02.PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH JASA WAKSEPAN

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH JASA-WAKSEPAN
KAB. SINTANG, PROV. KALIMANTAN BARAT
Eko Budi Cahyono
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Penyelidikan batubara di daerah Jasa - Waksepan dan sekitarya, Kabupaten
Sintang, Provinsi Kalimantan Barat dilakukan dalam rangka pencarian potensi bahan
galian khususnya batubara yang berada di wilayah perbatasan antara Indonesia dan
Malaysia.
Pelaksanaan kegiatan penyelidikan batubara dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder berupa pencarian data dan informasi mengenai daerah
yang bersangkutan, baik dari informasi dari pemerintah setempat, data pendukung
geologis, penyelidik terdahulu dan segala informasi yang menunjang. Sedangkan
penyelidikan di lapangan sebagai bentuk kegiatan primer dengan cara pencarian
singkapan batubara dan mendapatkan informasi dari pemerintah serta penduduk
setempat.
Secara umum geologi daerah peyelidikan termasuk ke dalam Cekungan
Ketungau. Secara stratigrafi formasi pembawa batubara di daerah peyelidikan adalah
Formasi Ketungau, dimana luas wilayah formasi ini sebagian besar meluti di daerah

penyelidikan.
Hasil penyelidikan di lapangan didapatkan lokasi singkapan batubara sebanyak
6 buah yang tersebar pada Formasi Ketungau dengan arah umum strike singkapan
batubara adalah barat – timur, dengan kemiringan singkapan relatif datar, antara 6 O 12 O. Ketebalan singkapan sangat tipis, berkisar antara 0,2 – 0,6 m. Analisa dari data
laboratorium didapatkan nilai kalori rata-rata batubara sebesar 7.000 kal/gr (adb),
dimana batubara mempunyai nilai kualitas tinggi.
Total perhitungan sumber daya batubara di daerah Jasa-Waksepan didapatkan
sebesar 3.371.901,98 ton, dan hasil korelasi lapisan hanya terdapat 1 seam yang ada
di wilayah ini, dengan bentangan lapisan batubara yang memanjang dari Desa Riam
Sejawak hingga Nanga Bayan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka usaha peningkatan
tersedianya
data
dan
informasi
mengenai potensi batubara di daerah
perbatasan Indonesia - Malaysia, maka
pemerintah

mulai
melakukan
penyelidikan batubara dan mencari
potensi serta sumberdaya energi, dalam
rangka pemenuhan akan kualitas dan
kuantitas komoditi wilayah, baik bagi
kepentingan pemerintah daerah maupun

pemerintah
pusat
dalam
rangka
pemenuhan
dan
peningkatan
ketersediaan data yang terbaru. Hal ini
juga terkait dengan penyusunan neraca
sumber daya batubara dan gambut serta
peningkatan
investasi

di
bidang
eksplorasi batubara.
Maksud Dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan adalah
untuk mengetahui data-data endapan
batubara
di
wilayah
perbatasan
Indonesia-Malaysia yang meliputi data

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

11

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

ketebalan, jumlah lapisan, kemiringan,
penyebaran

dan
aspek-aspek
geologinya.
Tujuannya
adalah
untuk
mengetahui potensi batubara di wilayah
perbatasan Indonesia – Malaysia, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu,
penyelidikan batubara dapat menambah
data potensi batubara pada bank data di
Pusat Sumber Daya Geologi dalam
rangka penyediaan informasi bagi
pemerintah dan menarik minat investor
dalam pengembangan pertambangan
batubara.
Lokasi Daerah Penyelidikan
Lokasi
penyelidikan
terletak

sekitar 250 km ke arah timur dengan
jalan darat dari Kota Pontianak, Ibukota
Provinsi Kalimantan Barat menuju Kota
Sintang, ibukota Kabupaten Sintang,
kemudian 150 km ke arah barat laut
menuju Kota Senaning dengan jalan
air/darat.
Secara
administratif
lokasi
penyelidikan
berada
di
wilayah
Kecamatan Senaning. Dan secara
geografis berada pada 0o 45’ – 1o 03’ LU
dan 111o 00’ – 111o 15’ BT. (Gambar 1)
Keadaan Lingkungan
Penduduk yang berdomisili di
daerah penyelidikan secara umum cukup

beragam baik penduduk asli atau
penduduk pendatang dari daerah lain.
Penduduk asli didominasi oleh suku
Dayak dan suku Melayu sedangkan
pendatang
adalah
penduduk
transmigrasi asal Pulau Jawa dan
sebagian lagi pendatang dari daerah lain
di
Kalimantan
Barat.
Pekerjaan
penduduk antara lain berusaha di bidang
pertanian, perkebunan, perdagangan,
buruh,
nelayan
dan
pegawai
pemerintahan, sedangkan agama yang

