PERANAN GURU DALAM MEMBIASAKAN PERILAKU MORAL PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK DARUSSALAM Zariah, Muhamad Ali, Halida

PERANAN GURU DALAM MEMBIASAKAN PERILAKU MORAL
PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK DARUSSALAM

Zariah, Muhamad Ali, Halida
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
FKIP Untan Pontianak
Email: zariahriah@co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan guru dalam
membiasakan perilaku moral pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam
Pontianak Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitiannya adalah kepala TK,
guru kelompok B dan anak usia 5-6 tahun. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik observasi dengan alat lembar observasi, teknik
wawancara dengan alat lembar wawancara, dan teknik dokumenter dengan alat
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan: (1) Peranan guru sebagai fasilitator
dalam membiasakan perilaku moral pada anak dengan mempersiapkan media dan
peralatan lainnya sebelum anak masuk kelas dan sebelum masuk pada kegiatan
inti. (2) Peranan guru sebagai model dalam membiasakan perilaku moral pada
anak dengan memberi contoh atau tauladan yang baik kepada anak. (3) Peranan
guru sebagai motivator dalam membiasakan perilaku moral pada anak dengan

memberikan dorongan atau motivasi kepada anak baik memberikan pujian
terhadap perilaku yang mereka tunjukkan.
Kata Kunci: Peranan Guru, Perilaku Moral, Anak Usia Dini
Abstract: This study aims to describe the role of teachers in the habit of moral
behavior in children aged 5-6 years in kindergarten Darussalam East Pontianak.
The method used in this research is descriptive method with qualitative approach.
Subject of research is the head of kindergarten, teacher groups B and children
aged 5-6 years. The technique used in this study was the observation techniques
by means of observation sheet, interview techniques by means of the
questionnaires, and documentary techniques with documentation tools. The results
showed: (1) The role of the teacher as a facilitator in the habit of moral behavior
in children with preparing media and other equipment before the children enter
the classroom and before going on core activities. (2) The role of the teacher as a
model to familiarize moral behavior in children by example or a good role model
to children. (3) The role of the teacher as a motivator in the habit of moral
behavior in children by providing encouragement or motivation to the child either
give praise to the behavior they show.
Keywords: Role Of Teaceher, Moral Behavior, Early Childhoo

1


s

yamsu Yusup (2007: 132) menyatakan “Istilah moral berasal dari kata latin
“mos (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau
tatacara kehidupan”. Sedangkan Dewey (dalam Siti Aisyah, 2009: 8.7)
mengatakan “Moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial”.
Moral merupakan landasan utama dalam kehidupan bermasyarakat. Mengingat
moral merupakan faktor penting dalam kehidupan, maka sejak usia dini anak
harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi perkembangan
moralnya. Hurlock (1978: 74) yang menyatakan bahwa “Perilaku moral berarti
perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial”. Kode moral kelompok
sosial yang dimaksudkan misalnya mengucapkan salam ketika bertamu,
mengucapkan kata-kata yang sopan, menghormati orang yang lebih tua, jujur, dan
saling tolong menolong antar sesama. sedangkan perilaku yang tidak sesuai
dengan kode moral kelompok sosial misalnya mengucapkan kata-kata kasar,
berbohong, dan tidak mau menolong. Perkembangan nilai agama dan moral anak
usia 5-6 tahun berdasarkan Permen Diknas No.58 Tahun 2009 antara lain:
mengenal agama yang dianut, membiasakan diri beribadah, memahami perilaku
mulia (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb), membedakan perilaku baik dan

