t ips 0806545 chapter2

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar, dimana proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan

oleh John Dewey dengan “Learning By Doing”, dimana belajar

sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.

Belajar menurut Slameto (2010;2) diartikan sebagai “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Demikian juga menurut Rusman (2010;1) belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Dimana belajar merupakan suatu proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman.

Menurut Winkel, W.S (2009;59), belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang


(2)

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Ali, Mohammad (1984;4) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku disini mengandung pengertian luas, hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Setiap perilaku ada yang nampak/dapat diamati (Behavioral Performance) dan ada yang tidak nampak/tidak bisa diamati (Kecenderungan Perilaku/Behavioral Tendency). Setiap pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap tidak dapat diidentifikasi kepada kecendenderungan perilaku saja tetapi hal ini dapat diidentifikasi/diukur dari penampilan (Behavioral Performance). Penampilan ini dapat dilihat dari kemampuan menjelaskan, menyebutkan, atau melakukan sesuatu perbuatan. Maka kita juga dapat mengidentifikasi hasil belajar melalui suatu penampilan.

Begitupula pengertian lain yang dikemukakan oleh Gulo, W (2008;8) belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya dalam berfikir, bersikap dan berbuat.

Dalam Abdillah, Husni menurut James O. Whittaker : belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.


(3)

Dari pengertian belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan ataupun pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

2. Teori Belajar

Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: teori behaviorisme; teori belajar kognitif menurut Piaget; teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan teori belajar gestalt.

a. Teori behavioralisme

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

1) Teori Connectionism

Teori ini dikembangkan oleh Edward Lee Thorndike yang menjelaskan bahwa terdapat kesamaan antara proses belajar dalam diri hewan dan manusia. Kesamaan tersebut yaitu adanya


(4)

hubungan atau koneksi antara kesan yang ditangkap oleh pancaindera atau Stimulus (S) dengan perbuatan atau Response

(R).

Thorndike mengajukan tiga hukum dasar tentang perilaku belajar (Gintings, Abdorrakhman 2010;19) :

a) Law of Readiness menjelaskan tentang adanya hubungan antara kesiapan seseorang dalam merespon, menerima atau menolak terhadap stimulus yang diberikan. Maka pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien apabila peserta didik telah memiliki kesiapan belajar.

b) Law of Exercise menjelaskan bahwa hubungan antara perlakuan (S) dan tindakan (R) akan menjadi lebih kuat jika hubungan tersebut dilakukan berulang-ulang, sebaliknya hubungan tersebut akan melemah jika jarang dilakukan. Dalam hal ini menekankan pentingnya latihan atau pengulangan dalam menggunakan materi yang sedang dipelajari untuk memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut.

c) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan

Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. Ini dijadikan sebagai penerapan prinsip hadiah atau reward dan sanksi atau hukuman atau punishment dalam pembelajaran. 2) Classical Conditioning

Teori ini dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1927) yang menjelaskan bahwa proses belajar dalam teori seseorang bahwa suatu respon akan berlangsung sebagai akibat dari terjadinya pengasosiasian ganjaran sebagai kondisi dan rangsangan sebagai stimulus yang mendahului ganjaran tersebut.


(5)

3) Operant Conditioning

Teori ini dikembangkan oleh B.F. Skinner yang menjelaskan terdapat dua macam respon yang berbeda yaitu (Gintings, Abdorrakhman 2010;24):

a) Respondent response atau reflexive response yaitu respon tertentu yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu, dan

b) Operant response atau instrumental response yaitu respon yang timbulnya diikuti oleh munculnya perangsang-perangsang lain.

4) Social Learning

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura, teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut behaviorisme

lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan(Sudrajat, Akhmad : 2008).


(6)

b. Teori belajar kognitif menurut J.Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.

Dalam Gintings, Abdorrakhman (2010;30) menyatakan bahwa teori ini memandang setiap individu memiliki kemampuan untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Pandangan ini berimplikasi menolak bahwa ilmu pengetahuan dapat di transfer.

