BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM PONDOK PESANTREN “PENANGANAN MASALAH KEMALASAN TERHADAP PENGURUS DI PONDOK PESANTREN MAMBA’UL MA’ARIF DENANYAR JOMBANG”.

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM PONDOK
PESANTREN
“PENANGANAN MASALAH KEMALASAN TERHADAP PENGURUS DI
PONDOK PESANTREN MAMBA’UL MA’ARIF DENANYAR
JOMBANG”
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh
AKHMAD SYAHRONI AMANULLAH
B53212068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
2016

ABSTRAK


Akhmad Syahroni Amanullah (B53212068), Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam Pondok Pesantren (Penanganan Masalah Kemalasan Terhadap Pengurus
di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang).
Fokus penelitian adalah (1) Apa faktor yang menjadikan salah seorang pengurus
pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang bermalas malasan? (2)
Bagaimana proses pemberian bantuan konseling terhadap seorang pengurus
pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif itu berjalan?
Berdasarkan fokus penelitian tersebut maka penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
memahami faktor-faktor yang menyebabkan pengurus pondok pesantren
bermalas-malasan dalam menjalankan amanah kepengurusan, serta mengetahui
dan memahami bagaimana proses bimbingan dan konseling Islam dalam
memberikan bantuan terhadap pengurus yang bermalas-malasan itu berjalan.
Sesuai dengan fokus penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti hanya
memaparkan faktor-faktor yang menjadikan pengurus pondok pesantren Mambaul
Ma’arif Denanyar Jombang bermalas-malasan dan mendeskripsikan bagaimana
praktik bimbingan dan konseling Islam dalam menangani masalah kemalasan
yang sedang dialami oleh pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif
Denanyar Jombang berjalan. Ternyata, setelah peneliti melakukan penelitian

faktor-faktor yang menyebabkan pengurus pondok pesantren bermalas-malasan
adalah: 1. Faktor pengurus di pondok pesantren yang kurang kondusif dan
produktif, 2. Kebiasaan klien yang sering begadang 3. Klien yang tertutup dan
tertekan dengan lingkungan pesantren. 4. Pengasuh yang jarang di pondok
pesantren. Sedangkan untuk proses konseling alhamdulillah klien sudah dapat
berubah menjadi pribadi yang rasional dan mulai menjalankan amanah
kepengurusan beserta anggota yang lainnya.
Dari hasil penelitian yang diadakan oleh peneliti, maka penelitian ini cukup
berhasil hal tersebut dapat diketahui dari perubahan pola berfikir serta tindakan
klien yang awalnya irrasional menjadi pola fikir dan tindakan yang rasional serta
dapat menjalankan tugas pengurusan dengan baik.

Kata kunci: Bimbingan dan konseling Islam, faktor-faktor penyebab kemalasan,
proses bimbingan dan konseling Islam.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................

i

Persetujuan Pembimbing Skripsi ...................................................................

ii

Pengesahan Tim Penguji Ahli ........................................................................

iii

Motto.. ............................................................................................................

iv

Persembahan ..................................................................................................

v


Pernyataan Otentisitas Skripsi .......................................................................

vi

Abstrak ...........................................................................................................

vii

Kata Pengantar ...............................................................................................

viii

Daftar Isi.........................................................................................................

x

Daftar Tabel ...................................................................................................

xiii


BAB I

PENDAHULUAN.................................................................

1

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Penelitian. ...............................................
Rumusan Masalah... .........................................................
Tujuan Penelitian..............................................................
Manfaat Penelitian............................................................
Definisi Konsep................................................................
Metode Penelitian.............................................................

Sistematika Pembahasan ..................................................

1
4
4
5
5
8
15

TINJAUAN PUSTAKA........................................................

17

A. Kajian Teoritik..................................................................
1. Bimbingan dan Konseling Islam.................................
a. Pengertian Bimbingan...........................................
b. Pengertian Konseling............................................
c. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam.........
d. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam......

e. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
Islam.....................................................................
f. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam .........
g. Jenis Jenis Masalah Individu................................
h. Jenis Jenis Bimbingan ..........................................
i. Pendekatan dan Teknik TRE................................
j. Tahap-Tahap dalam Proses Bimbingan dan
Konseling Islam ..................................................

17
17
17
18
19
21

BAB II

25
29

29
30
30
32

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

BAB IV

2. Pesantren ....................................................................
a. Pengertian Pesantren ............................................
b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Pondok Pesantren
c. Karakteristik Pondok Pesantren ...........................
d. Tipologi Pondok Pesantren ..................................
e. Prinsip Prinsip Sistem Pendidikan
Pondok Pesantren .................................................

3. Masalah ......................................................................
a. Pengertian Masalah ..............................................
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ................................

36
36
36
38
41
42
44
44
44

PENYAJIAN DATA.............................................................

49

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian..................................
1. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................

