09.PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH LOAJANAN ULU

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH LOAJANAN ULU
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Soleh Basuki Rahmat
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Inventarisasi endapan batubara di daerah Loajanan Ulu dimaksudkan untuk
mempelajari keadaan geologi secara umum, khususnya terhadap formasi pembawa
endapan batubara. Daerah inventarisasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Loajanan
Ulu, Kabupaten Kutai Kartanegara; secara geografis terletak antara koordinat 0o34’–
0o49’ LS dan 116o59’–117o14’ BT
Formasi di daerah inventarisasi dari tua ke muda terdiri dari Formasi
Pulobalang, Formasi Balikpapan, Formasi Kampungbaru, dan Aluvium.
Pada daerah penelitian, formasi pembawa batubara adalah Formasi
Kampungbaru, Balikpapan dan Pulobalang. Dari hasil korelasi terdapat 25 lapisan
batubara, 7 lapisan batubara berada dalam Formasi Kampungbaru, 15 lapisan
batubara berada dalam pada Formasi Balikpapan dan 3 lapisan batubara berada pada
Formasi Pulobalang.
Berdasarkan analisis laboratorium diketahui bahwa batubara pada Formasi
Kampungbaru menunjukkan kandungan air bebas (ar) 15.00 % hingga 28,82 %,

kandungan air total (ar) 23.79 % hingga 37.05 %, kandungan Inherent Moisture (adb)
9.40 % - 11.56 %, zat terbang (adb) 44.92 % hingga 49.27 %, kandungan karbon
tertambat (adb) 37.35 % hingga 42.16 %, dengan kandungan belerang (adb) 0.13 % 2.12 %, kandungan abu 1.12 % hingga 4.38 %. Sementara untuk Formasi Balikpapan
menunjukkan kandungan air bebas (ar) 3.82 % hingga 14.52 %, kandungan air total
(ar) 9.89 % hingga 22.61 %, kandungan Inherent Moisture (adb) 8.31 % - 11.05 %, zat
terbang (adb) 42.10 % hingga 45.62 %, kandungan karbon tertambat (adb) 43.02 %
hingga 47.28 %, dengan kandungan belerang (adb) 0.19 % - 1.32 %, kandungan abu
1.13 % hingga 2.07 %. Untuk Formasi Pulobalang, hasil analisa menunjukkan
kandungan air bebas (ar) 4.88 % hingga 10.96 %, kandungan air total (ar) 10.70 %
hingga 18.33 %, kandungan Inherent Moisture (adb) 6.12 % - 8.28 %, zat terbang
(adb) 39.87 % hingga 42.38 %, kandungan karbon tertambat (adb) 48.81 % hingga
51.10 %, dengan kandungan belerang (adb) 0.21 % - 1.40 %, kandungan abu 0.40 %
hingga 3.04 %.
Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa batubara yang mempunyai
komposisi maseral vitrinit rendah (77.9 % - 88.6 %) adalah yang mempunyai
kandungan mineral lempung tinggi (0.8 % - 3.4 %), sedangkan nilai mean reflektan
vitrinitnya (Rvmax) berkisar antara 0.29 % - 0.52 % (tabel 4.6). Hal ini menunjukan
bahwa peringkat batubara (coal rank) pada conto yang memiliki Rv max yang rendah
berasal dari batubara pada Formasi yang relatif lebih muda, yaitu Formasi
Kampungbaru. Sementara untuk sampel yang memiliki nilai Rv max yang paling tinggi,

berasal dari conto batubara yang berasal dari formasi yang lebih tua (Formasi
Pulobalang).
Sumberdaya batubara hipotetik daerah penyelidikan adalah sebesar
4.083.499.65 ton.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

129

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam
rangka
mendukung
program pemerintah terutama untuk
mencari wilayah yang dapat dijadikan
sebagai wilayah pencadangan nasional
untuk komoditi energi, Badan Geologi

dalam hal ini Pusat Sumberdaya
Geologi, sebagai salah satu tupoksinya
menyelenggarakan
kegiatan
penyelidikan batubara.
Penyelidikan
batubara
ini
diharapkan dapat memberikan data
tambahan pada database batubara
nasional
sehingga
data
potensi
batubara nasional menjadi lebih akurat.
Pada Tahun 2010, Pusat Sumber Daya
Geologi melalui Proyek Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun
anggaran 2010 melakukan suatu
program inventarisasi batubara di

daerah Loajanan Ulu dan sekitarnya,
Kecamatan Loa Janan, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur.
Maksud dan Tujuan
Maksud inventarisasi ini adalah
untuk mengetahui pola sebaran serta
ketebalan endapan batubara di daerah
penyelidikan dalam rangka penyiapan
wilayah pencadangan nasional.
Tujuannya
adalah
untuk
penyediaan data potensi sumber daya
batubara serta kualitasnya bagi
pemerintah sebagai salah satu upaya
konservasi energi yang diperlukan
untuk menjaga dan memelihara
pasokan energi di masa yang akan
datang.

