LAPORAN AKHIR PENELITIAN DESENTRALISASI. pdf

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DESENTRALISASI HIBAH BERSAING KAJIAN EFEKTIFITAS RENCANA STRATEGIK SISTEM INFORMASI KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Tahun pertama dari rencana 2 tahun

Tim Pengusul :

Ketua

0310025502 Anggota

Dr. H. Soeparlan Kasyadi

0311077506 Anggota

Yuli Haryanto, M.Kom

Eko Harli, M.Kom

Dibiayai oleh : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Kopertis Wilayah III Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian

Bagi Dosen Perguruan Tinggi Swasta Nomor : 204/K3/KM/2014, Tanggal 7 Mei 2014

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI NOVEMBER 2014

RINGKASAN

Rencana strategik sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tertuang pada Rencana Kerja Lima Tahunan yang dirumuskan pada Musyawarah Nasional (MUNAS) Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka sudah memiliki sistem informasi yang dikelola oleh Biro Humas dan EDP. Untuk dapat mengetahui sejauh mana perubahan rencana strategik sistem informasi yang ada dapat berperan dan mengarah pada aktifitas organisasi, perlu adanya kajian yang dapat digunakan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan sistem informasi/teknologi informasi. Kajian rencana strategik sistem informasi/teknologi informasi ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategi, dan dinamik menjadi bagian –bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain melakukan identifikasi, analisis, dan evaluasi tentang sejauh mana efektifitas pada penerapan rencana strategik sistem informasi di jajaran Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Selain itu, bertujuan untuk memberikan rekomendasi pengembangan rencana strategik sistem informasi yang layak dan dapat menunjang profesionalisme penentuan kebijakan terhadap aktivitas layanan publik dan kinerja organisasi Gerakan Pramuka. Target luaran yang ingin dicapai adalah skema rencana kerja sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang dituangkan dalam Program Kerja Tahunan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Petunjuk Pelaksanaan Sistem Informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang dapat diterapkan oleh jajaran kwartir di bawahnya hingga tingkat gugusdepan.

Keywords : Rencana Strategik, Analytical Hierarchy Proccess, Expert Choice.

PRAKATA

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita masih diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas penelitian dan pengabdian sebagai wujud pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.

Penelitian desentralisasi hibah bersaing merupakan program Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kopertis Wilayah III Jakarta. Penelitian yang berjudul “Kajian Efektifitas Rencana Strategik Sistem Informasi

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menggunakan Metode Analytical Hierarchy

Process ” adalah salah satu program penelitian desentralisasi hibah bersaing yang berfokus pada organisasi Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepemudaan di Indonesia.

Penelitian ini mengkaji rencana strategik sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang telah dirumuskan pada Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka setiap 5 (lima) tahun. Penelitian mengambil objek atau sampel pada beberapa kwartir daerah yang berkedudukan di tingkat provinsi di Indonesia di antaranya yaitu Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, Yogyakarta, dan DKI Jakarta.

Laporan akhir penelitian yang disusun secara sistematis ini adalah bagian dari proses pelaksanaan penelitian yang memaparkan hasil penelitian agar dapat dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap penelitian ini. Laporan ini dapat menjadi tolak ukur terhadap pencapaian kegiatan penelitian sehingga rencana kegiatan selanjutnya dapat disusun lebih baik lagi.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kegiatan penelitian ini mulai dari penyusunan proposal hingga pelaksanaan penelitian berjalan selama ini. Demikian laporan akhir penelitian ini kami buat, agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyusunan laporan penelitian berikutnya.

Jakarta, 10 Nopember 2014 Ketua Peneliti

Dr. H. Soeparlan Kasyadi, MM.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan sistem informasi/teknologi informasi dirancang sedemikian rupa pada jajaran instansi pemerintahan dan organisasi masyarakat di Indonesia melalui sebuah rencana strategik jangka pendek dan jangka panjang. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang memanfaatkan era globalisasi informasi dalam melaksanakan visi dan misinya melalui berbagai penerapan sistem informasi di jajarannya hingga tingkat gugusdepan.

Rencana strategik sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tertuang pada Rencana Kerja Lima Tahunan yang dirumuskan pada Musyawarah Nasional (MUNAS) Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka sudah memiliki sistem informasi yang dikelola oleh Biro Humas dan EDP. Tanggung jawab sistem informasi berada pada Biro Humas dan jajarannya, mengikuti perubahan struktur organisasi yang berada di lingkungan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka selama masa bakti 5 (lima) tahun. Salah satu implementasi rencana strategik sistem informasi tersebut yaitu perencanaan dan pengembangan aplikasi dekstop dan jaringan koneksi lokal (internal) kantor serta koneksi LAN antar beberapa instansi terkait yang terus dilakukan. Walaupun teknologi komputer sudah digunakan untuk aktivitas pekerjaan sehari-hari, namun belum semua pengolahan data menggunakan aplikasi-aplikasi tertentu yang dapat mempermudah proses pengolahan data. Di samping itu, pengelolaan struktur koneksi jaringan lokal baru saja diterapkan dan membutuhkan pengembangan sesuai kebutuhan pada jajaran kwartir yang ada di Gerakan Pramuka.