2. Deskripsi Pengurus Pondok Pesantren
Mamba’ul Ma’arif ......................................................
3. Tugas Pengurus Pondok Pesantren
Mamba’ul Ma’arif ......................................................
4. Deskripsi Santri dan Rutinitas Pondok
Pesantren Mamba’ul Ma’arif .....................................
5. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren
Mamba’ul Ma’arif ......................................................
B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................
1. Identitas Klien dan Keluarganya ................................
2. Deskripsi Proses Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling Islam Terhadap Masalah
Kemalasan yang Dialami Oleh Pengurus
Pesantren Mamba’ul Ma’arif .....................................
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Klien Malas ........
4. Tahapan-Tahapan Konseling Dalam
Menangani Klien ........................................................

49
49


85

ANALISIS DATA.................................................................

90

52
55
61
63
65
65

68
84

A. Analisis Tentang Bimbingan dan Konseling Islam Dalam
Pondok Pesantren; Penanganan Masalah Kemalasan Terhadap
Pengurus di Pondok Pesantren
Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang ............................ 90
1. Analisis Faktor- Faktor yang Menyebabkan
Pengurus Pondok Pesantren Mamba’ul
Ma’arif Denanyar Jombang Mengalami Kemalasan........ 91

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

2. AnalisisProses Bimbingan dan Konseling
Islam Dalam Menangani Pengurus yang Mengalami
Masalah Kemalasan di Pondok Pesantren
Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang ............................

94

PENUTUP..............................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran-Saran ......................................................................

96
96
99

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

101

LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Asal usul pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh
Walisongo abad XV-XVI. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Abdurrahman Mas’ud dia berpendapat bahwa Pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang dikembangkan secara
indigenous oleh masyarakat Indonesia. Karena pada dasarnya pesantren
merupakan sebuah produk budaya masyarakat Indonesia yang menyadari
akan arti penting pendidikan bagi warga pribumi yang tumbuh secara
natural.3 Sebagai tempat pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Islam dan budayanya yang kental akan khazanah Islam, maka pendidikan
ala pesantren ini sangat cocok untuk diterapkan bagi warga Indonesia itu
sendiri.
Ditambah dengan tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu
yaitu “menciptakan kepribadian muslim, kepribadian yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat,
berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi abdi masyarakat.”4

3

Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren: Perhelatan Agama dan Tradisi
(Yogyakarta: LkiS, 2004), hal. 49.
4

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan
Nilai Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta:INIS, 1994), hal.55.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Kemudian secara spesifik Mastuhu menyatakan bahwa “beberapa
pondok pesantren merumuskan beragam tujuan pendidikannya kedalam
tiga kelompok, yaitu pembentukan akhlak/kepribadian yang baik,
penguatan kompetensi santri, dan penyebaran ilmu.”5 Tidak terkecuali
tujuan atau visi misi yang dimiliki oleh pondok pesantren Mamba’ul
Ma’arif Denanyar Jombang yaitu membina kepribadian santri yang
beriman, berilmu dan beramal sholeh.6
Diantara lembaga dan pola pendidikan agama yang ada, dapat
diketahui bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang menjunjung
tinggi dan mengejahwantakan nilai-nilai Islam didalamnya, terutama nilainilai Islam yang dibawah oleh Wali Songo dan ulama salaf baik dalam
model pembelajarannya, budaya dalam berinteraksinya dan pola didik
serta pola asuh yang diterapkan kepada para santrinya.
Begitu pula budaya dan pola didik yang ada di pondok pesantren
Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, sebagai sebuah pondok pesantren
yang telah berdiri sejak tahun 1917 di bumi Indonesia ini pesantren
Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang juga memiliki budaya dan pola
asuh yang sarat akan nilai-nilai Islam dan ajaran-ajaran Ulama salaf di
dalamnya.7 Seperti pengajian kitab kuning, pemberian hukuman dengan

3

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan
Nilai Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS,1994), hal.45-46.
4

Hasil wawancara dengan ketua pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Asrama Induk
Putra, 09 April 2016, pukul.21.00 Wib.
5
Ahmad Athoillah dkk, Kiai Bisyri Syansuri Tegas Berfiqih Lentur Bersikap
(Surabaya:Pustaka Idea:2015), hal.37.

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

3

cara menghafal nadhoman dan surat-surat pendek serta pemberian nasehat
terhadap santri santri yang malas dan melakukan pelanggaran oleh
pengurus dan pengasuh pondok pesantren.
Selain memiliki tujuan, visi dan misi yang jelas pondok pesantren
Mamba’ul Ma’arif juga memiliki sarana dan prasarana yang cukup
memadai untuk perlengkapan para santri dan pengurusnya, baik
perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk
keperluan belajar mengajar. Tidak hanya itu pondok pesantren Mamba’ul
Ma’arif juga memiliki sumberdaya pengurus dan guru pengajar yang
cukup memadai, hal tersebut dapat diketahui dari jumlah pengurus yang
ada yaitu 36 pengurus dan 29 guru pengajar.8 Sebagai pondok pesantren
yang bertipologi salaf maka kitab yang digunakan sebagai bahan ajar juga
kitab-kitab klasik yang biasa disebut dengan kitab kuning.
Namun, dari segala kelebihan sumberdaya pengurus, guru dan
sarana prasarana yang dimiliki oleh pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif
Denanyar Jombang, terdapat masalah yang dialami oleh seorang pengurus
pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif. Masalah yang dialami oleh seorang
pengurus tersebut yaitu sikap bermalas malasan yang dialami oleh seorang
pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang dalam
menjalankan tugas kepengurusannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam agama Islam bahwa malas atau bermalas malasan adalah salah satu

