HUBUNGAN KELENGKAPAN FASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA KELAS II PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 KLATEN.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Sri handayani Ayu ning tyas 035824029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008


(2)

PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT MEMBUAT HIASAN BUSANA KELAS II PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA

DI SMK NEGERI 3 KLATEN Yang disiapkan dan disusun oleh: SRI HANDAYANI AYUNINGTYAS

035824029

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Program Studi Pendidikan Teknik Busana Universitas

Negeri Yogyakarta pada tanggal 18 Juli 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua Penguji : Hj. Prapti Karomah, M. Pd.

Sekretaris Penguji : Sri Widarwati, M. Pd.

Penguji : Enny Zuhni Khayati, M. Kes.

Yogyakarta,Agustus 2008 Dekan FT. UNY

Wardan Suyanto,Ed. D NIP. 103 683 449


(3)

Prestasi Belajar Mata Diklat Menghias Busana Siswa Kelas II Bidang Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Klaten” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta,……….. Pembimbing,

Prapti Karomah, M.Pd NIP. 130 804 511


(4)

Nama : Sri Handayani Ayuningtyas Nim : 035824029

Prodi : Pendidikan Teknik Busana

Jurusan : Pendidikan Teknik Boga dan Busana

Judul : Hubungan Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Mata Diklat Membuat Hiasan Busana Siswa Kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK N 3 KLaten.

Menyatakan bahwa penelitian ini merupakan hasil pekerjaan penyusun sendiri dan sepanjang pengetahuan penyusun tidak mengandung materi yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain yang telah dipergunakan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Universitas Negeri Yogyakarta atau perguruan tinggi lain kecuali, hanya digunakan sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan yang lazim.

Yogyakarta, Agustus 2008 Yang menyatakan

Sri Handayani Ayu. N 035824029


(5)

ampuh menuju kesuksesan.

Berat memang menjinakkan badai penghalang cita, namun...hidup adalah perjuangan yang butuh keberanian tuk menghalau badai yang datang agar tercapai sukses gemilang dan Tidak ada kegagalan hanya ada keberhasilan.Tidak ada kesuksesan tanpa suatu komitmen.

Saya bertanggung jawab sepenuhnya, atas kehidupan saya sendiri.

Kupersembahkan Kepada:

- Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkanku, mendidikku dengan kasih sayangnya, memberiku dukungan dan bantuan baik moril, spirituil, dan materiil.

- Kakak-kakakku tersayang yang telah memberiku perhatian, semangat dan persaudaraan yang hangat

- Ibu Prapti Karomah, M.Pd selaku pembimbing Proyek akhir skripsi ini. - Ibu Emy Budiastuti, M.Pd selaku pembimbing akademik kami.

- Ibu Dra. Sri Wahyuni yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan laporan ini

- Teman dan sahabat-sahabatku Ulie, Noe, Diezt, Sriyanti, Erni, Ka’ Ibah, Deny, Fajar, Mz Zigit yang selalu mendukung dan memberiku semangat. Thank’s U n’ I Love U Full...!!!!!!!!!!


(6)

Oleh:

Sri Handayani Ayuningtyas 035824029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kondisi kelengkapan fasilitas pembelajaran pada Program Keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten, 2) prestasi belajar siswa kelas II pada mata diklat membuat hiasan busana Program Keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten, 3) hubungan antara fasilitas pembelajaran dengan prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten.

Penelitian ini adalah penelitianSurvey.Dengan populasi penelitian seluruh siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana sebanyak 131 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling. Sampel penelitian ditentukan menggunakan tabel Krejciedengan taraf kesalahan 5%, dan diperoleh sampel sebanyak 98 siswa. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (x) yaitu kelengkapan fasilitas pembelajaran dan satu variabel terikat (y) yaitu prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana. Metode pengambilan data menggunakan 1) metode angket untuk mengetahui kelengkapan fasilitas pembelajaran di SMK N 3 Klaten, 2) metode dokumentasi untuk mengetahui prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana. Validitas instrument diujikan menggunakan Product Moment dengan jumlah semula 46 butir dan gugur 5. Uji reliabilitas instrument dengan rumus Alpha Cronbach, diperoleh rtt sebesar 0,900 dan peluang galat 0,000 berarti andal. Sebelum analisis data dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan linieritas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan korelasi yaitukorelasi Product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kelengkapan fasilitas pembelajaran dalam kategori tinggi(sangat lengkap) dengan rerata (M) sebesar 128,46. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelengkapan fasilitas pembelajaran di SMK N 3 Klaten telah cukup memadai dilihat dari ketersediaan ruang praktik, kesesuaian peralatan praktik, jumlah dan kelayakan pakainya. 2) prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten dalam kategori sedang dengan rerata (M) 80,40. Hal ini berarti prestasi yang dicapai sebagian siswa belum maksimal dengan demikian diharapkan siswa meningkatkan prestasi belajarnya untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. 3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kelengkapan fasilitas pembelajaran dengan prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten sebesar 23%. Hal ini berarti bahwa kelengkapan fasilitas pembelajaran memberikan kontribusi sebesar 23% terhadap prestasi belajar siswa pada mata diklat membuat hiasan busana.


(7)

Puji Syukur penyusun panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Mata Diklat Membuat Hiasan Busana Siswa Kelas II Program Keahlian Tata Busana di SMK Negeri 3 Klaten.

Penyusunan skripsi ini sebagai syarat Tugas Akhir Skripsi. Atas terselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan serta kerjasama selama penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Wardan Suyanto,Ed. D, selaku Dekan FT UNY.

2. Dr. Sri Wening M.Pd, selaku Ketua Jurusan PTBB sekaligus ketua program studi Teknik Busana FT UNY.

3. Emy Budiastuti, M. Pd. selaku dosen pembimbing akademik. 4. Hj. Prapti Karomah, M.Pd, selaku dosen pembimbing. 5. Enny Zuhny Khayati, M. Kes, selaku dosen penguji 6. Sri Widarwati, M.Pd, selaku dosen sekretaris penguji

7. Hari Purnomo, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Klaten. 8. Dra. Sri Wahyuni, selaku Guru Pengampu mata diklat membuat hiasan


(8)

menyempurnakan penyusunan dimasa yang akan datang. Akhir kata penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penyusun dan pembaca.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta,Agustus 2008


(9)

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori... 10

1. Tinjauan Prestasi Belajar... 10

a. Pengertian Prestasi Belajar... 10

b. Unsur-Unsur Prestasi Belajar ... 15

c. Mata Diklat Membuat Hiasan Busana ... 21

d. Prestasi Belajar Mata Diklat Membuat Hiasan Busana ... 24

2. Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran... 26

a. Pengertian Fasilitas Pembelajaran... 26

b. Klasifikasi Fasilitas Pembelajaran ... 32


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

C. Variabel Penelitian ... 46

D. Populasi dan Sampel ... 48

E. Metode Pengumpulan Data ... 50

F. Instrumen Penelitian... 53

G. Uji Coba Instrumen ... 56

H. Uji Persyaratan Analisis ... 60

I. Metode Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil penelitian... 66

B. Pembahasan... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Implikasi... 82

C. Saran... 82 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Tabel 2. Jumlah Sampel Siswa Kelas II SMK N 3 Klaten... 50

Tabel 3. Kisi-kisi Instrument Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran... 55

Tabel 4. Interpretasi Harga r dengan Rumus Alpha Cronbach... 59

Tabel 5. Data Pengelompokkan Kecenderungan Skor Rata-rata... 63

Tabel 6. Interpretasi Koefisien Kolerasi Nilai r... 65

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran... 67

Tabel 8. Kategori Kecenderungan Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran.. 68

Tabel 9. Inventaris Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran SMK N 3 Klaten... 69

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Menghias Busana... 70

Tabel 11. Kriteria Kecenderungan Prestasi Belajar... 71

Tabel 12. Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Data Kelengkapan Fasilitas... Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar... 73 73 Tabel 14. Rangkuman Uji Linieritas... 74


(12)

terikat... 48 Gambar 2. Histogram Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran... 68 Gambar 3. Histogram Prestasi Belajar Mata Diklat Menghias Busana... 71


(13)

Lampiran II Uji Validitas dan Uji Reabilitas Instrument... 106

Lampiran III Data Induk Penelitian Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran... 112

Lampiran IV Data Diskriptif Penelitian... 118

Lampiran V Uji Persyaratan Analisis... 122

Lampiran VI Pengujian Hipotesis... 128

Lampiran VII Perhitungan Rerata Ideal dan Simpangan Baku Ideal... 133

Lampiran VIII Tabel-tabel Penelitian... 138


(14)

SMP Se-Kecamatan Bantul DIY. Tesis. IKIP Yogyakarta.

Ahmad Darmaji. (1997). Hubungan antara Prestasi Belajar dengan Variabel-variabel Pendukungnya di SD Muhammaddiyah se-Kotamadya Yogyakarta. Tesis IKIP Yogyakarta.

Aisyah Jafar. (2004).Pemeliharaan Mesin Jahit Industri. Jawa Barat:Depdiknas Anonim. (1990).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.

Ary H. Gunawan. (1983). Dasar-dasar Administrasi Sarana Pendidikan. Yogyakarta: Al-Hikmah.

Atik Atifah.(1996). Hubungan Antara Cara Mengajar Instruktur dan Fasilitas Belajar dengan Ketrampilan Menjahit Peserta Kursus Menjahit Tingkat Desa di LPK Se-Kotamadya Yogyakarta.Skripsi. PTBB UNY.