Bahwa dalam pembelajaran harus disediakan bahan ajar yang secara konkrit terkait dengan kehidupan nyata dan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya

c. Teori pemrosesan informasi dari Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai


(7)

hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase (Sudrajat, Akhmad : 2008) yaitu,

1) Motivasi 2) Pemahaman 3) Pemerolehan 4) Penyimpanan 5) ingatan kembali 6) generalisasi 7) perlakuan dan 8) Umpan balik d. Teori belajar gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran (Sudrajat, Akhmad : 2008) antara lain :

1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. 2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik


(8)

hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan tindak lanjut dari proses belajar. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa. Dimana perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.


(9)

Hill, Winfred F (2011;2) mengartikan bahwa “Pembelajaran merupakan satu faktor penting yang menentukan siapa diri kita dan apa yang kita kerjakan. Dimana jawabanya akan kita dapat melalui proses dari pembelajaran itu sendiri”.

Dalam psikologi, apa yang kita pelajari tidak harus benar dan adaptif, tidak harus dengan sadar atau sengaja dan tidak harus melibatkan tindakan lahiriah (Hill, Winfred F 2011;1). Namun reaksi yang berlainan seperti mengerjakan sesuatu, berlibur dengan senang, mempercayai sesuatu ataupun tidak menyukai seseorang merupakan suatu hasil pembelajaran.

Begitu pula dengan Rusman (2010;1) mengartikan bahwa “Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya”. Komponen tersebut meliputi ; tujuan, materi, metode dan evaluasi.

Semua komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru untuk memilih dan menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena pembelajaran merupakan suatu proses yang meliputi aktivitas dalam bentuk interaksi belajar mengajar guna mencapai suatu tujuan pembelajaran.

B. Model Pembelajaran

Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Model pembelajaran


(10)

merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan (Rusman, 2010;2).

Menurut Joyce, Bruce.,Marsha Weil dan Emily Calhoun (2009;30) model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran yang meliputi perilaku guru saat model tersebut diterapkan.model tersebut memiliki banyak kegunaan yang menjangkau segala bidang pendidikan diantaranya materi, kurikulum hingga tujuan intruksional termasuk program multimedia.

Dalam Rusman (2010;136) ada empat macam model pembelajaran berdasarkan teori yaitu :

a. Model interaksi sosial, model ini didasari oleh teori belajar Gestalt. Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat.

b. Model pemrosesan informasi, model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget). Yang berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.

c. Model personal, model ini bertitik tolak dari teori humanistik yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu.

d. Model modifikasi tingkah laku, model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan.

Model pembelajaran diatas dijadikan pola pilihan para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dan model pembelajaran memberikan pengaruh besar pada proses pengajaran.


(11)

C. Kajian Tentang Metode Latihan Keterampilan/Drill

1. Pengertian Metode Latihan Keterampilan/Drill

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.(Sudrajat, Akhmad. 2008).

Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Suatu metode dalam pembelajaran bertujuan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar serta terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien serta banyak mengandung makna, sehingga proses belajar mengajar fokusnya bergeser ke proses pembelajaran.

Seorang siswa harus memiliki keterampilan dalam sesuatu. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar diadakan latihan untuk menguasai keterampilan tersebut. Latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki siswa dapat siswa kuasai sepenuhnya.

Adapun metode latihan keterampilan/drill menurut beberapa pendapat yaitu :

Roestiyah (2008;125) mengemukakan bahwa “metode latihan/drill

adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih tinggi dari yang telah dipelajari.”


(12)

Demikian juga menurut Setiani, Ani dalam diktat kuliah pengantar perencanaan pengajaran UNPAS (2006;66)

“Teknik latihan/drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk memperoleh keterampilan.”

“Model pembelajaran latihan dirancang berdasarkan asumsi bahwa orang dapat belajar melalui observasi dan praktek. Keberhasilannya ditunjukan melalui perilaku yang dapat diamati seperti kemampuan membaca, menerbangkan pesawat, memecahkan permasalahan matematis, mengajar, dll.”(Tim penyusun UPIbahan ajar PLPG 2008;14)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode latihan keterampilan/drill adalah sustu cara menyajikan bahan pelajaran dengan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.

Dari segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa mempraktekannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

2. Tujuan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Tujuan metode latihan keterampilan/drill adalah untuk memeperoleh suatu keterampilan dari apa yang telah dipelajari anak dengan cara mempraktekkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajarinya itu.


