Strategi Implementasi Kebijakan karantina Penanggu

Strategi Implementasi Kebijakan Penanggulangan Penyakit Menular HIV/AIDS
di Kabupaten Jember Dalam Upaya Percepatan Pencapaian Millenium
Development Goals 2015

Binaridha Kusuma Ningtyas, S.IP1
Mar’atul Makhmudah, S.IP, M.Si2 dan Juwita Hayyuning, S.IP, M.IP2
1) Alumni Program Studi Ilmu Politik
2) Staff pengajar Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Univesitas Brawijaya
Penelitian yang berjudul “Strategi Implementasi Kebijakan Penanggulangan
Penyakit Menular HIV/AIDS di Kabupaten Jember Dalam Upaya Percepatan
Millenium Development Goals 2015” menggunakan metode deskriptif kualitatif
yang dimaksudkan untuk menjabarkan serta mengkaji strategi Pemerintah
Kabupaten Jember dalam implementasi kebijakan penanggulangan HIV/AIDS
sebagai upaya mencapai target MDGs 2015 melalui agenda Pemerintah Kabupaten
Jember
yang
diinstruksikan
dalam
SK
Bupati

Jember
Nomor
188.45/330/1/012/2012 Tentang KPA Kabupaten Jember dan SK Bupati Nomor
188.45/366/012/2012 Tentang Kelompok Kerja Teknis KPA Kabupaten Jember
terhadap pencapaian target MDGs 2015.
Kata Kunci : Strategi Implementasi Kebijakan, Millenium Development Goals
2015, Kebijakan Penangguanan HIV/AIDS

PENDAHULUAN

pelanggan WPS yang terdiri dari supir
truk, anak buah kapal, pekerja pelabuhan
dan tukang ojek) dengan kisaran antara
0,2%-1,8%; lelaki seks dengan lelaki
(LSL) 5,2%; pengguna napza suntik
52,4%.
Upaya
pencegahan
dan
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten

Jember, Pemerintah Daerah melalui SK
Bupati Jember Nomor 188.45/39/012/2007
tentang penutupan tempat layanan sosial
transisi untuk Pekerja Seks Komersial
(PSK) dan penutupan prostitusi di

Sejak tahun 2000, prevalensi HIV di
Indonesia meningkat menjadi di atas 5%
pada populasi kunci, seperti pengguna
napza suntik, pekerja seks, waria, LSL,
sehingga dikatakan Indonesia telah
memasuki tahapan epidemi terkonsentrasi.
Hasil Surveilans Terpadu HIV dan
Perilaku (STHP) tahun 2007, prevalensi
rata-rata HIV pada berbagai populasi kunci
tersebut adalah sebagai berikut: WPS
langsung 10,4%; WPS tidak langsung
4,6%; waria 24,4%; pelanggan WPS 0,8%
(hasil survey dari 6 kota pada populasi
1


Millenium Development Goals (MDGs)
atau dalam bahasa Indonesia dikenal
sebagai Tujuan Pembagunan Millenium.
Pemerintah
Kabupaten
Jember
menjabarkan target MDGs tentang
penanggulangn HIV/AIDS melalui Surat
Keputusan
Bupati
Nomor
188.45/330.1/012/2012 tentang Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember
dan Keputusan Bupati Jember Nomor
188.45/366/012/2012 tentang Kelompok
Kerja
teknis
(Pokjanis)
Komisi

Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember
bertujuan untuk meningkatkan koordinasi
dalam rangka pelaksanaan program
penanggulangan AIDS, dimana pada tahun
2015 tercipta kondisi yang diharapkan
yaitu Zero New Infection, Zero AIDS
Related Death, dan Zero Discrimination.
Target MDGs untuk HIV/AIDS adalah
menghentikan laju penyebaran serta
membalikkan kecenderungannya pada
2015. Untuk mencapai target tersebut
diperlukan satu upaya besar-besaran yang
terkoordinasi dengan baik. MDGs pada
hakikatnya
merupakan
tujuan
dan
tanggung jawab semua negara yang
terlibat dalam KTT Milenium. Sekalipun
MDGs merupakan sebuah komitmen

global tetapi diupayakan untuk lebih
mengakomodasikan nilai-nilai lokal sesuai
dengan
karakteristik
masing-masing
negara sehingga lebih mudah untuk
diaplikasikan.
Fokus penelitian ini adalah peran
Pemerintah Daerah dalam mewujudkan
pembangunan global serta meningkatkan
pembangunan
manusia
melalui
peningkatan derajat kesehatan yang
merupakan tujuan pembangunan MDGs
2015,
dengan
menjadikan
strategi
implementasi kebijakan penangulangan