Bangun Estutomoputro.(2007). Pengaruh Pola Pelaksanaan Pembelajaran pada Sistem Blok terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Produktif Siswa Kelas II Program Keahlian Mekanik Otomotif SMK N 3 Yogyakarta. Skripsi. FT UNY

Bustami Achir. (1983). Merencanakan Fasilitas Pelajaran Praktik dan Optimalisasi Pemakaiannya.Bandung:PPGT.

Depdiknas. (2001). Instrumen Pemantauan dan Pengendalian Terpadu Sarana dan Prasarana SMK Checklist Standar Peralatan Minimal Jurusan atau Bidang Keahlian Tata Busana. Jakarta: Depdiknas Inspektorat Jendral.

---,(2003). Standar Kompetensi Bidang Keahlian Busana Custom-Made. Jakarta: Depdiknas.

---, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kejuruan 2003. Jakarta: Depdikbud.


(15)

Fasli Jalal.(2006). Eksistensi SMK di Persimpangan Jalan. http : utara. dikmentidki.go.id.

Hadari Nawawi. (1985). Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung.

Hartati Sukirman, dkk.Administrasi dan Supervisi Pendidikan. FIP UNY

Heru Budi Setiawan. (2001). Pengaruh Fakultas Bengkel dengan Lingkungan Praktik terhadap Prestasi Kerja Bangku Siswa Kelas I Jurusan Mesin di SMK N 2 Yogyakarta. Skripsi. FT UNY.

Hery Suherno. (2005). Desain Bordir pada Garis Leher Busana. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Hutabarat, EP. (1988).Cara Belajar. Jakarta: PT BIK Gunung Mulia.

Lily Masyhariati. (2004). Fungsi dan Penggunaan Alat Jahit. Jawa Barat:Depdinas.

Moekijat. (1989).Tata Laksana Kantor, Manajemen Perkantoran.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Muhibbin Syah. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. (1995). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nolker. H. (1983). Pendidikan Kejuruan, Kurikulum, Perencanaan. Alih Bahasa Agus Setiadi. Jakarta: PT Gramedia.

Oemar Hambalik. (1990). Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung:Transito.


(16)

Pardi. (1996). Konstribusi Kelengkapan Fasilitas Praktik, Kompetensi Guru Pembimbing dan Pengelolaan Administrasi Sekolah terhadap Kesiapan Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada STM Negeri se-Kotamadya Yogyakarta. Skripsi. IKIP Yogyakarta.

Piet. A. Sahertian. (2000).Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rinika Cipta.

PPGT, VEDC. (1993). Konsep Hubungan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Industri. Malang: Makalah Penataran Manajemen Tingkat Karum di PPGT/VEDC, 18 Oktober.

Rachmat Syahni. (2006). Eksistensi SMK di Persimpangan Jalan. http:utara. dikmentidki.go.id.

Roesman, R. (1988). Ketrampilan Psikomotorik.Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK.

Rusmini, Sri. (1993).Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:UPP IKIP Yogyakarta.

Saifuddin Azwar. (2001).Reabilitas dan Validitas.Pustaka Pelajar.

Sakim, dkk. (2005). Program Pelatihan Membordir Kain, Teknik Membordir dalam Praktek. SMK N 6 Yogyakarta.

Sardiman. (1994). Interaksi danMotivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persda.

Situmorang, B. (1986). Konstribusi Kelengkapan Fasilitas Praktik dalam Rangka Menunjang Pengetahuan Siswa STM Jurusan Mesin Produksi yang Sesuai dengan Kebutuhan Industri.Tesis. Program Pasca Sarjana IKIP Jakarta.


(17)

Soewito, Hadi. (1992). Sistem Penilaian Pendidikan Kejuruan. Bandung: Pusat Pengembangan Guru Teknologi, Bandung.

Sudarmi. (1999). Hubungan antara Kelengkapan Fasilitas Praktik dengan Prestasi Belajar Siswa dalam Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah pada Program Studi Kria Tekstil SMK N 5 Yogyakarta. Skripsi .FBS IKIP Yogyakarta.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Sistem Pendekatan Praktek edisi V. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan

Suharsimi Arikunto. (1990). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Jurusan Administrasi Pendidikan.

Suharsimi Arikunto. (1988).Pengelolaan Materiil. Jakarta: Prima Karya.

Sukirin. (1984). Tingkat Kesiapan Kerja sebagai Titik Permulaan Perkembangan Baru.Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Sumadi Suryabrata. (1998).Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT Grafindo Persada.

Suradi, TBW. (1986).Belajar dan Perbuatan Belajar ( Proses Belajar Mengajar). Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Sri Maharti Sudjasman (1978). Menghias Kain. Guru SKKP/SMKK KARYA RINI YHI YOGYAKARTA.


(18)

Wasia Roesbani Pulukadang (1985). Ketrampilan Menghias Kain. Bandung:Angkasa.

Winarno Surachmad. (1982). Cara Belajar Teknik di Universitas. Bandung: Transito.

...(1986). Pengantar Interaksi Belajar Mengdasare Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Transito.


(19)

(20)

Alamat: Kampus FT-UNY Karangmalang, Yogyakarta


(21)

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat semakin ketatnya persaingan antar negara dalam usaha memajukan bangsanya. Untuk menunjang keberhasilan pembangunan banyak faktor yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah sumber daya manusia sebagai aset bangsa, dimana upaya mengoptimalkan kualitas SDM ini tidak lepas dari kualitas sektor pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting baik dalam kehidupan, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab tanpa pendidikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ketrampilan, adat-kebiasaan tidak dapat berhasil baik. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi maju mundurnya pendidikan dinegara tersebut. Karena itu, Indonesia bertekad mengembangkan budaya belajar, meratakan kesempatan warga memperoleh pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa dimasa sekarang dan yang akan datang. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan pembangunan nasional dalam UUD 1945 yaitu: 1. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. Agar mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta mempunyai akhlak mulia


(23)

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-Undang, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab”.

GBHN mengamanatkan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta memperluas kesempatan belajar pada jenjang pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan antara lain dengan adanya berbagai macam lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menciptakan SDM yang berpotensi tinggi.

SMK adalah salah satu lembaga pendidikan menengah yang dirancang untuk menyiapkan dan mengembangkan kemampuan siswanya dalam bidang keahlian tertentu sebagai bekal memasuki dunia usaha. Pernyataan tersebut berkaitan dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 11 Ayat 3 dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 3 Ayat 2 disebutkan bahwa:

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional.

Upaya penyiapan siswa yang professional SMK bukan saja dituntut meningkatkan kuantitas saja, melainkan juga kualitasnya. Mengingat semakin


(24)

terbukanya peluang kerja sama antar negara, karena saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Sehingga siswa SMK dituntut untuk meningkatkan prestasi belajarnya sebagai bekal untuk menghadapi persaingan yang akan terus berkembang semakin ketat.

Kenyataannya, hasil (prestasi belajar) yang dicapai masih jauh dari harapan, bahkan akhir-akhir ini dunia pendidikan kita makin merosot. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa maupun lulusan yang kalah bersaing dengan Negara lain, kurang terampil dan kurang mampu menyesuaikan diri mengikuti perkembangan teknologi. Berdasarkan hal tersebut untuk mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas diperlukan usaha untuk meningkatkan proses pembelajarannya antara lain dengan cara meningkatkan kemampuan professional mengajar guru, dan mempersiapkan sarana prasarana yang memadai untuk membekali siswa dengan pengalaman praktek sehingga siswa mudah beradaptasi dengan perubahan teknologi (Depdiknas, 2001:7).

Berdasarkan uraian tersebut tidak dapat disangkal bahwa prestasi belajar sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana prasarana, alat bahan, manajemen sekolah, lingkungan kerja dan kerja sama industri (Directorat Pendidikan Menengah Kejuruan). Disisi lain, berdasarkan pendekatan sistem baik tidaknya prestasi belajar siswa ditentukan oleh masukan, proses belajar mengajar, manajemen, layanan pendidikan dan sarana prasarana (Suryabrata, 1985:6).

Dari faktor-faktor tersebut sarana prasarana atau fasilitas pendidikan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fasilitas adalah semua sarana yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang


(25)

bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Dalam menentukan jenis-jenis fasilitas pendidikan perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam kurikulum (Suharsimi Arikunto, 1988:263). Fasilitas yang baik adalah fasilitas yang sesuai dengan pembelajaran dan memenuhi standart kualitas alat dan bahan yang ada di SMK karena fasilitas pendidikan berfungsi sebagai penghubung antara teori dan praktek. Menurut Achmad Suwarna (1994:140) sebagai program pilihan, mata diklat kejuruan mempunyai tujuan yang mengacu pada:

1. Pembentukkan kemampuan untuk berkembang dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesenian yang berkaitan dengan program studi yang bersangkutan.

2. Pembentukan kemampuan produktif yang secara praktis dapat diterapkan pada lapangan kerja yang sesuai.

Berkaitan dengan hal tersebut, mata diklat kejuruan pada jurusan tata busana SMK N 3 Klaten dikelompokkan menjadi Program normatif, adaptif dan produktif. Adapun mata diklat Normatif meliputi: Pendidikan agama, PPKN, Bahasa Indonesia, Penjaskes. Mata diklat adaptif meliputi: Bahasa Inggris, Matematika, IPA, Kewirausahaan, Seni budaya, Muatan lokal, KKPI. Sedangkan untuk mata diklat produktif meliputi: dasar Kejuruan dan kompetensi kejuruan, yaitu mendisain busana, konstruksi pola busana, menjahit busana II dan membuat hiasan busana dan lenan rumah tangga.