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian
Daerah
Secara administratif daerah
penyelidikan
termasuk
wilayah
Kecamatan Loa Janan, Kabupaten

Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur. Secara geografis tercakup
dalam lembar peta bakosurtanan no.
1815-32, 1815-34, 1915-11 dan 191513, dengan batas koordinat 0o34’–0o49’
LS dan 116o59’–117o14’ BT (Gambar
1).
Daerah ini terletak disebelah
Utara
kota
Balikpapan.
Daerah
penyelidikan dapat dicapai dengan

menggunakan kendaraan roda 4 yaitu
melalui poros jalan antara Balikpapan –
Samarinda, yang merupakan jalan
beraspal.
Kemudian
dilanjutkan
dengan melalui jalan desa, jalan
setapak dan jalan rintisan menuju
singkapan batubara.
KEADAAN GEOLOGI
Morfologi
Secara umum morfologi daerah
penyelidikan dapat dibedakan menjadi
3 (tiga) satuan morfologi, yaitu satuan
perbukitan berlereng curam, satuan
perbukitan bergelombang, dan satuan
pedataran (gambar 2).
Satuan Morfologi Perbukitan
Berlereng Curam sebarannya hampir
berarah baratdaya-timurlaut,dibagian

tengah daerah penyelidikan, dibentuk
oleh bukit-bukit memanjang dengan
topografi sangat terjal. Ketinggian
bervariasi dari 50 meter hingga lebih
dari 210 meter diatas permukaan air
laut. Secara umum pola aliran yang
dibentuk berupa pola aliran “dendritik”
dengan torehan-torehan erosi cukup
dalam dan topografi di kanan - kiri
sungai/lembah sangat curam. Ditempat
tertentu kadang-kadan nampak pola
aliran “trellis” yang
diperkirakan
dikontrol oleh struktur sesar.
Satuan
Perbukitan
Bergelombang
dibentuk
oleh
perbukitan

bergelombang
dengan
ketinggian berkisar antara 50 meter
hingga 120 meter diatas pemukaan air

130 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

laut. Satuan ini
menempati hamper
sebagian besar daerah penyelidikan.
Pola aliransungai yang berkembang di
satuan ini pada umumnya adalah pola
dendritik.
Satuan Pedataran terletak
dibagian Timur dan Selatan daerah
penyelidikan. Satuan ini berada
diantara
satuan

geomorfologi
perbukitan bergelombang.
Stratigrafi
Stratigrafi daerah penyelidikan
dari tua ke muda adalah sebagai
berikut : Formasi Pulobalang, Formasi
Balikpapan, Formasi Kampungbaru
dan alluvium (gambar 3).
Formasi
Pulubalang
merupakan formasi yang paling tua,
menempati bagian barat, tengah dan
timur daerah penyelidikan. Formasi ini
membentuk suatu antiklin dan sinklin,
litologinya terdiri dari perselingan
antara greywacke dan batupasir kuarsa
dengan
sisipan
batugamping,
batulempung, batubara dan tufa

dasitik; berumur Miosen Tengah,
diendapkan pada lingkungan laut
dangkal.
Formasi
Balikpapan
diendapkan selaras diatas Formasi
Pulobalang.
Formasi
Balikpapan
tersingkap hampir diseluruh daerah
penyelidikan, membentuk suatu antiklin
dan
sinklin,
litologinya
terdiri
perselingan
batupasir
dan
batulempung
dengan

sisipan
batulanau, serpih, batugamping dan
batubara. Formasi ini berumur Miosen
Akhir bagian Bawah – Miosen Tengah
bagian
Atas,
diendapkan
pada
lingkungan paras delta – dataran delta.
Selaras
diatas
Formasi
Balikpapan
diendapkan
Formasi
Kampungbaru. Tersingkap di bagian
tengah dan timur daerah penyelidikan.
Formasi ini memiliki litologi yang terdiri
dari batupasir kuarsa dengan sisipan

