Kasus Pelanggaran Hak Azasi Manusia

Kasus Pelanggaran Hak Azasi Manusia
Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Anna Mutia F. Nst
135120200111069
Kelas B-3

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

Hak Azasi Manusia atau disingkat HAM adalah hak dasar yang dimiliki oleh seseorang sejak
lahir sampai mati sebagai anugerah dari tuhan Yang Maha Esa. Semua orang memiliki hak untuk
menjalankan kehidupan dan apa yang dikendakinya selama tidak melanggar norma dan tata nilai
dalam masyarakat. Hak azasi ini sangat wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi serta dilindungi
oleh negara, hukum dan pemerintah. Setiap orang sebagai harkat dan martabat manusia yang
sama antara satu orang dengan lainnya yang benar-benar wajib untuk dilindungi dan tidak ada

pembeda hak antara orang satu dengan yang lainnya.
Berikut beberapa contoh HAM:
1. Hak untuk hidup.
2. Hak untuk memperoleh pendidikan.
3. Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain.
4. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama.
5. Hak untuk mendapatkan pekerjaan.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Dewasa ini banyak sekali bentuk-bentuk pelanggaran HAM yang terjadi, tidak jarang kasus
pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran berat. Berikut contoh pelanggaran HAM:
1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-wenang.
2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi hak
rakyat dan oposisi.
3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.
4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa dan
partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.
5. Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan kekerasan/anarkis
terhadap rakyat dan oposisi di manapun

Pelanggaran HAM berat terbagi atas dua, yaitu:

1. Kejahatan genosida
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok

etnis, dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota
kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok dan memindahkan secara paksa anak-anak dari
kelompok tertentu ke kelompok lain.
2. Kejahatan kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara

langsung

terhadap

penduduk


sipil

berupa

pembunuhan,

pemusnahan,

perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa,
pemaksaan

kehamilan,

pemandulan

atau


sterilisasi

secara

paksa

atau

bentuk- bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap satu kelompok tertent
uatau perkumpulan yang didasarkan pada persamaan paham politik, ras, kebangsaan,
etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai
hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan
apartheid.
Pelanggaran HAM ringan:
Pelanggaran HAM ringan merupakan pelanggaran HAM selain genosida dan kejahatan
kemanusiaan.

Dalam

maupun berkelompok,


konteks
penipuan,

ini, pembunuhan,
perampokan,

pemerkosaan

penyiksaan

fisik

secara

individual

dan/atau

psikologis


seseorang,intimidasi, pengekangan terhadap kebebasan seseorang, dan bentuk pelanggaran
lainnya

Berikut beberapa contoh kasus pelanggaran HAM:
1. Munir
Munir Said Thalib meninggal di dalam pesawat jurusan Jakarta ke Amsterdam, 7 September
2004 untuk melanjutkan studi S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht,
Belanda. Munir adalah pria keturunan Arab yang merupakan seorang aktivis HAM Indonesia.
jabatan terakhirnya adalah direktur eksekutif lembaga pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia
Imparsial. Saat menjabat dewan Kontras namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi
orang-orang hilang yang diculik pada masa itu.
Pada akhirnya peristiwa misteri kematian Munir akhirnya terbongkar. Munir bukan meninggal
diakibatkan sakit, tetapi diracuni oleh arsenic yang ditaruh dimakanannya. Setelah pengumpulan
bukti-bukti yang dilakukan teman-teman Munir serta sang istri, diketahui adanya keterlibatan
seorang pilot bernama Pollycarpus, yang sempat mengobrol dengannya di perjalanan menuju
pesawat.Sebenarnya ada juga keterlibatan Badan Intelijen didalamnya, namun akhirnya divonis
bebas oleh hakim.
Dalam kasus ini kita tahu bahwa Munir dinyatakan dibunuh oleh Pollycarpus Budihari Priyanto.
Walaupun dalam kasus ini pembunuhnya telah dijatuhi hukuman, namun tidak sepenuhnya