Penelitian ini mengkhususkan pada program produktif yaitu mata diklat membuat hiasan busana. Mata diklat membuat hiasan busana merupakan mata diklat yang sebagian besar sub kompetensinya adalah praktek . Mata diklat ini


(26)

berisi kemampuan konseptual, apresiatif dan kreatif produktif dalam menghasilkan suatu benda jadi. Sehingga ketersediaan fasilitas pembelajaran merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembelajarannya.

Berhasilnya pelajaran praktek di sekolah sangat mendukung pula kelancaran KBM, Apabila siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar praktek tanpa didukung oleh adanya fasilitas pembelajaran yang lengkap, maka dapat menghilangkan gairah belajar siswa. Sebaliknya jika siswa melaksanakan proses belajar dengan didukung fasilitas pembelajaran yang lengkap, dapat memberikan gairah belajar pada siswa, sehingga dapat menghasilkan siswa yang berpengetahuan lebih dengan kata lain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Situmorang, 1926:57-59).

Berdasarkan hasil survey jumlah fasilitas yang tersedia di SMK N 3 Klaten tidak sesuai dengan jumlah siswanya. Fasilitas praktek yang terbatas baik dari segi jumlah maupun kelayakan mengakibatkan tidak semua siswa memahami cara pengoperasian dan penggunaan alat-alat praktek terutama mesin-mesin industri. Hal ini, kemungkinan dapat mengakibatkan proses pembelajaran praktek kurang efektif dan banyak mengalami hambatan, sehingga menyebabkan penurunan prestasi belajar siswa dikarenakan kesempatan mempraktekkan teori yang diperoleh disekolah sangat terbatas.

Selain itu, terdapat kecenderungan SMK N 3 Klaten mengalami keterlambatan informasi tentang perkembangan teknologi. sehingga siswa terlambat untuk dapat memanfaatkan alat-alat dengan teknologi baru dalam kegiatan pembelajaran. Dampaknya, siswa kurang terlatih untuk mempersiapkan ketrampilan sebagai bekal setelah lulus.

Uraian tersebut dapat dimengerti bahwa keberhasilan siswa pada mata diklat membuat hiasan busana dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa, dimana untuk mencapai prestasi yang tinggi dipengaruhi oleh banyak


(27)

faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kelengkapan fasilitas pembelajaran. Maka dari itu berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui lebih jauh hubungan antara kelengkapan fasilitas pembelajaran dengan prestasi belajar siswa kelas II pada mata diklat membuat hiasan busana SMK N 3 Klaten.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat banyak permasalahan yang dihadapi SMK dalam meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan menengah kejuruan harus diselenggarakan secara terpadu dan perlu adanya pengembangan komponen-komponen yang mempengaruhi pelaksanaan proses pendidikan.

Salah satu kompenen tersebut adalah fasilitas belajar yang merupakan suatu alat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Untuk itu dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain:

1. Belum tersedianya semua fasilitas pembelajaran mata diklat membuat hiasan busana di Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Klaten. 2. Banyaknya siswa SMK yang kurang berprestasi dalam mata diklat

membuat hiasan busana.

3. Siswa belum menguasai pengoperasian alat-alat baru dalam membuat hiasan busana dikarenakan fasilitas pembelajaran tidak tersedia atau tersedia namun jumlahnya terbatas.


(28)

4. Kurangnya kerjasama SMK dengan pihak industri mengenai informasi dan penggadaan alat-alat baru untuk membuat hiasan busana.

5. Semakin meningkatnya permintaan tenaga ahli dari SMK oleh pihak industri.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dapat diketahui bahwa banyak yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam suatu sistem pendidikan oleh sebab itu untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai ruang lingkup penelitian perlu ada suatu batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

Adapun permasalahan dalam penelitian ini dibatasi menyangkut hubungan antara kelengkapan fasilitas pembelajaran di sekolah dengan prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Klaten tahun ajaran 2007/2008.

Kelengkapan fasilitas pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini dibatasi pada seluruh fasilitas – fasilitas belajar mata diklat membuat hiasan busana yang tersedia di sekolah sesuai dengan standart alat dan bahan yang ada di SMK yang meliputi ruang, peralatan tangan, peralatan mesin, fasilitas pendukung, bahan praktek, dan bahan ajar yang diprediksi kuat ikut menentukan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar.


(29)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kelengkapan fasilitas pembelajaran membuat hiasan busana di Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Klaten?

2. Bagaimana prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Klaten dengan kelengkapan fasilitas yang ada?

3. Adakah hubungan antara kelengkapan fasilitas pembelajaran dengan prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Klaten?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah penelitian yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui kelengkapan fasilitas pembelajaran membuat hiasan busana pada Program Keahlian Tata Busana di SMK Negeri 3 Klaten.

2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas II pada mata diklat membuat hiasan busana Program Keahlian Tata Busana SMK negeri 3 Klaten. 3. Mengetahui hubungan antara kelengkapan fasilitas pembelajaran di

Program Keahlian Tata Busana dengan prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 3 Klaten.


(30)

F. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis

Memberikan informasi tentang hubungan kelengkapan fasilitas pembelajaran dengan prestasi belajar mata diklat membuat hiasan busana siswa kelas II bidang keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten. b. Secara Praktis

1. Bagi Pemerintah

Memberikan masukan untuk meningkatkan kontrol dalam pengadaan dan penyediaan subsidi fasilitas belajar mengajar.

2. Bagi Sekolah

Memberikan masukan dan sebagai kontrol dalam pengadaan Fasilitas pembelajaran di sekolah.

3. Bagi Program Studi Pendidikan Teknik Busana

Memberikan gambaran tentang kelengkapan fasilitas pendidikan dan prestasi belajar khususnya pada mata diklat membuat hiasan busana. 4. Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan mengenai hubungan kelengkapan fasilitas pembelajaran dengan prestasi mata diklat membuat hiasan busana di SMK N 3 Klaten.

5. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi masyarakat khususnya yang akan memilih lembaga pendidikan yang berkembang, dan penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian yang relevan.


(31)

(32)

Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1979), bahwa:”kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda yaitu lulusan menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards.”

Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja. Sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan siswa yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.

Kenyataannya kendala yang banyak dihadapi SMK adalah keterbatasan jumlah fasilitas praktik. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terlatih untuk mempersiapkan ketrampilan sebagai bekal setelah lulus. Fasilitas praktik yang terbatas baik dari segi jumlah maupun kelayakan mengakibatkan tidak semua siswa dapat memahami cara pengoperasian dan penggunaan alat-alat praktik terutama mesin-mesin industri.

Selain keterbatasan fasilitas pendidikan sebagai kendala utama, terdapat juga kecenderungan bahwa SMK sebagai pemasok tenaga kerja mengalami keterlambatan informasi tentang perkembangan teknologi. Karena itu juga cenderung terlambat untuk dapat mengerjakan teknologi baru dalam kegiatan pembelajaran.


(33)

Kualitas pendidikan dapat ditunjukkan pada kualitas proses dan kualitas produk.

Suatu pendidikan disebut bermutu dari segi proses ( yang juga sangat dipengaruhi oleh kualitas masukkannya) jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya (manusia, dana, sarana prasarana, yang wajar) proses pendidikan akan menghasilkan produk yang berkualitas pula (Darmaningtyas, 1999:58).


(34)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:787) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan). Tingkat kemampuan siswa adalah proses belajarnya dapat diketahui dari prestasi belajarnya.

Menurut muhibbin Syah (2003:216) prestasi belajar adalah suatu tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang. Sedangkan WS Winkel (1984:162) mengemukakan bahwa prestasi sebagai hasil usaha yang dapat dicapai seseorang dalam suatu kegiatan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan seseorang yang dicapai dalam melaksanakan suatu kegiatan melalui proses belajar mengajar. Prestasi belajar dalam proses belajar dapat dikelompokkan kedalam prestasi belajar siswa pada seluruh bidang studi dan pada mata pelajaran tertentu. Menurut Sukirin seperti yang dikutip oleh Nuril Herlina Faizati (1996:27) belajar dibedakan menjadi empat golongan yaitu: 1. Belajar pengetahuan yang memiliki dan menguasai ilimu


(35)

2. Belajar kecakapan adalah belajar yang berusaha untuk memiliki suatu kemampuan, dimana belajar kecakapan ini selain mengetahui juga dapat melaksanakan sesuatu dengan baik.

3. Belajar ketrampilan adalah belajar untuk memperoleh kecakapan berbuat sesuatu dengan tangkas, cepat, dan baik.

4. Belajar sikap adalah belajar untuk memiliki sikap-sikap yang baik. Berdasarkan penggolongan diatas, maka belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar praktek. Belajar praktek merupakan kegiatan belajar yang mencakup belajar pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menjadi dasar untuk belajar ketrampilan. Sedangkan belajar ketrampilan adalah yang berhubungan dengan cara mengorganisir aksi-aksi atau gerakan anggota badan seperti tangan, kaki, mata dan anggota badan lainnya secara baik.

Prestasi belajar praktek berupa kemampuan khusus yang telah diperoleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar praktek. Prestasi belajar ini berupa nilai yang diperoleh siswa dari hasil menempuh test atau ujian yang dituangkan dalam buku raport siswa tiap semester. Hasil dari belajar ini merupakan informasi bagi siswa maupun bagi guru tentang kemajuan yang telah dicapai selama mengikuti kegiatan belajar disekolah.

Menurut Suratinah Tirtonegoro (1984) prestasi belajar adalah penilaian dari hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Raymond Judith (2004:132) Prestasi


(36)

merupakan kualitas dalam kemajuan belajar yang didokumentasikan dengan nilai.

Prestasi belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, perubahan itu pada dasarnya adalah diperolehnya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan perubahan itu terjadi karena adanya suatu usaha (Setyo Utomo, 1987:2).

