DISCREPANCY MODEL DIKEMBANGKAN OLEH MALC

1

DISCREPANCY MODEL (DIKEMBANGKAN OLEH MALCOM PROVUS).
Provus mendefinisikan evaluasi sebagai alat untuk membuat pertimbangan
(judgement) atas kekurangan dan kelebihan suatu objek berdasarkan diantara standar
dan kinerja. Model ini juga dianggap menggunakan pendekatan formatif dan
berorientasi pada analisis system. Standar dapat diukur dengan menjawab pertanyaan
bagaimana program berjalan. Sementara pencapaiannya adalah lebih kepada apakah
yang sebenarnya terjadi. Evaluator hanya boleh membantu dengan membentuk dan
menjelaskan peranan standar dan pencapaian.
Dalam model evaluasi ini, kebanyakan informasi yang diperoleh berbeda dan
dikumpulkan dengan beberapa cara, yaitu (Azizi, 2008):
1) Merencanakan bentuk penilaian, menentukan kemantapan suatu program.
2) Penilaian input, bertujuan membantu pihak pengurus dengan memastikan sumber
yang diperlukan mencukupi.
3) Proses penilaian, memastikan aktivitas yang dirancang berjalan dengan lancar dan
memiliki mutu seperti yang diharapkan.
4) Penilaian hasil, judgement di tahap pencapaian suatu hasil yang direncanakan.
Menurut Provus evaluasi adalah untuk membangun dan affirmatif, tidak untuk
menghakimi. Model Evaluasi Discrepancy/ Pertentangan ( Provus, 1971) adalah suatu
model evaluasi program yang menekankan pentingnya pemahaman sistem sebelum

evaluasi. Kapan saja kita sedang mencoba untuk mengevaluasi sesuatu, ditekankan

2

bahwa kita harus mempunyai pemahaman tepat dan jelas atas hal yang dievaluasi,
untuk menetapkan standar.
Model ini merupakan suatu prosedur problem-solving untuk mengidentifikasi
kelemahan (termasuk dalam pemilihan standar) dan untuk mengambil tindakan korektif.
Di dalam kasus suatu sistem yang kompleks seperti suatu proyek, obyek evaluasi bisa
belum jelas dan sukar untuk dipahami. Klarifikasi obyek evaluasi obyek adalah sangat
perlu untuk membuat evaluasi terlaksana.
Dengan model ini, proses evaluasi pada langkah-langkah dan isi kategori
sebagai cara memfasilitasi perbandingan capaian program dengan standar, sementara
pada waktu yang sama mengidentifikasi standar untuk digunakan untuk perbandingan
di masa depan. Argumentasi Provus, bahwa semua program memiliki daur hidup (life
cycle). Karena program terdiri atas langkah-langkah pengembangan, aktivitas evaluasi
banyak diartikan adanya integrasi pada masing-masing komponennya.
1. Dalam definition stage (tahap definisi), staf program mengorganisir a) gambaran
tujuan, proses, atau aktivitas dan kemudian b) menggambarkan sumber daya yang
diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah dasar dimana evaluasi berkelanjutan

tergantung.
2. Dalam installation stage (langkah instalasi), desain/ definisi program menjadi standar
baku untuk diperbandingkan dengan penilaian operasi awal program. Gagasannya
adalah untuk menentukan sama dan sebangun, sudah atau tidaknya program telah
diterapkan sebagaimana desainnya.

3

3. Dalam product stage (tahap proses), evaluasi ditandai dengan pengumpulan data
untuk menjaga keterlaksanaan program. Gagasannya adalah untuk memperhatikan
kemajuan kemudian menentukan dampak awal, pengaruh, atau efek.
4. Dalam product stage (tahap produk), pengumpulan data dan analisa yang membantu
ke arah penentuan tingkat capaian sasaran dari outcome. Dalam tahap 4 ini
pertanyaannya adalah “Apakah sasaran program telah dicapai?" Harapannya adalah
untuk merencanakan follow up jangka panjang pemahaman atas dampak.
5. (optional) tahap cost-benefit menunjukkan peluang untuk membandingkan hasil
dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang serupa.
Pada masing-masing empat tahap perbandingan standard dengan capaian program
untuk menentukan bila ada pertentangan. Penggunaan informasi pertentangan selalu
mengarah pada satu dari empat pilihan:

1. Dilanjutkan ke tahap berikutnya bila tidak ada pertentangan.
2. Jika terdapat pertentangan, kembali mengulang tahap yang ada setelah merubah
standar program.
3. Jika tahap 2 tidak bisa terpenuhi, kemudian mendaur ulang kembali ke langkah 1–
tahap definisi program, untuk menggambarkan kembali program tersebut, kemudian
memulai evaluasi pertentangan lagi pada tahap 1.
4. Jika tahap 3 tidak bisa terpenuhi pilihannya adalah mengakhiri program.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN OLEH OKNUM POLISI DALAM PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR (PUTUSAN NOMOR 136/PID.B/2012/PN.MR)

3 64 17

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62