Penegakan Hukum Hak Merek di Indonesia S

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM

MAKALAH

PENEGAKAN HUKUM HAK MEREK DI INDONESIA:
STUDI KASUS SOMASI SONY CORP. ATAS DOMAIN
SONY ARIANTO KURNIAWAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pascatengah semester III
dalam mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C) Tahun Akademik 2016/2017

Oleh:
Cindra Rahmaniar Ade T.

15/379421/HK/20419

Ilham Maulana Ash S.

15/382517/HK/20584


Vansona Stalony

15/377678/HK/20410

Yoseph Adwitiya Adhi

15/382612/HK/20679

YOGYAKARTA
2016

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM

MAKALAH

PENEGAKAN HUKUM HAK MEREK DI INDONESIA:
STUDI KASUS SOMASI SONY CORP. ATAS DOMAIN
SONY ARIANTO KURNIAWAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pascatengah semester III
dalam mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C) Tahun Akademik 2016/2017

Oleh:
Cindra Rahmaniar Ade T.

15/379421/HK/20419

Ilham Maulana Ash S.

15/382517/HK/20584

Vansona Stalony

15/377678/HK/20410

Yoseph Adwitiya Adhi

15/382612/HK/20679


YOGYAKARTA
2016
ii

PERSEMBAHAN

Makalah berjudul ”Penegakan Hukum Hak
Merek di Indonesia: Studi Kasus Somasi Sony
Corp. atas Domain Sony Arianto Kurniawan”
ini penulis persembahkan kepada:
1. Veri Antoni, S.H., M.Hum., dari Departemen
Hukum Dagang selaku dosen mata kuliah Hukum
dan Teknologi (Kelas C) sekaligus dosen
pembimbing penulis dalam pembuatan makalah.
2. Anugrah Anditya, S.H., M.T. dan Wahyu Yun
Santoso, S.H., M.Hum., LL.M., selaku dosen
mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C)
yang telah memberikan ilmu kepada penulis
terkait dasar-dasar Hukum dan Teknologi.
3. Rekan-rekan pengambil mata kuliah Hukum dan

Teknologi (Kelas C) Tahun Akademik 2016/2017
yang senantiasa memberi inspirasi dan dukungan.
4. Orang tua, sahabat, relasi, dan semua pihak yang
ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

iii

KATA PENGANTAR
Sebuah kesadaran yang nyata muncul dari lubuk hati yang paling dalam,
puji syukur senantiasa penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa
makalah ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Veri Antoni, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing penulis dalam
pembuatan makalah dalam mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C).

2.


Anugrah Anditya, S.H., M.T. dan Wahyu Yun Santoso, S.H., M.Hum.,
LL.M., selaku dosen mata kuliah Hukum dan Teknologi (Kelas C) yang
telah memberikan ilmu kepada penulis dari awal hingga tengah semester.

3.

Orang tua, sahabat, dan seluruh pihak yang telah memberi dukungan dan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Semoga kebaikan dari semua pihak tersebut senantiasa mendapatkan

balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah dalam bentuk studi kasus
ini dapat dijadikan sebagai upaya pemahaman materi mengenai salah satu objek
kajian Hukum dan Teknologi, khususnya dalam hal ini adalah Hak atas Kekayaan
Intelektual, yang ke depannya diharapkan mampu diimplementasikan dengan
baik. Akhirnya semoga niat baik ini mendapat rida dari Tuhan Yang Maha Esa
dan mendapat dukungan dari semua komponen masyarakat.
Tiada gading yang tak retak, lautan pun pasti berombak, danau yang
tenang pun tentu beriak. Kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak yang
sangat memahami tentang kemajuan dunia pendidikan senantiasa sangat penulis

harapkan guna perbaikan di masa-masa yang akan datang. Walau sedikit, semoga
kehadiran makalah ini tetap memberi makna.

Yogyakarta, 19 Oktober 2016,
Penulis

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................

i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

ii

PERSEMBAHAN.........................................................................................

iii


KATA PENGANTAR ..................................................................................

iv

DAFTAR ISI ................................................................................................

v

BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

B. Rumusan Masalah.......................................................................


4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................

4

D. Batasan Istilah ............................................................................

5

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN ..................................................

6

A. Jenis Penelitian ...........................................................................

6


B. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................

6

C. Teknik Analisis Data ..................................................................

6

D. Instrumen Penelitian ...................................................................

7

BAB IV

PEMBAHASAN.........................................................................

