STRATEGI INOVASI UNTUK MENUMBUHKAN MINAT

STRATEGI INOVASI UNTUK MENUMBUHKAN MINAT
SOSIAL DAN EKONOMI MAHASISWA ARSITEKTUR DALAM KREATIVITAS

BERWIRAUSAHA MENGHADAPI MEA 2020
Oleh :
Lucy Yosita
Email : lucyyosita@upi.edu
Dipresentasikan pada : Seminar Pendidikan Teknik Kejuruan SPS UPI
Pada tanggal 14 September 2016
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi di mana lapangan pekerjaaan menjadi lebih sulit di
dapat karena persaingan kerja yang tinggi dan juga menghadapi era persaingan global MEA 2020. Tuntutan
persaingan yang tinggi, tuntutan proyek yang semakin meningkat seperti pembangunan high rise dan high tech
building, serta konseptual bangunan arsitektur masa kini yang semakin matang menjadi suatu bola salju
tantangan yang harus distrategikan langkah maupun kebijakannya di masa mendatang. Penelitian ini dilakukan
dengan metoda kuantitatif-kualitatif dengan cara pendataan sampel dan juga pengujian kualitatif teoritik. Dari
penelitian ini diperoleh bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan antara lulusan yang memiliki
pekerjaan sebagai wirausaha dengan angka 8%, untuk lulusan angkatan 2006 sebanyak 12 % dan lulusan
angkatan 2010 sebanyak 20 %, dari Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur. Selain itu ada juga
peningkatan peluang-peluang di masa mendatang dengan adanya kerjasama -kerjasama antar instiitusi yang
sudah dilaksanakan dan akan diperbaiki di masa mendatang. Adanya Pusat Studi Arsitektur Digital yang

tengah mulai dikembangkan sebagai Program Unggulan FPTK untuk DPTA diharapkan di masa mendatang
akan semakin memperbaiki kualitas kemampuan wirausaha bagi mahasiswa denga n melalui program : (1).
Pelatihan, (2). Pemagangan dan (3). Praktek Profesi.

1. Latar Belakang
Perkembangan proses pembangunan saat ini sudah lebih begitu gencar persaingannya.
Terlebih di kota-kota besar, tingginya tingkat urbanisasi, sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan,
dan ditambah dengan adanya kebijakan-kebijakan baru seperti menghadapi MEA 2020, membuat para
pencari kerja mendapatkan banyak tantangan-tantangan baru. Termasuk bagi lulusan pendidikan
kejuruan (vocational education) di bidang Teknik Arsitektur atau Teknik Bangunan, jika
mengharapkan bekerja sebagai guru SMK sesuai visi dan misi pendidikan agaknya para lulusan akan
menemui kesulitan karena antrian para pelamar kerja yang panjang.
Maka dari itu diperlukan langkah-langkah strategis dan juga kreativitas untuk mendapatkan
peluang-peluang baru untuk para lulusan untuk dapat lekas bekerja menurut bidangnya pada era
globalisasi ini. Apabila ditinjau lulusan yang menjadi guru atau guru SMK hanya sebanyak 20%.
Untuk itu diperlukan telaah dan juga analisis serta pemetaan untuk melihat peluang lain untuk lulusan,
misalnya saja dalam hal wirausaha dan sejenisnya. Apabila dipahami lebih baik, pada kondisi semakin
besarnya tantangan mencari pekerjaan karena globalisasi, pertumbuhan penduduk dan diferensiasi
ilmu pengetahuan sebenarnya tetap ada peluang (opportunity), karena pada dunia globalisasi
senantiasa ada pula perubahan sosial dan ekonomi secara positif selain tantangan dalam pemasalahan

sosial. Namun hal ini harus dapat dilihat dan ditemukan secara lebih rinci bagaimana peta peluangnya
oleh para ahli di bidangnya.