Dalam rangka meningkatkan peran sistem informasi maka perlu adanya evaluasi terhadap rencana strategik sistem informasi di Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang saat ini ada, sehingga dapat diketahui kebutuhan yang perlu dikembangkan dan tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk itu, perlu adanya suatu kajian untuk mengetahui seberapa besar efektifitas rencana strategik sistem informasi berperan dalam pengembangan organisasi. Perubahan sistem informasi yang secara signifikan berpengaruh terhadap pola kerja, perilaku pengguna, dan kinerja pegawai dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam melakukan pelayanan publik. Faktor sumber daya manusia, fasilitas, kualitas, perkembangan sistem informasi dapat secara bersama-sama Dalam rangka meningkatkan peran sistem informasi maka perlu adanya evaluasi terhadap rencana strategik sistem informasi di Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang saat ini ada, sehingga dapat diketahui kebutuhan yang perlu dikembangkan dan tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk itu, perlu adanya suatu kajian untuk mengetahui seberapa besar efektifitas rencana strategik sistem informasi berperan dalam pengembangan organisasi. Perubahan sistem informasi yang secara signifikan berpengaruh terhadap pola kerja, perilaku pengguna, dan kinerja pegawai dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam melakukan pelayanan publik. Faktor sumber daya manusia, fasilitas, kualitas, perkembangan sistem informasi dapat secara bersama-sama

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat mengetahui sejauh mana perubahan rencana strategik sistem informasi yang ada dapat berperan dan mengarah pada aktifitas organisasi, perlu adanya kajian yang dapat digunakan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan sistem informasi / teknologi informasi. Kajian rencana strategik sistem informasi / teknologi informasi ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Dalam kerangka manajemen hubungan antara pengguna (user) pada fasilitas sistem informasi dan masyarakat sebagai penerima jasa layanan publik, perlu diketahui apakah rencana strategik sistem informasi memiliki peran penting dalam pengembangan organisasi kepramukaan di Indonesia. Adapun rumusan masalah adalah :

a. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi rencana strategik sistem informasi di lingkungan organisasi?

b. Bagaimana rencana strategik sistem informasi di lingkungan Gerakan Pramuka dapat diimplementasikan pada setiap jajaran kwartir yang ada di bawahnya?

c. Bagaimana penerapan rencana strategik sistem informasi yang ada dalam mendukung proses pelayanan publik?

d. Apakah rencana strategik sistem informasi terus melakukan perubahan dalam kurun waktu satu masa bakti kepengurusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan identifikasi, analisis, dan evaluasi tentang sejauh mana efektifitas pada penerapan rencana strategik sistem informasi di jajaran Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Daerah di Indonesia.

2. Memberikan rekomendasi pengembangan rencana strategik sistem informasi yang layak dan dapat menunjang profesionalisme penentuan kebijakan terhadap aktivitas layanan publik dan kinerja organisasi Gerakan Pramuka.

D. Target Luaran

Luaran tahunan yang menjadi prioritas penelitian ini antara lain :

1. Skema rencana kerja sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang dituangkan dalam Program Kerja Tahunan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

2. Jurnal ilmiah penelitian rencana strategik sistem informasi.

3. Karya ilmiah penelitian rencana strategik sistem informasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sistem Informasi

Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi merupakan sekumpulan komponen dari informasi yang saling terintegrasi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Komponen yang dimaksud adalah komponen input, model, output, teknologi, basis data (database), kontrol atau komponen pengendali (WIKI, 2010). Definisi lain tentang sistem informasi menyebutkan bahwa sekumpulan hardware, software, brainware, prosedur dan atau aturan yang diorganisasikan secara integral untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Sistem informasi merupakan proses yang menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk kepentingan tertentu.

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif dan efisien. Suatu sistem informasi (SI) merupakan aransemen dari orang, data, proses-proses, dan antar-muka yang berinteraksi mendukung dan memperbaiki beberapa operasi sehari-hari dalam suatu bisnis termasuk mendukung memecahkan soal dan kebutuhan pembuat keputusan manejemen dan para pengguna yang berpengalaman di bidangnya.

B. Strategi Manajemen Informasi

Strategi manajemen informasi merupakan suatu bidang yang menjadi latar belakang adanya aplikasi manajemen portofolio. Strategi manajemen bertujuan agar organisasi memperoleh sumber daya informasi maximum sehingga biaya pengelolaan manajemen efektif dan adanya perlindungan terhadap sumberdaya informasi yang ada. Informasi manajemen menjadi model dasar bisnis baru, mis: ebay.com, amazon.com, betdaq.com.

