INTELLECTUAL CAPITAL PERSPEKTIF THE ROLE THEORY
DAN THE RESOURCE BASED THEORY Sigit Hermawan
sigithermawan@umsida.ac.id
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
ABSTRACT
This study is aimed to analyze the meaning of Intellectual Capital (IC) reviewed from the Role Theory and the Resources Based Theory. This is a qualitative study with interpretive paradigm. The data collection was conducted by in depth interview, Focus Group Discussion (FGD), and documentation. The data validity was tested using credibility, transferability, dependability, and confirmability test. The data analysis was conducted during the process of data collection, following some steps including data collection, data reduction, data display, and conclusion. The result of this study shows that IC plays a role in all operational activities of Pharmacy Company, improves innovation power, performance, competitiveness, and well-being. The party who plays a role in managing IC is the manager of Human Resource Development (HRD) for Human Capital (HC), the operational or production manager for Structural Capital (SC), and the marketing or sale manager for Relational Capital (RC). It is in accordance with the role theory. Meanwhile, this research is in line with the resource based theory because the company can obtain competitive advantage and superior performance by acquisition, and it can also obtain and use important strategic asset for competitive advantage and superior financial performance. The strategic assets are tangible asset and intangible asset including IC.
Keywords: Intellectual Capital, The Role Theory, The Resource Based Theory, Intangible Assets, Interpretive Qualitative.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis makna Intellectual Capital (IC) ditinjau dari the role theory dan the resources based theory. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan paradigma interpretive. Pengumpulan data dilakukan dengan in depth interview, Focus Group Discussion (FGD), dan pendokumentasian. Keabsahan data dilakukan dengan uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability . Analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data, dengan tahapan data collection, data reduction, data display, dan conclusion. Hasil penelitian menyatakan bahwa IC berperan bagi keseluruhan kegiatan operasional perusahaan farmasi, meningkatkan daya inovasi, kinerja, daya saing, dan kesejahteraan. Pihak yang berperan dalam mengelola IC adalah manajer Human Resource Development (HRD) untuk Human Capital (HC), manajer operasional atau produksi untuk Structural Capital (SC) , dan manajer pemasaran atau penjualan untuk Relational Capital (RC). Hal ini sesuai dengan the role theory. Sementara itu, penelitian ini sesuai dengan the resource based theory karena perusahaan akan memperoleh competitive advantange dan kinerja superior melalui akuisisi, perolehan, dan penggunaan aset strategis yang penting untuk competitive advantage dan kinerja keuangan yang superior. Aset strategis yang dimaksud adalah aset berwujud dan aset tak berwujud termasuk IC.
Kata kunci: Intellectual Capital, The Role Theory, The Resource Based Theory, Aktiva Tak Berwujud, Kualitatif Interpretif.
PENDAHULUAN
bagai riset. Misalnya penelitian Hermawan Peran penting Intellectual Capital (IC)
(2011a, 2011b, dan 2011c), Hermawan dan sebagai aktiva tak berwujud yang strategis
Herlina (2013), Khalique et al. (2011), bagi perusahaan telah terbukti melalui ber-
Sharabathi et al. (2010), Chen (2008), Cohen
Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... – Hermawan
dan Kaimenakis (2007), Cabrita et al. (2007), peran apa yang dimainkan oleh IC di per- Hsu (2006), Mageza (2004), Belkaoui (2003),
usahaan farmasi. Tujuan penelitian berikut- IFAC (1998), dan Stewart (1997). Peran IC
nya adalah menganalisis makna peran IC tersebut terbukti memengaruhi kinerja bis-
dalam tinjauan the resource based theory se- nis, meningkatkan nilai perusahaan, me-
hingga dapat memberikan bukti yang lebih ningkatkan efektifitas organisasi, competitive
mendalam dan operasional bahwa IC mam- advantage , dan juga menciptakan kesejah-
pu memengaruhi kinerja bisnis, meningkat- teraan bagi perusahaan.
kan daya saing, dan kesejahteraan bagi Dengan memperhatikan peran IC yang
perusahaan.
demikian besar, seharusnya perusahaan far- masi di Indonesia dapat melakukan pe-
TINJAUAN TEORETIS
ngelolaan IC dengan baik. Namun, sampai Untuk memaknai peran penting IC di- saat ini pengelolaan IC oleh perusahan
gunakan the role theory (Linton, 1936; Elder, farmasi Indonesia masih sangatlah lemah.
1975) sebagai teori dasar. Teori ini akan Terbukti hanya 17% perusahaan farmasi di
menggambarkan peran IC dan “aktor” yang Indonesia yang dapat bersaing di pasar
berperan dalam mengelola IC di perusahaan ekspor khususnya Asia Tenggara (Sam-
farmasi. Teori ini menggambarkan interaksi poerno, 2007). Hal ini diperkuat oleh pe-
sosial dalam terminologi aktor-aktor yang nelitian Hermawan, et al. (2012) yang me-
bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan nyatakan bahwa manajer perusahaan far-
oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, hara- masi belum banyak mengetahui dan me-
pan peran merupakan pemahaman bersama mahami komponen IC yang dimilikinya,
yang menuntun untuk berperilaku dalam belum mengetahui cara mengukur dan me-
kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang ngelolanya baik IC secara individual mau-
mempunyai peran di bidang tertentu harus pun IC secara integrasi. Padahal globalisasi
menunjukkan peran di bidangnya masing- industri dan harmonisasi farmasi ASEAN
masing.
telah berjalan yang akhirnya menciptakan Sementara itu, the resources based theory pasar tunggal farmasi di ASEAN. Hal ini
banyak digunakan sebagai referensi teori memberikan peta persaingan industri far-
dari pengelolaan IC (Wernerfelt, 1984; masi yang lebih kompleks dan lebih berat.