8

A. Landasan Yuridis-formal dan Dasar Hukum ...............................


8

B. Analisis Hukum dan Bentuk Perlindungan Hukum ..................... 10
BAB V

PENUTUP .................................................................................. 17

A. Kesimpulan ................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

v

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tulisan ini akan membahas mengenai suatu permasalahan yang
berkaitan dengan hak kekayaan intelektual: suatu studi kasus tentang Somasi
Sony Corp. terhadap Sony Andrianto Kurniawan.
Pada tahun 2010, Sony AK atau Sony Arianto Kurniawan, salah

seorang blogger Indonesia, terjebak kasus dengan pihak Sony Corp. lantaran
memakai embel-embel nama ‘Sony’ di situs pribadinya. Sony Arianto
dihadapkan dengan dua pilihan sulit: melepas nama ‘Sony’ di situsnya, atau
diseret Sony Corp. ke meja hijau.1 Kasus menimpa blogger yang berhadapan
dengan perusahaan karena masalah merek, seperti yang dialami Sony AK
dengan Sony Corp, merupakan kejadian pertama kali yang menimpa blogger
di Indonesia karena kebanyakan yang terjadi di Indonesia adalah kasus
cybersquatting2, yang memang motivasinya berbeda, yaitu untuk memeras
atau mencari uang dari pihak tertentu.
Cybersquatting sendiri merupakan penyerobotan nama suatu merek
tertentu dalam sebuah nama domain, yang biasanya digunakan untuk dijual
lagi kepada pihak-pihak tertentu agar bisa mendapatkan materi dalam jumlah
tertentu. Di Indonesia, kasus seperti ini beberapa kali pernah terjadi.3
1

Sebagaimana dinyatakan secara luas di depan publik. Ulasan selengkapnya dapat dilihat di laman
http://inet.detik.com/read/2010/03/17/122944/1319422/399/sony-corp-dan-sony-ak-sepakatidua-hal, diakses pada 18 Oktober 2016.
2
Cybersquatting atau penyerobotan Domain Name, sebagaimana dilansir dari laman
https://xitux.wordpress.com/tugas-eptik/pengertian-cybersquatting-dan-typosquatting/,
adalah
jenis kejahatan dunia maya (Cybercrimes), masuk ke dalam kategori domain hijacking
(Pembajakan Domain) yang dilakukan dengan cara mendaftarkan domain nama perusahaan atau
nama orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan atau orang lain atau
kepada pemilik asli domain tersebut, dengan harga yang lebih mahal.
3
Cybersquatting (atau domain squatting) didefinisikan menurut Hukum Federal Amerika Serikat
adalah mendaftarkan atau menggunakan nama domain dengan niat buruk untuk mengambil
keuntungan dari merek dagang milik orang lain. Orang yang melakukan praktik ini disebut
dengan cybersquatter. Tujuan dari cybersquatting adalah menjual nama domain dengan harga
lebih mahal dari harga registrasi perusahaan atau orang ternama yang belum sadar atau berniat
mendaftarkan suatu domain. Selengkapnya lihat Jane C. Ginsberg, 2007, Trademark and Unfair
Competition Law 748, Foundation Press, New York, hlm. 78.

2

Pihak Sony Corp. melayangkan somasi dalam surat somasinya
melalui Kantor Kuasa Hukum Hadiputranto, Hadinoto, and Partners. Raksasa
elektronik asal Jepang itu pada intinya ingin Sony AK untuk menghentikan
semua penggunaan nama domain http://www.sony-ak.com miliknya, sebab
yang menggunakan merek ‘Sony’ dianggap milik Sony Corp. Isinya
menegaskan pengertian dan persetujuan penuh terhadap keinginan-keinginan
Sony Corp. untuk tidak menggunakan nama domain yang menggunakan
merek ‘Sony’ atau merek-merek lainnya yang secara substansial memiliki
persamaan pada keseluruhannya atau terhadap merek-merek yang serupa atau
memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek ‘Sony’.
Mendapat somasi tersebut, Sony AK pun langsung menghubungi
perwakilan hukum Sony Corp. di Indonesia bermaksud memberikan
klarifikasi agar masalah ini tidak berlarut-larut dan sampai pada gugatan
hukum.
Berikut adalah bunyi balasan dari Sony Arianto kepada pihak
perwakilan hukum Sony Corp Indonesia atas somasi yang diberikan
kepadanya.
Saya sudah menerima e-mail mengenai keberatan pengunaan nama domain
sony-ak.com. Sebelumnya saya ingin menyampaikan beberapa poin mengenai
domain tersebut.
1) Domain sony-ak.com saya daftarkan karena berawal dari nama saya
“sony” dari Sony nama depan saya, “-ak” merupakan singkatan dari
nama belakang saya “Arianto Kurniawan”.
2) Domain

tersebut

sudah

saya daftarkan

sejak July 28,

2003

(www.whois.sc/sony-ak.com)
3) Saya mengisi sony-ak.com dengan tulisan-tulisan saya pribadi, karena
kompetensi saya di bidang IT dan saya hobby menulis, dan saya suka
knowledge sharing maka saya menulis segala sesuatu mengenai IT pada
domain tersebut.

