PENGARUH REMEDIAL TEACHING DENGAN PENDEKATAN KURATIF TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR'AN HADITS DI SMP WACHID HASYIM 1 SURABAYA.
SKRIPSI
Oleh:
NAILUL ADABIYAH D01212047
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
vi
Pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya”.
Pendidikan merupakan suatu jalan atau cara yang mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Bahkan pendidikan menjadi sebuah kewajiban yang harus di jalani manusia dalam kehidupannya. Penerapan Pembelajaran remedial juga merupakan cara mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik bagi siswa yang belum memenuhi standar yang sudah ditetapkan.
Masalah yang diteliti dalam ini adalah: (1) Bagaimana remedial teaching dengan pendekatan kuratif di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya? (2) Bagaimana hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya? (3) Adakah pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya?
Penelitian ini berupa penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilaksanakan peneliti juga merupakan penelitian yang sifatnya kausal komparatif difokuskan untuk membandingkan variable bebas dari beberapa subjek yang mendapat pengaruh yang berbeda dari variabel bebas. Dalam analisis ini data yang dianalis oleh peneliti adalah data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah remedi, yang kemudian dianalisis dengan statistic parametic. Dalam penyajiannya peneliti menguraikan secara jelas tentang obyek yang diamati serta menyajikannya dalam bentuk angka. Sesuai dengan masalah tersebut, data yang digunakan berupa hasil wawancara, angket, dan dokumentasi.
Analisis yang digunakan adalah analisis statistic dengan langkah-langkah: (1) Analisis pendahuluan tentang remedial teaching dengan pendekatan kuratif dan hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits; (2) Analisis hipotesis untuk mengetahui tentang pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran al-qur’an hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya, yaitu dengan uji hipotesis data berpasangan menggunakan rumus uji t (paired sample test).
Berdasarkan masalah tersebut diatas dan setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan remedial teaching di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya adalah sebesar 71,9%, yang berarti “cukup baik. (2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar sebesar 68,46%, dari rata-rata nilai 69,46 menjadi 85,37 dengan persentase peningkatan sebesar 23%. (3) Dari perhitungan uji normalits dan sample paired t-test didapat hasil bahwa thitung > ttabel atau 19,025 > 2,001 yaitu tolak H dan terima 0 H1, yang berarti terdapat pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-qur’an hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya.
(6)
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... . vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR TRANSLITERASI ... . xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Hipotesis ... 8
F. Penelitian Terdahulu ... 9
G. Batasan Penelitian ... 11
(7)
xi 1. Remedial Teaching
a. Pengertian Remedial Teaching ... 16
b. Tujuan Remedial Teaching ... 19
c. Fungsi Remedial Teaching ... 21
d. Prinsip-Prinsip Remedial Teaching ... 25
e. Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Remedi ... 27
f. Metode Dalam Remedial Teaching ... 28
2. Pendekatan Kuratif a. Pengertian Pendekatan Kuratif ... 34
b. Waktu Pelaksanaan Remedial Pendekatan Kuratif ... 36
c. Perlunya Remedial Teaching Pendekatan Kuratif ... 38
B. Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar ... 40
b. Aspek-Aspek Hasil Belajar ... 44
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 47
2. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits a. Pengertian Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits ... 56
(8)
xii BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 63
B. Jenis dan Sumber Data ... 66
C. Variabel dan Indikator Penelitian ... 68
D. Populasi dan Sampel... 70
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 76
F. Teknik Analisis Data ... 80
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Sejarah Berdirinya SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 83
2. Profil SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 84
3. Letak Geografis SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 85
4. Visi dan Misi SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya... 86
5. Tujuan SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 88
6. Struktur Organisasi SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 88
7. Keadaan Guru SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 90
8. Keadaan Siswa SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 93
(9)
xiii
3. Data Hasil Dokumentasi ... 116 C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data Tentang Remedial Teaching Dengan Pendekatan Kuratif Di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 119 2. Analisis Data Tentang Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadits Di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya... . 121
3. Analisis Data Tentang Pengaruh Remedial Teaching Dengan Pendekatan Kuratif Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya ... 122 D. Pembahasan Dan Diskusi Hasil Penelitian ... 128 BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 138 B. Saran ... 139 DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan potensi manusia. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis seta bertanggung jawab”.1
Tujuan untuk mengembangkan potensi manusia dilakukan melalui proses pendidikan, yang salah satunya dilakukan melalui sekolah. Sekolah adalah suatu lembaga yang menjalankan proses pendidikan dengan memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya. Siswa adalah subjek utama dalam pendidikan.2 Dengan demikian kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok karena dengan belajar akan dapat meninggikan derajat kita sebagai manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Mujadalah ayat 11:
1
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 BAB II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fermana, 2003), h.56.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.46. 1
(11)
“...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11).
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.3 Tercapainya tujuan belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Namun kenyataannya, di beberapa sekolah sering ditemui sejumlah siswa yang memperoleh hasil belajar jauh dibawah rata-rata yang telah ditetapkan.
Seorang guru harus mengetahui keberadaan anak didiknya dalam menangkap dan memperhatikan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas, untuk itu di samping menguasai materi juga dibutuhkan pemahaman karakteristik anak didik. Karena sesungguhnya, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan. Siswa sulit meraih hasil belajar yang
3
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), h.2.
(12)
baik di sekolah, padahal telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bahkan juga ada siswa yang menambah belajar tambahan di rumah, tapi hasilnya tetap masih kurang memuaskan. Maka, pendidik harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Guru bertanggung jawab membantu siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga bisa memberikan kesempatan kepada mereka untuk meningkatkan hasil belajarnya.4
Kesulitan belajar merupakan masalah yang perlu ditanggulangi secara cermat. Pengulangan kesulitan belajar yang tidak tuntas menjadikan penghalang dalam perkembangan anak selanjtnya. Berbagai teknik dan bentuk penanggulangan kesulitan perlu diterapkan dengan pertimbangan yang mendasar.5 Untuk itu, jika ada anak didik yang hasil belajarnya kurang bagus, maka guru harus memberikan waktu untuk anak didik tersebut, misalnya dengan memberikan pengajaran remedial dan pendekatan-pendekatan yang tentunya dapat memotivasi agar anak didik lebih giat dalam belajar.
