Keefektifan penggunaan metode pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

(1)

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA

SKRIPSI Oleh :

YULIA WAHIDATUS SHOLIHAH NIM. D71213145

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

YULIA WAHIDATUS SHOLIHAH NIM. D71213145

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Yulia Wahidatus Sholihah, D71213145, 2017, Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Wachid Hasyim 2 Surabaya, Skripsi, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran Snowball Throwing , Hasil Belajar Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa, mengetahui hasil belajar siswa, mengetahui efektif tidaknya Metode Pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa di SMP Wachid Hasym 2 Surabaya.

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing variabel X dan hasil belajar siswa sebagai variabel Y. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, tes, dan angket. Hasil dari penelitian ini adalah Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa baik. Hal tersebut didasarkan kepada hasil observasi dan angket yang mencapai rata-rata 28,85 yang tergolong baik dan 29,5 yang tergolong kedalam kategori cukup baik. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan dibuktikan dengan teknik analisist t-test, diperoleh hasil > maka ditolak dan

diterima. Sehingga terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI antara sebelum dan sesudah penerapan metode pembelajaran snowball throwing.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Kegunaan Penelitian ... 12

E. Penelitian Terdahulu... 14


(9)

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 14

H. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan tentang metode snowball Throwing ... 20

1. Pengertian metode snowball throwing ... 21

2. Tujuan metode snowball throwing ... 23

3. Langkah – langkah metode snowball throwing ... 25

4. Kelebihan dan kelemahan snowball throwing ... 27

B.Tinjauan tentang pendidikan agama islam ... 28

1. Pengertian pendidikan agama islam ... 28

2. Tujuan pendidikan agama islam... 30

C.Tinjauan tentang hasil belajar pai ... 33

3. Pengertian hasil belajar pai ... 33

4. Jenis – jenis hsil belajar pai ... 35

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar pai ... 37

D.Keefektifitasan penggunaan Metode Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 54

E. Hipotesis ... 57

BAB III METODE PENELITIAN... 59

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 60

B.Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ... 61


(10)

D.Teknik Pengumpulan Data ... 69

E. Teknik Analisis Data ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 77

A.Deskrisi Data Umum Objek Penelitian ... 77

B.Penyajian Data ... 84

1. Data tentang metode snowball throwing ... 84

2. Data tentang hasil belajar siswa ... 90

3. Data pre test dan post test hasil belajar... 96

C.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 98

1. Analisis Data tentang metode pembelajaran snowball throwing ... 98

2. Analisis Data tentang hasil belajar mata pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya... 103

3. Perbandingan hasil pre test dan post test ... 107

4. Pengujian Hipotesis... 112

BAB V PENUTUP 121 1. Kesimpulan ... 121

2. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Identitas Sekolah ... 78

4.2 Struktur Organisasi Smp Wachid Hasyim 2 Surabaya Tahun 2016-2017 .. 80

4.3 Data Guru dan Karyawan SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ... 81

4.4 Data Sarana Prasarana ... 91

4.5 Data tentang Membaca Materi Pelajaran Terlebih Dahulu ... 83

4.6 Data Langsung Menerangkan Materi pada Saat Pelajaran ... 84

4.7 Data tentang Mempelajari Materi Secara Berkelompok ... 84

4.8 Data tentang Tanpa Bekelompok Langsung Mempelajari Materi ... 85

4.9 Data tentang Mengerjakan Tugas Secara Berkelompok... 86

4.10 Data tentang Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu ... 86

4.11 Data tentang Malu Bertanya kepada Guru ... 87

4.12 Data tentang Malu Bertanya kepada Guru ... 87

4.13 Data tentang Menjawab Pertanyaan dari Siswa ... 87

4.14 Data tentang Menyepelekan Pertanyaan Siswa ... 88

4.15Data tentang Tanggapan Proses Pembelajaran Snowball Throwing ... 88

4.16 Data tentang Pengungkapan Pendapat ... 89

4.17 Data tentang Menerima Informasi dari Guru ... 90

4.18 Data tentang Menghadapi Permasalahan ... 90


(12)

4.20 Data tentang Memahami Setiap Materi ... 91

4.21 Data tentang Melakukannya dengan Reflek Apabila Guru Menyuruh ... 93

4.22 Data tentang Materi Pelajaran yang Telah Diajarkan ... 92

4.23 Data tentang Cepat dalam Menjawab Pertanyaan ... 93

4.24 Data tentang Memperbaiki Nilai ... 94

4.25 Data tentang Merayakan Setiap Mendapat Nilai yang Bagus ... 94

4.26 Data pre test dan post test hasil belajar ... 95

4.27 Data tentang Metode Pembelajaran Snowball Throwing ... 97

4.28 Skor Jawaban Angket Variabel X (Metode Pembelajaran Snowball Throwing) ... 98

4.29 Kualitas Variabel X (Metode Pembelajaran Snowball Throwing pada Mata Pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya) ... 101

