Optimalisasi Parenting dalam Pend idikan

Optimalisasi Parenting dalam Pendidikan Anak dan Kaitannya dengan
Ketahanan Nasional

Disusun Oleh
Egi Prasetyo

11/316266/FI/03575

Matakuliah: Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Syafiq Effendi

Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan mengamati kondisi masyarakat Indonesia, dapat dilihat realitas bahwa
masih maraknya tindakan-tindakan yang berlawanan dengan norma-norma sosial,

hukum, hingga norma agama. Hal ini bukan tanpa alasan atau kebetulan semata,
melainkan adalah suatu permasalahan yang besar dan mendesak untuk menemukan
solusinya. Dalam persoalan seperti kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat telah
memberi contoh yang buruk akan sikap tidak adil dan tidak jujur orang-orang yang
mempunyai kuasa atas hak orang lain. Seringkali persoalan mental atau karakter seperti
itu menjadi persoalan yang rumit untuk diselesaikan, terlebih dalam kuantitas yang
besar dan cakupan yang luas, seperti negara.
Ketika negara sudah tidak dapat dipercaya oleh rakyatnya, sudah pantas
dipertanyakan legitimasi dan fungsi dari negara itu sendiri. Mengapa perlu ada negara,
kalau keadilan tidak ditegakkan? Mengapa perlu ada negara, kalau rakyat tidak
sejahtera? Mengapa perlu adanya negara, ketika korupsi menjadi ‘makanan’ seharihari? Meskipun legitimasi dan fungsi negara dipertanyakan oleh banyak pihak, tetapi
pada dasarnya perlu dipertegas kembali kedudukan negara sebagai institusi tertinggi
yang objektif. Maka, satuan-satuan individu dalam negara itulah yang musti
bertanggungjawab atas negaranya, karena negara ada keniscayaan akan adanya manusia
sebagai warga negara. Warga negara yang mempunyai kekuatan bersatu untuk
membangun negara.
Oleh karena itu, jika terjadi sebuah tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku, seperti norma hukum, norma sosial, norma moral, dan
norma agama, maka bukan semata-mata institusi negara yang salah. Satuan individu
yang berperan aktif dalam pembangunan negara lah yang terlebih dahulu dipertanyakan

tanggungjawabnya terhadap negaranya. Tindakan-tindakan tersebut tentu saja terjadi
dengan berbagai macam alasan dan latar belakang. Namun, pada dasarnya manusia
memiliki mental atau karakter yang tertanam dalam dirinya, sehingga akan senantiasa
mencitrakan diri melalui berbagai macam tindakan dalam kehidupannya. Karakter
pribadi seseorang akan menjadi representasi diri sebagai suatu dasar identitas diri,
2

sehingga amat penting untuk membangun karakter positif. Karakter sebagai fondasi
seseorang dalam mengaktualisasikan dalam kehidupan. Sedangkan kehidupan bangsa
tidak lepas dari pengaruh satuan-satuan individu warga negaranya. Oleh karena itu,
sangat penting memulai pembangunan bangsa dengan memperhatikan pembangunan
karakter tingkat dasar yakni pada individu dalam lingkungan keluarga. Tidak dipungkiri
bahwa mendidik seorang anak merupakan turut berperan serta dalam membangun
bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan yaitu:
1.) Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter anak atau Parenting?
2.) Apa yang dimaksud dengan konsep Ketahanan Nasional?
3.) Bagaimana hubungan antara Parenting dengan Ketahanan Nasional?

1.3 Tujuan Penulisan
Dengan merumuskan beberapa permasalahan, maka penulisan ini bertujuan untuk
1.) Mengetahui lebih dalam mengenai pendidikan karakter anak atau Parenting.
2.) Mengetahui lebih dalam mengenai konsep Ketahanan Nasional.
3.) Menganalisis hubungan antara Parenting dengan Ketahanan Nasional.