Barney, 1991). Menurut the resource based Kondisi ini harusnya memberikan kesada-
theory (RBT) bahwa perusahaan akan mem- ran bagi perusahaan farmasi di Indonesia
peroleh competitive advantange dan kinerja untuk menganalisis peran penting IC se-
superior melalui akuisisi, memperoleh, dan hingga dengan mengetahuinya akan lebih
menggunakan aset strategis yang penting memahami bagian atau komponen mana
untuk competitive advantage dan kinerja keu- yang harus dikelola dan dikembangkan.
angan yang superior (Wernerfelt, 1984; Dengan memperhatikan peran penting
Barney, 1991). Baik aktiva berwujud dan tak IC dan masih belum dikelolanya IC dengan
berwujud dirasakan sebagai aktiva strategis baik oleh perusahaan farmasi, sangat perlu
yang potensial. Menurut teori ini, bahwa kiranya untuk melakukan riset dengan
manfaat dari kedua aktiva ini merupakan rumusan masalah bagaimana makna IC
hasil yang positif antara sumber daya peru- dalam perspektif the role theory dan the
sahaan dan pengukuran kinerja. Penyertaan resource based theory di perusahaan farmasi.
aktiva tak berwujud diperoleh dari ke- Makna yang dimaksud adalah makna peran
mampuannya untuk memiliki seluruh IC . Dengan rumusan masalah yang demi-
karakteristik dari aktiva-aktiva strategis. kian, tujuan penelitian ini adalah untuk
Ketika kebanyakan aktiva tak berwujud menganalisis makna peran IC dalam tinjau-
tidak memiliki kualifikasi sebagai aktiva an the role theory sehingga dapat dirumus-
strategis, IC secara umum dipertimbangkan kan pihak yang memainkan peran IC dan
sebagai aktiva strategis yang penting.
258 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275
Dengan memiliki IC, berarti pengetahuan sangat potensial antara IC dengan firm khusus dan berharga telah dimiliki oleh
performance (Belkaoui, 2003). perusahaan. Kualifikasi IC sebagai aktiva
IC sendiri diartikan secara berbeda dan strategis terletak pada hubungan yang
beragam oleh banyak ahli. Berikut rangku- man definisi IC dari beberapa ahli:
Tabel 1 Definisi IC Menurut Para Ahli
Ahli / Penulis
Definisi IC
CIMA (2005) Perbedaan antara nilai pasar bisnis dengan aktiva berwujud (tangible assets ).
Choo dan Intellectual capital berisi modal yang berbeda yang berakar pada karya- Bontis, (2002)
wan, rutinitas organisasi, hak kekayaan intelektual, dan hubungan dengan pelanggan, suplier, distributor, dan rekan kerja.
Marr dan Kelompok aktiva pengetahuan yang dikaitkan dengan organisasi dan Schiuma (2001)
secara signifikan berkontribusi terhadap posisi kompetitif organisasi dengan menambahkan faktor-faktor kunci yang dimiliki stakeholders.
Caddy (2000) Perbedaan antara intangible assets dengan intangible liabilities. Harrison dan
Pengetahuan yang dapat dikonversi ke dalam profit.
Sullivan (2000) Sveiby (1997)
Berkaitan dengan pengalaman pengetahuan, kekuatan otak karyawan seperti halnya sumber daya pengetahuan, yang disimpan di dalam proses sistem database, budaya, dan filosofi.
Brooking (1997) Intellectual capital secara operasional sebagai bahan intelektual yang diformalkan, diperoleh, dan dikelola untuk menghasilkan aset yang bernilai tinggi.
Stewart (1997) Material intelektual–pengetahuan, informasi, hak intelektual, pengala- man yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.
Roos et al, (1997) Jumlah pengetahuan yang dimiliki oleh anggota perusahaan dan terjemahan praktisnya seperti merk dagang, paten, dan brands. Bontis (1996)
Intellectual capital sukar dipahami, tetapi sekali ditemukan dan dieksplotasi, hal itu akan menyediakan pada organisasi sebuah sumber daya baru untuk berkompetisi dan menang.
Sumber: Dirangkum dari Berbagai Referensi
Berdasarkan berbagai pengertian yang kemampuan yang dimiliki oleh karyawan dikembangkan oleh para ahli dan penulis
dalam menunjang tugasnya dan dalam tersebut sebenarnya telah mengarah pada
mencapai tujuan perusahaan Bontis (1999 komponen yang ada di IC, yakni Human
dan 2001). Sementara itu, SC diartikan se- Capital (HC), Structural Capital (SC), dan
bagai segala sesuatu yang akan ditinggal- Relational Capital (RC) (Marr, 2008; IFAC,
kan di kantor ketika karyawan pulang 1998; Bontis et al, 2000; Edvinsson and
(Bontis, 2001) atau pengetahuan yang ber- Malone, 1997; Brooking, 1997). HC diartikan
ada di dalam perusahaan (CIMA, 2005). sebagai representasi dari stock pengetahuan
Selanjutnya, RC diartikan sebagai seluruh individu yang tertanam di kapabilitas peru-
sumber daya yang terkait dengan hubungan sahaan secara kolektif untuk memberikan
eksternal perusahaan beserta pelanggan, solusi-solusi terbaik dari para karyawan.
supplier, atau partner dalam riset dan Atau bisa juga dinyatakan sebagai segala
pengembangan (CIMA, 2005).
Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... – Hermawan
Adapun berbagai komponen HC, SC, para ahli. Berikut rangkumannya: dan RC telah banyak dikembangkan oleh
Tabel 2 Komponen HC, SC, dan RC
IC Komponen Kunci / Indikator
Human Capital Kapasitas inovasi, kreativitas, ”know how” atau tahu bagaimana, penga- (HC)
laman sebelumnya, kapasitas tim kerja, fleksibilitas karyawan, toleransi atas perbedaan, motivasi, kepuasan karyawan, kapasitas pembelajaran, loyalitas, pendidikan, pelatihan formal, kapabilitas, keberlanjutan karya- wan, kualifikasi kejuruan, penilaian pekerjaan, penilaian psikometri, inovatif, memiliki kemampuan proaktif dan reaktif, kemampuan untuk berubah, pengetahuan dan ketrampilan, keterlibatan karyawan, kecer- dasan emosional, jiwa kewirusahaan, fleksibilitas, kreativitas karyawan.
Structural Rutinitas organisasi, proses manajemen, prosedur, sistem, budaya, data- Capital (SC)
base system , fleksibilitas organisasi, jasa dokumentasi, keberadaan pusat pengetahuan, penggunaan umum teknologi informasi, kapasitas pem- belajaran organisasi, budaya organisasi, hak intelektual, filosofi mana- jemen, sistem informasi, sistem jaringan kerja.
Relational Loyalitas pelanggan, goodwill, relasi supplier, hubungan dengan masya- Capital (RC)
rakat, image, kepuasan pelanggan, hubungan dengan supplier, hubungan dengan pemegang saham, kekuatan komersil, kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan, aktivitas lingkungan, merek, nama perusa- haan, channel distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak- kontrak yang menguntungkan, perjanjian waralaba, kapabilitas dasar pemasaran, intensitas pasar.