dirasa telah menyelesaikan kasus tersebut, karena masih tetap menjadi misteri tentang pelakupelaku utama dalam rencana pembunuhan sang aktivis HAM tersebut. Ditambah para kerabat
yang waktu itu berniat mengungkap kasus tersebut mendapat teror dari orang-orang yang tidak
ingin namanya jelek.
Kasus ini jelas melanggar hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan seperti dalam pasal
28 A, setiap orang tidak dibolehkan untuk mengakhiri hidup diri sendiri (bunuh diri), mengakhiri
hidup orang lain (membunuh) dan/atau melakukan aborsi tanpa saran ahli. Salah satu hak yang
juga dilanggar dalam kasus ini adalah hak berhak berserikat, berkumpul serta mengeluarkan
pikiran seperti yang tertuang dalam pasal 28. Setiap warga Negara memiliki kesempatan untuk
berkumpul dengan komunitasnya dan mengemukakan pendapat.Tidak ada seorang pun yang
boleh melarang seseorang untuk tidak berpendapat. Dikarenakan sifat Munir yang sangat kritis,
ia dikelilingi oleh banyak sekali orang yang tidak suka kepadanya. Banyak dari mereka adalah
kalangan pejabat atau orang yang memiliki kuasa di negeri ini. Sebenarnya kita tahu bahwa

kekritisan Munir merupakan haknya, apalagi yang ia perjuangkan adalah kebenaran. Namun
semua itu ditutupi oleh mereka yang merasa terusik, salah satu contohnya mereka yang tidak
suka melakukan teror terhadapnya dan kerabatnya, serta yang paling fatal menghilangkan nyawa
dengan membunuh sang aktivis HAM tersebut.
2.

Tragedi Trisakti


Tragedi ini merupakan peristiwa penembakan pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap
mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian
ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, serta puluhan lainnya luka.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 - 1998),
Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas tertembak di
dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan
dada. Latar belakang peristiwa ini adalah Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang
terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997 - 1999.
Salah satu hak yang nyata dilanggar dalam kasus ini adalah hak untuk berserikat, berkumpul
serta mengeluarkan pikiran seperti yang tertuang dalam pasal 28. Setiap warga negara memiliki
kesempatan untuk berkumpul dengan komunitasnya dan mengemukakan pendapat. Tidak ada
seorang pun yang boleh melarang seseorang untuk tidak berpendapat. Kita dapat melihat ssaat
para mahasiswa menyampaikan pendapatnya seperti tidak ditanggapi dan diabaikan, setiap ada
yang melakukan akan diserang. Lalu kasus ini belum juga terselesaikan sampai sekarang, hingga
hal ini sebenarnya telah melanggar hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum dalam pasal 28D ayat 1. Setiap
mereka yang menjadi korban dalam kasus ini harusnya mendapat kepastian hukum dan
perlindungan hukum, namun kenyataannya kasus ini seolah tertelan zaman.
3. Sengketa Israel dan Palestina

Masalah sengketa antara Israel dan Palestina menjadi salah satu sengketa global yang
berkepanjangan. Hal ini bermula ketika Israel memperluas wilayahnya dengan menguasai
sebagian besar wilayah Palestina. Hasilnya, kini wilayah Palestina hanya tersisa sedikit
saja. Dengan bantuan Amerika Serikat, Israel juga beberapa kali melancarkan serangan,
baik serangan darat maupun udara ke wilayah-wilayah Palestina. Sudah ratusan ribu
korban warga Palestina, termasuk anak-anak, wanita atau bahkan relawan dari negara lain

