ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM 1 SURO SEB

ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM 1 SURO SEBAGAI MEDIA
PROMOSI PARIWISATA

Naskah Publikasi

diajukan oleh
Aditya Asep Prasetya
07.12.2472

kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2011

Analisis dan Perancangan Film 1 Suro Sebagai Media Promosi Pariwisata

Analysis and Design Of The Film 1 Suro As Media Promotion Of Tourism
Aditya Asep Prasetya
Sistem Informasi
07.12.2472

ABSTRACT
This study entitled : Analysis and Design Of The Film 1 Suro As Media Promotion Of
Tourism

Nowadays it has advanced, the people follow a modern lifestyle. Ranging
fromelectrical appliances to the needs of home, work tools, until the tool as an information
media. Human life is now also follow the new fashion trends that emerged in the present.
Here, the author aims to build information systems which is a multimedia-based
advertising media, especially film. The author would like to build a media campaign on
Petilasan Sunan Kalijaga in Klaten. The method does is to survey the location. System
aims to provide information to the celebration of a suro in Petilasan Sunan Kalijaga to the
public, but also as a media of information that will be aimed at local governments.
The method used for the filming of this is to use Adobe Premiere Pro CS3
software. Adobe Premiere Pro CS3 software is used for editing a video to be made into a
movie. Content content in this video include a brief profile of Sunan Kalijaga and an
evening reception Suro.
Keywords : 1 Suro, Documentary Film

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah peninggalan sejarah yang terletak di Dukuh Sepi, Desa Barepan,
Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten merupakan peninggalan dari Sunan Kalijaga
yang sedang melakukan ibadah shalat dan tempat tersebut membekas menjadi
sebuah batu menyerupai orang yang sedang bersujud saat shalat. Sampai sekarang
ini peninggalan tersebut masih ada dan dikelola oleh masyarakat warga Dukuh Sepi.
setiap 1 Suro terdapat agenda tahunan yang di tempat itu banyak orang berkunjung
untuk melihat seperti apa petilasan tersebut, ada juga yang hanya sekedar membeli
oleh-oleh, karena terdapat juga pedagang yang menjual berbagai macam oleh-oleh.
selain itu mereka juga melakukan ritual untuk berdoa kepada Tuhan YME.
Berdasarkan uraian di atas maka judul yang akan di ambil “ANALISIS DAN
PERANCANGAN FILM 1 SURO SEBAGAI MEDIA PROMOSI PARIWISATA”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan
bagaimana cara menganilisis kualitas film dan produksi sebuah film dokumenter
dengan judul “1 SURO” dengan tema kegiatan pada tanggal 1 Suro.
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup pemanfaatan teknologi broadcast saat ini sangat luas sesuai
fungsi penerapan bidang yang berbeda, dalam hal ini penulis membatasi ruang
lingkup yang lebih sempit yaitu bagaimana cara memproduksi sebuah film
dokumenter.

1. Content isi dari video dokumenter, antara lain menceritakan tentang :
a. Profil singkat Sunan Kalijaga.
b. Kegiatan penyambutan acara 1 suro.
c.

Tanggapan masyarakat dengan adanya petilasan tersebut.

2. Software yang digunakan :
Adobe Premiere Pro CS3.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Multimedia
Multimedia adalah media dan konten dimana merupakan kombinasi dari
berbagai bentuk elemen. Multimedia mencakup beberapa unsur elemen yaitu unsur
teks, suara, gambar, animasi, dan video. Multimedia biasa ditampilkan atau diakses

dengan perangkat pengolahan informasi, seperti komputer dan perangkat elektronik,
tetapi juga dapat menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan secara langsung.
Multimedia secara lugas dibagi menjadi kategori konten linier dan non-linier.
Konten linier aktif berlangsung tanpa kontrol navigasi seperti tampilan pada bioskop.
Konten non-linier menawarkan interaktif para pengguna untuk berinteraksi dalam

mengontrol informasi yang di tawarkan seperti permainan komputer atau digunakan
dalam pelatihan informasi berbasis komputer.
Berbagai

format

teknologi

multimedia

digital

dimaksudkan

untuk

meningkatkan akses para pengguna berpengalaman, misalnya untuk kemudahan
dan kecepatan dalam penyampaian informasi seperti hiburan, seni maupun
pelayanan kebutuhan informasi.
2.2 Elemen Multimedia

