Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

PENAMPILAN KARAKTER AGRONOMIS DAN HASIL GALUR HARAPAN JAGUNG
KOMPOSIT DI LAHAN KERING PROVINSI JAMBI
Eva Salvia1, Siti Rosmanah2, Syafri Edi1
1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Jl. Samarinda paal V kota Baru Jambi
e-mail : evamuanizt@yahoo.com

2

ABSTRACT
Growth of population, development of industries and farm businesses that use corn as feedstock
increase the need of corn. One of effort to enhance corn yield is improvement of plants with plant breeding
programs. Improvement of plants including by developing pollinated varieties and hybrids. The research was
conducted on MK 2010 at Sarolangun Jambi using randomized block design (RBD) with three replication. The
material used were 7 lines of maize of composite and 2 composite varieties there are Oban tanpa (Pro-A) BC1C2F2, ZM305 (Pro-A) BC2C1F2, Sam (Pro-A) BC2C1F2, KUI Carotenoid Syn, KUI Carotenoid Syn (broad), KUI
Carotenoid Syn-3, KUI Carotenoid Syn-3 (broad), Sukmaraga dan Srikandi Kuning-1. Results indicated that Oban
tanpa (Pro-A) BC1C2-F2 and Sukmaraga varieties that had high yield more than 8 tons / ha,that are 8,64 t/ha
dan 8,91 t/ha.

Keys word : maize of composite,lines, dryland

PENDAHULUAN
Jagung merupakan tanaman pangan yang memegang peranan penting setelah padi dalam
memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku industri di Indonesia, dan jagung juga merupakan
bahan pangan pokok ketiga di dunia setelah gandum dan padi. Pertambahan penduduk,
perkembangan usaha peternakan dan industri yang menggunakan bahan baku jagung semakin
meningkatkan kebutuhan akan jagung. Satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung adalah
dengan perbaikan tanaman melalui program pemuliaan tanaman. Perbaikan tanaman tersebut
diantaranya dengan mengembangkan varietas bersari bebas serta hibrida. Varietas hibrida memiliki
keunggulan dibandingkan dengan varietas bersari bebas diantaranya varietas hibrida lebih seragam
dan mampu berproduksi lebih tinggi 15 - 20% dari varietas bersari bebas. Akan tetapi masalah utama
yang dihadapi petani adalah penyediaan benih setiap akan menanam, karena harus membeli ke
penangkar benih dan harganya mahal. Harga benih jagung hibrida Rp 40.000/kg, sedangkan, harga
jagung bersari bebas hanya Rp.6.500/kg. Oleh karena itu, maka perlu dikembangkan varietas jagung
bersari bebas untuk mengurangi ketergantungan petani akan benih hibrida.
Di Provinsi Jambi kebutuhan jagung semakin meningkat seiring dengan pesatnya
perkembangan industri pangan dan pakan. Perkembangan jagung selama lima tahun terakhir (20062010) di Provinsi Jambi, rata-rata luas panen 7,550 ha dengan produksi 32.558 ton atau produktivitas
3,59 t/ha (Tabel 1).
Tabel 1. Rata- rata luas panen, produksi dan produktivitas jagung selama lima tahun di Propinsi Jambi.

No

Tahun

Luas Panen
(Ha)

Produksi
(ton)

Produktivitas (ton/ha)

1

2006

8,637

29,289


3.39

2

2007

8,655

30,028

3.47

3

2008

9,520

34,616


3.64

4

2009

10,112

38,169

3.79

5

2010

8,280

30,691


3.71

Rata-rata

7,550

32,558

3.59

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2010

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh petani jagung di Provinsi Jambi dalam
peningkatan produksi dan produktivitas adalah belum tersedianya benih unggul bermutu. Kalau pun
tersedia, harga benih relatif mahal. Sehingga dengan berbagai keterbatasan, petani adakalanya
menanam benih yang tidak jelas asal usulnya yang berdampak pada rendahnya produksi. Selain itu

pada umumnya usahatani jagung dilakukan pada lahan kering yang berproduktivitas rendah dan
didominasi tanah ultisol. Tanah ini memiliki tingkat kemasaman yang tinggi, miskin unsur hara,
kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa rendah dan kandungan aluminium tinggi dengan

kandungan bahan organik rendah serta mudah tererosi (Kasim et al,1996 dan Subandi et al, 1988).
Guna memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, upaya peningkatan produksi jagung perlu
mendapat perhatian yang lebih besar. Hasil dari upaya ini diharapkan tidak hanya meningkatkan
hasil, tetapi dapat pula meningkatkan pendapat petani dan terwujudnya swasembada jagung.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur-galur yang adaptif dan berpotensi hasil tinggi di
lahan kering provinsi Jambi.