HIV/AIDS di Kabupaten Jember sebagai

Kabupaten Jember dianggap sebagai suatu
alternatif dalam mengurangi penyebaran
HIV/AIDS.
Akan
tetapi
dalam
perjalanannya
setelah
dihentikannya
kegiatan prostitusi di Kecamatan Puger,
penyebaran HIV/AIDS semakin meluas.
Hal ini dikarenakan banyaknya spot baru
ilegal yang semakin meluas, sehingga
menyebabkan jumlah kasus HIV/AIDS
semakin meningkat dan tidak terkendali
penyebarannya.
Dengan
semakin

meluasnya lokasi-lokasi tersebut, akan
semakin sulit untuk mendekteksi atau
menjaring PSK dalam pembinaan layanan
kesehatan.
Pada tahun 2012 jumlah penderita
HIV/AIDS
menyentuh
angka
800
penderita, di tahun 2013 ini bertambah 200
penderita sehingga sudah terdapat 1000
penderita yang ternyata di dominasi oleh
Ibu Rumah Tangga, Pengusaha, dan
Pegawai Negeri. Faktanya bahwa Ibu
Rumah Tangga yang positif mengidap
HIV/AIDS tersebut ditularkan oleh
suaminya yang melakukan seks beresiko.
Sedangkan untuk penderita laki-laki
kebanyakan mereka adalah wiraswasta dan
juga pengusaha, sedangkan Pegawai

Negeri Sipil (PNS) berada di urutan
bawahnya. PNS dalam hal ini juga
termasuk TNI dan Polri yang jumlahnya
juga tidak sedikit.
Kehidupan
yang
layak
dan
kesejahteraan penduduk merupakan tujuan
dari pembangunan di setiap negara, agar
tercipta keadaan yang aman, makmur, dan
sejahtera
dapat
terwujud.
Untuk
mewujudkan semua itu, pada Konferensi
Tingkat
Tinggi
(KTT)
Milenium

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan
September 2000, sebanyak 189 negara
anggota PBB yang diwakili oleh Kepala
Negara dan Kepala Pemerintahan sepakat
untuk melahirkan sebuah deklarasi
2

subjek penelitian dalam rangka percepatan
pencapaian target MDGs 2015.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka
penelitian ini menggunakan metode
peneliian deskriptif kualitatif dengan
teknik
pengumpulan
data
melalui
wawancara, observasi, dan data (studi
dokumen). Untuk dapat menganalisis
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Jember yang akan di implementasikan ke

dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS
sebagai benuk percepatan pencapaian
tarhet MDGs 2015, digunakan teroi Model
Implementasi Kebijakan Van Meter dan
Van Horn, yang dikenal dengan Model
Proses.
Model Proses tersebut terdiri dari
enam variabel, yaitu (1) Ukuran-ukuran
dasar dan tujuan program, (2) Sumbersumber kebijakan, (3) Komuikasi antar
organisasi
dan
kegiatan-kegiatan
pelaksanaan, (4) Karakteristik agen
pelaksana,
(5)
Disposisi
atau
kecenderungan implementator, dan (6)
Kondisi lingkungan sosial.