dianut umumnya adalah agama Nasrani

dan Islam. Dari data BPS kalbar Tahun
2006
disebutkan bahwa Jumlah
penduduk Provinsi Kalimantan Barat
tahun 2006 berjumlah sekitar 4,12 juta
jiwa (angka proyeksi), dimana sekitar
2,11 juta jiwa berjenis kelamin laki-laki
dan 2,01 juta jiwa adalah perempuan.
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat
sebesar 146.807 Km2 atau lebih besar
dari Pulau Jawa, maka kepadatan
penduduk Kalimantan Barat baru sekitar
28 Jiwa per kilometer persegi.
Tingkat perekonomian penduduk
di daerah ini relatif cukup baik demikian
juga ketersedian bahan-bahan pokok
cukup mudah dengan faktor pendukung
adalah terdapatnya perkebunan karet

dan pemukiman transmigrasi. Sarana
dan pra sarana yang tersedia antara lain
sekolah mulai dari tingkat dasar hingga
menengah,
jaringan
jalan,
listrik,
puskesmas.
Pada beberapa tempat
telah tersedia menara untuk keperluan
komunikasi telepon selular. Untuk sarana
transportasi sebagian daerah terutama
yang terpencil masih menggunakan jalur
sungai dengan perahu.
Lahan di daerah ini antara lain
adalah
areal
perkebunan
dan
peladangan milik penduduk terutama

karet dan palawija, hutan reklamasi
bekas
areal
perusahaan
Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) serta semak
belukar. Satwa yang hidup di sini antara
lain kera, babi hutan, rusa, beruang,
berbagai jenis unggas, ikan air tawar dan
lain-lain. Sebagai daerah yang terletak
dekat dengan garis khatulistiwa memiliki
suhu udara rata-rata cukup panas
dengan kisaran 25º - 35º C. Curah hujan
cukup tinggi dengan musim hujan
biasanya antara bulan November sampai
Maret dan musim kemarau antara bulan
Juli sampai Agustus sedangkan bulanbulan
lainnya
merupakan
masa

peralihan.

12 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Peralatan Yang Digunakan
ƒ Kompas geologi (Brunton)
ƒ Palu geologi (Estwing)
ƒ GPS (12 satelit)
ƒ Loupe (16 X)
ƒ Altimeter
ƒ Stopwatch
ƒ Roll meter
ƒ Kamera Digital
ƒ Tali ukur (25 m)
ƒ Kantong Sampel

GEOLOGI UMUM


Penyelidik Terdahulu
Penyelidik terdahulu belum ada yang
secara khusus meneliti sebaran batubara
di daerah ini, namun beberapa penyelidik
terdahulu yang pernah melakukan
penyelidikan
di
sekitar
daerah
penyelidikan dapat dijadikan referensi
untuk kepentingan informasi sekunder,
diantaranya adalah :
1) Pusat Sumber Daya Geologi, 2007.
Laporan
Inventarisasi
dan
Penyelidikan Mineral dan Batubara
Daerah
Perbatasan
Kabupaten
Sintang, Provinsi Kalimantan Barat
dengan Malaysia. Pusat Sumber
Daya Geologi – Bandung
2) Dahlan Ibrahim, 2008. Penyelidikan
Pendahuluan Bitumen Padat Di
Daerah
Nanga
Dangkan
dan
sekitarnya,
Kabupaten
Sintang,
Provinsi Kalimantan Barat. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung
Penyelidik
terdahulu
umumnya
menyebutkan bahwa daerah sekitar
penyelidikan terdapat beberapa indikasi
adanya
sigkapan
batubara
yang
merupakan Coal Bearing Formation
(Formasi Pembawa Batubara), dan
lapisan pembawa batubara tersebut
tersebar luas di wilayah sekitar
penyelidikan.