4.30 Data tentang Hasil Anget tentang Hasil Belajar ... 101

4.31 Hasil Jawaban Angket Variabel Y (Hasil Belajar) ... 103

4.32 Kualitas Variabel Y (Hasil Belajar Snowball Throwing pada Mata Pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya) ... 105

4.32 Nilai Hasil Pre-test ... 106

4.33 Nilai Hasil Post Test ... 108

4.34 Perbandingan Hasil Pre test dan Post test (Meningkat, Tetap dan Turun) .... 110

4.35 Koefisien Korelasi antara Variabel X (Metode Pembelajaran Snowball Throwing) dan Y (Hasil Belajar) ... 112


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian

2. Surat Keterangan Penelitian 3. Surat Tugas

4. Kartu Bimbingan 6. Kuesioner/ Angket 7. TES

8. RPP 9. SPSS


(14)

DAFTAR TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin ini diambil dari Buku Pedoman Penulisan Makalah, Tesis, dan Disertasi Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya (Surabaya: Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2005).

No. Arab Indonesia No. Arab Indonesia

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

b

t

th

j

h

kh

d

dh

r

z

s

sh

s

d

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

T

z

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang (mad) caranya dengan menuliskan coretan horizontal (macron) diatas huruf, seperti: â, î, dan û.


(15)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Secara umum, pengertian pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepibadian yang utama.1

Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar. Melalui belajar, seorang anak akan dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan.

Oleh karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap. Perubahan tingkah laku itu dapat terjadi, manakala proses pengajaran diimplementasikan di sekolah.

Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan tujuan agama Islam. Agama Islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya mengatur

1


(17)

2

hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan.

Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life.

Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek yang ada sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap.2

Jadi, pada dasarnya Pendidikan Agama Islam menginginkan peserta didik yang memiliki fondasi keimanan dan ketaqwaan yang kuat terhadap Allah, karena iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi yang disebut taqwa.

Tujuan pendidikan dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, terampil serta mandiri. Jika kita mengamati pendidikan kita yang sekarang ini, maka kita akan mendapatkan suatu kenyataan bahwa Pendidikan Agama Islam ternyata masih jauh dari apa yang kita harapkan, walaupun telah berbagai cara yang telah dilakukan dalam

2

Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,


(18)

3

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Pada dasarnya, keberhasilan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud apabila seluruh aspek yang berhubungan langsung dengan pendidikan dapat bekerja sama dan saling membantu dari berbagai pihak Antara lain pihak sekolah dengan orang tua siswa, lembaga dengan masyarakat dan lain sebagainya demi meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam.

Adapun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu dapat dibagi menjadi lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadis, Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam sehingga dapat dikatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan hubungan manusia dengan Allah SWT., diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas). Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pendidikan dilakukan oleh seorang pendidik (guru), sebab guru adalah salah satu element yang penting dalam pendidikan yang secara langsung berhubungan dengan seseorang (anak didik) oleh karena itu pendidik (guru) harus berperan aktif dan mampu menempatkan kedudukannya sebagai tenaga


(19)

4

profesional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar tercapai perkembangan anak didik secara maksimal yang positif.3

Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, baik, dan berhasil apabila seseorang pendidik (guru) mampu menguasai materi dan memilih metode pengajaran yang tepat atau sesuai untuk mata pelajaran. Untuk itu, seseorang pendidik (guru) yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian, baik dalam penguasaan materi maupun pemilihan metode guna kelangsungan proses belajar mengajar.

Seorang pendidik maupun calon pendidik harus memiliki pengetahuan tentang metode-metode pengajaran serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa agar siswa lebih giat lagi dalam belajar. Karakteristik guru yang baik selalu mengadakan perbaikan dan pengajaran serta mampu memberi variasi stimulus yaitu suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga sebelum mengajar seorang guru harus dapat memilih metode yang tepat agar dalam kegiatan proses pembelajaran murid tidak merasa bosan, senantiasa berpartisipasi dan tercipta interaksi edukatif yang mempunyai pengertian hubungan timbal balik antara pendidik (guru) dan peserta didik (murid) dalam suatu sistem pengajaran.

3


(20)

5

Adapun komponen-komponen dasar dalam interaksi edukatif adalah: 1. Peserta didik

Seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru

Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya, yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3. Tujuan

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, dan afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

4. Materi Pelajaran

Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode

Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media

Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.