buruk, mengenal ritual dan hari besar agama, menghormati agama orang lain.
Untuk itu pembiasaan dan pendidikan yang baik sejak dini diperlukan dalam
rangka mendidik anak, baik dari segi keimanan maupun keilmuan. Perilaku moral
pada anak dapat dibiasakan melalui lingkungan yang paling dekat dengan anak
yaitu keluarga, namun selain lingkungan keluarga anak juga akan berkembang di
lingkungan lembaga pendidikan prasekolah dan masyarakat. Selain orang tua,
guru juga ikut berperan dalam membiasakan perilaku moral anak, karena guru
adalah orang yang dekat dengan anak.
Peran pendidik adalah sebagai fasilitator, sebagai fasilitator tugasnya
memberikan kemudahan pada anak dalam belajar sehingga apa yang dibutuhkan
anak terpenuhi, anak dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, artinya
apa yang disampaikan guru kepada anak tidak menoton atau membosankan, penuh
semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat. Selain sebagai
fasilitator guru juga berperan sebagai motivator, dengan motivasi semangat anak
dalam belajar akan lebih baik, mereka lebih bersungguh-sungguh dalam
mengikuti kegiatan, karena motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajar (Mulyasa, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) yang peneliti lakukan selama
empat bulan, yaitu pada tanggal 15 September 2015 sampai tanggal 15 Desember
2015 di TK Darussalam Pontianak Timur bahwa guru masih belum berperan

dalam membiasakan perilaku moral anak khususnya dikelompok B. Dari hasil
observasi diketahui 44% dari 9 anak tidak mau menolong kesulitan teman, guru
hanya menegur anak tersebut dari kejauhan kadang guru membiarkannya saja
tanpa ada melakukan tindakan kepada anak tersebut, 44%, dari 9 anak sopan
santunya belum berkembang dengan baik seperti anak belum terbiasa berbicara
sopan dengan teman, belum terbiasa menerima sesuatu dengan tangan kanan,
masuk kelas tanpa mengucapkan salam dan mencium tangan guru, tindakan yang
dilakukan oleh guru hanya membiarkan anak tersebut masuk, dan 22% dari 9 anak
belum terbiasa berkata jujur yang dilakukan guru hanya memberi nasehat.

2

Sedangkan 44% dari 9 anak mau menolong teman dalam merapikan mainannya,
44% dari 9 anak menghormati guru yang sedang mengajar, 66% dari 9 anak jujur
ketika disuruh mencuci tangan. Dalam proses mengajar guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah, guru jarang memberi pujian positif terhadap hasil
karya anak. Sebenarnya apa yang dilakukan guru tersebut bukanlah hal yang tepat,
karena hal tersebut akan membuat perilaku moral anak kurang baik.
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih mendalam mengenai “Peranan Guru dalam Membiasakan

Perilaku Moral pada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Darussalam Pontianak Timur”.
Pertanyaan umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peranan guru
dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan pembelajaran pada anak usia
5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur?”. Adapun pertanyaan khusus
dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Bagaimanakah peranan guru sebagai
fasilitator dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan pembelajaran pada
anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur? b) Bagaimanakah
peranan guru sebagai model dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan
pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur? c)
Bagaimanakah peranan guru sebagai motivator dalam membiasakan perilaku
moral melalui kegiatan pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun di Taman KanakKanak Darussalam Pontianak Timur?.
Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu bertujuan untuk mengetahui
peranan guru dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan pembelajaran
pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur. Tujuan khusus
dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan: a) peranan guru
sebagai fasilitator dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan
pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur. b)
peranan guru sebagai model dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan
pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur. c)
peranan guru sebagai motivator dalam membiasakan perilaku moral melalui

kegiatan pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak
Timur.
Manfaat yang diharapakan melalui tujuan penelitian ini adalah a) bagi
peneliti diharapkan dapat melatih menambah wawasan peneliti dalam menjalani
peranan sebagai guru Pendidikan Anak Usia Dini seutuhnya. b) bagi guru TK
diharapkan dapat meningkatkan peranan guru baik sebagai fasilitator, model dan
motivator dalam membiasakan perilaku moral pada anak usia dini. c) bagi anak
diharapkan dapat membiasakan diri untuk berperilaku yang mencerminkan nilai
moral seperti sopan, jujur, dan penolong.
Untuk menghindari kesalahan penafsiran dari pembaca terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka dijelaskan defenisi operasional tentang
peranan guru dalam membiasakan perilaku moral yang akan diteliti: a. Peranan
guru sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada anak dalam proses
pembelajaran, menggunakan beberapa macam metode pembelajaran, bermanfaat
untuk memperjelas materi yang disampaikan guru, dan guru harus memperhatikan
kesesuaian antara media yang digunakan dengan tema yang akan disampaikan
agar pesan moral yang ingin disampaikan kepada anak tersampaikan, peranan