Multimedia menurut James A. Senn merupakan kombinasi dari beberapa
elemen yaitu teks, grafik, suara, video, dan animasi. Kesemua unsur membentuk
suatu hasil karya dimana setiap elemen dapat menjelaskan makna dari pesan yang
ditampilkan.
2.3 Pengertian Video Dokumenter
Film dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari aktualitas potongan
rekaman kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya
berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan. John Grierson pertama
menemukan istilah “dokumenter” dalam suatu pembahasan mengenai film karya
Robert Flaherty, Moana (1925) dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk
menghasilkan dokumen visual tentang suatu kejadian tertentu. Dia sangat percaya
bahwa "sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan
dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda
pula".
2.4 Peralatan yang Digunakan
Pembuatan sebuah video maupun film tentunya haruslah di dukung dengan
beberapa peralatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tema yang akan
dibuat. Berikut ini adalah beberapa alat yang biasa di pergunakan dalam pembuatan
film-film antara lain :






Audio Mixers ;



Kabel koneksi ;



Media CD ;



Kartu Grafis ;




Kamera Foto dan Kamera Video ;



Perangkat Lunak Editing ;



Komputer ;



Tripod ;

Media Penyimpanan Data Removable.

2.5 Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Video telah menjadi salah satu alat komunikasai yang ampuh. Video
dokumentasi merupakan salah satu dari berbagai jenis video yang di buat oleh suatu
rumah produksi maupun kalangan komunitas untuk kepentingan seluruh khalayak

sebagai alat penyebaran informasi alat bantu pendidikan alat berbagi pengetahuan,
serta alat pengungkap segala persoalan dan permasalahan yang ada di masyarakat.
Namun ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan sumber daya
manusia. tentunya untuk menghindari kesalahan dan kecerobohan dalam proses
produksi video. Berikut adalah beberapa komponen sumber daya manusia yang ada
dalam sebuah pembuatan video maupun film :




Eksekutif Produser Dan Produser ;



Sutradara ;



Manager Lokasi ;




Talent Koordinator ;



Penata Artistik ;



Unit Manager ;



Pencatat Adegan ;



Storyboard Artist ;


Editor.

2.6 Sistem Televisi Global
Dunia broadcasting terdapat beberapa standar yang berlaku pada setiap
negara dan ini juga berlaku dan berpengaruh terhadap proses pembuatan video
dokumenter. Semakin besar frame rate, semakin halus gerakan yang ditampilkan.
Sistem tersebut antara lain :

2.6.1

Sistem NTSC
NTSC (National Television SysteM Committe) telah lama digunakan di

Amerika Serikat, sistem ini juga digunakan di Jepang, Philipina, Canada, Greenland,
Mexico, Kuba, dan sebagainya. Sistem ini menggunakan 552 pixel/detik dengan
frame rate 29,97 fps ( frame per second ) dan frame size 640x480 pixel 33.
2.6.2

Sistem PAL
PAL ( Phase Alternating Line) yang digunakan di beberapa bagian Eropa,


Asia, dan juga Indonesia. Sistem ini menggunakan 625 pixel/detik dengan frame rate
25 fps (frame per second) yaitu dalam satu detik sebuah video akan ditampilkan
dalam 25 gambar atau frame, selain itu juga dalam pembuatan video dokumenter
lainnya.
2.6.3