(21)

6

7. Evaluasi (penilaian)

Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya .4

Pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat SMP merupakan mata pelajaran yang mencakup materi cukup luas. Guru diharuskan menyelesaikan target ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode, media atau alat peraga, dan strategi belajar yang tepat. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan selain dengan penggunaan metode dan strategi yang tepat, guru juga harus mampu memahami karakteristik siswa dan memberikan rangsangan kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran PAI di SMP.

Namun, pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan sekarang. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih banyak dilakukan secara konvensional/ tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa menjadikan hasil belajar Pendidikan Agama Islam masih kurang dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

Hal tersebut peneliti temukan pada saat melakukan observasi di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya, dimana pelajaran Pendidikan Agama Islam selalu

4

Muhammad Fathurrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015), h. 20


(22)

7

disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan text book oriented, dengan keterlibatan siswa yang sangat minim karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal, sehingga kurang menarik minat siswa dan membosankan yang akhirnya membuat siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan.

Oleh karena itu, materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan lebih cenderung bersifat teacher centered dari pada student centered tidak terlihat adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Target keberhasilan pengajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan guru cenderung lebih mengarah agar siswa terampil mengerjakan soal-soal tes, baik yang terdapat pada buku ajar maupun soal-soal ujian. Akibatnya pemahaman konsep siswa rendah, keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa tidak tumbuh. Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar dan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya.

Berdasarkan data di atas, dapat diidentifikasikan bahwa permasalahan yang terjadi diantaranya adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas dan metode pembelajaran yang cocok sehingga menyebabkan kurangnya peningkatkan hasil belajar siswa di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya, dengan ini perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan berinteraksi saat proses pembelajaran, menumbuhkan hasil belajar


(23)

8

siswa perlu dirangsang untuk aktif bertanya dan bekerja sama dalam proses pembelajaran.

Melihat keadaan tersebut, peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode snowball throwing yang tidak lepas dari metode ceramah tetapi penulis menyarankan menggunakan metode snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang menjadikan siswa aktif dan kreatif dalam belajar.

Metode pembelajaran snowball throwing adalah melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyapaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran talking stick, tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilemparkan-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaan.

Berkaitan dengan cara mengajar, guru harus mempunyai berbagai variasi dalam melaksanakan pembelajaran yang selanjutnya disebut dengan metode-metode pembelajaran. Salah satu contoh dari beberapa strategi atau metode pembelajaran yang ada berupa metode pembelajaran snowball

throwing dan cara penerapannya. Snowball throwing merupakan metode

pembelajaran yang dilakukan dengan cara: (1) dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk (2) mendapat tugas dari guru, (3)


(24)

9

masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu (4) dilempar ke siswa lain yang (5) masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.5

Jadi, metode snowball throwing merupakan suatu metode yang mengarah siswa pada pembelajaran kooperatif yang dapat merubah suasana belajar menjadi bemakna dan menyenangkan, sesuai dengan kemampuan befikir siswa serta berkaitan dengan suatu permainan dengan cara melemparkan bola kertas. Pemberian pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermakna dan menyenangkan tidak memisahakan pada pengalaman siswa sehari-hari dan tidak cepat lupa. Dalam proses pembelajaran menggunakan metode snowball throwing ini melibatkan dua subjek yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kacakapan.

Salah satu kompentensi pedagogik guru adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses serta hasil belajar. Guru harus melaksanakan penilaian hasil belajar untuk mengukur kemampuan dan daya serap peserta didik dan mengukur seberapa berhasilnya program pembelajaran yang telah dirumuskan.

5

Hasan Fauzi Maufur, Sejuta Jurus Mengajar dan Mengasyyikkan, (Semarang: PT Sindua Press, 2009), h. 61


(25)

10

Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.6

Dalam hal ini untuk mengukur hasil belajar peserta didik terhadap materi Pendidikan Agama Islam, guru dapat menilai melalui penilaian tertulis berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kertas bola salju, sedangkan untuk menilai sikap dalam proses pembelajaran guru dapat menggunakan penilannya unjuk kerja dan untuk menilai hasil karya peserta didik guru menggunakan portofolio.

Di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ini memiliki guru yang berkompetensi pedagogik yang berbeda-beda, khususnya pada bidang Pendidikan Agama Islam. Pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan di kelas, dimana guru Pendidikan Agama Islam ini sendiri dalam mengajar masih dengan menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Disamping itu, untuk sekarang guru untuk dituntut lebih profesional dalam kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa harus aktif. Dan untuk itu penggunaan metode snowball throwing pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam ditujukan supaya siswa tidak merasa bosan atau jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

6

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 5


(26)

11

Dengan adanya metode pembelajaran snowball throwing, penulis berharap nantinya hasil belajar siswa akan lebih meningkat daripada sebelumnya. Hasil belajar yang dimaksud penulis disini bukan hanya dalam bentuk format nilai saja namun penulis juga melihat pada hasil belajar berupa pemahaman siswa dalam menelaah materi Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Dengan beberapa alasan yang telah dikemukakan penulis pada latar belakang diatas, hal ini memotivasi penulis untuk mengambil judul skripsi Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Wachid Hasyim 2 Surabaya.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?