Sumber: Dirangkum dari Berbagai Referensi
Sementara itu, IC banyak digunakan penelitian ini banyak melakukan interpre- untuk keperluan pengukuran kinerja dan
tasi atas pendapat informan dan mengung- sampai tahun 2010 sudah terdapat 45 meto
kap fenomena (Strauss dan Corbin, 2003)
de pengukuran kinerja berbasis IC (Sveiby, terkait makna IC dalam perspektif the role 2010). Metode-metode tersebut kemudian
theory dan the resource based theory. Jenis dikelompokkan lagi ke dalam dua kelom-
penelitian kualitatif ini sangat tepat bila di pok, yakni metode pengukuran keuangan
kaitkan dengan pendapat Kong dan Ramia dan pengukuran non keuangan. Namun
(2010) tentang alasan penggunaan metode menurut Hermawan (2010) bahwa pengu-
kualitatif dalam penelitian IC. Alasannya kuran non keuangan mengungguli pengu-
adalah bahwa IC lebih banyak terkait de- kuran keuangan pada IC karena kemanfaa-
ngan tacit knowledge atau pengetahuan tak tan yang dirasakan oleh organisasi atau
tampak yang sering bersifat non verbal atau perusahaan di era ekonomi berbasis penge-
secara intuitif tidak dapat diverbalkan. Se- tahuan seperti saat ini.
lain itu, IC juga sangat sulit untuk dikuali- fikasikan sehingga metode kualitatif dipilih
METODE PENELITIAN
untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti- Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke
an Nelson (2007) mendukung hal tersebut dalam penelitian kualitatif (Cresswell, 2007)
bahwa dibutuhkan metode kualitatif karena dengan paradigma interpretive. Alasan me-
kebutuhan untuk menggali informasi, me- milih penelitian kualitatif interpretive karena
lakukan wawancara, dan mengidentifikasi
260 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275
dimensi yang sulit tentang aliran penge- tahuan (baik yang eksplisit maupun impli- sit) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari IC.
Penelitian ini dilakukan di industri atau perusahaan farmasi karena termasuk kelompok industri highly intensive IC. Hal ini sesuai rekomendasi Sharabati et al. (2010) dan Chen et al. (2004) yang menyatakan bahwa penelitian IC lebih baik dilakukan di perusahaan manufaktur yang padat penge- tahuan dengan tingkat penelitian yang ting- gi dan inovatif dibandingkan dengan peru- sahaan lainnya. Salah satu perusahaan ter- sebut adalah perusahaan farmasi. Hal ini juga sejalan dengan rekomendasi Daum (2005), Boekestein (2006), Bramhandkar et al. (2007), dan Kamath (2008) yang menyatakan perusahaan farmasi adalah perusahaan yang memiliki seluruh karakteristik sebagai perusahaan berbasis pengetahuan karena banyak menggunakan riset. Selain itu, peru- sahaan farmasi juga banyak melakukan inovasi, banyak menggunakan pengetahu- an, dan banyak melakukan interaksi antara manusia dan teknologi, serta bergantung pada IC sebagai sumber pembaruan.
Fokus penelitian adalah untuk meng- analisis makna IC dalam perspektif the role theory dan the resource based theory. Makna IC yang dimaksud adalah makna peran IC bila dikaitkan dengan the role theory, yakni ten- tang bagaimana peran IC di perusahaan far- masi, siapa yang memerankan, dan seperti apa peran tersebut. Sementara itu, makna IC dalam perspektif the resource based theory berkaitan dengan IC sebagai intangible assets yang juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja superior dan competitive advantage perusahaan.
Unit analisis penelitian ini adalah pen- dapat informan tentang makna peran IC terkait siapa pihak yang memainkan peran, bagaimana peran IC dimainkan, dan seperti apa peran IC tersebut di perusahaan far- masi. Informan kunci dalam penelitian ini adalah manajer perusahaan farmasi (infor- man KK, ER, DS, AP), supervisor (informan NA), mantan manajer perusahaan farmasi
(informan YAS), pengurus GP Farmasi Indonesia Jawa Timur (informan M dan AS), peneliti IC (informan WH dan ZF), dan pengamat industri farmasi (informan UA dan DH). Penentuan informan dilakukan dengan judgement dan snowball (Marshall, 1996).
Penelitian ini menggunakan in depth interview, focus group discussion (FGD) , dan pendokumentasian untuk pengumpulan da- ta (Marshall, 2006). In depth interview dilaku- kan dengan semua informan kunci baik di kantor maupun di luar kantor guna me- mudahkan wawancara. FGD dilakukan ber sama informan kunci yang telah dipilih (informan KK, ER, AP, DH, ZF). Pen- dokumentasian dilakukan dengan meng- ambil data yang relevan di Kantor Gabu- ngan Perusahaan Farmasi Indonesia Cabang Jawa Timur (GPFI Jawa Timur), dan se- jumlah literatur dari perpustakaan dan internet. Keabsahan data dilakukan dengan uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Senton, 2004). Uji credibi- lity (kredibilitas) dalam penelitian ini di- lakukan dengan menggunakan empat tri- angulasi, yakni triangulasi metode, triangu- lasi sumber data, triangulasi teori, dan triangulasi antar peneliti (Hussien, 2009; Rahardjo, 2010). Uji transferability dilakukan dengan membuat laporan penelitian secara parsimoni, terinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya karena dalam perspektif penelitian kualitatif, nilai transfer suatu pe- nelitian tergantung pada pemakai, hingga mana hasil suatu penelitian dapat diterap- kan pada situasi yang lain. Uji dependability dilakukan melalui pemeriksaan (audit) ter- hadap keseluruhan proses penelitian, yakni oleh pihak independen (Prof TS, Prof SS, Dr BP). Uji confirmability dilakukan dengan melibatkan beberapa orang yang pernah dan sedang menggeluti penelitian IC, yakni peneliti IU, SLWI, MBW, dan SH. Dengan melibatkan beberapa peneliti IC tersebut diharapkan hasil penelitian ini dapat lebih objektif sebagaimana tujuan uji confirma- bility .
Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... – Hermawan
Proses analisis data dilakukan selama dapat lebih dijamin data yang diperoleh pengumpulan data. Proses seperti ini lazim
memiliki tingkat keabsahan yang tinggi. digunakan dalam penelitian kualitatif se-
Proses data reduction dilakukan selama bagaimana rekomendasi Miles and Huber-
penelitian berlangsung. Cara yang dilaku- man (1984). Adapun tahapan analisis yang
kan dengan menyeleksi data yang terkait digunakan adalah data collection, data reduc-
dengan tema atau topik penelitian yang tion, data display, dan conclusion. Pada taha-
telah ditentukan. Apabila data tidak terkait pan data collection, semua data masuk apa
maka data direduksi atau dibuang. Data adanya sesuai dengan hasil wawancara,
dengan tema atau konsep yang sama akan FGD , dan dokumentasi. Namun dalam me-
diberi kode (proses coding). Pada proses data lakukan proses pengumpulan data, peneliti
reduction ini juga sangat dimungkinkan di- selalu mendasarkan pada panduan wawan-
ketahuinya data yang diperoleh sudah cu- cara, panduan FGD dan panduan data
kup atau belum. Apabila belum cukup, pe- dokumentasi yang dibutuhkan. Penyusu-
neliti kembali turun ke lapangan untuk nan panduan-panduan tersebut didasarkan
mencari data sampai memenuhi aspek ke- pada rumusan masalah, tujuan dan fokus
cukupan data. Disinilah peneliti berperan penelitian, teori pendukung, serta hasil riset
kembali sebagai instrumen penelitian. Hasil terdahulu. Pada proses ini, peneliti juga ber-
dari data reduction akan dibuat data display fungsi sebagai instrumen penelitian dengan
dengan menyusun rangkaian wawancara ke menekankan pada keholistikan (holistic em-
dalam matriks display hasil penelitian. Ber- phasis ), mengembangkan dasar pengetahu-
dasarkan matriks inilah peneliti dapat me- an (knowledge based expansion), kesegeraan
ngambil petikan-petikan wawancara yang memproses (processual immediacy), dan ke-
penting untuk ditampilkan ke dalam pem- sempatan untuk mengklarifikasi dan me-
bahasan hasil penelitian dan juga untuk ringkas (opportunity for clarification and sum-
menunjukkan kealamiahan penelitian kuali- maryzation ), serta dapat menyelidiki respon
tatif. Tahap terakhir dari analisis data ada- yang istimewa atau khas. Misalnya, pada
lah conclusion. Pada tahap ini peneliti me- saat melakukan wawancara, peneliti dapat
ngambil simpulan, pada awalnya sangat melihat dan memahami mimik muka,
tentatif, tidak jelas, dan diragukan. Akan gerak-gerik tubuh, dan ucapan informan
tetapi dengan bertambahnya data, simpulan tentang suatu hal termasuk penguasaan
akan lebih lengkap.
materi yang ditanyakan peneliti. Atas ber- bagai hal tersebut, peneliti dapat segera me-
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
respon dan beradaptasi dengan informan. Analisis data dilakukan dengan meng- Pada proses data collection juga dilakukan
gabungkan data-data yang diperoleh dari in keabsahan data utamanya untuk uji kredi-
depth interview, FGD , dan pendokumentasi- bilitas (credibility) dengan cara triangulasi.
an. Dengan menggunakan empat triangu- Misalnya hasil wawancara satu informan di
lasi sebagai uji kredibilitas data dan data member check ke informan yang lain.
reduction dengan menggunakan coding, serta Demikian juga dengan hasil wawancara di-
didukung oleh peneliti sebagai instrumen cross check dengan data dokumentasi, teori
penelitian, peneliti mampu menghasilkan pendukung, atau juga dengan cara meminta
tema atau konsep yang sama atas makna tanggapan dari peneliti IC ataupun juga
peran IC. Berikut disajikan data konsep atau sebaliknya. Dengan cara yang demikian
pola yang sama hasil dari proses analisis data.
262 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275
Tabel 3
Konsep atau Pola yang Sama Hasil dari Proses Coding Coding
Tema atau Konsep Tema atau Konsep Utama
A Peran Intellectual Capital di Perusahaan Farmasi
A.1 a. Peran Penting Untuk Perusahaan Farmasi Secara Keseluruhan
A.2 b. Peran dan Kontribusi Untuk Menunjang Operasional dan Inovasi
A.3 c. Peran dan Kontribusi Untuk Meningkatkan Kinerja, Daya Saing Perusahaan Farmasi, dan Kesejahteraan
Sumber: Data Display Hasil Coding dan Data Reduction Makna Peran Intellectual Capital Bagi
struktural atau organisasi, dan juga hubu-
Perusahaan Farmasi
ngan atau relasi. Aktor yang memainkan Berdasarkan hasil penelitian yang
peran tersebut juga harus memberikan menggali informasi, memahami, dan meng-
kontribusi atas peran HC, SC, dan RC, yakni analisis pendapat para informan, dapat di
manajer HRD, manajer operasional dan ketahui tentang makna peran IC bagi peru-
produksi, manajer pemasaran dan penjua- sahan farmasi. Berdasarkan proses coding
lan (lihat tabel 4). Hasil penelitian yang lain dan data reduction, pendapat para informan
tentang peran IC bagi peningkatan kinerja, tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
daya saing, dan kesejahteraan. Hal tersebut bagian, yakni 1) peran penting IC secara
sangat sesuai bila dikaitkan dengan resource keseluruhan bagi perusahaan farmasi, 2)
based theory (Wernerfelt, 1984), yakni IC se- peran dan kontribusi IC untuk menunjang
bagai sumber daya yang dapat dikembang- kegiatan operasional dan inovasi perusaha-
kan guna mendapatkan laba superior, me- an, dan 3) peran dan kontribusi IC untuk
ningkatkan kinerja, dan daya saing. Berikut meningkatkan kinerja, daya saing perusaha-
dijelaskan hasil penelitian tentang makna an farmasi, dan kesejahteraan (lihat tabel 3).
peran IC di perusahaan farmasi. Untuk dapat sampai pada simpulan peran IC bagi perusahaan farmasi tersebut,
Peran Penting IC Bagi Perusahaan Farmasi
peneliti tidak hanya mendasarkan pada
Secara Keseluruhan
analisis data dengan coding dan data reduc- Menurut para informan bahwa IC yang tion , tetapi juga dengan proses analisis
terdiri dari tiga komponen, yakni HC, SC, selama pengumpulan data dan interpretasi
dan RC sangat penting bagi perusahaan far- dikaitkan dengan teori pendukung, yakni
masi secara keseluruhan. Pertama, peran the role theory (Linton, 1936; Elder, 1975) dan
HC dan SC sangat besar karena produk obat resource based theory (Wernerfelt, 1984;
yang dihasilkan perusahaan farmasi dari Berney, 1991) (lihat tabel 3). Hal ini juga
proses yang rumit, dan paling higienis di- sebagai upaya melakukan uji credibility atau
banding dengan proses produksi industri kredibilitas data khususnya pada triangu-
lainnya (lihat tabel 4). Kedua, peran RC lasi teori. Menurut the role theory, bahwa
pada pemasaran obat ethical (lihat tabel 4). komponen-komponen tertentu diharapkan
Ketiga, peran IC untuk mengantisipasi pe- dapat memainkan peran dan berkontribusi
nyakit dan keberlangsungan (sustainability) nyata sesuai bidangnya masing-masing.