3

4) Situs sony-ak.com saya beri label Sony AK Knowledge Center karena
sebagai media knowledge sharing saya pribadi dengan semua pembaca
online di seluruh dunia
5) Sony AK Knowledge Center mengandung kata SONY tapi Sony AK
Knowledge Center bukanlah MEREK.
6) Sony AK Knowledge Center tidak berbadan hukum dan saya juga tidak
ada niat untuk membuat badan hukum atas label tersebut.
7) Sony AK Knowledge Center juga bukan organisasi dan tidak mendapat
profit apa-apa.
8) Sony AK Knowledge Center juga tidak berhubungan dengan produkproduk “SONY Corporation” Jepang, walaupun di surat Anda
menyebutkan bahwa usaha kelas 41 (seputar pendidikan) mungkin
bersinggungan dengan konten kita, tapi saya dari dalam hati tidak ada
niat sedikitpun untuk sengaja “mendompleng” nama SONY Corporation.
9) Saya juga tidak ada niat untuk membuat bingung para audience dengan
menanggapi
10) Saya tidak melakukan promosi apapun sejak situs ini berdiri tahun 2003,
paling-paling semua berawal dari internet dan masuk search engine.
Demikian beberapa poin yang ingin saya sampaikan mengenai latar
belakang domain sony-ak.com yang saya gunakan. Intinya saya mau
membuka diskusi mengenai penyelesaian masalah ini.
Dalam kasus Sony AK, jika masalah ini dibawa ke ranah hukum,
banyak pengamat hukum yang optimis kekalahan akan berada di pihak Sony
Corp karena kurang kuatnya alasan yang diajukan oleh pihak Sony Jepang.
Seperti nama merek dagang yang tidak terdaftar di Indonesia, tidak adanya
kesamaan jenis produk komersil yang dijajakan, bahkan selain tidak komersil,
Sony AK pun tidak membuat situs tersebut untuk meraih keuntungan dari
nama Sony.4

4

Sebagaimana sebelumnya telah diberitakan dalam situs berita http://otentik.kunci.or.id/?p=25,
diakses pada 18 Oktober 2016.

4

Hingga pada akhirnya, pihak Sony Corp. datang ke Indonesia
untuk menemui Sony Arianto, melakukan mediasi atas kasus ini. Untuk
menunjukkan keseriusan mediasinya, Sony Indonesia bahkan sampai
menghadirkan Presiden Direkturnya, Koji Wakaizumi, ke Indonesia. Hasil
dari mediasi tersebut menghasilkan dua kesepakatan antara Sony Corp
dengan Sony Arianto, yakni (1) untuk melakukan improvement, yakni
rekonstruksi logo dan (2) meminta Sony AK untuk memperkuat disclaimer di
situsnya.5

B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian pada latar belakang di atas, penulis
menemukan permasalahan yang memerlukan pembahasan lebih mendalam
seperti yang tersebut di bawah ini.
1.

Bagaimana dasar yuridis dari perbuatan hukum somasi yang dilayangkan
oleh pihak Sony Corp. kepada Sony Arianto Kurniawan?

2.

Apakah somasi yang dilayangkan oleh pihak Sony Corp. kepada Sony
Arianto Kurniawan dapat dibenarkan?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam
bidang hukum dan teknologi. Secara umum, tujuan dari penulisan ini adalah
1.

untuk menjelaskan dasar yuridis dari perbuatan somasi yang dilakukan
oleh pihak Sony Corp. kepada Sony Arianto Kurniawan; dan

2.

untuk memahami legitimasi dari benar atau tidaknya gugatan yang
dilayangkan oleh pihak Sony Corp. kepada Sony Arianto Kurniawan;

5

Setelah melakukan perundingan, akhirnya pihak Sony AK dengan Sony Corp. berdamai, yaitu
dengan cara mengganti tampilan situsnya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, juga
penggantian logo dan penambahan disclaimer yang berisi Sony AK Knowledge Center: “This
website is administrated by Sony Arianto Kurniawan and not related to Sony Corporation or its
affiliate
at
all”.
Selengkapnya
dapat
dilihat
di
https://cybersquattinggg.wordpress.com/2013/10/27/cybersquatting-2/, diakses pada 18 Oktober
2016.

5

D. Batasan Istilah
Dalam melakukan penyusunan makalah ini, penulis merasa perlu
adanya batasan istilah agar objek yang dibahas tidak meluas dan penulisan
bisa terarah. Berdasarkan hal tersebut, penulis menggunakan pembatasan
istilah sebagaimana yang tersusun di bawah ini.
1.

Merek, menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek, adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, hurufhuruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.

2.

Nama Domain, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 20 Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan
Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat
unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.

3.

Somasi, menurut J. Satrio dalam artikel Beberapa Segi Hukum Tentang
Somasi (Bagian I)6, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak
dikenal istilah somasi, namun dalam doktrin dan yurisprudensi istilah
somasi digunakan untuk menyebut suatu perintah atau peringatan (surat
teguran). Somasi merupakan peringatan atau teguran agar debitur
berprestasi pada suatu saat yang ditentukan dalam surat somasi.

6

Seperti yang diuraikan dalam kumpulan tulisan J. Satrio, “Beberapa Segi Hukum tentang Somasi
(Bagian I)”, yang dirangkum oleh www.hukumonline.com, sebagaimana dikutip dari laman
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4cbfb836aa5d0/beberapa-segi-hukum-tentangsomasi-bagian-i-brioleh-j-satrio, diakses pada 18 Oktober 2016.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitan ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian dengan meneliti gejala-gejala dan untuk memahaminya
tidak mudah dilakukan menggunakan alat ukur, melainkan dengan naluri dan
perasaan (Margono, 2007:105).