2. Bagaimana hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?

3. Bagaimana keefektifan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?


(27)

12

C.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka peneliti mempunyai beberapa tujuan dari penelitian antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

2. Untuk mengukur hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

3. Untuk mendiskripsikan adanya penggunaan metode pembelajaran snowball throwing efektif dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

D.Kegunaaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis a. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya.


(28)

13

2) Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi pengetahuan tentang peningkatan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode pembelajaran snowball throwling bagi siswa di SMP Wahid Hasyim 2 Surabaya.

3) Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti khususnya berkaitan dengan masalah penelitian ini.

b. Bagi Lembaga

Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

1) Memberikan masukan positif melalui penelitian ini untuk kemajuan proses belajar mengajar ke depan.

2) Menambah karya ilmiah dan bahan bacaan di perpustakaan UIN Sunan Ampel pada umumnya dan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi PAI pada khususnya.

3) Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama, sekaligus diharapkan hasil penelitian berikutnya lebih sempurna.

2. Secara Praktis

Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan metode yang baik dalam memotivasi ataupun membentuk kreatifitas peserta didik, juga sebagai konstribusi nyata bagi dunia pendidikan.


(29)

14

E. Penelitian Terdahulu

Judul yang peneliti temukan di dalam penulusuran opac, berjudul: ”Efektivitas Penggunaan Metode Snowball Throwing untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa di Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah 45 As Saadah Lamongan.” Oleh: M. Bihaqi (2013).

Dapat ditegaskan bahwa penerapan metode snowball throwing untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa di kelas VIII A MTS 45 As Saadah Lamongan terdapat pengaruh yang bagus.

E.Ruang Lingkup dan keterbatasan penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut diatas akan dibatasi pada hal-hal tersebut dibawah ini :

1. Subjek penelitian adalah pada peserta didik kelas VII di sekolah SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA.

2. Metode pembelajaran snowball throwing. 3. Hasil belajar siswa.

4. Bidang studi Pendidikan Agama Islam. F. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing


(30)

15

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII di SMP Wahid Hasyim 2 Surabaya.

1. Keefektifan

Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:284). Kata efektif mempunyai arti ada efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil, atau berhasil guna. Jadi, keefektifan adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2. Metode pembelajaran snowball throwing a. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal.

b. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif dan pada ahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru.


(31)

16

Snowball throwing adalah jenis pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola atau biasanya disebut dengan bola salju yang tadinya kecil ketika digulung-gulung menjadi besar diibaratkan seperti mengakumulasi materi pembelajaran.

Jadi, dari penjelasan istilah diatas metode pembelajaran snowball throwing adalah bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan. Karena berupa permainan, Siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat onar.

3. Hasil belajar

Hasil belajar terdiri dari dua suku kata yang memiliki arti berbeda yakni hasil dan belajar. Hasil adalah tingkat perkembangan atau dikenal dengan istilah achievement (pencapaian) dari usaha yang dilakukan sebelumnya. Hasil berarti juga “sesuatu yang telah dicapai” yang telah dilakukan atau dikerjakan. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman7. Hasil belajar adalah tingkat perkembangan mental yang lebih baik jika dibandingkan dengan saat sebelum belajar.

Jadi, yang dimaksud dari hasil belajar disini adalah sesuatu yang diperoleh siswa dari usaha belajarnya yakni belajar mata pelajaran

7


(32)

17

Pendidikan Agama Islam, yang nantinya akan dinyatakan dalam bentuk angka berupa nilai pre-tes dan post-test.

4. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai proses pembimbing, mengarahkan, dan mengajarkan anak untuk mencapai tujuan yang tetapkan yaitu menanamkan taqwa serta menegakkan kebenaran sesuai dengan ajaran Agama Islam.

Dari beberapa definisi istilah diatas, maka yang dimaksud dengan keefektifan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah suatu usaha pembelajaran aktif yang dilakukan dengan metode permainan bola salju bergulir untuk memulai sebuah pelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengarahkan peserta didik dengan mendorongan anak untuk aktif berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang mereka miliki. khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Dari beberapa definisi dan penjelasan diatas, maka judul skripsi yang saya angkat adalah “Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII di SMP Wahid Hasyim 2 Surabaya”.


(33)

18

G.Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika laporan penulisan sebagai berikut:

Bab pertama pendahuluan yang menguraikan A). Latar belakang masalah, B). Rumusan masalah, C). Tujuan penelitian, D). Kegunaan penelitian, E). Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, F). Definisi operasional, G). Sistematika pembahasan.