perusahaan (lihat tabel 4). Demikian pula dengan aktor yang memain-
Peran penting IC tersebut ditunjukkan kan peran tersebut. Apabila dikaitkan de-
baik secara individual yakni HC, SC, RC, ngan peran IC, diharapkan ketiga kompo-
atau juga secara utuh sebagai IC (lihat tabel nen IC, yakni HC, SC, dan RC dapat
4). Peran IC per komponan disesuaikan memainkan peran untuk pengelolaan SDM,
dengan aktivitas terkait HC, SC, dan RC
Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... – Hermawan
(lihat tabel 4). Peran IC sebagai satu kesatu- an untuk internalisasi operasional perusaha- an (lihat tabel 4). Menurut informan, kom- ponen paling penting di perusahaan farmasi adalah HC karena sangat berperan mulai dari pemilihan bahan baku sampai menjadi obat siap jadi (lihat tabel 4). Para farmasis yang ada di perusahaan farmasi sudah di- hadapkan pada banyaknya pilihan bahan baku yang akan digunakan dalam pembua- tan obat. Pada aspek ini, sering kali terjadi dilema bagi para farmasis untuk memilih bahan baku berkualitas, tetapi harganya mahal atau bahan baku kualitas rendah, tetapi harganya murah. Idealisme seorang farmasis dihadapkan pada realitas perhitu- ngan aspek ekonomi. Pada aspek ini saja, peran seorang farmasis (HC) di perusahaan farmasi sudah begitu besar terhadap kuali- tas obat yang akan dihasilkan. Pada proses berikutnya, setelah bahan baku dipilih dan proses produksi berjalan, peran farmasis (HC) juga sangat besar karena bertugas menjaga mutu obat. Semua proses harus diawasi dengan sangat ketat. Berbagai atu- ran yang rumit harus dijalankan sebagai- mana Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) sebagai sistem operasional prose- dur (SOP) proses produksi bagi perusahaan farmasi. Pada saat obat sudah jadi, peran farmasis juga sangat besar karena tidak semua obat bagus kualitasnya, bahkan harus ada pula yang di-reject. Aspek etika dan moral juga menjadi hal penting bagi seorang farmasis dalam menjalankan tugas- nya. Proses produksi obat di industri farma- si juga paling higienis dibanding dengan proses produksi pada industri lainnya, mulai dari penyimpangan bahan baku se- belum produksi sampai menjadi produk jadi (lihat tabel 3). Misalnya, kelembaban udara yang ada di gudang juga harus diatur sedemikian rupa, interaksi manusia dengan senyawa kimia aktif juga menjadi perhatian khusus, inilah bukti bahwa peran HC dan SC dalam industri farmasi sangatlah besar. Begitu besarnya peran HC sudah selayak- nya HC dalam bentuk human resource
menjadi aset penting bagi perusahaan far- masi (lihat tabel 4).
Peran pentingnya IC bagi perusahaan farmasi juga terkait dengan produk yang di- hasilkan adalah bahan yang masuk ke- tubuh manusia dengan tujuan untuk me- nyembuhkan penyakit, bukan untuk mem- buat sakit. Dengan demikian, proses pro- duksi yang dilakukan harus dengan sangat hati-hati mulai dari penerimaan bahan baku sampai menjadi obat jadi. Bahkan tidak hanya mengatur proses produksi melalui Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) saja, tetapi juga proses distribusinya diatur melalui Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB). Pada aspek ini, peran HC dan SC lebih banyak berperan bagi perusahaan farmasi. Untuk memastikan bahwa produk farmasi adalah produk paling higienis dan paling rumit proses produksinya, peneliti melakukan triangulasi metode dengan membandingkan antara hasil wawancara dari informan YAS dengan data dokumen- tasi, yakni tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (BPOM RI, 2006) (lihat tabel 4). Hasilnya memang produk farmasi dihasil- kan dari proses yang rumit, bertahap, dan paling higienis dibanding dengan produk yang lain.
Peran lain juga ditunjukkan oleh RC karena obat yang ada di industri farmasi ini dapat digolongan menjadi dua obat, yakni obat OTC (Over the Counter) dan ethical. Pemasaran obat ethical inilah yang mem- bedakan dengan pemasaran industri lain- nya. Prinsip-prinsip etis harus menjadi pija- kan dalam melakukan pemasaran obat ethical ini. Ada kode etik pemasaran farmasi Indonesia yang harus menjadi pedoman dan pijakan dalam melakukan aktivitas pro- mosi, misalnya larangan menyebutkan bah- wa obat itu “terbaik, tercepat, terkuat/ termanjur, teraman”. Hal inilah yang mem- bedakan dengan pemasaran pada produk industri lainnya. Dengan demikian, peran RC pada industri farmasi yakni terkait dengan dua model pemasaran obat yang harus dilakukan secara langsung untuk obat OTC , dan tidak langsung untuk obat ethical
264 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275
(lihat tabel 4). Untuk dapat memastikan tentang kode etik pemasaran, peneliti me- lakukan triangulasi metode dengan mem- bandingkan hasil wawancara dengan data dokumentasi tentang kode etik pemasaran (ISFI, 2009). Hasilnya memang ada kaidah- kaidah dan aturan tentang cara melakukan promosi bagi obat atau produk farmasi.