Sistem SECAM (Sequential Color o'memoeire)
Sistem ini menggunakan 815 pixel/detik dan memiliki frame rate yang Sama

dengan sistem PAL yaitu 25 fps ( frame per second) dan memiliki frame size
600x500 pixel. Negara-negara bekas jajahan Perancis banyak menggunakan sistem
ini. G4.
2.6.4

Sistem HDTV
HDTV (High Definition Television) merupakan standar baru internasional,

sistem ini dapat digunakan seluruh dunia karena telah memiliki kemampuan
mengkonversi sesuai sistem yang berlaku setiap negara. Sistem ini menggunakan
1123 Pixel/detik dengan frame rate bisa diatur sesuai kebutuhan dan memiliki
keistimewaan, yaitu bisa dilihat pada layar ukuran 2x5 meter .
3. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Tinjauan Umum
1 Muharram adalah tahun baru islam atau pada tanggalan masehi sering di
sebut dengan tanggal 1 Suro. Latar belakang dijadikannya 1 Muharam sebagai awal
penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, seorang khalifah Islam di jaman
setelah Nabi Muhammad wafat. Awal dari afiliasi ini, konon untuk memperkenalkan
kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H atau 1443 tahun
Jawa baru, yaitu pada jaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah

membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriyah dengan sistem kalender Jawa
pada waktu itu.
3.2 Analisis Masalah
Mencari solusi guna memperlancar proses produksi film itu sendiri, beberapa
masalah yang mungkin akan dihadapi nantinya, mungkin dapat dilihat seperti berikut.
3.2.1 Penentuan Ide Dasar Video Yang Hendak Dibuat
Ide pembuatan video dokumenter “1 Suro” ini didasarkan pada sebuah
kenyaataan bahwa terdapat sebuah petilasan dari sunan kalijaga di Desa Sepi yang
belum diketahui oleh masyarakat luas, bahkan belum dapat perhatian dari
pemerintah daerah sekitar.
3.2.2 Riset
Ada beberapa persiapan yang dilakukan penulis sebelum proses penulisan
skripsi serta pembuatan video dokumenter. Karena dengan konsep yang tersusun
apik dan kematangan dalam menggarap sebuah video dokumenter, menjadi awal
nilai jual produksi tersebut dapat tayang di berbagai tempat.
3.3 Analisis Sistem
Sukses dan tidaknya sebuah pembuatan video dokumenter tidak lepas dan
sistem

perangkat

yang

digunakan

dalam

proses

penggarapan.

Beberapa

pertimbangan yang perlu dipikirkan tentunya ada pada alat dan jumlah personil yang
dibutuhkan. Karena dengan alat yang baik pula akan dapat kualitas video yang baik.
Sedangkan untuk personil yang dibutuhkan terbatas pada jumlah yang ada, penulis
disini mencoba merangkap beberapa posisi tanggung jawab dari seorang
kameramen, sutradara, editing, produser dan lain-lain. untuk kekurangannya, penulis
dibantu oleh kru yang lain.
3.4 Identifikasi Masalah
Inti permasalahan yang ada di Petilasan Sunan Kalijaga adalah :
1. Belum adanya media informasi tentang keberadaan petilasan ini.
2. Belum adanya pengelolaan dari pemerintah daerah terhadap petilasan ini.
Untuk itu jelas bahwa video dokumenter “1 Suro” dapat menjadi media penyampaian
bagi pemerintah daerah dan di jadikan media promosi wisata bagi masyarakat.

3.5 Analisis SWOT (Strenght, Weak, Opportunity, Treat)
Metode dalam menganalisa masalah yang ada pada skripsi ini menggunakan
analisis SWOT, dimana titik letak kelebihan dan kekurangannya dapat secara nyata
dijelaskan dengan kondisi sebenarnya berkaitan dan cocok.
Tabel 3.2 Analisis SWOT
ANALISIS
PERMASALAHAN
DENGAN METODE
ANALISIS SWOT

STRENGHT
Perijinan penelitian
mudah.
Objek lokasi dekat
Kondisi lingkungan
cukup kondusif
Harga sewa alat
murah
Menitik beratkan
pada daya tarik
pariwisata.