Bab kedua pembahasan merupakan landasan teori yang meliputi pembahasan tentang A). Tinjauan tentang snowball throwing yang meliputi; 1) Pengertian metode snowball throwing, 2) Tujuan metode snowball throwing, 3) langkah-langkah snowball throwing, 4) Kelebihan dan kekurangan metode Snowball Throwing. B). Tinjauan tentang hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang meliputi: 1) pengertian hasil belajar Pendidikan Agama Islam, 2) Jenis-jenis hasil belajar, 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Pendidikan Agama Islam, 4) Indikator hasil belajar Pendidikan Agama Islam. C). Keefektifan penggunaan metode pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dan E). Hipotesis.

Bab ketiga tentang metode penelitian yang mencakup : A). Jenis dan rancangan penelitian. B). Variabel, indikator, dan instrumen penelitian. C). Populasi dan sampel. D). Teknik pengumpulan data. E). Teknik analisis data


(34)

19

Bab keempat memaparkan hasil penelitian dan pembahasan dari keseluruhan bab, yang meliputi: A). Deskripsi data. B). Analisis data dan pengujian hipotesis.

Bab kelima penutup hasil rangkuman dari semua bab yang meliputi: A). Kesimpulan, dan B).Saran.


(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan tentang Metode Snowball Throwing

Dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukaan suatu pekerjaan. Sementara itu dalam bahasa Inggris, metode disebut method yang bararti cara.

Secara terminologi, Umar Muhammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka memantapkan mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya. Semua itu bertujuan menolong murid-muridnya agar mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selain itu, ada yang mendefinisikan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya memberikan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan.8

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran seharusnya berpengaruh pada keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang

8


(36)

21

tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus mempertimbangkan aspek keefektifan dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Keberhasilan penggunaan metode merupakan suatu keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya berfungsi sebagai kualitas pendidikan.

Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar agama Islam lebih berdaya guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar. Memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik.9

1. Pengertian Metode Snowball Throwing

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota

9


(37)

22

kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya

Metode pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari metode diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada metode ini kegiatan belajar diatur sebagian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan. 10

Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan intaraksi antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan dan pengalaman dan upaya menyelesaikan permasalan yang timbul diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan.

Salah satu permasalahan serius yang sering terjadi dalam proses belajar adalah adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam memahami materi pembelajaran. Guru sering mengalami kesulitan dalam menangani masalah ini. Tetapi, melalui penerapan metode pembelajaran snowball throwing ini, siswa dapat menyampaikan pertanyaan atau permasalahannya dalam bentuk tertulis yang nantinya akan didiskusikan bersama. Dengan demikian, siswa dapat

10

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014), h. 176


(38)

23

mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Dengan metode pembelajaran snowball throwing guru dapat melatih kesiapan siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah.

2. Tujuan Metode Snowball Throwing

PAIKEM merupakan singkatan dari pembelajaran aktif,inovasi, kreatif, efektif dan menyenangkan. PAIKEM merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya antara lain :

a. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain: 1) Melakukan pengamatan

2) Melakukan percobaan 3) Melakukan wawancara

4) Siswa belajar banyak melalui berbuat

5) Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera b. Komunikasi, bentuknya antara lain:

1) Mengemukan pendapat 2) Presentasi laporan

3) Memanjangkan hasil belajar 4) Ungkap gagasan

c. Interaksi, bentuknya antara lain: 1) Diskusi


(39)

24

2) Tanyak jawab

3) Lempar lagi pertanyaan

4) Kesalahan makna berpulang terkoreksi 5) Makna yang terbangun semakin mantap 6) Kualitas hasil belajar meningkat.

d. Kegiatan refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat/ dipikirkan.

1) Mengapa demikian?

2) Apakah hal itu berlaku untuk…..? 3) Untuk perbaikan gagasan/ maknai 4) Untuk tidak mengulangi kesalahan 5) Peluang lahirnya gagasan baru.

Dalam pembelajaran aktif, siswa diposisikan sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran aktif adalah pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik.11 Sistem pengajarannya yang demikian, peserta didik berpikir dan memahami mata pelajaran yang demikian, peserta didik berpikir dan memahami mata pelajaran bukan sekedar mendengar, menerima, dan mengingat-ingat. Setiap

11

Aris Saifuddin, Pembelajaran Efektif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 33


(40)

25

mata pelajaran harus diolah dan diinterprestasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal. 12

Pembelajaran aktif menuntut setiap siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran yang memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.13

Adapun tujuan dari metode snowball throwing antara lain : a. Membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.

b. Menjadikan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran c. Peserta didik akan lebih serius dalam belajar

d. Meningkatkan hasil belajar siswa

3. Langkah-langkah Metode Snowball Throwing

FASE TINGKAH LAKU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi

Menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran dan memotivasi.