batulempung, serpih, batulanau dan
batubara.
Umur formasi ini adalah Miosen Akhir –
Plio Plistosen dan diendapkan dalam
lingkungan delta – laut dangkal.
Aluvial, berupa hasil pelapukan
batuan yang lebih tua dan endapan
sungai; terdiri dari kerakal, kerikil,
pasir, lempung dan lumpur.
Struktur Geologi
Struktur
geologi
daerah
penyelidikan dipengaruhi oleh lipatan
antiklinorium dan sesar. Lipatan berupa
antiklin dan sinklin, umumnya berarah
timurlaut – baratdaya dengan sayap
lebih curam di bagian tenggara.
Formasi Pulubalang dan Balikpapan
terlipat kuat dengan kemiringan 40° –
88°, sedangkan batuan yang lebih
muda umumnya terlipat lemah.
HASIL PENYELIDIKAN
Dari hasil penyelidikan di
lapangan, diketahui bahwa daerah
penyelidikan sebagian telah menjadi
lokasi penambangan aktif, bahkan di
beberapa tempat telah ditinggalkan.
Dari kegiatan pemetaan geologi,
ditemukan beberapa lokasi singkapan
batubara. Singkapan ini tersingkap
dipinggir sungai, didasar sungai, dan
dipinggir jalan. Ada juga beberapa
singkapan yang ditemukan di lokasi
tambang.
Data
singkapan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel
1.
Selain data singkapan diatas,
didapat juga tambahan data yang
berasal dari hasil peninjauan terdahulu.
Data singkapan tersebut ditampilkan
pada table 2.
Secara megaskopis batubara
daerah Loa janan Ulu terdiri dari dua
jenis, yaitu jenis batubara mengkilap
(bright) dan batubara kusam (dull).
Batubara yang mengkilap ditemukan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

131

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pada Formasi Balikpapan dan Formasi
Pulobalang, berwarna hitam, agak
rapuh atau brittle, membentuk kubus,
kadang-kadang terdapat pirit halus.
Sedangkan Batubara yang kusam
ditemukan dalam Formasi Kampung
Baru,
berwarna
hitam
kecoklatcoklatan, agak keras, kilap kusam.
Berdasarkan data singkapan
yang
ada,
kemudian
dilakukan
rekonstruksi untuk dapat mengetahui
lapisan batubara yang terdapat di
daerah ini. Dari hasil korelasi dan
rekonstruksi, maka batubara di daerah
penyelidikan dapat dibagi kedalam 3
(tiga) blok, yaitu : Blok A, Blok B dan
Blok C (Lihat Peta).
Blok A berada di debelah Utara
daerah penyelidikan. Di blok ini
diperkirakan terdapat 4 perlapisan
batubara dengan ketebalan yang
berkisar antara 1.0 hingga 3.0 m.
Secara umum penyebaran batubara di
daerah ini berarah timur laut - barat
daya, dengan kemiringan yang cukup
curam, yaitu antara 35° hingga 52°,
mengarah ke tenggara. Lapisan paling
atas diberi nama A1, berada pada
Formasi Kampungbaru. Batubaranya
berwarna coklat kehitaman, kusam,
tebal lapisan antara 1 – 2 m. Sebaran
ke arah jurus perlapisan agak sulit
untuk ditarik karena tidak ditemukan
lagi singkapan batubara lainnya.
Sebaran lapisan hanya dibatasi sejauh
500 m dari singkapan ke arah kiri dan
kanan. Sedangkan 2 lapisan lainnya,
yaitu lapisan A2 dan A3 berada pada
Formasi Balikpapan. Lapisan A2
memiliki ketebalan 3 m, dengan
kemiringan 45°. Singkapan yang
dilewati oleh lapisan ini adalah BB 02.
Lapisan ini memiliki batubara dengan
waarna hitam, keras, kilap terang,
brittle. Sebaran perlapisan dibatasi
hingga 500 m ke arah kiri dan kanan
dari singkapan. Ini disebabkan oleh