yang menjadi korban. Dunia pun sempat mengutuk tindakan Israel tersebut. Kasus ini
merupakan salah satu jenis pelanggaran HAM yang berat karena telah menghilangkan
nyawa orang lain, dan melakukan penganiyayaan. Merampas apa yang sebenarnya bukan
milik mereka.
Jika dilihat dari segi teori hukum HAM, kasus-kasus diatas telah melanggar beberapa
teori seperti dalam teori hukum alam, yang menjelaskan bahwa setiap warga negara telah
memiliki hak asasi manusia /fundamental rights sejak mereka lahir bahkan sejak dalam
kandungan. Ada atau tidak adanya hukum/konstitusi yang mengatur tentang HAM, hak
tersebut tidak akan hilang dan tetap dimiliki oleh warga negara. Adanya konstitusi atau
aturan yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia tersebut, adalah untuk menegaskan
atau menguatkan bahwa HAM yang melekat itu diakui oleh negara. Sehingga Negara
yang menjamin adanya hak Asasi Manusia.
4. Gerakan 30 September disingkat G 30 S PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi

selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965, di saat tujuh
perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis
Indonesia.
Begitu banyak efek yang ditimbulkan setelah adanya peristiwa G 30 S PKI ini,
diantaranya adalah pembantaian massal orang-orang yang diduga komunis pada saat itu,
pembantaian salah satu etnis yaitu etnis cina yang pada waktu itu dianggap sebagai
orang-orang komunis. Dari sabang sampai merauke pada waktu itu membantai,
menyiksa, sampai memerkosa orang yang seharusnya mereka tidak bertanggung jawab
atas terbunuhnya para jendral di lubang buaya.
Ini merupakan salah satu contoh pelanggaran HAM yang berat. Banyak sekali kasus
pasal yang terlibat didalamnya.
5. Apartheid adalah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di
Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990. Pelanggaran HAM juga
terjadi di Afrika Selatan, kali ini terkait perbedaan ras dan warna kulit. Terjadi sekitar
tahun 1960, ketika rezim apartheid yang didominasi orang-orang kulit putih berhasil
menguasai pemerintahan di Afrika Selatan. Mereka kemudian melakukan kebijakankebijakan yang merugikan warga kulit hitam, hingga menimbulkan banyak korban jiwa.

Peristiwa yang sama sempat terjadi lagi di tahun 1976 yang menewaskan beberapa warga
sipil dan murid-murid sekolah

6. Kasus Pengungsi Rohingya
Etnis Rohingya adalah kelompok etnis yang berasal dari Bangladesh, namun telah
bermukim di negara bagian Rakhaing di Myanmar sejak abad ke-7 Masehi. Meskipun telah
berabad-abad tinggal di Myanmar,

pemerintah Myanmar menganggap

bahwa Rohingya

termasuk dalam etnis Bengali sehingga tidak dapat diakui sebagai salah satu etnis Myanmar.
Hilangnya kewarganegaraan membuat etnis Rohingya tidak mendapat perlindungan nasional.
Etnis Rohingya mengalami berbagai pelanggaran hak asasi manusia, baik dalam hal
berkewarganegaraan hingga dalam hal beragama. Pelanggaran HAM inilah yang mendorong
etnis Rohingya untuk meninggalkan Myanmar dan mencari

perlindungan di negara lain,

beberapa dari mereka pun sampai di Indonesia
Jika ditinjau dari Undang-Undang yang ada di Indonesia, maka ini melanggar pasal 28A
dijelaskan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.
Serta pada pasal 28 D ayat 1 , hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum. Dan juga pasal 28 I ayat 1, tentang hak
untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Dalam kasus kita
lihat bahwa pengungsi Rohingya kehilangan warga negaranya, sehingga mereka harus
mengungsi. Negara sama sekali tidak menganggap mereka menjadi satu bagian negara tersebut.
sehingga mereka tidak mendapat perlindungan.
7.

\
Daftar Pustaka

Mangku, D.G.S. (2013). Kasus Pelanggaran HAM Etnis Rohingya : Dalam Perspektif ASEAN.
Media Komunikasi FIS, 12, 61-68.
http://www.academia.edu/7931028/
Pengertian_HAM_atau_Hak_Asasi_Manusia_Human_Rights_Pengertian_HAM_atau_Hak_Asa
si_Manusia_Human_Rights
http://id.wikipedia.org/wiki/Apartheid
http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/30/indonesia-juga-punya-sejarah-genosida-594366.html