PENERAPAN E GOVERNMENT id. docx

A. Latar Belakang
Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta merupakan bagian penting bagi ketahanan
nasional. Hak memperoleh informasipun merupakan hak asasi manusia dan
keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokrasi
yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan
negara yang baik. Kebebasan memperoleh informasi publik merupakan sarana
dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan
badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.
Dalam dinamika reformasi politik yang mengunggulkan demokratisasi
kehidupan berbangsa dan bernegara, badan publik dalam konteks lembaga
pemerintah diharapkan lebih adaptif terhadap tuntutan masyarakat yang
menghendaki pelayanan publik lebik baik. Sebagai entitas yang bertanggung
jawab terhadap seluruh rakyat, setiap institusi pemerintah harus menjalankan
tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku.
Untuk menunjukkan eksistensi bahwa badan publik subordinat kekuasaan negara
memiliki kesungguhan dalam menjalankan tugas kesejahteraan masyarakat, maka
harus bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang melekat. Agar
kinerjanya juga diketahui oleh publik, tentu harus membentuk unit kerja yang
berkaitan dengan relasi publik, yang mampu menjebtani tugas pokok dan fungsi
kelembagaan dengan kepentingan masyarakat.

Pengaruh era globalisasi yang kian kuat dewasa ini menyentuh hampir
seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang teknologi. Dalam
kesehariannya, teknologi terutama dalam bidang komunikasi dan informasi turut

berkembang secara pesat, dan disadari maupun tidak, perkembangan tersebut
membuat batasan akan jarak dan waktu tak lagi menjadi hambatan. Perkembangan
ini pula yang turut mempengaruhi masyarakat mengenai interaksinya dengan
pemerintah. Adapun tuntutan masyarakat adalah pemerintahan yang bersih dan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik, terbuka, dan demokratis.
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah mengguanakan internet
dalam menyampaikan informasi serta pellayanan dari pemerintah kepada
masyarakat. Sehingga yang dulu irasional dan tradisional sudah tidak digunakan
lagi, dimana yang dahulunya segala sistem masih manual dan memerlukan waktu
yang lama, serta proses yang panjang sudah diminimalisasikan di Indonesia ini.
Sekarang zaman sudah lebih modern, perputaran waktu yang sangat singkat dan
arus yang sangat canggih, pola pikir manusia telah semakin canggih. Hal ini telah
terlihat beebrapa tahun terakhir, dimana pelayanan pemerintah berbasis internet
mengalami pertumbuhan yang pesat.
Kecanggihan teknologi yang telah diaplikasikan ke berbagai bidang
perekonomian, perindustrian, kesehatan, dan juga mencakup bidang pemerintahan

lainnya, yang mendukung diterapkannya efektifitas dan efisiensi pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Upaya pemerintah dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (Good Governance) tidak lepas dari penggunaan
teknologi, informasi dan komunikasi oleh pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dari segi konstitusi dan politik, pelayanan publik
merupakan salah satu tujuan dibentuknya negara, yakni bagaimana mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Pelayanan publik menjadi titik strategis dalam mengawali pengembangan
good governance di Indonesia, ada beberapa pertimbangan yang menjadi alasan
terkait hal tersebut, yaitu (Dwiyanto,2005:13) :
a. Pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana negara yang mewakili oleh
pemerintahan berinteraksi dengan lembaga-lembaga non-pemerintahan. Dalam
ranah ini terjadi pengumpulan yang sangat intensif antara pemerintah dengan
warganya.
b. Pelayanan Publik adalah ramah dimana berbagai aspek good governance dapat
diartikulasikan secara relatif lebih mudah.
c. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur good governance.
Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan
telekomunikasi yang berkembang tidak kalah cepat dan pesatnya. Tidak ada lagi

perbedaan jarak, tempat dan waktu yang selama ini menghalangi masyarakat
diseluruh dunia untuk saling bertukar informasi dan berkomunikasi. Bila dilihat
dengan seksama, teknologi komunikasi merupakan pemprosesan, pengolahan dan
penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi yang menambah
kemampuan manusia dalam berkomunikasi, sementara teknologi informasi
merupakan pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi. Disini terlihat
jelas perbedaan antara keduanya, bila teknologi komunikasi merupakan alat yang
menambah kemampuan orang berkomunikasi, sedangkan jika teknologi informasi
adalah pengolahan data melalui komputer dibantu peralatan telekomunikasi.
Yosal Iriantara menyatakan bahwa, dengan adanya kelebihan, kehadiran internet
kerap disebut sebagai media baru. Pada saat ini media baru merupakan istilah
yang dipergunakan untuk semua bentuk media komunikasi massa mutakhir yang
berbasiskan teknologi komunikasi dan informasi. (Iriantara, Media relations. 2005
: 118).

Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan pelayanan publik yang
merata keseluruh warga negara, sehingga dalam melaksanakan kewajibannya itu,
pemerintah berusaha memperbaiki pelayanannya, dengan menggnakan teknologi
informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dan dalam memenuhi kebutuhan
tersebut pemerintah perlu menerangkan dan mengembangkan pelayanan yang

berbasis elektronik.
Memiliki citra positif merupakan satu urgensi bagi setiap institusi dan
organisasi di era globalisasi pada saat ini, tidak terkecuali pemerintah daerah. Hal
ini disebabkan perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat, telah
mengakibatkan dunia menjadi satu desa kecil, dimana tidak ada lagi batas ruang
dan waktu. Kondisi ini membawa pada satu konsekuensi terhadap keterbukaan
informasi. Informasi yang terkait dengan suatu organisasi, perusahaan atau
institusi yang berasal dari belahan dunia yang satu dapat diakses oleh masyarakat
dari belahan dunia lainnya dalam hitungan detik. Akibatnya, informasi bukan lagi
menjadi rahasia dan tidak lagi dapat ditutup-tutupi, termasuk citra dari suatu
organisasi, perusahaan ataupun institusi. Dalam keterbukaan informasi sebagai
imbas dari globalisasi ini, citra yang dimiliki oleh suatu perusahaan, organisasi,
institusi bahkan pemerintah daerah, tidak dapat dirahasiakan dan disembunyikan
lagi. Di satu sisi, kemajuan teknologi komunikasi ini mempunyai peranan yang
sangat besar dalam membangun citra positif pemerintah daerah di suatu tempat
kepada masyarakat luas, baik yang berada di Indonesia ini maupun yang berada di
belahan dunia lainnya.
Memasuki era globalisasi dan perkembangan dunia yang kian cepat disertai
dengan persaingan yang ketat. Saat ini telah mendorong badan publik untuk tidak