3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Parenting
Parenting adalah pekerjaan dan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak.
Menurut Chabib Toha, parenting adalah cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam
mengasuh anak, sebagai perwujudan rasa tanggungjawab kepada anak. Sedangkan, menurut
M. Shohib pola asuh adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan pada penataan
lingkungan sosial, lingkungan budaya, suasana psikologis serta perilaku yang ditampilkan
pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak. Menurut Henry Clay Lindgren
menyebutkan bahwa: “The Family, not the school, provides the first educational
experiences beginning in infancy, with the attempt to guide and direct the child to train
him. “Keluarga bukan sekolah, memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan yang

pertama mulai pada masa pertumbuhan dengan usaha-usaha untuk membimbing
danmengarahkan anak serta melatihnya.1
Dengan demikian parenting adalah bagaimana cara orang tua dalam mendidik anak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Parenting juga menyangkut perilaku seharihari orangtua yang berhubungan langsung dengan anak ataupun tidak, yang dapat ditangkap
dan dipahami oleh anak, dengan harapan bahwa apa yang diberikan kepada anak melalui
pengasuhan akan berdampak positif terutama anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan
berguna bagi agama, diri, keluarga, negara dan bangsanya.
Parenting merupakan pola asuh pendidikan karakter oleh orangtua terhadap
anaknya. Lingkungan dalam proses parenting merupakan lingkungan utama dan senantiasa
akan berpengaruh hingga usia dewasa. Sehingga dapat mempengaruhi karakter dasar
(watak) yang menonjol dari seorang anak. Peran orang tua dalam mendidik dan mengasuh
anak sangatlah penting dalam mengembangkan potensi anak. Manusia dikatakan sebagai
makhluk psycho-physics neutral, yaitu makhluk yang memiliki kemandirian (self ensteem)
jasmaniah dan rohaniah. Di dalam kemandirannya itu manusia mempunyai potensi dasar
1

http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-parenting-dalam-

pendidikan.html


4

atau kemampuan dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan itu memerlukan pendidikan dan bimbingan.2
Pada

usia

kanak-kanak,

mereka

belum

mempunyai

pemahaman

dalam


melaksanakan ajaran agama, tetapi justru di sinilah peran orang tua dalam memperkenalkan
dan membiasakan anak sebagai upaya untuk menggali potensi mereka. Potensi tersebut
khususnya potensi keagamaan. Sifat agama pada anak mengikuti pola ideas concept on
authority, artinya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor luar diri
mereka. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya lebih cerdas dalam hal mengasuh anakanaknya mengingat secara psikologi, masa kanak-kanak adalah masa-masa yang potensial
dalam perkembangannya. Oleh karena itu, orang tua mempunyai otoritas dalam
memberikan pendidikan karakter agama terhadap anaknya.3
Dalam berinteraksi dengan lingkungannya ada kecenderungan pengaruh-pengaruh
yang masuk dalam diri pribadi baik dalam hal tingkah laku, gaya bicara, maupun pola
hidup. Sehingga jika seorang anak sudah mulai berinteraksi dengan dunia luar, maka
pengawasan orang tua dalam hal ini sangat bermanfaat bagi anak di masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Manusia punya kecenderungan untuk bergaul dan bersosialisasi dengan
dunia luar. Pada masa kanak-kanak, mereka masih memerlukan bimbingan dari orang tua
agar dalam bergaul mereka tetap pada akhlak Islami. Oleh karena itu, orang tua harus
memberikan bimbingan dan teladan baik di rumah maupun di luar rumah.4
Satu hal yang penting untuk dipahami adalah tidak ada orangtua yang sempuna.
Menjadi orang tua merupakan sesuatu yang bukan bersifat semua atau tidak sama sekali.
Kesuksesan dan kesalahan-kesalahan merupakan bagian dari proses menjadi orangtua.
Menjadi orang tua yang efektif, konsisten, aktif, dan atentif merupakan hal yang dapat saja
dikatakan dambaan bagi setiap orang. Menjadi orangtua yang efektif maksudnya adalah

perkataan dan perilakunya mempengaruhi bagaimana seharusnya anak-anak bersikap dan
berlaku. Orangtua yang konsisten menunjukkan kesesuaian antara kata dan tindakan.
Orangtua yang aktif turut berpartisipasi aktif dalam kehidupan anaknya. Orangtua yang

