USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA Pen

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Pendirian ASYAPADA (Asuransi Berbasis Syariah bagi Pahlawan Devisa)
dengan Sistem Takaful Berakad Mudharabah sebagai Perwujudan
Kepedulian Pemerintah Terhadap Kesejahteraan TKI Di Luar Negeri

Bidang Kegiatan
PKM-GT

Diusulkan Oleh :
M. PRIMADION S.
040810016

NIM.

DERRY WAHYU S.

NIM. 060911035

KHOLIYAWATI

NIM. 120911103


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2011

HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Karya Tulis

2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat Rumah
f. No. Tlpn / HP
g. Alamat e-mail

: Pendirian ASYAPADA (Asuransi Berbasis

Syariah bagi Pahlawan Devisa) dengan
Sistem Takaful Berakad Mudharabah
sebagai Perwujudan Kepedulian Pemerintah
Terhadap TKI Di Luar Negeri
: PKM-GT
: Muchammad Primadion Sofyan
: 040810016
: S-1 Ekonomi Pembangunan
: Universitas Airlangga Surabaya
: Perumahan TNI-AL F4/24 Candi-Sidoarjo
: (031)8958060/ HP : 08563474407
: primadion@gmail.com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
5. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah
d. No.Tlpn / HP


: 2 orang

: Widya Sylviana SE, M.Si
: 132315533
: Jl. Wonorejo Rungkut Blok C4 No.5
: 0817583373
Surabaya, 24 Februari 2011

Menyetujui
Pembina UKM Penalaran

Ketua Pelaksana

(Hari Soepriandono, S.Si, M.Si)
NIP. 19671122 199412 1 001

(M. Primadion Sofyan)
NIM. 040810016

A.n. Rektor Unair,

Direktur Kemahasiswaan

Dosen Pendamping

( Prof. Dr. Imam Mustofa, drh., M.kes )
NIP. 19600427 198701 1 001

(Widya Sylviana SE, M.Si)
NIP. 19800207 200501 2 001

v

KATA PENGANTAR
Dengan terselesaikannya karya tulis yang berjudul “Pendirian ASYAPADA
(Asuransi Berbasis Syariah bagi Pahlawan Devisa) dengan Sistem Takaful
Berakad Mudharabah sebagai Perwujudan Kepedulian Pemerintah Terhadap TKI
Di Luar Negeri”, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya karya tulis ini baik langsung maupun
tidak langsung yang tidak mungkin kami tulis semua. Dan terima kasih kepada
beberapa pihak yang telah memberi bimbingan, dorongan serta motifasi kepada

kami. Oleh karenanya kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Prof. Dr. Imam Mustofa, drh., M.kes, selaku Direktur Kemahasiswaan
Universitas Airlangga yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada kami untuk berkarya.
2. Hari Soeprandono, S,Si, M.Si, selaku Pembina UKM Penalaran
Universitas Airlangga yang memberi izin dan suport kepada kami
untuk terus berkarya.
3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan segala jerih payahnya
kepada kami, sehingga kami bisa kuliah di Universitas Airlangga.
4. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas
Airlangga, yang telah membimbing serta memberi banyak motifasi
kepada kami.
5. Kakak-kakak kelas kami di lingkungan Universitas Airlangga, yang
telah banyak memberi dorongan kepada kami untuk membuat karya
ilmiah.
6. Teman-teman di Universitas Airlangga yang telah banyak membantu
kami.
Akhirnya, “tak ada gading yang tak retak”. Kami menyadari tulisan ini

masih butuh banyak sentuhan-sentuhan untuk dapat disempurnakan. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Surabaya, 24 Februari 2011
Hormat kami

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Judul
...........................................................................................................i
Lembar Pengesahan...............................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
Ringkasan..............................................................................................................
Pendahuluan..........................................................................................................
Latar Belakang......................................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penulisan..............................................................................
Gagasan.................................................................................................................

Kondisi Terkini Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Luar Negeri...........................
.............................................................................................................................3
Solusi yang Pernah Diterapkan.............................................................................
.............................................................................................................................5
Alternatif Asuransi Syariah...................................................................................
Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan Ini......................
Langkah-Langkah Strategis yang Harus Dilakukan..............................................
Kesimpulan............................................................................................................
Gagasan yang Diajukan.........................................................................................
Teknik Implementasi.............................................................................................
Manfaat dan Dampak gagasan..............................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................
Daftar Riwayat Hidup...........................................................................................

ii
iii
iv
v
1
1

2
2

6
11
12
12
13
13
14
14
15

iv

Ringkasan
Konsep asuransi syariah merupakan suatu konsep dimana terjadi saling
memikul resiko diantara sesama peserta, sehingga antara satu dengan yang lainnya
menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini dilakukan
atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing

mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan yang ditujukan untuk
menanggung resiko. Asuransi syariah yang menggunakan konsep takaful
ditegakkan di atas tiga prinsip dasar yaitu: (1) saling bertanggung jawab, (2)
saling berkerja sama dan saling membantu, (3) saling melindungi. (Syakir Sula,
Muhammad: 2004, 293-294). Sampai saat ini, Jamsostek merupakan asuransi
tenaga kerja terbesar di Indonesia. Sebanyak 9,4 juta pekerja terdaftar di PT.
Jamsostek (www.jamsostek.go.id), akan tetapi hal itu tidak berlaku pada Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Sampai saat ini jumlah pekerja
TKI yang ada di seluruh dunia mencapai 2,7 juta jiwa (indonesia.go.id) dan masih
belum adanya perlindungan yang konkrit oleh pemerintah Indonesia. Sedangkan
berbagai penyiksaan, tak dibayarnya gaji TKI, diasingkan, bahkan pembunuhan
TKI masih sering terjadi. Konsep asuransi syariah, terutama sistem Takaful,
mungkin sangat cocok untuk keadaan TKI saat ini karena dapat memberikan rasa
keamanan dan kenyamanan bagi TKI. TKI akan merasa nyaman karena sistem
yang diterapkan oleh asuransi syariah bersifat tolong-menolong, bukan jual beli
yang biasa diterapkan oleh lembaga asuransi yang ada. Adanya skim pembiayaan
yang sesuai dengan ajaran agama ini diharapkan secara emosional akan
mempermudah TKI dalam menerima sistem pembiayaan syariah.
Jadi, Komitment pemerintah dalam pengentasan masalah-masalah
dialami oleh para TKI sangat dibutuhkan oleh semua pihak. Berbagai cara

dilakukan pemerintah untuk segera mengakhiri kasus-kasus yang terjadi
TKI. Asuransi syariah merupakan salah satu sarana pemecahan masalah
dibutuhkan oleh pemerintah untuk menyeleseikan permasalahan TKI.