pencegahan sejak dini dengan memberikan
pengetahuan
tentang
penyebaran,
pencegahan, dan dampak dari HIV/AIDS
kepada masyarakat khususnya populasi
kunci. Harapan yang ingin dicapai dari
pendidikan
HIV/AIDS
ini
adalah
perubahan pola hidup yang tidak sehat di
dalam masyarakat.
Dari data yang diperoleh dari Klinik
VCT selama tahun 2004 – 2013 sudah
ditemukan 33 kasus HIV-AIDS pada
kelompok anak Pelajar/Mahasiswa, dan
untuk yang berdomisili Kabupaten Jember
sebesar 18 kasus. Sedangkan kasus
HIV/AIDS pada kelompok Ibu Rumah
Tangga saat ini sudah menduduki urutan
pertama yakni dari 2004 – 2013 ada 377
kasus dan yang berdomisili dari Jember
terdapat 256 kasus. Sosialisasi HIV/AIDS
ke masyarakat umum baik melalui baliho
maupun leaflet yang disediakan di
layanan-layanan kesehatan dan melakukan
kerjasama dengan seluruh masyarakat
dapat meningkatkan kelompok-kelompok
masyarakat peduli AIDS.
Kasus HIV/AIDS selain ditemukan
pada populasi kunci, saat ini
sudah
mengarah kepada kelompok umum yakni
Anak Sekolah/Mahasiswa dan Ibu Rumah
Tangga. Pada tahun 2012 melalui tema
HAS yakni “Lindungi Perempuan dan
Anak dari HIV dan AIDS” dilaksanakan
sosialisasi di sekolah-sekolah maupun di
Universitas dengan mengusung slogan
ABAT “Aku Bangga Aku Tahu” dan juga
sosialisasi kepada kelompok ibu rumah
tangga dengan melaksanakan seminar yang
diprakarsai oleh KPA, yakni dengan
mengundang perwakilan PKK dari setiap
kecamatan dan desa yang ada di
Kabupaten Jember.

PEMBAHASAN & ANALISIS

A. Upaya yang telah dilakukan
Pemerintah Kabupaten Jember
Terhadap Dampak dan Tindak
Pencegahan Penyakit Menular
HIV/AIDS di Kabupaten Jember
1. Strategi Promotif : Pendidikan
HIV/AIDS Kepada Masyarakat dan
Populasi Kunci
Upaya promotif lebih berfokus pada
suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi
kesehatan.
Upaya
ini
dilaksanakan sebagai salah satu bentuk

3

HIV. Obat-obatan tersebut jika ditelan
seperti ekstasi dapat menyebabkan gairah
seks meningkat, hilang sadar dan akal
sehat, sehingga seks yang dilakukan
cenderung
tidak
aman.
Demikian
juga pemakaian suntik, jarum suntik yang
tidak steril dapat meningkatkan risiko
penularan virus HIV.
E = Equipment, equipment yang dimaksud
merupakan perlengkapan secara umum.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan
peralatan yang beresiko seperti jarum
suntik yang tidak steril baik pada penasun
atau pemakaian tato, hal ini dikarenakan
penularan virus HIV dapat melalui darah.
Diketahui bahwa hubungan seksual
beresiko merupakan faktor terbesar yang
menyebabkan terjadinya penularan HIV,
maka dari itu diperlukan Pencegahan
Penularan Melalui Transmisi Seksual
(PMTS) secara komprehensif. KPA
dibantu
oleh
LSM
melakukan
penjangkauan populasi beresiko (WPS,
Waria, LSL, dan Pelanggan) yang
diharapkan terjadi perubahan perilaku
melalui peningkatan pengetahuan dan
mengikuti pelayanan kesehatan yang telah
disediakan
oleh
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Jember. Pelayanan kesehatan
dalam tindakan preventif yaitu melakukan
tes terhadap populasi beresiko positif atau
tidaknya virus HIV tersebut. Tes HIV
tersebut dibagi menjadi dua pendekatan,
yaitu VCT dan
PITC/KTIP. Kedua
pendekatan pelayanan tersebut merupakan
langkah awal untuk memastikan kondisi
seseorang terinfeksi HIV atau tidak.
Guna mendukung upaya pencegahan
PMTS, maka KPA Kabupaten Jember
membentuk outlet-outlet kondom di
beberapa lokasi. Penyediaan outlte-outlet
kondom
baik
kondom
laki-laki,
perempuan, dan lubrikan didistribusikan
oleh KPA Kabupaten Jember yang

2.

Strategi Preventif : Tindakan
Pencegahan
Penularan
dan
Peyediaan Layanan Tes HIV
Upaya preventif adalah suatu
kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit. Dalam rangka
mencegah berkembangnya penyebaran
HIV/AIDS yang merupakan ancaman
serius bagi kehidupan manusia perlu
dilakukan upaya-upaya penanggulangan
secara terpadu, efektif, dan efisien. Setiap
tahunnya di Kabupaten Jember, kasus
HIV/AIDS semakin meningkat. Adanya
peningkatan penemuan kasus baru
HIV/AIDS disebabkan oleh adanya
keterbukaan informasi untuk melakukan
tes HIV/AIDS terutama bagi populasi
kunci.
Dalam upaya pencegahan sejak dini
penularan HIV/AIDS terhadap masyarakat
terutama kelompok umur produktif baik
yang tidak beresiko maupun beresiko,
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
mengenalkan metode ABCDE agar lebih
mudah dipahami oleh masyarakat. Metode
ini diharapkan dapat merubah pola atau
perilaku hidup masyarakat menjadi lebih
sehat. ABCDE sendiri merupakan anjuran
atau peringatan untuk menjauhi hal-hal
atau kegiatan yang beresiko dalam
penularan HIV/AIDS. Adapun slogan
ABCDE sebagai berikut :
A = Abstinancy, absen untuk berhubungan
seks yang berisiko bila diketahui pasangan
memiliki potensi penyakit menular
seksual.
B = Be Faithful, salah satu seks sehat
adalah dengan be faithful atau setia.
C = Condom, jika hubungan seks yang
dilakukan akan berisiko menuai penyakit,
maka sebaiknya menggunakan kondom.
D
= Drugs, menjauhi
obat-obatan
terlarang karena baik yang diminum atau
disuntik dapat berpotensi menyebabkan
4

diupayakan untuk mengikuti konseling dan
tes HIV. Selain pada ibu hamil, penderita
dengan TB juga rentan terhadap HIV.
ODHA rentan terhadap TB, karena TB
juga terbukti mempercepat perjalalan
infeksi HIV dan perlu diketahui bahwa
tingginya angka kematian penderita TB
disebabkan terutama oleh infeksi HIV.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember melakukan tindakan
pencegahan dini dengan memerikan
layanan konseling dan pemeriksaan
terhadap ibu hamil dan penderita TB.
3. Strategi
Kuratif
:
Fasilitas
Pengobatan HIV/AIDS Bagi ODHA
Upaya kuratif adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan
penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin. HIV/AIDS
telah
menjadi
pandemi
yang
mengkhawatirkan
masyarakat
dunia,
karena disamping belum ditemukan obat
dan vaksin pencegahan penyakit ini juga
memiliki “window periode” dan fase
asimtomatik (tanpa gejala) yang relatif
panjang dalam perjalanan penyakitnya.
Hal
tersebut
menyebabkan
pola
perkembangannya
seperti
fenomena
gunung es. Jumlah kasus HIV/AIDS dari
tahun ke tahun di seluruh bagian dunia
terus meningkat meskipun berbagai upaya
preventif
terus
dilaksanakan.
Dari
beberapa cara penularan tersebut, masingmasing penularan memiliki resiko
penularan cukup besar. Oleh karena itu,
penularan HIV harus diberi pengobatan
agar penyebaran mengalami perlambatan.
HIV tidak dapat disembuhkan karena
tidak ada obat yang dapat sepenuhnya
menyembuhkan
HIV/AIDS.
Perkembangan penyakit dapat diperlambat
namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya.