2
3
4

Ibid, halm. 1-2
Ibid, halm. 2
Ibid, halm. 2

5

atentif senantiasa menaruh perhatian terhadap kehidupan anak dan mengamati apa yang
terjadi pada diri anak.5
Dengan melalukan responding, preventing, monitoring, mentoring. Dan modeling
dalam aktivitas-aktivitas pengasuhan sehari-hari, kita dapat menjadi orangtua yang efektif,
konsisten, aktif, dan atentif. Responding adalah menanggapi anak secara tepat. Preventing
adalah mencegah munculnya perilaku-perilaku berisiko dan bermasalah. Monitoring adalah

mengawasi interaksi anak dengan lingkungn sosialnya. Mentoring adalah membantu secara
aktif anak untuk memiliki perilaku-perilaku yang dikehendaki. Modeling adalah
menjadikan diri kita sebagai contoh yang positif dan konsisten bagi anak kita. Prinsipprinsip tersebut sangat penting dalam pendidikan atau pengasuhan anak, termasuk anakanak yang memiliki kebutuhan khusus atau kebutuhan yang berbeda-beda.6
A. Responding
Responding anak dengan cara yang tepat. Memberikan respon mencakup
dua hal. Pertama, kita harus yakin bahwa kira sedang memberikan respon
terhadap anak-anak, bukan sedang beraksi. Kedua, kita harus yakin bahwa
respon kita tepat, tidak berlebihan, tidak proporsional, sangat minimal atau
sangat terlambat. Respon dikatakan dengan tepat jika respon tersebut sesuai
dengan situasi. Usia anak dan informasi-informasi khusus dari sebuah peristiwa
adalah penting dalam memutuskan apakah respon dikatakan tepat. Sebagai
contoh, respon yang tepat untuk seorang bayi yang sedang menangis, menjadi
tidak tepat jika diberikan respon serupa dengan respon terhadap anak usia 5
tahun atau 10 tahun yang menangis.7
Respon terhadap anak dalam cara-cara yang tepat memungkinkan kita
untuk: berpikir tentang semua pilihan sebelum kita mengambil keputusan,
mempertimbangkan peristiwa sebelumnya yang serupa dan mengingatkan
kembali bagaimana kita menangani peristiwa tersebut, menjadikan orantua yang
konsisten, memberikan contoh bagaimana membuat keputusan yang bermakna
5


National Institute of Child Health and Human Development, Adventures in Parenting;
bagaimana sukses berperan sebagai orangtua yang baik. Diterjemahkan oleh Irwan
Nuryana Kurniawan (Yogyakarta: Alinea, 2004) halm. 3
6
Ibid, halm. 3-4
7
Ibid, halm. 5

6

dan membangun ikatan kepercayaan yang solid dan fleksibel antara orangtua
dan anak.8
B. Preventing
Preventing perilaku-perilaku berisiko atau perilaku-perilaku bermasalah
sebelum perilaku tersebut muncul. Prevensi bukan hanya sekedar mengatakan
‘jangan’ atau ‘berhenti’. Ada dua hal penting dalam prevensi: 1) memetakan
kemungkinan-kemungkinan permasalahan; dan 2) mengetahui bagaimana
memecahkan permasalahan tersebut.
Dalam memetakan kemungkinan-kemungkinan permasalahan


dengan

langkah-langkah seperti: melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan anakanak kita, keterlibatan orangtua secara aktif dalam kehidupan anak-anak sangat
penting, tidak peduli latar belakang kehidupan kita. Kita dapat mengetahui
bagaimana biasanya anak-anak kita berpikir, berperasaan, dan bertindak.
Pengetahuan ini akan membantu kita dalam mengenali perubahan-perubahan
yang terjadi pada anak.
Tentukan batasan-batasan yang realistik dan perkuat batasan-batasan
tersebut secara konsisten. Yakinkan bahwa kita dan anak-anak dapat melihat
batasan-batasan tersebut secara jelas. Jika anak melanggar, komunikasikan pada
anak-anak dengan cara yang sama jika itu terjadi pada situasi yang sama.
Ajari anak-anak kita dengan cara-cara yang sehat dalam mengekspresikan
emosi. Doronglah anak-anak kita untuk mengekspresikan emosinya dalam caracara yang sehat dan positif. Beri mereka contoh cara-cara yang sehat dengan
memperlihatkan bagaimana kita sendiri mengekspresikan emosi ketika kita
mengalami berbagai macam emosi.
Dalam prevensi kita juga mengetahui bagaimana memecahkan masalah.
Beberapa hal penting yang perlu kita pahami ketika mencoba memecahkan
masalah. (1) Ketahuilah bahwa anda tidak sendirian. (2) Akuilah bahwa
memang ada masalah-masalah tertentu yang tidak dapat kita tangani sendiri atau