3


guru sebagai model, yaitu seorang guru memberikan contoh atau teladan yang
baik bagi anak, seperti tingkah laku dan cara bicara guru karena banyak sedikitnya
perilaku yang ditunjukkan kepada anak akan ditirukan anak, peranan guru sebagai
motivator, yaitu seorang guru memberikan semangat kepada anak seperti
memberikan pujian terhadap perilaku baik anak, memberi nasehat kepada anak
yang menunjukkan perilaku yang tidak baik, menciptakan kerja sama, dan
memberikan penilaian yang positif terhadap karyanya. b. Membiasakan perilaku
moral dalam penelitian ini adalah membiasakan anak berperilaku sopan seperti
mengucapkan salam, bersalaman, berbicara dengan sopan, membiasakan anak
berperilaku saling tolong menolong, dan membiasakan anak untuk jujur.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
Melalui metode deskriptif dapat menggambarkan secara keseluruhan keadaan
yang terjadi sehingga pembaca dapat memiliki gambaran yang jelas mengenai
penelitian yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan masalah yang akan diteliti, yaitu
mendeskripsikan bagaimanakah peranan guru dalam membiasakan perilaku moral
pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur. Subjek dalam
penelitian ini adalah kepala TK, guru kelas B, dan anak kelas B. Adapun teknik
dan alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1) Teknik
observasi langsung yang dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap

peranan guru dalam membiasakan perilaku moral pada anak 2) Melalui kegiatan
wawancara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai peranan guru
dalam membiasakan perilaku moral pada anak 3) Dokumentasi ini data-data yang
diperoleh meliputi wawancara dengan kepala TK dan guru kelas B, proses belajar,
alat/media yang digunakan guru dan dokumen-dokumen lainnya.
Dalam melakukan analisis data, dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: 1)
Analisis sebelum dilapangan kegiatan menganalisis data dilakukan sebelum
melakukan penelitian yang sesungguhnya, hal ini dilakukan agar memperoleh
gambaran subjek penelitian sehingga dapat mengetahui beberapa karakteristik
yang diteliti. 2) Analisis data dilapangan: a. Koleksi/pengambilan data (Data
Collection), data yang akan dikoleksi berkaitan dengan peranan guru dalam
membiasakan perilaku moral pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam
Pontianak Timur. b. Reduksi Data (Data Reduction), kegiatan reduksi data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah melihat apakah data-data sudah terkumpul
dengan lengkap atau tidak ada kurang satu apa pun. c. Penyajian Data (Data
Display), melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisi, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. d. Penarikan
Kesimpulan (Verification), kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Proses pengecekan data

menggunakan triangulasi dan member chek.

4

Sugiyono (2011:273) triangulasi dalam pengujian krebilitas diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, (a)
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. (b) Triangulasi
teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. (c) Triangulasi waktu
adalah saat/waktu melakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
atau tehnik lainnya dalam waktu atau situasi yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil Penelitian
Peranan Guru sebagai Fasilitator dalam Membiasakan Perilaku Moral pada
Anak usia 5-6 Tahun di TK Darussalam Pontianak Timur
Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, peranan guru sebagai
fasilitator dalam membiasakan perilaku moral pada anak yaitu guru
mempersiapkan berbagai media pembelajaran yang diperlukan untuk proses

belajar mengajar sebelum anak masuk kelas dan terkadang guru menyiapkannya
sebelum memasuki kegiatan inti. Selain itu guru berusaha menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan karena suasana yang menyenangkan akan membuat
anak merasa nyaman misalnya guru mengajak anak bernyanyi sesuai dengan tema
yang dibahas sambil bertepuk tangan, setelah itu baru guru mengajak anak masuk
pada kegiatan inti. Dalam penyampaian kegiatan pembelajaran guru menggunakan
media yang sesuai dengan tema pembelajaran hari tersebut. Setiap hari, saat
menyampaikan materi kepada anak media yang guru gunakan selalu media
gambar.
Guru selalu bergantung pada buku paket, sehingga setiap hari kegiatan yang
dilakukan anak berdasarkan buku paket yang ada. Pada saat pemberian tugas,
media yang dipilih guru juga aman untuk digunakan dan tidak membahayakan
anak. Namun, ketika menyampaikan materi pada anak jarang sekali materi yang
disampaikan mengandung pesan moral, hanya materi umum-umum saja yang
disampaikan misalnya pada tema binatang subtema ayam, guru hanya
menjelaskan makanan ayam, ayam berkembang biak dengan cara apa, manfaat
ayam apa saja, dan tempat tinggal ayam dimana.