(13)

Adapun tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan menurut Roestiyah (2008;125) adalah :

a. Memiliki keterampilan motoris/gerak (menghafalkan kata-kata, menulis, menggunakan alat/membuat suatu benda, melakukan gerakan dalam olah raga.

b. Mengembangkan kecakapan intelek (berhitung, mengenal benda/bentuk)

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal lain (hubungan sebab akibat, antara tanda huruf dan bunyi, penggunaan lambing/symbol)

3. Karakteristik Metode Latihan Keterampilan/Drill

Menurut Punggul, Isman (2011) karakteristik metode latihan keterampilan/drill adalah :

a. Memerlukan perencanaan yang matang.

b. Memerlukan keahlian dan keterampilan yang lebih dari guru.

c. Dapat memanggil narasumber ahli untuk membantu guru mengajarkan siswa membuat hasil karya..

d. Menentukan jenis latihan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan siswa.

e. Melatih keterampilan secara berulang hingga dikuasai oleh siswa.

f. Bertujuan membentuk kebiasaan dan pola pada siswa. 4. Kebaikan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Menurut Punggul, Isman (2011) kelebihan metode latihan keterampilan/drill adalah :

a. Siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. b. Meningkatkan motivasi siswa.

c. Menumbuhkan kecakapan motoris seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan peralatan. d. Mengembangkan kecakapan mental, seperti dalam operasi

hitung, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

e. Membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan (lebih terampil).


(14)

5. Kelemahan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Menurut Punggul, Isman (2011) kelemahan metode latihan keterampilan/drill adalah :

a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa karena lebih banyak diarahkan hingga kadang-kadang jauh dari pengertian. b. Menyebabkan penyesuaian secara statis/pasif terhadap

lingkungan.

c. Pembelajaran bisa menjadi monoton dan mudah membosankan siswa.

d. Dapat menimbulkan verbalisme (karena banyaknya hafalan).

e. Memerlukan waktu yang relatif lama.

f. Tidak sesuai untuk jumlah siswa yang banyak. 6. Pelaksanaan Metode Latihan Keterampilan/Drill

Adapun prosedur yang harus disusun seorang guru guna mencapai kesuksesan pelaksanaan metode latihan keterampilan/drill

Roestiyah (2008;127) yaitu :

a. Latihan digunakan untuk pelajaran yang bersifat tindakan seperti menghafal, berhitung, berlari, dll.

b. Guru harus dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan yang dilakukan dalam pembelajaran.

c. Latihan digunakan sebagai alat diagnosa. Guru harus mampu memberikan latihan mulai dari latihan yang sifatnya sederhana hingga latihan yang sifatnya kompleks. d. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan

latihan secara tepat kemudian diperhatikan kecepatan agar siswa dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan.

e. Guru memperitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan tetapi sering dilakukan dalam kesempatan lain.

f. Latihan harus menarik perhatian siswa dan menggembirakan sehingga dapat menjadi motivasi bagi kreatifitas siswa.

g. Guru perlu memperhatikan kondisi individual siswa sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing dapat dikembangkan.


(15)

Sedangkan hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode latihan keterampilan/drill menurut Joesafira, Delsa (2010) :

a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan

b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan

c. Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa d. Selingilah latihan agar tidak membosankan

e. Perhatikan kesalahan - kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula

D. Pembelajaran Akuntansi

Ilmu ekonomi merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat tidak terbatas dengan alat pemenuhan kebutuhan berupa barang dan jasa yang bersifat langka serta memiliki kegunaan alternatif. (Supardan, Dadang 2009;387)

Ekonomi adalah ilmu yang mengkaji kondisi dan hukum yang mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi kemakmuran atau materi untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Dalam pembelajaran ekonomi pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa harus menguasai beberapa hal guna pencapaian kompetensi yang diharapkan. Dalam hal ini siswa harus belajar lebih mendalam menggenai apa itu akuntansi, konsep dasar akuntansi keuangan, serta siklus akuntansi baik untuk perusahaan jasa maupun untuk perusahaan dagang.

Pengetahuan tersebut sangat penting untuk dikuasai oleh siswa untuk mempermudah proses pembelajaran. Dalam hal ini guna mencapai


(16)

kompetensi yang diharapkan, ada beberapa hal yang harus dimiliki siswa, diantaranya :

a. Membuat jurnal dari berbagai jenis transaksi. b. Melakukan posting dari jurnal ke buku besar.

c. Menyusun neraca saldo berdasarkan saldo dalam buku besar. d. Mengoreksi apabila terjadi kesalahan dalam neraca saldo. e. Membuat jurnal penyesuaian

f. Menyusun kertas kerja.

g. Menyusun laporan laba-rugi berdasarkan saldo akun dalam kertas kerja. h. Menyusun laporan perubahan modal berdasarkan saldo akun dalam

kertas kerja.

i. Menyusun neraca berdasarkan saldo akun dalam kertas kerja. j. Membuat jurnal penutup.

k. Membuat buku besar penutup

l. Menyusun neraca saldo setelah penutupan.

Komponen diatas merupakan proses pencatatan siklus akuntansi pada perusahaan jasa. Komponen tersebut harus dikuasai siswa, agar siswa mmampu mencapai kompetensi yang diharapkan serta agar siswa memiliki keterampilan khusus dalam menyusun laporan keuangan. Komponen tersebut sangat berkaitan satu sama lain, sehingga apabila salah satu tahapan tidak dapat terselesaikan dengan baik maka akan berpengaruh pada tahapan pencatatan lainnya.


(17)

E. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa merupakan kompetensi yang dimiliki siswa setelah ia melakukan proses pembelajaran. Untuk mengetahui ketercapaian kompetensi tersebut maka diperlukan adanya kegiatan penilaian. Hasil belajar selalu dikaitkan dengan nilai perolehan siswa setelah mengikuti evaluasi sebagai tolak ukur penguasaan siswa terhadap isi bahan pengajaran yang telah diberikan.

Seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu pasti akan mendapatkan hasil. Demikian pula dengan kegiatan belajar di sekolah tentu akan mendapatkan suatu hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan yaitu dengan adaya suatu perubahan.

Menurut Sudijono, Anas (2009;31) evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip yaitu :

a. Prinsip keseluruhan

Bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh menyeluruh artinya harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku pada diri peserta didik.

b. Prinsip kesinambungan

Bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan baik apabila dilaksanakan secara teratur, terencana dan terjadwal untuk memperoleh informasi yang


(18)

mampu memberikan gambaran mmengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik.

c. Prinsip obyektivitas

Bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang sifatnya subyektif.

Dalam KBK Kompetensi didefinisikan sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Tujuan intruksional terdapat dalam taksonomi Bloom dalam Winkel, W.S (2009;273) yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis dan evaluasi.

1) Aspek pengetahuan berkaitan dengan kemampuan mengingat bahan pelajaran yang telah dipelajari, dimana siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan berdasarkan kepada hapalan saja.

2) Pemahaman siswa memiliki kemampuan dalam memahami arti atau makna dari suatu konsep dengan kata-katanya sendiri.

3) Aplikasi atau penerapan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerapkan suatu konsep, ide dalam situasi yang baru.


(19)

4) Analisis berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguraikan suatu materi ke dalam bagian atau komponen yang lebih mudah dimengerti.

5) Sintesis yaitu berkaitan dengan kemampuan dalam menyatukan unsur-unsur dalam satu kesatuan yang utuh, ini berkaitan dengan kreatifitas siswa dlam merumuskan pola yang baru dalam merangkai materi pembelajaran.

6) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguji suatu materi dengan kriteria tertentu.

b. Ranah afektif

Ranah ini berkaitan dengan minat dan sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran (Tim Penyusun UPI bahan ajar PLPG 2008;53) ,. Menurut Bloom dan kawan kawan dalam Winkel, W.S (2009;274), ranah ini meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotor

Ranah ini berkaitan dengan gerakan atau apresiasi yang dilakukan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel, W.S (2009;274), ranah ini meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan serta kreativitas.


(20)

Ketiga ranah diatas berperan penting guna pencapaian kompetensi siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Menurut Sudijono, Anas (2009;62) Penilaian hasil belajar di sekolah dikenal adanya dua macam teknik, yaitu dilakukan melalui teknik tes dan teknik non tes. Adapun macam-macam teknik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Teknik tes merupakan penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan peserta didik. Tes ini dapat dibedakan menjadi enam golongan yaitu : tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostic, tes formatif dan tes sumatif dalam Sudijono, Anas (2009;68)

b. Teknik nontes adalah penilaian yang dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara, menyebar angket, memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen dalam Sudijono, Anas (2009;76)

Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Jadi berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Slameto (2010 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.


(21)

Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain :

a. Latar belakang pendidikan orang tua

Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam pengembangan prestasi belajar anak.

b. Status ekonomi sosial orang tua

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibatnya, belajar anak juga terganggu.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah

Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepala sekolah. Sedangkan di rumah diperlukan tempat belajar dan bermain, agar anak dapat berkeasi sesuai apa yang diinginkan. Semua tujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik


(22)

d. Media yang di pakai guru

Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya media yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia melahirkan media yang baik dalam pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah. e. Kompetensi guru

Kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukannya terhadap siswa dengan metode atau program tertentu Metode atau program disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia melahirkan metode pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah.

Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain :

a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan lebih mudah dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang baik, sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik.

b. Kecerdasan / intelegensia

Kecerdasan/intelegensia besar pengaruhnya dalam menentukan seseorang dalam mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki intelegensi yang


(23)

tinggi akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi rendah. Dengan demikian intelegensi memegang peranan dalam keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula dalam prestasi belajar. Siswa yang memiliki intelegensia tinggi, prestasi belajarnya juga akan tinggi, sementara siswa yang memiliki intelegensia rendah maka prestasi yang diperoleh juga akan rendah.

c. Cara belajar

Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

d. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya.

e. Minat

Seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat dalam belajar.


(24)

f. Motivasi

Motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula sebaliknya.

F. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disampaikan beberapa hasil penelitian yang terdahulu mengenai metode latihan keterampilan/drill. Namun semua sumber penelitian tedahulu yang didapatkan belum memberikan kontribusi terhadap penelitian ini dikarenakan semua penelitian terdahulu berkaitan dengan pembelajaran olahraga yang menggunakan metode latihan/drill yaitu untuk perlakuan latihan fisik bukan untuk perlakuan dari materi pembelajaran yang diberikan. 1. Wulan Wahyu Widyaningsih. 2009. Perbedaan Metode Latihan Drill

antara Drill Bebas dan Drill Terfokus Terhadap Ketepatan Pukulan Lob dalam Permainan Bulutangkis Pada Atlet Pemula PB Pendowo Semarang Tahun 2008. Menurutnya bahwa kelompok yang dilatih dengan drill terfokus mencapai 69,00 dan lebih baik dibandingkan kelompok yang dilatih dengan drill bebas yang hanya mencapai 61,00. 2. H.Mamad Widya 2007 “Metode latihan kondisi fisik dalam

pengembangan komponen dasar kebugaran jasmani siswa tunanetra (Penerapan metode latihan fisik intensitas rendah melalui latihan pada treadmill dan ergocycle dalam pengembangan unsure daya tahan


(25)

latihan intensitas rendah dengan menggunakan media treadmill dan ergocycle dapat meningkatkan daya tahan aerobic siswa tunanetra di SLBN A.

3. Widyawati, Reny. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-3 SMPN 1 Tanjunganom, Nganjuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mengenai keterlaksanaan pelaksanaan model pembelajaran Latihan Inkuiri dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa secara keseluruhan.

Dari hasil penelitian-penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode latihan/drill apabila diterapkan dalam suatu pembelajaran dapat menghasilkan suatu keterampilan yang diinginkan.

G. Kerangka Pemikiran

Tujuan utama pembelajaran adalah memberikan suatu perubahan positif yang lebih berarti pada diri anak guna melakukan hal yang baik untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

Proses Pembelajaran mengandung dua unsur penting yaitu proses dan hasil belajar. Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.