8

Ibid, halm. 6-9

7

menuntut keahlian khusus. (3) Carilah bantuan, jika dibutuhkan dan harus tahu
kepada siapa kita dapat mencari bantuan.9
C. Monitoring
Menjadi seorang monitor berarti bahwa kita member perhatian secara penuh
terhadap anak-anak kita dan lingkungan sekitarnya, terutama anak-anak kita dan
lingkungan sekitarnya, terutama kelompok temannya dan teman sebaya serta
kebiasaan –kebiasaan mereka di sekolah.
D. Mentoring
Menjadi seorang mentor berarti bahwa kita secara aktif membantu anakanak kita belajar lebih tentang dirinya, bagaimana dunia ini bekerja, dan peran
yang dapat mereka mainkan di dunia ini. Sebagai seorang mentor, kita juga akan
mendukung apa-apa yang sedang mereka pelajari.
E. Modeling
Menjadi seorang model berarti menggunakan perkataan-perkataan dan
perbuatan-perbuatan kita yang memperlihatkan keyakinan-keyakinan, nilainnilai, dan sikap-sikap kita sebagai contoh untuk anak-anak kita dalam kehidupan
sehari-hari.
2.2 Konsep Ketahanan Nasional
Sistem kehidupan nasional adalah sistem yang mengatur dirinya sendiri sebagai
bangsa melalui pranata. Sistem kehidupan nasional sepanjang waktu selalu mengadakan
persentuhan dan interaksi dengan lingkungan. Sistem kehidupan nasional harus memiliki
kemampuan

dan

kekuatan

untuk

mempertahankan

kelangsungan

hidup

serta

mengembangkan kehidupannya. Kemampuan dan kekuatan ini merupakan esensi dari
Ketahanan Nasional. Dengan kata lain, Ketahanan Nasional pada hakikatnya adalah kondisi
sistem kehidupan nasional pada suatu waktu. Konsepsi Ketahanan Nasional adalah
konsepsi pengaturan dan penyelanggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,
serasi, dan selaras dalam kehidupan nasional, yang melingkupi seluruh aspek kehidupan

9

Ibid, halm. 11-15

8

secara utuh dan terpadu (comprehensive integral) berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan
Wawasan Nusantara. 10
2.2.1 Kedudukan dan Fungsi Konsepsi Ketahanan Nasional
a. Konsepsi Ketahanan Nasional
Konsepsi

Ketahanan

Nasional

Indonesia

adalah

konsepsi

pengembangan

kemampuan dan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelanggaraan kesejahteraan
dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara
utuh meyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara.
Konsepsi Ketahanan Nasional merupakan sarana untuk mewujudkan kondisi kemampuan
dan kekuatan nasional.11
b. Kedudukan
Konsepsi Ketahanan Nasional mempunyai kedudukan sebagai Doktrin Nasional,
yang pelaksanaannya perlu selalu didasarkan pada penalaran terhadap kondisi dan situasi
tertentu. Dengan mendudukan sebagai Doktrin Nasional, maka kehidupan bangsa dan
negara dibimbing mengikuti pola dan langkah yang jelas dalam mengelola sistem
kehidupan nasional Indonesia agar memiliki kemampuan dan kekuatan nasional yang
diperlukan. Tujuan suatu doktrin pada umumnya adalah pertama, sebagai penggerak dalam
upaya pencapaian tujuan nasional yang ditetapkan dan yang disepakati bersama. Kedua,
untuk mengamankan pelaksanaan sistem kehidupan nasional terhadap bahaya penyesatan
atau penyimpangan dari tujuan nasional yang harus dicapai.12
c. Fungsi
Fungsi Konsepsi Ketahanan Nasional, berdasarkan tuntutan penggunaannya sebagai
dasar doktrin nasional, berfungsi pula sebagai Pola Dasar Pembangunan Nasional, Metode
Pmbinaan Kehidupan, dan Sistem Kehidupan Nasional Indonesia.13
10

Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS). Ketahanan Nasional. (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), halm. 6-7
11
Lemhanas, Ibid. halm. 8
12
Ibid, halm. 8-9
13
Ibid, halm. 10