8

Hasil Wawancara Dengan Wakil Ketua Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar
Jombang pada tanggal 30 April 2016,pukul, 21.00Wib

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

4

dari sifat tercela (mazmumah) yang harus dihindari oleh seorang muslim.
Karena sifat malas dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan kasus inilah peneliti sebagai mahasiswa bimbingan
dan Konseling Islam tertarik untuk mengadakan penelitian sekaligus
berusaha menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh salah satu
pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian serta usaha
untuk melakukan praktik konseling dalam menangani pengurus yang
bermalas-malasan, sehingga dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat
mengetahui berbagai faktor yang menyebabkan orang tersebut bermalas
malasan dan peneliti dapat membantu klien dalam menangani masalahnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah sebagaimana diatas maka agar pembahasan
dalam penelitian ini dapat fokus dibuatlah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa faktor yang menjadikan salah seorang pengurus pondok pesantren
Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang bermalas malasan?
2. Bagaimana proses pemberian bantuan konseling terhadap seorang
pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif itu berjalan?
C. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan dari diadakannya penelitian sebagaimana judul dan latar
belakang yang ada, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

5

1. Untuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan seorang pengurus
pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang bermalas
malasan.
2. Untuk mengetahui proses pemberian konseling terhadap seorang
pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang
yang sedang mengalami sifat bermalas malasan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan memberikan manfaat dengan
bertambahnya khazanah keilmuan dalam bidang ilmu Bimbingan dan
Konseling Islam pada aspek penanganan masalah terhadap orang yang
memiliki sifat bermalas malasan.
2. Manfaat praktis
Secara praktis hasil dari penelitian ini akan bermanfaat bagi para guru,
konselor maupun praktisi dalam menangani kliennya, hal ini
dikarenakan penelitian ini berisikan praktik penanganan masalah
terhadap klien yang bermasalah.
E. Definisi Konsep
1. Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan dan konseling Islam menurut Samsul Munir Amin
yaitu proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada
setiap individu/kelompok agar dapat mengembangkan potensi atau

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

6

fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an
dan hadith Rasulullah Saw kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup
selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadith.9
Isep Zainal Arifin menjelaskan bahwa Bimbingan dan
Konseling Islam adalah “proses pemberian bantuan terhadap individu
atau kelompok dengan menggunakan metode-metode psikologis agar
yang bersangkutan dapat keluar dari masalahnya dengan kekuatan
sendiri,baik

bersifat

preventif,

kuratif,

korektif

maupun

development.”10 Sedangkan Achmad Mubarok mengartikan bahwa
Bimbingan dan Konseling Islam yaitu usaha memberikan bantuan
kepada seseorang atau kelompok yang sedang mengalami kesulitan
lahir batin

dalam

menjalankan

tugas-tugas

hidupnya

dengan

menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan
kekuatan getaran batin di dalam dirinya untuk mendorongnya
mengatasi masalah yang dihadapi.11
Berdasarkan berbagai pengertian tentang Bimbingan dan
Konseling

Islam

sebagaimana diatas,

dapat

diketahui

bahwa

bimbingan dan konseling Islam yaitu proses membantu individu

7

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010),hal.23.
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Melalui
Psikoterapi Islam (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada),hal. 50.
9
Achmad Mubarok, Al Irsyad An Nafsiy Konseling Agama Teori dan Kasus (Jakarta:PT.
Bina Rena Pariwara, 2000), hal.4-5.
10

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

7

maupun kelompok dalam mengatasi masalah yang dialaminya agar
menjadi pribadi yang baik menurut Allah Swt.

2. Pesantren
Pesantren menurut Mastuhu adalah “lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran agama Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya
moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat seharihari”.12 Ridlwan Nasir dalam bukunya mengatakan bahwa “pondok
pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan
dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama
Islam”.13
Nurcholish Madjid menyatakan bahwa “pondok pesantren
berasal dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang selalu
mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi dan menetap”.14
Dalam hal ini pesantren yang dimaksud adalah Pesantren
Mamba’ul Ma’arif asrama putra atau yang dikenal dengan sebutan

12

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan
Nilai Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS,1994), hal.6.
13
Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di
Tengah Arus Perubahan (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2005), hal
12
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:
Paramadina, 1997), hal. 20.