yang
telah
pada
yang

v

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belakangan ini, di Indonesia banyak sekali bermunculan perusahaan
asuransi yang berbasis pada Asuransi Syariah. Asuransi Syariah sendiri muncul
pertama kali pada tahun 1990-an. Berawal dari metode ekonomi Islam yang
dikembangkan oleh beberapa bank di Indonesia, salah satunya adalah Bank
Muamalat. Prinsip asuransi syariah pada intinya adalah kejelasan dana, tidak

mengandung judi dan riba atau bunga. Sama halnya dengan perbankan syariah,
melihat potensi umat Islam yang ada di Indonesia, prospek asuransi syariah sangat
menjanjikan. Pada dasarnya, asuransi syariah digunakan untuk membiayai
nasabah (premi) yang mengajukan klaim kepada lembaga asuransi syariah. Hal ini
sama seperti lembaga asuransi konvensional lain seperti Jamsostek, Bumi Putera,
PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), dan lain sebagainya.
Sampai saat ini, Jamsostek merupakan asuransi tenaga kerja terbesar di
Indonesia. Sebanyak 9,4 juta pekerja terdaftar di PT. Jamsostek
(www.jamsostek.go.id), akan tetapi hal itu tidak berlaku pada Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Sampai saat ini jumlah pekerja TKI
yang ada di seluruh dunia mencapai 2,7 juta jiwa (indonesia.go.id) dan masih
belum adanya perlindungan yang konkrit oleh pemerintah Indonesia. Sedangkan
berbagai penyiksaan, tak dibayarnya gaji TKI, diasingkan, bahkan pembunuhan
TKI masih sering terjadi. Apabila hal ini tidak segera diselesaikan bukan tidak
mungkin jumlah calon TKI yang akan bekerja di luar negeri akan berkurang dan
akan terjadi pemogokan kerja besar-besaran yang dilakukan oleh TKI seperti yang
terjadi di bawah jembatan Khandara, Arab Saudi.
Pada dasarnya pemerintah Indonesia tidak hanya berpangku tangan
melihat berbagai macam kasus yang terjadi pada TKI yang bekerja di luar negeri
tersebut. Terbukti dengan telah dibentuk suatu asuransi konvensional yang
berbentuk konsorsium untuk menjamin kesejahteraan TKI. Hal tersebut
dicetuskan Menakertrans berdasarkan Kepmenakertrans sebagai langkah positif
dan sesuai amanat UU dalam memperbaiki sistem layanan dan perlindungan TKI.
Akan tetapi, pada pelaksanaan kebijakan konsorsium tersebut mengalami banyak
kendala yang pada akhirnya berakibat tidak efektifnya program tersebut.
Konsep asuransi syariah, terutama sistem Takaful, sangat cocok untuk
keadaan TKI saat ini karena dapat memberikan rasa keamanan dan kenyamanan
bagi TKI. TKI akan merasa nyaman karena sistem yang diterapkan oleh asuransi
syariah bersifat tolong-menolong, bukan jual beli yang biasa diterapkan oleh
lembaga asuransi yang ada. Adanya skim pembiayaan yang sesuai dengan ajaran
agama ini diharapkan secara emosional akan mempermudah TKI dalam menerima
sistem pembiayaan syariah.
Komitment pemerintah dalam pengentasan masalah-masalah yang dialami
oleh para TKI sangatlah gencar. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk
segera mengakhiri kasus-kasus yang terjadi pada TKI. Asuransi syariah
merupakan salah satu sarana pemecahan masalah yang dibutuhkan oleh
pemerintah untuk menyeleseikan permasalahan TKI. Sistem pembiayaan asuransi

2

syariah menitikberatkan pada keamanan dan keselamatan kerja para TKI sehingga
konsep yang ditawarkan mudah diterima. Sistem pembiayaan syariah pada
lembaga asuransi syariah nantinya juga mengandung nilai yang bersifat universal
dan tidak eksklusif sehingga akan mempermudah penerimaan konsep pembiayaan
syariah oleh semua lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama,
suku, ras, dan golongan.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1. Untuk mengetahui perlunya didirikan Perusahaan Asuransi Syariah yang
menjamin kesejahteraan kehidupan TKI.
2. Untuk mengetahui manfaat yang dapat diberikan oleh Perusahaan
Asuransi Syariah dalam menjamin kesejahteraan kehidupan TKI.
Manfaat dari penulisan ini adalah memberikan pemahaman kepada
pemerintah dan masyarakat terhadap pentingnya pendirian lembaga Asuransi
Syariah yang mampu mengatasi permasalahan yang sering kali dialami oleh
Tenaga Kerja Indonesia terkait masalah kesejahteraan, keselamatan, keamanan,
keadilan serta kesehatan kehidupan TKI.