9

2.2.2 Pengertian dan Hakikat Ketahanan Nasional
a. Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan

dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik
datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung, yang
membahayakan kehidupan nasional untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai Tujuan Nasional (tunas).14
b. Hakikat Ketahanan Nasional
Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi kemampuan dan kekuatan
bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan
nasional bangsa dan negara dalam mencapai Tujuan Nasional, sedangkan hakikat Konsepsi
Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan secara seimbang, serasi, dan selaras dalam kehidupan nasional.15
2.2.3 Landasan Ketahanan Nasional Indonesia
a. Landasan Idiil Pancasila
Peranan Pancasila sebagai falsafah adalah menyadarkan Rakyat Indonesia bahwa
hakikat hidup pada dasarnya menganut alam pikiran yang mengungkapkan keterkaitan
antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan
masyarakat dan lingkunganya. Pancasila merpakan penuntun dan pengikat secara moral,
serta merupakan norma sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam kehidupan.
Pancasila sebagai ideology bangsa merupakan penggi;an hidup dan ikrar segenap bangsa
Indonesia untuk mewujudkan cita-citanya dalam negara yang merdeka, bersatu, dan

14
15

Ibid, halm. 16
Ibid, halm. 17

10

berdaulat, dalam wujud masyarakat Indonesia yang adil dan makmur baik spiritual maupun
material.16
b. Landasan Konstitusinal UUD 1945
Bangsa Indonesia mendayagunakan segenap kekayaan alam, sumber daya serta
seluruh potensi nasional yang dikelola berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, seimbang,
serasi, dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap bangsa dan
seuruh tumpah darah sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945.17
c. Landasan konseptual Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara pada hakikatnya merupakan pancaran dari falsafah Pancasila
yang ditetapkan dalam kondisi yang nyata Indonesia. Wawasan Nusantara melandasi upaya
meningkatkan Ketahanan Nasional Indonesia berdasarkan dorongan cita-cita, tujuan
aspirasi, dan kepentingan nasional.18
2.2.4 Asas-Asas Ketahanan Nasional Indonesia
Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang realtif telah tersusun
dan yang dilandasi nilai-nilai budya bangsa yang merupakan pedoman bagi pengembangan
Ketahanan Nasional Indonesia. Asas-asas Ketahanan Nasional tersebut meliputi:
a. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
b. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
c. Asas Mawas ke dalam dan ke luar
d. Asas Kekeluargaan
2.2.5 Ciri Ketahanan Nasional Indonesia
Kinerja atau daya penampilan Ketahanan Nasional Indonesia memiliki ciri sebagai
berikut:
a. Mandiri
16
17
18

Ibid, halm. 17
Ibid, halm. 18-19
Ibid, halm. 20

11

b. Dinamis
c. Berwibawa
d. Mengutamakan Konsultasi dan Kerjasama
2.2.6 Metode Astagatra
Berdasarkan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia seluruh aspek kehidupan
nasional dirinci menjadi Astagatra atau delapan aspek kehidupan nasional, yang terdiri dari
Trigatra atau tiga aspek alamiah dan Pancagatra atau aspek sosial. Metode astagatra pada
hakikatnya adalah metode analisa Ketahanan Nasional, terutama dalam memecahkan
masalah-masalah nasional.19
a. Trigatra (tiga aspek alamiah)
Trigatra atau tiga aspek alamiah adalah meliputi aspek-aspek suatu gatra
yang sudah melekat pada setiap negara. Oleh karenanya, unsure-unsurnya tidak
pernah sama untuk setiap negara. Trigatra meliputi: Geografi, Kekayaan Alam,
dan Kependudukan. Ketiga aspek alamiah tersebut mengandung unsur-unsur
yang bersifat relative tetap dan statis.
b. Pancagatra (lima aspek sosial)
Pancagatra atau lima aspek sosial adalah aspek-aspek kehidupan nasional
yang

menyangkut

kehidupan

dan

pergaulan

hidup

manusia

dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan
dan norma-norma tertentu. Pancagatra meliputi: Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial-Budaya, dan Pertahanan Keamanan. Kualitas kelima aspek sosial dalam
kehidupan nasioanl Indonesia tersebut terintegrasi serta dalam integrasinya
dengan Trigatra mencerminkan tingkat Ketahanan Nasional Indonesia.20
2.2.7 Hubungan Antar Gatra dalam Astagatra
a. Hubungan antara Trigatra dan Pancagatra