METODOLOGI
Pengkajian dilakukan di sentra produksi jagung di Dusun Sarolangun Kecamatan Sarolangun
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, musim kering 2010. Pengkajian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan 4 ulangan. Perlakuan menggunakan 7 galur harapan dan 2 vareitas
pembanding yaitu Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2, ZM305 (Pro-A) BC2C1F2, Sam (Pro-A) BC2C1F2,
KUI Carotenoid Syn, KUI Carotenoid Syn (broad), KUI Carotenoid Syn-3, KUI Carotenoid Syn-3
(broad), Sukmaraga dan Srikandi Kuning-1. Bahan berasal dari Balitseral Maros.
Pengolahan tanah dilakukan dua kali, kemudian dibuat petak percobaan berukuran 3 x 5 m.
Benih ditanam dengan cara tugal pada jarak tanam 75 x 20 cm sebanyak 3 biji/lubang tanam. Untuk
mencegah panyakit bulai, benih dicampur Ridomil dengan takaran 5g/kg benih. Untuk mencegah
serangan ulat tanah dan lalat bibit diberikan Furadan 3G pada lubang tanam dengan takaran 17
kg/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pemupukan pertama pada saat tanam menggunakan NPK
mutiara 250 kg/ha dan pupuk organik 1 t/ha sebagai penutup lubang tanam. Pemupukan kedua

dilakukan 25 hari setelah tanam (HST) menggunakan Urea 200 kg dan NPK Ponska 100 kg/ha.
Pemupukan dilakukan secara tugal dengan jarak 5-7 cm dari tanaman. Setelah tanaman berumur 15
hari dilakukan penjarangan menjadi 2 tanaman/rumpun dengan cara membuang tanaman yang jelek
pertumbuhannya. Penyiangan pertama dilakukan pada 25 HST bersamaan dengan pemupukan
kedua, penyiangan kedua pada umur 45 hari setelah tanam.
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, tinggi letak tongkol,
umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga betina, silkdelay dan umur tanaman panen),
komponen hasil (panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah biji per baris, jumlah baris per tongkol,
berat 1000 biji) dan hasil biji pipilan kering (produktivitas). Data-data hasil pengamatan tersebut,
dilakukan analisis ragam (anova) dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan tanaman
Karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, umur keluar jantan, umur keluar betina,
silkdelay dan umur panen bervariasi di antara galur harapan yang diuji dan varietas pembanding
(Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing galur dan varietas memberikan respon berbeda
di lahan kering Provinsi Jambi. Tanaman tertinggi diantara galur uji terdapat pada galur KUI
Carotenoid Syn, tidak berbeda nyata dengan varietas Sukmaraga dan Srikandi Kuning-1. Galur KUI
Carotenoid Syn (broad) merupakan tanaman terpendek di antara galur-galur uji dan varietas
pembanding.

Menurut Hosang et al. (2006), tinggi tanaman berkaitan erat dengan kerebahan batang,
semakin tinggi suatu individu makin besar peluang individu tanaman tersebut mengalami kerebahan.
Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas tanaman terutama bila ditanam pada lokasi yang rentan
terhadap kecepatan angin.
Letak tongkol tertinggi di antara galur uji terdapat pada galur KUI Carotenoid Syn, tidak
berbeda nyata dengan varietas Sukmaraga. Letak tongkol terendah terdapat pada galur KUI
Carotenoid Syn (broad), tidak berbeda nyata dengan galur KUI Carotenoid Syn-3 (Tabel 2). Posisi
letak tongkol dari masing-masing varietas di pertengahan batang atau sedikit lebih rendah. Hal ini
merupakan karakter ideal untuk tanaman jagung (Subandi et al. 1982).

Tabel 2. Pertumbuhan galur-galur harapan jagung.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

VARIETAS/GALUR

Galur Uji
Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2

7.

ZM305 (Pro-A) BC2C1F2
Sam (Pro-A) BC2C1F2
KUI Carotenoid Syn
KUI Carotenoid Syn (broad)
KUI Carotenoid Syn-3
KUI Carotenoid Syn-3 (broad)

8.
9.