GAGASAN
Kondisi Terkini Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Luar Negeri
Tenaga Kerja Indonesia atau yang lebih banyak dikenal dengan singkatan
TKI merupakan sebutan bagi warga Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan di dalam negeri membuat banyak
warga Indonesia lebih memilih untuk mengadu nasib mereka ke luar negeri
dengan harapan dapat merubah nasib mereka menjadi jauh lebih baik. Selain
alasan sedikitnya ketersediaan lapangan kerja para TKI lebih memilih bekerja ke
luar negeri dengan alasan gaji diluar negeri yang jauh lebih mahal dari pada gaji
bekerja di dalam negeri. Kedua alasan tersebut tentu saja tidak dapat mewakili
semua alasan para TKI yang memilih untuk bekerja di luar negeri tetapi dapat
dipastikan bahwa alasan mereka memilih menjadi TKI adalah karena alasan
ekonomi.
Jumlah penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri sampai
awal Februari 2010 mencapai 2.679.536 orang. Dari segi jumlah, Malaysia masih
tetap menjadi negara penempatan terbesar bagi TKI. Jumlah TKI yang bekerja di
Malaysia menurut data resmi pemerintah mencapai 1.200.000 orang. Sedangkan
Arab Saudi menempati urutan kedua terbesar. Di Arab Saudi tercatat 927.500
orang TKI yang bekerja di negara tersebut. Selanjutnya data jumlah TKI yang
bekerja Taiwan berjumlah 130.000 orang, Hongkong mencapai 120.000 dan

3

Brunei Darussalam 40.450 orang. Sedangkan TKI yang bekerja di negara
Singapura berjumlah 80.150 orang, Yordania 38.000 orang. Ada juga yang bekerja
di Bahrain sebanyak 6.500 orang, Kuwait 61.000 orang, UEA 51.350 orang dan
Qatar 24.586 orang. (www. indonesia.go.id)
Bayangan awal para TKI yang mengharapkan kesejahteraan ketika mereka
memilih bekerja di luar negeri ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang
mereka alami. Bukan berita baru lagi jika pada masa sekarang ini begitu banyak
terjadi kasus-kasus yang menimpa para Pahlawan Devisa tersebut. Pahlawan
Devisa sebutan tersebut memang terdengar begitu membanggakan tapi tidak
dengan kenyataan dan resiko besar yang harus mereka tanggung. Mungkin
memang sangat layak jika para TKI mendapat sebutan sebagai Pahlawan Devisa
mengingat sumbangsih yang begitu besar dan signifikan telah mereka
sumbangkan pada negeri ini melalui bentuk devisa. Pemasukan devisa yang
dihasilkan dari remitansi yang dikirimkan TKI sampai akhir tahun 2009 mencapai
US$ 6.615.321.274 milyar (www.indonesia.go.id). US$ 6.615.321.274 milyar
bukanlah nilai yang kecil telah Tenaga Kerja Indonesia sumbangkan untuk negeri
ini. Melihat kenyataan tersebut seharusnya sepadan dengan kesejahteraan yang
layak mereka terima bukan malah sebaliknya. Berbagai macam kasus menyangkut
TKI begitu banyak terjadi mulai penyiksaan, penganiayaan, gaji yang tidak
dibayar, pemulangan TKI, bahkan baru-baru ini terjadi kasus TKI yang terlantar
dan tinggal dikolong-kolong jembatan. Kasus yang mendominasi permasalahan
TKI di luar negeri adalah adanya PHK secara sepihak yang jumlahnya mencapai
19.429 kasus, 9.378 kasus, sakit akibat bekerja 5.510 kasus, gaji tidak dibayar
mencapai 3.550 kasus dan kasus penganiyaan mencapai 2.952 kasus
(indonesia.go.id).
Seharusnya sebutan Pahlawan Devisa tersebut tidak hanya berhenti pada
pengakuan verbal saja tetapi juga harus diikuti dengan peningkatan penanganan
dan perhatian mengenai kesejahteraan kehidupan mereka. Kesejahteraan yang
mereka impikan tidak pernah mereka dapatkan tetapi malah malapetaka yang
tidak henti mengintai kehidupan para Tenaga Kerja Indonesia tersebut.
Solusi yang Pernah Diterapkan
Permasalahan yang menyangkut kesejahteraan kehidupan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) bukan lagi suatu permasalahan yang baru bagi Bangsa Indonesia.
Semakin hari dengan bertambahnya jumlah TKI yang bekerja di luar negeri
ternyata juga memberikan dampak yang sama pada banyaknya kasus-kasus yang
menimpa TKI di tempat kerja mereka. Melihat kenyataan seperti ini pemerintah
Indonesia tidak hanya diam dan menutup mata saja, berbagai cara telah ditetapkan
dan diterapkan demi menangani permasalahan ini. Salah satu cara yang dilakukan
oleh pemerintahan Indonesia adalah dengan menetapkan Undang-Undang yang
mengatur mengenai permasalahan penempatan dan perlindungan TKI. UndangUndang yang berisi mengenai penempatan TKI ditetapkan pemerintah untuk
menanggulangi pengangguran yang terjadi di Indonesia. Sedangkan, UU yang
berisi mengenai perlindungan TKI merupakan perlindungan hukum terhadap TKI
yang menitik beratkan pada aspek pembinaan serta perlindungan dan memberikan
berbagai kemudahan kepada pihak yang terkait khususnya TKI dan Perusahaan

4

Jasa penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Di bawah
ini merupakan UU yang mengatur penempatan dan perlindungan TKI
(www.kompasiana.com) :
1. Undang-undang nomor 39 tahun 2004 tentang Perlindungan dan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, maka semakin jelas
dan nyata kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
mengatur penempatan TKI.
2. Pasal 5 ayat (1) Undang-undang nomor 39 tahun 2004 dinyatakan bahwa
“Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi
penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.” Dan
dalam pasal 6 Undang-undang nomor 39 tahun 2004 bahwa Pemerintah
bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar
negeri.
3. Dalam melakukan perlindungan terhadap TKI, pasal 7 Undang-undang
nomor 39 tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban:
a. Menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang berangkat
melalui pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara
mandiri;
b. Mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
c. Membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon
TKI di luar negeri;
d. Melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan
perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan
e. Memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum
pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan.
Penetapan UU tersebut ternyata tidak dapat terlaksana secara efisien dalam
memberikan perlindungan pada para TKI, sehingga pemerintah melalui
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (kemenakertrans) membentuk suatu
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI). Seperti tercermin dalam namanya badan nasional ini merupakan
suatu badan yang bertugas sebagai pelaksana teknis dengan memusatkan
perhatiannya pada penempatan dan perlindungan terhadap para TKI. BNP2TKI
sendiri dibentuk pada tahun 2004. Sejak awal terbentuknya BNP2TKI ini telah
tercetus berbagai macam kebijakan-kebijakan yang dibentuk untuk lebih baik
dalam memberikan perlindungan pada para TKI. Kebijakan-kebijakan tersebut
antara lain:
1. MoU
MoU merupakan suatu kebijakan yang berupa nota kesepakatan
penempatan dan perlindungan TKI. Sejauh ini nota kesepakan tersebut telah
dilakukan oleh pemerintahan Republik Indonesia dengan 10 negara penempatan
TKI yaitu Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Kuwait, Yordania, Uni
Emirat Arab, Syria, Libya dan Qatar (www.indonesia.go.id). Seiring dengan
perkembangan yang komplek mengenai
permasalahan TKI di Indonesia