tertinggal demi transparansi informasi. Dalam situasi seperti ini, kebutuhan akan
fungsi humas atau public relations tidak dapat dihindari lagi, sebab public
relations merupakan salah satu elemen yang menentukan bagi kelangsungan
kelancaran hubungan instansi kepada masyarakat maupun kepada pers yang
dimana akan membantu badan publik tersebut menaikan citra dalam pemberitaan
pers. Karena kita sudah berada di era keterbukaan informasi, yang dimana
penyelenggalaraan transparasi publik oleh lembaga pemerintahan dibangun atas
dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses badan publik atau pemerintahan,
lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau.
Semangat transparansi informasi yang diunggulkan oleh UU no.14 Tahun
2008 harus diantisipasi oleh badan publik agar sejalan dengan terbentuknya
masyarakat informasi yang demokratis. Badan publik, dalam konteks lembaga
pemerintah harus memahami substansi transparansi informasi yang berpijak
kepada

kepentingan

masyarakat


ataupun

pengguna

informasi.

Dengan

menerapkan mekanisme akses informasi publik yang efisien, cepat, dan
terjangkau publik maupun pers, maka organ pemerintah diharapkan peduli
terhadap transparansi informasi untuk kesejahteraan dan keadilan masyarakat.
Cyber PR dalam konteks ini dapat dikatakan sangat membantu kinerja
badan publik dalam menjalankan transparansi informasi. Karena, cyber PR
merupakan metode atau cara yang timbul seiring berkembangnya era new media.
Dengan mulai bergaungnya era new media, dan untuk memaksimalkan
keberadaannya, maka cyber PR mulai berkembang sebagai sarana untuk

membangun keterbukaan informasi secara gampang dan mudah juga memelihara
kepercayaan, pemahaman, citra instansi kepada khalayak dan dapat dilakukan

secara one-to-one comunimunication bersifat interaktif.
Istilah cyber PR atau electronic PR (E-PR) digunakan untuk kegiatan Public
Relations (PR) yang menggunakan media internet sebagai media publikasinya.
Saat ini keberadaan media online tidak dapat dihindarkan lagi, karena media
online internet dan komunikasi teknologi merupakan media yang membuat selruh
dunia tersambung, sehingga dapat mendatangkan dampak sekaligus manfaat yang
tidak bisa dibayangkan. Oleh karena itu PR memanfatkan keberadaan internet
sebagai penyebaran informasi, yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi publik
pada perusahaan atau organisasi, karena PR menyajikan berbagai informasi di
media online-nya tersebut. Baik atau buruknya penilaian publik pada perusahaan
atau organisasi bisa saja terjadi, yang tentu saja sangat bergantung pada kualitas
infomasi yang disajikan pad media online tersebut.
Di negara-negara maju, hasil dari pemanfaatan teknologi digital (Electronic
Digital Services) telah melahirkan sebuah bentuk mekanisme birokrasi
pemerintahan yang baru, yang mereka istilahkan sebagai Electronic Goverment
(E-government). Berbagai defenisi yang ada mengenai E-government (tergantung
dari negara yang bersangkutan) memperlihatkan sebuah keinginan yang sama,
yaitu bertransformasinya bentuk-bentuk interaksi antara pemerintah dengan
masyarakatnya yang terlampau birokratis, menjadi mekanisme hubungan interaksi
yang jauh lebih bersahabat.

Dengan demikian pemerintah harus melaksanakan proses tranformasi
menuju e-goverment. E-government juga disebut E-Gov, digital government,

online government atau dalam konteks tertentu transformational government)
yang dimana adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk
memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal
lain yang berkenaan dengan pemerintahan. Melalui proses transformasi tersebut,
pemerintah

dapat

mengoptimalisasikan

pemanfaatan

kemajuan

teknologi

informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk

jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi
pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses kesemua
informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah. Oleh karena
itu, seluruh lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan
pemerintah secara optimal.
Kondisi itu pula yang kemudian dijadikan pertimbangan bagi pemerintah
untuk membuat kebijakan dalam rangka pengembangan e-goverment di Indonesia.
Agar dalam pelaksanaannya terdapat kesamaan pemahaman dan keterpaduan
langkah dari seluruh unsur kelembagaan pemerintah, maka pemerintah
memandang perlu untuk mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) bagi
pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan e-goverment secara nasional.
Melalui Inpres RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-goverment, setiap lembaga pemerintahan baik ditingkat pusat
maupun daerah diwajibkan untuk membuat konsep, mengembangkan serta
menerapkan mekanisme e-goverment bagi lembaganya masing-masing, terutama
dalam kaitannya pada penyediaan informasi kepada publik. Sesuai dengan Inpres
RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

e-goverment,


diupayakan

untuk

mengembangkan

penyelenggaraan

kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas
layanan publik secara efektif dan efisien. Pengembangan e-goverment tersebut
dilakukan dengan melakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di
lingkungan pemerintah dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan teknologi
informasi.
Dalam era keterbukaan informasi ini, terutama dalam hal pelayanan
informasi publik mengharuskan adanya komitmen dan konsistensi yang tinggi
dari seluruh aparat pemerintah yang dapat memahami hakekat misi pemerintahan
sebagai aparat pelayanan (Service), pemberdayaan (Empowerment), dan
pembangunan (Development). Oleh karena itu keberadaan e-goverment di
pemerintah, selain untuk memanfaatkan perkembangan terknologi internet, hal

tersebut juga dilakukan sebagai cara untuk menyatukan komitmen dan konsistensi
seluruh aparat pemerintah untuk mewujudkan good governance.
Untuk menuju good governance serta mempercepat penyelenggaraan
otonomi daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada setiap
penyelenggaraan pemerintahan, merupakan kebutuhan yang mendesak, dalam
rangka mendukung pertukaran data dan informasi serta penyaluran berita secara
cepat, tepat, dan akurat. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia
yang terdiri dari ribuan pulau dan kepulauan, maka keberadaan teknologi
informasi dan komunikasi mempunyai peranan penting dan strategis khususnya
E-Government. Dalam OEDC e-book disebutkan bahwa good governance
mempunyai delapan karakteristik utama dalam memimpin pemerintahan yaitu :