Peran IC bagi perusahaan farmasi se- cara keseluruhan juga terkait dengan per- kembangan penyakit yang harus dianti- sipasi, dan juga untuk keberlangsungan hidup (sustainability) perusahaan (lihat tabel 4). Antisipasi perkembangan penyakit perlu dilakukan oleh perusahaan farmasi. Anti- sipasi penyakit ini tidak hanya penyakit yang berkembang, tetapi juga proteksi atas berbagai penyakit yang akan menyerang tubuh. Hal inilah yang sekarang banyak dilakukan oleh perusahaan farmasi dengan memproduksi bahan makanan atau minu- man kesehatan atau health care. Di sinilah peran IC untuk dapat melakukannya. De- ngan mengombinasikan HC, SC, dan RC, upaya tersebut dapat dilakukan. Berbagai peluang yang ada di masyarakat ditangkap oleh RC, kemudian diproses oleh HC dan SC menjadi obat atau produk kesehatan
baru yang nantinya akan menjadi produk andalan bagi perusahaan farmasi. Apabila hal tersebut dapat dilakukan, keberlangsu- ngan (sustainability) perusahaan farmasi akan dapat terjaga.
Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan hasil penelitian sebelumnya, bahwa penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Khalique et al. (2011), yang menjelaskan bahwa peran IC adalah sebagai aset stra- tegis utama bagi organisasi di dalam ekono- mi berbasis pengetahuan seperti saat ini (lihat tabel 4). Penelitian ini juga sesuai dan mampu menjelaskan hasil penelitian Shara- bati et al. (2010), yang dilakukan di perusa- haan farmasi di Jordania (lihat tabel 4). Hasil penelitian tersebut menyatakan bah- wa untuk mendapatkan hasil maksimal dari konsep IC, perusahaan farmasi harus mem- beri perhatian lebih pada IC baik secara individual HC, SC, RC atau juga IC secara utuh (lihat tabel 4). Artinya, memang peru- sahaan farmasi harus dapat memainkan peran IC untuk tiap-tiap individu karya- wan, kelompok karyawan, atau yang ada di tiap-tiap departemen, dan seluruh perusa- haan.
Tabel 4 Hasil Penelitian dan Uji Credibility (Triangulasi Metode dan Triangulasi Teori-Riset Pendukung)
Makna Peran IC
Operasionalisasi Peran
Uji Credibility
Aktor atau pihak yang memainkan peran IC
- Manajer SDM atau human resource
development (HRD) untuk penge- lolaan
HC - Manajer operasional dan produksi untuk pengelolaan SC - Manajer pemasaran dan penjualan untuk pengelolaan RC - Komponen paling penting dan berperan adalah HC serta merupa- kan aset bagi
perusahaan farmasi
- The
role theory (Linton, 1936; Elder, 1975).
- The Resource based
theory
(Wernerfelt, 1984; Berney, 1991)
Cara memainkan peran IC
- IC dapat berperan per komponen (HC, SC, RC ) atau juga IC sebagai kesatuan
yang utuh. - Peran IC per komponen disesuai- kan dengan aktivitas terkait HC, SC, dan RC.
Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... – Hermawan
- Peran IC sebagai satu kesatuan untuk internalisasi operasional perusahaan. - IC sebagai satu kesatuan berperan untuk peningkatan kinerja, daya saing, dan kesejahteraan
Peran Penting IC - Peran HC dan SC untuk produksi obat - Cross check antara in Bagi Perusahaan
depth interview YAS Farmasi
dari proses yang rumit dan paling
dan UA dengan Keseluruhan
Secara
higienis dibanding proses produksi
industri lainnya.
dokumentasi (CPOB,
- Peran RC pada pemasaran obat ethical.
CDOB, kode etik - Peran IC untuk mengantisipasi penyakit pemasaran farmasi)
dan
keberlangsungan (sustainability) - Khalique et al. (2011) perusahaan.
- Sharabati et al. (2010)
Sumber: Data Display dan Data Reduction Peran Penting dan Kontribusi IC untuk
oleh informan M, bahwa pada setiap tahun-
Menunjang Kegiatan Operasional dan
nya bagian marketing membuat forecast yang
Inovasi Perusahaan
kemudian akan dibuat perhitungannya oleh Menurut para informan bahwa IC sa-
PPIC , dan akan dikerjakan produksinya ngat berperan dan berkontribusi untuk me-
oleh departemen produksi (lihat tabel 5). nunjang kegiatan operasional dan inovasi
Informan ER sebagai manajer PPIC mem- perusahaan. Kegiatan operasional yang di
benarkan tentang interkoneksi antara marke- maksud adalah aktivitas harian yang ada di
ting , produksi, dan PPIC. Demikian juga perusahaan farmasi. IC sebagai satu kesatu-
dengan informan DS sebagai manajer pro- an saling mendukung hal tersebut. HC akan
duksi juga memberikan pendapat yang mendukung aktivitas SC dan RC, dan demi-
sama. Kegiatan produksi tidak akan bisa kian pula sebaliknya (lihat tabel 4). Hal
berjalan dengan baik bila tidak didukung tersebut dinyatakan informan KK, bahwa IC
sistem prosedur, teknologi informasi, mesin berperan untuk menunjang operasional per-
mesin, peralatan (SC), dan yang terpenting usahaan. Antara HC dalam bentuk human
adalah support ketersediaan sumber daya resource dengan RC dalam bentuk marketing,
manusia (HC). Berdasarkan hasil in depth dan SC dalam bentuk produksi saling ter-
interview dengan informan KK, M, ER, dan kait dan berhubungan erat. Berikut per-
DS berikutnya peneliti melakukan member nyataan informan KK:
check kepada informan AP yang menyata-
“Tentunya tetap berhubungan erat
kan hal yang sama, yakni HC menyediakan
karena keberlangsungan human resour-
farmasis yang dapat memenuhi ketentuan
ce (human capital) sendiri tergantung
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
dari bagian marketing. Karena marke-
dan sistem prosedur lainnya (SC) serta juga
ting yang menyiapkan jumlah pro-
medical representative yang mampu melaku-
duksi yang harus disiapkan berapa, dia yang jual produk, dia yang tentu-
kan aktivitas RC baik strategic maupun
kan produk apa yang harus di develop,
operasional (lihat tabel 5). Artinya, memang
mengembangkan produk apa, kapa-
peran IC dalam menunjang kegiatan ope-
sitasnya bagaimana? Pasti ada keter-
rasional perusahaan farmasi diwujudkan
kaitan, tidak bisa terpisah” (Petikan
dalam bentuk interkoneksi antar depar-
wawancara dengan KK, 08-03-2012 ).
temen (lihat tabel 5).