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah. Pada era ini setiap negara akan mudah memasuki Indonesia dan berinvestasi di negeri ini
sehingga akan membawa pengaruh pula terhadap jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Era pasar
bebas juga merupakan salah satu tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan
kejuruan dalam mempersiapkan lulusan yang mampu berdaya saing. Untuk menghadapi pasar global
maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan kejuruan, baik
akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan
efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Oleh
sebab itulah bangsa dan pendidikan kejuruan khususnya dituntut untuk mampu mencetak SDM yang
berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi.
2. Pengertian Pendidikan Kejuruan
Menurut Djojonegoro (1998), pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang
mempersiapkan siswa didik agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang
pekerjaan daripada bidang lainnya. Sementara menurut Evans (dalam Muliaty (2007) : 7), pendidikan
kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu
bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan
lain. Kemampuan yang lebih di atas dimaksudkan bahwa diharapkan kemampuan bekerja secara

praktek dikehendaki untuk lebih baik, lebih menguasai, terlatih dan mahir hingga aspek psikomotorik
selain daripada aspek kognitif.
Lebih jelas lagi Hamalik (2001:24) juga menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu
bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah
pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan. Sedangkan Menurut Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: "Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk bekerja dalam bidang tertentu". Arti pendidikan
kejuruan ini telah dijabarkan lebih spesifik dalam Peraturan Nomor 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah yaitu: "Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan
jenis pendidikan tertentu". Dengan demikian kata kunci pengembangan bakat dan keterampilan
senada sebelumnya hal ini dikehendaki untuk menjadi lebih baik atau mahir.
Selanjutnya memperjelas penjabaran di atas, rincian kompetensi lulusan pendidikan kejuruan
sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional menurut Depdikbud (2001) adalah meliputi :
1) Penghasil tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang
dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan,
2) Penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah
status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang mandiri,
3) Penghasil penggerak perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar
global

4) Penghasil tamatan dan sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya
secara berkelanjutan.
Penyelengaraan pendidikan kejuruan di indonesia sudah ada sejak lama,sejarahnya adalah
sebagai berikut:
· Sekolah kejuruan pertama pada tahun 1853 dibangun oleh Belanda yang bernama sekolah
pertukangan Surabaya (Ambacht School van Soerabaia )

·
·

Di Bandung dibuka ambacht school and ambacht leergang yang kemudian menjadi
Sekolah Teknik Ciroyom.
Kemudian pendidikan kejuruan di indonesia berkembang menjadi pendidikan kejuruan
seperti saat ini.

Penerapan PTK (Pendidikan Teknologi Kejuruan) di Indonesia saat ini didasari oleh UndangUndang no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dimana dalam pelaksanaannya menggunakan prinsipprinsip Pendidikan Kejuruan menurut Charles Prosser yang dikenal sebagai 16 filosofi PTK. Namun
dalam pelaksanaannya semua prinsip-prinsip tersebut belumlah dapat terpenuhi seluruhnya
dikarenakan berbagai masalah diantaranya kurangnya peralatan, manajemen, biaya, dan lain-lain.
diperlukan perbaikan manajemen yang lebih baik untuk kemajuan suatu lembaga PTK, perlunya (1).
Pengawasan (controlling), (2). Pengawasan yang lebih ketat terhadap korupsi, dan (3).

Kesinambungan (continuity) perusahaan secara profesional.
Selain mengadopsi prinsip-prinsip tersebut di Indonesia juga mengadopsi sistem pendidikan
yang dilakukan di Jerman yaitu Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dimana para siswa tidak hanya
belajar di sekolah namun juga belajar di tempat industri, sehingga diharapkan para siswa bisa
mengetahui dan beradaptasi dengan situasi dunia kerja yang nyata dan diharapkan dapat menyerap
ilmu pengetahuan dan menjadikannya bekal untuk berkarya di masa yang akan datang. Namun dalam
pelaksanaannya pun masih mengalami banyak kendala diantaranya masih rendahnya kesadaran para
wirausahawan terhadap dunia pendidikan, sehingga kadang para siswa masih sulit mendapatkan
tempat praktik industri, dan lain-lain. Akan tetapi hal ini sebenarnya dapat di atasi dengan link yang
kuat antar stake holder pembangunan, political will yang senantiasa lebih baik dari pemerintah dan
kreativitas peminat wirausaha itu sendiri. Maka dari itu kemampuan wirausaha adalah kemampuan
yang harus terus ditumbuhkan dan dikembangkan bahkan sejak dini agar supaya setelah lulus
mahasiswa memiliki alternatif yang lebih banyak untuk mendapatkan lapangan pekerjaannya. Banyak
inovasi yang dapat dikembangkan dengan mengingat jenis-jenis mata kuliah yang ada di Departemen
Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK, UPI.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan salah satu pengembangan dari sekian
Institusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) di Indonesia, yang tetap mengemban amanat untuk
menghasilkan pendidik yang berkualitas. IKIP Bandung berubah nama menjadi Universitas
Pendidikan Indonesia pada tahun 1999. Sejak tahun UPI telah ditetapkan menanggapi perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, tuntutan masyarakat dan perubahan global. UPI tampil mengambil