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

8

asrama Induk Putra yang merupakan asrama putra pusat yang berada
dalam yayasan Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.
3. Masalah
Masalah Menurut Suryabrata merupakan “kesenjangan antara
harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan
dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should

be)

dengan yang ada (what it is), dan dapat pula didefinisikan sebagai
sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan”. Dalam kamus
konseling, Sudarsono memberikan pengertian bahwa masalah yaitu
“suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok
mengalami kerugian atau sakit”.15
Dalam hal ini masalah yang dimaksud adalah sikap bermalas
malasan yang dialami oleh seorang pengurus pondok pesantren
Mamba’ul

Ma’arif

Denanyar

Jombang

dalam

menjalankan

kewajibannya.
4. Pengurus
Pengurus adalah seseorang yang diberikan amanah untuk
menjalankan tugas kepengurusan sesuai dengan ketentuan yang
diberikan kepadanya, atau dengan kata lain pengurus adalah orang
yang mengurus.16 Dalam hal ini pengurus yang dimaksud adalah

13
16

digilib.uinsby.ac.id

Sudarsono, Kamus Konseling (Jakarta:PT. Rineka Cipta,1997), hal.138.
kbbi

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

9

pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang
yang mengalami masalah sikap bermalas malasan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis akan menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif. Hal ini dikarenakan peneliti
melakukan penelitian dan praktik memberikan layanan konseling
kepada seorang pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif
Denanyar Jombang yang memiliki sikap bermalas malasan. Kemudian
hasil penelitian tersebut akan penulis deskripsikan dengan bentuk
narasi dan tabel sesuai dengan hasil penelitian yang sesungguhnya.17
Dengan demikian, maka dalam laporan penelitiannya nanti
peneliti akan lebih banyak menyajikan kutipan-kutipan data dari hasil
penelitian di lapangan sebagai instrumen sekaligus bukti penggalian
data yang dilakukan oleh peneliti. Kutipan-kutipan data tersebut
nantinya dapat berupa naskah wawancara, hasil observasi, data pribadi
dan informasi dari orang terdekat klien.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif yang bersifat studi kasus dikarenakan dalam penelitian ini
selain melakukan penelitian peneliti juga melakukan pemberian
bantuan konseling terhadap klien yang merupakan seorang pengurus
pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.
15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
(Bandung:Alfabeta,2014),hal.205.

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

10

2. Subyek Penelitian
Subyek utama dalam penelitian adalah seorang pengurus
pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang yang gemar
bermalas malasan, pengurus tersebut bernama exsan (nama samaran),
Exsan merupakan salah seorang pengurus yang berada dalam bidang
pengembangan sumberdaya santri (PSDS) yaitu salah satu bidang yang
bertugas mengurusi kegiatan-kegiatan santri dalam pembelajaran dan
pengembangan serta potensi para santri di pondok pesantren Mamba’ul
Ma’arif Denanyar Jombang.
3. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam hal ini peneliti menggunakan 3 tahapan yaitu :
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap ini merupakan satu langkah awal sebelum memasuki
lapangan, yaitu sebagai berikut : mendesain penelitian, artinya
penelitian terlebih dahulu membuat suatu bahan dan mendesain apa
yang akan dilakukan dalam penelitian, kemudian mensurvei lapangan,
membuat proposal penelitian, dan mengurus surat perizinan untuk
melakukan penelitian langsung di lapangan.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini, peneliti melakukan hal-hal yang bersifat
pengumpulan data seperti observasi, wawancara, identifikasi masalah

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

11

dan pemberian

bantuan

konseling terhadap

klien. Kemudian

mengumpulkan dan menyusun data-data dari hasil dilapangan.
c. Tahap Penyimpulan
Pada tahap ini peneliti menyusun hasil penelitian yang telah
dilakukan sesuai dengan hasil dilapangan, kemudian hasil dari
penelitian tersebut peneliti susun dengan sistematis dan rapi.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Karena penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif studi
kasus yang bersifat deskritif, maka jenis data yang digunakan adalah
data yang bersifat non statistik dimana data yang diperoleh adalah
dalam bentuk kata verbal, catatan-catatan dan sedikit dalam bentuk
angka. Jenis data dalam penelitian ini adalah:
1. Menurut Burhan Bungin data primer adalah “data yang
diambil dari sumber data primer atau sumber pertama di
lapangan.”18 Disini peneliti akan menggali data tentang halhal yang berkaitan dengan diri klien seperti: kebiasaan
sehari-hari klien dan siapa teman terdekatnya, data ini akan
peneliti ambil dengan cara observasi, wawancara dan
pengumpulan dokumentasi terkait.
Selanjutnya data-data yang telah terkumpul akan di filtrasi
dan dianalisis lebih lanjut.
16

hal. 128.

digilib.uinsby.ac.id

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

12

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data
kedua, yang diperoleh dari teman terdekat klien, ketua
bidang PSDS dan ketua pondok pesantren Mamba’ul
Ma’arif Denanyar Jombang. Kemudian data sekunder ini
akan

peneliti

gunakan

sebagai

pelengkap

bahkan

pembanding dari data primer yang telah ada.

b. Sumber data
Sumber data adalah salah satu aspek yang paling penting
dalam penelitian. Kesalahan dalam menggunakan atau memahami
sumber data, maka data yang diperoleh juga akan meleset dari yang
diharapan. Ada dua jenis sumber data yang biasanya digunakan dalam
penelitian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah
data dihasilkan. Sumber pertama ini berasal dari klien yang
merupakan salah seorang pengurus bidang pengembangan
sumberdaya santri (PSDS) yang sedang mengalami masalah
di

pondok

pesantren

Mamba’ul

Ma’arif

Denanyar

Jombang.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah
sumber data primer. Merupakan data yang tidak langsung
diperoleh datanya dari klien. Sumber data sekunder ini