Gambar 1. Orientasi Manajemen Informasi

C. Kerangka Kerja Sistem Informasi

Kerangka kerja adalah seperangkat tujuan dan kebijakan pengelolaan informasi yang efektif. Kerangka kerja merupakan sebuah program untuk memperkenalkan manajemen informasi untuk memenuhi tujuan, pembuatan dan pemeliharaan dari arsitektur informasi dan model bisnis atau perusahaan, jasa informasi apa yang harus disediakan, dan bagaimana organisasi menawarkan cara yang paling efektif, dan isu implementasi apa yang ada dan bagaimana mengatasinya. Berikut ini bagan kerangka kerja rencana strategik sistem informasi :

Gambar 2. Kerangka Kerja Sistem Informasi

Penggunaan sistem informasi, pemanfaatan informasi oleh individual, kelompok maupun organisasi merupakan variabel inti dalam riset rencana strategik sistem informasi, sebab sebelum digunakan terlebih dahulu dipastikan tentang rancangan atau perencanaan yang akan digunakan tentang sistem informasi tersebut. Hal ini berkaitan dengan perilaku yang ada pada individu/organisasi yang menggunakan teknologi komputer. Pendapat tersebut oleh Sri Astuti pada tahun 2001 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Guimares dan Ramanujan pada tahun 1996, menemukan bahwa penerapan TI dalam suatu organisasi mendorong terjadinya perubahan revolusioner terhadap perilaku individu dalam bekerja, dan dalam konteks penggunaan PC, kemungkinan seseorang mempunyai keyakinan bahwa penggunaan komputer akan memberikan manfaat bagi dirinya dan pekerjaannya (NUR, 2000).

D. Analytical Hierarcy Process (AHP)

Mengambil keputusan adalah suatu proses yang dilaksanakan orang berdasarkan pengetahuan dan informasi yang ada dengan harapan bahwa akan terjadi. Keputusan dapat diambil dari alternatif –alternatif keputusan yang ada. Alternatif keputusan itu dapat dilakukan dengan adanya informasi yang diolah dan disajikan dengan dukungan sistem penunjang keputusan. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua kerangka kerja, meliputi :

1. Pengambilan keputusan tanpa percobaan

2. Pengambilan keputusan yang berdasarkan suatu percobaan. Pengambilan keputusan tanpa berdasarkan eksperimen, dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis cara kerja umum sebelum mencari solusi bagi masalah yang diharapkan. Teori ini dikembangkan sejalan dengan pendekatan statistik di mana secara sederhana, keputusan yang dihasilkan diupayakan mempunyai pengaruh kesalahan seminimum mungkin.

Informasi Awal

Tahapan Deterministik

Tahapan Probalisitik

Pengambilan Keptusan

(Perumusan Alternatif

(Peneteapan Nilai dan

Tahapan Informasional

dan Kriteria)

Variasinya)

Informasi Baru

Pengumpulan Informasi

Pengumpulan Informasi

Baru

Gambar 3. Bagan Siklus Analisis Keputusan (MARIMIN 2005, p15)

Pada gambar bagan siklus dari informasi awal yang dikumpulkan, dilakukan pendefinisian dan penghubungan variabel –variabel yang mempengaruhi keputusan pada tahap deterministik. Setelah itu dilakukan penetapan nilai untuk mengukur tingkat kepentingan variabel –variabel tersebut tanpa memperhatikan unsur–unsur ketidakpastian. Pada tahap probabilistik, dilakukan penetapan nilai ketidakpastian secara kuantitatif yang meliputi variabel –variabel yang sangat berpengaruh. Setelah didapatkan nilai –nilai variabel, selanjutnya dilakukan peninjauan terhadap nilai–nilai tersebut pada tahap informasional untuk menentukan nilai ekonomisnya pada variabel-variabel yang cukup berpengaruh, sehingga didapatkan suatu keputusan. Keputusan yang dihasilkan dari tahap informasional dapat langsung ditindaklanjuti beberapa tindakan, atau dapat dikaji ulang dengan mengumpulkan informasi tambahan dengan tujuan untuk mengurangi kadar ketidakpastian. Jika hal ini terjadi, maka akan kembali mengikuti ketiga tahap tersebut, begitu seterusnya.

Salah satu model yang dapat digunakan sebagai proses pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan proses Hierarki Analitik atau yang dikenal dengan istilah Analytical Hierarchy Process (AHP). Proses Hierarki Analitik (AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharaton Scholl of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai (MARIMIN 2005, p76). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keptusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategi, dan dinamik menjadi bagian –bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan peranan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, sub kriteria, dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan Salah satu model yang dapat digunakan sebagai proses pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan proses Hierarki Analitik atau yang dikenal dengan istilah Analytical Hierarchy Process (AHP). Proses Hierarki Analitik (AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharaton Scholl of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai (MARIMIN 2005, p76). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keptusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategi, dan dinamik menjadi bagian –bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan peranan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, sub kriteria, dan akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan

AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena digambarakan secara grafis, sehingga dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan – keputusan lebih kecil yang dapat ditangani lebih mudah. Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus distruktur ulang. Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan pesoalan pengambilan keputusan dengan menggunakan AHP adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Keuntungan Menggunakan AHP (MARIMIN 2005, p77-78 )

KEUNTUNGAN

KETERANGAN

Kesatuan AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur

Kompleksitas AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks

Saling AHP dapat menangani saling ketergantungan Ketergantungan

elemen – elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear

Penyusunan AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran Hierarki

untuk memilah-milah elemen – elemen suatu sisatem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat

Pengukuran AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal – hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas

Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan – pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.