Menurut Hasan Shadely (1990:434) prestasi belajar menyangkut tingkah laku yang berbunyi: perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang secara relatif tetap dianggap sebagai hasil dari pengalaman.

Sementara itu dalam kamus psikologi achievement prestasi secara pendidikan akademis merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru lewat tes-tes yang dilakukan atau lewat kombinasi kedua hal tersebut (Chaplin 2002:5).

Senada dengan hal tersebut menurut Hadari Nawawi (1981:18) prestasi belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Zahri Jas (1987:34) Prestasi belajar dapat dinyatakan sebagaimana yang tercantum dalam raport atau ijazah.


(37)

Dipihak lain Yapsir Gandi Gunawan (1976:26) juga menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha seperti yang dinyatakan dalam raport. Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam bentuk angka (0)–(10).

Menurut Bimo Walgito (1977:127-228) prestasi belajar akan berhubungan dengan lingkungan yang berhubungan dengan tempat, alat-alat belajar, suasana, waktu dan pergaulan.

Prestasi yang diperoleh siswa di Sekolah identik dengan hasil dari proses belajar yang dia alami. Belajar dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:787) didefinisikan sebagai penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Tingkat keberhasilan dan kecakapan siswa didalam belajar dapat diketahui melalui hasil-hasil siswa dalam menempuh tes atau ujian. Nilai yang diperoleh dari tes itu disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil perubahan kemampuan yang meliputi kamampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Sukardi, 1991:8).

Menurut Slameto (1995:2) Prestasi merupakan kemampuan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes-tes tertentu, sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pengertian diatas maka prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar berupa penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan guru


(38)

atau pendidik setiap akhir semester pada setiap peserta didik. Hal ini seperti yang disampaikan Gredler (1994) bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar meliputi: informasi verbal, ketrampilan intelek, ketrampilan motorik, siasat kognitif.

Berkaitan dengan prestasi belajar, Depdikbud (1990:700) mendefinisikannya secara lebih khusus pada proses belajar di Sekolah yaitu bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh program yang lazim ditunjukkan dengan tes atau nilai angka. Prestasi pada siswa sangat penting untuk diketahui untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar yang dilakukan siswa. Semakin tinggi prestasi yang dicapai siswa berarti semakin berhasil proses pembelajarannya. Prestasi siswa pada mata diklat membuat hiasan busana dapat diartikan sebagai hasil dari mempelajari materi pelajaran membuat hiasan busana dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka setelah melakukan penilaian dan pengukuran pada pelajaran membuat hiasan busana.


(39)

b. UnsurUnsur Prestasi Belajar

Kemampuan yang dimiliki siswa meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif berkaitan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui pengetahuan dan ketrampilan intelektual dalam hal ini menggunakan kerja otak. Sedangkan aspek afektif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui sikap, minat, perhatian, maupun nilai-nilai. Untuk pencapaian nilai afektif ini melibatkan perasaan.

Kemampuan psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui kemampuan manipulasi otot-otot dan kekuatan fisik. Menurut Bloom dan Winkel (1996:245) hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku meliputi tiga ranah yakni: a. Ranah kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, evaluasi.

b. Ranah afektif meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup. c. Ranah psikomotorik meliputi: kesiapan, gerakan terbimbing,

gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.

Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (1978:49) adalah gambaran suatu kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu: ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik, dan sikap.

Prestasi belajar siswa dapat dilihat secara berkala setiap semester yang dituangkan didalam nilai-nilai raport. Menurut Sukardi (1991:9)


(40)

nilai raport dapat menunjukkan tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran. Hasil belajar yang menunjukkan tingkat kemampuan seseorang yang belajar tersebut dapat diketahui pada prestasi belajarnya yang berupa nilai dari hasil evaluasi belajar (P dan K, 1983:10).

Keberhasilan siswa atau prestasi belajar siswa banyak faktor-faktor pendukungnya, Menurut Utomo (1987:56) faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1. Bakat : dengan adanya bakat khusus (pembawaan) seseorang pada suatu bidang yang dipelajari menyebabkan prestasi yang tinggi dan sebaliknya.

2. Mutu pelajaran : yaitu adanya kesesuaian antara jenis pelajaran yang diberikan dengan kebutuhan.

3. Kemampuan pemahaman : yaitu kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan.

4. Ketekunan dengan adanya ketekunan seseorang maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

5. Waktu : dengan tersedianya waktu yang cukup maka, seseorang akan memiliki kesempatan untuk berprestasi.

Faktor-faktor pendukung prestasi belajar digolongkan menjadi dua jenis (Slameto, (1995:54) yaitu:

a. Faktor Intern Meliputi:

1.Faktor jasmaniah yang didukung faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2.Faktor psikologi yang didukung kurang lebih ada tujuh macam faktor yang tergolong kedalam faktor psikologi yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

b. Faktor Ekstern Meliputi:

1.Faktor Keluarga, mencakup: cara mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2.Faktor Sekolah, mencakup: metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.


(41)

3.Faktor Masyarakat, mencakup: keberadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, (1993:13) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi:

1. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

a. Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk factor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh, perkembangan yang tidak sempurna, atau berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

b. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi factor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta factor kecakapan nyata, yaitu prestasi yantg dimiliki.

2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik.

2. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) a. Faktor sosial yang terdiri atas:

1) Lingkungan keluarga. 2) Lingkungan sekolah. 3) Lingkungan masyarakat. 4) Lingkungan kelompok.

b. Faktor budaya, seperti adapt istiadat, ilmu pengetahuan, dan teknologi, kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, dan fasilitas belajar.

d. Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Bimo Walgito (1986 :124-129) didalam belajar agar dapat mencapai hasil yang baik sebaiknya harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor anak atau individu yang belajar: a) Fisik

b) Psikhis, antara lain: minat, konsentrasi, natural curiosity,balance personality (pribadi yang seimbang),self dicipline,self confidence,intelegency,dan ingatan.


(42)

c) Faktor lingkungan, antara lain: tempat, alat-alat untuk belajar, suasana, waktu, pergaulan.

2. Faktor bahan yang dipelajari:

a) Belajar secara keseluruhan lebih baik daripada belajar sebagian-sebagian.

b) Sebagian waktu belajar disediakan untuk mengadakan ulangan (repetition).

c) Apa yang dipelajari diadakan ulangan sesering mungkin. d) Dalam mengulangi pelajaran hendaknya “special repetition”.

Sejalan dengan pendapat diatas Soemadi Suryabrata (1981:192) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi:

1. Bahan yang diajarkan termasuk metode mengajar dan pengajarannya.

2. Faktor lingkungan, yaitu; lingkungan fisik atau alamiah, dan factor lingkungan ekonomi.

3. Faktor Instrumental, yaitu:

a) Hardware, antara lain:gedung, perlengkapan belajar, perlengkapan praktikum.

b) Software, antara lain: Kurikulum, program pendidikan, pedoman belajar.

4. Faktor individual atau pelajar dalam individu yang berperan adalah:

a) Keadaan psikhologis, yaitu: kecerdasan, bakat, minat, motivasi. b) Keadaan fisiologis dan badaniyah.

c) Kebiasaan belajar.

Selain itu menurut Sri Rusmini (1992:60) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

1. Faktor yang berasal dari diri individu, meliputi:

a. psikis antara lain: kepribadian, motivasi, kognitif, afektif, psikomotorik.

b. Fisik antara lain: kondisi indera, anggota badan, tubuh, kelenjar syaraf, organ-organ dalam tubuh.

2. Faktor dari luar individu meliputi: lingkungan alam, sosial ekonomi, guru, metode, kurikulum, program, materi pelajaran.

Senada dengan hal tersebut menurut Dimyati Mahmod (1989:86) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:


(43)

2. Faktor Eksternal meliputi:lingkungan Sekolah, gedung, sarana prasarana, suasana kelas, displin, penghasilan guru.

Selain itu Dimyati Mahmod (1989:82) juga menjelaskan bahwa orang yang berprestasi lebih besar peluangnya untuk memperoleh pekerjaan. Prestasi Sekolah yang baik pada umumnya melancarkan jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik pula.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komponen dari prestasi belajar adalah siswa mempunyai kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik dan ketiga kemampuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam individu maupun faktor dari luar individu. Dalam prestasi belajar membuat hiasan busana, faktor-faktor diatas juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi siswa, sehingga prestasi siswa dapat diukur, yang berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, serta nilai-nilai yang dicapai siswa dari proses belajar.

Menurut Zainal Arifin (1990:3) ditinjau dari segi fungsinya prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3. prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. 4. prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan. Indikasi intern adalah prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikasi ekstern adalah menunjukkan bahwa prestasi belajar dijadikan indikator kesuksesan anak didik di masyarakat.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.


(44)

Uraian diatas menunjukkan bahwa prestasi yang diperoleh merupakan cerminan kemampuan memahami konsep yang diterima dari pelajaran dan kemudian mengungkapnya kembali. Siswa yang mempunyai prestasi tinggi akan menunjukkan daya serap informasi yang diterima lebih besar dibandingkan siswa yang berprestasi rendah. Dengan demikian keberhasilan lulusan ada hubungannya dengan peningkatan prestasi belajar siswa diwaktu sekolah. Prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, dimana prestasi belajar dapat diartikan sebagai prestasi umum dan dapat pula sebagai prestasi mata pelajaran tertentu (Sunaryo, 1983:10-13).