B. Teknik Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data dalam penulisan makalah ini
hanya menggunakan satu teknik, yaitu:
1.

Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan alat pengumpulan yang utama dalam
melakukan penelitian kualitatif karena pemecahan rumusan masalah
diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukumhukum yang diterima, baik yang mendukung maupun yang menolong
rumusan masalah tersebut. Perpustakaan dan sumber dari internet
merupakan sumber utama penulis dalam menyusun makalah ini. Hal
yang didapatkan dapat berupa pengertian, hasil kajian, atau hal lain yang
tentunya dapat menunjang terselesaikannya makalah ini.

C. Teknik Analisis Data
Suharsimi Arikunto (2002:275) berpendapat bahwa dalam langkah
memilih pendekatan penelitian telah dikemukakan beberapa desain
eksperimen, di antaranya telah disertai rumus atau cara analisis data. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif.
Selanjutnya, peneliti menggunakan langkah kerja agar penelitian yang
dilakukan bertahap dan fokus terhadap hal yang dituju. Dalam hal ini, teknik
analisis data yang dilakukan oleh penulis dijabarkan di bawah ini.

7

1.

Studi pustaka dilakukan oleh peneliti dalam mencari sumber data
mengenai penelitian. Dengan fasilitas buku di perpustakaan digital
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, internet, serta melalui sumber
lain, penulis akan memperoleh data untuk dianalisis lebih lanjut.

2.

Komunikasi intensif dilakukan kepada pihak-pihak yang dirasa
bertanggung jawab dan mempunyai efek besar terhadap hasil penelitian,
dalam hal ini adalah dosen Hukum dan Teknologi dan dosen Teknik
Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM.

3.

Penyusunan makalah berupa penentuan tujuan penelitian dan perumusan
masalah. Penulis menyusun kerangka makalah dan mulai menyusun
makalah berdasarkan data yang diperoleh.

4.

Pencarian kasus dengan cara studi pustaka dilakukan di lingkungan
Perpustakaan Fakultas Hukum UGM.

5.

Pengolahan data dan penyusunan makalah secara lengkap disusun
berdasarkan data yang telah diperoleh dengan menggunakan metode
kualitatif berdasarkan buku dan jurnal referensi yang ada.

6.

Pembuatan kesimpulan adalah tahap terakhir yang dilakukan oleh penulis
setelah melakukan pemahaman teoretis dan observasi sekilas di lapangan.
Dalam hal ini penulis memandang dan menjawab rumusan masalah dari
pihak netral tanpa memihak siapapun.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan keseluruhan alat yang digunakan
oleh penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis menggunakan instrumen
penelitian sebagai berikut.
1.

Komputer Laptop

2.

Media internet

3.

Online journal

4.

Buku referensi

5.

Ballpoint

6.

Pensil

BAB III
PEMBAHASAN
A. Landasan Yuridis-formal dan Dasar Hukum
Perlindungan hukum hak atas merek merupakan upaya yang diatur
oleh undang-undang guna mencegah terjadinya pelanggaran oleh orang yang
tidak berhak dan beritikad tidak baik dalam kegiatan bisnisnya. Oleh karena
itu, perolehan hak merek harus melalui pendaftaran terlebih dahulu.
Perlindungan terhadap hak atas merek yang dilindungi hanyalah merek yang
sudah terdaftar dan merupakan pengakuan atas pembenaran akan hak atas
merek seseorang yang dapat dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran merek
sehingga dapat memperoleh perlindungan hukum. Pendaftaran merek
berdasarkan sistem konstitutif (first to file system) yang berarti hak atas merek
hanya

dapat

diberikan

kepada

pendaftar

yang

terlebih

dahulu

mendaftarkannya.
Hak atas merek dapat dicabut jika tidak digunakan atau jika
pendaftaran merek tersebut melanggar merek dari pihak lain. Setiap merek
terdaftar dilindungi oleh undang-undang. Perlindungan terhadap merek yang
terdaftar mendapat perlindungan dengan jangka waktu selama 10 (sepuluh)
tahun sejak tanggal penerimaan pendaftaran merek dan dapat pula
diperpanjang sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek.
Jika terjadi pelanggaran terhadap suatu merek dan/atau merek
terkenal, pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang
maupun badan hukum yang secara tanpa hak telah menggunakan merek
tersebut untuk barang maupun jasa yang dapat mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal untuk barang maupun
jasa sejenis, ketentuan merek terkenal dilihat dengan memperhatikan
pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut di dalam bidang
usaha yang bersangkutan, juga dapat dilihat dari reputasi merek terkenal
tersebut yang diperoleh melalui promosi yang dapat dilakukan melalui iklan

9

atau pemasaran produk secara besar-besaran dan investasi di beberapa negara
di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, serta disertakan bukti untuk
pendaftaran merek tersebut di beberapa negara.
Pengaturan

merek

dalam

peraturan

perundang-undangan

di

Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek, dengan ketentuan dasar:
Pasal 1 ayat (1), Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsurunsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
Pasal 1 ayat (2), Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.
Pasal 1 (3), Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa
yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Ruang lingkup merek yang diatur dalam Undang-Undang No. 15
tahun 2001 tentang Merek dipertegas melalui pasal 2 “Merek sebagaimana
diatur dalam Undang-undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa”.
Sedangkan untuk nama domain, belum ada undang-undang khusus
yang mengatur secara spesifik terkait domain. Peraturan perundang-undangan
Indonesia yang mengatur tentang nama domain sampai saat ini masih
dilekatkan pada esensi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, di mana Pasal 1 angka 20 menyebutkan
bahwa Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang,
Badan

Usaha,

dan/atau

masyarakat,

yang

dapat digunakan

dalam

berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang
bersifat unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.

