi kalori tinggi.
Struktur
geologi
yang
berkembang di daerah Tering dan
sekitarnya berupa perlipatan, sesar turun
dan sesar naik
berarah timurlautbaratdaya.
Kegiatan tektonik diduga sudah
terjadi
sejak
Jaman
Jura
yang
menyebabkan bercampurnya batuan
yang terdiri dari ultrabasa, rijang
radiolaria dan sekis. Batuan ultrabasa
dan malihan dalam lembar ini diterobos
oleh Granit Batanglai berumur Kapur
Awal. Selama Kapur Awal juga terjadi
pengendapan batuan karbonat yang
diikuti pengendapan batuan sedimen
“flysch” Formasi Pitap batuan gunungapi
Formasi Haruyan.
Selama Paleosen Awal, terjadi
penerobosan batuan granodiorit yang
diikuti oleh pengangkatan, erosi dan
pendataran,
kegiatan
berlangsung
sampai Eosen sehingga terbentuk
Formasi Tanjung.
Pada Oligosen terjadi genang
laut yang menghasilkan batugamping
Formasi Berai yang dibarengi oleh
pengendapan batuan klastika Formasi
Pamaluan.
Selama Miosen Tengah terjadi
susut laut yang menghasilkan Formasi
Warukin dan Pulubalang. Pada Miosen

Akhir pengendapan terhenti dengan
terjadinya
pengangkatan
yang
membentuk Tinggian Meratus dan
cekungan-cekungan Barito, Kutai dan
Pasir.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan dilakukan
dengan menggunakan 2 tahapan, yaitu
dengan
cara
pengumpulan
data
sekunder dan pengumpulan data primer,
dimana masing-masing kegiatan ini
dilakukan berdasarkan waktu dan tempat
yang berbeda. Hal ini dilakukan oleh
karena data primer tanpa dilakukan atau
didukung dengan data sekunder tidak
akan
menghasilkan
hasil
yang
diinginkan, oleh karena keterbatasan
data dan intensitas indikasi pendekatan
pelaksanaan di lapangan cukup kurang
memadai. Berikut ini uraian pendekatan
yang dilaksanakan.
Pengumpulan Data Sekunder
Pekerjaan ini dilakukan tidak berada
di lapangan, yang terdiri atas pekerjaan
analisa kegiatan, pengolahan data dan
pekerjaan laboratorium, yang terdiri
antara lain :
1) Melakukan/mencari informasi dari
data sekunder terhadap informasi
data batubara khususnya yang
mempunyai kalori tinggi
2) Studi literatur dari laporan terdahulu
mengenai potensi sumber daya
batubara
di
sekitar
daerah
penyelidikan
3) Korelasi singkapan batubara
4) Membuat peta geologi, sebaran
batubara dan penampang geologi
5) Menghitung sumber daya batubara
6) Analisa kimia dan petografi dari
conto batubara lapangan
7) Melakukan pengolahan data dan
pelaporan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

47

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Pengumpulan Data Primer
Kegiatan di lakukan lebih banyak
saat di lapangan dengan rincian umum
sebagai berikut :
1) Mencari lokasi singkapan batubara
berdasarkan
informasi
yang
didapatkan di lapangan
2) Melakukan pengamatan, pengukuran
kududukan
dan
tebal
lapisan
batubara,
melakukan
deskripsi
batuan dan singkapan batubara,
pengeplotkan
titik
singkapan
batubara pada peta dasar/peta
topografi sekala 1 : 50.000
3) Pengambilan conto batubara
4) Pengamatan litologi pada formasi
batuan lainnya
5) Dokumentasi singkapan
Dari data hasil lapangan diperoleh 19
lokasi singkapan batubara dan nomor
lokasi serta letak geografis titik
singkapan dapat dilihat pada Tabel 1.
Secara umum kenampakan batubara
kompak, hitam-kecoklatan, kilap kusam
dan ringan, sebagian ada lapisan
pengotor lempung, pyrit dan silicified.
Pengambilan sampel dilakukan dari
hasil menyusuri anak-anak sungai dan
informasi penduduk sekitar, sehingga
singkapan didapatkan dan diukur arah
jurus dan kemiringannya, serta posisi
singkapan scara koordinat dan di plot
pada peta kerja. Rata-rata ketebalan
singkapan batubara berkisar antara 0,11,1 meter.
Analisis Laboratorium
Untuk
mengetahui
kualitas
batubara
di
daerah
penyelidikan,
dilakukan analisa kimia (proximat/ultimat)
di laboratorum. Conto diambil dari
singkapan
yang
ditemukan,
dan
dianalisa secara umum kualitas batubara
di laboratroum kimia, agar kualitas
batubara dapat diketahui.