tingginya kemiringan lapisan yang
diperkirakan diakibatkan oleh struktur
sehingga dikhawatirkan perlapisan ini
tidak menerus. Sedangkan Lapisan A3
juga berada pada Formasi Balikpapan.
Perlapisan ini memiliki ketebalan 1.2 m
dengan kemiringan 52° dan melewati
singkapan BB 01. Sebaran perlapisan
dibatasi hingga 500 m ke arah kiri dan
kanan
dari
singkapan.
Lapisan
batubara yang paling bawah pada blok
ini adalah lapisan A4, berada pada
Formasi Pulobalang. Lapisan ini
memiliki ketebalan 1.2 m dengan
kemiringan
39°
dan
melewati
singkapan IS 144. Sebaran perlapisan
dibatasi hingga 500 m ke arah kiri dan
kanan dari singkapan.
Blok B berada di bagian
Tenggara daerah penyelidikan. Di blok
ini, ditemukan 6 singkapan batubara
dengan ketebalan antara 0.2 m hingga
2 m. Dari semua singkapan yang ada,
yang akan diperhitungkan hanya
batubara dengan ketebalan lebih dari
0.5 m, dengan pertimbangan batubara
dengan ketebalan kurang dari 0.5 m
penyebarannya tidak akan begitu luas
dan tidak ekonomis. Berdasarkan hal
tersebut diatas, batubara di blok ini
dibagi menjadi 3 lapisan. Lapisan
pertama yaitu lapisan B1. Lapisan ini
berada pada Formasi Kampungbaru,
memiliki ketebalan 1.6 m. Lapisan ini
diwakili oleh singkapan BB 03.
Sebaran lapisan hanya dibatasi sejauh
500 m dari singkapan ke arah kiri dan
kanan. Lapisan kedua yaitu lapisan B2.
Lapisan ini berada pada Formasi
Balikpapan, memiliki ketebalan 0.5 m
dengan kemiringan 70°. Lapisan ini
melewati
singkapan
BB
06A.
Diperkirakan lapisan ini terpengaruh
oleh sesar. Untuk itu, sebarannya
hanya dibatasi hingga 500 m dari
singkapan ke arah kiri dan 250 m ke
arah kanan hingga mendekati sesar.

132 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Lapisan terakhir yaitu lapisan B3,
masih
berada
pada
Formasi
Balikpapan. Memiliki kebalan 2
m
dengan kemiringan 76°, melewati
singkapan BB 05. Diperkirakan lapisan
ini terpengaruh oleh sesar. Sebarannya
hanya dibatasi hingga 500 m dari
singkapan ke arah kiri dan 250 m ke
arah kanan hingga mendekati sesar.
Blok C berada di sebelah
Baratdaya
daerah
penyelidikan.
Singkapan batubara di daerah ini
berada pada 3 (tiga) formasi yang
berbeda, yaitu Formasi Kampung Baru,
Formasi Balikpapan dan Formasi
Pulobalang.
Pada
Formasi
Kampongbaru,
diinterpretasikan terdapat 4 lapisan
batubara dengan ketebalan berkisar
antara 0.5 m hingga 1 m. Lapisan C1
merupakan lapisan yang paling bawah,
lapisan ini memiliki ketebalan 1 m
dengan kemiringan 20°. Singkapan
yang dilewati adalah singkapan AA –
05. Sebaran batubara dibatasi hingga
500 m ke arah sebelah kiri dan kanan
dari singkapan. Lapisan kedua dan
ketiga yaitu C2 dan C3, memiliki
ketebalan sekitar 0.5 m. Jarak kedua
perlapisan relatif dekat yaitu sekitar
200 m. Kemiringan perlapisan relatif
curam yaitu 72°. Sebaran lapisan
batubara dibatasi hingga 500 m ke
arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan. Lapisan yang paling atas
adalah lapisan C4 dengan ketebalan
0.6 m. Singkapan yang dilewati adalah
singkapan BB 08. Sebaran batubara
dibatasi hingga 500 m ke arah sebelah
kiri dan kanan dari singkapan. Pada
Formasi
Balikpapan,
diperkirakan
terdapat 9 lapisan batubara dengan
ketebalan antara 0.5 m hingga 3.3 m.
Lapisan C5, memiliki ketebalan 0.5 m,
dengan kemiringan 22°. Lapisan ini
melewati singkapan AA 105. Sebaran