Sintesis AHP menentukan ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif

Tawar Menawar AHP mempertimbangkan prioritas – prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan – tujuan mereka

Penilaian

AHP tidak memaksakan konsensus tetapi Konsesus

dan

mensistensiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda

KEUNTUNGAN

KETERANGAN

Pengulangan AHP memungkinkan organisasi memperhalus Proses

definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Adapun prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Hierarki. Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki.

2. Penilaian Kriteria dan Alternatif. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut (Saaty,1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Skala Perbandingan Saaty (MARIMIN 2005, p79)

NILAI

KETERANGAN

1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B

3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, dan 8 Apabila ragu – ragu antara dua nilai yang berdekatan

Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A.

3. Penentuan Prioritas. Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matrik atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

4. Konsistensi Logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penyelesaian metode pengambilan keputusan dengan AHP dapat menggunakan perangkat lunak Expert Choice 2000 untuk perhitungan pemecahan persoalan dengan AHP yang sudah teruji kehandalannya.

E. Penelitian Relevan

1. Oyku Alanbay, ERP Selection Using Expert Choice Software

Oyku Alanbay, dari Universitas Biligi (Istambul-Turki) mengadakan penelitian pada tahun 2005 tentang perangkat lunak ERP (Enterprise Resource Planning), dengan judul ERP Selection Using Expert Choice Software. Metodologi yang digunakan oleh Alanbay dalam memilih perangkat lunak tersebut menggunakan perbandingan multi kriteria dengan pendekatan AHP (Analytic hierarchy process) dengan tools software Expert Choice. Adapun perangkat lunak yang dikaji sebagai alternatif seleksi yaitu SAP dan AXAPTA.

2. Ahmad Sulhi, Metode Pemilihan Perangkat Lunak NMS Berbasis FOSS (Free Open Source Software) dengan Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) Studi Komparasi Groundwork, Hyperic HQ, Nagios, OpenNMS, dan Zenos.

Jaringan komputer adalah sesuatu yang kompleks. Kompleksitas tersebut bukan hanya sebatas banyaknya device atau perangkat, tetapi juga begitu bervariasinya sistem dan teknologi yang ada di dalamnya, serta cakupan area jaringan yang yang luas. Infrastruktur yang handal sekalipun tidak bisa dijadikan jaminan bahwa fungsi jaringan dapat bekerja secara optimal tanpa didukung oleh monitoring atau pengelolaan yang baik. Semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan program yang menyebut dirinya sebagai Network Monitoring System (NMS). NMS merupakan perangkat lunak yang fungsi utamanya adalah memonitor dan mengelola perangkat-perangkat jaringan dengan tujuan agar reliability dan availability terjaga dan dapat secara dini diketahui anomaly atau terputusnya jaringan tersebut. Saat ini banyak sekali perangkat lunak yang handal serta mudah dalam penggunaannya sebut saja misalnya CiscoWork, HP OpenView, dan IBM Tivoli NetView. Hanya saja perangkat lunak tersebut cukup mahal, karena memang tergolong produk commercial. Untungnya ketersediaan produk NMS tidak sebatas commercial (propriety), tetapi juga banyak alternatif lain yaitu produk-produk yang tergolong Free And Open Source Software (FOSS). Sayangnya, kebanyakan produk FOSS tersebut tidak saja susah dalam implementasi, baik dari segi instalasi maupun konfigurasi, tetapi juga keterbatasan dalam jumlah node serta jenis yang dimonitor, meliputi perangkat jaringan, server, dan aplikasi. Penelitian ini memiliki terkaitan dengan penelitian Ahmad sulhi yaitu mengenai pemilihan perangkat lunak namun pemilihan perangkat lunak dalam penelitian ini berdasarkan efektifitas sistem Jaringan komputer adalah sesuatu yang kompleks. Kompleksitas tersebut bukan hanya sebatas banyaknya device atau perangkat, tetapi juga begitu bervariasinya sistem dan teknologi yang ada di dalamnya, serta cakupan area jaringan yang yang luas. Infrastruktur yang handal sekalipun tidak bisa dijadikan jaminan bahwa fungsi jaringan dapat bekerja secara optimal tanpa didukung oleh monitoring atau pengelolaan yang baik. Semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan program yang menyebut dirinya sebagai Network Monitoring System (NMS). NMS merupakan perangkat lunak yang fungsi utamanya adalah memonitor dan mengelola perangkat-perangkat jaringan dengan tujuan agar reliability dan availability terjaga dan dapat secara dini diketahui anomaly atau terputusnya jaringan tersebut. Saat ini banyak sekali perangkat lunak yang handal serta mudah dalam penggunaannya sebut saja misalnya CiscoWork, HP OpenView, dan IBM Tivoli NetView. Hanya saja perangkat lunak tersebut cukup mahal, karena memang tergolong produk commercial. Untungnya ketersediaan produk NMS tidak sebatas commercial (propriety), tetapi juga banyak alternatif lain yaitu produk-produk yang tergolong Free And Open Source Software (FOSS). Sayangnya, kebanyakan produk FOSS tersebut tidak saja susah dalam implementasi, baik dari segi instalasi maupun konfigurasi, tetapi juga keterbatasan dalam jumlah node serta jenis yang dimonitor, meliputi perangkat jaringan, server, dan aplikasi. Penelitian ini memiliki terkaitan dengan penelitian Ahmad sulhi yaitu mengenai pemilihan perangkat lunak namun pemilihan perangkat lunak dalam penelitian ini berdasarkan efektifitas sistem

3. Sharad K. Maheshwari dan Michael P. McLain, Selection of Accounting Software Tools for Small Businesses: Analytical Hierarchy Process Approach.