5

kebijakan tersebut sekarang telah dianggap tidak
menyelesaikan permsalahan-permasalahan TKI.
2. Satgas (Task Force)
Perlindungan TKI

Pemantauan

relevan lagi

Pengawasan

Penempatan

dalam
dan

Kebijakan kemenakertrans ini merupak suatu kebijakan dengan
membentuk satgas atau satuan khusus yang bertugas dalam pemantauan serta
pengawasan daam hal penempatan dan perlindungan terhadap para TKI. Satgas ini
dibentuk dengan tujuan meminimalisir permasalahan TKI mulai dari persiapan
pemberngkatan TKI yang dilakuka di dalam negeri. Melalui satgas ini juga
kemenakertrans mengefektifkan pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan
calon Tki selama 200 jam (www.indonesia.go.id). Hal tesebut dilakukan untuk
lebih mempersiapkan TKI sebulum berangkat bekerja ke luar negeri sehingga
secara tidak langsung juga dapat mencegah terjadinya kasus-kasus yang menimpa
para TKI dikarenakan kinerjanya yang kurang. Akan tetapi Satgas Pemantauan
Pengawasan Penempatan dan Perlindungan TKI ini tidak dapat berbuat banyak
dalam menyelesaikan berbagai macam kasus yang menimpa TKI terbukti dengan
kasus-kasus yang menimpa TKI tidak berkurang justru malah semakin bertambah.
3. Konsorsium Asuransi TKI
Konsorsium merupakan pembiayaan bersama suatu proyek atau
perusahaan yang dilakukan oleh dua atau lebih bank atau lembaga keuangan.
Sedangakan konsorsium Asuransi TKI merupakan suatu kebijakan dari
Kemenakertrans dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor KEP.209/MEN/IX/2010 tentang Penetapan Konsorsium
Asuransi TKI "Proteksi TKI" yang diketuai oleh PT Asuransi Central Asia Raya
dengan beberapa anggota yaitu PT Asuransi Umum Mega, PT Asuransi Harta
Aman Pratama, PT Asuransi Tugu Kresna Pratama, PT Asuransi LIG, PT Asuransi
Raya, PT Asuransi Ramayana, PT Asuransi Purna Artanugraha, PT Asuransi
Takaful Keluarga dan PT Asuransi Relief (www.tempointeraktif.com).
Konsorsium asuransi TKI itu sendiri masih berbentuk asuransi konvensioanal
yang masih dalam bentuk tataran konsep sedangkan dalam realisasinya sendiri
masih terbentur oleh berbagai macam kendala. Namun, dalam pelaksanaan
program konsorsium asuransi TKI dinilai memiliki banyak kelemahan dan rentan
adanya kasus KKN. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaktransparanan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai penyedia asuransi untuk TKI. Selain itu terdapat
kelemahan lain dari adanya konsorsium asuransi TKI ini yakni adanya beberapa
perusahaan saja yang akan diuntungkan dalam pelaksananya. Diperkuat dengan
adanya pernyataan Kajian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
menyimpulkan pelaksanaan sistem asuransi atas TKI hanya memperkaya pihak
tertentu karena pada kenyataannya mereka belum menjadikan TKI sebagai subyek
yang harus dilindungi (www.antaranews.com). Selain itu menurut Ketua Serikat
Buruh Migran Indonesia (SBMI), Mohammad Miftah Faried mengatakan,
“Selama ini, banyak oknum Penyelenggara Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Swasta (PPTKIS) yang bermain mata dengan perusahaan asuransi. Diskon yang
gila-gilaan membuat PPTKIS untung, belum lagi kalau ada klaim yang tidak
dibayarkan. Kami berharap kebijakan baru penataan asuransi TKI, membuat TKI
lebih terlindungi”(yustisi.com). Hal ini semakin memperkuat tidak efektifnya

6

kebijakan konsorsium asuransi TKI tersebut, sehingga diperlukan adanya
kebijakan perlindungan TKI yang dalam pelaksanaannya nanti akan jauh lebih
efektif dalam menyelesaikan berbagai macam kasus yang terjadi pada TKI.
Dari berbagai macam upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut
ternyata tetap tidak bisa menyelesaikan berbagai macam kasus yang menyangkut
kesejahteraan kehiduan para TKI yang bekerja di luar negeri. Sehingga, perlu
adanya suatu program baru yang lebih efisien dalam menyelasaikan
permasalahan-permasalahan tersebut.
Alternatif Asuransi Syariah
Banyaknya permasalahan yang menyangkut kesejahteraan hidup para TKI
yang semakin hari semakin menyita perhatian pemerintah dan masyarakat
Indonesia mengharuskan adanya sebuah gagasan baru yang lebih efisien dalam
menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Sehingga timbullah suatu gagasan baru yang
dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para TKI yaitu Asuransi Syariah untuk
TKI yang menggunakan konsep takaful.
Konsep asuransi syariah merupakan suatu konsep dimana terjadi saling
memikul resiko diantara sesama peserta, sehingga antara satu dengan yang lainnya
menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini dilakukan
atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan yang ditujukan untuk
menanggung resiko. Asuransi syariah dalam pengertian ini sesuai dengan AlQur’an surat Al-Maa’idah ayat 2, “Tolong menolonglah dalam kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
Asuransi syariah yang menggunakan konsep takaful ditegakkan di atas tiga
prinsip dasar yaitu: (1) saling bertanggung jawab, (2) saling berkerja sama dan
saling membantu, (3) saling melindungi. (Syakir Sula, Muhammad: 2004, 293294)
Adapun perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional yakni:
a. Asuransi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas
mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya.
Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan dalam asuransi
konvensional.
b. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan tolong
menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli.
c. Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudharabah).
Sedangkan pada asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai
landasan perhitungan investasinya.
d. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada
asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi
milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan alokasi
investasinya.
e. Dalam mekanismenya, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus
seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak

7

peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin
mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana yang
dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil yang telah
diniatkan untuk tabarru’.
f. Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru’ (dana
kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada
penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong menolong di
antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional
pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.
g. Pembagian keuntungan pada asuransi syariah dibagi antara perusahaan
dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah
ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional seluruh keuntungan
menjadi hak milik perusahaan.
Langkah-Langkah Strategis yang Harus Dilakukan
Telah kita ketahui bersama, penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar
negeri sampai awal Februari 2010 jumlahnya mencapai 2.679.536 orang.
Sedangkan pemasukan devisa yang dihasilkan dari remitansi yang dikirimkan TKI
sampai akhir tahun 2009 mencapai US$ 6.615.321.274 milyar
(www.indonesia.go.id). Dengan jumlah TKI yang cukup besar seharusnya
pemerintah memberikan pelayanan yang baik terhadap jiwa TKI. Karena dengan
jumlah TKI yang besar, jumlah penyiksaan dan hal-hal yang mengancam jiwa
TKI juga besar. Pihak asuransi seharusnya tahu bahwa TKI sangat membutuhkan
asuransi yang menjamin jiwanya saat di luar negeri. Akan tetapi hal itu tidak
dilakukan karena pihak asuransi takut terjadi kerugian pada waktu TKI bekerja
maupun pasca TKI telah selesei bekerja. Hal itu diakibatkan oleh beberapa hal
yaitu
Tingkat kematian TKI yang bekerja di luar negeri cukup tinggi. Sepanjang
tahun 2009, jumlah kematiannya mencapai sekitar 1.100 orang. Sekitar 68
persen dari mereka meninggal di Malaysia disusul Arab Saudi sebanyak 20
persen (www.waspada.co.id). Hal ini mengakibatkan jumlah premi yang
dibayarkan juga cukup tinggi.
2. Jenjang waktu bekerja TKI sangat singkat, sekitar 2-5 tahun, tergantung
kesepakatan antara calon TKI dengan perusahaan yang memperkerjakan
TKI tersebut. Hal ini menyebabkan perusahaan asuransi tidak mempunyai
waktu untuk berinvestasi ke pihak lain sehingga perusahaan asuransi
tersebut tidak mendapatkan keuntungan lebih.
3. Bila masa kerja TKI habis, maka TKI tersebut bisa mengklaim asuransi
yang telah disetorkan. Jumlah yang diminta juga tergantung kesepakatan
kedua belah pihak atau peraturan perusahaan. Karena pendapatan
perusahaan asuransi sedikit dan harus menyetorkan sejumlah dana untuk
klaim TKI, maka perusahaan asuransi dipastikan rugi.
1.

Maka, adanya asuransi syariah untuk TKI perlu ditindaklanjuti lebih
serius. Ada beberapa alasan mengapa asuransi syariah begitu cocok bagi TKI yang
mengalami permasalahan:

8

Pertama, Perkembangan asuransi syariah ini menunjukkan respons yang
positif dari masyarakat dunia akan sistem asuransi berbasis syariah. Hal ini
menunjukkan bahwa asuransi syariah dapat diterima (applicable) dan menjadi
alternatif bagi sistem asuransi yang berjalan selama ini. Hal ini dilihat dari
perkembangan asset asuransi dibilang cukup pesat. Dari asset $550 juta pada
tahun 2000, $193 juta diantaranya berada di Asia Pasifik, meningkat menjadi $1,7
milyar. Angka ini terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah asuransi
syariah di dunia. Pada tahun 2004 asetnya sudah mencapai $2 milyar.
Kedua, adapun Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun),
menurut Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI) adalah usaha saling melindungi
dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Maksud dari akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), perjudian, riba, penganiayaan, suap, barang haram dan
maksiat.
Ketiga, asuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional mempunyai
tujuan yang sama yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Perbedaan
mendasar antara keduanya adalah cara pengelolaannya pengelolaan risiko asuransi
konvensional berupa transfer risiko dari para peserta kepada perusahaan asuransi
(risk transfer) sedangkan asuransi jiwa syariah menganut azas tolong menolong
dengan membagi risiko diantara peserta asuransi jiwa (risk sharing). Selain
perbedaan cara pengelolaan risiko, ada perbedaan cara mengelola unsur tabungan
produk asuransi. Pengelolaan dana pada asuransi jiwa syariah menganut investasi
syariah dan terbebas dari unsur ribawi.
Keempat, premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik
nasabah (TKI). Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk
mengelolanya. Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik
perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan
kebijakan pengelolaan dana tersebut.
Kelima, untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah (TKI), dana
diambil dari rekening tabarru ( dana sosial ) seluruh peserta yang sudah
diikhlaskan untuk keperluan tolong menolong bila ada peserta yang terkena
musibah. Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim dari
rekening milik perusahaan.
Keenam, Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik
dana dengan perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan
dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan.
Jika ada klaim nasabah tak memperoleh apa-apa.
Dengan adanya fakta bahwa banyaknya TKI yang membutuhkan asuransi,
maka seharusnya perusahaan mendaftarkan calon tenaga kerjanya ke pihak
asuransi yang khusus untuk TKI. Asuransi syariah merupakan alternatif
pemecahan masalah bagi TKI yang membutuhkan jaminan untuk memberikan
rasa kenyamanan dan ketidakkhawatiran dalam bekerja maupun setelah selesei
bekerja. Sedangkan perusahaan jasa tenaga kerja indonesia (PJTKI) sebagai
penyalur TKI ke luar negeri harus mendukung upaya-upaya pemerintah untuk