(26)

Pelajaran ekonomi merupakan bagian dari pembelajaran IPS di sekolah menengah. Dalam pembelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa ,siswa diharapkan memiliki suatu pengetahuan serta keterampilan khususnya dalam bidang akuntansi dengan tujuan siswa mampu mengaplikasikan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Metode latihan keterampilan/drill merupakan metode yang mengarahkan siswa pada banyaknya latihan-latihan yang diberikan sehingga siswa memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu dan siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih dari apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran ekonomi dalam materi siklus akuntansi menuntut siswa memiliki keterampilan dalam mencatat transaksi, menghitung, melakukan mengidentifikasi, membuat laporan, melakukan pengukuran atas hasil pelaporan hingga mengambil kesimpulan atas laporan yang dibuat. Sehingga perlu adanya latihan yang mampu mendatangkan keterampilan tersebut.

Alur pemikiran penelitian ini berawal dari kajian tentang rendahnya hasil belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS SMAN 1 Sukatani Kabupaten Purwakarta. Yang diakibatkan dari rendahnya ketuntasan belajar ekonomi materi siklus akuntansi, rendahnya minat belajar dan rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi sehingga diperlukan adanya suatu inovasi pembelajaran. Dalam hal ini peneliti akan mencoba untuk menerapkan suatu metode pembelajaran yang baru yaitu metode latihan keterampilan/drill mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa di kelas XI IPS SMAN 1 Sukatani.


(27)

Diharapkan dari implementasi pembelajaran dengan metode latihan keterampilan pada pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa dapat melatih dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi.

Berikut disampaikan kerangka berfikir dalam penelitian ini :

FEEDBACK

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Kristalisasi Hasil Pemikiran

Mencermati hal-hal di atas, tercermin bahwa metode latihan keterampilan/drill membuka peluang siswa untuk melatih dirinya agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam materi siklus akuntansi. Dengan tujuan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya baik untuk dirinya ataupun orang disekitarnya.

INPUT

•Rendahnya hasil belajar siswa

•Rendahnya motivasi belajar siswa terhadap pelajaran ekonomi

•Kurang bervariasinya metode pembelajaran

•Sumber dan media

pembelajaran yang kurang memadai.

PROSES

•Pelaksanaan metode latihan keterampilan/drill pada mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

OUTPUT

•peningkatan hasil belajar dalam hal pengetahuan dan keterampilan siswa pada materi siklus akuntansi


(28)

H. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan antara hasil Pre-test dan Post-test pada pembelajaran dengan perlakuan metode latihan keterampilan/drill

2. Tidak terdapat perbedaan antara hasil Pre-test dengan Post-test pada pembelajaran tanpa perlakuan metode latihan keterampilan/drill.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang mendapat perlakuan metode latihan keterampilan/drill sebagai kelompok eksperimen dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan metode latihan keterampilan/drill sebagai kelompok kontrol pada pengukuran akhir (Post-test).


(1)

tinggi akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi rendah. Dengan demikian intelegensi memegang peranan dalam keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula dalam prestasi belajar. Siswa yang memiliki intelegensia tinggi, prestasi belajarnya juga akan tinggi, sementara siswa yang memiliki intelegensia rendah maka prestasi yang diperoleh juga akan rendah.

c. Cara belajar

Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

d. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya.

e. Minat

Seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat dalam belajar.


(2)

f. Motivasi

Motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula sebaliknya.

F. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disampaikan beberapa hasil penelitian yang terdahulu mengenai metode latihan keterampilan/drill. Namun semua sumber penelitian tedahulu yang didapatkan belum memberikan kontribusi terhadap penelitian ini dikarenakan semua penelitian terdahulu berkaitan dengan pembelajaran olahraga yang menggunakan metode latihan/drill yaitu untuk perlakuan latihan fisik bukan untuk perlakuan dari materi pembelajaran yang diberikan. 1. Wulan Wahyu Widyaningsih. 2009. Perbedaan Metode Latihan Drill

antara Drill Bebas dan Drill Terfokus Terhadap Ketepatan Pukulan Lob dalam Permainan Bulutangkis Pada Atlet Pemula PB Pendowo Semarang Tahun 2008. Menurutnya bahwa kelompok yang dilatih dengan drill terfokus mencapai 69,00 dan lebih baik dibandingkan kelompok yang dilatih dengan drill bebas yang hanya mencapai 61,00. 2. H.Mamad Widya 2007 “Metode latihan kondisi fisik dalam

pengembangan komponen dasar kebugaran jasmani siswa tunanetra (Penerapan metode latihan fisik intensitas rendah melalui latihan pada treadmill dan ergocycle dalam pengembangan unsure daya tahan


(3)

latihan intensitas rendah dengan menggunakan media treadmill dan ergocycle dapat meningkatkan daya tahan aerobic siswa tunanetra di SLBN A.