Adapun yang dimaksud dengan pengajaran remedial adalah upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa dengan karakteristik tertentu untuk lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan dengan melalui suatu proses interaksi yang
4
Oemar Hamalik, Perencanaan pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.234. 5
Martini Jamaris, Kesulitan belajar: Perspektif, asesmen, dan penanggulangannya bagi anak usia dini dan usia sekolah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h.61.
(13)
berencana, terorganisasi, dan terarah dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu atau kelompok siswa yang bersangkutan.6
Program Remedial Teaching mulai teorganisasi melalui kebijakan-kebijakan pemerintah dan butir-butir aspirasinya dimasukkan kedalam UU Pendidikan. Remedial Teaching memberikan harapan baik kepada murid atau siswa yang mengalami kesulitan belajar. Karena apabila kesulitan belajar tidak ditangani secara serius, maka kegagalan akan dialami selama-lamanya.7
Suharsimi mendifinisikan program remedial adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan guru dengan maksud mempertinggi penguasaan bahan ajar, sehingga siswa diharapkan mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan untuk mencapai ketuntasan belajar yang nantinya berdampak baik bagi prestasi belajar siswa.8
Pendekatan kuratif dalam remedial teaching diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tetentu. Pada siswa yang
6
Abin syamsuddin makmun, Psikologi kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.343.
7
Cece Wijaya, Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.46.
8
(14)
kesulitan belajarnya tidak bisa dikelompokkan, ada beberapa cara untuk melakukan remedi. Jika jumlahnya banyak, mereka diberi pengajaran secara bersamaan. Sedangkan jika jumlahnya sedikit, mereka dapat diberi pengajaran secara individual.
Batasan remedi menurut Good (1973) didefinisikan sebagai berikut:
“Class remedial is a specially selected groups of pupils in need of more intensive instruction in sone area education than is possible in the regular classroom”. Remedial kelas merupakan pengelompokan siswa khusus yang dipilih yang memerlukan pengajaran lebih pada mata pelajaran tertentu dari pada siswa dalam kelas biasa. Tindakan kelas yang berupa pengajaran kembali dengan materi pembelajaran yang mungkin diulang atau pemberian suplemen dengan soal dan latihan secara umum adalah termasuk cakupan metode mengajar guru. Remedi pada umumnya mencakup pemahaman kebutuhan individual siswa, ditambah dengan metode pengajaran yang tepat yang dipersiapkan oleh guru agar membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.9
SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya merupakan sebuah lembaga formal yang berada di Jl. Sidotopo Wetan baru no. 37 Kenjeran Surabaya. Di sekolah tersebut sudah menerapkan remedial teaching dan mempunyai tujuan dalam memperbaiki kekurangan dari hasil belajar individu siswa yang berbeda-beda
9
Sukardi, Evaluasi pendidikan prinsip dan operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.228
(15)
dan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai hasil belajar yang seimbang.
Dalam hal ini Remedial Teaching dalam pelaksanaannya akan mengalami perbedaan konsep sesuai dengan taraf kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami, mengerti dan mengamalkan materi pelajaran. Oleh karena itu para pendidik mempunyai peran khusus dalam membantu siswanya yang mengalami kesulitan dalam belajar, khususnya pada mata pelajaran
Qur’an Hadits yang dianggap sebagai pelajaran yang gampang namun sedikit sulit, maka dibutuhkan kesabaran dan keuletan dari guru yang bersangkutan agar pelajaran yang disampaikan dapat dimengerti dan diamalkan.
Sehubungan dengan itu, maka peneliti ingin meneliti lebih dalam terkait
“Pengaruh Remedial Teaching Dengan Pendekatan Kuratif Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diungkapkan yaitu:
1. Bagaimana remedial teaching dengan pendekatan kuratif di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya?
2. Bagaimana hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya?
(16)
3. Adakah pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui remedial teaching dengan pendekatan kuratif di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya.
3. Untuk mengetahui pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, yakni secara teoritis dan praktis:
1. Secara teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran berupa wacana yang dapat dijadikan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dari hasil penelitian dalam hal pendidikan.
(17)
b. Sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan.
c. Dapat menambah kepustakaan sebagai bantuan dan studi banding bagi mahasiswa dimasa mendatang.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru dalam rangka mengatasi masalah belajar siswa dan dapat dipakai sebagai pedoman dalam usaha pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa.
b. Sebagai bahan informasi, evaluasi dan masukan kepada pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya demi kualitas pendidikan.
c. Diharapkan mempunyai nilai-nilai bagi penulis untuk menambah pengalaman dalam ilmu pendidikan dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk melaksanakan pendidikan yang sebaik mungkin ketika selesai kuliah nanti.
E. Hipotesis
Hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo yang berarti kurang dan kata thesis yang berarti pendapat. Hypothesis yang dalam dialek Indonesia menjadi hipotesa kemudian berubah menjadi hipotesis yang
(18)
maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna.10
Hipotesis adalah kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi harus dibuktikan atau dites atau diuji kebenarannya. Disini penulis membuat hipotesis yaitu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, antara lain:11
1. Hipotesis kerja atau hipotesis alternative (Ha)
Yaitu: “Ada pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya”. 2. Hipotesis nol atau hipotesis nihil (Ho)
Yaitu: “Tidak ada pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya”.
F. Penelitian Terdahulu
Dari sumber yang kami temukan, terdapat beberapa judul yang berhubungan dengan judul yang kami buat, meskipun terdapat perbedaan kalimat, antara lain:
10
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 75. 11
Suharsimi Arikunto, Prosedur penenlitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka cipta, 1997), h.71.
(19)
1. Ditemukan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul yang dipilih penulis yaitu salah satunya skipsi karya Istianah dari IAIN Sunan Ampel Jurusan PAI pada tahun 2010 yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Remedial Dengan Tutor Sebaya Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidang Study Fiqih Di MA Nahdlatut Thullab Omben Sampang Madura”. Hasil dari penelitian yang dilakukan Istianah dapat disimpulkan bahwasanya Penerapan Pembelajaran Remedial dengan Tutor Sebaya adalah baik, dan Prestasi belajar siswa bidang study fiqih juga tergolong baik. Adapun pengaruh penerapan Pembelajaran Remedial dengan tutor sebaya terhadap prestasi belajar siswa bidang study fiqih di MA Nahdlatut Thullab Omben Sampang Madura adalah tergolong cukup.