inisiatif mengembangkan inovasi pendidikan, ini tercermin dalam misi UPI pada butir : (1).
Menyelenggarakan pendidikan untuk menyiapkan tenaga pendidik profesional dan tenaga profesional
lainnya yang berdaya saing global. Selain itu juga tercantum dalam tujuan butir (2). Membina dan
mengembangkan mahasiswa untuk menjadi ilmuwan, tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan
tenaga profesional lainnya yang beriman, bertakwa, berkompetensi tinggi dan berwawasan
kebangsaan. Salah satu program edukasi yang ada di UPI adalah Departemen Pendidikan Teknik
Arsitektur (JPTA) yang berada dibawah naungan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(FPTK), UPI.
Dari jurnal Horizon Report dan Roadmap For Educational Technology, Spector telah menganalisis
bahwa sebenarnya ada 7 (tujuh) hal yang menjadi tantangan dalam pendidikan di masa depan, yaitu :
a.Personalisasi Pendidikan
Pendidikan dimasa depan menuntut agar metode pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah
mempertimbangkan gaya belajar, minat, dan bakat masing-masing siswa. Bukan memaksakan satu metode tertentu

dan bukan pula memprivatekan pendidikan seperti home schooling .dikutip dalam Laporan
Horizon.
b. Penilaian dengan otentik dan efektif terhadap siswa. Untuk meningkatkan pembelajaran
dan pengajaran,fokus dalam penilaian haruspada peningkatan pembelajaran, terutama dari perspektif belajar
seumur hidupdan melek huruf di erainformasi dalam Laporan Horizon.
c.Pendidikan mengutamakan team-work

Pendidikan di masa depan menuntut pembelajaran kolaboratif. Para lulusan yang bisa bekerja dengan tim, merupakan
tuntutan dari dunia kerja di masa depan.
d. Berkurangnya batas batas-tradisional antara siswa dan guru
,Di antara kemampuan pribadi dan jenis pembelajaran, antara pembelajaran formal dan informal, dan antara belajar dan
bekerja berubah dan menjadi tidak jelas pada abad ke-21, ini menciptakan kebutuhan untuk mengakui pentingnya
pembelajaran informal dan kemampuan belajar yang berbeda dan kepentingan, tantangan ini cocok dengan baik
dengan semua Horizon LaporanHorizon.
e. Mengembangkan pengajaran alternatif
strategi-guru tidak lagi satu-satunya sumber keahlian dalam pengaturan ruangkelas karena ketersediaan luas sumber daya
jaringan, ini menciptakan kebutuhan untuk mengubah pendekatan pembelajaran dan melatih para guru sesuai,tantangan
ini cocok dengantantangan model baru pendidikan.
f. Meningkatkan peran stakeholder
Di masa depan, kepercayaan kepada suatu lembaga pendidikan tidak semata-mataditentukan lembaga pendidikan itu
sendiri, tetapi juga oleh peran serta para stakeholdernya.
g.Pendidikan siap menyongsongPerubahan-kebijakan
Pendidikan di masa depan menuntut adanya pendidikan yang fleksibel terhadap perubahan kebijakan nasional maupun
kebijakan daerah
3. Analisis Perkembangan Kemampuan Wirausaha pada Lulusan Pendidikan Teknik Arsitektur,
UPI.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan salah satu pengembangan dari sekian