3. Widyawati, Reny. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-3 SMPN 1 Tanjunganom, Nganjuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mengenai keterlaksanaan pelaksanaan model pembelajaran Latihan Inkuiri dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa secara keseluruhan.

Dari hasil penelitian-penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode latihan/drill apabila diterapkan dalam suatu pembelajaran dapat menghasilkan suatu keterampilan yang diinginkan.

G. Kerangka Pemikiran

Tujuan utama pembelajaran adalah memberikan suatu perubahan positif yang lebih berarti pada diri anak guna melakukan hal yang baik untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

Proses Pembelajaran mengandung dua unsur penting yaitu proses dan hasil belajar. Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.


(4)

Pelajaran ekonomi merupakan bagian dari pembelajaran IPS di sekolah menengah. Dalam pembelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa ,siswa diharapkan memiliki suatu pengetahuan serta keterampilan khususnya dalam bidang akuntansi dengan tujuan siswa mampu mengaplikasikan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Metode latihan keterampilan/drill merupakan metode yang mengarahkan siswa pada banyaknya latihan-latihan yang diberikan sehingga siswa memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu dan siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih dari apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran ekonomi dalam materi siklus akuntansi menuntut siswa memiliki keterampilan dalam mencatat transaksi, menghitung, melakukan mengidentifikasi, membuat laporan, melakukan pengukuran atas hasil pelaporan hingga mengambil kesimpulan atas laporan yang dibuat. Sehingga perlu adanya latihan yang mampu mendatangkan keterampilan tersebut.

Alur pemikiran penelitian ini berawal dari kajian tentang rendahnya hasil belajar akuntansi siswa di kelas XI IPS SMAN 1 Sukatani Kabupaten Purwakarta. Yang diakibatkan dari rendahnya ketuntasan belajar ekonomi materi siklus akuntansi, rendahnya minat belajar dan rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi sehingga diperlukan adanya suatu inovasi pembelajaran. Dalam hal ini peneliti akan mencoba untuk menerapkan suatu metode pembelajaran yang baru yaitu metode latihan keterampilan/drill mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa di kelas XI IPS SMAN 1 Sukatani.


(5)

Diharapkan dari implementasi pembelajaran dengan metode latihan keterampilan pada pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa dapat melatih dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi.

Berikut disampaikan kerangka berfikir dalam penelitian ini :

FEEDBACK

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Kristalisasi Hasil Pemikiran

Mencermati hal-hal di atas, tercermin bahwa metode latihan keterampilan/drill membuka peluang siswa untuk melatih dirinya agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam materi siklus akuntansi. Dengan tujuan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya baik untuk dirinya ataupun orang disekitarnya.

INPUT

•Rendahnya hasil belajar siswa

•Rendahnya motivasi belajar siswa terhadap pelajaran ekonomi

•Kurang bervariasinya metode pembelajaran

•Sumber dan media pembelajaran yang kurang memadai.

PROSES

•Pelaksanaan metode latihan keterampilan/drill pada mata pelajaran ekonomi materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

OUTPUT

•peningkatan hasil belajar dalam hal pengetahuan dan keterampilan siswa pada materi siklus akuntansi


(6)

H. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan antara hasil Pre-test dan Post-test pada pembelajaran dengan perlakuan metode latihan keterampilan/drill

2. Tidak terdapat perbedaan antara hasil Pre-test dengan Post-test pada pembelajaran tanpa perlakuan metode latihan keterampilan/drill.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang mendapat perlakuan metode latihan keterampilan/drill sebagai kelompok eksperimen dengan kelas yang tidak mendapat perlakuan metode latihan keterampilan/drill sebagai kelompok kontrol pada pengukuran akhir (Post-test).