Analisa conto kualitas batubara di
laboratorium untuk mengetahui nilai
kalori, kandungan sulfur, kandungan abu
dan lain sebagainya. Conto batubara
yang dianalisis sebanyak 12 buah,
dengan kode TRG-01, TRG-02, TRG-03,
TRG-04, TRG-05, TRG-09, TRG-10,
TRG-11, TR-01, TR-03, TR-08 DAN TR09.
Selanjutnya
hasil
analisa
laboratorium berupa sertifikat analisa
dapat dilihat pada Tabel 2.
Data hasil analisa laboratorium
kimia didapatkan kisaran nilai kalori
batubara antara 6.750 – 7.452 kal/gr
(adb). Nilai kalori ini menunjukkan bahwa
rank batubara sudah berada pada
katagori ‘high rank coal’. Kandungan abu
berkisar antara 1,09 – 8,77% dan sulfur
total 0,93 – 4,71%. Total moisture (ar)
cukup tinggi berkisar dari 6,62 – 13,53%,
demikian juga kandungan zat terbang,
berkisar antara 38,93 – 44,58%.
Pengolahan Data
Dalam peta geologi dan sebaran
batubara hasil penyelidikan lapangan
dapat
dilihat
bahwa
singkapansingkapan batubara dijumpai pada
Formasi Haloq dan Pamaluan, dimana
Formasi Haloq ini terdapat lapisan
batubara yang mempunyai nilai kalori
tinggi. Sedangkan Formasi Pamaluan
mempunyai kandungan batubara dengan
nilai kalori sedang. Kedua formasi
tersebut merupakan formasi pembawa
batubara dari 5 formasi pembawa
batuabra
yang
ada
di
daerah
penyelidikan.
Namun
sasaran
penyelidikan terutama di titik beratkan
pada formasi yang mengandung lapisan
batubara dengan nilai kalori tinggi. Data
hasil
pengolahan
dan
analisa
laboratorium, akan didapatkan batubara
tersebut apakah termasuk ke dalam jenis
Cooking Coal.

48 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Titik singkapan batubara yang
telah ditemukan dikorelasikan dengan
titik singkapan lainnya dalam peta
geologi untuk mendapatkan sebaran
lapisan batubara. Setelah mengetahui
hasil korelasi lapisan batubara, di dalam
peta
geologi
tersebut
dibuat
model/penampang dari peta geologi
yang mewakili semua formasi batuan,
terutama formasi pembawa batubara
yang didalamnya terdapat singkapan
batubara yang telah ditemukan di
lapangan. Sehingga nampak gambaran
secara vertikal urutan litologi yang
mewakili daerah penyelidikan. Hasil
korelasi dari lapisan batubara tersebut
dipergunakan sebagai unsur penentu
sejauh mana penyebaran lateral lapisan
batubara
tersebut
terbentuk
dan
diendapkan. Nilai dari penyebaran lateral
ini sebagai salah satu parameter dalam
penghitungan sumber daya lapisan
batubara.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Satuan
morfologi
daerah
penyelidikan
hampir
seluruhnya
merupakan
perbukitan
terjalbergelombang dan sebagian kecil
morfologi
dataran/aluvial.
Bentuk
morfologi perbukitan terjal tersebar
tersebut hampir menempati sekitar 85 %
dari seluruh luas daerah penyelidikan,
dan batuan dibawah satuan morfologi ini
umumnya terdiri dari susunan sedimen
dan beberapa batuan gunungapi. 15 %
wilayah lainnya merupakan dataran
aluvial disepanjang Sungai Mahakam, di
bagian timur laut daerah penyelidikan.
Aliran
sungai
umumnya
mempunyai pola dendritik. Sungai
terbesar adalah Sungai Mahakam, yang
merupakan
sungai
utama
dan
memanjang dari hulu sungai di
Kabupaten Kutai Barat hingga mencapai