Participation, Transparency, Effectiveness and efficiency, Responsiveness,
Accountability, Equity and inclusiveness, Rule of Law.
Menurut Hidayat, 2006 : 45, penerapan e-government menjanjikan
setidaknya tiga perubahan dasar, yaitu :
1. Proses otomatisasi : mengubah peran manusia dalam menjalankan proses
yang meliputi menerima, menyimpan, processing, output, dan
mengirimkan informasi.
2. Proses informasi : mendukung peran manusia dalam menjalankan proses
informasi tersebut, misalnya : mendukung alur proses pengambilan
keputusan, komunikasi, dan implementasi.
3. Proses transpormasi : membuat ICT baru untuk menjalankan proses
informasi atau mendukung proses informasi. Contohnya adalah membuat
metode baru dalam pelayanan publik. (Hidayat, 2006 : 45).\
Apa yang telah diuraikan di atas, peneliti berharap agar suatu pemerintahan
dapat menunjukkan eksistensi sebagai pemerintah yang baik (good governance),
salah satunya yaitu dengan menerapkan Cyber PR. Hal tersebut disesuaikan
dengan perkembangan zaman (globalisasi) yang ditandai dengan berkembangnya
teknologi online yaitu internet, dimana hal itu merupakan realitas kehidupan yang
tidak mungkin dihindari. Globalisasi menjadikan dunia tidak lagi dibatasi secara
tegas berdasarkan wilayah teritorial, globalisasi memungkinkan manusia secara
mudah untuk melakukan kegiatan di setiap Negara di dunia ini, terutama dalam
kegiatan untuk memperoleh informasi.
Dengan menerapkan E-Government juga merupakan salah satu cara
mengimplementasikan karakteristik good governance tersebut. E-Government
dapat dijadikan sebagai model baru dalam gaya kepemimpinan, cara baru
pengambilan keputusan, cara baru dalam akses pendidikan, cara baru dalam
pengambilan kebijakan dan investasi, sarana baru dalam menerima keluhan
masyarakat, cara baru dalam akuntabilitas ke publik, dan cara baru dalam

mengelola pengiriman dan pelayanan semua informasi pemerintah ke publik.
Dengan cara ini rasa kepercayaan publik ke pemerintah akan benar-benar
terwujud, karena yang sangat diharapkan oleh publik adalah transparansi dan
pelayanan yang baik dari pemerintah.
Indonesia masuk dalam posisi ketujuh negara pengimplementasian EGovernment dari 11 negara di Asia Tenggara. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Pasal 7 Ayat 1
menyatakan, setiap Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau
menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada
Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan
ketentuan. Untuk itu E-Government merupakan satu-satunya cara untuk dapat
memberikan informasi pelayanan publik yang efektif dan efisien.
Data dari Ditjen Aptel Depkominfo menyebutkan bahwa dari 491 pemda di
Indonesia, 423 pemda atau sekitar 86% baru memiliki situs web pada Januari
2008. Padahal teknologi informasi telah berkembang di Indonesia lebih dari 20
tahun yang lalu. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti birokrasi mulai dari
perundang-undangan sampai kebijakan-kebijakan yang ada di pusat maupun
daerah belum mampu mendukung perkembang e-government di Indonesia. Hal
lain yang mempengaruhi adalah masalah keterbatasan, baik itu dalam hal
anggaran maupun keterbatasan kemampuan untuk menjalankan e-government
tersebut. Gordon B. Davis mengemukakan bahwa:
“Informasi adalah data yang sudah diproses menjadi bentuk yang
berguna bagi pemakai serta mempunyai/mengandung nilai pikir yang
nyata bagi pembuatan keputusan, baik ketika sedang berlangsung
maupun untuk proses masa yang depan. (May Rudy, 2005 : 16).”

Informasi yang diterima merupakan informasi yang berkualitas, yaitu
informasi yang relevan, tepat waktu, dan akurat. Informasi ini pada dasarnya
bersumber dari data yang sudah diolah sehingga mempunyai nilai tambah bagi
penerimanya. Pentingnya informasi tentang sumber daya manusia terdapat dalam
suatu organisasi merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam
kehidupan organisasional. Dikatakan tantangan, karena tanpa informasi tersebut
suatu organisasi tidak mungkin terjadi atau sulit untuk mengambil langkahlangkah yang diperlukan untuk memanfaatkan sumberdaya manusia semaksimal
mungkin. Oleh karena itu keterbukaan informasi melalui kemudahan komunikasi
dan transportasi akibat pesatnya perkembangan teknologi dapat mempengaruhi
pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat. Adapun Pemerintah Daerah Provinsi
Riau dalam hal ini berupaya mengembangan kegiatan humasnya melalui media
online untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat guna memberikan
pelayanan informasi publik.
Seperti yang kita ketahui bahwa Dinas Komunikasi Informatika dan
Pengolahan Data Elektronik Provinsi Riau yang selanjutnya akan disingkat
menjadi Diskominfo & PDE Provinsi Riau dalam menyampaikan beberapa
informasi mengenai kegiatan Pemerintah Daerah Provinsi Riau melalui website
(www.riau.go.id), hal ini bertujuan untuk menyebarluaskan pemberitaan tersebut
kepada masyarakat. Adapun pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh
Diskominfo & PDE Provinsi Riau melalui media website itu merupakan cara
untuk menunjukkan eksistensi dari Pemerintah Daerah Provinsi Riau kepada
masyarakat dalam mewujudkan good governance, sehingga masyarakat dapat
mengetahui kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Provinsi Riau melalui website yang dapat di akses oleh siapa dan kapan saja. Hal
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi
secara cepat dan mudah, dimana saat ini informasi telah menjadi suatu kebutuhan
bagi masyarakat, karena informasi memiliki peran yang sangat penting dan
menentukan untuk mencapai suatu tujuan.
Banyak diakui bahwa keberhasilan suatu program pemerintah antara lain
juga sangat ditentukan oleh berhasil atau tidaknya aparat pelayanan pemerintah
melalui Diskominfo & PDE Provinsi Riau untuk berperan secara aktif dalam
memberi pelayanan informasi kepada publik secara luas. Peran pemerintah saat ini
menjadi