5


Gambar 4.1 Guru sedang menjelaskan perilaku baik dan buruk kepada anak
dengan menggunakan media gambar kelinci.
Pada saat pemberian tugas, ada anak yang tidak membawa pensil. Anak
tersebut memberanikan diri untuk minjam sama temannya, tetapi temannya ini
tidak mau meminjamkan pensilnya kepada anak tersebut. Perilaku yang anak
tunjukkan ini tidak diketahui oleh gurunya, sehingga hal ini dibiarkan saja karena
guru lagi duduk di mejanya sedang mengisi absen sehingga tidak mengawasi
anak. Hal ini sering terjadi, ketika guru mendapati anak yang tidak mau
meminjamkan pensilnya atau pun penghapusnya kepada teman, guru berusaha
membujuknya dan memberi nasehat sehingga anak mau meminjamkan pensilnya
kepada teman terkadang guru hanya menegur saja. Selain media dan materi,
metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyampaikan materi
terkadang juga bergantung pada buku paket, jika ada cerita di buku paket maka
metode yang digunakan guru adalah metode bercerita, ketika tidak ada cerita di
buku paket yang biasa digunakan maka guru hanya menggunakan metode tanya
jawab. Guru sering memberikan tugas kepada anak, hal ini dilakukan agar
menstimulasi perkembangan anak. Pada saat pemberian tugas, anak-anak selalu
mengerjakannya sendiri-sendiri jarang dilakukan secara berkelompok. Sehingga
tidak tercipta kerja sama antar anak atu dengan anak yang lainnya.
Hasil wawancara dengan guru kelas B mengungkapkan bahwa, sebelum
proses belajar mengajar dimulai satu hari sebelumnya guru sudah menyiapkan
ruang belajar baik dari segi kebersihan, maupun kerapiannya sehingga anak
merasa nyaman ketika belajar. Dalam penyampaian materi pembelajaran media
merupakan cara yang tepat untuk menyampaikan pembelajaran yang ingin
disampaikan. Media merupakan alat untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi yang akan disampaikan dan bisa menarik perhatian anak.
Adapaun media yang sering digunakan adalah media gambar yang disesuaikan
dengan tema pembelajaran. Guru mengakui bahwa apa yang dibutuhkan dalam
membiasakan perilaku moral pada anak belum terpenuhi dengan baik karena
banyak kekurangan seperti media, biaya dan fasilitas yang ada tidak mendukung.
Jika media yang digunakan dalam membiasakan perilaku moral pada anak tidak
ada maka guru memanfaatkan media internet untuk mencari gambar-gambar yang
berkaitan dengan tema yang akan dijelaskan guru kepada anak.

6

Peranan Guru sebagai Model dalam Membiasakan Perilaku Moral pada
Anak usia 5-6 Tahun di TK Darussalam Pontianak Timur
Dari observasi yang telah peneliti lakukan, peranan guru sebagai model
dalam membiasakan perilaku moral pada anak adalah dengan menjadi panutan
bagi anak. Ketika anak baru datang, guru menyambut anak dengan menyapa dan
memberi senyuman kepada anak. Anak-anak yang baru sampai dikelas belum
terbiasa mengucapkan salam dan bersalaman dengan guru. Tindakan yang
dilakukan guru hanya membiarkan anak tersebut masuk dan meminta anak untuk
mengumpulkan PR nya, sebagai model guru dalam membiasakan perilaku moral
kepada anak misalnya ketika masuk kelas yaitu guru selalu mengucapkan salam.
Pembiasaan bersalaman dibiasakan guru ketika bel sudah berbunyi kemudian
anak-anak di minta untuk berbaris dengan tertib, kemudian meminta anak untuk
bersalaman dengan guru sebelum masuk kelas begitu juga ketika mau pulang dari
TK. Pembiasaan bersalaman tidak dibiasakan ketika anak baru sampai di TK.
Sebelum memulai pembelajaran guru selalu mengucapkan salam kepada anak
dan anak dibiasakan unutk selalu menjawab salam. Ketika ada anak yang tidak
menjawab salam, maka tindakan guru adalah mengulangi kembali sampai
semuanya menjawab salam. Hal ini selalu dilakukan guru sebelum memulai
pembelajaran dan ketika mengakhiri pembelajara, tetapi pembiasaan untuk
mengucapkan salam tidak dilakukan kepada anak sehingga anak tidak terbiasa
mengucapkan salam.