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

13

adalah orang-orang terdekat klien yang dipandang paham
dengan kondisi klien dan kesehariannya. Sumber data
sekunder ini dapat diperoleh dari ketua bidang PSDS dan
ketua pondok.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat
bantu utamanya. Maka dari itu observasi yakni kemampuan
seorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil
kerja pacaindra mata serta dibantu dengan pacaindra lainnya.
Peneliti menggunakan observasi nonpartisipan dan
kuasi partisipasi, dan bersifat terstruktur. dimana peneliti terjun
secara langsung mengamati subjek penelitian yang sedang
diteliti dan peneliti juga melakukan pengamatan tanpa
sepengetahuan subjek penelitian. Pengamatan dilakukan secara
langsung pada objek yang diobservasi, dengan bentuk
observasi terstruktur dimana peneliti telah mengetahui aspek
atau aktivitas apa yang akan diamati.19
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
19

digilib.uinsby.ac.id

Mohamad Thohir, Appraisal Dalam Bimbingan Dan Konseling,tt,hal.40.

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

14

bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawancarai.20
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sekidit/kecil.
Peneliti akan mewawancarai Exsan (nama samaran) pengurus
yang sedang mengalami masalah bermalas malasan serta
beberapa pihak yang dirasa dapat membantu peneliti dalam
menyelesaikan tugasnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dukumen ini bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya dapat berupa catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera
dan biografi. Dokumen yang berbentuk gambar dapat berupa foto,
gambar hidup dan karya seni.21
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara
sistematis traskrip-transkrip wawancara, observasi dan bahan-bahan
lainnya agar peneliti dapat menyajikan temuannya dengan baik dan

18

hal. 133.

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),

21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D
(Bandung:Alfabeta,2014),hal.240.

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

15

benar. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pelacakan datadata yang telah didapatkan untuk dilihat keabsahannya, kemudian datadata yang terkumpul dianalisa serta kemudian hasil dari analisis
tersebut disusun secara sistematis agar hasil dari temuannya dapat
disajikan dengan baik dan benar.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
dilakukan secara kualitatif, data berupa observasi dan wawancara.
Adapun data yang akan dianalisis adalah data-data yang berkaitan
dengan aktivitas keseharian klien serta pola interaksi klien dengan
teman terdekatnya.22
7. Teknik Keabsahan Data
Guna mendapatkan pengakuan dan kredibilitas yang tinggi
serta data yang terkumpulkan dapat dipertanggungjawabkan maka
peneliti akan melakukan:
a. Perpanjangan pengamatan dengan cara mendatangi dan
diskusi dengan subjek penelitian, para informan terpercaya
dan pihak pihak yang dirasa mampu memberikan
keterangan lebih dalam terkait penelitian ini seperti ketua
pondok dan ketua bidang PSDS.

20

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&H (Bandung:Alfabeta,
2012), hal.271-276

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

16

b. Melakukan pengamatan secara lebih cermat, mendalam dan
berkesinambungan.
c. Menggunakan bahan referensi yaitu berupa alat-alat
pendukung untuk membuktikan data yang telah dihimpun
oleh peneliti benar benar data yang objektif. Bisa berupa
kamera, foto bahkan dokumen hasil penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini agar menjadi bahan kajian yang mudah maka
peneliti menyusun sistematika pembahasannya sebagai berikut :
BAB I : Merupakan pendahuluan, yang menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi konsep, metode penelitian yang terdiri dari a) pendekatan dan jenis
penelitian, b) sasaran dan lokasi penelitian c) jenis dan sumber data d)
tahap-tahap penelitian e) teknik pengumpulan data, f) teknik analisis data
g) teknik keabsahan data. Kemudian pembahasan tentang

sistematika

pembahasan
BAB II : merupakan tinjauan pustaka yang berisi kajian teoritik
yang membahas tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah
yang peneliti angkat dan mengkaji serta memaparkan hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan judul penelitian yang diangkat oleh
peneliti.

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

17

BAB III: Merupakan penyajian data yang membahas tentang
deskripsi umum objek penelitian dan deskripsi hasil penelitian
“Bimbingan dan Konseling Islam dalam Pondok Pesantren (Penanganan
Masalah Terhadap Pengurus Yang Bermalas Malasan Di Pondok
Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang)”.
BAB IV: Merupakan analisis data yang mana analisis data yang
penulis buat merupakan analisis data yang relevan dan berupa pemaparan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V :Merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
Pada bab ini memberikan gambaran secara jelas tentang kesimpulan dari
seluruh pembahasan skripsi ini dan sekaligus memberikan saran.

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORITIK
1. Bimbingan dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari
istilah Inggris guidance dan counseling. Dalam kamus bahasa
Inggris “guidance” dikaitkan dengan kata asal guide, yang
diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (Showing the way),
memimpin

(leading),

menuntun

(conducting),

memberikan

petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan
(governing), memberikan nasehat (giving advice).
Bimo Walgito menyatakan bahwa “Bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
kelompok dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut agar dapat
mencapai kesejahteraan dalam hidupnya”.22
Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang
membutuhkan pertolongan terhadap kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh seseorang, pemberian bimbingan ini dapat dilakukan

22

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta:Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1986), hal.10.