sorotan

bagi

masyarakat

berkaitan

dengan

sering

terjadinya

kesimpangsiuran informasi karena banyaknya sumber informasi dari berbagai
media, yang akhirnya justru mengundang kebingungan publik. Sorotan
masyarakat terhadap peran pemerintah yang terkesan belum optimal dalam
melakukan tugasnya itu sangat wajar, karena banyaknya kendala internal yang
dihadapi oleh Diskominfo & PDE Provinsi Riau untuk melakukan tugas dan
fungsinya termasuk dalam reposisinya guna mengantisipasi perkembangan
teknologi komunikasi yang ada.
Berbicara mengenai sorotan masyarakat, selain peran Diskominfo & PDE
Provinsi Riau yang dibicarakan, pemerintahan yang baik (good governance)
merupakan issue yang paling hangat dalam sektor publik dewasa ini dan
merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Oleh karena itu diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
nyata,

sehingga

penyelenggaraan

pemerintahan,

pembangunan

dan

kemasyarakatan dapat berlangsung secara berdayaguna dan berhasilguna, bersih
dan bertanggungjawab. Hal itu pun sebagaimana dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Riau, dimana dengan menciptakan pemerintahan yang baik
(good governance) pemerintah daerah Provinsi Riau berupaya untuk melakukan
berbagai upaya pembenahan atau reformasi untuk menciptakan suatu good
governance. Salah satu yang diharapkan adalah dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui cyber PR sebagai
konsep e-government.

B. Rumusan Masalah
Terkait dengan transparasi publik, kita tengah berada di era keterbukaan
informasi publik, dimana sekarang masyarakat menuntut lembaga pemerintah
lebih adaptif terhadap tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan publik
lebik baik, disamping pelayanan yang baik sangat berkaitan dengan citra
pemerintah, kebutuhan masyarakat akan informasi menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Electronic Government merupakan bentuk dari implementasi
penggunaan teknologi informasi bagi pelayanan pemerintah kepada publik. Yaitu
bagaimana pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat melalui sebuah
portal web agar dapat membentuk citra yang positif sebagai good governance.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Penerapan Cyber PR Melalui
Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam
Mewujudkan Good Governance.”

C. Identifikasi Masalah
Mencermati realitas dan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Manfaat dari Cyber PR Melalui Electronic Government (EGov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam Mewujudkan Good
Governance?
2. Bagaimana Efisiensi dari Cyber PR melalui Electronic Government (EGov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good
Governance?
3. Bagaimana Partisipasi dari Cyber PR melalui Electronic Government (EGov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good
Governance?
4. Bagaimana Transparansi dari Cyber PR melalui Electronic Government
(E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good
Governance?
5. Bagaimana Manajemen Perubahan dari Cyber PR melalui Electronic
Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam
mewujudkan Good Governance?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui Manfaat dari Cyber PR Melalui Electronic
Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam
Mewujudkan Good Governance.
2. Untuk Mengetahui Efisiensi dari Cyber PR Melalui Electronic
Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam
Mewujudkan Good Governance.
3. Untuk Mengetahui Partisipasi dari Cyber PR Melalui Electronic
Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam
Mewujudkan Good Governance.
4. Untuk Mengetahui Transparansi dari Cyber PR Melalui Electronic
Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam
Mewujudkan Good Governance.
5. Untuk Mengetahui Manajemen Perubahan dari Cyber PR Melalui
Electronic Government (E-Gov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dalam
Mewujudkan Good Governance.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dan dapat dijadikan
sebagai acuan dalam melakukan penelitian secara lebih lanjut, terutama dalam
meneliti lebih dalam yang berkaitan dengan penerapan Electronic Government
dalam mewujudkan Good Governance di Pemerintahan Daerah Provinsi Riau.
2. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi mengenai
pentingnya menyebarluaskan informasi kepada masyarakat dengan akses yang
mudah dan efisien dari penerapan Cyber PR melalui Electronic Government (EGov) Pemerintah Daerah Provinsi Riau dalam mewujudkan Good Governance.

F. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu

2. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari
kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara
sama (Mulyana, 2005:41). Menurut Carl I. Hovland (Effendy, 2005:10),
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Sedangkan menurut
Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi
pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang

(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan,
informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi
permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi
kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan
dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).
Wilbur

Schramm

(Effendy,

1992:32-33)

dalam

karyanya

“How

Communication Works”mengatakan the condition of success in communication
diringkaskan sebagai berikut :
a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa
sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan,
sehingga sama-sama dapat dimengerti.
c. Pesan

harus

membangkitkan

kebutuhan

pribadi

pihak

komunikan, dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh
kebutuhan tersebut.
d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh

kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat
komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan
tanggapan yang dikehendaki.

2.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari dua cara, yaitu :
a.

Proses secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau

perasaan

seseorang

kepada

orang

lain

dengan

menggunakan simbol sebagai media. Lambang media primer
dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar,
warna, dan sebagainya, yang secara langsung mampu
menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan
b.