Fase 2

Menyajikan informasi

Menyajikan informasi tentang materi pembelajaran siswa

Fase 3 - Memberikan informasi kepada siswa

12

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 240-241

13


(41)

26

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran snowball throwing

- Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4

Membimbing

kelompok belajar dan belajar

- Memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas kelompok.

- Meminta ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggota kelompok.

- Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai materi yang dijelaskan guru.

- Meminta setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada kelompok lain.

- Meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapatkan


(42)

27

dari kelompok lain pada kertas kerja tersebut.

Fase 5 Evaluasi

Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban atau pertanyaan yang diterima dari kelompok lain.

Fase 6

Memberi penilaian/ penghargaan

Memberikan penilain terhadap hasil kerja kelompok.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Snowball Throwing

Kelebihan dari metode snowball throwing antara lain:

a. Suasana pembelajaran menjadi menyenagkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

b. Siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain.

c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

e. Ketiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.14

14


(43)

28

Sedangkan kelemahan dari metode snowball throwing antara lain: a. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi

sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.

b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi angggota lain untuk memahami materi.

c. Memerlukan waktu yang panjang.

d. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.

e. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.15

B.Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.16

15

Ibid., h. 177 16

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11


(44)

29

Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Pendidikan agama juga diartikan sebagai pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.17

Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertaqwa kepada Allah SWT., berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya, sedangkan menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

17

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A. H. Ba’adillah Press, 2002), cet. Ke-1, h. 37


(45)

30

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ ibadah, dan sejarah kebudayaan Islam sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT., diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas).

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina, menanamkan, dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam bukanlah sekedar pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat dipraktikkan dalam perilaku sehari-hari.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/ madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan


(46)

31

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memahami ajaran agama

Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan negara, masyarakat, dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam QS. At-Taubah (9) ayat 122:

ْم ْ م قْ ف لك ْ م ف اْ لف ً فاك ا فْ يل مْ ْلا اك ام

فئاط

ْم لعل ْم ْيل ا عج ا ْم مْ ق ا ْ يل ي لا يف ا قفتيل

ْحي

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”18

18

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Pustaka Assalam,


(47)

32

b. Keluhuran budi pekerti

Nabi Muhammad SAW. telah menunjukkan praktik-praktik budi pekerti dan amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.

c. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat

Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dengan melaksanakan ajaran Agama Islam seutuhnya.

d. Persiapan untuk bekerja

Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan yang baik (amal saleh), maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah SWT. dalam QS. Al-An’am (6) ayat 132:

م اج د لكل

ل ْعي ا ع لفاغب كب ام ا ل ع ا

Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”19

Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian,


(48)

33

dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keragaman pada diri peserta didik serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. sehingga didalam perilaku kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT. dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, baik dalam hubungan dengan Allah SWT. maupun dalam hubungannya dengan sesama manusia.

C.Tinjauan tentang Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik bahwa hasil belajar adalah “Perubahan tingkah laku subjek meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana bahwa hasil belajar adalah “Perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendidikan dan


(49)

34

pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya. Berdasarkan hasil belajar siswa dapat diketahui kemampuan dan perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.

Rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam ini mengandung pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, karena penghayatan dan keyakinan siswa akan menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (sebagai tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Dan tidak hanya itu saja dalam penelitian ini peneliti juga ingin supaya bisa meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


(50)

35

2. Jenis-jenis Hasil Belajar PAI

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.20

Dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

20

Sugeng Listyo Prabowo, Perencanaan Pembelajaran, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 38


(51)

36

Proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya.

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati). Dalam tahapan psikomotorik ini dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Sehingga akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.


(52)

37

Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.21

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain:22 a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani

dan rohani siswa. Apabila dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa dalam kondisi fisiologis, psikologis, maupun kelelahan, dalam

21

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 130 22


(53)

38

pembelajaran tidak akan berhasil karena siswa tidak dapat menyerap pembelajaran yang disampaikan oleh guru jika kondisi jasmani dan rohaninya kurang sehat.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa, baik di sekolah, keluarga, masyarakat. Apabila siswa dalam salah satu tempat tersebut mendapat masalah yang tidak disukai juga dapat menghambat proses pembelajaran.