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) di Indonesia, yang tetap mengemban amanat untuk
menghasilkan pendidik yang berkualitas. IKIP Bandung berubah nama menjadi Universitas
Pendidikan Indonesia pada tahun 1999. Sejak tahun UPI telah ditetapkan menanggapi perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, tuntutan masyarakat dan perubahan global. UPI tampil mengambil
inisiatif mengembangkan inovasi pendidikan, ini tercermin dalam misi UPI paba butir : (1).
Menyelenggarakan pendidikan untuk menyiapkan tenaga pendidik profesional dan tenaga profesional
lainnya yang berdaya saing global. Selain itu juga tercantum dalan tujuan butir (2). Membina dam
mengembangkan mahasiswa ubtuk menjadi ilmuwan, tenaga kependidikan dan tenaga profesional
lainnya yang beriman, bertakwa, berkopetensi tinggi dan berwawasan kebangsaan. Salah satu jurusan
yang aada di UPI adalah Jurusan Teknik Arsitektur (JPTA) yang berada di bawah naungan Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK), UPI
Kelebihan yang bisa disebutkan di sini adalah : (1) Lulusan JPTA UPI memiliki peluang
untuk menjadi tenaga pendidik profesional dalam hal ini sebagai pengajar SMK bangunan, yang
peluang ini tidak dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi lainnya, peluang lainnya tentu menjadi tenaga
profesional dalam bidang kostruksi. (2). Sertifikasi arsitek bekerja sama dengan IAI, misalnya.
Bidang ini berkaitan dengan bidang pedidikan dan bisa menjadi salah satu produk andalan JPTA UPI,
karena semua arsitek yang akan terjun di dunia profesional harus disaring lewat proses sertifikasi.
(Paramita : 2010).

Ditinjau dari mata kuliah yang ada, mata kuliah di Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur,

Prodi Teknik Arsitektur meliputi mata kuliah-mata kuliah sebagai berikut :
 MK teori dasar : Pengajar dapat menerapkan cara yang berbeda dalam wawasan
memandang dunia global, dan memperkuat sendi-seni ketakwaan pada Tuhan YME karena
dengan demikian mahasiswa memiliki cita-cita dengan visi yang lebih besar, dari
sebelumnya.
 MK teori inti keahlian : Pengajar dapat menerapkan keterkaitan yang lebih signifikan antara
teori dengan praktek, misal dapat dilakukan dengan cara memperbanyak survey ke lapangan.
Selain itu dapat dilakukan dengan perimbangan kajian jurnal-jurnal secara lebih banyak,
sehingga teori-teori keahlian akan dapat memiliki bayangan aplikasi yang nyata dan terlatih
sedari dini, sedari mahasiswa bahkan tingkat dasar.
 MK praktek : Pengajar perlu komitmen dan pelatihan yang lebih banyak, dan juga perlu
fasilitas-fasilitas laboratorium yang semakin lengkap dari sebelumnya, untuk mendukung
mata kuliah-mata kuliah praktek itu sendiri.
Apabila dilihat dari karakter lulusan Pendidikan Teknik Arsitektur mahasiswa saat ini lebih
tinggi inisiatifnya, lebih kritis dan lebih baik kemampuan sosialisasinya. Pada kondisi seperti ini
sebenarnya peluang meningkatkan kemampuan mahasiswa adalah lebih tinggi. Dalam survey
pendataan terhadap alumni dalam rentang 2010 – 2016 atau untuk angkatan 2006 dan 2010 didapat
perolehan data sebagai berikut :
Tabel 1
Data lulusan angkatan 2006 PTA :

Jenis Pekerjaan
Guru
Bekerja (konsultan dan umum)
Wirausaha
Ibu Rumah Tangga

Prosentase
12 %
63 %
12 %
14 %

Grafik 1
Prosentase Lulusan dari angkatan 2006 Pendidikan Teknik Arsitektur

Terlihat tren kecenderungan yakni masih banyaknya lulusan yang bekerja dalam bidang konsultan atau
umum dibandingkan dengan yang menjadi guru. Sementara tren lulusan yang berwirausaha terlihat ada

peningkatan. Apabila dibandingkan antara lulusan angkatan 2006 dan 2010 ada perbedaan selisih prosentase
sebanyak 8% dari total lulusan. Memang peluang untuk menjadi guru atau guru SMK adalah peluang yang

cukup sulit karena antrian menjadi guru dan juga pembukaan SMK masih kecil angka pertambahannya.
Dengan demikian peluang wirausaha dengan adanya kecenderungan peningkatan di atas semestinya dapat
lebih ditingkatkan lagi di kemudian hari. Berikut di bawah ini detail data lulusan angkatan 2010 :
Tabel 2