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

dalam bentuk individu maupun kelompok terhadap kesulitankesulitan yang sedang dialami oleh seseorang.
Adapun syarat-syarat bagi seorang pembimbing menurut
Achmad Juntika Nurihsan adalah sebagai berikut:
1). Seorang pembimbing harus bertaqwa kepada Allah Swt.
2). Menunjukkan keteladanan dalam hal yang baik.
3). Memiliki rasa kasih sayang dan kepedulian yang tinggi.
4). Dapat dipercaya, jujur dan ikhlas.
5). Senantiasa melengkapi diri dengan pengetahuan dan
informasi yang berkaitan dengan keperluan bimbingan.23
b. Pengertian Konseling
Dalam kamus bahasa Inggris, counseling dikaitkan dengan
kata counsel, yang diartikan sebagai berikut: nasehat (to abtain
counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel).
dengan demikian, counseling akan diartikan sebagai pemberian
nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar
pikiran.
Dulu istilah konseling di Indonesia menjadi penyuluhan
(nasehat), akan tetapi istilah penyuluhan banyak digunakan pada
bimbingan lain, misalnya dalam penyuluhan pertanian, dan
penyuluhan keluarga berencana, yang sama sekali berbeda isinya
23

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan & Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006),hal.30.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

dengan

yang

dimaksud

konseling

sehingga

agar

tidak

menimbulkan salah paham istilah couselling tersebut langsung
diserap menjadi konseling.24
Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan
konseling terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang
bahwa konseling sebagai teknik bimbingan, dengan kata lain
konseling berada dalam bimbingan.
Djumhur

menyatakan

bahwa

bimbingan

merupakan

pencegahan munculnya masalah yang dialami oleh individu dengan
kata lain bimbingan sifat atau fungsinya preventif (pencegahan),
sedangkan konseling sifatnya kuratif dan korektif. Namun
bimbingan dan konseling dihadapkan pada obyek yang sama yaitu
problem sedangkan perbedaannya terletak pada perhatian dan
perlakuan dari masalah.25
c. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Samsul Munir Amin berpendapat bahwa Bimbingan dan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu
dan sistematis kepada setiap individu/kelompok agar dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang
24

Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Melalui
Psikoterapi Islam (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada),hal. 49.
25
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah (Bandung:CV.Ilmu, 1975),hal.29.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

terkandung didalam Al-Qur’an dan hadith Rasulullah Saw kedalam
dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan
Al-Qur’an dan hadith.26
H.M. Arifin berpendapat bahwa bimbingan dan penyuluhan
agama adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang
mengalami

kesulitan-kesulitan

rohani

dalam

lingkungan

hidupnya.27 Sedangkan Achmad Mubarok berpendapat bahwa
bimbingan dan konseling Islam adalah usaha memberikan bantuan
kepada seseorang atau kelompok yang sedang mengalami kesulitan
lahir batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan
menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan
kekuatan getaran batin di dalam dirinya untuk mendorongnya
mengatasi masalah yang dihadapi.28
Dari berbagai pengertian tentang Bimbingan dan Konseling
Islam sebagaimana diatas, dapat dipahami bersama bahwa yang
membuat pembeda antara Bimbingan dan Konseling dengan
Bimbingan dan Konseling Islam adalah dalam Bimbingan dan
Konseling Islam terdapat nilai-nilai Islam yang diinternalisasikan
dan digunakan dalam melakukan proses bimbingan dan konseling,

25

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal.23.
H.M. Arifin, Pokok Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama
(Jakarta: Bulan Bintang),hal.25.
27
Ahmad Mubarrok, Konseling Agama Teori dan Kasus (Jakarta:PT.Bina Parawira,
2000), hal.4-5.
27

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

sedangkan dalam Bimbingan dan Konseling tanpa Islam bersifat
umum dan tidak beracuan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam
Islam (Al-Qur’an dan Sunnah). Dari beberapa definisi sebagaimana
diatas dapat diketahui bahwa bimbingan dan konseling Islam
adalah segala upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
membantu orang lain dalam mengatasi masalahnya.
d. Unsur-unsur dalam Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan dan Konseling Islam mempunyai beberapa
unsur, antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Unsur unsur tersebut yaitu konselor, masalah dan klien.
1. Konselor
Konselor adalah orang yang mempunyai potensi untuk
melakukan Bimbingan dan Konseling Islam. Sedangkan
menurut Aswadi konselor adalah “orang yang sangat bermakna
bagi konseli, konselor menerima apa adanya, bersedia sepenuh
hati membantu konseli dalam mengatasi masalahnya, agar
konseli dapat hidup sejahtera baik kesejahteraan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.”29
Dari dua pendapat sebagaimana diatas dapat diketahui
bahwa konselor adalah orang yang memiliki pengetahuan yang
luas serta memiliki kewenangan untuk melakukan Bimbingan