9

meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak terduga, seperti PHK, tidak lulus tes,
kecelakaan kerja, dan lain sebagainya. Asuransi syariah sangat tepat diterapkan
untuk menjamin para TKI yang bekerja di luar negeri, karena dalam asuransi
syariah TKI akan mendapatkan bagi hasil dari keuntungan yang didapatkan pihak
asuransi syariah.
Dalam sistem asuransi syariah, sistem yang digunakan adalah sistem
takaful (tolong menolong) yang merupakan bentuk umum dari sebuah perusahaan
asuransi syariah. Sedangkan dalam prakteknya, perusahaan asuransi syariah ada
beberapa macam, yaitu menggunakan akad mudharabah (bagi hasil), wakalah
(penyerahan), wadiah (meletakkan), dan musyarakah (perjanjian). Dari akad
tersebut, akad mudharabah merupakan akad umum dan banyak diterapkan oleh
perusahaan asuransi syariah. Karena keistimewaan sistem mudharabah adalah
peran ganda dari mudharib, yakni sebagai wakil (agen) sekaligus mitra.
Mudharib adalah wakil rabb al-mal dalam setiap transaksi yang ia lakukan
pada harta mudharabah. Mudharib kemudian menjadi mitra dari rabb al-mal
ketika ada keuntungan, karena mudharabah adalah sebuah kemitraan dalam
keuntungan

Di dalam skema mudharabah dijelaskan bahwa setiap premi yang dibayar
oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening tabarru’ perusahaan. Yaitu,
kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan
untuk tujuan saling menolong dan saling membantu dan dibayarkan bila: 1)
peserta meninggal dunia, 2) perjanjian telah berakhir.

10

Kumpulan dana peserta/TKI ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat
Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim
dan premi asuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip
al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama
antara perusahaan (takaful) dan peserta.
Akan tetapi, sistem asuransi syariah yang digunakan khusus untuk TKI
adalah perusahaan asuransi syariah yang menerapkan sistem produk saving. Yaitu,
setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada
perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta.
Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan
dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua
rekening yang berbeda.
1. Rekening tabungan peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta yang
dibayarkan bila:
 Perjanjian berakhir,
 Peserta mengundurkan diri,
 Peserta meninggal dunia.
2. Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan
oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan salng tolong
menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila:
 Peserta meninggal dunia,
 Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)

Sistem inilah sebagai implementasi dari sistem takaful dan akad
mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan

11

maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan sesuai dengan
syariat islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan
beban asuransi (klaim dan premi asuransi), akan dibagi menurut prinsip al
mudharabah. Presentase pembagian mudharabah dibuat dalam suatu
perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan
peserta (TKI), misalnya dengan 70:30, 60:40, dan seterusnya.
Dalam penerimaan dan penempatan TKI, calon TKI harus melewati
beberapa alur sehingga calon TKI tersebut bisa bekerja di luar negeri. Alur yang
harus dilewati oeh calon TKI hanya dimiliki oleh PJTKI yang legal dan terdaftar
dalam BPN2TKI dan Kemenaketrans. Sehingga calon TKI bisa mendaftarkan diri
ke dalam jasa asuransi.

Bagan diatas menjelaskan tentang alur-alur yang harus dilewati calon TKI
untuk bekerja di luar negeri. Di dalam bagan tersebut menjelaskan bagaimana
PJTKI sebagai perusahaan penyalur jasa tenaga kerja Indonesia bekerjasama
dengan perusahaan asuransi syariah untuk memberikan pelayanan terhadap TKI
agar TKI dapat bekerja dengan nyaman di negara tujuan. Apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan oleh TKI, maka TKI dapat mengajukan klaim ke
perusahaan asuransi syariah.
Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan asuransi syariah memilihi kantor di
negara-negara tujuan TKI yang mempunyai kerjasama dengan PJTKI asal TKI itu
diberangkatkan agar proses pengajuan klaim dilakukan di negara tujuan TKI tanpa
harus kembali ke negara asal TKI.

12

Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan Ini
Dalam upaya untuk merealisasikan asuransi syariah untuk TKI yang
menggunakan konsep takaful ini, maka diperlukan pihak-pihak yang dapat
membantu dalam mengimplementasikan gagasan ini, antara lain:
1. Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)
Peranan kemenakertrans sebagai suatu sistem pemerintah yang
bertanggung jawab dalam mengurusi tenaga kerja dan transmigrasi memiliki
peranan yang sangat vital dalam membuat, menetapkan, serta melaksanakan
berbagai macam regulasi yang bertujuan untuk mensejahterahkan para Tenaga
Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Mengingat tujuan dicetuskannya
gagasan untuk mengadakan asuransi syariah sejalan dengan visi dan misi yang
diemban oleh Kemenakertrans, maka dibutuhkan dukungan dan kerjasama
Kemenakertrans untuk mengimplementasikan gagasan ini.
2. Badan Nasional Penetapan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI)
BNP2TKI merupakan suatu badan nasional yang bergerak dibidang
penempatan dan perlindungan TKI, berbeda dengan kemenakertrans sebagai
pembuat dan pengambil keputusan dalam suatu regulasi yang ada. BNP2TKI
berperan menjalankan secara teknis regulasi yang telah dibuat oleh
kemenakertrans. Berdasarkan hal tersebut adanya gagasan asuransi syariah untuk
TKI sesuai dengan tugas teknis BNP2TKI sehingga kerjasama antar keduanya
sangat potensial untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh TKI.
3. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI)
PJTKI mempunyai peranan yang utama dalam mencetak para tenaga kerja
yang nantinya akan bekerja di luar negeri. Berawal dari perekrutan, pelatihan
sampai penempatan kerja para TKI tersebut dilakukan sepenuhnya oleh perusahan
jasa ini. Sehingga dengan adanya asuransi syariah diharapkan PJTKI dapat
menginformasiakan dan merekomendasikan pada para TKI yang berada dibawah
naungan perusahaan untuk ikut bergabung dalam asuransi syariah.
4. Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Mengingat sasaran utama asuransi syariah adalah TKI, maka sangat
diperlukannya partisipasi aktif dari para TKI baik yang masih berada dalam
naungan PJTKI maupun yang telah aktif bekerja diluar negeri. Semakin banyak
TKI yang bergabung menjadi nasabah asuransi syariah maka peranan asuransi
syariah akan mampu terimplementasi secara lebih optima

KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan

13

Asuransi syariah untuk TKI merupakan suatu upaya perlindungan serta
peningkatan kesejahteraan kehidupan TKI yang bekerja di luar negeri. Mengingat
banyaknya terjadi kasus-kasus yang menimpa TKI dan merenggut kesejahteraan
hidup mereka. Oleh karena itu asuransi syariah yang dikhususkan untuk TKI ini
berusaha memberikan solusi yang efisien yaitu dengan menggunakan sistem
takaful dengan akad mudharabah dengan unsur tabungan.
Sistem takaful itu sendiri merupakan suatu konsep yang berdasarkan asas
tolong menolong, sehingga TKI yang telah bergabung menjadi nasabah dalam
asuransi syariah ini secara langsung dapat melindungi kesejahteraan hidupnya
selama bekerja menjadi TKI. Selain itu juga dapat membantu para nasabah lain
sesama TKI lain melalui dana tabrru’ (dana kebajikan) yang telah disepakati
sebelumnya antara perusahaan asuransi syariah TKI dengan para calon nasabah.
Selain menggunakan sistem takaful asuransi syariah ini juga didukung dengan
akad mudharabah yang merupakan "suatu akad serikat dagang antara dua pihak,
pihak pertama sebagai pemodal, sedangkan pihak kedua sebagai pelaksana usaha,
dan keuntungan yang diperoleh dibagi antara mereka berdua dalam persentase
yang telah disepakati antara keduanya." (Al-Aziz oleh ar-Rafi'i 6/3, Aqdul
Mudharabah Fil Fiqhil Islamy, oleh Dr. Zaid bin Muhammad ar-Rummaani, hal.
14, dan Syarikah al-Mudharabah fil Fiqhil Islami, oleh Dr. Sa'ad bin Gharir asSilmy, 37). Sehingga dalam akad ini mengutamakan aadanya aspek bagi hasil
yang secara langsung menghindarkan unsur kecurangan atau adanya pihak-pihak
yang merasa dirugikan.
Selain menggunakan sistem takaful dengan akad mudhabarah, asuransi
syariah ini menggunakan unsur tabungan dikarenakan sistem inilah sebagai
implementasi dari akad takafuli dan mudharabah sehingga asuransi syariah dapat
terhindar dari unsur gharar (ketidak jelasan) dan maisir (perjudian).
Teknik Implementasi
Teknik implementasi yang digunakan untuk mengimplementasikan
gagasan ini adalah:
1. Adanya suatu kesinergisan antar berbagai komponen yang ikut
membangun berdirinya asuransi syariah yakni kemenakertrans, BNP2TKI, PJTKI
dan TKI selaku sasaran asuransi syariah.
2. Kemenarkertrans selaku pemegang wewenang tertinggi dalam
mengurusi sistem ketenagakerjaan dan transmigrasi di Indonesia seharusnya
membuat gran design tentang pola dan alur penerimaan asuransi TKI serta
bekerjasama dengan BNP2TKI dan PJTKI.
3. Kemenakertrans sebagai otoritas tertinggi tentang tenaga kerja dan
transmigrasi seharusnya mampu menginstruksikan kepada PJTKI yang mengirim
jasa TKI keluar negeri untuk segera bekerja sama dengan perusahaan asuransi
syariah yang berfokus pada TKI sehingga pemberian asuransi kepada TKI yang
bermasalah segera tercairkan sehingga permasalahan-permasalahan tersebut
segera terseleseikan.

14

4. BNP2TKI dan PJTKI mensosialisasikan dan membuka peluang
kerjasama seluas-luasnya demi mendukung perealisasian asuransi yang berbasis
syariah kepada seluruh TKI.
Manfaat dan Dampak Gagasan
Manfaat yang nyata dari gagasan pendirian perusahaan asuransi syariah ini
tentunya akan dirasakan oleh TKI karena sasaran utama dari gagasan ini sendiri
adalah TKI. Mengacu pada konsep asuransi syariah yang menggunakan konsep
takaful (tolong-menolong), akad mudhabarah (bagi hasil), mengggunakan unsur
tabungan yang membebaskan dari adanya gharar (ketidakjelasan) dan maisir
(perjudian), sehingga selain kesejahteraan kehidupan TKI yang terjamin selama
bekerja di luar negeri juga TKI akan terbebas dari rasa khawatir karena konsep
yang digunakan dalam asuransi syariah jelas dan transparan.
Manfaat dari gagasan ini selain dirasakan oleh TKI juga akan dirasakan
oleh pemerintah. Melalui adanya asuransi syariah yang dapat memberikan
jaminan kesejateraan kehidupan TKI sehingga dapat memperkecil dan menekan
adanya kasus-kasus yang selama ini banyak menimpa TKI. Melalui hal tersebut
secara tidak langsung manfaatnya juga akan diarasakan oleh pemerintah melalui
sumbangan devisa dari TKI yang semakin meningkat dikarenakan semakin
percayanya warga Indonesia untuk bekerja diluar negeri sebagai TKI.
Selain TKI dan pemerintah yang merasakan manfaat dari gagasan ini, juga
masih ada pihak lain yang juga merasakan manfaat yang sama yaitu perusahaan
asuransi syariah. Melalui akad mudhabarah (bagi haasil) yang digunakan dalam
asuransi syariah ini secara langsung juga dapat memberikan keuntungan yang
berupa laba yang didapatkan dari kesepakan yang telah disepakati sebelumnya.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Prediksi keberhasilan gagasan ini adalah seluruh Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia (PJTKI) memiliki kerjasama dengan peruasahaan asuransi syariah
yang khusus menangani asuransi syariah untuk TKI dengan segara kelebihan dan
keunggulan yang dimiliki oleh asuransi syariah dibandingkan asuransi
konvensional. Selain itu disetiap negara tempat para TKI bekerja minimal
memiliki satu perusahaan asuransi syariah yang bekerja sama dengan PJTKI yang
memberangkat TKI tersebut, sehingga bila terjadi klaim akan berjalan lebih
mudah dan efisien tanpa harus bersusah payah mengurusnya ke negara asal atau
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