Data lulusan angkatan 2010 PTA :
Jenis Pekerjaan
Guru
Bekerja (konsultan dan umum)
Wirausaha

Prosentase
10 %
70 %
20 %

Grafik 1
Prosentase Lulusan dari angkatan 2006 Pendidikan Teknik Arsitektur
Menurut Cantillon: (1998), wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan jalan
membeli barang sekarang dan menjual kemudian dengan harga yang tidak pasti. Sementara definisi
lain disebutkan bahwa wirausaha adalah orang yang memindahkan sumber-sumber ekonomi dari
daerah dengan produktivitas rendah ke daerah dengan produktivitas dan hasil lebih tinggi (J.B Say :
2000). Juga ditekankan oleh Schumpeter bahwa, wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru
dalam mengorganisasikan proses produksi. Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah
dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa peran wirausaha yang utama bagi lingkungannya
adalah sebagai berikut:
1. Memperbaharui dengan “merusak secara kreatif”.
2. Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa yang sudah dianggap mapan, rutin, dan
memuaskan.
3. Bersifat inovator menghadirkan hal yang baru di masyarakat.
4. Mengambil dan memperhitungkan resiko
5. Mencari peluang dan memanfaatkannya
6. Menciptakan organisasi baru

Sementara itu menurut David McCleland (1965), mengindikasikan ada korelasi positif antara
tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi dengan tingkah laku wirausaha. Karakteristik
orang-orang yang mempunyai motif prestasi tinggi adalah:
1. Memilih resiko “moderate” Dalam tindakannya dia memilih melakukan sesuatu yang ada
tantangannya, namun dengan cukup kemungkinan untuk berhasil.
2. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatan. Artinya kecil sekali
kecenderungan untuk mencari “kambing hitam” atas kegagalan atau kesalahan yang
dilakukannya.
3. Mencari umpan balik (feed back) tentang perbuatan-perbuatannya.
4. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.
Dari teori di atas menarik untuk digarisbawahi bahwa kewirausahaan erat kaitannya dengan suatu tantangan yang
baru, cara-cara baru, resiko baru, organisasi baru dan seterusnya. Menarik untuk dilihat contoh proyek di bawah ini yang
dikerjakan oleh mahasiswa baru lulus yang tengah menunggu wisuda. Mereka terlibat dalam kerjasama dengan alumni
ITB untuk pengerjaaan maket HSR (High Speed Rail Way di bawah ini) dan hasilnya cukup baik. Maket ini diresmikan
oleh Bapak Presiden Jokowi pada awal tahun 2016 lalu.

Gambar 1
Contoh maket HSR (High Speed Railway) yang dibuat oleh konsultan CV Tapak Selaras, di mana terdapat alumni dan mahasiswa
Departmen Arsitektur UPI yang terlibat di dalamnya. Keterlibatan dalam tim seperti ini akan dapat mengasah kemampuan untuk
berwirausaha dengan basis kerjasama (link).

Selain daripada pekerjaan di atas ada cukup banyak proyek-proyek yang dilakukan atas kerjasama mahasiswa
dengan alumni UPI maupun alumni ITB, baik proyek seperti rumah tinggal maupun fasilitas umum. Sejalan dengan
meningkatnya pembangunan akan terus meningkatkan peluang wirausaha.
5.

Strategi Peningkatan Kemampuan Wirausaha Lulusan Pendidikan Teknik
Arsitektur, FPTK UPI.