Daerah Tering dan sekitarnya
termasuk kedalam Informasi mengenai
geologi daerah penyelidikan diperoleh
berdasarkan publikasi Peta Geologi
Lembar Sintang, Kalimantan, skala 1 :
250.000, terbitan Puslitbang Geologi
Bandung (R.Heryanto, B.H. Harahap, P.
Sanyoto, P.R. Wiliams dan P.E. Pieters,
1993) dan sebagian Peta Geologi
Lembar Nangaobat, Kalimantan, skala 1
: 250.000, P3G Bandung (Y. Noya, P.E.
Pieters dan Surono, 1993). (Gambar 2)
Lembar Sintang terletak di bagian
tengah Provinsi Kalimantan Barat,
secara fisiografi dicirikan oleh dataran
rendah,
kelompok
perbukitan
bergelombang
rendah
serta
pegunungan yang mempunyai ketinggian
hingga 1.100 m. Secara tektonik pada
lembar ini terdapat tiga cekungan
daratan muka yaitu Cekungan Ketungau
dan Cekungan Mandai di bagian utara
dan Cekungan Melawi di bagian selatan.
Kedua bagian cekungan ini dipisahkan
oleh Punggungan Semitau berumur Pra
Tersier. Pada Eosen Akhir diperkirakan
cekungan-cekungan tersebut awalnya
menyatu, proses tektonik pada OligoMiosen
membentuk
Punggungan
Semitau sehingga cekungan yang luas
tersebut terbagi menjadi tiga bagian.
Tinggian Semitau memisahkan
Cekungan Ketungau dan Mandai Kriau di
utara dari Cekungan Melawi di selatan.
Cekungan Ketungau membentuk struktur
besar dan lebar setengah gelombang
mencapai 50 kilometer, cekungan ini
tersesarkan terhadap Bancuh Lubuk
Antu (komplek Kapuas), di tepi selatan
cekungan ini bersentuhan dengan sesar
komplek Semitau.
Secara umum stratigrafi regional
Daerah Jasa – Waksepan dan sekitarnya
terdiri atas Aluvial (Qal), Batuan
Terobosan Sintang (Toms), Formasi

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

13

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Ketungau (Teke), Formasi Payak (Teop),
Formasi Tutoop (Tetu), Formasi Kantu
(Teka), Kelompok Selangkai (Kse) dan
Komplek Semitau (CRs). Adapun ciri
litologi secara umum masing-masing
formasi
tersebut,
dapat
diuraikan
sebagai berikut :
Aluvial (Qal), litologinya terdiri dari
lumpur, pasir, kerikil dan bahan
tumuhan.
Batuan Terobosan Sintang (Toms),
litologinya terdiri dari porfir dasit,
mikrogranodiorit, dan mikrogranit.
Formasi Payak (Teop), litologinya terdiri
dari perselingan batupasir, batulumpur,
batulanau,
setempatk
kaya
fosil.
Berumur Oligosen Bawah.
Formasi Ketungau (Teke), litologinya
terdiri dari batupasir berfosil jarang,
lapisan tipis batubara pada bagian atas.
Berumur Eosen Atas – Oligosen Bawah.
Batupasir Tutoop (Tetu), litologinya
terdiri dari batupasir dengan beberapa
konglomerat dan batulumpur, pejal
sampai berlapis. Berumur Eosen Atas –
Oligosen Bawah.
Formasi Kantu (Teka), litologinya terdiri
dari
batupasir
dengan
beberapa
konglomerat dan batulumpur pada
bagian bawah, perselingan batupasir,
batulanau dan batulumpur kelabu atau
meah pada bagian atas. Berumur Eosen
Atas – Oligosen Bawah.
Kelompok Selangkai (Kse), litologinya
terdiri
dari
batulumpur,
batupasir
batulanau gampingan sedikit batupasir
lumpur berlapis teratur dengan lapisan
bersusun, batulumpur kerakalan dan
konglomerat. Berumur Kapur Bawah –
Kapur Atas.
Kelompok Semitau (CRs), litologinya
terdiri dari sekis hijau, batuhijau,
amfibolit, sedikit sabak, filit, batutanduk,
kuarsit dan serpentinit, karsburgit
terubah, setempat granit, granodiorit dan
diorit. Berumur Karbon – Jura Bawah

Dari susunan stratigrafi di atas,
Formasi Ketungau merupakan formasi
pembawa batubara “ Coal Bearing
Formation “, sehingga penyelidikan di
konsentrasikan pada formasi tersebut,
mengingat adanya indikasi keterdapatan
lapisan batubara.
Struktur
geologi
yang
berkembang di daerah Jasa – Waksepan
dan sekitarnya berupa perlipatan, sesar
turun dan sesar naik berarah timurbarat. Struktur geologi yang dominan di
daerah penyelidikan adalah sesar dan
rekahan, sesar berarah barat - barat laut,
ke barat umumnya agak sejajar dengan
batas formasi.
Sesar-sesar yang terdapat di
daerah ini pada umumnya berupa sesar
normal, dimana 2 (dua) sesar utama
yang mengontrol perkembangan struktur
daerah tersebut, memisahkan tinggian
Semitau dari cekungan Ketungau dan
Mandai Kriau ke utara dan cekungan
Melawi ke selatan.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Mengingat penyelidikan ini dalam
taraf survai tinjau (pendahuluan), secara
garis besar dilaksanakan 2 tahapan
pelaksanaan penyelidikan lapangan yaitu
pengumpulan data primer, berupa
penyelidikan ke lapangan dengan
pencarian, pegukuran, ploting dan
pengambilan sampel batubara pada
wilayah daerah penyelidikan, dan
pengumpulan data sekunder, berupa
pengumpulan data dan informasi yang
mendukung kegiatan lapangan.
Terdapat 6 lokasi singkapan
batubara, dan 1 buah titik borehole dari
perusahaan lokal yang ditemukan di
lapangan, nomor lokasi dan letak
geografis titik singkapan dapat dilihat
pada tabel singkapan. (Tabel 1)

14 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Analisis Laboratorium
Untuk
mengetahui
kualitas
batubara
di
daerah
penyelidikan,
dilakukan analisa kimia (proximat/ultimat)
di laboratorum. Conto diambil dari
singkapan
yang
ditemukan,
dan
dianalisa secara umum kualitas batubara
di laboratroum kimia, agar kualitas
batubara dapat diketahui.
Analisa conto kualitas batubara di
laboratorium untuk mengetahui nilai
kalori, kandungan sulfur, kandungan abu
dan lain sebagainya. Conto batubara
yang dianalisis sebanyak 5 buah,
dengan kode ST-52, ST-54, ST-55,DH07 dan ST-57.(Tabel 2)
Dari hasil analisa laboratorium
kimia, didapatkan nilai kalori batubara
berkisar antara 3.025 – 7.552 kal/gr
(adb). Pada sampel kode St-52 dan ST54 terdapat anomali kalori yang rendah
dibanding sampel lainnya, hal ini
dikarenakan oleh adanya sampel yang
kurang bagus dalam analisa kimia, yang
ditunjukkan dengan adanya nilai ash
(abu) tinggi. Kemungkinan sampel dalam
analisa banyak mengandung unsur
pengotor/lempung, sehingga analisa nilai
kalori berdampak rendah. Namun secara
umum nilai kalori pada lapisan batubara
di daerah penyelidikan merupakan
batubara jenis kalori tinggi (high rank
coal). Sehingga sampel dengan kode
ST-52 dan ST-54 bisa dikatagorikan
kurang representatif jika dilihat dari sudut
nilai kalori dan nilai abu. Kandungan abu
berkisar antara 5,08 – 17,59 % dan
sulfur total 0,23 – 0,71 % (cukup
rendah). Total moisture (ar) rendah sedang, berkisar antara 5,08 – 12,88 %,
demikian juga kandungan zat terbang
(volatile matter), berkisar antara 10,56 –
38,06 %.
Pengolahan Data
Dalam peta geologi dan sebaran
batubara hasil penyelidikan lapangan

dapat
dilihat
bahwa
singkapansingkapan batubara dijumpai pada
Formasi
Ketungau.
Formasi
ini
merupakan
satu-satunya
formasi
pembawa batubara di wilayah JasaWaksepan. Ada juga formasi pembawa
batubara lain, yaitu Formasi Kantu,
namun keberadaan formasi ini berada di
sebelah
selatan,
diluar
daerah
penyelidikan.
Titik singkapan batubara yang
telah ditemukan dikorelasikan dengan
titik singkapan lainnya dalam peta
geologi untuk mendapatkan sebaran
lapisan batubara. Setelah mengetahui
hasil korelasi lapisan batubara, di dalam
peta
geologi
tersebut
dibuat
model/penampang dari peta geologi
yang mewakili semua formasi batuan,
terutama formasi pembawa batubara
yang didalamnya terdapat singkapan
batubara yang telah ditemukan di
lapangan. Sehingga nampak gambaran
secara vertikal urutan litologi yang
mewakili daerah penyelidikan. Hasil
korelasi dari lapisan batubara tersebut
dipergunakan sebagai unsur penentu
sejauh mana penyebaran lateral lapisan
batubara
tersebut
terbentuk
dan
diendapkan. Nilai dari penyebaran lateral
ini sebagai salah satu parameter dalam
penghitungan sumber daya lapisan
batubara.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan
Satuan
morfologi
daerah
penyelidikan
hampir
seluruhnya
merupakan dataran dan sebagian kecil
morfologi perbukitan terjal. Bentuk
morfologi dataran tersebar menempati
sekitar 80 % dari seluruh luas daerah
penyelidikan, dan batuan dibawah
satuan morfologi ini umumnya terdiri dari
susunan sedimen dan beberapa batuan
gunungapi. 20 % wilayah lainnya

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

15

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

merupakan perbukitan terjal di bagian
utara
daerah
penyelidikan,
dan
merupakan batas antar negara Indonesia
dan Malaysia. (Gambar 3).
Aliran
sungai
umumnya
mempunyai pola dendritik. Sungai
terbesar adalah Sungai Ketungau, yang
merupakan
sungai
utama
dan
memanjang dari hulu hingga ke daerah
ibukota kabupaten. Lebar rata-rata
Sungai Ketungau hingga mencapai 100
meter dan bisa mencapai 200 meter jika
saat musim hujan/banjir. Anak Sungai
Ketungau
didaerah
penyelidikan
umumnya merupakan sungai kecil, dan
di anak sugai inilah beberapa singkapan
batubara ditemukan.
Berdasarkan letak dan posisi
secara geografis di daerah penyelidikan,
tatanan stratigrafi terdiri atas Aluvial
(Qal), Batuan Terobosan Sintang
(Toms), Formasi Ketungau (Teke) dan
Formasi Tutoop (Tetu). Dari susunan
stratigrafi di atas, Formasi Ketungau
merupakan formasi pembawa batubara “
Coal Bearing Formation “, dan singkapan
batubara terdapat pada formasi tersebut
pada anak-anak Sungai Ketungau
Struktur
geologi
yang
berkembang di daerah penyelidikan
terdapat beberapa indikasi sesar.
Berdasarkan dari pengamatan peta
geologi daerah peyelidikan, kelurusan
sesar berada di bagian bawah/selatan
dengan penyebaran dan umunya
mempunyai arah baratlaut – tenggara.
Sesar tersebut di atas, tidak
banyak mempengaruhi tatatan batuan
atau formasi di sekitarnya. Diduga jenis
sesar tersebut merupakan jenis sesar
geser, namun indikasi dan jejak sesar
sulit ditemukan di lapangan. Walaupun
demikian,
keberadaan
sesar-sesar
tersebut akan berpengaruh terhadap
pembentukan batuan di sekitarnya.

Potensi Endapan Batubara
Berdasarkan dari data singkapan
batubara
di
lapangan,
secara
megaskopis batubara tersebar pada
Formasi Ketungau. Pada Formasi
Ketungau ini secara umum kenampakan
batubara mempunyai ciri-ciri berwarna
hitam-kecoklatan, agak kusam, sebagian
kompak,
dan
dijumpai
beberapa
pengotor lempung. Ini menunjukkan
bahwa secara megaskopis singkapan
batubara pada Formasi Ketungau
mempunyai indikasi kalori yang sedangtinggi.
Secara
umum
kenampakan
batubara kompak, hitam-kecoklatan,
kilap kusam dan agak ringan, sebagian
ada
lapisan
pengotor
lempung.
Pengambilan sampel dilakukan dari hasil
menyusuri anak-anak sungai dan
informasi penduduk sekitar, sehingga
singkapan didapatkan dan diukur arah
jurus dan kemiringannya, serta posisi
singkapan scara koordinat dan di plot
pada peta kerja. Rata-rata ketebalan
singkapan batubara berkisar antara 0,2 0,6 meter.
Batubara
secara
lateral
memanjang dari Desa Riam Sejawak
hingga Timur Desa Waksepan/Nanga
Bayan, dengan panjang lateral lebih
kurang sejauh 42 km di lapangan.
Pengamatan singakapan batubara di
lapangan menunjukkan bahwa arah jurus
dari sebaran batubara secara umum
berarah barat – timur, dimulai dari
sebelah barat Desa Jasa hingga sebelah
Timur
Desa/Dusun
Waksepan.
Singkapan batubara umumnya tersebar
di beberapa muara anak Sungai
Ketungau. Singkapan batubara dan “
coal bearing formasi “ tidak ditemukan
pada bagian utara Sungai Ketungau,
hingga lereng bukit di daerah perbatasan
dengan Wilayah Malaysia.
Batubara
ditemukan kembali di wilayah Malaysia,
yang saat ini sedang dilakukan

16 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

penambangan “ underground ”, dimana
batubara pada lapisan ini ada perbedaan
baik secara fisik dan parameter kualitas,
dibandingkan dengan batubara yang
berada di wilayah Jasa dan sekitarnya.
Batubara di wilayah Malaysia,
merupakan batubara yang berada pada
Formasi Silantek, dimana formasi ini
berbeda umur pengendapannya dengan
Formasi Ketungau. Dari hasil korelasi
dan
prediksi
sementara,
Formasi
Silantek ini seumur dengan Formasi
Kantu. Dimana Formasi Kantu ini
tersebar di sebelah timur daerah
penyelidikan, yaitu daerah Nanga
Kantu/Sungai Kantu, dan sedikit tersebar
di bawah selatan Sungai Ketungau, yaitu
di daerah sekitar selatan daerah
Empura. Ciri-ciri fisik batubara Silantek
mempunyai kalori yang lebih tinggi dan
ketebalan rata-rata hingga mencapai 2
meter. Kondisi dan parameter batubara
ini tidak dijumpai pada batubara pada
Formasi Ketungau. Secara geologis, dan
parameter yang ditemukan di lapangan,
batubara di wilayah Jasa dan sekitarnya
berbeda dengan batubara di wilayah
Silantek. Namun keberadaan lapisan
batubara Silantek ini dapat diperkirakan
posisinya berada di bawah Formasi
Ketungau. Berdasarkan korelasi dari
penampang geologi, sebaran Formasi
Silantek di Malaysia menerus dengan
Formasi Kantu yang berada di Indonesia,
di dalam satu cekungan yang sama yaitu
Cekungan
Ketungau.
Sehingga
berdasarkan dari urutan stratigrafi
pengendapan
yang
selaras
pada
Cekungan Ketungau, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Formasi Silantek di
Malaysia adalah sama dengan Formasi
Kantu di Indonesia. Hal ini juga
diperjelas dari laporan Eddy. R., 1995
yang telah melakukan penyelidikan
batubara di Formasi Kantu di daerah
Sungai Tabun dimana Formasi Kantu ini
menerus hingga ke Silantek – Serawak,

dan formasi ini disebut sebagai Formasi
Silantek (Tan, D.N.K., 1982)
Dari hasil korelasi penampang
geologi estimasi lapisan batubara
Formasi Silantek/Kantu berada di
kedalaman sekitar 1150 meter di bawah
perbatasan Indonesia – Malaysia.
Dengan asumsi bahwa kemiringan
lapisan batubara relatif datar, sekitar 8 10o.(Gambar 4). Pertambagan batubara
yang berada di Silantek- Malaysia, dapat
dimungkinkan
mencapai/melewati
perbatasan Indonesia jika teknologi
tambang batubara Silantek sudah dalam
tahap lanjut, dimana memenuhi kriteria
antara lain:
1) Mempunyai struktur terowongan
dengan bentuk “ concrete-cement “
dengan cara “ grouting “ hingga
dasar terowongan
2) Room dan pilar eksploitasi tambang
bawah tanah dengan sistematis
3) Transportasi
pekerja
dan
pengangkut batubara (conveyor)
harus terpisah
4) Sistem ventilasi udara secara
sistematis dan dikontrol secara
digital, baik secara vertikal maupun
horizontal (intake and outake)
5) Penanganan analisa sampel gas di
tiap-tiap cabang terowongan harus
diamati, untuk mencegah adanya
gas methan yang membahayakan
tambang
6) Keselataman kerja yang cukup
memadai kepada alat dan pekerja
tambang (masker oksigen,personal
safety/apd (alat pengaman diri), dll)
7) Pengontrolan
hidrogeologi
air
tanah/air sungai, demi mencegah
kebocoran tambang akibat luapan
aquifer dan sungai atas permukaan
8) Jenis alat eskploitasi tambang
batubara (rock header, drum-cutter,
blasting, excavator, sentrifugal core,
dll)
9) Alat dan sistem komunikasi yang

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

17

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

baik,
dimana
dapat
menghubungkan antara di luar
tambang (kontorl) dan di dalam
tambang
10) Pengukuran dan rencana tambang,
dan lain sebagainya
Sistem/kriteria di atas jika terpenuhi,
tambang bawah tanah Silantek dapat
dieksploitas hingga mencapai kedalaman
di atas 1000 meter. Dan harus kita
pelajari apakah syarat/kriteria tersebut di
atas dapat dibuktikan di dalam tambang,
tentunya harus dilakukan pemantauan
langsung ke dalam tambang tersebut.
Pemantauan dan penyelidikan secara
untuk
melihat
atas
permukaan
kemenerusan lapisan batubara Formasi
Silantek atau kemenerusan terowongan
bawah tanah, disamping secara geologi
harus dikaji
dengan menggunakan
metode lain, seperti pendekatan secara
geofisik (seismik, sounding, geolistrik
dll), pemboran, analisa citra satelit dan
sebagainya.
Hal
ini
diperlukan
pendekatan dan pembuktian dengan
metode lebih lanjut untuk mendapatkan
bukti secara akurat dan ilmiah.
Umur dari Formasi Ketungau di
wilayah Indonesia hampir seumur
dengan Formasi Silantek/Kantu (Eosen
Atas – Oligosen Bawah) di bawahnya,
dan kedua formasi ini hanya diselingi
oleh
Formasi
Tutoop
yang
memisahkannya. Secara umum kedua
lapisan pembawa batubara ini terdapat
lapisan batubara dengan nilai kalori yang
tinggi, namun ketebalan lapisan batubara
Formasi Silantek/Kantu lebih tebal
dibanding
lapisan
batubara
pada
Formasi Ketungau di wilayah Indonesia.
Hasil korelasi lapisan batubara dari
singkapan batubara di lapangan dan
kaidah geologi setempat didapatkan
hanya 1 seam. Sedangkan dari hasil
penghitungan sumberdaya batubara,
didapatkan total sumberdaya batubara

sebesar 3.371.901,98 ton, dengan
batasan
sumberdaya
mencapai
kedalaman 50 meter. Dan panjang
lapisan lateral searah strike dibatasi
sejauh 2000 meter
Prospek
Pemanfaatan
dan
Pengembangan Batubara
Penyebaran lapisan batubara di
daerah penyelidikan relatif memanjang
dan
menerus,
dengan
ketebalan
batubara realtif tipis dengan rata-rata di
atas mencapai 0,2 meter. Bila dilihat dari
kondisi geologi dapat dimungkinkan
adanya pengaruh pengendapan yang
relatif singkat terhadap pembentukan
coalifikasi yang berdampak pada tingkat
kematangan batubara, sehingga daerah
tersebut hanya menghasilkan batubara
dengan nilai kalori yang sedang-tinggi.
Dari hasil analisa kimia terdapat
beberapa
sampel
batubara
yang
mempunyai nilai kalori tinggi seperti
pada sampel ST-55, DH-07 dan ST-57,
hampir mencapai 7.000 kal.gr. Nilai
sulfur juga cukup rendah dibawah 0,5 %.
Ini menunjukkan bahwa lapisan batubara
di daerah ini mempunyai nilai kalori dan
kualitas yang relatif tinggi. Tidak
menutup kemungkinan lapisan batubara
di
daerah
Jasa-Waksepan
dapat
dijasikan Cooking Coal ?, tentunya
memerlukan analisa kimia dan fisika
lebih lanjut, seperti adanya parameter uji
FSI (free swelling index), Fluidity,
Dilatation, Gray King Coke dan Roga
Index, dan petrografi organik, untuk
memastikan bahwa batubara di wilayah
Jasa-Waksepan tersebut memenuhi
unsur parameter tersebut di atas.
Batubara dengan kalori tinggi di
daerah peyelidikan isa dimanfaatkan
secara maksimal bila disertai dengan
ketebalan lapisan yang cukup memadai,
minimal di atas 1 meter. Namun tidak
menutup
kemungkinan
jika
nilai
ekonomis dari lapisan batubara dengan

18 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

kualitas batubara ini lebih tinggi nilai
produksinya di pasar ekonomi. Sehingga
walaupun dengan ketebalan di bawah 1
meter dapat menghasilkan nilai produksi
batubara yang bagus. Tentunya sarana
dan prasarana harus cukup menunjang
demi kelancaran transportasi dalam
mengangkut batubara ini.
.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan penyelidikan batubara
di daerah Jasa – Waksepan dan
sekitarnya merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengetahui akan
adanya prospek potensi keberadaaan
batubara pada wilayah berbatasan
negara Indonesia – Malaysia..
Dari semua uraian yang telah di
sebutkan pada bab sebelumnya, untuk
sementara dalam laporan pendahuluan
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1) Secara umum geologi daerah
penyelidikan termasuk ke dalam
Cekungan
Ketungau,
dimana
morfologi daerah penyelidikan terdiri
atas 80 % morfologi perbukitan
dataranl
dan
2-%
merupakan
morfologi perbukitan terjal.
2) Startigrafi
daerah penyelidikan
secara umum terdiri atas Aluvial,
Batuan Terobosan Sintang, Formasi
Ketungau dan Formasi Batubara
Tutoop. Singkapan batubara hanya
ditemukan pada Formasi Ketungau.
3) Hasil lapangan didapatkan 6 titik
singkapan
batubara
dengan
ketebalan seam bervariasi antara 0,2
– 0,6 meter.
4) Dari hasil analisa kimia didapakan
bahwa
batubara
di
daerah
penyelidikan merupakan katagori
batubara kalori sedang - tinggi,
dengan nilai kalori sebesar 6.281 –

7.552 kal/gr (adb) atau rata-rata
kalori 7.000 kal/gr (adb).
5) Dari hasil analisa, baik dari hasil
kandungan nilai kalori, total moisture,
volatil-matter, ash-content, sulfur dan
lainnya, batubara daerah JasaWakepan cukup bagus, namun
ketebalan lapisan batubara yang
masih kecil, masih dibawah 1 meter.
6) Hasil
perhitungan
sumberdaya
batubara
didapatkan
sebesar
3.371.901,98 ton (tereka).
7) Diharapkan dari data awal ini, dapat
dilakukan studi lanjut mengenai
potensi batubara daerah JasaWaksepan untuk dikembangkan lebih
lanjut,
terutama
mencari
kemenerusan
sebaran
lapisan
batubara pada formasi yang sama di
daerah lain di sekitarnya, sehingga
akan didapatkan ketebalan lapisan
batubara yang maksimal.
Kemudian
saran
yang
dapat
dikemukakan pada hasil penyelidikan
adalah sebagai berikut :
1) Mengingat kondisi geografis daerah
penyelidikan yang relatif datar dan
luas, dengan kemiringan lapisan
batubara yang relatif datar juga,
diperlukan data dan informasi akan
keberadaan singkapan batubara di
daerah
lain
untuk
mencari
kemenerusan lapisan batubara pada
formasi ini (Ketungau). Sehingga jika
ditemukan
dimensi
(ketebalan)
lapisan batubara yang lebih tebal,
akan
lebih
ekonomis
nilai
produksinya. Perlunya kajian yang
lebih detil dan komplek lagi dalam
memperoleh
daerah
potensi
batubara pada Cekungan Ketungau
di wilayah sekitarnya yang lebih
prospek,
sehingga
tercapainya
sasaran pencapaian zona daerah
yang mempunyai batasan batubara

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

19

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

dengan dengan nilai kalori tinggi
yang diinginkan.
2) Perlu adanya informasi data dukung
akan keberadaan batubara yang
mempunyai nilai kalori tinggi, baik
informasi data dari pihak PEMDA
terkait dan perusahaaan swasta di
sekitar daerah penyelidikan, serta
dukungan informasi masyarakat lokal
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Distamben Provinsi Kalimantan Barat, 2010. Laporan Peninjauan Pertambangan
Batubara Bawah Tanah (Underground Mining) Di Silantek – Serawak, Malaysia
Dahlan Ibrahim, 2008. Penyelidikan Pendahuluan Bitumen Padat Di Daerah Nanga
Dangkan dan sekitarnya, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2007. Laporan Inventarisasi dan Penyelidikan Mineral
dan Batubara Daerah Perbatasan Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat
dengan Malaysia. Pusat Sumber Daya Geologi - Bandung
Herman D., dkk, 2000, An Outline of The Geology of Indonesia,
Association of Geologist, IAGI, Jakarta

Indonesian

Heryanto.R, B.H. Harahap, P. Sanyoto, P.R. Wiliams dan P.E. Pieters, 1993. Peta
Geologi Lembar Sintang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, terbitan Puslitbang Geologi
Bandung.
Koesoemadinata, R.P., dan Hardjono., 1977. Kerangka sedimenter endapan batubara
Tersier Indonesia. Pertemuan Ilmiah Tahunan ke VI, IAGI.
Noya.Y, P.E. Pieters dan Surono, 1993. Peta Geologi Lembar Nangaobat, Kalimantan,
skala 1 : 250.000, P3G Bandung
Roberson Research ; Coal Resources of Indonesia, volume 1 Report, Australia.

20 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Jasa-Waksepan dan Sekitarnya

Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Jasa-Wakspean dan Sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

21

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 3. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Jasa-Waksepan dan
Sekitarnya

22 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 4. Korelasi Penampang Lapisan Batubara daerah Perbatasan IndonesiaMalaysia
Tabel 1. Singkapan Batubara Daerah Penyelidikan
Jurus/
Kemirin
gan

Teb
al
(m)

Kode
Singkapan

Lintang

1

ST – 52

1o 1’
5,1’’

111 9’ 19,5’’

74 / 8

0,2

2

ST – 54

1 o 1’ 1,1’’

111 o 8’ 51,7’’

72 / 7

0,4

3

ST – 55

1o 1’ 0,5’’

111o 8’ 52,9’’

70 / 6

0,6

4

ST – 57

1 o 0’
28,4’’

111 7’ 30,6’’

5

DH - 07

1 o 1’
00,2’’

111 o 9’
115,5’’

6

MR – 12

0 o 57’
36,0’’

111 o 4’ 48,0’’

No

Bujur

o

Lokasi

Deskripsi

S.
Semawang

Bb,
htm,ksm,komp,banded,
ringan
Bb,
htm,ksm,komp,banded,
ringan
Bb,
htm,ksm,komp,banded,
ringan
Bb,
htm,ksm,komp,banded,
ringan
Borehole

S. Bluku

S. Bluku

7

JS – 42

o

1 1’ 12,0’’

S. Udang
o

o

111 12’ 0,0’’

80 / 10

0,2
0,2

42 / 8

82/ 12

Waksepan

0,2

Riam
Sejawak

0,2

A.Sungai
Jasa

Bb,
htm,ksm,komp,banded,
ringan
Bb,
htm,ksm,komp,banded,
ringan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

23

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 2. Tabel Analisa Kimia Proksimat Batubara di Daerah Penyelidikan

ANALISA
No.
Conto

Kode
Conto

1
2
3
4
5

ST-52
ST-54
ST-55
DH-07
ST-57

Total
Moisture
(%)
18,94
19,19
6,67
12,36
5,08

Volatile
Matter
(%)
20,67
21,63
38,06
10,56
38,05

FC
(%)

Abu
(%)

33,34
38,99
54,38
67,86
47,79

38,88
32,14
5,08
17,59
12,54

24 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

Total
Sulfur
(%)
0,23
0,25
0,71
0,37
0,47

Nilai
Kalori
(cal/gr)
3.025
3.669
7.552
6.281
7.196