lapisan batubara dibatasi hingga 500 m
ke arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan. Lapisan selanjutnya yang
ditemukan pada formasi ini adalah
Lapisan C6. Ketebalan lapisan ini
antara 0.5 – 1.0 m, dengan kemiringan
37° - 42°. Total sebaran lapisan
batubaranya dibatasi hingga 2500 m.
Singkapan yang dilewatinya adalah AA
107 dan IS 130. Lapisan selanjutnya
adalah Lapisan C7, memiliki ketebalan
0.5 m dengan kemiringan 18°. Sebaran
lapisan batubara dibatasi hingga 500 m
ke arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan. Singkapan yang dilewati
adalah IS 76. Lapisan C8 merupakan
lapisan selanjutnya. Singkapan yang
dilewati oleh lapisan ini adalah IS 79
dengan ketebalan 0.6 m dan
kemiringan 21°. Sebaran lapisan
batubaranya dibatasi hingga 500 m ke
arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan. Berikutnya adalah Lapisan
C9. Lapisan ini diwakili oleh singkapan
IS 84 dan IS 64. Ketebalannya 0.5 m
dengan kemiringan antara 22° - 27°.
Sebaran lapisan batubara dibatasi
hingga 750 m ke arah sebelah kiri dan
kanan dari singkapan. Lapisan C10
memiliki ketebalan 1.5 meter dengan
kemiringan 81°. Lapisan ini melewati
singkapan IS 73 dengan sebaran
lapisan batubara dibatasi hingga 500 m
ke arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan. Lapisan C11 berada diatas
lapisan C10. Ketebalannya mencapai
3.3 m, dengan kemiringan 85°.
Singkapan yang mewakili lapisan ini
adalah singkapan IS 20. Sebaran
lapisan batubara dibatasi hingga 500 m
ke arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan. Lapisan selanjutnya adalah
C12. Lapisan ini memiliki ketebalan 1.3
m dengan kemiringan 71°. Singkapan
yang dilewati adalah IS 20. Sebaran
lapisan batubara dibatasi hingga 500 m

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

133

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

ke arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan. Lapisan berikutnya adalah
lapisan C13. Lapisan ini melewati
singkapan IS 02 dengan ketebalan 1.8
dan kemiringan 72°. Sebaran lapisan
batubara dibatasi hingga 500 m ke
arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan.
Selanjutnya
pada
Formasi
Pulobalang,
terdapat
2
lapisan
batubara yang ditemukan dengan
ketebalan berkisar antara 1.0 m hingga
3.2 m. Lapisan pertama diberi nama
lapisan C14. Lapisan ini memiliki
ketebalan antara 1.0 – 1.1 m, dengan
kemiringan antara 40° - 60°. Singkapan
yang mewakili lapisan ini adalah
singkapan IS 14 dan AA 16. Total
sebaran lapisan batubara dibatasi
hingga 1500 m. Lapisan selanjutnya
adalah lapisan C15. Lapisan ini
memiliki ketebalan 3.2 m dengan
kemiringan 10°. Sebaran lapisan
batubara dibatasi hingga 500 m ke
arah sebelah kiri dan kanan dari
singkapan.
Hasil Analisa Laboratorium
Untuk mengetahui kualitas
batubara ditentukan berdasarkan hasil
analisa kimia dan petrografi. Conto
batubara yang dianalisa berasal dari
singkapan batubara. Selain analisa
kimia batubara, dilakukan juga analisa
petrografi untuk mengetahui komposisi
maseral dan nilai reflektan vitrinitnya.
Seluruh analisa ini dilaksanakan oleh
Laboratorium Kimia Mineral dan Fisika
Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi.
Analisa Kimia
Analisa kimia yang dilakukan
terdiri dari analisa proksimat dengan
dasar kering udara, total sulphur, SG
dan nilai kalori.
Untuk
mengetahui
hasil analisa kimia batubara daerah