10

B. Analisis Hukum dan Bentuk Perlindungan Hukum
1.

Bentuk Perlindungan Hukum dalam Kasus Sony Corp. v. Sony AK
Sony Arianto Kurniawan sebagai pemilik dari blog dari Sonyak.com mengisi halaman-halaman blognya dengan tulisan-tulisan
pribadinya, karena hobinya menulis dan kegemarannya terhadap dunia IT
dan kesukaannya terhadap knowledge sharing maka ia gemar menulis
segala sesuatu mengenai IT di dalam domainnya tersebut, situs sonyak.com itu sendiri ia membubuhi label Sony AK Knowledge Center
karena ia gunakan sebagai media knowledge sharing pribadi dengan
semua pembaca media online di seluruh dunia, Sony AK Knowledge
Center memang mengandung kata SONY tetapi Sony AK Knowledge
Center tersebut bukanlah sebuah merek, Sony AK Knowledge Center
tersebut tidaklah berbadan hukum dan juga tidak ada niat bagi Sony
Arianto Kurniawan untuk menjadikan label tersebut sebagai badan
hukum, Sony AK Knowledge Center juga bukanlah sebuah organisasi
dan tidak mendapatkan profit apapun dari Sony Corp. Japan karena Sony
AK Knowledge Center tidak berhubungan langsung dengan produkproduk yang dimiliki oleh Sony Corp. Japan.
Sony AK sendiri tidak pernah melakukan promosi apapun terhadap
situs blognya sejak situsnya tersebut didirikan pada tahun 2003,
semuanya hanya berawal dan berkembang dari internet melalui search
engine. Pemilik dari situs Sony-AK.com itu sendiri tidak bermaksud
untuk mendompleng reputasi dari Sony Corp. Japan untuk kepentingan
komersial, justru tindakan sebaliknya yang ada di dalam blog tersebut
dibuat sebagai kontribusinya dalam dunia pendidikan informasi dan
teknologi yang dapat dibagikan secara gratis. Diterangkan lebih lanjut
lagi, unsur kata “Sony” yang di dalam blognya tersebut diambil dari
nama pemiliknya itu sendiri yaitu Sony Arianto Kurniawan. Selain itu
juga di dalam blog tersebut tidak ada hal-hal yang memiliki bahan ulasan
yang menyangkut- pautkan dengan atau berhubungan langsung dengan
Sony Corp. Japan, bahkan dari pihak pemilik blog itu sendiri telah

11

memiliki itikad yang baik dengan menambahkan keterangan yang dengan
jelas menerangkan bahwa situs blognya tersebut tidak adanya keterkaitan
dengan pihak Sony Corp. Japan maupun pihak perusahaan afiliasinya.1
2.

Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan Undang-undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
Hak terhadap merek merupakan suatu hak kebendaan yang oleh
karena itu hak tersebut dapat untuk dipertahankan oleh siapa saja, dalam
hal ini dapat dipertegas bahwa dengan diberikannya hak gugat kepada
pemegang merek, dan dengan adanya sanksi pidana bagi siapapun yang
melanggar hak tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 76, Pasal 90,
dan Pasal 91 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Dalam menentukan ada atau tidak adanya indikasi dalam pelanggaran
merek kasus sengketa nama domain Sony-AK.com, maka berikut adalah
syarat yang harus dipenuhi:
a.

Adanya bukti bahwa pihak Sony Corp. Japan memiliki hak yang sah
atas merek yang terkait, yaitu dengan cara pendaftaran atau
pemakaian pertama, tanggal pendaftaran atau pemakaian pertama
tersebut harus terlebih dahulu dari tanggal efektif pendaftaran nama
domain tersebut.

b.

Nama domain tersebut harus memiliki persamaan keseluruhan atau
pada pokoknya terhadap merek pihak yang merasa telah dirugikan.

c.

Bagi pihak pendaftar nama domain atau registrant tidak hanya
sekadar mendaftarkan nama domain tersebut, melainkan juga
menggunakannya untuk memperdagangkan barang maupun jasa
yang sejenis. Namun, apabila untuk merek terkenal, unsur persamaan
jenis barang maupun jasanya dapat dikesampingkan terlebih dahulu.

d.

Pihak registrant nama domain telah mendaftarkan dan memakai
nama domain tersebut dengan itikad yang buruk.