Proses secara sekunder. Adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat
atau sarana media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama.” (Umar, 2002:5-6)

Proses komunikasi yang dipilih oleh seorang komunikator akan
berpengaruh terhadap pemahaman komunikan dalam penerimaan pesan.
Misalnya: ketika berkomunikasi dengan orang tuli, penggunaan bahasa dengan
suara akan sia-sia berbeda bila menggunakan isyarat tangan, maka orang tuli
tersebut akan lebih memahami maksud dan tujuan dari si pengirim pesan.

3. Ruang Lingkup Public Relations
Menurut Cutlip-Center-Broom di dalam buku Effective Public Relations yang
dikutip oleh Morissan, M.A. (2008: 13) menjelaskan bahwa ruang lingkup public

relations mencakup tujuh bidang pekerjaan. Sebagaimana dikemukakan: “ The
contemporary meaning and practice of public relations includes all of the
following activities and specialties (publicity, advertising, press agentry, public
affairs, issues management, lobbying and investor relations)”. Dengan demikian,
menurut Cutlip dan rekan, perkembangan mukhir public relations mencakup
seluruh kegiatan tersebut yaitu: publisitas, iklan, press agentry, public affairs,
manajemen isu, lobi, dan hubungan investor.
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah di dalam bukunya yang berjudul “Public
Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber” ( 2011: 54-59)
membagi ruang lingkup public relations berdasarkan jenis organisasi yang pada
garis besarnya adalah humas pemerintah, humas perusahaan , dan humas
internasional.
1. Humas (PR) Pemerintah
Lembaga-lembaga pemerintah pusat sampai tingkat daerah dilengkapi
dengan bagian humas untuk mengelola informasi dan opini public. Informasi
mengenai kebijaksanaan pemerintah disebarkan seluas-luasnya, dan opini public
dikaji dan diteliti seefektif-efektifnya untuk keperluan pengambilan keputusan dan
penentuan kebijaksanaan berikutnya. Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah dalam
buku Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber”
( 2011: 54-59)

mengutip Sam Black dalam bukunya, “Practical Public

Relations” mengklarifikasikan humas menjadi humas pemerintah pusat (center
government) dan humas pemerintahan daerah (local government).
a. Humas (PR) Pemerintah Pusat

Humas pemerintah pusat umumnya bertempat di departemen-departemen,
serta badan-badan yang termasuk pemerintah pusat. Tugas humas
pemerintahan pusat adalah menyebarkan informasi secara teratur mengenai
kebijaksanaan,
menerangkan

perencanaan,
dan

mendidik

dan

hasil

publik

yang
mengenai

telah

dicapai;

kedua,

perundang-undangan,

peraturan-peraturan, dan hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan rakyat
sehari-hari.
b. Humas (PR) Pemerintah Daerah
Humas pemerintah daerah pada hakikatnya sama saja dengan humas
pemerintah pusat, dalam rangka pengorganisasian dan mekanisme kerja.
Bedanya hanya dalam ruang lingkup.
2. Humas (PR) Perusahaan
Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki kekhasan dalam sifat,
fungsi dan tujuannya maka humas perusahaan mempunyai kekhasan pula,
meskipun dalam aspek-aspek tertentu terdapat persamaan dengan jenis-jenis
humas lainnya.
a. Hubungan dengan karyawan oleh humas (PR)
Salah satu penggerak atau malah penggerak utama dari perusahaan
adalah karyawan. Kesuksesan perusahaan bergantung kepada orang yang
bergerak dibelakangnya. Hubungan baik dengan karyawan dapat menciptakan
iklim kerja yang kondusif, dimana dengan iklim yang kondusif tadi
produktifitas karyawan akan meningkat.

b. Hubungan dengan pemegang saham (stakeholder relationship)
Dalam perusahaan tertentu yang sudah go public, tugas humas juga
bertambah yakni membina hubungan baik antara pemegang saham
(stakeholder) dengan jajaran direksi selaku pelaksanaan kebijakan.
c. Hubungan dengan pelanggan (customer relationship)
Pelanggan adalah raja, demikian ungkapan ini menggambarkan begitu
pentingnya kedudukan pelanggan dimata perusahaan. Hubungan yang harus
dibina oleh humas (PR) antara lain; mempromosikan produk kepada mereka,
antara lain dengan publikasi, event, berita pendekatan komunikasi konsumen,
mencitrakan, serta program-program yang menyangkut social responsibility.
d. Hubungan dengan komunitas khalayak sekitar (community relations)
Perusahaan dengan target market tertentu, harus membina hubungan
baiknya dengan konsumen, apabila telah terkumpul dalam suatu komunitas.
Komunitas memiliki anggota yang pada umumnya loyal pada organisasi dan
terikat secara emosional maupun pisikal. Dengan mengandeng komunitas
diharapkan perusahaan mempunyai pelanggan tetap, yang ikut membantu
penjualan produk secara langsung ataupun tidak ikut mempromosikan produkproduk dari perusahaan kepada anggotanya. Masukan-masukan dari komunitas
juga menjadi nilai plus lagi yang didapatkan oleh perusahaan dari hubungan
baik ini.
e. Hubungan dengan pemerintah (government relations)

Pemerintah sebagai pemegang otoritas regulator adalah salah satu pihak
yang harus dibina hubungan baiknya. Hubungan baik dengan pemerintah dapat
membantu perusahaan untuk mengkomunikasikan apa yang dihadapi oleh
kalangan pengusaha, misalnya dalam hal pajak dan bea masuk.
f. Hubungan dengan pers (pers relations)
Salah satu kekuatan besar yang dapat mengubah dunia adalah media,
dalam hal ini adalah pers. Pers bergerak atas nama publik dan bekerja atau
menyoroti isu-isu yang berkaitan dengan publik. Hubungan baik dengan pers
memungkinkan

perusahaan

dengan

segala

produk-produknya,

untuk

memberikan citra positif perusahaan itu pada masyarakat.
3. Humas (PR) Internasional
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah di dalam bukunya yang berjudul
“Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber” ( 2011:
59) mengutip pernyataan John W. Hill, seorang Amerika yang dianggap pelopor
dalam mengembangkan humas internasional, mengatakan bahwa humas
internasional akan berkembang pesat apabila suasananya didukung oleh tiga unsur
dominan, yakni :
a. Pemerintah yang mapan dan demokratis
b. Sistem ekonomi yang memungkinkan dikembangkan perusahaan pribadi
dan digalakannya persaingan disegala lapangan yang menuntut kerja
keras.

c. Media yang besar dan merdeka, yang memperoleh pengawasan
pemerintah secara minimal.
Pada penelitian yang akan dilakukan, penulis memfokuskan ruang lingkup tugas
humas sebagai pelayanan publik melalui media internet (Cyber PR) dalam
perwujudan Good Governance.