WEAKNESS
1. Kekurangan personil
2. Keterbatasan alat
3. Peralatan tidak
bekerja dengan baik
4. Ilmu broadcast masih
sebatas belajar, belum
memenuhi standar
profesional produser.
5. Nilai artistik kurang
6. Obyek yang hanya
kecil membuat durasi
video menjadi pendek.

1. Hasilnya bisa menjadi
arsip penting
dokumentasi di Desa
Sepi dan juga
sebagai media
promosi pariwisata.

1. Hanya dipandang
sebelah mata sebagai
mahasiswa penelitian
2. Karena berupa video
dokumenter, sehingga
tidak perlu artis

1. Banyaknya rumah
produksi film, menjadi
tantangan dalam
berkompetisi. Namun
dengan sedikit
sentuhan nilai seni
diharapkan dapat
berjuang diketatnya
Persaingan.
2. Biaya yang
dikeluarkan tidak
banyak, namun untuk
memanajemen dan
memaintenance tidak
dapat dilakukan.

1. Apabila terjadi
kerusakan alat
menjadi kerugian
tersendiri
2. Cuaca hujan deras
sehingga
menghambat dalam
pengambilan gambar.
3. Waktu tempo habis
sehingga lokasi sudah
tidak ada.

1.
2.
3.
4.
5.

OPPORTUNITY
1. Kesempatan untuk
unjuk diri sebagai
produser film
2. Kesempatan untuk
mencoba peralatan
broadcasting
3.
THREATH
1. Kondisi lokasi
pengambilan
gambar yang
terbatas
2. Kondisi cuaca yang
tidak mendukung.
3. Alat yang tidak bisa
bekerja dengan
maksimal.
4. Waktu perayaan
yang hanya 2 hari
membuat kru harus
bekerja keras
mengejar target.

3.6 Pra Produksi
Merupakan proses persiapan dan langkah pertama sebelum keseluruhan
proses produksi atau pengambilan gambar akan dilakukan. Berguna untuk
mengurangi kesalahan dan meminimalisir kurang koordinasinya komunikasi antar
personil yang bertugas agar mampu melakukan tugasnya masing-masing.
3.5.1

Persiapan Awal
Persiapan awal ini terdiri dari beberapa tahap dimana tiap tahapan

menjelaskan rencana proses yang akan dilakukan dalam pembuatan video
dokumenter “1 Suro”.
3.5.2

Persiapan Jadwal Pembuatan Video
Mengingat waktu dan pelaksanaan yang sangat sempit sekali, maka perlu di

buatlah sebuah agenda jadwal pembuatan video.
3.5.3

Jadwal Pengambilan Gambar
Sebuah shooting video atau pun film memiliki jadwal untuk shooting supaya

dalam proses produksi dapat diperkirakan waktu mulai dan waktu selesai. Sebuah
shooting membutuhkan jadwal lokasi shooting atau biasa disebut dengan breakdown
location. Breakdown lokasi ini berguna supaya para kru dan artis mengetahui waktu
dan lokasi shooting yang akan diadakan.
3.5.4

Persiapan Kru

Kru dalam pembuatan video ini terdiri dari 4 orang, dimana tugas dan tanggung
jawabnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7 Personil Kru dan Tanggung Jawab Pekerjaan.
No.

Nama

Tugas dan Tanggung Jawab

1.

Aditya

Selaku Produser, Kameramen, Editor

2.

Tony

Unit Manager, Pencatat Adegan

3.

Heri

Manager lokasi

4.

Sigit

Logistik dan peralatan

5.

Nurul

Narator.