Gambar 4.2 Guru sedang membiasakan anak untuk bersalaman sebelum
masuk kelas.

7

Selain anak belum terbiasa mengucapkan salam dan bersalaman, anak juga
belum terbiasa berbicara sopan kepada teman seperti membentak dan
menggunakan nama-nama binatang. Peranan guru sebagai model pada saat
melihat anak seperti ini guru hanya menegur dan menasehati anak tersebut. Pada
saat pemberian tugas, ada anak yang selalu berbohong katanya tidak ada pensil
ketika disuruh menulis, dan tidak ada krayon ketika disuruh mewarnai hal ini
dilakukannya beberapa hari. Adapun tindakan yang dilakukan guru hanya
meminta anak untuk membawakannya pada pertemuan berikutnya. Peranan guru
sebagai model, guru masih kurang memberikan contoh yang nyata bagi anak baik
melalui pembelajaran maupun pembiasaan.
Hasil wawancara mengungkapkan bahwa sebagai peranan model, perilaku
yang biasa ditunjukkan kepada anak dalam membiasakan perilaku sopan yaitu
berkata yang sopan misalnya berbicara tidak berteriak-teriak. Membiasakan
berperilaku jujur yaitu berkata sejujur-jujurnya kepada anak misalnya
menjelaskan apa adanya kepada anak jika guru datang terlambat. Membiasakan
berperilaku saling tolong menolong misalnya ketika guru kelas A tidak bisa hadir
maka guru kelas B berusaha menggantikannya.
Peranan Guru sebagai Motivator dalam Membiasakan Perilaku Moral pada
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Darussalam Pontianak Timur
Dari observasi yang telah peneliti lakukan, peranan guru sebagai motivator
dalam membiasakan perilaku moral pada anak, pada saat pemberian tugas, guru
sangat jarang memberikan pujian terhadap hasil karya anak, kalau pun itu
dilakukan tidak semua anak mendapatkan pujian tersebut. Seharusnya setiap anak
mendapatkan pujian atas apa yang anak kerjakan baik hasilnya bagus atau tidak
guru harus memberikan pujian yang bagus. Begitu pula dengan perilaku yang
biasa anak perlihatkan kepada guru, kadang-kadang guru memberikan pujian
kepada anak yang berperilaku baik dan memberikan nasehat kepada anak yang
tidak berperilaku baik dan kadang pula mengabaikannya dengan satu kali teguran.
Hasil wawancara dengan guru TK kelompok B bahwa, peranan guru
sebagai motivator cara guru memberikan motivasi kepada anak adalah dengan
cara memberi nasehat kepada anak, jika ada anak yang menunjukkan perilaku
yang baik maka yang dilakukan guru adalah memberi penghargaan kepada
mereka, misalnya anak jempol, bagus, dan anak pintar. Namun ketika ada anak
yang menunjukkan perilaku yang tidak baik yang dilakukan guru adalah
menasehati kemudian memberitahu anak yang lain bahwa perilaku seperti itu
jangan di tiru karena perilaku tersebut tidak baik, sehigga menjadi pelajaran untuk
anak yang lainnya agar tidak berperilaku seperti temannya.