Keterkaitan atau interkoneksi antara Peran dan kontribusi IC tidak hanya marketing dan produksi juga dinyatakan
untuk kegiatan operasional perusahaan,
266 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275
tetapi juga untuk inovasi dan pengemba- ngan produk dengan cara selalu me- ngembangkan ketiga komponen IC tersebut (lihat tabel 5). Hal tersebut dimaksudkan agar perusahaan farmasi dapat selalu meng- antisipasi dan memenuhi keinginan pasar. Inovasi dan pengembangan produk dapat dilakukan oleh RC, HC ataupun juga SC. Artinya, IC memang dapat dijadikan se- bagai sumber inovasi bagi perusahaan far- masi. RC menangkap peluang inovasi dari para pelanggan atau customer, HC mem- berikan ide inovasi dari para karyawan perusahaan, dan SC memberikan ide ino- vasi dari tuntutan SOP yang mengharuskan perusahaan farmasi berubah melakukan perbaikan dan inovasi (lihat tabel 5).
Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan hasil penelitian sebelumnya, bahwa penelitian ini mendukung dan mampu menjelaskan salah satu hasil penelitian Hsu (2006), yakni HC berpengaruh secara tidak langsung terhadap efektivitas organisasi melalui SC. Artinya, bahwa HC (farmasis atau apoteker) dapat menjalankan CPOB yang merupakan SOP proses produksi obat sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan mutu obat terjamin. Namun, hasil penelitian ini ber- beda dengan salah satu hasil penelitian Ghosh dan Mondal (2009), yang menyata- kan bahwa IC tidak berpengaruh pada produktivitas perusahaan farmasi dan soft- ware di India. Artinya, IC tidak berperan dan tidak berkontribusi pada produktivitas.
Penelitian ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian Shih et al. (2010), yakni bahwa HC berpengaruh positif terhadap SC. Artinya, dalam peneliti- an ini HC sangat penting dan berkontribusi pada kegiatan SC dengan menyediakan SDM berkualitas, yakni farmasis atau apo- teker yang diberdayakan oleh perusahaan farmasi untuk melakukan riset, mem- produksi, dan menjaga mutu obat dengan melaksanakan apa yang ada di CPOB. Peran lain HC untuk SC adalah membuat sistem prosedur, tata aturan kerja, menciptakan
budaya profesional dan inovatif yang mem- buat HC mampu membuat layanan dan produk-produk baru bagi perusahaan far- masi. Tentang berperannya HC untuk kegia- tan SC ini didukung pula oleh penelitian Cabrita dan Bontis (2008), Hsu (2006), Moon dan Kym (2006), Chen et al. (2004), dan Bontis et al. (2000) (lihat tabel 5).
Contoh lain tentang peran HC bagi kegiatan RC adalah dengan menyediakan medical representative (med rep) yang secara khusus digunakan untuk memasarkan pro- duk obat ethical kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Peran lain HC tentunya terkait penyediaan tenaga-tenaga marketing, untuk mempromosikan, pencitraan, dan kegiatan-kegiatan CSR yang mampu mem- perkenalkan produk-produk farmasi. Peran
HC ini juga secara berkesinambungan dapat menciptakan brand image dan brand product bagi perusahaan farmasi. Hasil penelitian ini memang sesuai dengan penelitian Chen et al. (2004), Bontis et al. (2000), Shih et al. (2010), Cabrita dan Bontis (2008), Moon dan Kym (2006) (lihat tabel 5). Hasil-hasil pe- nelitian tersebut menyatakan bahwa HC berpengaruh terhadap RC.
Penelitian ini juga mendukung dan mampu menjelaskan hasil penelitian lain, seperti penelitian Cabrita dan Bontis (2008), Cabrita et al. (2007), Bontis dan Fitz-Enz (2002), yakni SC berpengaruh terhadap RC. Artinya, bahwa sistem prosedur, mekanis- me kerja, struktur organisasi, proses organi- sasi, dan budaya organisasi yang ada di perusahaan farmasi mampu berperan dan mendukung kegiatan RC, seperti promosi ke dokter, pelayanan pada pasien, kepuasan pengguna obat, layanan kepada tenaga kesehatan, dan kegiatan CSR perusahaan farmasi. Pada tataran operasional, memang perusahaan farmasi telah menyusun strategi dengan membuat dua struktur penting yakni bagian marketing strategic dan bagian marketing operational . Dua bagian ini menjadi ujung tombak keberhasilan RC yang dilakukan oleh perusahaan farmasi.
Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... – Hermawan
Tabel 5
Hasil Penelitian dan Uji Kredibilitas (Triangulasi Sumber dan Riset Pendukung) Peran IC
Operasionalisasi
Uji Credibility
Peran Penting dan - Interkoneksi antara HC, SC, dan RC. - Member check infor-
man M, KK, ER, Menunjang Kegiatan
Kontribusi IC Untuk - HC akan mendukung aktivitas SC dan
AP, dan DS Operasional
RC , dan demikian pula sebaliknya
- HC menyediakan farmasis yang dapat - Cabrita dan Bontis memenuhi ketentuan CPOB (SC) dan
(2008) juga medical representative yang mampu - Cabrita et al. (2007) melakukan aktivitas RC baik strategic - Bontis dan Fitz-Enz maupun operasional.
(2002) Peran dan kontribusi - IC dapat menjadi sebagai sumber ino- - Cabrita dan Bontis IC untuk inovasi
(2008) perusahaan
vasi bagi perusahaan farmasi.
- RC menangkap peluang inovasi dari - Hsu (2006) para pelanggan atau pasar, HC mem- - Moon dan Kym
berikan ide inovasi dari para karya-
(2006) wan perusahaan, dan SC memberikan - Chen et al. (2004) ide inovasi dari tuntutan CPOB yang - Bontis et al. (2000) mengharuskan perusahaan farmasi selalu melakukan perbaikan dan inovasi.