Adapun pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain:

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: faktor fisiologis, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 1) Faktor Fisiologis

a) Faktor Kesehatan

Sehat bararti dalam keadaan baik seluruh badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh pada belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badan lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/ kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik berubah


(54)

39

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.23

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.24

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor yang mempengaruhi belajar antara lain yaitu:

a) Inteligensi

Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, J. P. Chaplin merumuskannya sebagai:

23

Sulaiman Abdullah, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 54-55

24

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 55


(55)

40

(1) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and affectively

(2) The ability to utileze abstract concepts affectively (3) The ability to grasp relationship and to learn quickly.

Jadi, inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan dalam menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.25

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah sesuatu yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.26

Sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/ berpengaruh negatif tehadap belajar, akhinya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai inteligensi yang normal dapat berhasil

25

Sulaiman Abdullah, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhinya, h. 56 26

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 32


(56)

41

dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor-faktor jasmaniah, psikologis, keluarga, sekolah, dan masyarakat) memberi pengaruh yang positif, jika siswa memliki inteligensi yang rendah maka ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/ hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan, ia tidak suka lagi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.27

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi, berbeda dengan perhatian, karena

27


(57)

42

perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan belajar yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada gaya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat manambah kegiatan belajar.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehiupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandikan dengan orang lain yang kurang/ tidak berbakat di bidang itu.


(58)

43

Dari uraian diatas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pasti selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Sangat penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.28

e) Motivasi

Motivasi merupakan keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

28

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), .h. 54-58


(59)

44

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang akan datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan setersnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadakan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

Dalam prespektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, dan memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.29

29


(60)

45

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain aak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi, kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.


(61)

46

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada sesorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak/ kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehigga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.


(62)

47

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Tidur b) Istirahat

c) Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja

d) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok

e) Rekreasi dan ibadah yang teratur f) Olahraga secara teratur

g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna

h) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang yang ahli misalnya dokter, konselor dan lain-lain.30

b. Faktor Eksternal, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas tentang faktor-faktor sebagai berikut:31

30

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempegaruhinya, h. 59 31


(63)

48

1) Faktor Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yaitu termasuk faktor ini antara lain:

a) Faktor orang tua

(1) Cara mendidik anak

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Suptjito Wirowidjojo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa:

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat/ besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.32

Orang tua yang tidak/ kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak

32


(64)

49

memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya.

Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang dirumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil, tetapi malah menjadi takut, hingga rasa harga diri kurang. Orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat tergantung kepada orang tua, hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hingga presentasinya menurun.

Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.

(2) Hubungan orang tua dan anak

Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh


(65)

50

pengertian atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. Kasih sayang orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang menimbulkan emotional insecurty. Demikian juga sikap keras, kejam,acuh tak acuh akan menyebabkan hal yang serupa.

(3) Suasana rumah/ keluarga

Suasana keluarga yang sangat ramai/ gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu kosentrasinya, sehingga sukar untuk belajar.

Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantara anggota keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya.

Anak tidak akan tahan di rumah, akhirnya pergi ke luar bersama anak yang menghabiskan waktunya untuk hilir mudik kesana kemari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun.

Untuk itu, hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah


(66)

51

tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.

b) Keadaan ekonomi keluarga

(1) Ekonomi yang kurang/ miskin

Keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik.

(2) Ekonomi yang berlebihan (kaya)

Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup beberapa antara lain:

a) Metode mengajar

Metode mengajar guru kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.33 Metode mengajar yang kurang

33

Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung : CV . Yrama Widya, 2008), h. 86


(67)

52

baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang menguasai bahan pelajaran, sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik. Sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode harus diusahakan yang tepat, efisien, dan efektif mungkin.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

c) Relasi guru dengan siswa

Didalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.


(68)

53

d) Relasi siswa dengan siswa

Menciptakan relasi yang baik anatar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

e) Disiplin sekolah

Agar siswa belajar maju, siswa harus disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan. Agar siswa displin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.

f) Alat pelajaran

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

g) Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore, malam hari.34 Misalnya biasanya sekolah masuk pagi hari, dan pada waktu itu pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi baik. Jadi, memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar

34

Toto Fathoni dan Cepi Riyana, Komponen-komponen Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 156


(69)

54

h) Tugas rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan- kegiatan yang lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

2) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat, tetangga, serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

D.Keefektifan Penggunaan Metode Snowball Throwing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam tercapainya suatu proses belajar mengajar yang efektif. model pembelajaran yang baik atau sesuai dengan materi yang akan disampaikan akan lebih memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang dipelajarinya di dalam kelas. Salah satu model pembelajaran yang baik untuk diterapkan dalam


(70)

55

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ialah metode pembelajaran snowball throwing. Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan interaksi antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan dan pengalaman dan upaya menyelesaikan permasalan yang timbul diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan.