3.5.5

Persiapan Alat Yang Digunakan
Kebutuhan akan perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan video

dokumenter ini sudah layak dan memenuhi standart, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Komputer untuk kebutuhan data mobile dengan spesifikasi :














Compaq Presario CQ40 notebook PC
Processor Intel core2duo 2 Ghz
Intel T5800 video graphic
Layar Monitor 14”
2 GB Memory RAM
Hardisk 250 GB
DVD Super Multi DL.drive

b. Kamera Digital Canon ixus 950 is 8 mega pixel
c.

Kamera Handycame Sony Dcr-Hc36

d. Kaset MiniDV 60 Menit sejumlah 2 buah
e. Tripod
f.

Transportasi

4. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Produksi
Proses saat pelaksanaan shooting dimulai hingga selesai serta teknik yang
digunakan, dan pada tulisan ini akan menjelaskan beberapa laporan pada saat
Pembuatan video dokumenter “1 SURO”. Sebelumnya pada film dokumenter ini
mengandung tema, ide, logline dan sinopsis supaya jalan cerita menjadi mudah
dipahami :

Ide

Tema

Sinopsis

Gambar 4.1 Langkah Produksi Film

Logline

4.1.1

Proses Setting Kamera
Kamera Sony Dcr-Hc36 merupakan kamera yang sangat bagus apabila

dapat mengoperasikan dengan cermat, karena mampu menangkap dan merekam
gambar yang bagus serta memiliki kualitas zoom yang besar pada objek yang jauh.
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dan tidak merepotkan pada pengambilan
gambar tentu saja keseluruhan alat tersebut dilakukan cek terlebih dahulu seperti
kekuatan baterai dan jumlah kaset yang di bawa untuk bekal apabila proses
pengambilan gambar banyak noise karena objek berjalan yang tidak di inginkan.
4.1.2

Teknik Pengamatan Gambar
Ada dua macam teknik pengamatan gambar dalam penggunaan video

handycame yaitu dengan menggunakan media menu LCD monitor pada kamera
handycame tersebut atau dengan menggunakan teropong lensa khusus mata untuk
menghindari pantulan cahaya maupun fokus koreksi. Kedua cara tersebut bisa
digunakan dari kemampuan mata masing-masing kameramen dan keahlian dalam
mengambil gambar secara teknik.
4.1.3

Teknik Pengambilan Gambar
Ada dua macam teknik pengambilan gambar dalam video ini, yaitu autofokus

dan manual. Auto fokus memberi kemudahan dalam mengambil gambar tanpa
maupun efek fokus objek. Sedangkan manual dapat memberikan kesan yang
mendalam pada saat pengambilan gambar medium dengan latar belakang objek blur
atau sebaliknya tergantung pada keinginan tampilan video yang diinginkan.
4.2 Pasca Produksi
Secara sederhana, tahap pasca produksi atau proses editing merupakan
usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan
enak ditonton. Dalam tahap editing yang dilakukan penulis yaitu merekonstruksi
potongan-potongan gambar yang diambil. Langkah yang dilakukan sebagai berikut :





Menganalisis skenario mengenai kontruksi dramatisnya.



report.

Melakukan pemilihan shoot yang terpakai (OK) dan yang tidak sesuai shooting

Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek
suara.
Berkonsultasi dengan kru lain untuk evaluasi hasil editingnya.

4.3 Editing
Banyak sekali software yang tujuannya untuk editing video. Software itu
antara lain : Ulead, Pinacle, Windows Movie Maker, Adobe Premiere dan
sebagainya. Dari berbagai macam program tersebut, penulis memilih Adobe
Premiere Pro CS3 dalam proses editing video dibanding dengan software yang lain,
karena software ini banyak memberikan ruang yang luas untuk berkreasi dan
mempunyai banyak sekali fasilitas serta customisasi seperti yang diinginkan oleh
user dan juga sangat compatible dengan berbagai merk video capture card.

Capture Video ke computer

Edit Video

Import Video

Renderring Video
Gambar 4.6 Langkah Produksi Film.