hilir di daerah Samarinda, Provinsi
Kalimantan Timur. Dengan lebar ratarata sungai hingga mencapai 100 meter.
Anak
Sungai
Mahakam
didaerah
penyelidikan
umumnya
merupakan
sungai kecil. Namun beberapa sungai
sedang juga ada dengan lebar sekitar 25
m, seperti Sungai Kelian, Sungai Mujan
dan Sungai Leban. Kemudian ada
beberapa sungai kecil lainnya seperti
Sungai Babi, Sungai Bentayang, Sungai
Jurai, Sungai Dunsip, Sungai Banyan,
Sungai Baliu, Sungai litak dan anak
sungai kecil lainnya. Sungai-sungai
tersebut di atas mengalir dan bermuara
ke Sungai Mahakam.
Berdasarkan letak dan posisi
secara geografis di daerah penyelidikan
(Gambar 2), tatanan stratigrafi terdiri
atas Aluvial (Qa), Batuan gunung Api
Metualang, (TmQm), Batuan Terobosan
Sintang (Toms), Formasi Warukin
(Tmw), Formasi Pamaluan (Tomp),
Fomasi Montalat (Tomm). Formasi Ojoh
Bilang (Tou), Formasi Tuyu (Toty),
Formasi Haloq (Teh) dan Batuan
Gunungapi Nyaan (Ten).
Dari susunan stratigrafi di atas,
Formasi Warukin, Pamaluan, Montalat,
Ujohbilang, dan Haloq, merupakan
formasi pembawa batubara “ Coal
Bearing
Formation
“.
Namun
berdasarkan
hasil
pengamatan
singkapan
batubara
di
lapangan,
singkapan batubara pada Formasi Haloq
mempunyai
kenampakan
secara
megaskopis merupakan batubara kalori
tinggi.
Struktur
geologi
yang
berkembang di daerah penyelidikan dan
sekitarnya
berupa
perlipatan
dan
beberapa sesar. Berdasarkan dari
pengamatan peta geologi regional, ada 3
buah sesar utama yang berada di
tengah-tengah daerah penyelidikan.
Dimana sesar tersebut terletak pada
sekitar Formasi Tuyu dan Formasi

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

49

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Pamaluan. Sesar tersebut mempunyai
arah baratdaya – timurlaut.
Dengan adanya sesar tersebut di
atas, dapat berpengaruh terhadap
pembentukan batuan atau formasi di
sekitarnya.
Demikian
pula
dapat
berpengaruh terhadap pembentukan
tingkat kematangan lapisan batubara
pada formasi pembawa batubara. Ciri-ciri
adanya sesar di lapangan sulit
ditemukan, namun berdasarkan adanya
variasi arah jurus dan kemiringan lapisan
di lapangan yang berebda dapat
dijadikan tolaok ukur adanya perubahan
arah lapisan yang disebabkan oleh
adanya pengaruh struktur tersebut di
atas.
Potensi Endapan Batubara
Berdasarkan dari data singkapan
batubara
di
lapangan,
secara
megaskopis batubara tersebar pada
Formasi Haloq dan Pamaluan. Pada
Formasi
Haloq
secara
umum
kenampakan batubara mempunyai ciriciri berwarna hitam, terang, kompak,
konkoidal dan ringan. Ini menunjukkan
bahwa secara megaskopis singkapan
batubara
pada
Formasi
Haloq
mempunyai indikasi kalori yang tinggi.
Berbeda dengan singkapan batubara
yang berada pada Formasi Pamaluan,
dengan ciri-ciri umum batubara berwarna
hitam –sedikit kecoklatan, agak kusam,
sedikit lebih berat, setempat ada lapisan
tipis karbonan dan lempung, beberapa
tempat tersebar mineral pyrit. Pada
beberapa tempat terdapat juga lempung
karbonan.
Tidak
ada
tanda-tanda
kemenerusan batubara secara lateral
memanjang lebih dari 5 km di lapangan.
Hal ini dimungkinkan lapisan batubara
tersebut
bersifat
spotting,
dan
pengendapan batubara yang tidak luas.
Lapisan batubara di Formasi Haloq