Sumber: Data Display dan Data Reduction Peran Penting dan Kontribusi IC untuk
Peran IC untuk meningkatkan kinerja,
Meningkatkan Kinerja, Daya Saing
daya saing, dan kesejahteraan disampaikan
Perusahaan Farmasi, dan Kesejahteraan
oleh informan WH, yakni: Menurut pendapat informan bahwa IC
“Jadi IC itu penting dan berperan
sangat berperan dan berkontribusi pada
untuk ke operasional, kinerja, dan
peningkatan kinerja, daya saing perusahaan
daya saing. Yang namanya IC itu
farmasi, dan kesejahteraan. Untuk dapat
terbentuknya
memang digunakan
sampai pada kinerja, daya saing, dan ke-
untuk memperkuat operasional dulu
sejahteraan, haruslah diawali dari karyawan pak Sigit. Jadi kalau operasional itu
sudah kuat baru nanti dapat diguna-
(HC) yang kreatif dan inovatif, termasuk
kan untuk meningkatkan kinerja atau
yang ada di bagian marketing. HC yang ada
juga untuk meningkatkan daya saing.
di bagian marketing harus terus me-
Dan pada akhirnya akan meningkat-
ningkatkan knowledge yang dimilikinya agar
kan kesejahteraan semua komponen
dapat melayani customer, dan juga dapat
perusahaan
termasuk karyawan”
memenuhi keinginan konsumen. Berbagai
(Petikan wawancara dengan WH, 20-04-
bentuk keluhan dari pelanggan akan di-
sampaikan ke manajemen perusahaan. Berikutnya, perusahaan menyiapkan SDM
Berdasarkan pernyataan informan WH untuk melakukan inovasi sehingga dapat
tersebut dapat dijelaskan tentang bagai- memenuhi keinginan market. Apabila sudah
mana peran IC bagi perusahaan farmasi, demikian, perusahaan akan dapat me-
yakni pertama untuk kegiatan operasional, ningkatkan sales yang berarti kinerja me-
kemudian untuk inovasi. Apabila kegiatan ningkat dan daya saing semakin menguat.
operasional dan inovasi sudah dapat di- Akhirnya, kesejahteraan perusahaan dan
lakukan oleh perusahaan farmasi, IC akan pemilik akan juga meningkat.
dapat digunakan untuk meningkatkan ki-
268 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 256 - 275
nerja, daya saing, dan akhirnya dapat me- untuk produk-produk health care melalui ningkatkan kesejahteraan perusahaan dan
departemen research and development (RND) karyawan (lihat tabel 6). Pendapat yang
atau memanfaatkan produk paten yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh
sudah off paten. Hal ini merupakan cara informan ZF sebagai peneliti IC. Pernyataan
perusahaan farmasi memiliki keunggulan informan WH tersebut sekaligus sebagai
untuk produknya.
upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam Apabila dicermati pernyataan para melakukan uji credibility khususnya pada
informan baik hasil dari in depth interview triangulasi antar peneliti (lihat tabel 6).
ataupun FGD bahwa peran dan kontribusi Menurut para informan, perusahaan
IC terhadap kinerja, daya saing, dan ke- farmasi akan lebih mudah mencapai kinerja,
sejahteraan dapat tercapai apabila perusa- daya saing, dan kesejahteraan apabila telah
haan farmasi telah memiliki brand image memiliki produk branded, produk paten
atau branded product yang sudah dikenal atau produk leader, dan juga brand image
luas oleh masyarakat. Baik brand image yang dimiliki perusahaan (lihat tabel 6).
perusahaan dan brand product farmasi, ke- Produk-produk ini memang memudahkan
duanya akan sangat membantu untuk dalam hal promosi dan juga meyakinkan
mengangkat kinerja perusahaan. Apabila dokter (untuk produk ethical), apalagi kalau
perusahaan telah memiliki brand product dari perusahaan farmasi besar, para dokter
berupa obat yang mudah dan selalu diingat akan lebih apresiatif. Dengan mudahnya
oleh masyarakat, hal ini memudahkan pen- untuk melakukan promosi dan lebih me-
jualan obat yang bersangkutan. Dampaknya yakinkan pembeli pertama, yakni dokter
dapat dipastikan bahwa sales perusahaan maka kinerja dan daya saing (competitive
farmasi yang bersangkutan akan selalu me- advantage ) perusahaan akan lebih mudah
ningkat. Demikian juga sebaliknya, apabila untuk diraih. Pada akhirnya kesejahteraan
perusahaan farmasi sudah memiliki brand perusahaan, pemilik perusahaan, dan
image bagus sebagai perusahaan farmasi karyawan akan meningkat. Terkait produk
terpercaya, hal ini akan dapat mengangkat branded ini, informan DH menjelaskan hal
produk obat yang sebenarnya kualitasnya tersebut.
biasa-biasa saja.
“Itu biasanya disebut dengan produk
Dengan demikian, apabila dikaitkan
yang orisinal ya. Produk-produk itu
dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa
biasanya disebut dengan produk
penelitian ini mendukung dan mampu
leader di market itu ya pak. Dan itu
menjelaskan hasil penelitian lain, seperti
memang lebih enak ya dalam promosi
hasil penelitian Sharabati et al. (2010), Ghosh
apalagi kalau perusahaan besar kan lebih meyakinkan. Dokterpun biasa-
dan Mondal (2009), Bramhandkar et al.
nya lebih apresiatif kalau perusahaan
(2007), Chen et al. (2004), Cabrita dan Bontis
besar” (Petikan wawancara dengan DH,
(2007), Bontis et al. (2000), Chen (2008), 14-04-2012 ).
Stewart (1997), dan Mageza (2004) (lihat tabel 5). Artinya, bahwa farmasis yang
Dengan memiliki produk leader atau berkualitas, unggul, mampu menjaga mutu brand product tentunya akan memengaruhi
obat, dan mampu melaksanakan CPOB kinerja khususnya kinerja keuangan. Hal
dengan baik, dapat dipastikan akan meng- tersebut dinyatakan juga oleh informan NA
hasilkan mutu obat yang diminati oleh (lihat tabel 6). Pendapat informan DH dan
konsumen (lihat tabel 6). Apalagi bila hal NA dijadikan bahan untuk kegiatan FGD,
tersebut ditunjang oleh strategi marketing, hasilnya juga menyatakan hal yang sama
tim sales yang bagus, dan kerja sama yang bahwa perusahaan farmasi harus memiliki
baik dengan berbagai pihak, tentunya hal leader product dengan cara berinovasi sendiri
ini secara bertahap akan menjadikan pro- duk farmasi menjadi obat branded dan
Makna Intellectual Capital Perspektif The Role Theory... – Hermawan
menjadikan perusahaan farmasi dikenal, inovasi, kinerja, daya saing, dan kesejah- serta mendapat brand image yang bagus
teraan. Apabila dikaitkan dengan aktor (lihat tabel 6). Dengan memiliki obat branded
yang berperan, minimum ada tiga manajer dan brand image yang bagus untuk perusa-
yang paling berperan dan berkontribusi atas haan farmasi, maka dapat dipastikan hal ini
pengelolaan IC di perusahaan farmasi, yak- akan mampu meningkatkan kinerja, daya
ni manajer SDM (HC), manajer produksi saing perusahaan farmasi, dan pada akhir-
(SC), dan manajer pemasaran (RC). Peran nya akan menciptakan kesejahteraan bagi