Dimyati Mahmod (1989:251) menjelaskan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan dengan pengukuran dan penilaian. Pengukuran yaitu penilaian yang sifatnya kuantitatif melukiskan suatu peristiwa atau karakteristik dengan angka. Sedangkan menurut Muhibbin Syah, (2003:195) untuk mengetahui prestasi belajar siswa, biasanya diadakan suatu evaluasi terhadap hasil belajar. Hal ini dikarenakan evaluasi merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

Pengukuran hasil belajar memungkinkan guru untuk membandingkan prestasi belajar siswa pada mata diklat tertentu atau membandingkan dengan siswa yang lain. Penilaian tidak hanya


(45)

terbatas pada status akademiknya saja, tetapi penilaian dilaksanakan sebagai penetapan keberhasilan siswa terhadap komponen keahlian kejuruan, didasarkan atas standar minimal tingkat penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan dan bersifat individual. Kemampuan yang dipersyaratkan itu meliputi: penguasaan teori, kemampuan praktek, sikap kerja, personal dan sosial (Depdikbud, 1993:31). Penilaian merupakan bagian yang penting dalam suatu proses belajar mengajar. Bagi siswa penilaian prestasi belajar dapat berfungsi untuk meningkatkan motivasi belajar, dengan demikian pada akhirnya juga dapat meningkatkan prestasi belajar.

c. Mata Diklat Membuat Hiasan Busana

Mata Diklat Membuat Hiasan Busana merupakan mata diklat produktif bidang Keahlian Tata Busana yang mempunyai kompetensi agar siswa dapat terampil membuat berbagai macam tusuk-tusuk dasar hiasan busana, terampil mengembangkan tusuk-tusuk dasar hiasan, dan terampil menghias busana dan lenan RT.

Mata diklat ini mempunyai jam pelajaran selama 120 jam pelajaran dimana dalam satu kali tatap muka terdiri dari 3 x 45menit. Mata diklat menghias busana merupakan salah satu program mata diklat produktif yang harus ditempuh peserta didik pada SMK program keahlian Tata Busana. Mata diklat ini terdiri dari 6 sub kompetensi yaitu Menyiapkan tempat kerja dan alat, Membuat desain hiasan, Memindahkan desain hiasan pada kain atau busana, Membuat hiasan


(46)

pada kain atau busana, Mengemas kain atau busana yang sudah dihias, Menyimpan.

Tujuan mata diklat ini adalah agar peserta didik terampil menghias busana sesuai dengan desain (GBPP Kurikulum SMK KTSP). Mata diklat ini melatih siswa untuk mengapresiasikan, mengembangkan dan menerapkan macam-macam tusuk hias sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam membuat hiasan busana. Sifat mata pelajaran menghias busana adalah dalam penyampaian materi bersifat teori dan praktek berdasarkan silabus yang dirancang oleh guru.

1). Belajar Teori

Belajar teori adalah kegiatan memahami suatu materi secara mendalam biasanya, dilakukan didalam kelas. Namun, juga dapat dilakukan diluar ruangan yang berkaitan dengan mata diklat yang akan diberikan. Adapun belajar teori yang baik dapat dilakukan dengan:

a) Mempersiapkan diri sebelum mulai pelajaran, seperti menyiapkan buku-buku pelajaran.

b) Konsentrasi pada pelajaran, mendengarkan guru ketika menjelaskan.

c) Membaca dan mengulangi kembali semua materi yang telah dipelajari di sekolah.


(47)

2). Belajar Praktek

Belajar praktik mencakup pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang menjadi dasar untuk belajar ketrampilan. Sedangkan, ketrampilan menyangkut cara mengorganisir gerakan anggota badan seperti: tangan, kaki, mata, dan anggota badan lainnya secara baik. Praktek merupakan penerapkan teori yang direalitaskan dalam bentuk kenyataan. Dalam belajar praktek diharapkan mampu menekankan pengetahuan, ketrampilan dalam menggunakan fasilitas pembelajaran. Kemampuan praktek ada 3 tahap yaitu:

a).Peserta mendapat petunjuk dari guru awal memulai pelajaran. b).Mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk pada lembar kerja. c).Bimbingan diberikan guru bila siswa mengalami kesulitan pada

saat mengerjakan tugas.

Ketrampilan belajar praktek merupakan kegiatan yang diamati dan dilihat prosesnya. Ketrampilan kerja tersebut menyangkut ketrampilan dalam menganalisis pekerjaan serta kecakapan bertindak dalam menghadapi masalah. Untuk bisa mencapai tingkat kecakapan tertentu diperlukan latihan berulang kali dan dengan didukung oleh fasilitas pembelajaran yang lengkap dan relevan. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi seseorang menguasai ketrampilan praktek.


(48)

Dari Uraian diatas dapat dimengerti bahwa mata diklat membuat hiasan busana adalah mata diklat yang sebagian besar sub kompetensinya adalah praktek sehingga, kelengkapan fasilitas pembelajaran sangat berpengaruh dan mempunyai peranan yang besar terhadap kelancaran proses belajar mengajarnya.

d. Prestasi Belajar Mata Diklat Membuat Hiasan Busana

Di Sekolah Menengah Kejuruan prestasi belajar siswa diukur dengan mengacu kepada teori belajar Bloom yang meliputi tiga ranah yang dikutip tim spikologi pendidikan (1993:47) merinci kawasan kognitif kedalam enam peringkat yang sederhana sampai dengan yang komplek yaitu:1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Aplikasi, 4) Menganalisis, 5) Mensintesis, 6) Mengevaluasi.

Kawasan afektif dibagi kedalam lima peringkat yaitu: 1) Penerimaan, 2) Tanggapan, 3) Penerimaan terhadap nilai, 4) Organisasi, 5) Pelukisan watak dengan nilai atau pemeranan. Sedangkan untuk kawasan psikomotorik dibagi dalam lima peringkat yaitu: 1) Imitasi, 2) Manipulasi, 3) Presisi, 4) Artikulasi, 5) Naturalisasi.

Siswa SMK selain mempunyai kemampuan kognitif juga dituntut mempunyai psikomotorik yang cukup, siswa yang mempunyai kognitif tanpa dukungan kemampuan psikomotorik dapat menyebabkan hambatan dalam melakukan pekerjaan dilapangan setelah siswa menamatkan studinya.


(49)

Prestasi belajar siswa SMK menggambarkan penguasaan terhadap mata diklat yang diajarkan meliputi program normativ, adaptif dan produktif. Program normative menyangkut pembentukkan watak atau kepribadian sebagai warga Negara bangsa Indonesia. Program adaptif menyangkut tentang pembekalan kemampuan untuk mengembangkan diri secara berkelanjutan. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah program produktif yaitu mata diklat membuat hiasan busana..

Dalam kurikulum SMK edisi 2004, Program produktif diartikan sebagai kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar mempunyai kompetensi standar atau kemampuan produktif pada suatu pekerjaan/keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan atau permintaan pasar kerja.

Mata diklat program produktif merupakan rangkaian materi kejuruan yang berisi program pembelajaran produktif yaitu, pembelajaran yang sangat kontekstual dengan dunia kerja (advance training) Dengan kata lain program produktif adalah proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang maupun jasa sesuai dengan tuntutan pasar (konsumen) (Depdikbud:1999).

Pardjono (1994:11) SMK merupakan replica dari keadaan didunia kerja. Oleh karena itu Sekolah-Sekolah harus memberikan pengetahuan dan ketrampilan kejuruan yang sesuai dengan yang ada didunia kerja. Selain itu lingkungan , situasi belajar, fasilitas belajar di


(50)

Sekolah harus identik dengan yang ada didunia kerja/industri agar siswa lebih siap menghadapi pekerjaan.

Dengan unsur-unsur kesamaan yang ada di Sekolah dan dunia kerja siswa akan mendapat respon positif terhadap apa yang telah dipelajari di Sekolah dan apa yang ada didunia kerja. Sehingga akan memudahkantransfer of learningyang positif.

Prestasi belajar disini dapat pula diartikan sebagai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata diklat, lazimnya ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:787).

Dari pengertian yang ada maka, prestasi mata diklat menghias busana dapat diartikan sebagai penguasaan kompetensi standart pada mata diklat membuat hiasan busana meliputi tusuk dasar, sulaman pita, sulaman payet dan membordir ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru yang kemudian di rata-rata dan dituangkan dalam bentuk nilai raport.

2. Tinjauan Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran a. Pengertian Fasilitas

Di dalam suatu proses belajar mengajar diperlukan alat-alat, bahan perlengkapan, sumber pelajaran yang dapat mendukung jalannya pengajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami apa yang diajarkan. Segala perangkat tersebut dinamakan fasilitas pembelajaran. Faktor alat-alat ialah segala sesuatu yang secara


(51)

langsung membantu terlaksananya tujuan pendidikan (Sutari Imam Barnadib, 1976:95).

Menurut Poerwodarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat membantu memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya (1976:79). Fasilitas belajar ini digolongkan menjadi 2 yaitu fisik dan non fisik. Fasilitas fisik (benda konkrit) berupa sarana dan prasarana pembelajaran.

Prasarana belajar adalah suatu tempat atau ruangan bangunan untuk melaksanakan program belajar mengajar. Dalam hal ini termasuk ruang praktek, bengkel, laboratorium, perpustakaan. Sedangkan sarana belajar adalah peralatan dan perlengkapan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan yang diselenggarakan, misalnya buku pelajaran/buku pegangan (Hartati Sukirman, halaman 60).

Prasarana pembelajaran merupakan ruang kelas, bangunan atau tempat lain yang digunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar (Ditjen Dikluspora, 1985:10). Suatu bangunan atau tempat belajar harus memperhatikan beberapa hal yaitu kesesuaian luas, ventilasi, penerangan, kebersihan, keamanan, ketenangan, kesehatan, dan hal – hal lain yang diperlukan bagi tiap jenis pendidikan tertentu (Ditjen Dikluspora, 1985:10).