cukup prospek dan ketebalan batubara
sekitar 0.5 – 1.1 meter.
Hasil korelasi lapisan batubara
dari singkapan batubara di lapangan dan
kaidah geologi setempat didapatkan
sejumlah
6
seam
(Gambar
3).
Sedangkan dari hasil penghitungan
sumberdaya batubara, didapatkan total
sumberdaya
batubara
sebesar
12.444.265,65 ton, dengan batasan
sumberdaya mencapai kedalaman 50
meter. Dan panjang lapisan searah strike
dibatasi sejauh 2000 meter.
Prospek
Pemanfaatan
dan
Pengembangan Batubara
Prospek batubara dengan kalori
tinggi tersebar di tengah daerah
penyelidikan, dan umumnya di sekitar
Sungai Babi dan Sungai Mujan. Pada
daerah sekitar inilah penyebaran relatif
memanjang dan menerus, dengan
ketebalan batubara rata-rata di atas 1
meter. Bila dilihat dari kondisi geologi
dapat dimungkinkan adanya pola struktur
sesar
yang
sangat
berpengaruh
terhadap pembentukan coalifikasi yang
berdampak pada tingkat kematangan
batubara, sehingga daerah tersebut
menghasilkan batubara yang mempunyai
nilai rank yang lebih tinggi dari daerah
sekitar lainnya di sekitar wilayah
penyelidikan.
Berbeda dengan daerah di
bagian selatan (dekat kampung Tutung,
PT. KEM), terdapat pula lapisan
batubara, namun tingkat kematangannya
jauh berbeda dengan yang ada di
wilayah Sungai Babi dan Sungai Mujan.
Singkapan batubara di daerah utara,
sekitar Sungai Leban secara megaskopis
juga tidak terlalu bagus, seperti
ditemukan adanya batubara yang
berwarana
hitam-kecoklatan,
agak
kusam, dan banyak banded lempung
tipis di dalam singkapan tersebut.

50 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Dari beberapa sumber literatur
yang ada (Coolin R. Ward, 1984),
batubara jenis Coke/Kokas adalah
batubara yang mempunyai kemampuan
untuk meleleh atau melebur dan
membentuk
residu
yang
koheren
(coherent residu) pada saat dipanaskan,
residu tersebut kemudian mengeras
sehingga disebut cake. Batubara seperti
ini digunakan dalam pabrik pengolahan
besi dan baja, berfungsi sebagai energi
panas dan sebagai bahan untuk bijih
besi (iron ore) yang larut ketika berada
dalam tungku (blast furnace). Oleh
karena itu selain disebut kokas oleh R.M.
Bustin (1983) disebut juga sebagai
metallurgical coke.

3)

4)

KESIMPULAN DAN SARAN
5)
Kegiatan penyelidikan batubara
di daerah Tering dan sekitarnya
merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengetahui akan adanya prospek
potensi keberadaaan batubara yang
mempunyai nilai kalori tinggi, dimana
batubara tersebut dapat dijadikan
sebagai ” Cooking Coal ”. Penyelidikan
batubara ini dapat menambah informasi
terhadap potensi daerah setempat dan
pengembangan wilayah secara umum.
Dari semua uraian yang telah di
sebutkan pada bab sebelumnya, hasil
penyelidkan sampai saat laporan akhir
ini dibuat, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1) Secara umum geologi daerah
penyelidikan termasuk ke dalam
Cekungan Kutai, dimana morfologi
daerah penyelidikan terdiri atas 85 %
morfologi perbukitan terjal dan
selebihnya adalah morfologi dataran.
2) Startigrafi
daerah penyelidikan
secara umum terdiri atas Aluvial,
Batuan gunung Api Metualang,
Batuan Terobosan Sintang, Formasi
Warukin,
Formasi
Pamaluan,

6)

7)

8)

Formasi Ojoh Bilang, Formasi Tuyu,
Formasi Haloq, Batuan Gunungapi
Nyaan dan Formasi Montalat.
Singkapan batubara tersebar dan
ditemukan pada Formasi Haloq dan
Formasi Pamaluan. Namun indikasi
batubara kalori tinggi terdapat pada
Formasi Haloq.
Hasil lapangan mendapakan 19 titik
singkapan
batubara
dengan
ketebalan seam bervariasi antara 0,5
– 1,1 meter.
Dari hasil analisa kimia didapakan
bahwa
batubara
di
daerah
penyelidikan merupakan katagori
batubara kalori tinggi (high rank),
dengan nilai kalori sebesar 6.750 –
7.452 kal/gr (adb) atau rata-rata
kalori 7.242 kal/gr (adb).
Menurut H.C. Rance (1975) volatile
matter yang diperlukan untuk kokas
sangat bervariasi, untuk batubara low
volatile berkisar antara 16 %-21 %
(dmmf), untuk batubara medium
volatile berkisar antara 21 %-26 %
(dmmf), dan untuk batubara high
volatile berkisar antara 26 % - 31 %
(dmmf), sedangkan menurut Laver &
Laverick (1978) berkisar antara 19 %
- 37 % (adb).
Dari hasil analisa, baik dari hasil
kandungan nilai kalori, total moisture,
volatil-matter, ash-content, sulfur dan
FSI, maka batubara Daerah Tering
kurang sesuai untuk dijadikan Kokas
bila ditinjau dari hasil analisa
kandungan sulfur ( >1), dan nilai FSI
(kurang dari 6).
Parameter-parameter
lain
yang
masih diperlukan untuk kokas tapi
belum dilakukan terhadap batubara
Daerah Tering, diantaranya adalah
Fluidity, Dilatation, Gray King Coke
dan Roga Index.
Hasil
perhitungan
sumberdaya
batubara
didapatkan
sebesar
12.444.265,65 ton (hipotetik).