3.1 Cyber PR
Pemanfaatan media web untuk kepentingan PR merupakan penghematan
besar atas biaya kertas, cetak dan pengirimannya. Hemat merupakan salah satu
manfaat dari penggunaan cyber-PR, seperti yang diungkapkan oleh Onggo
(2004 : 6):
“PR dalam dunia fisik dianggap lebih dapat mempengaruhi tanggapan dan
respon pasar. Pengeluarannya pun lebih hemat dibandingkan pengeluaran iklan.
E-PR (cyber-PR) dapat membuat organisasi lebih hemat mengingat E-PR tidak
membutuhkan stastionery atau biaya cetak. Semakin murahnya biaya internet
akan membuat biaya E-PR menjadi semakin terjangkau. “
Media online merupakan media yang terhubung melalui internet, sehingga
pada akhirnya muncul divisi baru yang dikatakan sebagai Cyber PR. Singkatnya
adalah inisiatif PR atau Public Relation yang menggunakan media internet
sebagai sarana publikasinya. Inisiatif PR ini di Indonesia lebih dikenal dengan
istilah Cyber Public Relations. Internet menuntut para pelaku PR untuk
memanfaatkan media online tersebut, karena hal itu memang tidak dapat

dihindari, apalagi jika perusahaan atau organisasi sudah memiliki situs web
(website) atau bahkan sudah menggunakan email.
Istilah Cyber PR atau Electronic PR (E-PR) digunakan untuk kegiatan
Public Relations (PR) yang menggunakan media internet sebagai media
publikasinya. Saat ini keberadaan media online tidak dapat dihindarkan lagi,
karena media online internet dan komunikasi teknologi merupakan media yang
membuat seluruh dunia tersambung, sehingga dapat mendatangkan dampak
sekaligus manfaat yang tidak bisa dibayangkan. Oleh karena itu PR memanfatkan
keberadaan internet sebagai penyebaran informasi, yang pada akhirnya
mempengaruhi persepsi public pada perusahaan atau organisasi, karena PR
menyajikan berbagai informasi di media online-nya tersebut. Baik atau buruknya
penilaian publik pada perusahaan atau organisasi bisa saja terjadi, yang tentu saja
sangat bergantung pada kualitas informasi yang disajikan pada media online
tersebut.
Ardianto (2009: 152) menyatakan beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh PR dalam menggunakan internet untuk meningkatkan citra instansi,
diantaranya :
a) Informasi cepat sampai pada publik;
b) Bagi PR, internet dapat berfungsi sebagai iklan, media, alat
marketing, sarana penyebaran informasi, dan promosi;
c) Siapapun dapat mengakses internet;
d) Tidak terbatas oleh ruang dan waktu;
e) Internet dapat membuka kesempatan melakukan hubungan
komunikasi dalam bidang pemasaran secara langsung.
Perkembangan sistem teknologi benar-benar menjadikan internet sebagai
bagian dari kehidupan masyarakat modern saat ini, karena internet secara lengkap
menyediakan kebutuhan akan informasi, berita, hiburan, serta ilmu pengetahuan.

Dengan internet tidak ada lagi batasan antara ruang dan waktu dalam
berkomunikasi dengan berbagai orang di berbagai belahan dunia. Internet mampu
menghubungkan pihak yang satu dengan pihak lainnya secara bersamaan dengan
prinsip komunikasi dua arah.

4. New Media
Abad ke-20 dapat digambarkan sebagai ‘zaman pertama media massa. Abad ini
juga ditandai dengan berubahnya ketakjuban maupun ketakutan atas pengaruh media
massa. Walaupun terjadi perubahan yang besar dalam lembaga dan teknologi media
serta dalam masyarakat sendiri dan juga munculnya ‘ilmu komunikasi’, perdebatan
publik mengenai signifikasi sosial yang potensial dari ‘media’ sepertinya tidak terlalu
berubah. Penggambaran isu yang muncul selama dua atau tiga dekade awal pada abad
ke-20 lebih dari sekedar kepentingan sejarah dan pemikiran awal memberikan poin
rujukan untuk memahami masa kini. (McQuail, 2011:56)
Media massa perkembang begitu cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi
komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki
kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya. Hal ini ditandai dengan munculnya
media baru. Istilah ‘media baru’ telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah
mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan
beragam.
Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011:43) ciri
utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak
individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang
beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana.

4.1 website
4.11

Pengertian dan Fungsi Website

Website merupakan alamat di internet yang memudahkan pengguna
internet untuk memenuhi kebutuhan informasi, melalui website pengguna internet
dapat dengan mudah mencari informasi sesuai dengan kebutuhan. Pendapat
senada juga dikemukakan Mico Pardosi, Website adalah dokumen dalam internet
(lebih tepatnya URL atau alamat internet) biasa disebut juga web atau home page

(Pardosi, 2004:2). Website berdasarkan pengertian diatas salah satu contohnya
adalah website www.riau.go.id yang mana dalam pengaplikasiannya terdapat
informasi dan data-data tertentu.
Web adalah sistem pengiriman dokumen tersebar yang berjalan di internet
(Falk, 1997: 76).