15

Adawiah Engku Ali, Engku Rabiah. 2008. “Essential Guide To Takaful (Islamic
Insurance)”. Kuala Lumpur: CERT Publications
Astiwara, Endy M. 2001.” Perbedaan Secara Syariah Asuransi Takaful Dengan
Asuransi Konvensional”. Muamalatuna Vol. I/Edisi I/Th. I/25 Mei 2001
Budiman, Iskandar. (2004). “Dilema Buruh Di Rantau: Membongkar Sistem
Kerja TKI di Malaysia”. Yogyakarta:Ar-Ruzz
Dewi, Gemala. “Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
syariah di Indonesia”. 2004. Jakarta:Prenada Media
Herman, Darmadi. “Manajemen Asuransi”. 2000. Jakarta:Bumi Aksara
Sula, Syakir. 2004. “Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Operasional”. Jakarta:Gema Insani Press
www.indonesia.go.id Diunduh tanggal 21 Februari 2011
www.kompasiana.com Diunduh tanggal 21 Februari 2011
www.waspada.co.id Diunduh tanggal 22 Februari 2011
www.tempointeraktif.com Diunduh tanggal 23 Februari 2011
Daftar Riwayat Hidup
BIODATA PENULIS

PENULIS I
Nama

: M. Primadion Sofyan

Tempat/tanggal lahir

: Surabaya, 11 Juni 1990

Karya tulis yang pernah dihasilkan

:



Pendirian Bank Pertanian Syariah untuk Menarik Dikeluarkannya Sukuk
Bagi Pertanian Dalam Rangka Usaha Peningkatan Kesejahteraan Petani Di
Indonesia



Penggunaan Metode PHM (Prophet Halaqoh Method) Sebagai Salah Satu
Pemecahan Masalah Facebook yang Telah Menimbulkan Dampak Negatif
di Kalangan Remaja



Pendirian Sharia Holticultura Bank (SyaRaBa) dengan menggunakan
AkaSS (Akad As Salam) sebagai perwujudan pembiayaan syariah bagi
petani di Indonesia



Penggunaan Sel Surya dan Turbo Angin Sebagai Energi Alternatif
Pengganti Kereta Rel Listrik (KRL) di Indonesia



Selai Jeli Toya (Jeruk Nipis, Lidah Buaya, Tomat, dan Pepaya) sebagai
selai kosmetik yang bermanfaat bagi tubuh dan wajah

16



Optimalisasi KUD Karya Bakti as Capital Reinforcement and Developing
Cow’s Farmer (Care Decofa) sebagai upaya peningkatan produksi susu di
Desa Babadan, Kecamatan Ngancar. Kabupaten Kediri



“Linkage Programming” Sharia Bank as Financing Alternative for Small
ad Medium Micro Enterprise

Prestasi yang pernah diraih

:

 Finalis PIMNAS XXIII Universitas Mahasaraswati, Bali di Bidang PKMGT
 The Youngest Presenter International Accounting and Finance (IAFC)
2010, University islam Teknolog of Mara (UiTM) Sabah-Malaysia
PENULIS 2
Nama

: Derry Wahyu Sanjaya

Tempat/tanggal lahir

: Surabaya, 22 Desember 1990

Karya tulis yang pernah dihasilkan

:








CURCUMIC Curcuma Ice Cream sebagai Produk Olahan Alternatif
Penambah Nafsu Makan Anak (2010)
Pemanfaatan Hormon Serotonin pada Kulit Pisang sebagai sebagai
Suplemen Heat Stress pada Ternak Unggas (Ayam) (2010)
Pemanfaatan Hormon Serotonin pada Kulit Pisang sebagai sebagai
Antidepresant Alami (2010)
Healthy, Delicious, Unique, Innovative and Profitable With BAKSBANI
(Bakso Sayur Isi buah Pelangi) (2011)
BATARA KRESNA (Batik Aksara Jawa Creative And Fashionable)
Pengaplikasian Motif Aksara Jawa pada Kain Batik sebagai Upaya
Pelestarian Budaya Jawa untuk Identitas Bangsa Indonesia (2011)
DOLLAR Dodolan Ayam Laba Milyaran (2011)

Prestasi yang pernah diraih





:

Finalis PIMNAS XXIII Denpasar-Bali Juli 2010 Bidang PKMK
Finalis PIM UNAIR 2010 Bidang PKMP
PKMK Lolos didanai DIKTI 2010
PKMK Lolos didanai DIKTI 2011

PENULIS 3
Nama

: Kholiyawati

Tempat/tanggal lahir

: Lamongan, 17 Maret 1992

Karya tulis yang pernah dihasilkan

:



Pemanfaatan Media Cerita Bergambar pada Anak Berkebutuhan Khusus
(AUTIS) Usia 7-10 Tahun sebagai Sarana Pengendali Imajinasi (2010)

17




BATARA KRESNA (Batik Aksara Jawa Creative And Fashionable)
Pengaplikasian Motif Aksara Jawa pada Kain Batik sebagai Upaya
Pelestarian Budaya Jawa untuk Identitas Bangsa Indonesia (2011)
Healthy, Delicious, Unique, Innovative and Profitable With BAKSBANI
(Bakso Sayur Isi buah Pelangi) (2011)

Prestasi yang pernah dirah
 PKMM lolos didanai DIKTI 2010
 PKMK lolos didanai DIKTI 2011

: