peran pemerintah dalam memberikan akses

PERAN PEMERINTAH
DALAM MEMBERIKAN AKSES PENDIDIKAN
KEPADA MASYARAKAT MISKIN DI KOTA MALANG

Moch. Fakthurrohman
105120504111003

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejuah mana peran pemerintah Kota
Malang dalam memberikan akses pendidikan kepada masyarakat miskin, melalui
implementasi program Bantuan Siswa Miskin (BSM). Penelitian ini menggunakan
penelitian kulalitatif deskriptif.
Dalam melaksanakan proses implementasi program BSM ada dua tahapan
penting. Pertama adalah proses sosialisasi terhadap sekolah-sekolah dan masyarakat
tentang program BSM dan bagaimana pelaksanaannya. Kedua adalah proses
pelaksanaan yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan mendata siapa saja siswa
yang berhak menerima BSM. Program BSM ini masih belum berjalan maksimal, hal
ini ditunjukkan dengan menurunnya tingkat partisipasi sekolah di Kota Malang dan
ini menunjukkan masih belum sepenuhnya akses pendidikan di dapatkan oleh
masyarakat miskin di Kota Malang.
Kata kunci : program BSM, Pemerintah Kota Malang dan Akses pendidikan


PENDAHULUAN
Kemiskinan masih menjadi isu di Indonesia. upaya mengatasi kemiskinan
telah dilakukan antara lain dengan menyediakan beberapa kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan pembangunan pertanian.
Bahkan pemberian BLSM (Bantuan Langsung Tunai) juga telah ditempuh. Kesalahan
mendasar saat ini adalah melihat kemiskinan sebagai ketidakmapuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya yang disebabkan oleh rendahnya penghasilan (aspek
ekonomi) mereka, sehingga pemecahan yang logis adalah dengan meningkatkan

penghasilan. Cara penanggulangan kemiskinan tidak hanya secara fisik melainkan
juga dengan cara non-fisik yaitu melalu peningkatan moral, sikap dan menerapkan
nilai-nilai universal manusia (jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dll). Semua itu hanya bisa
di dapatkan melalui pendidikan, baik pendidikan secara formal dan non-formal. UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan sudah menjadi kebutuhan dasar atau hak dari setiap warga negara
sehingga sudah sepantasnya pemerintahan negara menjamin hak pendidikan bagi
setiap warga negara. karena di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 11 ayat 1 menjelaskan “ Pemerintah dan pemerintah
daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”. Atas dasar itu
baik warga negara yang kaya maupun miskin berhak mendapatkan pendidikan. UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 46 yang
mengatakan bahwa “Pendanaan Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, serta pasal 34 ayat 2 yang isinya
“Pemerintah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya”. Hal ini berarti bahwa pemerintah
berkewajiban membiayai pendidikan dasar bagi warga negaranya (Anjar, 2011:1-2).
Beberapa kebijakan atau program telah dikeluarkan Pemerintah Pusat dalam
menjaga komitmen di bidang pendidikan seperti program wajib belajar Sembilan
tahun, pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin
(BSM) merupakan hasil dari keseriusan komitmen Pemerintah Pusat dalam
memberikan akses pendidikan bagi masyarakat miskin. Program wajib belajar
pendidikan dasar Sembilan tahun yang kemudian melahirkan program wajib belajar


pendidikan menengah dua belas tahun juga merupakan bukti keseriusan Pemerintah
Pusat dalam memberikan akses pendidikan bagi masyarakat miskin. Terlebih
Pemerintah Pusat harus memberikan akses pendidikan terhadap masyarakat miskin
karena menurut UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat 1 yang menjelaskan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar dan terecana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Artinya pendidikan adalah
kegiatan untuk mengembangkan potensi diri secara sadar dan terencana. bahwa
masyarakat miskin harus sadar akan keadaan mereka dan merencanakan untuk
mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi lebih baik lagi.
Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia dan
bertujuan untuk memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk
dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat
atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Suwiti, 2010:2). Hal
tersebut sesuai dengan visi pendidikan nasional yang tertuang di dalam UU No 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa “Sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan”.
Dalam implementasi program wajib belajar sembilan tahun ini tidak mudah,
sehingga diperlukan sebuah program tambahan guna membantu kelancaran jalannya
program wajib belajar sembilan tahun ini. Program yang dibuat oleh pemerintah guna
membantu kelancaran program wajib belajar sembilan tahun ini adalah program BOS
(Bantuan Operasional Sekolah). Tujuan program Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) adalah untuk membebaskan biaya pedidikan bagi siswa miskin/ tidak mamu
dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan
dasar sembilan tahun yang bermutu (Abdul, 2008: 8). Program ini membantu
kelancaran program wajib belajar sembilan tahun yang berjalan kurang efektif akibat
dari kenaikan BBM. Kenaikan BBM ini memberatkan warga negara yang miskin
sehingga mengakibatkan lemahnya kondisi ekonomi dan berefek kepada akses
pendidikan mereka. Selain program BOS yang dibuat untuk menunjang kelancaran
dari program wajib belajar sembilan tahun, ada program lainnya yang dibuat oleh
pemerintah guna menunjang program wajib belajar sembilan tahun, yaitu program
Bantuan Siswa Miskin (BSM).

Program BSM adalah program nasional yang bertujuan untuk menghilangkan
halangan siswa miskin berpartisipasi untuk sekolah dengan membantu siswa miskin
memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak, mencegah putus sekolah,
menarik siswa miskin untuk kembali bersekolah, membantu siswa memenuhi
kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, dan mendukung program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun. Melalui program BSM ini diharapkan anak usia
sekolah dari rumah tangga keluarga miskin dapat terus bersekolah, tidak putus
sekolah, dan diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan yang saat ini dialami
orangtuanya (www.tnp2k.go.id diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 16.14).
Hal tersebut sudah sesuai dengan amanat yang ada di dalam UU No 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 yang menjelaskan bahwa
“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”. Begitu juga dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 11 ayat 1 yang menjelaskan bahwa “Pemerintah dan pemerintah
daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”. Dan ayat 2
yang menjelaskan bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun”. Artinya dari pasal 11 ayat 1 dan 2


mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah memberikan layanan pendidikan
yang mudah di akses oleh semua warga negara dan tidak ada pungutan biaya dalam
proses belajar dari umur tujuh tahun sampai lima belas tahun.
Program BSM ini bersifat bantuan langsung kepada siswa dan bukan
beasiswa, karena berdasarkan kondisi ekonomi siswa dan bukan berdasarkan prestasi.
Setiap siswa SD/MI mendapat dana bantuan sebesar Rp 360.000 per tahun, siswa
SMP/MTs sebesar Rp 550.000 per tahun, SMA/SMK/MI sebesar Rp 780.000 per
tahun dan pergutuan tinggi sebesar Rp 1.200.000 per tahun. Besaran dana bantuan
tersebut yang menentukan adalah pemerintah pusat yang menjadi acuan bagi
pemerintah daerah. Di Kota Malang terdapat 641,642 orang yang tingkat
kesejahteraanya rendah, dan ada sekitar 36,818 anak yang tidak bersekolah, rincian
anak yang tidak bersekolah sebagai berikut : usia 7-12 tahun berjumlah 5,125, usia
13-15 tahun berjumlah 10,787, dan usia 16-18 tahun berjumlah 20,906. Dan jumlah
partisipasi sekolah di kota Malang dari tingkat SD sampai SMA sekitar 123,017
siswa, berarti sekitar 3,34 persen siswa miskin yang tidak sekolah di kota Malang
(www.tnp2k.go.id diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 16.14).Artinya masih
sekitar 3 persen lebih siswa miskin di kota Malang yang tidak bersekolah, ini yang
menjadi tanggungan pemerintah daerah kota Malang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Menurut David Williams bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada
suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang
atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Pendapat lain Denzin dan Lincoln
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Meleong,2007:5). Menurut Darmadi
(2011:145) metode deskriptif akhir-akhir ini juga sering dilakukan oleh para peneliti
karena dua alasan pertama, dari pengamatan empiris di dapat bahwa sebagian besar

laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif
sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan
bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia. Berdasarkan dua alasan tersebut
maka peneliti menggunakan metode ini dalam laporan penelitian.
Lokasi penelitian ini berada di Kota Malang, Jawa Timur. Pemilihan lokasi di
Kota Malang karena berdasarkan misi dari Pemerintah Kota Malang yang menjadi
kan pendidikan sebagai prioritas utama, selain itu karena tingkat kemiskinan di Kota
Malang masih tinggi. Berdasarkan data Malang dalam angka 2013 total keluarga
miskin di Kota Malang berjumlah 36.286 berarti sekitar 22,6 Persen dari total jumlah
penduduk Kota Malang yang berjumlah 820.243 pada tahun 2010.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Pertama, wawancara yaitu tatap muka secara langsung dengan Kepala Sub
Bagian SD,SMP, dan SMA Dinas Pendidikan Kota Malang sebagai informan kunci.
Karena Kepala Sub Bagian SD,SMP, dan SMA Dinas Pendidikan Kota Malang
mengetahui seluk beluk proses implementasi program BSM. Beberapa kepala sekolah
di Kota Malang sebagai informan utama. Karena kepala sekolah yang bertanggung
jawab dan mengawasi proses implementasi program BSM di tingkat sekolah. Kedua,
Dokumentasi adalah pengumpulan data dari berbagai sumber tulisan, seperti buku,
bahan laporan, surat keputusan, hasil-hasil rapat dinas pendidikan terkait program
BSM dan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Beberapa dokumen
yang digunakan oleh peneliti adalah buku panduan BSM tahun 2013 dan Laporan
Eksekutif pendidikan BPS Jatim 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan Visi “Bermartabat” maka Pemerintah Kota Malang benar-benar serius
memberikan akses pendidikan kepada masyarakatnya terutama masyarakat miskin di
Kota Malang. akronim dari terdidik di ejawantahkan oleh Pemerintah Kota Malang
melalui misinya yang secara spesifik memberikan prioritas pada peningkatan kualitas
pendidikan di Kota Malang. Artinya dengan memprioritaskan pada peningkatan


kualitas pendidikan Kota Malang pemerintah harus memberikan akses pendidikan
kepada semua golongan masyarakat Kota Malang. Dalam memberikan akses
pendidikan kepada semua golongan masyarakat Kota Malang, Pemerintah harus
mempunyai indikator akses pendidikan. Ada beberapa indikator akses pendidikan
yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kota Malang, yaitu Angka Partisipasi
Sekolah (APS), Angaka Melek Huruf (AHM), dan Angka Putus Sekolah (APTS).
Tabel 1 :Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota Malang tahun 2012-2013 :
Tahun

Satuan

Usia 7-12 Tahun

Usia 13-15 Tahun

Usia 16-18 Tahun

2012

%


99,55

92,52

74,15

2013

%

98,76

96,32

69,16

Sumber : Laporan Eksekutif pendidikan BPS Jatim

Tabel 2 :Angka Melek Huruf (AMH) di Kota Malang tahun 2012-2013 :

Tahun

Satuan

Angka Melek Huruf

2012

%

98,34

2013

%

98,38

Sumber : Laporan Eksekutif pendidikan BPS Jatim

Tabel 3 : Angka Putus Sekolah (APTS) di Kota Malang tahun 2011-2013 :
Tahun

Satuan

SD/MI

SLTP/MTs

SLTA/MA

2011-2012

%

0,09

0,16

0,90

2012-2013

%

0,05

0,19

0,72

Sumber : Laporan Eksekutif Pendidikan BPS Jatim 2014

a. Peran Pemerintah Kota Malang Dalam Implementasi Program Bantuan Siswa
Miskin (BSM)

Dalam proses implementasi program BSM Pemerintah Kota Malang menjadi
aktor paling penting dan ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Malang melalui Dinas Pendidikan Kota Malang dalam implementasi program BSM.
Pertama adalah proses sosialisasi. Kedua adalah proses pelaksanaan. Dan ketiga

adalah proses monitoring dan evaluasi. Sebelum melakukan ketiga tahapan tersebut
yang dilakukan Pertama adalah merumuskan tindakan yang akan dilakukan dan
kedua adalah melaksanakan tindakan apa yang telah dirumuskan tadi. Jadi hal

terpenting yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang adalah
merumuskan tindakan yang akan dilakukan sebelum proses implementasi program
BSM ini, seperti membuat SOP (Standart Operasional Prosedur) sehingga mereka
mempunyai targetan dalam setiap pelaksanaan proses implementasi baru setelah itu
Dinas Pendidikan melaksanakan tidakan apa yang telah dirumuskan tadi.
Proses sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang melalui Dinas
Pendidikan Kota Malang dengan cara mengumpulkan seluruh kepala sekolah yang
ada di Kota Malang baru setelah itu di tindak lanjuti dengan surat edaran yang
diberikan ke sekolah-sekolah yang ada di Kota Malang. Proses ini hanya melibatkan
instansi pemerintah yaitu Dinas Pendidikan Kota Malang sedangkan sekolah dan
masyarakat yang menjadi objeknya. Proses sosialisasi ini menjadi sangat penting
dalam tahapan implementasi program BSM ini, karena dalam proses ini Dinas
Pendidikan Kota Malang menyampaikan informasi tentang apa itu program BSM
sehingga apabila dalam proses sosialisasi ini tidak berjalan dengan baik maka akan
terjadi miss komunikasi antara Dinas Pendidikan Kota Malang dengan sekolahsekolah serta masyarakat. Dalam proses sosialisasi ini beberapa hal yang disampaikan
adalah pengertian tentang BSM, sasaran penerima, besaran dana BSM, pemanfaatan
dana, waktu penyaluran, mekanisme penentuan pemberian BSM, mekanisme
pencairan, penyaluran dan pengambilan dana BSM.

Proses yang kedua adalah proses pelaksanaan program BSM. Proses ini
dilaksanakan oleh pihak sekolah, dalam proses pelaksanaan ini pihak sekolah juga
melaksanakan proses sosialisasi ke guru-guru serta wali murid yang menerima BSM
ini. Proses pelaksanaan program BSM ini akan semakin baik apabila pada saat proses
sosialisasi ke guru-guru dan wali murid bisa menerima dengan baik informasi yang
diberikan oleh Dinas Pendidikan karena pada saat proses sosialisasi tersebut pihak
Dinas Pendidikan memberikan seluruh informasi terkait dengan BSM. Di dalam buku
panduan pelaksanaan program BSM disebutkan bahwa salah satu syarat penerima
BSM adalah masyarakat miskin yang memiliki KPS (Kartu Perlindungan Sosial)
selain itu pihak sekolah juga mempermudah syarat penerima BSM apabila siswa
calon penerima BSM tersebut tidak memiliki KPS, seperti yang dilakukan oleh
SMAN 3 Malang. pihak sekolah sebenarnya sudah mempunyai cara sendiri dalam
menentukan siswa penerima BSM yaitu dengan cara data online siswa yang diisi
sewaktu siswa mendaftarkan dirinya ke SMAN 3 Malang tersebut.
Setelah proses sosialisasi dan pelaksanaan program baru setelah itu tahap
ketiga yaitu proses monitoring dan evaluasi. Dalam buku panduan pelaksaan program
BSM monitoring dibedakan menjadi monitoring internal dan monitoring eksternal.
Monitoring internal adalah monitoring yang dilakukan oleh Tim Pusat, Tim Provinsi,
dan Tim kabupaten/Kota. Monitoring ini bersifat supervisi klinis, yaitu melakukan
monitoring dan ikut menyelesaikan masalah jika ditemukan permasalahan dalam
pelaksanaan program BSM. Monitoring eksternal dapat dilakukan oleh orang tua
siswa atau masyarakat yang bersifat evaluatif terhadap pelaksanaan program dan
melakukan analisis terhadap dampak program, kelemahan dan rekomendasi untuk
perbaikan program. Proses monitoring evaluasi ini dilakukan oleh dua pihak, pertama
oleh pihak internal yaitu pengarah, penanggung jawab dan pelaksana. Sementara
kedua oleh pihak eksternal, yaitu orang tua siswa penerima BSM dan masyarakat atau
instansi diluar pemerintahan.
Tujuan dari proses monitoring evaluasi ini adalah melakukan pemantauan,
pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BSM. Secara

umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BSM diterima oleh
yang berhak dalam jumlah, waktu, cara, dan penggunaan yang tepat. Komponen
utama yang dimonitor antara lain: alokasi dana sekolah penerima bantuan, penyaluran
dan penyerapan dana, pelayanan dan penanganan pengaduan, administrasi keuangan,
dan pelaporan. Untuk mengantisipasi terjadinya penyelewengan dana bantuan ini,
pihak Dinas Pendidikan pada saat proses sosialisasi program BSM ini memberitahu
kepada orang tua siswa calon penerima BSM bahwa dana bantuan ini berbentuk
langsung dan diterima langsung oleh siswa melalui bank.
Antara pihak sekolah yang bertanggung jawab mengurusi BSM serta LSM
atau masyarakat dan Dinas Pendidikan Kota Malang harus melakukan interaksi
selama proses implementasi program BSM ini. Menurut Giddens (2011:36) aktor
manusia tidak hanya memonitor aktivitas-aktivitasnya sendiri dan orang lain dalam
regularitas perilaku sehari-hari, namun juga mampu „memonitor kerja monitoringnya
sendiri‟ dalam kesadaran diskursif. Jadi pihak sekolah, dan LSM atau masyarkat yang
ikut dalam proses implementasi program BSM harus bisa memonitor kerja
monitoringnya sendiri agar tercipta akuntabilitas. Sehingga proses implementasi
program BSM ini bisa berjalan dengan baik. Yang terpenting adalah interaksi antara
pihak sekolah yang bertanggung jawab sebagai pelaksana program BSM ini serta
masyarakat atau LSM dan Dinas Pendidikan Kota Malang harus bisa berjalan dengan
baik sehingga bisa meminimalisir hal-hal yang tidak sesuai dengan realitas pada saat
implementasi program BSM ini. Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Pendidikan
menjadi bagian paling penting dalam pelaksanaan program BSM ini, dari mulai
sosialisasi, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi. Hal ini harus dilaksanakan agar
Pemerintah Kota Malang bisa memberikan akses pendidikan kepada masyarakat
miskin di Kota Malang.

KESIMPULAN
Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah program yang dibuat oleh
Pemerintah Pusat untuk mendukung program wajib belajar 9 tahun dan program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), selain itu program BSM ini dibuat karena
kebijakan mengurangi subsidi BBM sehingga Pemerintah memyiapkan program
BSM untuk mengurangi beban masyarakat yang berpenghasilan rendah/masyarakat
miskin. Dan program BSM di jalankan oleh Pemerintah Daerah. Di kota Malang
terdapat 641,642 orang yang tingkat kesejahteraanya rendah, dan ada sekitar 36,818
anak yang tidak bersekolah, rincian anak yang tidak bersekolah sebagai berikut : usia
7-12 tahun berjumlah 5,125, usia 13-15 tahun berjumlah 10,787, dan usia 16-18 tahun
berjumlah 20,906. Dan jumlah partisipasi sekolah di kota Malang dari tingkat SD
sampai SMA sekitar 123,017 siswa, berarti sekitar 3,34 persen siswa miskin yang
tidak sekolah di kota Malang (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
2012). Artinya masih sekitar 3 persen lebih siswa miskin di kota Malang yang tidak
bersekolah, ini yang menjadi tanggungan pemerintah daerah kota Malang. Program
BSM masih belum berjalan maksimal, hal itu terbukti dari pemaanfaatan dana oleh
masyarakat yang menerima bantuan BSM dan angka partisipasi sekolah masyarakat
Kota Malang.

REKOMENDASI
Pertama,Pemerintah Kota Malang meningkatkan pemberian akses pendidikan
kepada masyarakat miskin di Kota Malang. Kedua, Pemerintah Kota Malang melalui
Dinas Pendidikan Kota Malang harus melakukan pendataan dengan baik sehingga
BSM bisa diterima oleh orang yang tepat. Ketiga, Pemerintah Kota Malang
melakukan pengawasan pada tingkat masyarakat agar pengunaan dana BSM ini bisa
gunakan secara benar. Keempat, Dalam proses pendataan siswa yang akan
memperoleh BSM ini diharapkan bisa berjalan dengan cepat, karena proses ini yang
menentukan terlambat

atatu tidaknya

pencairan dana

BSM

ini.

Kelima,

Memaksimalkan jalannya program BSM di tahun berikutnya karena program BSM
sangat membantu masyarakat miskin untuk memperoleh akses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Darmadi, Hamid, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta.
Luddin, R. Muchlis, 2008, Negara, Pendidikan Humanis, dan Globalisasi , Jakarta,
PT. Karya Mandiri Pers.
Marsh, David & Gerry Stoker, 2010, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik,
Bandung, Nusa Media.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Ritzer, Goerge & Douglas J. Goodman, 2003, Teori Sosiologi Modern , Jakarta,
Kencana Predana Media Group.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D . Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung:
Alfabeta.

Jurnal :
Kadir, Abdul, Evaluasi Pelaksanaan Program BOS Sekolah Menengah Pertama
Negeri Di Semarang, 2008, Universitas Diponegoro.

Kurniasari, Anjar, Analisis Bantuan Khusus Siswa Miskin Di Kabupaten Madiun ,
2011, Digilib.uns.ac.id (di akses pada tanggal 5 Februari 2014 pukul 12:32).
Suwiti, Analisis Kepuasan Masyarakat Terhadap Wajib Belajar Sembilan Tahun Di
Provinsi Bali, 2010, Universitas Udayana.

Undang-Undang :
Undang-undang No 23 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Website :
www.tnp2k.go.id ( diakses pada tanggal 19 Mei 2014 pukul 16.14).
www.malangkota.go.id (diakses pada tanggal 19 Mei 2014 Pukul 16.23).
www.Tempo.co (diakses pada tanggal 19 Mei 2014 Pukul 16.35).
www.antarajatim.com (diakses pada tanggal 19 Mei 2014 Pukul 16.55).