19
20

Ibid, halm. 25
Ibid, halm. 26

12

Hubungan timbal balik yang erat dalam bentuk korelasi dan
interdependensi. Hubungan antara Trigatra dan Pancagatra merupakan suatu
kesatuan yang bulat dan dinamakan Astagatra. Ketahanan Nasional pada
hakikatnya terantung kepada kemampuan bangsa dan negara dalam
memanfaatnkan dan memperdayagunakan aspek alamiah (trigatra) sebagai
dasar penyelenggaraan kehidupan nasional di bidang sosial (pancagatra).
b. Hubungan antar gatra dalam Trigatra
Hubungan antar gatra dalam trigatra adalah bersifat hubungan
timbale balik dan saling mempengaruhi. Antara gatra geografi dan gatra
kekayaan alam. Antara gatra geografi dan gatra kependudukan . Antara gatra
kependudukan dan gatra kekayaan alam.
c. Hubungan antar gatra dalam Pancagatra
Hubungan antara setiap gatra saling mempengaruhi dan timbal balik.
Hubungan antara gatra ideologa dan gatra politik, ekonomi, sosial-budaya
dan pertahanan keamanan. Begitu pula masing-masing gatra dapat saling
mempengaruhi.21
2.3 Optimalisasi Parenting dalam Pendidikan Anak sebagai Generasi Muda Bangsa
Indonesia relevansinya terhadap Ketahanan Nasional
Parenting merupakan urusan rumah tangga sebuah keluarga, yang mungkin dalam
tataran formal kehidupan bernegara tidak ada kaitan langsung, karena kehidupan bernegara
berlainan dengan kehidupan rumah tangga keluarga, kecuali terdapat persoalan keluarga
yang menuntut campurtangan negara dalam penyelesaiannya. Dalam kehidupan di suatu
negara, elemen paling kecil adalah sosietas keluarga, di samping sosietas sekolah, sosietas
kelompok agama, sosietas kelompok bermain, hingga sosietas negara.
Kehidupan seseorang individu bermula dari sosietas keluarga. Seseorang lahir di
keluarganya, dan akan memulai menghadapi kehidupan di dunia pertama-tama bersama
21

Ibid, halm. 28

13

keluarga. Hal ini menjadi titik tolak dimulainya proses pendidikan, pembentukan diri dan
pembangunan karakter individu untuk menjadi pribadi yang mempunyai identitas.
Pendidikan karakter anak melalui parenting atau pengasuhan anak yang baik akan
berdampak pada kepribadian anak yang baik pula. Seperti teori yang diungkapkan dalam
pembahasan sebelumnya mengenai parenting yakni orangtua yang efektif, konsisten, aktif,
dan atentif dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Akan menjadi lebih baik apabila hal ini
menjadi sesuatu kesadaran yang pantas dilaksanakan di setiap keluarga. Hal tersebut dapat
menjadi sebuah titik awal positif dalam membentuk pribadi-pribadi yang unggul dan
berkarakter positif.
Perlu disadari juga bahwa pembangunan suatu bangsa bermula dari membangun
sebuah keluarga. Dimulai dari sosietas terkecil hingga terbesar di sosietas bangsa dan
negara. Hal ini menjadi penting untuk memperhatikan peran serta orangtua dalam
mengasuh anak, dalam hal ini disebut parenting. Lalu apa kaitannya antara parenting
dengan ketahanan nasional.? Hal ini menjadi pertanyaan mendasar dalam makalah ini,
sebab lingkup keluarga yang sederhana dikaitkan dengan lingkup negara yang sangat luas
dan kompleks. Namun, tentu ada kaitan yang signifikan dalam pengaruh parenting terhadap
ketahanan nasional Indonesia.
Bermula dari mendidik anak, kita menjadi berperan serta dalam pembangunan
negara. Satu anak, akan menjadi satu generasi penerus bangsa yang potensial. Oleh karena
itu, pola asuh dan pendidikan karakter seorang anak oleh orangtua (parenting) akan menjadi
sangat berarti ketika diproyeksikan untuk menjadi bagian dari sejulah besar generasi muda
yang turut serta membangun bangsa Indonesia. Kita turut membangun ketahanan nasional
bangsa Indonesia. Dimulai dari sumber daya manusia yang handal, berintegritas, dan
memiliki kepribadian sesuai dengan pandangan hidup bangsa, sehingga ketahanan nasional
akan terwujud dalam upaya meraih cita-cita dan tujuan nasional.
Parenting yang optimal dan menyeluruh pada setiap keluarga akan menciptakan
sebuah keluarga-keluarga yang bahagia dan harmonis. Kemudian melahirkan generasigenerasi muda penerus bangsa yang produktif, potensial dan mempunyai karakter positif.
Persoalan yang mendasari tingkah laku seseorang apabila sudah menduduki jabatan atau
14