Varietas Pembanding
Sukmaraga
Srikandi Kuning-1

TT


TLT

UKJ

UKB

SD

UP

195,93ab
206,00b
206,65b
242,75c
188,03a
206,43b

98,75ab
102,00ab

94,93ab
115,43b
79,58a
83,90a

41,00ab
40,25a
40,75a
43,25bcd
43,25bcd
42,50abcd

47,75abc
46,50a
47,25ab
50,00e
49,00cde
49,75de

6,75
6,25
6,50
6,75
5,75
7,25

84,75 a
93,50 ab
94,00ab
97,50 ab
98,00ab
100,25b

199,75ab

86,75ab

42,25abc

48,25bcd

6,00

96,25ab

248,68c
243,15c

116,33b
148,50c

44,75d
44,25cd

52,00f
50,50ef

7,25
6,25

101,50b
102,00b

Ket : TT = Tinggi Tanaman (cm), TLT = Tinggi letak tongkol (cm), UKJ = Umur keluar bunga jantan (hari), UKB = Umur keluar
bunga betina (hari), SD = Silk delay (hari), UP = Umur panen(hari)
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada masing-masing parameter, berbeda nyata berdasarkan DMRT
5%

Galur ZM305 (Pro-A) BC2C1F2 memiliki umur keluar bunga jantan tercepat, tidak berbeda
nyata dengan galur Sam (Pro-A) BC2C1F2. Galur KUI Carotenoid Syn dan KUI Carotenoid Syn (broad)
memiliki umur keluar bunga jantan tercepat di antara galur-galur uji. Demikian juga dengan umur
keluar bunga betina, terlama terdapat pada galur KUI Carotenoid Syn dan tercepat terdapat pada
galur ZM305 (Pro-A) BC2C1F2.
Silkdelay merupakan selisih antara keluar bunga jantan dan betina yang dikenal dengan
Anthesis and silking interval (ASI). Menurut Hosang et al. (2006), selisih keluarnya bunga jantan dan
betina yang lebar memiliki hubungan negatif terhadap optimalisasi persarian. Makin tinggi ASI,
jumlah total serbuk sari dan jumlah serbuk sari yang fertil semakin berkurang. Penurunan persediaan
jumlah serbuk sari fertil yang melingkupi tanaman akan mengurangi keberhasilan pembentukan biji,
sehingga memperbesar ukuran tongkol yang kosong atau tidak terisi biji (barrenness).
Hasil penelitian ini menunjukkan, silkdelay dari galur-galur uji berkisar antara 5-7 hari (Tabel
2). Menurut Islam dan Kaul (1986), sinkronisasi antara masaknya polen dan umur keluar rambut
berpengaruh terhadap hasil biji, semakin besar "silkdelay" hasil akan semakin berkurang.
Karakter umur panen menunjukkan bahwa galur Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2 berbeda
nyata dengan galur KUI Carotenoid Syn-3 dan varietas pembanding Sukmaraga dan Srikandi Kuning1. Umur panen tercepat terdapat pada galur Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2, sedangkan yang
terlambat terdapat pada varietas Srikandi Kuning-1 (Tabel 2).
Karakter pertumbuhan tanaman pada galur uji tidak menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata dengan vareitas pembading. Kecuali pada karakter umur keluar bunga jantan, umur keluar
bunga betina dan umur panen, galur Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2 menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan vareitas pembanding.

Komponen Hasil dan Hasil
Pada tabel 3, galur KUI Carotenoid Syn (broad) mempunyai panjang tongkol terendah
dibanding galur uji dan varietas pembanding, tidak berbeda nyata dengan KUI Carotenoid Syn-3 dan
KUI Carotenoid Syn-3 (broad). Vareitas Sukmaraga mempunyai panjang tongkol tertinggi diantara
galur uji dan varietas pembanding.

Tabel 3. Komponen hasil dan hasil galur-galur harapan jagung.
No.

VARIETAS/GALUR

PTk

DTk

JbB

JBT

B1000

Hasil

1.
2.
3.
4.

Galur uji
Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2
ZM305 (Pro-A) BC2C1F2
Sam (Pro-A) BC2C1F2
KUI Carotenoid Syn

17,04bcd
17,25cd
16,75bcd
17,06bcd

8,59c
7,90ab
7,91ab
8,19abc

37,50b
34,38ab
36,81ab
38,06b

14,63b
14,25ab
13,25ab
14,25ab

319,61ab
310,10a
307,42a
304,35a

8,64de
7,56bc
7,55bc
7,82cd

5.

KUI Carotenoid Syn (broad)

15,00a

7,63a

33,25a

13,00a

300,55a

6,77ab

6.
7.

KUI Carotenoid Syn-3
KUI Carotenoid Syn-3 (broad)
Varietas Pembanding
Sukmaraga
Srikandi Kuning-1

15,56ab
15,75abc

7,75ab
7,56a

33,06a
35,44ab

13,50ab
13,50ab

321,75ab
314,23a

6,97abc
6,58a

18,31d
16,69bcd

8,37bc
8,02abc

35,06ab
34,69ab

13,75ab
14,75b

341,80b
304,15a

8,91e
8,53de

8.
9.

Ket : PTk = Panjang tongkol, DTk = Diameter tongkol, JbB = Jumlah biji per baris, JBT = Jumlah baris per tongkol, B1000 =
Berat 1000 biji pada kadar air 15%,
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada masing-masing parameter, berbeda nyata berdasarkan DMRT
5%

Galur KUI Carotenoid Syn (broad) mempunyai diameter tongkol terendah dibanding dengan
galur uji dan varietas pembanding, tetapi tidak berbeda nyata dengan galur KUI Carotenoid Syn-3
(broad), ZM305 (Pro-A) BC2C1F2, KUI Carotenoid Syn-3dan Sam (Pro-A) BC2C1F2. Galur Oban
tanpa (Pro-A) BC1C2-F2 memiliki diameter tongkol tertinggi diantara galur uji dan varietas
pembandingnya (Tabel 3).
Jumlah biji perbaris yang terendah terdapat pada galur KUI Carotenoid Syn-3 diantara galur
uji dan varietas pembanding, tidak berbeda nyata dengan galur KUI Carotenoid Syn (broad). Jumlah
biji perbaris yang tertingi terdapat pada galur KUI Carotenoid Syn, tetapi tidak berbeda nyata dengan
galur Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2.
Pada tabel 3, juga menunjukkan galur KUI Carotenoid Syn (broad) memiliki jumlah baris per
tongkol yang terendah diantara galur uji dan varietas pembanding, tetapi tidak berbeda nyata dengan
galur ZM305 (Pro-A) BC2C1F2, Sam (Pro-A) BC2C1F2, KUI Carotenoid Syn, KUI Carotenoid Syn-3,
KUI Carotenoid Syn-3 (broad) dan varietas Sukmaraga. Jumlah baris per tongkol yang tertinggi
terdapat pada varietas Srikandi Kuning-1, tidak berbeda nyata dengan galur Oban tanpa (Pro-A)
BC1C2-F2.
Karakter berat 1000 biji antara masing-masing galur tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Dimana galur KUI Carotenoid Syn (broad) mempunyai berat 1000 biji relatif lebih rendah di
antara galur-galur uji dan varietas pembanding ( Tabel 3). Berat 1000 biji yang tertinggi terdapat
pada varietas sukmaraga. Hasil ini melebihi deskripsi jagung varietas sukmaraga yang telah diteliti
oleh Balitserea maros, dimana varietas Sukmaraga memiliki berat 1000 biji ± 270 gram (Baliteserea,
2010).
Hasil tertinggi diantara galur uji terdapat pada galur Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2 dan yang
terendah terdapat pada galur KUI Carotenoid Syn-3 (broad). Hasil yang paling tinggi diantara galur
uji dan varietas pembanding terdapat pada varietas Sukmaraga. Hal ini sesuai dengan deskripsi
jagung varietas sukmaraga yang telah diteliti oleh Balitserea Maros, dimana varieatas Sukmaraga
memiliki potensi ± 8.50 t/ha (Baliteserea, 2010).

KESIMPULAN
Tujuh galur uji memiliki perbedaan keragaan dan potensi produksi dibandingkan dengan dua
varietas pembanding. Galur Oban tanpa (Pro-A) BC1C2-F2 memiliki potensi hasil tinggi 8,64 t/ha.
Sedangkan untuk varietas pembanding, varietas sukmaraga memiliki potensi hasil tinggi 8,91 t/ha.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2010. Provinsi Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi
Kerjasama Sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Balitserea. Maros. Edisi keenam
Hosang E.Y., F. Kasim dan P. Bhuja. 2006. Karakteristik Agronomi Jagung Lokal NTT. Prosiding Seminar dan
Lokakarya Nasional. Makassar, 29-30 September 2005. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Hal. 196-205.
Islam, T.M.T and A.K. Kaul. 1986. Prospects of Maize in Bangladesh. FAO/UNDP Dhaka, Bangladesh. 134 ps.
Kasim, F., H. Bahar, Syafei dan Erdiman. 1996. Perbaikan Genetik Jagung dan Peningkatan Efisiensi P di Lahan
Kering Masam. Hal. 1032-1041. Dalam : M. Syam, Hermanto dan A. Musaddad ( penyunting). Kinerja
Pengkajian Tanaman Pangan. Prosiding Simposium Pengkajian Tanaman Pangan III, Jakarta/Bogor, 2325 Agustus 1993. Buku 3. Pusat Litbang Pertanian. Bogor.
Subandi, A. Sudjana dan Sujitno. 1982. Yield Mesurement in Maize Yield Tests. Contr. CRIA. Bogor 67: 11-18.
Subandi, I. Manwan, and A. Blumenischein, 1988. National Coordinated Research Program : Corn. Central
Research In-stitute for Food Crops. Bogor.p.83