4.3.1

Capture Video
Pastikan komputer dapat mengenali kamera video agar memudahkan proses

transfernya dan setting kamera video telah here claim posisi mode VCR untuk
mentransfer file format mini DV ke dalam komputer via kabel Firewire untuk proses
editing selanjutnya.
4.3.2

Import Video
Import video menjadi bagian proses setelah dilakukannya capture video,

terdapat tahapan proses yang mendasari proses import video, yaitu : proses awal
import video, pemilihan video dan tampilan hasil video yang sudah di import.
4.3.3

Edit Video
Proses edit video yang dilakukan penulis disini terdiri dari 3 proses yaitu

memotong video, reposisi peletakan video, dan memberi efek baik suara narasi dan
transisi. Proses pemotongan dengan menggunakan tool razor, yaitu memisahkan
dua atau lebih file capture . Sedangkan reposisinya berdasarkan dari cerita atau
naskah film yang sudah dipersiapkan dengan contoh storyboard sehingga
memudahkan dalam peletakan antara video cut satu dengan video cut lainnya.
4.3.4

Renderring Video
Setelah semua proses editing dilakukan, lagkah selanjutya adalah

menemukan format yang akan digunakan pada proses finishingnya. Tahap ini
merupakan tahap akhir dari keseluruhan pembuatan video dokumenter.
4.4 Review Editing
Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah pemutaran
film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat bermacam-macam dapat
menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV, atau pun dengan PC (DVDROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD (Light Computer Display).
Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil editing. Jika ternyata terdapat
kekurangan atau penyimpangan dari skenario maka dapat segera diperbaiki.
Bagaimanapun juga editor juga manusia biasa yang pasti tidak luput dari kelalaian.
Maka kegiatan review ini sangat membantu tercapainya kesempurnaan hasil akhir
suatu film.

4.5 Presentasi dan Evaluasi
Setelah pemutaran film secara intern dan hasilnya dirasa telah menarik dan
sesuai dengan gambaran skenario, maka film dievaluasi bersama-sama dengan
kalangan yang lebih luas. Kegiatan evaluasi ini dapat melibatkan :



Ahli Sinematografi.
Untuk mengupas film dari segi atau unsur dramatikalnya.
Ahli Produksi Film.
Untuk mengupas film dari segi teknik, baik pengambilan gambar, angle, teknik




lighting, dan lain-lain.
Ahli Editing Film (Editor).
Untuk mengupas dari segi teknik editingnya.
Penonton atau penikmat film.
Penonton biasanya dapat lebih kritis dari para ahli atau pekerja film. Hal ini
dikarenakan mereka mengupas dari sudut pandang seorang penikmat film yang
mungkin masih awam dalam pembuatan film.
Berikut beberapa data kuesioner yang telah penulis dapatkan pada saat
presentasi dan evaluasi hasil pembuatan video dokumenter yang nantinya dapat
menjadi kritik dan saran untuk perbaikan kearah yang lebih baik. Hasil survei
diperoleh dengan cara bertanya kepada 25 warga Desa Sepi termasuk kepala
desa dan perangkatnya.

KUESIONER
TANGGAPAN AUDIENS PADA PEMUTARAN VIDEO DOKUMENTER “1 SURO”.
IDENTITAS RESPONDEN :
Nama
: .…………………………………………………
Alamat

: ………………………………………………….

Usia

: ………………………………………………….

NO.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tabel 4.1 Data Kuesioner Terhadap 25 Orang Tentang Film Dokumenter
“1 SURO”
NILAI
PERTANYAAN
A
B
C
D
Bagaimana menurut anda
IIII
IIII
III
tetang video dokumenter
IIII
IIII
“1 SURO” yang telah
II
saya di buat ini?
(48%)
(40%)
(12%)
Mengenai tema yang
IIII
dibuat, apakah sudah
IIII
IIII
IIII
sesuai dengan kondisi
I
III
I
petilasan sekarang?
(24%)
(44%)
(32%)
Mengenai
obyek
itu
sendiri, apakah sudah
cocok dengan kondisi
petilasan
pada
saat
perayaan 1 Suro?