1

Sebagaimana dikemukakan oleh Shanti Rachmadsyah dalam artikel “Perlindungan Nama
Domain dalam Tinjauan Undang-undang Merek”. Selengkapnya dapat dilihat di
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6558/kasus -nama-domain,
diakses
pada
tanggal 18 Oktober 2016.

12

Dalam perkembangan kasus tersebut dikemukakan bahwa pihak
dari Sony Corp. Japan mengklaim bahwa mereka merupakan pemegang
dari merek terkenal “SONY”. Oleh karena itu, perlu ditinjau lagi
mengenai masalah merek terkenal tersebut. Pasal 6 ayat (3) Undangundang Merek mengatur mengenai merek yang dilarang untuk
didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, yaitu
dijelaskan sebagai berikut:
“(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila
Merek tersebut
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau
nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas
persetujuan tertulis dari yang berhak;
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan
nama, bendera, lambang, atau simbol atau emblem Negara
atau lambang nasional maupun internasional, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau
stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga
Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang.”2
3.

Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Ketentuan

mengenai

kepemilikan

nama

domain

dan

penggunaannya telah diatur dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dinyatakan
sebagai berikut.
“(1) Setiap penyelenggara Negara, orang, badan usaha, dan/atau
masyarakat berhak memiliki nama domain berdasarkan prinsip
pendaftar pertama.
(2) Kepemilikan dan penggunaan nama domain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada itikad baik, tidak
melanggar prinsip persaingan usaha secara sehat, dan tidak
melanggar hak orang lain.
(3) Setiap penyelenggara Negara, orang, badan usaha, atau
masyarakat yang dirugikan karena penggunaan nama domain
secara tanpa hak oleh orang lain, berhak mengajukan gugatan
2

Bunyi Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

13

pembatalan nama domain dimaksud.”3
Dalam hal untuk memperoleh nama suatu domain, para pihak yang
bersangkutan untuk meminta nama domain tersebut telah dinyatakan
secara pribadi bertanggung jawab dan menjamin bahwa pengajuan
permintaan pendaftaran nama domain yang dilakukannya tersebut yaitu
telah didasari dengan suatu itikad baik dan tidak merugikan bagi
kepentingan dari pihak manapun.
Dalam kasus ini berarti kemiripan nama domain bukan satusatunya ukuran untuk mengklaim bahwa telah terjadinya suatu
pelanggaran hukum, akan tetapi tetap harus dilihat pula bagaimana
penggunaan nama domain tersebut, dalam kasus ini telah dibuktikan
bahwa pihak Sony-AK dalam nama domainnya tidak ada konten tertentu
yang berisikan konten yang berusaha mengubah pencitraan mengenai
Sony.com, karena ketika pencitraan yang dimunculkan tidak sesuai
dengan standar dari perusahaan yang sebenarnya maka hal tersebut tentu
akan mempengaruhi pemasaran produk di dalam pasaran masyarakat,
pencitraan merek merupakan salah satu dari strategi dalam meraih
keunggulan yang kompetitif. Maka dari itu, tidak ada perbuataan dari
Sony-AK yang dapat menimbulkan kerugian harta materiil dan imateriil
bagi pihak Sony Corp. Japan.
4.

Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan UDRP (The
Uniform Domain Name Dispute Resolution Policy)
Dalam mekanisme penyelesaian masalah atas nama domain yang
digariskan oleh ICANN4 pada dasarnya adalah dikembalikan kepada para
pihak sendiri untuk menempuh alternatif penyelesaian sengketa yang
dipilih, yakni dapat diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat
(resolved by the parties themselves), mekanisme peradilan umum (the

3
4

Pasal 23 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Internet Corporation for Assigned Names and Numbers, atau lebih dikenal dengan ICANN,
adalah sebuah organisasi non-profit yang bertugas mengatur dan mengawasi sistem registrasi dan
pemanfaatan nama domain, membuat suatu panduan dalam menyelesaikan perselisihan dalam
pemanfaatan nama domain, yaitu Uniform Domain Name Dispute Resolution Policy (UDRP).

14

courts)5 atau Arbitrasi yang di-approved oleh ICANN’s ADRP
(approved

dispute

resolution

provider),

atau

lembaga-lembaga

pengambil putusan keadilan lain yang dikenal secara umum.6
Karena telah diketahui bahwa pihak Sony-AK tidak bermaksud
mendompleng nama domain Sony Corp. dan diketahui pula bahwa pihak
Sony-AK menggunakan blognya tersebut untuk kepentingan sarana
berbagi ilmu pengetahuan dan bukan digunakan untuk sarana penjualan
dari merek Sony Corp., ada indikasi mengenai kebingungan mengenai
keterkaitan nama domain dengan pihak Sony Corp. Namun, hal tersebut
dilakukan atas dasar ketidaksengajaan karena kemiripan nama dari
pemilik

domain

Sony-AK

dan

pihak

Sony-AK

sendiri

tidak

menggunakannya untuk kepentingan komersial dari pengguna internet.
Dengan demikian, somasi dari pihak Sony Corp. tersebut ini tidak sesuai
dengan Paragraf 4 huruf b kalimat ke-IV dalam UDRP (IIIA.370)7
sehingga mekanisme penyelesaian dalam kasus ini berdasarkan ICANN
dapat dilakukan melalui musyawarah untuk mufakat (resolved by the
parties themselves) tanpa melalui mekanisme peradilan umum.
5.