8

Pembahasan
Peranan Guru sebagai Fasilitator dalam Membiasakan Perilaku Moral pada
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Darussalam Pontianak Timur
Ketika guru menyampaikan materi kepada anak mengenai tema guru
biasanya menggunakan media gambar untuk memudahkan guru dalam
penyampaian materi dan gunanya agar anak mengerti dengan apa yang akan guru
sampaikan. Misalnya pada tema binatang dan subtema sapi. Guru memperlihatkan
gambar sapi kepada anak, menanyakan jumlah kaki sapi, jumlah mata sapi,
kemudian menjelaskan macam-macam sapi dan bagaimana cara berbuat baik
dengan makhluk Allah. Media pembelajaran merupakan alat komunikasi yang
biasa digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan informasi dari
guru kepada anak didik (Heinich dalam Barnawi, 2014).
Penyampaian materi diperlukan beberapa sumber belajar, karena sumber
belajar yang digunakan juga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.
Misalnya pada tema tanah airku dan subtema tempat-tempat ibadah guru
menggunakan buku paket sebagai sumber yang bisa digunakan dalam proses
pembelajaran, kemudian pada tema kebutuhanku anak-anak diajak nonton
bersama menggunakan laptop, guru memutarkan sebuah cerita, anak-anak sangat
antusias sekali ketika diajak nonton. Setelah selesai anak-anak ditanya mengenai
isi video yang telah mereka tonton. Sebagai fasilitator guru dituntut untuk mampu
mengusahakan ketepatan dalam pemilihan sumber belajar yang mampu
menunjang proses belajar mengajar, sumber belajar yang digunakan bisa berupa
buku pelajaran, majalah, koran, dan TV (Aminatul Zahroh, 2015). Metode yang
digunakan dalam membiasakan perilaku moral pada anak adalah metode bercerita.
Metode bercerita dapat menarik perhatian anak, melalui metode bercerita guru
juga dapat menyampaikan materi pembelajaran, pesan-pesan moral melalui cerita
yang menarik. Guru sebagai fasilitator yaitu seorang guru yang memiliki peran
dalam memfasilitasi anak didik untuk belajar secara maksimal dengan
mempergunakan berbagai strategi, metode, media, dan sumber belajar (Yamin,
2013).
Peranan Guru sebagai Model dalam Membiasakan Perilaku Moral pada
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Darussalam Pontianak Timur
Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru
mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya menceritakannya
secara lisan Jamal Ma’mur (dalam Eva Wani, 2016: 10). Ketika ada guru yang
tidak bisa hadir, anak-anak bertanya kepada guru kenapa guru tersebut hari ini
tidak masuk. Jawaban gurunya karena anak-anak pada nakal jadi gurunya tidak
mau masuk lagi. Sebagai model seharusnya guru memberikan contoh yang baik
kepada anak dengan cara tidak berbohong. Tugas seorang guru tidak hanya
sebagai pentransfer ilmu tetapi juga berperan sebagai suri tauladan bagi anakanak. Keteladanan merupakan perilaku guru dan tenaga kependidikan dalam
memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga menjadi

9

panutan bagi anak didik yang lainnya (Wiyani, 2012). Seperti biasa, sebelum
memulai kegiatan anak-anak diajak untuk bernyanyi dan berdo’a. Guru selalu
memperlihatkan kepada anak bagaimana sikap berdo’a yang baik yaitu tidak
main-main ketika berdo’a, tidak berteriak-teriak ketika berdo’a dan
menengadahkan tangannya ketika berdo’a.
Peranan Guru sebagai Motivator dalam Membiasakan Perilaku Moral pada
Anak Usia 5-6 Tahun di TK Darussalam Pontianak Timur
Motivasi bisa tumbuh ketika anak dihargai dan penghargaan yang diberikan
tidak harus berupa materi, penghargaan bisa berupa pujian dan apresiasi. Hal ini
akan memberikan motivasi tersendiri bagi anak untuk tetap mempertahankan dan
bahkan bisa meningkatkan produktivitas belajarnya menjadi lebih rajin (Rudi
Hartono, 2013). Kegiatan awal dibuka dengan bernyanyi dan berdo’a. Pada saat
berdo’a terkadang ada anak yang main-main, untuk menyemangatinya guru
memberikan pujian berupa jempol untuk anak yang berdo’a dengan tertib dan
kelingking untuk anak yang berdo’a sambil main-main. Dengan begitu anak yang
berdo’a dengan main-main langsung kembali berdo’a dengan tertib.
Aminatul Zahroh (2015: 167) menyatakan ada beberapa hal yang patut
diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar salah satunya adalah
menciptakan persaingan dan kerja sama. Selain memberikan pujian kepada anak,
guru juga harus menciptakan kerja sama antar sesama anak tujuannya agar anak
lebih semangat dalam mengerjakan atau semangat dalam belajar. Misalnya pada
saat kegiatan kolase, dengan tema binatang subtema kelinci guru membagi
menjadi beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari dua
atau tiga orang. Dari beberapa kelompok tersebut terkadang anak-anak berlomba
untuk mendapatkan hasil yang bagus, selain itu juga menciptakan kerja sama atau
saling tolong menolong antar anak. Guru memberikan pujian pada kelompok yang
hasil karyanya bagus, sehingga mendorong kelompok yang lainnya untuk
mengerjakannya dengan bagus pula.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti mengenai
peranan guru dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan pembelajaran
pada anak usia 5-6 tahun di TK Darussalam Pontianak Timur, maka dapat
disimpulkan secara umum bahwa dalam membiasakan perilaku moral anak guru
berperan sebagai fasilitator, model dan motivator. Adapun kesimpulan khusus
yang peneliti peroleh dari hasil penelitian ini adalah: 1) Peranan guru sebagai
fasilitator dalam membiasakan perilaku moral melalui kegiatan pembelajaran
pada anak usia 5-6 tahun, guru menyiapkan media pembelajaran sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai dan buku kerja anak disimpan diatas meja, guru
bercerita tentang perbuatan baik dan perbuatan tidak baik dengan menggunakan
media gambar kelinci. 2) Peranan guru sebagai model dalam membiasakan

10

perilaku moral melalui kegiatan pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun, guru
selalu mengajarkan dan memberikan contoh yang baik pada setiap anak misalnya
guru membiasakan anak bersalaman ketika masuk kelas, mengucap salam,
berdo’a, berkata yang sopan, dan saling tolong menolong. 3) Peranan guru
sebagai motivator dalam membiasakan perilaku moral pada anak melalui
kegiatan pembelajaran yaitu guru memberikan semangat dan pujian baik berupa
tepuk tangan, memberikan bintang, anak jempol, dan anak pintar kepada anak
yang menunjukkan perilaku moral yang baik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang peneliti uraikan di atas,
maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Dalam
membiasakan perilaku moral pada anak, guru henadaknya menggunakan media
pembelajaran yang lebih bervariasi dalam melaksanakan kegiatan proses
pembelajaran, sehingga guru tidak hanya bergantung pada buku paket, dan 3M.
2) Dalam membiasakan perilaku moral pada anak, guru perlu berkolaborasi
dengan orang tua untuk membiasakan perilaku moral anak, karena orang tua juga
harus mencontohkan hal-hal yang baik pada anak jika di TK guru memberi
tauladan yang baik namun di rumah tidak dilakukan orang tua maka apa yang
dilakukan guru hanyalah sia-sia. 3) Dalam membiasakan perilaku moral pada
anak, guru sebaiknya menggunakan berbagai metode pembelajaran yang
menyangkut tentang perilaku moral pada anak, misalnya dengan bermain peran
supaya anak mengetahui tentang perilaku sopan yang ada dilingkunganya.

11

DAFTAR RUJUKAN
Aisyah, Siti. (2009). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Barnawi. (2014). 46 Rahasia Sukses Menjadi Guru Hebat. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.
Hartono, Rudi. (2013). Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.
Jogjakarta: Diva Press.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Penerjemah Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.
Mulyasa. (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2011). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Wiyani, Novan Ardy. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Pedagodia.
Yamin, Martinis. (2013). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Ciputat:
Referensi.
Yusup, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Zahroh, Aminatul. (2015). Membangun Kualitas Pembelajaran Melalui
Dimensi Profesionalisme Guru. Bandung: PT Bumi Aksara.

12