penyelidikan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Angka kualitas batubara pada tabel 3
menunjukan bahwa batubara daerah
penyelidikan
termasuk
kedalam
batubara peringkat rendah hingga
tinggi.
Pada
umumnya
lapisan
batubara yang berada pada formasi
yang berumur relatif lebih muda
(Formasi
Kampungbaru)
memiliki
kualitas yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan batubara yang
berada pada Formasi yang memiliki
umur lebih tua (Formasi Balikpapan
dan Pulobalang). Ini kemungkinan
besar
disebabkan
oleh
proses
pembebanan dan pematangan yang
berbeda pada tiap formasi. Makin tua
suatu formasi, kemungkinan makin
dalam
formasi tersebut terkubur
sehingga pembebanan semakin besar
dan proses pematangan pun menjadi
lebih baik.
Analisa Petrografi
Analisis
petrografi
organik
dilakukan terhadap 12 (duabelas)
contoh yang diambil dari singkapan.
Komposisi maseral dan material
mineral hasil analisis dapat dilihat pada
tabel 4, sedangkan kisaran dan ratarata (mean) nilai reflektan vitrinit dari
25 pengukuran dapat dilihat pada tabel
5. Terlihat bahwa batubara yang
mempunyai komposisi maseral vitrinit
rendah (77.9 % - 88.6 %) adalah yang
mempunyai
kandungan
mineral
lempung tinggi (0.8 % - 3.4 %),
sedangkan
nilai
mean
reflektan
vitrinitnya (Rvmax) berkisar antara 0.29
% - 0.52 % (tabel 4.6). Hal ini
menunjukan bahwa peringkat batubara
(coal rank) pada conto yang memiliki
Rv max yang rendah berasal dari
batubara pada Formasi yang relatif
lebih
muda,
yaitu
Formasi
Kampungbaru.
Sementara
untuk

134 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

sampel yang memiliki nilai Rv max
yang paling tinggi, berasal dari conto
batubara yang berasal dari formasi
yang lebih tua (Formasi Pulobalang).
Sumber Daya Batubara
Penghitungan sumber daya
batubara diperoleh dari data lapangan
dan data laboratorium. Data lapangan
yang diperlukan antara lain adalah
tebal, kemiringan dan panjang sebaran
lapisan batubara, sedangkan data
laboratorium yang diperlukan adalah
berat jenis batubara (Specific Gravity,
SG). Berdasarkan Klasifikasi Sumber
daya dan Cadangan Batubara Standar
Nasional Indonesia (SNI) amandemen
1–SNI 13–5014–1998 dari Badan
Standarisasi Nasional, sumber daya
batubara di daerah penyelidikan dapat
dikelompokan kedalam sumber daya
hipotetik dengan kriteria perhitungan
adalah sebagai berikut :
• Tebal lapisan batubara yang
dihitung adalah tebal terukur
dari lokasi batubara pada titik
informasi dengan kriteria untuk
ketebalan minimal 0.5 m.
• Panjang sebaran ke arah jurus
atau jarak terjauh dari titik
informasi dibatasi sampai 500
m, sehingga total panjang
sebaran kedua arah yang
berlawanan dari satu titik
informasi mencapai 1.000 m.
• Besar sudut kemiringan lapisan
yang dipakai adalah besar
sudut kemiringan yang terukur
pada
masing-masing
titik
informasi.
• Apabila besar sudut kemiringan
pada titik informasi kurang jelas
maka
digunakan
sudut
kemiringan dari titik informasi
lain yang terdekat.






Lebar yang dihitung kearah
kemiringan dibatasi sampai
kedalaman 50 m, rumus yang
digunakan untuk menghitung
lebar adalah L = 50/sinα ( L =
lebar; 10 = batas kedalaman
sampai 50 m; α = besar sudut
kemiringan lapisan batubara ).
Berat jenis yang digunakan
adalah 1.35 ton/m3.
Rumus
untuk
menghitung
sumber daya adalah : Sumber
Daya = Panjang (m) x Tebal (m)
x Lebar (m) x Berat Jenis (
ton/m3).

Hasil penghitungan sumber daya
batubara daerah penyelidikan disarikan
pada Tabel 6.
Prospek Pemanfaatan Batubara
Dengan melihat
lokasi dan
infra struktur yang ada, maka daerah
penyelidikan
sangat
baik
untuk
dikembangkan lebih lanjut. Hanya perlu
penyelidikan lebih lanjut sehingga
dapat dilokalisir daerah yang memiliki
kandungan batubara yang ekonomis
tanpa mengganggu lingkungan yang
telah
ada.
Mengingat
daerah
penyelidikan telah memiliki populasi
penduduk yang cukup banyak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penyelidikan
yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara
regional,
daerah
penyelidikan termasuk ke dalam
Cekungan Kutai.
2. Formasi pembawa batubara di
daerah
penyelidikan
adalah
Formasi Kampungbaru, Formasi
Balikpapan,
dan
Formasi
Pulobalang.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