Pada tahun ini salah satu program unggulan fakultas yang didorong untuk dilaksanakan di
Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur adalah pendirian Pusat Studi Arsitektur Digital, saat ini
tengah dalam proses memperkuat lembaga ini, menambah kelengkapan-kelengkapan operasional dan
juga menindaklanjuti bagaimana proses berjalannya lembaga ini secara lebih baik di Departemen
Arsitektur. Menindaklanjuti adanya peningkatan jumlah peluang wirausaha yang ditunjukkan dengan
adanya jumlah peningkatan lulusan yang memilih bidang wirausahawan dari 8% menjadi 12% dalam
tempo 4 tahun.
Apabila sebelumnya pelatihan kewirausahaan cenderung bersifat informal dengan melalui
proses magang di konsultan-konsultan atau bahkan di rumah, maka selanjutnya akan dapat terwadahi,
terlatih dan terasah secara lebih baik kegiatan-kegiatannya. Dengan kecenderungan fakultas ini yang
lebih berorientasi pada pendidikan kejuruan diharapkan Kelompok Bidang Keahlian (KBK) yang
lebih berkembang adalah KBK Teknologi Bangunan, karena selain merupakan ciri khas Departemen
Arsitektur juga akan menunjang mata kuliah-mata kuliah praktek di dalamnya, karena nantinya guru
SMK memiliki keharusan untuk lebih berorientasi pada sasaran cepat kerja, terampil dan lebih mahir
seiring waktu dalam hal masing masing bidang vocational education khususnya.
Dalam “Management Systems International” disebutkan bahwa karakteristik pribadi
wirausaha (personal entrepreneurial characteristics) sebagai berikut:
 Mencari peluang
 Keuletan
 Tanggungjawab terhadap pekerjaan
 Tuntutan atas kualitas dan efisiensi
 Pengambilan resiko
 Menetapkan sasaran
 Mencari informasi
 Perencanaan yang sistematis dan pengawasannya
 Persuasi dan jejaring/koneksi
 Percaya diri
Di dalam Al-Quran dan hadits juga terdapat cukup banyak ayat yang menganjurkan manusia
untuk bekerja selain daripada beribadah (mahdhah), tetapi ada beberapa ayat pula yang memberikan
penekanan untuk berwirausaha (bekerja dengan tangan sendiri), atau untuk membina anak yatim
sehingga dia dapat mandiri, dan mandiri dalam hal ini adalah sempurna akalnya setelah melalui proses
pembinaan atau pendidikan. Berikut di bawah ini adalah beberapa ayat Al-Quran yang dimaksud :

Surat Al-Jumuah ayat 10 :
“Apabila selesai shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan
banyaklah mengingat Allah agar kamu beruntung”
“Hai anakku bangunlah, sambutlah riki dari Rab-Mu dan janganlah kamu tergolong orang yang
lalai, karena sesungguhnya Allah membagi rizki manusia antara terbitnya fajar sampai menjelang
terbitnya matahari (HR. Baihaqi).
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Qs. Al-Baqarah: 275)
Ayat 276 : “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap
orang kafir dan orang-orang yang berbuat dosa.”
Ayat 277 : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh, shalat dan
berakat , mereka mendapat pahala dan tidak ada kekhawatiran atas diri mereka dan tidak mereka
bersedih.”
Sementara beberapa ayat yang menekankan mengenai kemandirian/ bekerja sendiri/
wirausaha contohnya adalah ayat-ayat Al-Quran di bawah ini :
“Mata pencaharian apakah yang paling baik, Ya Rasulullaah ?” Jawab beliau : “Ialah
seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. A-Bazzar).
“Jangan kamu serahkan harta milik orang-orang yang belum sempurna akalnya yang
dijadikan Allah sebagai pokok penghidupannya. Tapi berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (Qs. An-Nissa : 5)