Salah satu permasalahan serius yang sering terjadi dalam proses belajar adalah adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam memahami materi pembelajaran. Guru sering mengalami kesulitan dalam menangani masalah ini. Tapi, melalui penerapan model pembelajaran snowball throwing ini, siswa dapat menyampaikan pertanyaan atau permasalahannya dalam bentuk tertulis yang nantinya akan didiskusikan bersama. Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Karena keberhasilan belajar mengajar tidak terlepas dari dua segi yang paling penting yakni dilihat dari segi guru dan juga dari segi siswa. Dimana dari segi guru keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari ketepatan guru dalam memilih bahan ajar, media dan alat pengajaran serta menggunakanannya dalam kegiatan belajar dalam suasana yang menggairahkan, menyenangkan, dan menggembirakan, sehingga siswa dapat menikmati kegiatan belajar mengajar tersebut dengan memuaskan.


(1)

119

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran

PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya termasuk dalam kategori baik,

yaitu berada pada interval nilai 28 - 30 dengan nilai rata- rata 28,85. Dan

bahwa hasil belajar mata pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2

Surabaya termasuk dalam kategori cukup baik, yaitu berada pada interval

nilai 28-29 dengan nilai rata- rata 29,5.

2. Hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Wachid Hasyim 2

Surabaya dari data dapat diketahui bahwa dari 28 siswa, siswa yang tuntas

sebanyak 23 siawa. Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 5 siswa. Dari

tabel Perbandingan Hasil Pre test dan Post test (Meningkat, Tetap dan

Turun) tersebut menggambarkan bahwa hasil pre test dan post test bahwa

dari 28 siswa yang meningkat sebanyak 27 siswa dan yang turun sebanyak

1 siswa.


(2)

120

menggunakan analisis statistic uji-t sampel berpasangan (pairet – sampel

T-test). Karena > maka ditolak dan

diterima. Sehingga terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran PAI antara sebelum dan sesudah penerapan metode

pembelajaran snowball throwing.

B.Saran

Berangkat dari simpulan yang telah peneliti paparkan diatas, maka

saran-saran yang diberikan peneliti yaitu:

1. Metode pembelajaran snowball throwing baik untuk diberikan kepada

siswa pada mata pelajaran PAI dengan adanya metode tersebut siswa lebih

aktif dalam bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami dan

percaya diri ketika proses pembelajaran untuk bertanya kepada guru dan


(3)

120

hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran di dalam kelas guru juga dituntut

untuk lebih aktif, inovasi dan kreatif dalam memilih sebuah metode dan model

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

2. Adanya usaha-usaha dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran PAI di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya dengan memperbaiki

proses pengajaran, adanya kemauan untuk belajar, dan memperbanyak

masukan kepada siswa untuk lebih giat dalam belajar.

3. Penelitian ini dirasa masih jauh dari kata sempurna, maka untuk lebih

sempurnya lagi bagi para peneliti selanjutnya diharapkan untuk

memunculkan hal-hal baru seputar hasil penelitian ini dan diharapkan lebih


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Belajardan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2012).

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006).

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991).

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:

Kencana, 2013).

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Offset, 2012).

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003).

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003).

Aris Saifuddin, Pembelajaran Efektif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014).

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013,

(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014).

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2008).

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2003).

Hasan Fauzi Maufur, Sejuta Jurus Mengajar dan Mengasyikkan, (Semarang: PT

Sindua Press, 2009).

Hasyim Zaini, dkk, Strategi Pembelajaraan Aktif, (Yogyakarta: CTSD, 2002).

Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2005).

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: KENCANA PRENADA


(5)

122

M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi

Pustaka, 2012).

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007).

Muhammad Fathurrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Jogjakarta:

AR-RUZZ MEDIA, 2015).

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2011),.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001).

S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2003).

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2013).

Sugeng Listyo Prabowo, Perencanaan Pembelajaran, (Malang: UIN Maliki

Press, 2010).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

ALFABETA, 2014).

________, Statistik untuk Penelitan, (Bandung: Alfabeta, 2010).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006).

Sulaiman Abdullah, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 1995).

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1998).

Toto Fathoni dan Cepi Riyana, Komponen-komponen Pembelajaran, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2011).


(6)

123

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2012).

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A. H. Ba’adillah

Press, 2002).

Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,


Dokumen yang terkait

Penerapan metode snowball throwing dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta

2 10 164

Pengaruh model cooperative learning tipe snowball throwing terhadap hasil belajar matematika siswa

0 34 169

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai Mupaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Materi Kisah Nabi Adam As Dan Nabi Muhammad Saw Melalui Metode Snowball Throwing Di Kelas Iv Sdn Jatiwaringin Iv Bekasi

1 7 106

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03 Tohuda

0 1 11

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak

0 1 16

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak

0 2 24

PENGARUH MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA.

0 0 136