2. Selain itu ada juga skripsi yang ditulis oleh Ida Fauziyah mahasiswi UIN Malik Ibrahim Malang Jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006 yang berjudul “Remedial teaching dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran qur'an hadits Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 2 Kediri”. Di penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa Remedial Teaching berperan membantu siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan sesuai dengan kompetensi kurikulum. Dan dalam program Remedial Teaching itu merupakan proses tindak lanjut
(20)
akan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar dan dapat mencapai prestasi yang diharapkan.
G. Batasan Penelitian
Supaya penelitian ini lebih mengarah dan tidak menimbulkan kekeliruan, maka peneliti memberikan batasan masalah dengan fungsi sebagai penyempit obyek yang akan diteliti agar fokus dalam penelitian ini tidak melebar luas, antara lain:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas VIII SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya.
2. Hasil belajar dalam penelitian ini hanya ditentukan oleh aspek kognitif semata, tanpa disertai pengukuran aspek afektif dan psikomorik.
H. Definisi Operasional
Agar diperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul ini, maka penulis akan memberi pengertian yang jelas atas beberapa istilah yang terkandung dalam judul tersebut, antara lain:
(21)
Berarti daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya).12
2. Remedial Teaching
Yakni berasal dari kata “Remedial” dan “Teaching”. Menurut arti katanya, Remedial berarti bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat jadi baik. Sedangkan Teaching yang berarti
“pengajaran”. Dengan demikian, Remedial Teaching adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat jadi baik.
3. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini diadakan ketika ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tetentu.
4. Hasil Belajar
Adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.13
12
W.J.S. Poerwadarminta, kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h.731.
(22)
5. Al-Qur’an Hadits
Adalah merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah yang diberikan kepada peserta didik untuk memahami
Al-Qur’an Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi
pandangannya sebagai petunjuk dan landasan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, Berdasarkan definisi beberapa istilah di atas maka yang di maksud dengan judul “Pengaruh remedial teaching dengan pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits” adalah hasil wujud perkembangan suatu kegiatan yang diberikan guru kepada seseorang atau sejumlah siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dan tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sehingga siswa diharapkan mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan dan nantinya berdampak baik bagi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.
13
Abdur Rahman Gintings, Esensi praktis belajar dan pembelajaran, (Bandung: Humanisme, 2008), h.87.
(23)
I. Sistematika Pembahasan
Guna mempermudah penulisan dan pemahaman dalam skripsi ini, perlu adanya sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan dapat digambarkan sebagai berikut:
BAB I : Berupa Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan penelitian, Hipotesis, Penelitian terdahulu, Batasan Penelitian, Definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Merupakan Landasan Teori, dalam hal ini penulis membagi beberapa sub bab, yaitu remedial teaching dengan pendekatan kuratif yang meliputi pengertian remedial teaching, tujuan remedial teaching, fungsi remedial teaching, prinsip-prinsip remedial teaching, Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Pengajaran Remedial, Metode Dalam remedial teaching, pengertian pendekatan kuratif, waktu pelaksanaan remedial pendekatan kuratif, serta perlunya remedial teaching. Sub bab yang kedua adalah tentang hasil belajar mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits yang meliputi, pengertian hasil belajar, aspek-aspek hasil belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, pengertian mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, tujuan dan fungsi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. Sedangkan sub bab yang terakhir adalah remedial teaching dengan pendekatan
(24)
kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-qur'an hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya. BAB III : Metode Penelitian, yang berisikan tentang jenis dan rancangan
penelitian, Jenis dan Sumber Data, variabel dan indicator penelitian, populasi dan sampel, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
BAB IV : Hasil Penelitian, yang membahas tentang Deskripsi Data, Penyajian Data, Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis, serta Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian.
(25)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remedial Teaching Dengan Pendekatan Kuratif 1. Remedial Teaching
a. Pengertian Remedial Teaching
Remedial teaching berasal dari dua kata, yakni “remedial” dan “teaching”. Remedial berasal dari kata “remedy” yang artinya
menyembuhkan. Sedangkan “Teaching” berarti pengajaran. Remedial Teaching biasa dikenal dengan istilah Pengajaran perbaikan dalam sistem kurikulum sekolah. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah “corrective instruction”.
Remedial teaching adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, yakni pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan atau remedial teaching itu adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat menjadi baik.1
Suharsimi mendifinisikan program remedial adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan guru dengan maksud mempertinggi penguasaan bahan ajar
1
Abu ahmadi dan Widodo supriyono, Psikologi belajar, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2004), h.152.
(26)
sehingga siswa diharapkan mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan untuk mencapai ketuntasan belajar yang nantinya berdampak baik bagi prestasi belajar siswa.2
Adapun pengertian remedial teaching menurut Ischak S.W dan Warji R. adalah salah satu bentuk pemberian bantuan, yaitu pemberian bantuan dalam proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan terprogram dan disusun secara sistematis.3
Sedangkan menurut M. Entang, remedial teaching adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar. Faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin”.4
Dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil sebaik-baiknya, sehingga bila ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan, maka diperlukan suatu proses pengajaran yang membantu agar tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan
2
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Ibid. h.67. 3
Ischak S.W, Program remedial dalam proses belajar mengajar, (Yogyakarta: Liberty, 1982), h.1.
4
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus (Yogyakarta: Nuha Litera, 2008), h.39.
(27)
masing siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.5
Remedial teaching merupakan pengajaran yang berfungsi menolong anak tersebut untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengajaran perbaikan ini bersifat khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi anak didik. Layanan ini diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa pengertian Remedial Teaching sebagai suatu bentuk khusus pengajaran, yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
Dalam Remedial Teaching yang disembuhkan, diperbaiki atau dibetulkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi cara belajar, metode mengajar, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan yang turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Dengan Remedial Teaching, siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat disembuhkan atau dibetulkan atau diperbaiki sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuannya. Kesulitan belajar yang dihadapi mungkin menyangkut semua bidang studi atau satu kemampuan khusus dari bidang studi tertentu.