Maksudnya adalah adanya suatu informasi yang mampu

tersebar keseluruh dunia tanpa batas dan waktu dengan adanya sebuah jaringan
internet. Perkembangan internet yang sangat cepat telah membentuk suatu
komunitas pengguna internet yaitu world wide web (www) atau website.
Pengertian website menurut Jack Febrian adalah:
“Sebuah lokasi di internet yang memiliki akses ke semua pengguna
internet dan dapat saling bertukar dokumen dengan cara menghubungkan
satu sama lain dalam suatu jaringan yang saling terhubung melalui
jaringan komunikasi seperti kabel telepon” (Febrian, 2001:180).
Berbagai macam kalangan dalam hal ini mampu melakukan interaksi dan
komunkasi serta perpindahan data melalui sebuah jaringan yang mampu
menghubungan pihak satu dengan pihak lainnya tanpa adanya suatu batasan
wilyah. “World Wide Web atau website adalah sebuah sistem untuk menjajaki dan
mencari informasi” (La Quey, 1997: 133). Pencarian yang dilakukan terhadap
informasi yang dibutuhkan tersebar dan terjaring secara luas dari berbagai
kalangan.
“Website adalah perpustakaan elektronik untuk mengetahui tentang
berbagai informasi yang diperlukan dengan tidak memerlukan banyak waktu
untuk mencari data dan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan data relatif
lebih murah” (Tung, 1996: 12). Website merupakan salah satu cara (fasilitas)
bagaimana kita saling bertukar informasi. Web berisi informasi yang diinginkan

dengan mengunakan perintah khusus dan program pencarian teks untuk
menemukan informasi yang diinginkan. Salah satu keuntungan terbesar website
adalah bahwa web merupakan sumber informasi super besar yang mencakup
berbagai topik yang berbeda, dimana dalam hal ini dokumen-dokumen yang ada
didalamnya memiliki keterkaitan satu sama lain.
Website pertama kali dibuat pada tahun 1991 di CERN (European Particle
Physics Laboratory atau Laboratorium Fisika Partikel Eropa), suatu lembaga
bagi penelitian fisika energi-tinggi di Jenewa, Swiss. Tujuan semula untuk
membantu para fisikawan di berbagai lokasi yang berbeda dalam bekerja sama
(Browne,1996: 32). Penggunaan website menjadi suatu hal yang penting, baik
bagi individu, organisasi dan pemerintahan. Website merupakan alamat di internet
yang dapat di akses oleh siapa saja bagi mereka yang mengetahui alamat tersebut
dengan menggunakan browser. Website berisikan data-data, informasi dan
gambar.
Sistem pengaksesan informasi dalam internet yang paling terkenal adalah
website. Website berkembang menjadi fasilitas untuk menampilkan browser
elektronik dan menyebabkan meningkatnya penggunaan intranet, ekstranet juga
internet. Website dapat memperlebar ruang promosi, komunikasi dan berinterkasi.
Website tidak sekedar hanya menyajikan informasi, akan tetapi website
dapat memperluas jaringan promosi, saling berkomunikasi melalui e-mail ataupun
informasi kontak yang ada pada website. Website memudahkan pengguna untuk
saling berkomunikasi tanpa terhalang oleh jarak dan waktu. Interaksi yang dapat
dilakukan dalam website diantaranya adalah transaksi jual-beli, forum diskusi,
upload atau download file dan lain sebagainya. Pembentukan website pada

pemerintahan dapat berfungsi menjadi sebuah pusat pelayanan di mana
masyarakat dapat melakukan segala sesuatunya melalui website mulai dari
pendaftaran, aktifitas kependudukan, mengikuti berbagai survei, pembayaran
online atas segala pajak dan retribusi serta transaksi-transaksi lainnya.

5.

Website Pemerintah (E- Government)

E-Government sendiri dapat diartikan sebagai pemanfaatan teknologi informasi
(seperti internet, telepon, satelit) oleh institusi pemerintahan untuk meningkatkan
kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat, komunitas bisnis, dan
kelompok terkait lainnya (World Bank, 2001). Menurut Rogers WO Okut-Uma
and Larry Caffrey (Eds), dalam buku Trusted Services and Public Key
Infrastructure, Commonwelth Secretariat, London (2000), “E-government refers
to the processes and structures pertinent to the electronic delivery of government
services to the public.” Sementara itu, Kementerian Kominfo berpendapat bahwa
e-government adalah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan
perangkat digital lainnya yang dikelola oleh pemerintah untuk keperluan
penyampaian informasi dari pemerintah ke masyarakat, mitra bisnis, pegawai,
badan usaha, dan lembaga-lembaga lainnya secara online (dalam Hardiyansyah,
2003).

5.1 Latar Belakang E-Government
Kemajuan TI (Teknologi Informasi) yang begitu pesat berdampak pada
perubahan sosial, budaya dan membuat jarak antar negara makin dekat. Kemajuan
tersebut berdampak pada tata pemerintahan. Masyarakat menuntut pelayanan yang
cepat, efektif dan efesien yang diberikan pemerintah. TI pada pemerintahan
dengan istilah e-government diharapkan menjadi jawaban atas pelayanan yang
diinginkan masyarakat. The World Bank Group dalam buku e-government,
mendefinisikan e-government sebagai berikut:

“E-government refers to the use by government agencies of information
technologies ( such as wide area networks, the internet, and mobile
computing)that have the ability to transform relations with citezens,
business, and other arms of government”. (dalam Indrajit, 2006:2)
E-government berdasarkan definisi The World Bank Group adalah
penggunaan TI oleh kantor pemerintah melalui sebuah akses jaringan internet
terhadap pemberian fasilitas dalam melakukan kerjasama antara pemerintah
dengan masyarakat, bisnis maupun kerjasama antar institusi serta melaksanakan
perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah yang lebih baik menuju
good governance. TI pada kantor pemerintah atau yang dikenal dengan egovernment diharapkan dapat merubah sistem pelayanan pada manajemen
pemerintahan.
Pendapat lain tentang e-government menurut Clay G. Wescott (Pejabat
Senior Asian Development Bank) dalam buku e-government adalah:
“E-government is the use of information and communications technology
(ICT) to promote more efficient and cost-effective government, facilitate
more convenient government services, allow greater publik access to
information, and make government more accountable to citizens. (dalam
indrajit, 2006:4)
E-government dalam hal ini adalah penggunaan TI dan komunikasi dalam
meningkatkan kinerja aparatur dan pelayanan publik yang effisien dan efektif
serta lebih bertanggung jawab melalui akses informasi. E-government dapat
meningkatkan

performa

kinerja

pemerintah

dan

memperbaiki

proses

administratife serta memberikan kontribusi yang baik bagi pemerintah sebagai
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat.
E-Government dapat diartikan sebagai kumpulan konsep untuk semua tindakan
dalam sektor publik (baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah) yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka

mengoptimalisasi proses pelayanan publik yang efisien, transparan dan efektif
(Kurniawan, 2006). Istilah E-Government berhubungan dengan kemampuan untuk
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan hubungan
antara pemerintah dan masyarakat, antara pemerintah dan pelaku bisnis, dan di
antara instansi pemerintah. Teknologi tersebut termasuk e-mail. WAN (Wide Area
Network), Internet, peralatan mobile computing (HP, laptop, PDA), dan berbagai
teknologi lain yang berfungsi untuk menyebarluaskan informasi dan memberi
pelayanan elektronik dalam berbagai bentuk.
Secara umum pengertian E-Government adalah sistem manajemen informasi
dan layanan masyarakat berbasis internet. Layanan ini diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat. Dengan memanfaatkan internet, maka akan muncul sangat
banyak pengembangan modus layanan dari pemerintah kepada masyarakat yang
memungkinkan peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat dapat
secara mandiri melakukan registrasi perizinan, memantau proses penyelesaian,
melakukan secara langsung untuk setiap perizinan dan layanan publik lainnya.
Semua hal tersebut dengan bantuan teknologi internet akan dapat dilakukan dari
mana saja dan kapan saja (Abidin dalam Hardiyansyah, 2003).
Definisi E-Government memiliki

kesamaan karakteristik, diantaranya

adalah:
1.Merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara
pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang
berkepentingan (stake holder); dimana
2.Melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet);
dengan tujuan
3. Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan.
(Indrajit, 2006:4-5).
E-government merupakan karakteristik dari suatu hubungan bentuk baru
yang modern yang dilakukan pemerintah terhadap publik dalam berinterkasi dan
berkomunikasi antar pemerintah, pebisnis dan masyarakat serta stakeholder terkait
pada e-government melalui website www.riau.go.id dalam mewujudkan Good
Governance di Pemerintahan Provinsi Riau dengan menggunakan media internet
yang dapat diakses oleh berbagai pihak tanpa adanya suatu batasan waktu dan

jarak terhadap pelayanan publik yang lebih baik.

Penerapan e-government

menginginkan adanya perubahan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat,
sebagaimana yang dikatakan M. Khoirul Anwar dan Asianti Oetojo bahwa suatu
sistem untuk penyelenggaraan pemerintahaan dengan memanfaatkan TI dan
komunikasi terutama yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada
masyarakat (Anwar dan Oetojo, 2003:136). E-government menghasilkan
hubungan dan memperluas akses publik untuk memperoleh informasi sehingga
akuntabilitas pemerintah meningkat.
Menurut Heeks dalam Djunaedi (2002), e-government diartikan sebagai
pemanfaatan ICT untuk mendukung pemerintahan yang baik (good governance).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa e-government mencakup:
1. E-Administration: untuk memperiki proses pemerintahan dengan
menghemat biaya, dengan mengelola kinerja, dengan membangun
koneksi strategis dalam pemerintahan sendiri, dan dengan menciptakan
pemberdayaan.
2. E-citizen & e-Service: menghubungkan warga masyarakat dengan
Pemerintahan dengan cara berbicara dengan warga dan mendukung
akuntabilitas, dengan mendengarkan masyarakat dan mendukung
demokrasi, dan dengan meningkatkan layanan publik.
3. E-Society: membangun interaksi di luar pemerintah dengan bekerja
secara lebih baik dengan pihak bisnis, dengan mengembangan
masyarakat, dengan membangun kerjasama dengan pemerintah, dan
dengan membangun masyarakat madani.
Pemicu Utama TI pada kantor pemerintah yang dikenal dengan egovernment

lahir pada lingkungan pemerintah berdasarkan latar belakang

tertentu. Anwar dalam bukunya yang berjudul Aplikasi Sistem Informasi
Manajemen Bagi Pemerintahan di Era Otonomi Daerah mengemukaakan bahwa

TI pada kantor pemerintah atau yang dikenal dengan e-government lahir
berdasarkan latar belakang sebagai berikut:
1. Peran informasi dan teknologi yang semakin canggih serta mendominasi
di hampir semua bidang kehidupan sehingga mendorong kearah
globalisasi.
2. Dalam era globalisasi akan dilandasi dengan kebutuhan informasi yang
semakin meningkat diikuti dengan semakin berkembangnya jaringan
internet, batas wilayah negara semakin tidak jelas, persaingan
perdagangan semakin ketat.
3. Munculnya tuntutan masyarakat pada birokrat untuk meningkatkan
kinerja dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
4. Kemajuan teknologi informasi yang semakin maju dan mampu
mendorong kegiatan. (Anwar, 2004:112-113)
Perkembangan TI dan meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dalam
era globalisasi membuat isu terhadap kinerja pemerintaah semacam demokrasi,
hak asasi manusia, hukum, transparansi, korupsi, civil society, good corporate,
perdagangan bebas dan pasar terbuka. Era globalisasi, kemajuan TI serta
meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat diperkirakan telah menyebabkan
terjadinya tekanan dari masyarakat kepada pemerintah untuk memperbaiki
kinerjanya secara signifikan melalui pemanfaatan TI. Perubahan dan tuntutan
zaman telah menuntut dan membawa pemerint