29

Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah, perspektif Bimbingan dan Konseling Islam
(Surabaya:Dakwah Digital Press, 2009), hal.22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

dan Konseling Islam dalam rangka membantu konseli
mengatasi masalah yang sedang di hadapinya supaya konseli
dapat hidup sejahtera baik dunia maupun akhirat.
Dalam melakukan Bimbingan dan Konseling Islam,
keahlian konselor merupakan faktor utama dalam melakukan
proses konseling dengan konseli. Oleh karena itu konselor
seyogyanya memiliki karakteristik sebagaimana berikut:
a. Empati, artinya konselor dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh konselinya.
b. Jujur, artinya konselor berbicara dan bertinda sesuai dengan
yang seharusnya.
c. Menghargai konseli dengan baik
d. Menerima konseli dengan apa adanya.
e. Memahami ekonomi dan budaya dari konseli.30
f. Sabar
g. Amanah, yaitu dapat dipercaya dan mampu menjaga
rahasia konseli, sebagaimana yang terdapat dalam asas asas
dalam Bimbingan dan Konseling.
h. Fatonah, artinya yaitu cerdas, berpegetahuan luas, cepat
tanggap, kreatif dan pintar.
i. Tabligh, yaitu menyampaikan apa yang semestinya harus
disampaikan.
29

Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah, perspektif Bimbingan dan Konseling Islam
(Surabaya:Dakwah Digital Press, 2009), hal.22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

j. Ramah, tidak mudah putus asa dan tidak mudah marah.
k. Adil, yakni mampu mendudukkan masalah konseli sesuai
dengan situasi dan kondisinya secara profesional.
l. Mampu mengendalikan diri sendiri, yakni menjaga
kehormatan diri sendiri dan kehormatan konseli nya.31
Dalam Bimbingan dan Konseling Islam seyogyanya
dilakukan oleh:
a. Ahli bimbingan dan konseling.
b. Ahli dalam psikologi.
c. Ahli dalam pendidikan.
d. Ahli dalam agama.
e. Ahli dalam medis.
f. Pekerja sosial.32
2. Klien/konseli
Klien adalah orang yang menghadapi masalah karena dia
sendiri tidak mampu menyelesaikan masalah yang sedang di
hadapinya.33 Sedangkan menurut Roger yang dikutip oleh
Latipun menyatakan bahwa klien adalah orang yang datang

30

Thohari Musnawar, Dasar Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam
(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal.43.
31
Imam Sayuti Farit, Pokok-Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama
Sebagai Teknik Dakwah, tt, hal.14.
32
Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah, perspektif Bimbingan dan Konseling Islam
(Surabaya:Dakwah Digital Press, 2009), hal.22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

kepada konselor dan kondisinya sedang dalam keadaan cemas
atau tidak kongruen.34
Sehingga dapat diketahui bahwa klien adalah seseorang
yang mempunyai masalah dan membutuhkan seorang konselor
bertujuan untuk menyelesaikan masalahnya dikarenakan klien
tidak mampu menangani masalahnya sendiri.
Dalam penelitian ini maka yang menjadi klien adalah
seorang pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif yang
sedang mengalami masalah kemalasan dalam menunaikan
kewajibannya.
Adapun syarat-syarat klien adalah sebagai berikut:
a) Konseli harus mempunyai motivasi untuk menyelesaikan
masalahnya dan bersedia untuk dibicarakan dengan
konselor.
b) Keinsafan menjadi tanggungjawab yang di emban oleh
konseli guna untuk mencari penyelesaian terhadap masalah
yang dihadapinya.
c) Keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan semua
permasalahan yang telah terjadi kepadanya.35
3. Masalah

33

Latipun, Psikoliogi Konseling (Malang:Press 2001), hal.52.
Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah, perspektif Bimbingan dan Konseling Islam
(Surabaya:Dakwah Digital Press, 2009), hal.24.
34

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Masalah Menurut Suryabrata merupakan kesenjangan
antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara
kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what
should

be) dengan yang ada (what it is), dan dapat pula

didefinisikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya
tujuan.
Dalam

kamus

konseling

Sudarsono

memberikan

pengertian bahwa masalah adalah “suatu keadaan yang
mengakibatkan seseorang atau kelompok mengalami kerugian
atau sakit.”36
Masalah-masalah yang dihadapi oleh seseorang/klien
berasumber dari berbagai faktor mulai dari faktor perkawinan
dan keluarga, ekonomi dan pekerjaan, masalah sosial,
pendidikan dan politik serta masalah keagamaan.
Dalam penelitian ini maka masalahnya adalah sikap
malas dalam menunaikan kewajiban yang dialami oleh seorang
pengurus pondok pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar
Jombang dan permasalahan inilah yang akan diteliti dan
diusahakan solusinya oleh peneliti.
e. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Pada dasarnya tujuan dari bimbingan dan konseling Islam
adalah untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan masalah
35

Sudarsono, Kamus Konseling (Jakarta:PT. Rineka Cipta,1997), hal.138.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

yang dialami oleh seseorang dan dia tidak mampu untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri, bantuan tersebut diberikan
dengan menggunakan nilai-nilai Islam dalam penanganannya
sehingga klien dapat merasakan kebahagiaan di dunia dan akhirat
nanti.37
Aunur Raqim Faqih membagi tujuan bimbingan dan
konseling Islam menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun
tujuan umum dari bimbingan dan konseling Islam adalah
membantu individu mewujudkan dirinya

menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islam adalah:
1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2. Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi
3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber
masalah bagi dirinya dan orang lain.38