bersumber dari Global Fund dan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Adanya outlet
kondom tersebut diharapkan mampu
mengurangi resiko penularan HIV pada
hubungan beresiko. Selain promosi,
pemasaran, penyediaan kondom, KPA
Kabupaten Jember juga menyediakan
Layanan Alat Suntik Steril (LASS). Hal ini
merupakan upaya pengurangan dampak
buruk kepada Penasun (Harm Reduction).
Harm reduction dilakukan oleh KPA dan
LSM dalam penjangkauan penasun. Pada
penyuntikan Napza, jika peralatan suntik
tersebut dipakai bergantian tanpa proses
proses pensterilan secara tepat, maka akan
terdapat kemungkinan resiko penularan
HIV.
Selain penjaringan yang dilakukan
terhadap populasi beresiko tinggi, Dinas
Kabupaten Jember juga memberikan
pelayanan
konsultasi
HIV
kepada
kelompok yang berpotensi tertular HIV,
yaitu ibu hamil dan penderia Tuberkolosis
(TB). Salah satu cara penularan virus HIV
adalah saat masa perinatal. Penularan
perinatal merupakan penularan dari ibu
yang terinfeksi HIV kepada bayinya pada
masa perinatal. Penularan pada saat
menyususi terutama terjadi pada mingguminggu pertama menyusui, terutama bila
ibu baru terinfeksi saat periode menyusui.
Jika ibu dengan infeksi HIV, tidak
menyusui bayinya maka kemungkinan
bayinya terinfeksi HIV berkisar 15-30%,
bila menyusui bayinya hingga 10-24 bulan
maka resiko akan meningkat menjadi 3045%.1 Dengan demikian, Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember memiliki program yaitu
PMTCT (Prevention of Mother-to-Child
Transmission), dimana setiap ibu hamil
1

Nasronudin dan Margarita M. Maramis, ed., Op.
Cit., hlm, 111.

5

tetap
memberi
kesempatan
untuk
melanjutkan sekolah tanpa adanya
diskriminasi. Sedangkan untuk anak atau
balita yang orang tuanya ODHA atau
yatim/piatu mendapat bantuan berupa susu
untuk tetap mendapatkan gizi dan nutrisi
yang baik. Selain itu, terdapat dukungan
sosial
berbasis
keluarga
untuk
meningkatkan kualitas hidup ODHA dan
keluarganya yang dilakukan di Klinik
Care Support and Treatment (CST)
dengan dibentuknya Kelompok Dukungan
Sebaya (KDS) untuk saling memberikan
dukungan antar ODHA.
HIV/AIDS bukan hanya dianggap
sebagai sebuah penyakit melainkan sebuah
momok bagi masyarakat awam karena
sifat penularannya. Oleh karena itu,
dilakukan intervesi struktural dengan
meningkatkan keterlibatan masyarakat dan
pemangku kepentingan untuk mengurangi
stigma
yang
berkembang
dalam
masyarakat.

Kombinasi yang tepat antara berbagai
obat-obatan antiretroviral (ARV) dapat
memperlambat
kerusakan
yang
diakibatkan oleh HIV pada sistem
kekebalan tubuh dan menunda awal
terjadinya
AIDS.
Pengobatan
dan
perawatan yang ada terdiri dari sejumlah
unsur yang berbeda, yang meliputi
konseling dan tes mandiri (VCT),
dukungan bagi pencegahan penularan
HIV, konseling tidak lanjut, saran-saran
mengenai makanan dan gizi, pengobatan
IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan
dan perawatan infeksi oportunistik (IO),
dan pemberian ARV.
4. Strategi Rehabilitatif : Mitigasi
Dampak HIV/AIDS
Pelayanan
kesehatan
rehabilitatif
adalah kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan untuk mengembalikan bekas
penderita ke dalam masyarakat sehingga
dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya
dan masyarakat semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya. Hingga
tahun 2013 menurut data Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember (lihat Tabel IV.2)
perkembangan ODHA saat ini terdapat
1053 kasus HIV dengan jumlah kematian
sebanyak 89 kasus, sedangkan untuk AIDS
terdapat 478 kasus dengan jumlah
kematian 69 kasus. Dengan adanya jumlah
kematian dan jumlah ODHA yang masih
tetap hidup, perlu dilakukan upaya dan
dukungan psikososial bagi ODHA dan
keluarga ODHA.
Salah satunya adalah meningkatkan
akses layanan pendidikan, kesehatan dan
nutrisi bagi anak terinfeksi dan terdampak
HIV dari keluarga miskin, baik yang masih
memiliki orang tua maupun yatim piatu.
Dalam memberikan layanan pendidikan
bagi ODHA tidak terdapat diskriminasi,
dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jember