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

51

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

9) Diharapkan dari data awal ini, dapat
dilakukan studi lanjut mengenai
potensi batubara Daerah Tering
untuk dikembangkan menjadi kokas,
terutama melalui beberapa analisis
seperti disebutkan diatas.
Kemudian
saran
yang
dapat
dikemukakan pada hasil penyelidikan
adalah sebagai berikut :
1) Mengingat kondisi geografis daerah
penyelidikan
yang
komplek,
diperlukan data dan informasi akan
keberadaan singkapan batubara
yang mempunyai nilai kalori tinggi.
Perlunya kajian yang lebih detil dan
komplek lagi dalam memperoleh
daerah potensi batubara kaori tinggi
dengan sistem zonasi daerah
prospek . Sehingga tercapainya
sasaran pencapaian zona daerah
yang mempunyai batasan batubara
dengan kalori tinggi yang diinginkan.
2) Perlu adanya informasi data dukung
akan keberadaan batubara yang
mempunyai nilai kalori tinggi, baik
informasi data dari pihak PEMDA
terkait dan perusahaaan swasta di
sekitar daerah penyelidikan, serta
dukungan informasi masyarakat lokal
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
H.Z. Abidin, P.E. Pieters dan D. Sudana, 1993. Peta Geologi Lembar Long Pahangai,
skala 1 : 250.000, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Koesoemadinata, R.P., dan Hardjono., 1977. Kerangka sedimenter endapan batubara
Tersier Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke VI, IAGI.
N. Suwarna dan T. Apandi, 1994. Peta Geologi Lembar Longiram, skala 1 : 250.000,
Kalimantan, PPPG, Bandung.
Rance H. C., 1975 : Coal Quality Parameters and their Influence in Coal Utilisation,
Shell International Petroleum Co. Ltd, Technical Reports on Coal.

52 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Roberson Research ; Coal Resources of Indonesia, volume 1 Report, Australia.
S. Atmawinata, N. Ratman dan Baharuddin, 1995. Peta Geologi Lembar Muara
Ancalong, skala 1 : 250.000, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
S. Supriatna, A. Sudrajat, dan H.A. Abidin, 1995. Peta Geologi Lembar Muaratewe,
skala 1 : 250.000, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Sumaatmadja, Eddy dkk., Inventarisasi Batubara Daerah Long Daliq, Kabupaten Kutai
Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Tahun 2006. Pusat Sumber Daya Geologi
Sumaatmadja, Eddy dkk., Inventarisasi Batubara Bersistem Daerah Longiram,
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Tahun 2007. Pusat Sumber Daya
Geologi
Ward Colin R., 1984 : Coal Geology and Coal Technology, Blackwell Scientific
Publications.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

53

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Lokasi Daerah Penyelidikan

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Tering dan Sekitarnya

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Tering dan Sekitarnya

54 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 3. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Tering dan Sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

55

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 1. Singkapan Batubara Daerah Penyelidikan

Strike/

Tebal

Dip

(m)

115O 30’ 12,5’’

195/13

0,8

S. Dunsip

00O 02’ 41,4’’

115O 30’ 07,0’’

130/18

0,8

S. Dunsip

TRG-03

00O

02’ 35,1’’

115O

29’ 49,7’’

350/20

0.7

S. Dunsip

TRG-04

00O

02’ 37,2’’

115O

30’ 00,3’’

18/25

0,8

Amak S. Dunsip

TRG-05

00O

02’ 12,3’’

115O

30’ 02,0’’

10/10

0,6

Tebing jalan

TRG-08

00O

02’ 16,5’’

115O

32’ 05,0’’

192/5

0,6

Tebing jalan

7.

TRG-09

00O

05’ 03,4’’

115O

28’ 42,0’’

245/17

0,5

S. Ds. Tutung

8.

TRG-10

00O 05’ 25,7’’

115O 28’ 53,5’’

242/12

0,7

S. Ds. Tutung

9.

TRG-11

00O 05’ 25,5’’

115O 28’ 52,8’’

243/13

0,8

S. Ds. Tutung

10.

CLY-09

00O 08’ 42,2’’

115O 23’ 46,1’’

30/14

0,2

Kp. Bilem

11.

TRG-66B

00O 03’ 04,4’’

115O 32’ 23,5’’

189/25

1,0

TRG-17

00O

03’ 04,4’’

115O

32’ 23,4’’

212/10

0.8

Kp. Mujan

TR-01

00O

00’ 40,4’’

115O

27’ 27,4’’

272/8

0,9

Anak S. Dunsip

TR-02

00O

00’ 37,4’’

115O

27’ 40,3’’

278/12

0,8

Anak S. Dunsip

15.

TR-03

00O

00’ 37,6’’

115O

27’ 40,6’’

274/15

0,8

Anak S. Dunsip

16.

TR-04

00O 00’ 40,4’’

115O 27’ 25,5’’

270/12

0,2

Anak sungai

17.

TR-05

00O 00’ 34,8’’

115O 27’ 39,8’’

264/8

0,4

Anak sungai

18.

TR-08

00O 02’ 55,8’’

115O 26’ 23,7’’

182/10

1,1

Anak S. Kelian

19.

TR-09

00O 02’ 51,6’’

115O 26’ 29,2’’

172/10

0.9

Anak S. Kelian

No.

Kode

Lintang

Bujur

1.

TRG-01

00O 02’ 40,3’’

2.

TRG-02

3.
4.
5.
6.

12.
13.
14.

56 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

Lokasi

Anak S. Babi, Kp.
Kelian dalam

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 2. Tabel Analisa Kimia Proksimat Batubara di Daerah Penyelidikan
ANALISA
No.
Conto

Kode

Total

Volatile

Conto

Moisture

Matter

(%)

(%)

FC

Abu

(%)

(%)

Total

Nilai

Sulfur

Kalori

(%)

(kal/gr)

HGI

SI

1

TRG-01

6,72

44,58

47,86

3,39

0,96

7314

45

1

2

TRG-02

7,85

43,28

50,14

1,88

0,93

7363

38

1

3

TRG-03

9,38

41,97

50,16

2,63

0,95

7092

36

½

4

TRG-04

8,58

42,25

50,58

2,47

1,02

7289

41

1

5

TRG-05

8,41

43,66

49,35

2,12

1,03

7300

45

½

6

TRG-09

12,10

41,42

52,02

1,09

0,61

7273

47

1

7

TRG-10

6,78

42,58

50,88

2,20

1,53

7452

39



8

TRG-11

6,62

42,52

50,44

2,76

1,66

7412

40

½

9

TR-01

11,00

42,76

50,64

1,71

1,26

6977

50

0

10

TR-03

7,31

43,68

49,01

3,00

2,34

7362

45

1

11

TR-08

13,53

38,93

47,94

8,77

4,71

6750

48

1

12

TR-09

7,32

43,61

48,91

3,17

2,17

7324

44

1/2

Tabel 3.

Data Kualitas Rata-rata Batubara Yang Terpilih Untuk Kokas (Laver &

Laverick, 1978)
AUSTRALIA

U S A

GERMANY

SYDNEY

BOWEN

Low

Medium

High

BASIN

BASIN

volatile

volatile

volatile

RUHR

south

north

(range)

45

75

45-75

72

72

74

70

5

0-7

10

10

10

10

Maceral (mmf) %
Vitrinite

%

Liptinite

%

Inertinite

%

55

20

20-55

18

18

16

20

Rvmax

%

1.3

0.8

1.0-1.35

1.7

1.2

1.0

1.3

5

6

6-8

8

7

7

8

Fluidity (ddm)

200

300

500-3000

20

1000

5000

400

Ash (db) %

10

9

8-9

7

8

7

6

VM (db) %

24

37

23-32

19

28

35

24

S (db) %

0.4

0.6

0.5-0.7

0.7

0.8

0.9

1.0

CSN

Note : mmf =Mineral matter free
ddm= Dial divisions per minute
db= Dry basis
CSN=Crusible sweeling number

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

57