135

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

3. Dari hasil penyelidikan, dilihat dari
pengelompokan
singkapan
batubara yang ditemukan, maka
batubara di daerah penyelidikan
dibagi ke dalam 3 blok, yaitu Blok
A, Blok B dan Blok C. Ketiga blok
berada
pada
Formasi
Kampungbaru, Balikpapan dan
Pulobalang. Blok A yang berada di
sebelah Utara daerah penyelidikan
memiliki 4 perlapisan batubara
dengan ketebalan yang berkisar
antara 1.2 hingga 3.0 m.
Sementara Blok B yang berada di
bagian Tengah – Timur daerah
penyelidikan
diinterpretasikan
memiliki 3 lapisan batubara
dengan ketebalan antara 0.5 m
hingga 2.0 m. Sedangkan Blok C
yang merupakan blok paling besar
dan berada di sebelah Selatan
daerah penyelidikan memiliki 18
lapisan
batubara
dengan
ketebalan antara 0.5 m hingga 3.3
m.
4. Berdasarkan analisis laboratorium
diketahui bahwa batubara pada
Formasi
Kampungbaru
menunjukkan kandungan air bebas
(ar) 15.00 % hingga 28,82 %,
kandungan air total (ar) 23.79 %
hingga 37.05 %, kandungan
Inherent Moisture (adb) 9.40 % 11.56 %, zat terbang (adb) 44.92
% hingga 49.27 %, kandungan
karbon tertambat (adb) 37.35 %
hingga
42.16
%,
dengan
kandungan belerang (adb) 0.13 %
- 2.12 %, kandungan abu 1.12 %
hingga 4.38 %. Sementara untuk
Formasi Balikpapan menunjukkan
kandungan air bebas (ar) 3.82 %
hingga 14.52 %, kandungan air
total (ar) 9.89 % hingga 22.61 %,
kandungan
Inherent
Moisture
(adb) 8.31 % - 11.05 %, zat
terbang (adb) 42.10 % hingga

45.62 %, kandungan karbon
tertambat (adb) 43.02 % hingga
47.28 %, dengan kandungan
belerang (adb) 0.19 % - 1.32 %,
kandungan abu 1.13 % hingga
2.07
%.
Untuk
Formasi
Pulobalang,
hasil
analisa
menunjukkan kandungan air bebas
(ar) 4.88 % hingga 10.96 %,
kandungan air total (ar) 10.70 %
hingga 18.33 %, kandungan
Inherent Moisture (adb) 6.12 % 8.28 %, zat terbang (adb) 39.87 %
hingga 42.38 %, kandungan
karbon tertambat (adb) 48.81 %
hingga
51.10
%,
dengan
kandungan belerang (adb) 0.21 %
- 1.40 %, kandungan abu 0.40 %
hingga 3.04 %.
5. Hasil
analisis
petrografimenunjukkan
bahwa
batubara
yang
mempunyai
komposisi maseral vitrinit rendah
(77.9 % - 88.6 %) adalah yang
mempunyai kandungan mineral
lempung tinggi (0.8 % - 3.4 %),
sedangkan nilai mean reflektan
vitrinitnya (Rvmax) berkisar antara
0.29 % - 0.52 % (tabel 4.6). Hal ini
menunjukan
bahwa
peringkat
batubara (coal rank) pada conto
yang memiliki Rv max yang rendah
berasal dari batubara pada
Formasi yang relatif lebih muda,
yaitu
Formasi
Kampungbaru.
Sementara untuk sampel yang
memiliki nilai Rv max yang paling
tinggi, berasal dari conto batubara
yang berasal dari formasi yang
lebih tua (Formasi Pulobalang).
6. Sumberdaya batubara hipotetik
daerah
penyelidikan
adalah
sebesar 4,083,499.65 Ton.

136 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Daerah Penyelidikan 

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan

Gambar 2. Morfologi Daerah Penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

137

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 3. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

138 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 1. Singkapan batubara di daerah penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

139

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 2. Singkapan batubara dari hasil penyelidikan terdahulu

Tabel 3. Hasil analisis kimia batubara daerah penyelidikan

Lanjutan table 3….
140 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 4. Komposisi Maseral dan Material Mineral Pada Batubara Daerah Loajanan Ulu
dan sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

141

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 5. Nilai Reflektan Vitrinit pada Batubara di daerah Loajanan Ulu

Table 6. Perhitungan Sumberdaya batubara

142 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 4. Peta hasil penyelidikan
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

143