Selain persyaratan ruangan ada juga sarana belajar yaitu peralatan dan perlengkapan belajar mengajar sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan yang diselenggarakan termasuk didalamnya buku –

buku pegangan (Helmut Nolker, 1983:191).

Fasilitas belajar dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik (segala sesuatu yang bersifat benda) dan fasilitas non fisik yaitu sesuatu yang mempermudah atau memperlancar usaha /kegiatan misalnya suasana lingkungan, uang dan lain-lain. Sukirin (1981), menjelaskan bahwa


(52)

sarana dan prasarana baik fisik maupun non fisik memainkan peranan penting dalam merangsang untuk belajar.

Belajar tanpa adanya alat-alat pembelajaran yang memadai, niscaya proses belajar tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan demikian semakin lengkap alat-alat pembelajarannya, semakin dapat seseorang belajar dengan sebaik-baiknya (Walgito : 1982).

Senada dengan hal tersebut Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa ada tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting dalam kebiasaan belajar (1986:109).

Menurut The Liang Gie (1983:43) syarat untuk belajar dengan sebaik-baiknya adalah dengan tersedianya tempat belajar, penerangan yang cukup, selain itu harus diperhatikan perlengkapan belajarnya.

Fasilitas juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan pelaksanaan kegiatan tertentu. Jadi fasilitas dalam proses belajar mengajar akan memudahkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (Suharsimi Arikunto, 1987:5).

Suatu ketrampilan kejuruan tidak dapat diajarkan dengan memuaskan tanpa adanya alat-alat yang serba kurang. Demikian juga alat-alat mesin yang ada dijurusan harus dikelola sesuai dengan standart yang ditentukan oleh industri (Suharsimi Arikunto, 1987:263). Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen P dan K yang dimaksud sarana pembelajaran


(53)

adalah semua fasilitas yang diperlukan didalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Berkaitan dengan hal tersebut ditinjau dari fungsi dan peranannya terhadap proses belajar mengajar prasarana pembelajaran tidak berperan langsung terhadap proses belajar mengajar, artinya peranannya tidak sangat menentukan proses belajar mengajar atau tanpa kehadirannya proses belajar mengajar masih dapat berlangsung. Prasarana yang dimaksudkan adalah tanah (halaman dan lapangan), gedung (ruang teori, kamar kecil, kantor, ruang guru, dan sebagainya (Ary H. Gunawan, 1982:8).

.

Berbeda dengan prasarana pembelajaran, dalam hal ini sarana pembelajaran berfungsi langsung terhadap proses belajar mengajar, artinya peranannya sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar atau tanpa kehadirannya maka proses belajar mengajar akan kurang berhasil bahkan dapat menghambat proses belajar mengajar, sarana pembelajaran yang dimaksudkan misalnya: alat pelajaran (buku pelajaran, alat tulis menulis, alat-alat praktek, alat-alat olah raga), Alat peraga, media pendidikan. ( Ary H. Gunawan, 1982:8).

Menurut Finch dan Crunkilton (1964: 110) fasilitas merupakan sesuatu hal yang utama dan penting untuk mendukung proses belajar mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan hubungannya dengan fasilitas, yaitu:

a. Fasilitas yang ada harus sesuai dengan kegiatan pengajaran. b. Bila diperlukan fasilitas dapat di modifikasi sendiri.

c. Difihak lain, juga memungkinkan untuk pengadaan fasilitas dengan konstruksi yang baru, sesuai dengan kebutuhan didalam programnya.

Didalam suatu pengajaran, fasilitas yang lengkap serta relevan dengan tujuan dapat membantu pencapaian belajar seoptimal mungkin.


(54)

Mengingat bahwa fasilitas merupakan sesuatu yang sangat penting khususnya untuk melaksanakan KBM pelajaran praktek kejuruan, maka pengadaannya perlu direncanakan dengan baik.

Menurut Suharsimi Arikunto (1988:85) pengadaan alat-alat praktek diperhitungkan atas adanya empat faktor yaitu:

1. Banyaknya alat untuk tiap macam

2. Banyaknya kelas yang menggunakan alat 3. Banyaknya siswa pada tiap kelas

4. Banyaknya ruangan yang ada di sekolah itu.

Senada dengan itu menurut Dikmenjur (2003) tentang standar minimal peralatan praktik adalah bahwa jumlah mesin atau peralatan mempunyai standar minimal 2:1 artinya minimal 1 buah mesin digunakan oleh 1 siswa. Sedangkan standar idealnya adalah 1:1 artinya tiap 1 buah mesin digunakan oleh 1 siswa.

Gedung atau ruangan praktikum beserta fasilitas praktiknya merupakan unsur yang sangat penting, bahkan menjadi ciri bagi pendidikan kejuruan. Dalam proses belajar mengajar baik didalam maupun diluar kelas membutuhkan ukuran ruang yang berbeda-beda, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Helmut Nolker dan Eberhand dalam kutipan Djoko Suwito (1997) bahwa untuk setiap siswa digunakan pedoman sebagai berikut:(1) luas ruangan teori adalah 2,0m²,(2) luas ruangan praktik 4,0m²,(3) luas laboratorium 3,5m²,(4)


(55)

ruangan untuk keperluan khusus luasnya 5,0m²,(6) luas ruangan bengkel latihan 7,0–9,0 m².

Fasilitas di dalam pendidikan kejuruan industri dan kerajinan berupa peralatan bengkel, peralatan laboratorium, gedung dan fasilitas penunjang yang lain sangatlah diperlukan untuk mengimplementasikan kurikulum pendidikan kejuruan industri dan kerajinan dengan baik. Hal ini karena fasilitas di dalam pendidikan industri dan kerajinan merupakan elemen pokok dari pendidikan kejuruan ( Siswanto, 1989:16).

Bustami Achir (1983:22) mengemukakan dua macam kriteria yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengadaan fasilitas praktik adalah sebagai berikut:

1. Apakah alat tersebut berstatusworking station(ganda/tunggal) atau apakah ada sesuatu skill yang harus dipelajari dari alat mesin tersebut sebagai alat bantu bekerja.

2. Untuk alat-alat yang lebih ditujukan untuk maksud demonstrasi, dengan pertimbangan harga mahal dan efektifitasnya rendah, maka cara mempelajari mesin tersebut dapat dilakukan saat melakukan kunjungan wisata atau latihan ditempat kerja, ini berarti bahwa pengadaan alat-alat jenis ini bukan menjadi prioritas utama.

Walaupun banyak sarana belajar yang dapat dipergunakan, namun yang perlu diperhatikan adalah pemilihan fasilitas praktik yang sesuai dengan tujuan pengajaran (Hariyanto, 1991:17). Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam petunjuk umum pembinaan dan pengembangan Diklusemas tentang persyaratan sarana belajar yaitu: 1. Dalam keadaan siap pakai.


(56)

3. memenuhi persyaratan minimal kurikulum jenis pendidikan yang bersangkutan (Ditjen Dikluspora, 1985:11).

Senada dengan hal tersebut Walgito (1982) mengatakan bahwa semakin lengkap alat-alat pembelajaran (fasilitas pembelajaran) akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya kalau alat-alat tidak lengkap maka hal ini merupakan gangguan dalam proses belajar sehingga motivasi untuk belajar akan mengalami gangguan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan segala sesuatu yang berfungsi untuk menunjang suatu tujuan. Dalam suatu proses pembelajaran keberadaan fasilitas praktik bagi Sekolah Menengah Kejuruan bukan lagi merupakan suatu pilihan, melainkan merupakan suatu keharusan dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan. Ketersediaan fasilitas pembelajaran yang memadai dan relevan akan meningkatkan hasrat siswa untuk melaksanakan praktik, dengan demikian hasil praktik akan optimal (baik). Sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi praktik siswa, dalam hal ini adalah prestasi program produktif khususnya mata diklat menghias busana. b. Klasifikasi Fasilitas Pembelajaran

Dewa Ketut Sukardi (1989) mengemukakan bahwa sarana, fasilitas atau perlengkapan adalah merupakan faktor yang sangat menentukan dalam usaha pelaksanaan bimbingan di sekolah.

Fasilitas pembelajaran merupakan segala sesuatu yang berfungsi untuk menunjang tercapainya suatu tujuan dalam proses belajar


(57)

mengajar yang mempunyai berbagai macam jenis. Secara garis besar standar sarana prasarana atau fasilitas belajar pendidikan kejuruan menurut Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional (2003:63-90) mencakup:

1. Lahan

Lahan adalah sebidang tanah yang digunakan untuk mendirikan bangunan sekolah. Jenis lahan dibedakan yaitu;1) lahan terbangun adalah lahan yang diatasnya didirikan bangunan, 2)lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunannya termasuk, lapangan, taman dan lain sebagainya, 3)Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang diperuntukkan untuk pelaksanaan kegiatan praktek, 4) Lahan pengembangan adalah lahan yang diperuntukkan untuk kebutuhan pengembangan bangunan, kegiatan praktek, dan sebagainya.

2. Ruang

Ruang adalah tempat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar, kegiatan penunjang dan kegiatan administrasi. Adapun menurut fungsinya ruang dibedakan menjadi:

a. Ruang administrasi (ruang Kepala Sekolah, Tata Usaha, ruang Guru, ruang administrasi).

b. Ruang Pendidikan (ruang praktek, ruang teori, laboratorium, perpustakaan).

c. Ruang Penunjang (UKS, OSIS, gudang, kamar kecil, kafetaria, koperasi, parker, dan sebagainya).

3. Perabot

Perabot adalah seperangkat meubel yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar (semua jenis meubel yang digunakan untuk KBM, jenis, bentuk dan ukuran mengacu pda kegiatan itu sendiri), kegiatan penunjang misalnya;perabot perpustakaan, UKS, gudang, dan sebagainya, dan kegiatan administrasi(perabot yang digunakan untuk mendukung kegiatan kantor).

4. Alat-alat pendidikan

Adalah sesuatu yang digunakan untuk membuat dan melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan KBM, kegiatan penunjang, administrasi. Adapun alat-alat pendidikan tersebut meliputi:

a. Alat administrasi seperti: mesin ketik, mesin hitung, dan sebagainya.

b. Alat pendukung kegiatan teori yaitu papan tulis, OHP, slide proyektor, Alat peraga, dan sebagainya.

c. Alat pendukung kegiatan praktek diantaranya:

1) Alat tangan yaitu alat yang penggunaannya menggunakan tangan sebagai sumber tenaga.


(58)

2) Alat tangan bertenaga yaitu jenis alat yang bertenaga mesin tetapi operasionalnya menggunakan tangan.

3) Alat mesin yaitu alat yang operasionalnya memerlukan bantuan listrik dan mekanik.

4) Alat ukur, alat uji dan laboratorium 5. Alat-alat Penunjang

Adalah segala macam alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan praktek seperti: tempat sampah, sapu, tool box, sekop, dan lain sebagainya.

6. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah sumber bacaan yang berisi ilmu pengetahuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar pada program normative, adaptif dan produktif. Bahan ajar mencakup:

a. Buku

1) Buku pegangan digunakan oleh guru dan peserta sebagai acuan dalam KBM.

2) Buku pelengkap digunakan guru untuk memperluas dan memperdalam penguasaan materi.

3) Referensi digunakan guru dan peserta untuk memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu dan ketrampilan.

4) Buku bacaan digunakan guru dan peserta sebagai bahan bacaan

b. Modul merupakan konsekuensi dari system pendidikan dan pelatihan di SMK yang berbasis luas, kuat dan fleksibel serta berbasis kompetensi produksi dan pembelajaran tuntas, maka SMk perlu mengemas bahan ajar dalam bentuk modul.

Suharsimi Arikunto (1987:6-7) menggolongkan fasilitas pembelajaran sebagai berikut:

1. Fasilitas fisik yaitu, segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan memperlancar suatu usaha (fasilitas materiil), misalnya: kendaraan, alat tulis menulis, alat komunikasi dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan yang tergolong fasilitas materiil antara lain: perabot ruang kelas, perabot ruang Tata Usaha, perabot laboratorium, Perpustakaan dan ruang praktek, alat pengajaran, media pendidikan, dan lain sebagainya.

2. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.


(59)

Sedangkan Klasifikasi fasilitas sekolah menurut Depdikbud (1994:44) terdiri atas:

a). Barang yang tidak bergerak, misalnya : tanah dan bangunan.

b). Barang yang bergerak, baik habis pakai maupun yang tidak habis pakai seperti: perabotan, alat-alat kantor, buku-buku, alat peraga pendidikan.

Berdasarkan sifatnya fasilitas dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:

a. Barang bergerak, dikelompokkan menjadi barang yang “habis pakai” dan barang yang “tak habis pakai”.

1.Barang yang “habis pakai” ialah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan dan pada jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis, selanjutnya akan tidak difungsikan lagi, seperti kapur, kertas, buku, sapu, dan sebagainya (Keputusan Menteri Keuangan tanggal 13 April 1971 No. 225/MK/V/1971). 2.Barang yang “tak habis pakai” ialah barang yang dapat dipakai

berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relative lama/panjang, tetapi tetap memerlukan

perawatan agar selalu “siap-pakai”, seperti mesin ketik, mesin

hitung, mesin stensil, kendaraan, perabot, media, dan sebagainya. b. Barang tak bergerak yaitu barang yang tidak berpindah-pindah, seperti

tanah, bangunan, sumur, dan sebagainya (Ary H. Gunawan, 1982:9). Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas pembelajaran terdiri dari fasilitas fisik yaitu:lahan, ruangan, perabot, alat-alat pendidikan, bahan praktek, dan bahan ajar, dan fasilitas non fisik yaitu: jasa, uang dan manusia. Fasilitas belajar yang lengkap dan relevan sangat mempengaruhi kualitas pengajaran dan secara langsung juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena ketersediaan fasilitas belajar tersebut siswa menjadi lebih mudah untuk melakukan kegiatan praktek.


(60)

c. Fasilitas Pembelajaran Membuat Hiasan Busana

Menurut Roesman R (1996) menyatakan bahwa fasilitas praktek berfungsi sebagai penghubung antara teori dan praktek dengan maksud untuk mengaplikasikan antara teori serta sebagai tempat mengembangkan teori. Dalam hal ini proses belajar mengajar praktek akan lebih berhasil jika siswa dapat melakukan sendiri kegiatan belajarnya, yaitu dengan melaksanakan praktek sendiri.

Kegiatan praktek merupakan ciri khas kegiatan proses belajar mengajar sekolah kejuruan, di samping juga kegiatan teori. Materi pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan memiliki perbandingan 63% praktek dan 37% teori.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka kegiatan belajar mengajar untuk praktek ini harus ditunjang dengan peralatan secukupnya. Karena kalau kualitas praktek siswa baik, maka hasil belajarnyapun juga baik. Hal ini merupakan salah satu isyarat bahwa ketrampilan yang dimiliki siswa sesuai dengan yang diharapkan.

Begitu penting kegiatan praktek, maka kualitas siswa dapat mengisyaratkan sejauh mana ketercapaian tingkat relevansi bekal keterampilan dapat diperoleh siswa yang akan digunakan di lapangan kerja nantinya. Dengan kata lain siswa telah siap pakai atau siap kerja.

Berkaitan uraian tersebut diatas Helmut Nolker (1983:191) mengemukakan bahwa suatu ketrampilan yang hendak diajarkan menentukan wujud perlengkapan ruang dengan mesin dan


(61)

peralatannya. Maka berdasarkan pendapat tersebut fasilitas pembelajaran dalam penelitian ini dikhususkan pada peralatan praktek mata diklat membuat hiasan busana.

Mata diklat membuat hiasan busana adalah salah satu mata diklat produktif yang harus ditempuh siswa pada SMK program keahlian Tata Busana. Mata diklat ini terdiri dari 4 unit yang membahas tentang tusuk dasar, sulaman pita, payet, dan membordir.. Untuk tiap materi memerlukan fasilitas dan bahan praktek yang berbeda.

Persyaratan fasilitas pembelajaran kejuruan tergantung dari dua hal yaitu: (1) waktu relatif yang diperlukan untuk kegiatan laboratorium dan (2) tingkat kegunaan alat-alat untuk berbagai bidang pengajaran (Suharsimi Arikunto, 1987:268)..

Menurut Dikmenjur (2004: 3) perlengkapan yang diperlukan dalam membuat hiasan busana adalah sebagai berikut:

1. Bahan-bahan:

a.Bahan yang akan dihias b.Benang hias

c.Berbagai burci (payet, mutiara, pasir, halon dan sebagainya). d.Perca kain.

2. Peralatan praktek: a. Alat tulis b. Karbon jahit c Jarum burci d. Pemidangan

e. Gunting (gunting kain, bordir, benang) f. Mesin jahit

g. Solder listrik

3. Ruangan Praktek dan teori

Sama halnya dengan Sakim (2005:1) berpendapat perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan membuat hiasan busana adalah:

a. Seperangkat mesin jahit b. Pemidangan


(62)

d. Jarum jahit e. Pendedel f. Jarum pentul g. Rader h. Pensil i. Karbon j. Seterika

k. Obeng kecil dan besar l. Solder listrik

m. Plat bordir

n. Bahan (kain, benang hias, bahan pembantu)

Menurut Hedin(1974:116) alat-alat yang digunakan untuk membuat hiasan busana adalah sebagai berikut:

1. Mesin jahit lengkap dengan komponennya yaitu dapat menggunakan mesin jahit semua merk, kecuali mesin tangan karena didalam menghias busana khususnya membordir gerakan tangan dan kaki harus seirama.

a. Mesin jahit biasa

1) Mesin yang ada stelannya (silk, norm, darh) jika menggunakan mesin tersebut tinggal melepas sepatu mesinnya, lalu putar tombol kearah darh dengan demikian gigi mesin akan turun sendiri.

2) Mesin yang tidak ada stelannya disamping harus melepas sepatunya, gigi mesin harus dilepas kemudian dipasang plat bordir.

b. Mesin jahit otomatis adalah mesin yang dirancang khusus untuk menghias busana.

2. Pemidangan/ram

Pemidangan ini berbentuk lingkaran dengan lubang ditengah, dapat dikencangkan atau dikendurkan dengan skrup. Ram terbuat dari kayu, plastic, alumunium atau logam dengan berbagai ukuran. Pemidangan atau ram ini digunakan untuk mengepres kain yang akan dihias, biar kencang dan mudah dalam pengerjaannya.

3. Gunting

Gunting ada dua macam yang digunakan yaitu gunting border dan gunting kain. Gunting border adalah gunting kecil dengan ujng runcing dibagian tengah melengkung kesamping biasa digunakan untuk melubangi kain dasar yang akan diselesaikan dengan tusuk terawang juga digunakan untuk merapukan sisa benang.

4. Jarum jahit

Jarum jahit yang digunakan adalah jarum dengan ukuran kecil biasanya No. 11 dan No. 9 agar hasilnya rapi.


(63)

Plat bordir biasanya digunakan bila mesin tidak ada stelannya, sehingga perlu melepas gigi mesin didalam pemasangannya.