5
(28)
Pembetulan atau penyembuhan mungkin mencakup sebagian besar aspek tingkah laku atau beberapa tingkah laku. Demikian pula proses penyembuhan bisa dalam jangka waktu lama atau sebentar. Hal ini tergantung jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami.6
Dari pengertian tersebut diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan remedial apabila kegiatan pembelajaran tersebut ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran atau dalam menguasai kompetensi yang telah diterapkan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa remedial teaching dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil dalam menguasai materi yang dibahas dan memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin, sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.
b. Tujuan Remedial Teaching
Secara umum, tujuan pengajaran perbaikan tidak berbeda dengan pengajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara khusus, pengajaran perbaikan bertujuan agar siswa yang
6
(29)
mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi atau hasil belajar yang diharapkan sekolah.7
Secara terperinci, tujuan pengajaran perbaikan, yaitu:
1) Agar siswa memahami dan mengenali dirinya khususnya yang menyangkut prestasi belajar, misal: segi kemampuannya segi kelemahannya dan jenis serta sifat kesulitannya.
2) Dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar kearah yang lebih baik. 3) Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi
kesulitan belajarnya.
4) Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang baik.
5) Dapat menyelesaikan dan melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya dengan benar dan baik.8
Dari sini, bisa disimpulkan bahwa tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tujuan pengajaran remedial disini tidak berbeda dengan pengajaran pada umumnya, yaitu agar siswa dapat mencapai prestasi belajar optimal sesuai dengan standart yang telah dirumuskan. Dengan demikian, pengajaran
7
Abu ahmadi dan widodo supriyono, Psikologi belajar, Ibid. h.154. 8
(30)
remedial bertujuan agar murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan.
c. Fungsi Remedial Teaching
Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang amat penting dalam proses belajar mengajar. Adapun beberapa fungsi pengajaran remedial tersebut adalah :
1) Fungsi Korektif
Artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dianggap masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar.9
Dalam fungsi ini pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan, mengenai: perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi atau alat pelajaran, evaluasi, segi-segi pribadi, dan lain-lain.10
Dengan demikian, Remedial Teaching mempunyai fungsi korektif karena dilakukan pembetulan terhadap prsoes belajar mengajar. Dengan perbaikan terhadap hal-hal tersebut di atas, maka hasil belajar murid
9
Mulyadi, Dignosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Ibid. h.39. 10
(31)
beserta faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
2) Fungsi Penyesuaian
Penyesuaian pengajaran perbaikan terjadi antara siswa dengan tuntutan dalam proses belajarnya.11 Yang dimaksud fungsi penyesuian adalah agar dapat membantu siswa untuk menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan belajar, sehingga murid dapat belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang yang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.12
Dalam remedial teaching, siswa dibantu untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan keadaannya, sehingga hal ini tidak merupakan beban bagi siswa. Karena penyesuaian beban belajar itu memberikan peluang kepada siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
Oleh sebab itu, siswa harus diberikan kesempatan belajar sesuai dengan kemampuan pribadi agar memiliki peluang memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Dengan tuntutan belajar yang sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitannya diharapkan mendorong atau memotivasi belajar yang lebih baik.
11
Ibid. 12
(32)
3) Fungsi Pemahaman
Artinya dari pihak guru, siswa, atau pihak lain dapat membantu siswa.13 Maksud fungsi pemahaman adalah agar dalam pengajaran remedial memungkinkan guru, murid dan pihak-pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi murid. Diharapkan murid juga dapat lebih memahami dirinya dan segala aspeknya. Begitu pula guru dan pihak-pihak lainnya dapat lebih memahami akan keadaan pribadi murid.
Adanya pemahaman terhadap siswa, diharapkan semua personel yang terlibat pada proses pengajaran menyadari interaksi antar mereka dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Jadi guru, siswa dan pihak yang terlibat harus memahami kegiatan proses pengajaran yang berlangsung.
4) Fungsi Pengayaan
Fungsi pengayaan dimaksudkan agar remedial teaching dapat memperkaya proses belajar mengajar. Bahan pelajaran yang tidak disampaikan dalam pelajaran reguler dapat diperoleh melalui remedial teaching. Pengayaan dapat terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam pengajaran perbaikan, sehingga hasil yang
13
(33)
diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau prestasi belajarnya lebih kaya.14
Jadi, dalam Remedial Teaching guru berusaha membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan menambah berbagai materi pelajaran yang belum atau tidak disampaikan dalam pelajaran biasa. Disamping itu penggunaan metode mengajar serta alat pelajaran pun dikembangkan agar siswa memperoleh hasil yang lebih mendalam tentang bahan pelajaran tersebut.
5) Fungsi Akselerasi
Fungsi akselerasi adalah agar Remedial Teaching dapat mempercepat proses belajar lebih dalam arti waktu maupun materi. Misalnya, murid yang tergolong lambat dalam belajar dapat dibantu lebih cepat proses belajarnya melalui pengajaran remedial.
Maksudnya pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dari segi waktu maupun materi, sehingga dapat menunjang pencapaian hasil belajar yang lebih baik.
6) Fungsi Terapuetik
Secara langsung maupun tidak pengajaran remedial adalah memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang. Penyembuhan ini dapat menunjang pencapaian prestasi belajar. Dan
14
(34)
pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi (timbal balik).15
Dari Uraian diatas menjadi jelaslah bahwa fungsi pembelajaran remedial adalah untuk membantu guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam masalah belajarnya.
d. Prinsip-Prinsip Remedial Teaching
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus, antara lain:16
1) Adaptif
Setiap individu peserta didik memiliki karakter dan keunikan sendiri-sendiri, oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2) Interaktif
Dalam proses pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
15
Ibid, h.155-156. 16
(35)
bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.
3) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian.