B. Analisis Strategi Implementasi
Kebijakan
Penanggulangan
HIV/AIDS di Kabupaten Jember
dalam
Rangka
percepatan
Penncapaian
Target
MDGs
2015dengan Model Proses Van
Meter dan Van Horn
MDGs menetapkan target atau
indikator yang harus dicapai pada 2015
terkait penanggulangan HIV/AIDS adalah
mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan
mulai menurunkan kasus baru pada 2015
dengan indikator (a) prevalensi HIV/AIDS
per 100.000 penduduk; (b) penggunaan
kondom pada hubungan seks resiko tinggi;
(c) penggunaan kondom sebagai alat
kontrasepsi; (d) presentase populasi usia
12-24 tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif tentang HIV/AIDS, dan (e)
rasio murid yatim dan/atau piatu terhadap
6

SKPD yang justru terlibat dalam upaya
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten
Jember. Selain itu, fungsi civil society
dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS
di Kabupaten Jember sangat memegang
peranan penting dalam membuka dan
menemukan kasus baru. LSM memiliki
tugas yang sangat krusial yaitu melakukan
penjaringan terhadap populasi kunci. Peran
LSM Laskar tersebut sangat membantu
KPA dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember untuk melaksanakan program
sosialisasi, penyuluhan, serta mobile
pelayanan. Agar program kerja berjalan
efektif
diperlukan
dana
untuk
mengimplementasikannya, adanya bantuan
asing berupa hibah dari Global Fund (GF)
dimanfaatkan
untuk
pembiayaan
pelayanan VCT yang dialokasikan untuk
insentif pelaksanan, pembelian reagen,
pembelian bahan habis pakai, dan obat
ARV. Hibah dari GF tersebut sangat
membantu dalam memberikan layanan
kesehatan terhadap ODHA maupun
populasi yang beresiko.
Kedua , faktor selanjutnya yang juga
mempengaruhi pencapaian implementasi
kebijakan penanggulan HIV/AIDS di
Kabupaten Jember untuk mencapai target
MDGs 2015 adanya pendekatan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan
informasi masyarakat utamanya populasi
kunci untuk melakukan pola hidup sehat
serta masyarakat mulai terbuka dengan
informasi HIV/AIDS. Pendekatan yang
dilakukan
menggunakan
dasar-dasar
pembangunan kesehatan yang digunakan
sebagai landasan untuk berfikir dan
bertindak
dalam
penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Pendekatan
tersebut
yaitu,
Perikemanusiaan,
Pemberdayaan dan Kemnadirian, Adil dan
Merata, serta Pengutamaan dan Manfaat.

non yatim/piatu berusia 10-14 tahun.
Target selanjutnya adalah tersedianya
akses universal untuk perawatan terhadap
HIV/AIDS bagi yang memerlukan dengan
indikator yaitu proporsi populasi dengan
tingkat penyebaran HIV tinggi terhadap
akses dengan ARV.
Van
Meter
dan
Van
Horn
menawarkan pendekatan yang mencoba
untuk menghubungkan antara kebijkan
publik dengan implementasi dan suatu
model konseptual yang menghubungkan
kebijakan publik dengan kinerja kebijakan
yang berorinetasi pada prestasi kinerja.
Untuk mengetahui apakah implementasi
kebijakan tersebut berjalan secara efektiv
atau tidak perlu dilakukan analisis
mendalam untuk mengetahuinya.
Keberhasilan
atau
pencapaian
implementasi kebijakan penanggulangan
penyakit menular HIV/AIDS di Kabupaten
Jember untuk mencapai target MDGs
2015,
dapat
diketahui
dengan
menggunakan metode pendekatan Van
Meter dan Van Horn bahwa dalam
mengkaji implementasi publik, perlu
diketahui hambatan-hambatan apa saja
yang terjadi dalam mencapai target
tersebut, seberapa jauh tingkat efektivitas
mekanisme-mekanisme kontrol pada setiap
agen pelaksana, dan bagaimana kepatuhan
agen pelaksana dalam implementasi
kebijakan
tersebut.
Menurut
hasil
penelitian dari data dan di lapangan,
keberhasilan dan efektivitas implementasi
kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di
Kabupaten Jember terhadap pencapaian
target MDGs 2015 dapat diketahui dari
beberapa faktor, antara lain :
Pertama ,
adanya
hubungan
kemitraan dengan pihak asing maupun
civil society dan koordinasi lintas sektor.
Kebijakan tersebut tidak hanya dilakukan
oleh satu SKPD saja, melainkan banyak
7

penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten
Jember
dalam
rangka
percepatan
pencapaian target MDGs 2015 dilakukan
dengan melakukan empat strategi, yaitu (1)
Strategi promotif dengan memberikan
pendidikan dan pengetahuan HIV/AIDS
kepada kelompok masyarakat umum dan
populasi kunci, (2) Strategi preventif,
dengan melakukan tindakan pencegahan
penularan dan penyediaan layanan tes
HIV, (3) Strategi rehabilitatif, dengan
menyediakan
fasilitas
pengobatan
HIV/AIDS bagi ODHA, dan (4) Strategi
kuratif, yaitu mitigasi dampak HIV/AIDS
dengan
memberi
dukungan
dan
memberikan ketrampilan terhadap ODHA.
Dari kesimpulan tersebut dan
berdasarkan data yang diperoleh, strategi
implementasi kebijakan penanggulangan
HIV/AIDS di Kabupaten Jember mampu
menerjemahkan tujuan dan target yang
hendak dicapai dalam MDGs 2015. Hal
tersebut dapat dilihat dari konsistensi dan
komitmen 3 SSR HIV/AIDS Kabupaten
Jember untuk melakukan upaya besarbesaran
terhadap
penanggulangan
HIV/AIDS walaupun hal tersebut masih
membutuhkan kerja keras semua sektor.
Keberhasilan implementasi MDGs 2015
tersebut memang belum sepenuhnya
mencapai target yang dikehendaki, akan
tetapi secara bertahap dan konsisten, upaya
tersebut berbuah pada temuan-temuan
kasus baru dan perubahan pola hidup
masyarakat. Keberhasilan implementasi
kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di
Kabupaten Jember terhadap upaya
pencapaian MDGs 2015 disebabkan oleh
tiga faktor. Faktor tersebut merupakan
hasil penelitian yang dilakukan selama di
lapangan. Faktor tersebut adalah (1)
hubungan kemitraan dengan pihak asing,
koordinasi lintas sektor, dan meningkatkan
peran civil society melalui kelompok

Ketiga , yaitu kesediaan kelompok
sasaran mematuhi output kebijakan
menjadi
faktor
terakhir
yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan penanggulan HIV/AIDS di
Kabupaten Jember guna menurunkan
jumlah kematian serta temuan kasus baru
sesuai dengan indikator MDGs 2015.
Adanya kepatuhan atau kemauan dari
populasi kunci menyebabkan terjadinya
perubahan pola hidup beresiko menjadi
pola hidup tidak beresiko. Adanya
kemauan penasun serta PSK untuk
melakukan tes VCT dan menggunakan
kondom/LASS
menunjukkan
bahwa
populasi kunci tersebut setidaknya sudah
sadar bahwa selama ini pola hidupnya
tidak sehat dan ada kemauan untuk
melakukan perubahan pola hidupnya,
walaupun secara bertahap diharapkan
kepatuhan dan kemauan populasi kunci
tersebut
dapat
mengurangi
resiko
tertularnya HIV/AIDS. Dengan adanya
koordinasi dari lintas sektor diharapakan
benar-benar terjadi perubahan pola hidup
sehat kepada populasi kunci dan sebagai
pengetahuan dasar untuk pencegahan dini
kepada masyarakat awam.
KESIMPULAN