pekerjaan yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Dengan karakter yang kuat, maka
pribadi-pribadi yang tangguh dapat mampu menyesuaikan diri di mana pun lingkungannya.
Hal ini menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan nasional dari salah satu
gatra alamiah, yakni gatra kependudukan.
Sebuah negara yang kuat, apabila ditegakkan oleh orang-orang yang kuat.
Maksudnya adalah bahwa warga negara menjadi gatra alamiah yang mutlak ada bagi
terbentuknya negara. Hal ini menjadi dasar pentingnya memeberdayakan gatra-gatra
alamiah. Warga negara merupakan kolektifitas dari individu-individu, sehingga sudah jelas
bahwa penting adanya optimalisasi parenting dalam kehidupan keluarga yang akan
mempengaruhi kehidupan berbagsa dan bernegara. Pentingnya Parenting dalam kaitannya
dengan Ketahanan Nasional: 1) Pembentukan karakter individu bermula dari keluarga dan
akan senantiasa dalam pengaruh keluarga, dan hal ini menjadi dasar dalam pembangunan
bangsa yang mengharuskan peran serta satuan-satuan individu yang handal dan berkarakter.
2) Parenting menjadi media utama dalam pembentukan karakter agama, sosial, dan
nasional. 3) Parenting menjadi sebuah keniscayaan dalam sebuah tatanan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, upaya bersama dalam optimalisasi parenting dalam rangka
penguatan ketahanan nasional sangat penting untuk dilakukan.

BAB III
KESIMPULAN

15

Parenting merupakan sesuatu hal yang fundamental dalam membentuk anak
menjadi sebuah pribadi yang berkarakter. Dalam mengasuh anak sama pentingnya dengan
mengurus negara. Hal ini menggambarkan bahwa kehidupan suatu negara dapat
dianalogikan dengan kehidupan keluarga. Peran serta keluarga sangat vital dalam mendidik
dan mengasuh anak. Demikian halnya dengan peran serta warga negara dalam mengurus
negara. Dengan pengasuhan yang baik, sesuai dengan teori parenting seperti menjadi
orangtua yang efektif, konsisten, aktif dan atentif dengan melakukan langkah-langkah
responding, preventing, monitoring, mentoring dan modeling, merupakan representasi dari
kehidupan negara melalui kehidupan keluarga.
Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan

dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik
datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung, yang
membahayakan kehidupan nasional untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai Tujuan Nasional (tunas).
Ketahanan Nasional akan tercipta ketika roda kehidupan dalam negara telah
memahami hakikat ketahanan nasional tersebut. Hal ini melalui pendidikan, dan pendidikan
formal di sekolah dan perguruan tinggi sangat penting adanya, tetapi tidak kalah penting
juga dengan pendidikan non formal di lingkungan sosietas keluarga, yakni melalui
optimalisasi parenting, yang dapat menanamkan kesadaran akan pentingnya ketahanan
nasional dan aspek-aspek kehidupan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

16

Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS), 1997. Ketahanan Nasional. Jakarta: Balai
Pustaka
National Institute of Child Health and Human Development (NICHD), 2004. Adventures in
Parenting; Bagaimana Sukses Berperan Sebagai Orangtua yang Baik.
Diterjemahkan oleh Irwan Nuryana Kurniawan. Yogyakarta: Penerbit Alinea

Sumber dari Internet:
http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-parenting-dalampendidikan.html

diakses tanggal 8 November 2013

17