6. Jarum tangan

Biasanya digunakan untuk menghias dengan teknik sulam atau digunakan untuk pembantu pembuatan border dengan teknik lompat jarum.

7. Meatlint/penggaris 8. Pensil gambar 9. Karbon jahit 10. Benang jahit

Adapun macam dan sifat benang hias adalah sebagai berikut: a. Nylon bersifat mengkilat, elastis dan tidak mudah putus b. Katun bersifat mudah putus

c. Emas (nylon, katun, emas, perak)

Wasia Roesbani Pulukadang (1985:44-45) berpendapat bahwa alat dan bahan untuk membuat hiasan busana terdiri atas:

1. Alat, meliputi: jarum tangan berbagai ukuran, jarum pentul, gunting besar dan gunting kecil, tudung jari, pendedel, pemidangan, rader, karbon jahit, benang.

2. Bahan (semua jenis kain, seperti: blacu, popelin, satin, sejenis tenunan dan sebagainya).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mata diklat membuat hiasan busana membutuhkan fasilitas yang berbeda tergantung dan disesuaikan pada materi yang akan diberikan. Namun demikian secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang dibutuhkan untuk membuat hiasan busana antara lain:

1 Ruangan (teori dan praktek) 2 Alat-alat praktik


(64)

Alat tangan (gunting, meatlint, penggaris, alat tulis menulis, pendedel,jarum pentul, pemidangan, jarum burci, jarum tangan, karbon, rader, tudung jari dan sebagainya)

3. Perlengkapan pendukung (alat-alat K3, perabot seperti almari, seterika, papan seterika, meja kerja, dan sebagainya)

4. Bahan praktek (Kain, benang hias, burci, pita, dan sebagainya).

5. Bahan Ajar (lembar Kerja, Modul, Buku pegangan, referensi, bacaan). Materi pembelajaran yang akan disajikan tersebut telah disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan Standar Kompetensi Nasional. Oleh karena itu fasilitas praktek harus sangat diperhatikan mengingat fasilitas praktek adalah sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran program keahlian Tata Busana. Bila didalam suatu proses pembelajaran terhambat karena kendala keterbatasan fasilitas praktek, maka pada akhirnya akan berpengaruh juga pada kualitas prestasi anak didik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian dari Atik Atifah yang berjudul “Hubungan antara Cara

Mengajar Instruktur dan Fasilitas Belajar dengan Ketrampilan Menjahit Peserta Kursus Menjahit Tingkat Desa di LPK Se- Kotamadya Yogyakarta”

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara cara mengajar instruktur dan fasilitas belajar dengan ketrampilan menjahit peserta kursus. Selain itu hasil penelitian dari Sudarmi dengan judul


(1)

Tinggi: M s/d M + 1,5 SD

: 81,8 s/d 81,8 + 1,5 ( 2,7)

: 81,8 s/d 85,85

Sedang: M

1,5 SD s/d M

: 81,8

1,5 (2,7) s/d 81,8

: 77,75 s/d 81,8

Rendah: dibawah M

1,5 SD

: < 81,8

1,5 (2,7)

: < 77,75

Berdasarkan perhitungan diatas, kategori prestasi belajar mata diklat menghias

busana siswa kelas II bidang keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten secara

keseluruhan sebagai berikut:

Tabel 18. Kategori kecenderungan prestasi belajar mata diklat menghias

busana siswa kelas II bidang keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten

No

kategori

Rentang

Jumlah

Persentase (%)

1

Rendah

<77,75

17

17,3%

2

Sedang

>77,75-81,8

47

47,9%

3

Tinggi

>81,8-85,85

29

29,6%

4

Sangat tinggi

>85,85-89,8

5

5,1%


(2)

Tabel 19. Daftar nilai raport mata diklat menghias busana siswa kelas II bidang

keahlian Tata Busana SMK N 3 Klaten

Kelas Nama Siswa Nilai

II Busana 1 1 Afra Zaidatul Jannah 79,5

2 Ana Puryandari 86,8

3 Anik Zulaikhah 83,5

4 Anisa Emi Kirwanti 81,5

5 Anisa Lurlita 82,5

6 Apri Purnaningsih 79,8

7 Bunga Dewi Kusuma Astuti 88,0

8 Dadi Purnomo 79,5

9 Deni Mudahwati 89,8

10 Dewi Irmawati 79,5

11 Dian Tjahyati 87,3

12 Diyah Budi Nurhayanti 78,5

13 Dyah Yulia Astarin 85,0

14 Eni Wagiyanti 73,8

15 Erni Nicky Astuti 79,8

16 Esty Sri Rahayu 79,8

17 Fatkhul Jannah 82,5

18 Fina Aswari 83,3

19 Isty Fidy Astuti 79,5

20 Kustina Kumala 84,5

21 Lia Kurniawati 81,0

22 Lusi Riana 79,8

23 Lusiana 81,3

24 Muslihatun Fatmawati 78,3

25 Nur Issanti 84,3

26 Nur Putri Purwaningsih 83,3

27 Pamungkasari 86,5

28 Puji Lestari 79,8

29 Ratnawati 79,0

30 Retna Purwatiningsih 77,3

31 Setya Ariyani 84,3

32 Shandy Permata Dewi 84,3

33 Siti Mustanganah 82,8

34 Siti Salamah 80,8

35 Sri Lestari A 82,4

36 Sri Lestari B 75,4

37 Sri Lestari C 77,1

38 Sri Sulastri 79,4

39 Suranti 82,4

40 Tri Handayani 80,7

41 Widayati 77,1


(3)

43 Yati Sukowati 81,8

44 Yeni Wulan Ningsih 80,7

45 Yuliana 80,4

II Busana 2 46 Alin Mawarni 81,4

47 Andri Astuti 82,4

48 Anisa Sari 78,4

49 Ari Sri Mulyawan 79,7

50 Atika Muflikhah 79,4

51 Dewi Astari 80,4

52 Diyah Puji Rahayu 79,9

53 Dwi Jayati 80,4

54 Elyana Ekor Pamungkas 79,4

55 Ernawati 81,0

56 Erfina Afrilianis 77,3

57 Eva Rusdiana Dewi 81,7

58 Ika Widi Astuti 83,1

59 Ika Kusuma Dewi 75,7

60 Indah Kurnia Anisa Fitri 76,6 61 Indriyani Puji Astuti 78,5

62 Intan Fevita sari 77,8

63 Isna Kurniawati 80,7

64 Ita Noviani 82,4

65 Upit Nur Khasanah 80,5

66 Mahatmi Arfiani 75,4

67 Margareta Friska Indriastuti 77,1

68 Marsini 76,5

69 Marsueni 79,4

70 Nur Siti Cahyani 77,5

71 Rekno Kumala Dewi 78,8

72 Rekno Ari Ningrum 76,5

73 Rika Mulyana 81,8

74 Santi Margi Rahayu 82,4

75 Sarina Wulandari 77,2

76 Sartika Agustina 78,7

77 Siti Nurjanah 79,5

78 Sri Rejeki 82,4

79 Sri Setyaningsih 77,2

80 Suharni 78,7

81 Supriyati 79,5

82 Sutini 81,0

83 Tri Pawarti 80,4

84 Tyas Freshi Zumarisma 79,9

85 Zesi Purnamasari 80,4

86 Yulianawati 77,0

87 Yuni Ekawati 79,4

88 Yunita Efitasari 79,7

II Busana 3 89 Alfi Fauziati Alimah 80,4


(4)

91 Andriyani 81,7

92 Anis Susanti 83,1

93 Christalia Ningsih 82,4

94 Desi Mudahwati 75,6

95 Dwi Nuryanti 83,1

96 Elisabet Shinta Novianti 81,4

97 Evi Aprilia 74,2

98 Eka Yuni Erawati 82,4

99 Erna Yulianti 79,7

100 Ernia Sartika Sari 79,4

101 Feriyani Haryanti 77,0

102 Heni Lestari 80,4

103 Indah Dewi Kristiani 79,9

104 Isni Muhanifah 80,4

105 Istiqomah Tri Handayani 81,0 106 Leny Isnaini Siti Chasanah 79,5

107 Lestari 78,7

108 Lestari Minggir Ilhami 77,2

109 Muddichah 82,4

110 Mucharomah Khasanah 81,8

111 Nur Apriliani 76,5

112 Nur Arini 77,1

113 Nurjanah 80,7

114 Rahmawati Saputra 82,4

115 Ratna Tri Faristiani 79,4

116 Restu Trisnayanti 77,1

117 Rica Febriyana 75,4

118 Rina Fitri Astuti 82,4

119 Ririn Mulyani 80,7

120 Risa Akhadiyanti 80,4

121 Riya Lisnawati 80,4

122 Rubiyem 79,4

123 Sri Wahyuni 81,7

124 Tita Oktaviana 83,1

125 Titik Sri Rejeki 82,4

126 Titin Tri Rahayu 75,6

127 Wahyu Ratna Ningsih 83,1

128 Widya Andriarti 81,4

129 Wuryaningsih 74,2

130 Yulianti Nugrahajanti 82,4 131 Zustina Tri Widiastuti 79,7


(5)

PERINCIAN PERHITUNGAN JUMLAH SAMPEL

Kelas II busana 1 :

98

33

,

7

131

45

x

Kelas II busana 2 :

98

32

,

2

131

43

x

Kelas II busana 3 :

98

32

,

2

131

43

x

Pada tabel ditunjukkan:

N

S

130

98

140

97

X

103

Untuk menentukan N : 98, maka banyaknya sample adalah :

131

140

131

130

103

97

x

x

9

1

103

97

x

x

9x

873 = -1x + 103

-873

103 = -1x

9x

-976 = -10x

97,6 = x


(6)