Adanya MDGs semakin mendorong
upaya Pemerintah Kabupaten Jember
terhadap peningkatan penanggulangan
HIV/AIDS di Kabupaten Jember. Dalam
rangka melakukan percepatan pencapaian
MDGs, Pemerintah Kabupaten Jember
melalui KPA dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember melakukan upayaupaya yang mampu mengantisipasi
penyebaran
HIV/AIDS.
Dengan
menggunakan model implementasi Van
Meter dan Van Horn yang berfokus pada
performa kinerja, implementasi kebijakan
8

peduli AIDS, (2) pendekatan implementasi
kebijakan terhadap kelompok sasaran, dan

(3) kesediaan kelompok sasaran dalam
mematuhi output kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Abdullah, Syukur. 1987. Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep
Pendekatan dan relevansinya dalam Pembangunan”, Ujung Pandang : Persadi.
Achmadi, Umar Fahmi. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : Penerbit
Buku Kompas.
___________________. 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Jakarta :
PT RINEKA CIPTA.
Anderson, James E. 1979, Public Policy Making. New York : Holt, Rinehart and Winston.
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan. Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya . Jakarta: Kencana.
Dunn, William. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Diterjemahkan oleh Samodra
Wibawa dkk). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Islamy, Irfan. 1997. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara . Jakarta : Bumi
Aksara.
Khun, Thomas S. 1970. The Structure of Scientific Revolution . London : The University of
Chicago.
Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Askara.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketigabela s. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Nasronudin dan M. Maramis, Margarita, ed. 2007. Konseling, Dukungan, Perawatan, dan
Pengobatan ODHA. Surabaya : Airlangga University Press.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial, Bandung : Refika Aditama.
Sumoprawiro, Hariyoso. 2002. Pembaruan Birokrasi dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta :
Peradaban.
Talizidhu, Ndraha. 2003. Kybernologi : Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Pembangunan : Dilema dan Tantangangan, Cetakan Kesatu .
Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR.
Wahab, Solichin A. 1997. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara . Jakarta : Bumi Aksara.
9

________________. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang : Umm Press.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Presindo.
Buku Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2013.
JURNAL
Miles dan Huberman, A.M. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Jones, Charles O. 1977. An Introduction to The Study of Public Policy. 2nd e.d,
Massachusetts : Duxbury Press.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Pustaka
LP3ES.
PUBLIKASI ELEKTRONIK
Adisasmito, Wiku. 2008. Analisis Politik Nasional dan Millenium Development Goal (MDG).
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Anonim.

http://www.jemberpost.com/jember-10-besar-penderita-hivaids/
November 2013, pukul 09.58.WIB.

diakses

21

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). 2010. Strategi dan Rencana Aksi Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014.
Laporan Triwulan Q8 KPA Kabupaten Jember Periode April – Juni 2012.
Laporan Triwulan Q14 KPA Kabupaten Jember Periode Oktober – Desember 2013.
UNAIDS, 2008. Report on The Global AIDS Epidemic.
US Department of State. 2006. HIV/AIDS Palliative Care Guidance.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) Tahun 2005-2025
Yayasan Spiritia. 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan Desember
2013. http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1 diunduh 11 Maret
2014, pukul 23.36 WIB.
Winston, Tellis. July 1997. Introduction to Case Study. The Qualitative Report, Volume 3.
Number 2. http://www.nova.edu/sss/QR/QR3-2/tellis1.html diakses 21 November
2013, pukul 10.16 WIB.

10

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1994 Tentang Pembentukan KPA di Tingkat Nasional,
Provinsi Dan Kabupaten/Kota.
Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006 Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor 050/583/SJ Tentang Percepatan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) Tahun
2011-2015.
Surat Keputusan Bupati Jember Nomor 188.45/39/012/2007 Tentang Penutupan Tempat
Layanan Sosial Transisi Untuk Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Penutupan
Prostitusi di Kabupaten Jember.
Surat Keputusan Bupati
Jember Nomor 188.45/330.1/012/2012 Tentang Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember.
Surat Keputusan Bupati Jember Nomor 188.45/366/012/2012 Tentang Kelompok Kerja
Teknis (Pokjanis) Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember

11