Analisis Kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan Kebijakan
PANDI (Pengelola Nama Domain Indonesia)
Perlindungan hukum terhadap merek yang ada di Indonesia terkait
tindakan cybersquatting dalam upayanya pemerintah Indonesia melalui
pendelegasian wewenangnya kepada PANDI (Pengelola Nama Domain
Indonesia), PANDI yang dalam perkembangannya membuat aturan
terhadap nama domain yang tetap berdasarkan pada pasal 23 Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

5

6

7

Menurut UDRP, suatu pihak tersebut dapat meminta pengelola nama domain untuk
membatalkan, memindahkan, ataupun mengubah nama domain yang telah didaftarkan oleh pihak
pemegang nama domain, karena adanya putusan atau perintah dari lembaga pengadilan maupun
forum arbitrase yang berwenang, nama domain tersebut dapat dimohonkan untuk pembatalannya
apabila dianggap telah didaftarkan dengan itikad buruk.
Selengkapnya lihat penjelasan Edmon Makarim (2003) dalam bukunya, Kompilasi Hukum
Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 294.
Uniform Domain Name Dispute Resolution Policy (UDRP), diterbitkan oleh ICANN pada 26
Agustus 1999, aturan selengkapnya dapat diunduh di http://archive.icann.org/en/udrp/udrppolicy- 24oct99.htm, diakses pada 18 Oktober 2016.

15

Elektronik, PANDI mempunyai kewenangan untuk mengelola nama
domain dalam media internet, PANDI8 merupakan badan hukum yang
dibentuk oleh perwakilan dari komunitas teknologi informasi dan telah
memenuhi syarat sebagai badan hukum yang ada di Indonesia,
memberikan persyaratan untuk membuat nama domain dengan
mencantumkan pedoman pemberian nama suatu domain dengan syarat
yaitu, penamaan suatu domain harus memenuhi ketentuan dan
persyaratan terhadap nama merek atau nama tanda dagang yang memiliki
hak cipta yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Kekayaan
Intelektual dari registrant yang dapat berasal dari badan usaha, instansi
atau organisasi yang didukung dan dapat dibuktikan dengan sertifikat
merek yang dilindungi oleh Undang-undang HAKI. PANDI merupakan
salah satu mitra pemerintah dalam membangun sarana informasi
komunikasi dalam negeri maupun internasional yang sebagaimana
maksud dan tujuan didirikannya PANDI.
Dalam proses pencegahan pelanggaran terkait nama domain,
PANDI menerapkan kebijakan nama domain yang sesuai dengan
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik,

Rancangan

Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Informasi dan Transaksi
Elektronik (RPP-PITE), juga Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 28/PER/M.KOMINFO/9/2006 yang mengelola nama
domain khusus untuk situs web resmi pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Proses pencegahan pelanggaran terkait nama
domain yang dilakukan oleh PANDI juga telah menggunakan software
tertentu dan dilakukan dengan menggunakan sistem registrasi yang
berlaku atau yang sedang berjalan. Dalam proses registrasi inilah PANDI
dapat melakukan pencegahan terkait pelanggaran penggunaan nama
domain yang mempunyai kesamaan dengan nama domain pihak lain
sehingga dalam upayanya, PANDI depat menolak pendaftaran nama
8

Selengkapnya dapat dilihat di rilis PANDI (Pengelola Nama Domain Indonesia): Kebijakan
Pendaftaran Nama Domain, https://www.pandi.or.id/sites/default/files/u1/2.pdf, diakses pada 18
Oktober 2016.

16

domain yang ternyata terbukti dan tidak sesuai dengan Kebijakan Nama
Domain (.id) yang telah tertanam pada sistem pendaftaran yang berlaku.
Dalam hal ini, terkait kasus Sony-AK, pihak Sony Corp. Japan
dapat meminta pembatalan nama domain Sony-AK.com terkait kebijakan
yang dikeluarkan oleh PANDI. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat
dilakukan dikarenakan pihak Sony-AK sendiri tidak mempunyai itikad
tidak baik dalam membuat situs blognya tersebut dan tidak melanggar
hak dari pihak Sony Corp. Japan dalam penjualan produk apapun yang
dikeluarkan oleh Sony Corp. Japan. Oleh karena itu, pihak dari Sony-AK
tidak dapat dikatakan bahwa telah melanggar kebijakan yang dikeluarkan
oleh PANDI.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
1.

Karakteristik suatu nama domain yang dalam beberapa hal memiliki
perbedaan dengan merek dagang. Meskipun secara fungsi merek dapat
dipersamakan dengan suatu nama domain, sedangkan secara hakikat
keduanya jelas berbeda, berdasarkan hal tersebut maka pemegang suatu
merek terkenal dapat mempertahankan haknya sebagai hak pemilik dari
merek terkenal tersebut terhadap tindakan cybersquatting.

2.

Perlindungan hukum terkait sengketa nama domain diatur dalam
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik yang mengatur mengenai kepemilikan nama domain serta
penggunaannya.

3.

Pendaftaran merek berdasarkan sistem konstitutif (first to file system)
yang berarti hak atas merek hanya dapat diberikan kepada pendaftar yang
terlebih dahulu mendaftarkannya.

4.

Dalam menentukan ada atau tidak adanya indikasi dalam pelanggaran
merek kasus sengketa nama domain Sony-AK.com, maka berikut adalah
syarat yang harus dipenuhi:
a.

Adanya bukti bahwa pihak Sony Corp. Japan memiliki hak yang sah
atas merek yang terkait, yaitu dengan cara pendaftaran atau
pemakaian pertama, tanggal pendaftaran atau pemakaian pertama
tersebut harus terlebih dahulu dari tanggal efektif pendaftaran nama
domain tersebut.

b.

Nama domain tersebut harus memiliki persamaan keseluruhan atau
pada pokoknya terhadap merek pihak yang merasa telah dirugikan.

c.

Bagi pihak pendaftar nama domain atau registrant tidak hanya
sekadar mendaftarkan nama domain tersebut, melainkan juga
menggunakannya untuk memperdagangkan barang maupun jasa

18

yang sejenis. Namun, apabila untuk merek terkenal, unsur persamaan
jenis barang maupun jasanya dapat dikesampingkan terlebih dahulu.
d.

Pihak registrant nama domain telah mendaftarkan dan memakai
nama domain tersebut dengan itikad yang buruk.

5.

Analisis kasus Sony Corp. v. Sony AK berdasarkan beberapa peraturan
yang berlaku dapat disimpulkan sebagai berikut.
a.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
hak terhadap merek merupakan suatu hak kebendaan yang oleh
karena itu hak tersebut dapat untuk dipertahankan oleh siapa saja,
dalam hal ini dapat dipertegas bahwa dengan diberikannya hak gugat
kepada pemegang merek, dan dengan adanya sanksi pidana bagi
siapapun yang melanggar hak tersebut, sebagaimana diatur dalam
Pasal 76, Pasal 90, dan Pasal 91.

b.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, kemiripan nama domain bukan
satu-satunya ukuran untuk mengklaim bahwa telah terjadinya suatu
pelanggaran hukum, akan tetapi tetap harus dilihat pula bagaimana
penggunaan nama domain tersebut, dalam kasus ini telah dibuktikan
bahwa pihak Sony-AK dalam nama domainnya tidak ada konten
tertentu yang berisikan konten yang berusaha mengubah pencitraan
mengenai Sony Corp.

c.

Berdasarkan UDRP (The Uniform Domain Name Dispute Resolution
Policy), karena pembuatan domain Sony AK dilakukan atas dasar
ketidaksengajaan karena kemiripan nama dari pemilik domain SonyAK dan pihak Sony-AK sendiri tidak menggunakannya untuk
kepentingan komersial dari pengguna internet, maka mekanisme
penyelesaian dalam kasus ini berdasarkan ICANN dapat dilakukan
melalui musyawarah untuk mufakat (resolved by the parties
themselves) tanpa melalui mekanisme peradilan umum.

d.

Berdasarkan

Kebijakan

PANDI

(Pengelola

Nama

Domain

Indonesia), pihak Sony Corp. Japan dapat meminta pembatalan nama

19

domain Sony-AK.com terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh
PANDI. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan dikarenakan
pihak Sony-AK sendiri tidak mempunyai itikad tidak baik dalam
membuat situs blognya tersebut dan tidak melanggar hak dari pihak
Sony Corp. Japan dalam penjualan produk apapun yang dikeluarkan
oleh Sony Corp. Japan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.
Ginsberg, Jane C., 2007, Trademark and Unfair Competition Law 748,
Foundation Press, New York.
Makarim, Edmon, 2003, Kompilasi Hukum Telematika,
Persada, Jakarta.

Raja Grafindo

Margono, 2007, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor
28/PER/M.KOMINFO/9/2006
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
http://archive.icann.org/en/udrp/udrp-policyOktober 2016.

24oct99.htm, diakses

pada 18

http://inet.detik.com/read/2010/03/17/122944/1319422/399/sony-corp-dan-sonyak-sepakati-dua-hal, diakses pada 18 Oktober 2016.
http://otentik.kunci.or.id/?p=25, diakses pada 18 Oktober 2016.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4cbfb836aa5d0/beberapa-segi-hukumtentang-somasi-bagian-i-brioleh-j-satrio, diakses pada 18 Oktober 2016.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6558/kasus-nama-domain,
diakses pada tanggal 18 Oktober 2016.
https://cybersquattinggg.wordpress.com/2013/10/27/cybersquatting-2/,
pada 18 Oktober 2016.

diakses

https://www.pandi.or.id/sites/default/files/u1/2.pdf, diakses pada 18 Oktober
2016.
https://xitux.wordpress.com/tugas-eptik/pengertian-cybersquatting-dantyposquatting/, diakses pada 17 Oktober 2016.