Adapun evaluasi dalam pemilihan perangkat lunak akuntansi sebagaimana yang dilakukan oleh Sharad K. Maheshwari dan Michael P. McLain dibagi kedalam empat kriteria utama, yaitu Cost, Features, Support, dan Performance. Kesimpulan dari penelitian Maheshwari adalah dari tiga perangkat lunak yang dijadikan alternatif berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang terdapat pada Gambar berikut yaitu QuickBooks , Peachtree, dan MS Small Business Accounting, ternyata Peachtree menduduki rangking pertama dengan nilai 0.356 point, disusul QuickBooks dengan 0.345 point, dan MS Small Business dengan 0.299 point. Detail kriteria dan sub kriteria sebagaimana gambar berikut:

Gambar 4. Hirarki Accounting Software Selection (Maheshwari,2006, p41)

4. Hilyah Magdalena, Pemilihan Software Berbasis Open Source untuk Aplikasi Digital Library Berbasis Web.

Penelitian yang dilakukan oleh Hilyah mengangkat beberapa perangkat lunak untuk aplikasi digital library adalah GDL, Senayan dan Greenstone. Penelitian ini juga menggunakan penelitian Oyku Alanbay dan Biswas dan Paul yang mengupas pemilihan perangkat lunak berbasis open source. Untuk memilih perangkat lunak berbasis open source untuk aplikasi digital library ini dengan tiga level kriteria.

Adapun level 1 kriteria yaitu teknologi, pengguna, dan dukungan pihak pengembang, level 2 kriteria terdiri dari 20 kriteria yang didapat dari kelebihan khusus untuk perangkat lunak berbasis open source untuk aplikasi digital library. Sedangkan untuk level 3 alternatif ada tiga yaitu GDL, Senayan, dan Greenstone. Dalam memilih perangkat lunak berbasis open source untuk aplikasi digital library ini, menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan tool menggunakan Expert Choice 2000. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian diatas, dengan menggunakan metode yang sama tapi dengan pemilihan Software yang berbeda.

5. Metode Penelitian Oyku Alanbay

Oyku Alanbay, dari Universitas Biligi (Istambul-Turki) pada tahun 2005 mengadakan penelitian dalam hal pemilihan perangkat lunak ERP (Enterprise Resource Planning), dengan judul ERP Selection Using Expert Choice Software. Terdapat 15 (lima belas) sub kriteria yang digunakan yang semunya dikelompokan kedalam 3 (tiga) keriteria utama dapat dilihat pada gambar2.5, yaitu:

a. Technology-Related: (1) Flexibility, (2) Implementability, (3) Systems Requirements, (4) Real Time Change, (5) Back-up System, (6) Internet Integration.

b. User-Related: (7) Customization, (8) User Friendliness, (9) Reporting & Analysis Features, (10) Integration with Other Software/Applications;

c. Vendor-Related: (11) After Sales Support & Training, (12) Maintenance; (13) Cost, (14) Vendor Credentials, (15) Financing Option.

Hirarki kriteria utama dan sub kriteria dalam pemilihan perangkat lunak ERP selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5. Hirarki ERP Selection (Oyku Alanbay,2005)

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan identifikasi, analisis, dan evaluasi tentang sejauh mana efektifitas pada penerapan rencana strategik sistem informasi di jajaran Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Daerah di Indonesia.

2. Memberikan rekomendasi pengembangan rencana strategik sistem informasi yang layak dan dapat menunjang profesionalisme penentuan kebijakan terhadap aktivitas layanan publik dan kinerja organisasi Gerakan Pramuka

B. Manfaat Penelitian

1. Kajian efektifitas rencana strategik sistem informasi ini dapat menjadi referensi

pihak-pihak terkait yang terlibat dalam peningkatan profesionalitas organisasi.

2. Kajian efektifitas rencana strategik sistem informasi dapat berguna dan menunjang pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan publik khususnya yang melibatkan keberadaan Gerakan Pramuka di masyarakat.

3. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai referensi penyusunan Rencana Kerja

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada Musyawarah Nasional (MUNAS).

4. Penelitian yang dilakukan dapat menjadi referensi peranan rencana strategik sistem informasi bagi pelaksanaan organisasi yang menyangkut hajat hidup anggota Gerakan Pramuka di Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN

Dilihat dari jenis informasi yang dikelola, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri(Independen) tanpa membuat perbandingan atau membangun hubungan dengan variable yang lain (Prabowo,2010) Penelitian Deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang akan diteliti. (Mudjiono 2007). Penelitian Kuantitatif dimana peneliti melakukan pengujian dari hipotesa dengan teknik-teknik statistik. Data statistik tersebut didapatkan dari kuisioner dengan menggunakan metode pendekatan Analitical Hierarchy Process (AHP) dan kemudian diuji dengan menggunakan tool atau software Expert Choice 2000.

A. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan jumlah subjek atau obyek yang akan diteliti, populasi dalam

ilmu sosial adalah manusia dalam suatu masyarakat, besar atau jumlah populasi tersebut ada yang dapat ditetapkan secara pasti dan ada pula yang tidak ditetapkan secara pasti. Sampel adalah bagian bagian dari populasi penelitian yang dipilih sebagai wakil representative dari keseluruhan untuk diteliti.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian paling penting dalam sebuah penelitian. Ketersediaan data akan sangat menentukan dalam proses pengolahan dan analisa selanjutnya. Karenanya, dalam pengumpulan data harus dilakukan teknik yang menjamin bahwa data diperoleh itu benar, akurat dan bisa dipertanggungjawabkan sehingga hasil pengolahan dan analisa data tidak bias. Proses pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Pengumpulan data primer, dengan melakukan survey sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada kemudian mengumpulkan data dari responden ahli yang dikumpulkan dengan cara mengisi kuisoner. Kuisoner dipilh dengan alasan bahwa kuisoner merupakan suatu alat penelitian yang bisa digunakan untuk pengumpulan data primer.

2. Pengumpulan data sekunder, dikumpulkan dengan mengamati data, membaca dan mempelajari dan mengutip dari buku literatur.

C. Instrumentasi

Instrumentasi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan dengan mengacu kepada hirarki yang telah dibuat dari kriteria-kriteria dan sub-sub kriteria berdasarkan skala Saaty 1 – 9 dengan metode Pairwise Comparison. Dalam menentukan prioritas langkah pilihan strategis pada penentuan efektifitas rencana strategik sistem informasi ini diusulkan 16 (enam belas) sub kriteria yang dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kriteria utama yakni kriteria manajemen puncak, kriteria teknologi, dan kriteria efektifitas sistem informasi. Penyusunan dan pengelompokan kriteria utama ini berdasarkan hirarki yang disusun oleh Alanbay. Untuk sub kriteria dilakukan modifikasi dan disesuaikan dengan subjek penelitian ini, dimana subjek penelitian Alanbay adalah software ERP yang bersifat commercial sementara subyek penelitian yang penulis kaji adalah rencana strategik sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Peneliti melakukan kajian terhadap pelaksanaan atau implementasi rencana strategik sistem informasi yang ada pada 6 (enam) kwartir daerah Gerakan Pramuka sebagai objek penelitian.

Rincian sub kriteria dalam kajian efektifitas rencana strategik sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, disusun sebagai berikut :

a. Manajemen Puncak

1) Pimpinan memberi program pelatihan

2) Pimpinan ikut menggunakan sistem informasi

3) Pimpinan memberi motivasi dalam divisi

4) Pimpinan mengandalkan pihak luar

5) Pimpinan proaktif

6) Manajemen SI aktif membuat keputusan organisasi

7) Peran divisi sesuai dengan visi

8) Divisi setuju oleh manajemen sistem informasi

b. Teknologi

1) Fleksibilitas

2) Aplikasi berbasis web

3) Backup data

4) Manajemen kesalahan

c. Efektivitas Sistem Informasi

1) Efektifitas SI pada pekerjaan

2) Efektifitas SI pada komunikasi

3) Dampak SI pada keputusan

4) Efektifitas SI pada tanggung jawab

5) Sistem informasi organisasi

Berikut hirarki AHP dalam kajian efektifitas rencana strategik sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka :

KAJIAN EFEKTIFITAS RENCANA STRATEGIK SISTEM INFORMASI KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SASARAN

LEVEL 1 KRITERIA

MANAJEMENT PUNCAK

TEKNOLOGI

EFEKTIFITAS SISTEM INFORMASI

HA W A D B A A N LEVEL 2

A SUB KRITERIA

P E T IS S OMU ORMA K

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH KWARTIR DAERAH

DKI JAKARTA

DI YOGYAKARTA

SUMATRA SELATAN

KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI SELATAN MALUKU

ALTERNATIF

EFEKTIF

TIDAK EFEKTIF

Gambar 6. Hierarki AHP dalam kajian efektifitas Metode Analisis dapat berdasarkan hasil kuisoner tentang kajian efektifitas rencana

strategik sistem informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka memakain pendekatan proses hirarki dengan menggunakan aplikasi Analytic hierarchy Process (AHP) yaitu Expert Choice 2000. Teknis analisis data dimaksud dibagi menjadi enam langkah utama, yaitu :

1. Langkah 1, Menyusun Diagram Hirarki AHP

2. Memasukkan data Matriks Pairwise Comparison per level per responden pada aplikasi Expert Choice

Kriteria C Kriteria A

Kriteria A

Kriteria B

Kriteria B

1/x

Kriteria C

1/y

1/z

Gambar 7. Contoh Matriks Pairwise Comparison

3. Memasukkan data Matrik Pairwise Comparison sesuai sub-kriteria per alternatif per responden

Gambar 8. Contoh Matriks Pairwise Comparison Sub Kriteria dan Alternatif

4. Lakukan perhitungan dengan dalam Expert Choice untuk menghitung hasil akhir seluruh responden

Gambar 9. Menu Perhitungan dalam Expert Choice

5. Cek Nilai Inconsistency Gabungan melalui Expert Choice dan hitung dengan Random Index Oarkridge Laboratory

Gambar 10. Menu Expert Choice untuk Proses Pengolahan

6. Kalkulasikan nilai yang diterima adalah Consistency Ratio dengan nilai lebih kecil dan atau sama dengan 0,1.

Tabel 3. Skala Nilai Random Indeks Oarkridge (MARIMIN,2005,p87)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh pada kesahihan hasil.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

max  n

CI =

Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu CR ≤ 0,1.