37

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta:Amzah, 2010),38-39.
Aunur Raqim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: Pusat
Penerbitan UII Press, 2001), hal.24.
37

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Tujuan konseling Islam menurut Hamdani Bakran Adz-Dzuki,
adalah :
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan,
dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak
dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan
mendapatkan pencerahan taufik serta hidayah Tuhannya
(mardhiyah)
2. Untuk

menghasilkan

suatu

perubahan,

perbaikan

dan

kesopanan, tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik
pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja,
maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga

muncul

dan

berkembang

rasa

toleransi,

kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat
taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya, serta ketabahan untuk menerima ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi ilahiyyah, sehingga dengan
potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah
dengan baik, menanggulangi berbagai persoalan hidup dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

dapat

memberikan

kemanfaatan

dan

keselamatan

bagi

lingkungan pada berbagai aspek kehidupan.
Sedangkan untuk fungsi bimbingan dan konseling Islam
Achmad Mubarok menyebutkan fungsi bimbingan dan konseling
Islam adalah sebagai berikut:
1. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif, membantu individu memecahkan
masalah yang sedang di hadapi atau di alami.
3. Fungsi preservatif, yaitu membantu klien yang sudah sembuh
agar tetap sehat dan tidak mengalami problem yang pernah
dihadapi.
4. Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang telah baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik,
sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya
masalah baginya.39
Berdasarkan fungsi bimbingan dan konseling Islam diatas,
terlihat

bahwa

substansi

layanan

tersebut

adalah

untuk

38

Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002), hal.90.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

memecahkan setiap persoalan yang dihadapi oleh peserta
didik/klien dalam kehidupan sehari-hari serta mengusahakan
sedapat mungkin agar masalah yang sama tidak terulang lagi dan
agar klien dapat berkembang dengan optimal.
Menurut Prayitno dan Erman Amti Fungsi bimbingan dan
konseling yaitu “fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi
pengentasan, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan.”40
f. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam
Prayitno dan Erman Amni menegaskan bahwa asas
bimbingan dan konseling Islam adalah kaidah kaidah yang harus
diterapkan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling. Menurut prayitno dan Erman Amni “bimbingan dan
konseling memiliki asas asas sebagai berikut: asas kerahasiaan,
Asas kesukarelaan, Keterbukaan, Kekinian, kemandirian, kegiatan,
kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli tangan, dan
tutwuri handayani.”41
g. Jenis Jenis Masalah Individu
Pada sub bab ini peneliti akan memaparkan jenis-jenis
masalah yang dialami oleh seseorang. Djumhur berpendapat bahwa
40

Prayitno,Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling(Jakarta:Rineka
Cipta),hal.197.
41
Prayitno., Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:PT.Rineka
Cipta,1999),hal.114-120.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

dalam bimbingan dan konseling Islam terdapat beberapa jenis
masalah yang dialami oleh individu, masalah-masalah individu
tersebut yaitu: 1). masalah pekerjaan, 2). Masalah pengajaran atau
belajar, 3). Masalah pendidikan, 4). Masalah penggunaan waktu
senggang, 5). Masalah sosial dan 6). Masalah pribadi.42 Pada
penelitian ini jenis masalah yang diteliti oleh penulis adalah
masalah yang berkaitan dengan individu dan sosial, dimana
seorang klien mengalami masalah kemalasan yang berasal dari
dalam dirinya dan dari pengaruh lingkungan sekitarnya.
h. Jenis-jenis Bimbingan
Djumhur menjelaskan bahwa bimbingan memiliki beragam
jenis, jenis jenis bimbingan tersebut yaitu: 1). Bimbingan
pengajaran, 2). Bimbingan pendidikan 3). Bimbingan pekerjaan 4).
Bimbingan sosial dan 5). Bimbingan menggunakan waktu
senggang.43
i. Pendekatan dan Teknik TRE
Pendekatan terapi rasional emotif sebagaimana yang
dijelaskan oleh

Dokumen yang terkait

Penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren terhadap kegiatan pesantren : studi kasus di Pondok Pesantren Darunnajah

14 101 116

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 7 14

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 4 17

PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 16

KITAB TAISIRUL KHOLAQ SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MORAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN PUTRI NUR KHODIJAH III DENANYAR JOMBANG.

11 54 132

BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFI AL FITHRAH SURABAYA.

1 4 114

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN MORALITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT PEDESAAN : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN MAMBA'UL MA'ARIF DENANYAR JOMBANG.

1 3 182

EFEKTIVITAS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOTHERAPY UNTUK MENINGKATKAN LEADERSHIP SKILL PENGURUS PONDOK PESANTREN NURUT TAQWA BONDOWOSO.

0 0 117

STRUKTUR PENGURUS PUTRI PONDOK PESANTREN

0 1 1

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN PELAJAR PONDOK PESANTREN (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Penemuan Informasi Di Kalangan Pelajar Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 18