·

·

·

Mengenai model penyelenggaraan pendidikan kejuruan, sebenarnya terdapat 3 model utama
yang menarik untuk diperhatikan sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (dalam Muliaty, 2007:8-9).
Model 1
Dalam model ini, pemerintah tidak memiliki peran, atau perannya hanya bersifat marginal
dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun tetap berorientasi
pada pasar (market-oriented model) permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagaipemeran
utama juga dapat menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan pada prinsip
pendidikan yang bersifat umum karena dalam hal ini perusahaan sebagai sponsor dan pendukung dana
sehingga pemerintah dalam hal ini tidak memiliki pengaruh kuat dalam melakukan intervensi atau
campurtangan terhadap perusahaan. Negara-negara yang menganut model ini adalah Inggris, Amerika
Serikat dan Jepang.
Model 2
Model ini disebut juga model sekolah (school model), yang bersifat birokrat. Dalam hal ini,
pemerintah sendiri yang melakukan perencanaan, pengorganisasian dan memantau
pelaksanaan pendidkan kej uruan . Seperti menentukan jenis pendidikan apa yang harus
dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan
pelatihan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan kebutuhan
tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu. Walaupun model ini disebut school model, namun
pelatihan dapat dilaksanakan sepenuhnya di perusahaan. Beberapa negara seperti Perancis, Italia,
Swedia serta banyak negara-negara lain melaksanakan model ini.
Model 3
Model ini disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model
sistem ganda (dual system) yang sistem pembelajarannya dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di sekolah
kejuruan dan di mitra kerja (dunia usaha dan industri) yang keduanya saling membantu dalam

menciptakan kemampuan kerja lulusan yang handal. Negara yang menggunakan sistem ini
diantaranya Swiss, Austria, Jerman.
Kegiatan upaya pendirian Pusat Studi Arsitektur Digital di Pendidikan Teknik Arsitektur atas
sebenarnya termasuk ke dalam model yang ke -2 dimana terikat dengan lembaga pendidikan. Hal ini
hal yang sebenarnya potensial karena di lembaga pendidikan banyak memiliki potensi sumber daya
manusia dan juga fasilitas, tinggal bagaimana menindaklanjuti dan memantau pelaksanaan programprogram yang menunjang wirausaha tersebut. Upaya belajar sendiri akan lebih meningkatkan
kemampuan bertanggung jawab mahasiswa dengan adanya pembelajaran berwirausaha. Programprogram yang selama ini ada seperti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) di UPI juga, dapat lebih
terorganisir apabila dalam wadah penunjang yang jelas.
Sementara itu secara lebih detail mengenai teknologi yang direkomendasikan dari jurnal
Horizon Report dan Roadmap For Educational Technology, Spector telah menganalisis bahwa
ada 7(tujuh) rekomendasi untuk menghadapi tantangan pendidikan di masa depan yakni :
a.User modeling
Perkembangan ICT dapat menyediakan beraneka ragam pilihan model pembelajaran yang cocok dengan
gaya belajar, bakat dan minat masing-masingsiswa. Membentuk gaya belajarnya sendiri.
b. Perangkat mobile
Mobile alat baru meningkatkan akses dan penggunaan yang lebih terhadap sumber daya untuk mendukung
kegiatan belajar, mengintegrasikan alat-alat cerdas danfleksibel dalam konteks pendidikan merupakan prioritas
untuk masa depan
c. Jaringan-akses sumber jaringan penting untuk kemajuan dalam pembelajaran dan pengajaran di abad 21,
membantu meminimalkan kesenjangan digital, berkaitan dengan komputansi berbasis cloud.
d. Games - serius
peran sebuah game untuk meningkatkan motivasi dan, game serius game-game yang memiliki tujuan
pendidikan, game online-multi player harus dirancang untuk transfer belajar dengan lingkungan dunia nyata.
e. Lingkungan cerdas perkembangan ICT memungkinkan pengembangan lingkungan
bimbingan cerdas.
f. Data mining pendidikan
Hal ini dimaksudkan untuk merekam, menyimpan dan mengambil banyak data pendidikan yangberkaitan
dengan individu dan kelompok peserta didik yang dapat digunakan untuk memberikan penilaian formatif dan
personalisasi pembelajaran.
g. Richinterfaces
Hal ini dimaksudkan orang-orang teknologi yang bisa merasakan, mengenali, menganalisis danbereaksi
terhadap interaksi manusia, dan ini, ditambah dengan lingkungan belajaryang lebih terbuka, dapat digunakan
untuk mempromosikan pembelajaran dan pengajaran.
Menurut Salam (2012), dalam perjalanannya pendidikan kejuruan sebenarnya tak lepas
dari tantangan, diantaranya adalah stigma negatif SMK yang masih melekat sehingga menghambat
kemajuan pendidikan kejuruan itu sendiri, ketersediaan sarana dan prasarana, tenaga didik yang
kurang
kompeten
dalam
bidangnya,
daya
serap
industri
dan
wirausahawan
rendah, serta permasalahan-permasalahan lain yang menuntut untuk segera diatasi. Oleh karena itu
dibutuhkan kerjasama baik pemerintah, pihak sekolah dan pihak DU/DI, dan pihak-pihak yang terlibat
didalamnya untuk menciptakan sistem pendidikan kejuruan yang lebih produktif dan efesien sehingga
bisa mencetak SDM yang bisa bersaing dan memenuhi tantangan dalam pasar global. Pusat Studi

Arsitektur Digital yang tengah mulai dikembangkan sebagai Program Unggulan FPTK untuk
DPTA diharapkan nantinya di masa mendatang akan semakin memperbaiki kualitas
kemampuan wirausaha bagi mahasiswa dengan melalui program : (1). Pelatihan (workshop),
(2). Pemagangan dan (3). Praktek Profesi.
6.

Kesimpulan dan Saran :

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan dan saran yang penting dan menarik
dikembangkan di masa mendatang di Departemen Arsitektur. Adapun pada bagian ini kesimpulan
akan lebih mengkhususkan pada bagaimana strategi yang bersifat perorangan, sementara saran lebih
kepada strategi yang sifatnya lembaga. Dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang menentukan
keberhasilan wirausaha dari mahasiswa adalah:
1. Cita-cita yang tinggi namun terkendali untuk hasil yang optimal berwirausaha.
2. Banyak membaca dan bertukar fikiran dengan yang sudah berpengalaman.
3. Jika menemui kegagalan tidak mudah patah arang dan menjadikan tantangan untuk lebih
baik lagi.
4. Meningkatkan pengetahuan dengan : seminar, pelatihan dan lain-lain yang sifatnya
memperluas wawasan.
5. Memiliki visi kemanusiaan sehingga dapat terus melakukan wirausaha pada minat yang
stabil dan bukan semata-mata keuntungan materi namun keuntungan dan kepuasan
spiritual.
6. Melakukan evaluasi rutin dan terjadwal.
7. Memperluas (ekspansi) usaha jika memungkinkan karena semakin besar usaha akan
semakin beresiko. Dengan demikian wirausaha dapat tetap stabil meski ada sub yang
mengalami kegagalan/ penurunan.
8. Menjaga sifat jujur (honest) dan menyenangkan (smart) selain pada orang lain pula pada
diri sendiri. Hal ini perlu dilatih sedari awal pada mahasiswa.
Sementara itu saran secara khusus bagi lembaga yakni Departemen Pendidikan teknik Arsitektur
untuk peningkatan kemampuan wirausaha mahasiswa dan lulusan adalah :
1. Penguatan lembaga Pusat Studi Arsitektur Digital
2. Pendidikan komprehensif untuk multi talenta, termasuk wirausaha.
3. Pelatihan-pelatihan yang lebih sering terhadap dosen dan mahasiswa.
4. Evaluasi rutin mengenai struktur kurikulum dan konten mata kuliah.
5. Evaluasi rutin terhadap kegiatan ekstra kurikuler dan ko-kurikuler kampus, untuk
menunjang kemandirian dan kewirausahaan.
7.

Daftar Pustaka

Alma, Buchari (2007), Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Penerbit Alfa Beta,
Bandung
Fatoki, Olawale and Oni Olabanji (2014), Student’s Perception of the Effectiveness of
Entrepreneurship Education at a South African University, Mediterranean Journal of Social Sciences
Vol 5 No. 20 September 2014, MCSER Publishing, Rome-Italy

Klatt Lawrence A, Robert G. Murdick, Frederick E Schuster (1985), Human Resources
Management, Charles E. Merill Publication Coy, Toronto.
Lidstone, John (1993), Mencetak Wiraniaga yang Berhasil, Binarupa, Aksara.
Zhou, Manscheng and Xu, Haixia (2012), A Review of Entreprenership Education for
College Students in China, Journal of Administrative Science, Open Acces Journal
http://entreupreneurship.blogspot.co.id/2010/10/strategi-pengembangan-kewirausahaan.html
https://wirausahainfo.blogspot.co.id/2012/04/22-strategi-sukses-berwirausaha_08.html