IIII
IIII
III

IIII
IIII
II

(52%)

(48%)

IIII
IIII

IIII
III

IIII
II

(32%)

(28%)

IIII
IIII
IIII

IIII
I

IIII

(60%)

(24%)

(16%)

IIII
IIII

III

(40%)

IIII
IIII
II
(48%)

Apakah film dokumenter
ini bisa menjadi arsip bagi
masyarakat Desa Sepi?

IIII
IIII
I
(44%)

IIII
IIII
I
(44%)

Total Prosentase

44%

40%

Mengenai durasi video
yang hanya 14 menit, apa
sudah menggambarkan
akan kondisi petilasan?
apakah
layak
video
dokumenter ini di putar
untuk penyampain suatu
informasi masyarakat?
Apakah video ini boleh
diperuntukan bagi semua
kalangan,
umur,
dan
kenis kelamin?

(40%)

(12%)
III
(12%)

16%

E

5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Cara memproduksi film dokumenter “1 Suro ” mulai dari proses pra
produksi, produksi dan pasca produksi ?
1.

Pra Produksi
Penulis melakukan survey terlebih dahulu ke obyek yaitu di Petilasan Sunan
Kalijaga, setelah melakukan survey kemudian penulis membuat jadwal
untuk pembuatan video dan jadwal pengambilan gambar. Hal ini di wajib
dilakukan agar proses pengambilan gambar dapat terkonsep dan tidak
mengalami kendala.

2.

Produksi
Penulis terlebih dahulu menentukan ide, tema, sinopsis, dan logline
sebelum proses pengambilan gambar, ini perlu dilakukan agar kita tahu
objek mana saja yang sebaiknya kita ambil agar sesuai dengan ide dan
tema yang sudah kita tentukan.

3.

Pasca Produksi
Pasca produksi, untuk menghasilkan sebuah gambar yang maksimal dan
terlihat kealamianya di dalam software Adobe Premire Pro CS3 penulis
tidak memberikan efek yank berlebihan, yaitu menggunakan efek cross
dissolve pada transisinya, sedangkan pada saat pengambilan gambar yang
dilakukan di malam hari, penulis menggunakan bantuan banyak cahaya
yaitu menggunakan lilin dan lampu yang tidak terlalu terang hal itu juga
dilakukan agar hasil videonya lebih kelihatan alami.

5.2 Saran
Dengan kesimpulan diatas, penulis meberikan saran sebagai berikut :
1.

Pada

saat

pengambilan

gambar

pada

objek

yang

ada

baiknya

menggunakan bantuan cahaya yang tidak terlalu cerah, bantuan cahaya itu
bisa menggunakan lilin atau lampu yang berwarna kuning untuk menjaga
kealamain hasil gambar.
2.

Dengan menggunakan Adobe Premiere Pro CS3 sangat membantu untuk
pengeditan sebuah film, karena adanya efek-efek yang begitu bagus.

3.

Dalam membuat video dokumenter yang terpenting adalah kreatifitas dalarn
pengambilan gambar yang ada harus dengan kenyataan (fakta) dan tidak
berasal dari imajinasi.

DAFTAR PUSTAKA
Bayu Adji dan Seno Adji. 2005. Step By Step Teknik Digital Video Editing dengan Adobe
Premiere. Datakom Lintas Buana. Jakarta.
Pandapotan Sianipar. 1997. Cara Mudah Menguasai Editing dengan Adobe Premiere
Pro. Elek Media Komputindo. Jakarta
Parkinson,

David.

1995.

History

Off

Film.

From:

http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_film, 20 April 2011.
Suyanto, M. 2003. Analilsis dan Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran. Andi
Offset. Yogyakarta.
Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Andi
Offset. Yogyakarta.
Yoga.

2008.

Apa

itu Film

detail.php?id=15, 17 April 2011.

Dokumenter

?.

From:

http://www.kawanusa.co.id/news-