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4) Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5) Kesinambungan dan Keterbatasan dalam Pemberian pelayanan
Program pembelajaran reguler dalam pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
(36)
Prinsip-prinsip tersebut di atas sangatlah penting dalam mendukung proses pembelajaran remedial, dan seorang guru hendaknya benar-benar memahami prinsip-prinsip tersebut, agar nantinya peserta didik tidak merasa kesulitan lagi dalam mengikuti proses pembelajaran remedial.
e. Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Pengajaran Remedial 1) Pengajaran biasa diantaranya:
a) Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi.
b) Tujuan pengajaran biasa adalah dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa.
c) Metode dalam pengajaran biasa untuk semua siswa. d) Pengajaran biasa dilakukan oleh guru.
2) Pengajaran remedial diantaranya:
a) Pengajaran remedial dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar kemudian diadakan pelayanan khusus.
b) Pengajaran remedial bertujuan disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa.
c) Metode dalam pengajaran remedial berdeferensial (sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar siswa).
(37)
d) Pengajaran remedial dilakukan oleh team (kerja sama antara guru dengan pihak yang membantu terselenggaranya pengajaran remedial, seperti guru BP).
e) Alat pengajaran remedial lebih bervariasi.
f) Pengajaran remedial lebih deferensial dengan pendekatan individual. g) Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar
yang dialami siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan pembelajaran biasa dengan pembelajaran remedial yaitu pembelajaran biasa diberikan kepada semua siswa dengan tujuan pencapaian yang sama, sedangkan pembelajaran remedial dilakukan apabila siswa mengalami kesulitan belajar setelah mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dan siswa tersebut belum mampu menguasai tujuan pembelajaran tertentu.17
f. Metode Dalam Pengajaran Perbaikan
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu:18
17
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Ibid. h.153. 18
(38)
1) Tanya jawab
Metode ini digunakan dalam rangka pengeanalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitannya. Sebagai metode Remedial Teaching, tanya jawab dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan murid yang mengalami kesulitan belajar dan dari hasil dialog itu murid akan memperoleh perbaikan dalam kesulitan belajarnya.
Berdasarkan jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi murid, guru mengajukan beberapa pertanyaan, dan murid memberikan jawaban. Melalui serangkaian tanya jawab, guru mengajukan beberapa pertanyaan dan murid memberikan jawaban. Melaui serangkaian tanya jawab, guru membantu murid untuk mengenal dirinya secara lebih mendalam, memahami kelemahan dan kelebihan dirinya, dan memperbaiki cara-cara belajarnya.
Dengan demikian kesulitan belajar yang dialaminya dapat diatasi sedikit demi sedikit. Dalam tanya jawab dapat dilakukan secara individual atau secara kelompok. Secara individual apabila dialog dilakukan antara guru dan seorang murid yang mengalami kesulitan belajar.
Keuntungan metode tanya jawab sebagai metode Remedial Teaching adalah antara lain:
a) Memungkinkan terbinanya hubungan yang lebih dekat antara guru dengan murid
(39)
b) Dapat meningkatkan saling pemahaman antara guru dengan murid
c) Dapat meningkatkan motivasi belajar murid
d) Dapat lebih meningkatkan pemahaman diri pada murid e) Dapat menumbuhkan rasa harga diri murid
2) Diskusi
Diskusi merupakan suatu bentuk interkasi antar individu dalam kelompok untuk membahas suatu masalah. Dalam interaksi ini masing-masing peserta diskusi dapat turut serta menyumbangkan saran-saran dalam menemukan pemecahan suatu masalah. Dalam hubungan dengan remedial teaching, diskusi dapat digunakan sebagai salah satu metode dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar. Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh sekelompok siswa.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui metode diskusi dalam Remedial Teaching antara lain:
a) Dalam diskusi masing-masing individu dapat lebih mengenal dirinya dan kesulitan yang dihadapi serta menemukan jalan pemecahannya.
b) Interkasi dalam kelompok dapat menumbuhkan sikap saling mempercayai antara yang satu dengan lainnya.
(40)
c) Dapat saling membantu antar individu dan mengembangkan kerja sama antar pribadi.
d) Pengenalan dan kepercayaan diri secara lebih mendalam dan mengarahkannya secara lebih baik.
e) Menumbuhkan rasa tanggung jawab baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain.
3) Pemberian Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalan rangka pemberian bantuan. Dalam metode ini, siswa yang mengalami kesulitan belajar dibantu melalui kegiatan-kegiatan melaksanakan tugas-tugas tertentu. Penetapan jenis dan sifat tugas yang diberikan sesuai dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan yang dihadapinya. Pemberian tugas dapat bersifat secara individual atau kelompok sesuai dengan kesulitan belajarnya. Hal yang harus diperhatikan adalah agar tugas-tugas yang diberikan dirancang secara baik dan terarah sehingga pemberian tugas ini benar-benar membantu memperbaiki kesulitan belajar yang dihadapi murid.
Dalam Remedial Teaching metode pemberian tugas mempuyai beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain:
a) Murid dapat lebih memahami dirinya baik kekuatan maupun kelemahannya
(41)
b) Murid dapat memperdalam dan memperluas materi yang dipelajarinya
c) Memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami
Dengan metode ini, siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong dan diharapkan dapat lebih memahami dirinya, dapat memperdalam materi yang telah dipelajari, dan dapat memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami.
4) Kerja kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode diskusi. Yang terpenting dari kerja kelompok adalah interaksi di antara anggota kelompok, dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada diri murid yang mengalami kesulitan belajar. Dalam metode ini beberapa murid bersama-sama ditugaskan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu. Kelompok dapat terdiri atas murid-murid yang mengalami kesulitan belajar yang sama atau dapat pula seorang atau beberapa orang saja yang mengalami kesulitan belajar. Dalam interakasi kelompok ada beberapa keuntungan antara lain:
a) Adanya pengaruh kelompok yang dianggap cakap dan berpengalaman.
(42)
c) Dalam kelompok dapat dicapai adanya pemahaman diri dan saling memahami diantara anggota.
d) Kerja kelompok dapat memupuk berkembangnya rasa tanggung jawab.
5) Tutor
Tutor adalah siswa sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Karena hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan antara murid dengan guru. Pemilihan tutor ini berdasarkan prestasi, hubungan sosial yang baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya.
Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru. Dalam pelaksanaannya, tutor ini dapat membantu teman-temannya secara individual maupun secara kelompok berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan guru.