Rumus CR (Consistency Ratio) adalah:

CI CR = RI

D. Penggabungan Pendapat Responden

Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden saja. Untuk responden yang lebih dari satu, maka untuk mendapatkan hasil perhitungannya, harus digabungkan menggunakan rata-rata geometrik dengan rumus sebagai berikut ([MARIMIN 2005], 89):

dimana:

X G = rata-rata geometrik

n = jumlah responden

X i = penilaian oleh responden ke-i Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan menggunakan software untuk

AHP yang dikenal dengan nama Expert Choice.

Responden 1 Responden 2 Responden 3

….. ENTER …..

Responden n X G = n π n i = 1 . X i

Conto

Combined

Calcul

Gambar 11. Responden Penggabungan dalam Expert Choice

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada :

1. Kantor Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jalan Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat.

2. Kantor Kwartir Daerah Gerakan Pramuka di wilayah Indonesia, sampel data yang diambil antara lain dari : Kwarda Sumatera Selatan, Kwarda DKI Jakarta, Kwarda Kalimantan Timur, Kwarda Sulawesi Selatan, Kwarda Yogyakarta, dan Kwarda Maluku.

F. Road Map

Tahun Pertama (dalam triwulan)

1 2 3 4 Analisis terhadap data yang diperoleh dari Kwartir Nasional dan Kwartir Daerah yang ada d Indonesia Pengolahan data secara Pengadaan perangkat Pengadaan perangkat manual

penunjang penelitian

penunjang penelitian

Pengolahan data menggunakan

software Expert

Choice

- Penyusunan hasil penelitian

- Laporan penelitian - Seminar hasil

penelitian

Tahun Kedua (dalam triwulan)

1 2 3 4 Implementasi hasil penelitian di Kwartir Nasional dan Kwartir Daerah yang ada di Indonesia (sampel akan diperoleh secara acak)

Evaluasi penerapan

Evaluasi penerapan

rencana strategik

rencana strategik

sistem informasi

sistem informasi

Analisis perancangan aplikasi rencana

Desain aplikasi

strategik sistem informasi

Perancangan aplikasi rencana strategik

sistem informasi Kwartir Nasional

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian Efektifitas Rencana Strategik Sistem Informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menggunakan pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) ini seluruhnya merupakan responden ahli yang berjumlah 5 (enam) responden. Pengertian responden ahli dalam hal ini adalah seluruh responden sangat memahami kinerja kwaritr daerah pramuka masing-masing. Kelima responden ahli tersebut mewakili Sekretaris Kwarda, Bidang Pusat Penelitian dan Pengembangan Kwarda, Andalan Daerah, Ka.Sekretariat Harian Kwarda.

Gambar di bawah ini merupakan hirarki yang diperoleh berdasarkan tahapan- tahapan Analytical hierarchy Process (AHP).

KAJIAN EFEKTIFITAS RENCANA STRATEGIK SISTEM INFORMASI KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SASARAN

LEVEL 1 KRITERIA

MANAJEMENT PUNCAK

TEKNOLOGI

EFEKTIFITAS SISTEM INFORMASI

E A N LEVEL 2

O O RMA I S A O RMA W A RG SUB KRITERIA

TKT ORMA T

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH

KWARTIR DAERAH KWARTIR DAERAH

DKI JAKARTA

DI YOGYAKARTA

SUMATRA SELATAN

KALIMANTAN TIMUR

SULAWESI SELATAN MALUKU

ALTERNATIF

EFEKTIF

TIDAK EFEKTIF

Gambar 12. Kerangka Rancangan Efektifitas Rencana Strategik Sistem Informasi

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Adapun tanggapan responden ahli terhadap kuesioner dapat dilihat pada hasil penggabungan responden sebagai berikut :

Gambar 13. Hasil penggabungan responden terhadap kriteria

Gambar 14. Hasil penggabungan responden terhadap kriteria manajemen puncak

Gambar 15. Hasil penggabungan responden terhadap kriteria teknologi

Gambar 16. Hasil penggabungan responden terhadap kriteria efektifitas SI

Gambar 17. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Manajemen Puncak tentang Pimpinan Memberi Program Pelatihan

Gambar 18. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Manajemen Puncak Tentang Pimpinan Ikut Menggunakan SI

Gambar 19. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Manajemen Puncak Tentang Pimpinan Mengandalkan Pihak Luar

Gambar 20. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Manajemen Puncak Tentang Pimpinan Proaktif

Gambar 21. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Manajemen Puncak Tentang Manajemen SI Aktif Membuat Keputusan Organisasi

Gambar 22. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Manajemen Puncak Tentang Peran Devisi Sesuai Dengan Visi

Gambar 23. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Manajemen Puncak Tentang Devisi SI Setuju Oleh Manajemen SI

Gambar 24. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria

Technologi Tentang Flexibilitas

Gambar 25. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Teknologi Tentang Backup data

Gambar 26. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria

Teknologi Tentang Manajemen Kesalahan

Gambar 27. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Teknologi Tentang Aplikasi Berbasis Web

Gambar 28. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Efektifitas Sistem Informasi Tentang Efektifitas SI Pada Pekerjaan

Gambar 29. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Efektifitas Sistem Informasi Tentang Efektifitas SI Pada Komunikasi

Gambar 30. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Efektifitas Sistem Informasi Tentang Dampak SI Pada Keputusan

Gambar 31. Hasil penggabungan responden terhadap alternatif berdasarkan sub kriteria Efektifitas Sistem Informasi Tentang Efektifitas SI Pada Tanggung Jawab

B. Pembahasan Penelitian

1. Landasan dan Analisis Kriteria dan Sub Kriteria Kajian Rencana Strategik Berdasarkan Efektifitas Sistem Informasi .

Analisis pendapat gabungan para responden menunjukkan bahwa kriteria “Teknologi” (nilai bobot 0,654 atau sebanding dengan 65,4% dari total kriteria)

merupakan kriteria yang paling penting dalam menentukan Kajian Rencana Strategik Berdasarka Efektifitas Sistem Informasi.

Berikut ini disajikan bobot masing-masing kriteria Kajian Rencana Strategik Berdasarkan Efektifitas Sistem Informasi sebagai tool untuk menentukan Efektifitas Rencana Strategik.

Gambar 32. Kriteria Efektifitas Rencana Strategik Sistem Informasi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Sebagai Tool Menentukan Efektifitas Sistem Informasi Beserta

Nilai Bobotnya

Kriteria berikutnya yang mempengaruhi penentuan Kajian Renstra Sistem Informasi Berdasarkan Efektifitas Sistem Informasi sebagai tool untuk menentukan Efektifitas Rencana Strategik adalah ” Manajemen Puncak” (nilai bobot 0,264 atau sebanding dengan 26,4% dari total kriteria). Hal ini memang penting diperhatikan, karena dalam hal Manajemen sebuah sistem memang harus memperhatikan dari sisi manajemen, baik itu terkait dengan Pimpinan ikut berperan maupun Devisi-devisi terkait untuk disesuaikan dengan kebutuhan.

Kriteria terakhir yang merupakan kriteria terkecil menurut pendapat responden ahli adalah kriteria ”Efektifitas Sistem Informasi” (nilai bobot 0,082 atau sebanding

dengan 8,2% dari total kriteria). Meski bobot Efektifitas Sistem Informasi menempati urutan terkecil, beberapa responden berpendapat unsur ini tetap harus diperhatikan.

Adapun kriteria Efektifitas Sistem Informasi yang menempati urutan pertama memiliki 4 (empat) sub kriteria, yaitu: 1) Efektifitas SI Pada Pekerjaan; 2) Efektifitas SI Pada Komunikasi; 3) Efektifitas SI Pada Keputusan ; dan 4) Efektifitas SI Pada Pekerjaan.

Dari keempat sub kriteria ini, sub kriteria yang paling utama dinilai oleh responden ahli adalah sub kriteria Efektifitas SI Pada Pekerjaan (nilai bobot 0,495 atau 49,5% dari total sub kriteria yang ada). Hasil ini sangat relevan dengan kenyataan bahwa unsur Sistem Informasi Pada pekerjaan sangat penting untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada Kwartir Cabang maupun anggota pramuka

Gambar 33. Sub Kriteria dari kriteria Efektifitas SI Pada Pekerjaan dalam Penentuan Efektifitas Rencana Strategik SI Berserta Nilai Bobotnya

Kriteria Manajemen Puncak yang mendapatkan point kedua dari responden ahli, memiliki 8 (delapan) sub kriteria, yaitu 1) Pimpinan Memberikan Program Pelatihan; 2) Pimpinan Ikut Menggunakan SI; 3) Pimpinan Memeberi Motivasi Dalam Devisi; 4) Pimpinan Mengandalkan Pihak Luar; 5)Pimpinan Proaktif; 6) Manajemen SI Aktif Membuat Keputusan Organisasi; 7) Peran Devisi Sesuai Dengan Visi; 8) Devisi SI Setuju Oleh Manaejeman SI. Berikut hasil penggabungan responden ahli beserta bobotnya :

Gambar 34. Sub Kriteria dari kriteria Manajemen Puncak dalam Kajian Renstra Berdasarkan Kajian Efektifitas Sistem Informasi

Hasil responden ahli memperlihatkan masalah “Pimpinan Memeberi Program Pelatihan” mendapatkan perioritas pertama(Nilai bobot 0,242 atau setara dengan

24,2% dari total sub kriteria yang ada). Faktor Pimpinan Memberi Program Pelatihan memang perlu diperhatikan dalam menentukan Efektifitas Renstra Sistem Informasi.

2. Landasan Prioritas dan Analisis Alternatif Kajian Renstra Sistem Informasi