Ada beberapa keuntungan metode tutor, antara lain:
a) Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara murid yang dibantu dengan murid sebagai tutor yang membantu. b) Bagi tutor sendiri, kegiatan ini merupakan pengayaan dan juga
menambah motivasi belajar.
(43)
6) Pengajaran individual
Pengajaran individual adalah suatu interaksi antara guru siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Dengan metode ini guru dapat mengajar secara lebih intensif karena disesuaikan dengan keadaan kesulitan yang dihadapi siswa dan kemampuan individual mereka. Prosedur mengajar lebih diarahkan kepada usaha memperbaiki kesulitan belajar siswa. Materi yang diberikan mungkin pengulangan dari yang sudah atau pengayaan dari yang sudah dimiliki atau mungkin pemberian materi baru semuanya tergantung keadaan kesulitannya.
Pengajaran individual ini bersifat teraputik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Pengajaran individual juga banyak memberikan keuntungan karena dalam pelaksanaannya terjadi interaksi yang lebih dekat antara guru dengan murid, sehingga terjadi saling pengertian antara keduanya. Untuk melaksanakan pengajaran individual ini guru dituntut memiliki kemampuan membimbing dan bersikap sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, memahami, dan sebagainya.
2. Pendekatan Kuratif
a. Pengertian Pendekatan Kuratif
Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Pendekatan
(44)
ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan layanan pengajaran remedial dapat diberikan secara perseorangan (individual) kalau ternyata siswa yang memerlukan bantuan itu jumlahnya terbatas, dan secara kelompok (peers group) kalau ternyata terdapat sejumlah siswa yang mempunyai jenis atau sifat kesulitan bersama.19
Sasaran pokok dari tindakan ini siswa yang prestasinya jauh dibawah batas criteria keberhasilan minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria keberhasilan minimal tersebut. Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan, antara lain:
1. Pengulangan
2. Pengayaan/pengukuhan 3. Percepatan (akselerasi)
Jika ketiga alternative teknik pendekatan itu memungkinkan untuk diadministrasikan secara efektif, kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, baik dalam arti bagi keperluan peningkatan prestasi akademis maupun kemampuan penyesuaiannya mungkin berangsur dapat dikurangi dalam lingkungan dan sistem persekolahan.20
19
Ibid, h.179. 20
(45)
b. Waktu Pelaksanaan Remedial Pendekatan Kuratif
Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan, antara lain:
1) Pengulangan
Pengulangan ini dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan diagnotisnya, yaitu : Pada setiap akhir jam pertemuan, Pada setiap unit pelajaran tertentu, dan Pada akhir setiap program studi (semesteran).
Waktu dan cara pelaksanaannya :
a) Bila sebagian/seluruh kelas mengalami kesulitan sama, diadakan pertemuan kelas biasa berikutnya, dengan cara:
(1) Bahan dipresentasikan kembali.
(2) Diadakan latihan/penugasan/soal bentuknya sejenis.
(3) Diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan ke arah kriteria keberhasilan yang diharapkan. b) Diadakan di luar jam pertemuan biasa, misalnya:
(1) Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalami kesulitan hanya sejumlah orang tertentu (pada sore hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu istirahat, dan sebagainya). (2) Diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri. c) Diadakan kelas remidial (kelas khusus bagi siswa-siswa tertentu
(46)
(1) Siswa lain belajar dalam kelas yang biasa
(2) Sedangkan siswa tertentu belajar dengan mendapat bimbingan khusus dari guru bidang studi sampai yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) tertentu untuk dapat bersama-sama lagi dengan temannya di kelas biasa.
d) Diadakan pengulangan secara total kalau ternyata siswa yang bersangkutan prestasinya sangat jauh dari batas criteria keberhasilan minimal dalam hampir keseluruhan program (komponen bidang studinya).21
2) Pengayaan/pengukuhan
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan sangat mendasar, layanan pengayaan dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan, bahkan secara akademik mungkin termasuk berbakat / sangat kuat.
Teknik pelaksanaannya dengan cara:
a) Pemberian tugas dalam bentuk pekerjaan rumah.
b) Pemberian tugas/soal yang dikerjakan di kelas pada jam pelajaran itu juga.22
3) Percepatan (akselerasi)
21
Ibid, h.357-358. 22
(47)
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psiko sosial (ego emosional):
a) Bila ternyata keseluruhan bidang studi unggul dibandingkan kelompoknya dapat dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi. b) Sedangkan bila hanya beberapa bidang studi untuk bidang studi
ini dapat diteruskan (maju berkelanjutan/continous program). Pelaksanaan layanan pegajaran secara akseleratif ini tentu perlu adanya kerja sama diantara para guru yang bersangkutan di sekolah tertentu.
c. Perlunya Remedial Teaching Pendekatan Kuratif
Pengajaran perbaikan merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan. Pengajaran perbaikan perlu dilihat dari segi:
1) Siswa
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap siswa dalam proses belajar mengajar mempunyai hasil yang berbeda-beda. Dalam pedagogik, perbedaan individual ini harus diterima. Dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai adanya anak yang berbakat, kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang lambat, disamping latar belakang mereka yang berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar.
(48)
Ada beberapa perbedaan individual yang menjadi dasar perhatian, antara lain sebagai berikut:
a) Perbedaan kecerdasan b) Perbedaan hasil belajar c) Perbedaan bakat d) Perbedaan sikap e) Perbedaan kepribadian f) Perbedaan minat g) Perbedaan lingkungan h) Dan lain-lain
Atas dasar perbedaan individual ini guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan pendekatan pengajaran perbaikan (remedial teaching) untuk membantu setiap pribadi dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
2) Guru
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai instruktur, konselor, petugas psikologis, sebagai media, sebagai sumber, dan sebagainya. Dalam fungsinya yang ganda ini guru bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pengajaran khususnya terhadap peningkatan hasil belajar. Dalam rangka ini pengajaran
(49)
perbaikan merupakan peluang yang besar bagi setiap siswa untuk mencapai hasil belajar secara optimal.23
Dalam hal ini guru maupun siswa sama-sama mendapatkan keuntungan dengan adanya pembelajaran remedial, mereka sama-sama puas dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Serta rasa percaya diri siswa akan dapat ditimbulkan apabila diberi kesempatan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk menguasai mata pelajaran tersebut.
B. Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits 1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu
“hasil” dan “belajar” yang memiliki arti yang berbeda. Untuk memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu mengenai
pengertian “hasil” dan “belajar”.
Menurut Djamarah, hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.24 Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang
23
Ibid, h.150-152.
24
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.45.
(50)
sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
Sedangkan belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.25 Belajar diartikan sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.26
Belajar ialah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Arikunto berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.27
Sedangkan Purwanto mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses
25
Nana Syaodiq Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.155
26
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1983), h.21. 27
(51)
belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.28
Adapun pengertian hasil belajar menurut Hamalik adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya, dan yang tidak tahu menjadi tahu.29
Berbeda dengan Winarno surakhmad yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian, atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.30
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dan untuk menentukan kemajuan yang dicapai, maka harus ada kriteria / patokan yang mengacu pada tujuan yang
28
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.46. 29
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta. Bumi aksara, 2003), h.155.
30
(52)
telah ditentukan. Sehingga guru mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1) Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM).
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.31
Indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap. Dari sini penulis menyimpulkan, bahwa hasil belajar jika dihubungkan dengan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, maka berarti siswa mengalami peningkatan hasil belajar berupa pemahaman dalam hal membaca, menulis, mengartikan, memaknai kandungan, serta menghafal Qur'an hadits secara cepat dan dapat mengungguli temannnya dalam hal prestasi dalam belajar di kelas maupun di lingkungan sekolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
31
Aina Mulyana, Diakses dari http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html pada tanggal 02 november 2015 pukul 01.53.
(53)
b. Aspek-Aspek Hasil Belajar
Menurut Benjamin S. Bloom dkk. (1956), aspek hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak, yakni:32
1) Domain/ Ranah Kognitif
Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Domain / Ranah kognitif ini terdiri atas:
a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tesimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. Misalnya siswa mengetahui apa yang terkandung dalam Qur'an hadits.
b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya siswa menerapkan apa yang dipahami.
32
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), Cet. 13, h.22-23.
(54)
d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e) Sintesis, mencakup kemampuan membantu suatu pola baru. Misalnya kemampuan siswa dapat menerapkan cepat menghafal Al-Qur’an.
f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu.
2) Ranah afektif
Ranah afektif adalah internalisasi sikap yang menunjukan kearah pertumbuhan batiniyah dan terjadi bila peserta didik sadar tentang nilai yang diterima kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Hasil
belajar afektif dibagi menjadi lima tingkat yaitu:
a) Penerimaan, yang mencakup tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya kemampuan untuk menyerap ilmu yang diberikan oleh guru mata pelajaran Qur'an Hadis.
b) Partisipasi, yang mencakup kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya siswa tidak mencontek waktu ujian berlangsung meskipun tidak ada pengawas.
(55)
c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima pendapat orang lain.
d) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan nilai ajaran islam sebagai pedoman dan bertindak sesuai dengan aturan Qur'an hadits.
e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya siswa dapat mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang positif.
3) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif, afektif. Hal ini bisa dilihat apabila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Maka wujud nyata dari hasil belajar psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif itu adalah:
(56)
a) Persepsi, mencakup memilah-milah (mendeskriminasikan) hal-hal yang khas dan menyadari adanya perbedaan khas tersebut.
b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan tejadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani.
c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan.
d) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
e) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar dan tepat.
f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan menyesuaikan gerak-gerik dengan persyaratan yang berlaku. Misalnya kemampuan membaca Al-Qur’an dengan tajwidnya.
g) Kreatifitas, mencakup kemampuan malahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi lagu mengaji.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Salah satu prinsip belajar adalah keberhasian belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar dapat mencapai keberhasilan belajar yang maksimal,
(57)
maka harus dapat memahami faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:
1) Faktor Internal, adalah faktor yang ada dalam diri individu / siswa yang sedang belajar (bersifat biologis). Terdiri dari:33
a) Aspek Fisiologis
Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.
Kondisi jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran utamanya pada pelajaran Qur'an hadits. Bila kondisi tubuh lemah dan disertai pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari kurang berbekas.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga sangat mempengaruhi
33
Muhibbin syah, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2013), h.130-134.
(58)
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disampaikan dikelas.
Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah misalnya, akan menyulitkan dalam menyerap informasi. Sehingga mengakibatkan terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.
b) Aspek Psikologis
Faktor psikologis, yaitu faktor yang mendorong atau memotivasi belajar. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara factor-faktor rohaniah pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
(1) Intelegensi siswa
Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannnya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran
otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas
(59)
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
(2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.
Sikap (attitude) siswa yang positif ditunjukkan dengan mengikuti pelajaran sebagaimana aturan guru. Sebaliknya sikap negatif siswa ditunjukkan melalui kemalasan dan tidak peduli pada materi yang disampaikan oleh guru, maka menjadikan siswa tidak bisa konsentrasi dan menerima sepenuhnya penjelasan dari guru di depan kelas.
(3) Bakat siswa
Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk menacapai
(60)
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti potensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak yang berbakat.
Dalam perkembangan berikutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus yang mana tidak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).
Sehubungan dengan hal diatas, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa
(61)
mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
(4) Minat Siswa
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Al-Qur’an hadits akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan mencapai prestasi yang diinginkan. (5) Motivasi Siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
(62)
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap meteri tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua yang merupakan contoh konkrit ekstrinsik siswa dalam menolong belajarnya.
2) Faktor Eksternal Siswa, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak. Antara lain:34
a) Lingkungan Sosial (1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai cara mendidik orang tua terhadap anaknya.
34
(63)
Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.
(2) Faktor Sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru dam kemampuan mengajarnya. Kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja. Sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar. Dalam faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini juga mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan lain-lain.
(3) Faktor Masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Mendukung atau tidak mendukung
(64)
perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.35 Dari beberapa uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang diketahui hanyalah faktor dalam belajarnya. Karena dalam mencapai hasil belajar yang memuaskan maka dibutuhkan proses belajar yang tertib dan teratur. Namun apabila terdapat faktor yang menghalangi, maka hasil belajar tidak akan meningkat dan untuk hasil belajar pada
mata pelajaran Qur’an hadits tidak akan tercapai dengan
maksimal.
b) Lingkungan non social
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung, madrasah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadan dan waktu belajar yang digunakan. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
c) Faktor Pendekatan Belajar
Dalam hal ini pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
keefektifan pembelajaran dalam Qur’an hadits. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat operasional yang direkayasa dalam mencapai tujuan belajar tertentu melalui pemahaman materi. Faktor
35
(65)
ini juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa.36
2. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Pengertian Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
Di dalam GBPP SLTP dan SMU Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum tahun 1994, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama islam ialah:
“Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional”.37
Dalam hal ini pendidikan agama mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia / berbudi pekerti luhur dan menghormati penganut lainnya. Dan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits termasuk di dalam rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mana tujuan dan fungsi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits tidak jauh dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
36
Ibid, h.136. 37
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h.75-76.
(66)
Peran dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai landasan pengembangan spiritual untuk kesejahteraan masyarakat. Pendidikan
Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian yang integral dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya factor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, tetapi secara subtansial mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai agama sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran Al-Qur’ah Hadits merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama Islam pada Madrasah Tsanawiyah yang ditujukan kepada peserta didik untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi pandangannya sebagai petunjuk dan landasan dalam kehidupan sehari-hari.
Mata Pelajaran Qur’an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan pendidikan untuk memahami dan mengamalkan al-Qur'an sehingga mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadits-hadits pilihan sebagai pendalaman dan perluasan bahan kajian dari pelajaran Qur’an
(67)
Hadits Madrasah Tsanawiyah sebagai bekal mengikuti jenjang pendidikan berikutnya.38
b. Tujuan Dan Fungsi Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits mempunyai tujuan dan fungsi. Dan tujuan itu sendiri agar peserta didik bergairah untuk membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. Sedangkan fungsi dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada madrasah antara lain:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang sudah mulai dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.
2) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
3) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negative dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan
38
Depag RI, GBPP Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 1994), h.1.
(1)
139
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil analisis data yang telah dikumpulkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan remedial teaching di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya tergolong cukup. Hal ini terbukti dari hasil analisis yang menyatakan bahwa prosentasi hasil angket tentang pembelajaran remedial dengan tutor sebaya sebanyak 71,9%.
2. Hasil belajar siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya mengalami perubahan yang signifikan antara nilai sebelum dan sesudah remedi. Berdasarkan data yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai sebelum remedi adalah 69,46 sedangkan rata-rata nilai sesudah remedi adalah 85,37. Dari bukti adanya peningkatan rata-rata prosentase nilai hasil belajar siswa menunjukkan bahwa remedial teaching dengan pendekatan kuratif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan persentase peningkatan sebesar 23%.
3. Dari hasil penelitian, thitung > ttabel atau 19,025 > 2,001 yaitu tolak H 0 dan terima Ha, yang berarti terdapat pengaruh remedial teaching dengan
(2)
139
pendekatan kuratif terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, perlu kiranya penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa saran-saran bagi semua pihak, antara lain:
1. Kepada Kepala Madrasah
Perlunya pemantauan dalam kegiatan belajar mengajar dan memberikan saran serta bimbingan kepada guru untuk meningkatkan kualitas belajar pada siswa melalui pelaksanaan Remedial Teaching.
2. Kepada Guru Al-Qur’an Hadits
Terus berusaha meningkatkan hasil belajar siswa melalui pelaksanaan Remedial Teaching dalam berbagai metode dan strategi mengajar dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa dan sebagai rasa tanggung jawab sebagai pendidik khususnya dalam mengajar Qur’an Hadits. 3. Kepada Siswa
Belajar dengan sungguh-sungguh dan ikut berpartisipasi dalam pelaksaaan Remedial Teaching yang diadakan oleh guru mata pelajaran Qur’an Hadits khususnya dan pada mata pelajaran lain dalam meningkatkan hasil belajar agar tercapai hasil yang maksimal selama menuntut ilmu di SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman Gintings, Esensi praktis belajar dan pembelajaran, (Bandung: Humanisme, 2008).
Abin syamsuddin makmun, Psikologi kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012).
Abu ahmadi dan Widodo supriyono, Psikologi belajar, (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2004).
Aina Mulyana, lihat di http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html pada tanggal 012 november 2015.
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982).
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010).
Cece Wijaya, Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya
Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010).
Depag RI, GBPP Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 1994).
Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004).
Departemen Agama RI,Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta, 2004).
Iqbal hasan, Analisis data penelitian statistic,(Jakarta:Bumi Aksara,2006).
Ischak S.W, Program remedial dalam proses belajar mengajar, (Yogyakarta: Liberty, 1982).
Iskandar, Psikologi pendidikan, (Ciputat:Gaung persada press, 2009).. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997). Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).
(4)
Martini Jamaris, Kesulitan belajar: Perspektif, asesmen, dan penanggulangannya
bagi anak usia dini dan usia sekolah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014).
Muhaimin, Et. el, Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2002).
Muhibbin syah, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2013). Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan
Belajar Khusus (Yogyakarta: Nuha Litera, 2008).
Mulyadi, Dianogsis Kesulitan Belajar, (Yogyakarta : Nuha Litera, 2010). Mulyadi, Dignosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar, (Malang: Shefa, 2003). Mulyono Abdurrahman, 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).
Nana Syaodiq Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidika, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003).
Oemar Hamalik, Metoda Belajar dan Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1983).
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta. Bumi aksara, 2003).
Oemar Hamalik, Perencanaan pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002). Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).
Rochman Natawijdaya, Pengajaran Remedial, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1980).
(5)
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991).
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007). Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2006).
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Renika Cipta, 1990). Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Surabaya: Rajawali pers,
1996).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. XII.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993).
Suharsimi Arikunto, Prosedur penenlitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka cipta, 1997).
Sukardi, Evaluasi pendidikan prinsip dan operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012).
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008).
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000).
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
W.J.S. Poerwadarminta, kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993).
(6)
Winarno surakhmad, Interaksi belajar mengajar, (Bandung: jemmars, 1980). Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung :