Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan bandar

Implementation of Occupational Safety and Health System

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Katarina Rosyantika Sinaga
Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Bandung

Abstract
Threats and risks will certainly bring consequences. There are a lot of work accidents that grow in the
company. Work accidents are driven by two factors: human factors and technical factors, the very and
most take effect is the human factor. Working accidents often occur because of the failure of OSH
management system implementation. OSH Management System will work better if the company has
developed an OSH culture followed by behavior. Work accidents are undesirable events that result in
disruption to the previously planned work process. Any workplace accident will result in both material
and physical harm. To anticipate accidents, need to work properly for work and safeguards against
work accidents. The OSH Management System is part of the overall management system consisting of
the structure, responsibilities, planning, procedures, current processes, and resources required for
implementation, assessment, maintenance and policy development. Work activities for the realization
of a prosperous, precise and inventive work area. OSH Management System has a function that is as a
management tool, as a conduit supplier, as a consultant, as a controller. The objective of SMK3 is to

improve the efficiency of scheduled, measurable, organized, and integrated OSH conversions; avoid
and damage work and health problems; the creation of a safe, peaceful and efficient work area to
increase productivity. Some of the benefits of OSH Management System is to protect employees;
provisions on provisions and laws; reduce costs; implement effective system management; increase
customer trust and satisfaction. Employee protection from accidents and health disturbances to the
work environment is needed once a safe and prosperous workforce in doing their job. Socialization,
training and attention needs to be done to fully understand the dangers and risks that exist in the work
area. If employees already understand the dangers and risks, employees will be more careful and not in
doing the work, especially if it's a job that has a high accident threat.

Abstrak
Ancaman dan risiko pasti akan mendatangkan konsekuensi.Banyak sekali kecelakaan kerja yang
tumbuh di perusahaan. Kecelakaan kerja didorong oleh 2 faktor yaitu faktor manusia dan faktor teknis,
dimana faktor yang sangat dan paling berpengaruh adalah faktor manusia. Kecelakaan kerja seringkali
terjadi karena gagalnya pelaksanaan SMK3. Sistem Manajemen K3 akan berfungsi lebih baik jika
perusahaan telah menumbuhkan budaya K3 yang diikuti dengan perilaku yang aman dari tenaga kerja
agar dapat meraih pemenuhan K3. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak diinginkan yang
berakibat pada terganggunya proses pekerjaan yangsebelumnya telah direncanakan. Setiap kecelakaan
kerja pasti mengakibatkan kerugian, baik itu kerugian material dan fisik. Untuk mengantisipasi
kecelakaan kerja perlu diperhatikannya keselamatan kerja dengan melakukan tindakan pencegahan dan

pengamanan terhadap kecelakaan kerja. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari keseluruhan sistem
manajemen yang mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, perencanaan, prosedur, saat proses,

1

saat pelaksanaan dan sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan, pengkajian, pencapaian,
pemeliharaan dan pengembangan kebijakan K3 dalam upaya pengendalian risiko yang bersangkutan
dengan kegiatan kerja agar terwujudnya kawasan kerja yang sejahtera, tepat dan inventif. Sistem
Manajemen K3 memiliki fungsi yaitu sebagai alat manajemen, sebagai penyalur pemenuhan
persyaratan, sebagai konsultan keselamatan, sebagai pengendali rugi. Tujuan SMK3 adalah
meningkatkan daya guna perlindungan K3 yang tejadwal, terukur, tertata, dan terintegrasi; mencegah
dan meminimalisir kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja; terciptanya kawasan kerja yang
aman, tentram, dan efisien untuk meningkatkan produktivitas. Beberapa manfaat SMK3 yaitu untuk
mengayomi karyawan; menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan dan UU; mengurangi biaya;
menerapkan sistem manajemen yang efektif; meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan.
Perlindungan karyawan dari kecelakaan dan gangguan kesehatan terhadap lingkungan pekerjaan
sangat dibutuhkan supaya tenaga merasa aman dan sejahtera dalam mengerjakan pekerjaannya.
Sosialisasi, pelatihan dan perhatian mengenai keselamatan kerja perlu diberikan kepada karyawan agar
benar-benar paham tentang bahaya dan risiko yang ada di kawasan kerja. Jika para karyawan sudah
memahami bahaya dan risikonya maka karyawan akan lebih berhati-hati dan tidak lalai dalam

melakukan pekerjaannya, terlebih lagi jika itu pekerjaan yang memiliki ancaman kecelakaan yang
tinggi.

1. Pendahuluan
Pada setiap aktivitas industri selalu terdapat ancaman dan risiko keselamatan yang
melibatkan pekerja. Ancaman dan risiko pasti akan mendatangkan konsekuensi. Dulu,
kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan di kawasan kerja dianggap sebagai bagian
yang sudah memiliki konsekuensi tersendiri. Akan tetapi, bersamaan dengan
berjalannya waktu ada berbagai standar hukum nasional dan internasional yang berisi
mengenai K3 yang harus dipenuhi di kawasan kerja.
Banyak sekali kecelakaan kerja yang tumbuh di perusahaan. Kecelakaan kerja
didorong oleh 2 faktor yaitu faktor manusia dan faktor teknis, dimana faktor yang
sangat dan paling berpengaruh adalah faktor manusia.
Perlindungan karyawan dari kecelakaan dan gangguan kesehatan terhadap lingkungan
pekerjaan sangat dibutuhkan supaya tenaga merasa aman dan sejahtera dalam
mengerjakan pekerjaannya. International Labour Organization menyebutkan bahwa
lebih dari 250.000.000 kecelakaan di kawasan kerja dan lebih dari 160.000.000
pekerja terkena sakit karena ancaman di kawasan kerja setiap tahunnya. Dan
1.200.000 juta pekerja meninggal karena mengalami kecelakaan di kawasan kerja.
Kecelakaan kerja seringkali terjadi karena gagalnya pelaksanaan SMK3. Sistem

Manajemen K3 akan berfungsi lebih baik jika perusahaan telah menumbuhkan
budaya K3 yang diikuti dengan perilaku yang aman dari tenaga kerja agar dapat
meraih pemenuhan K3.
Perusahaan yang baik ialah perusahaan yang menjamin keselamatan dan kesehatan
karyawannya dengan menerbitkan peraturan mengenai K3 yang harus dilaksanakan
oleh semua tenaga kerja dan pimpinan perusahaan.
Pelaksanaan SMK3 pada tingkat perusahaan memiliki dampak positif, yaitu
meminimalisir risiko ancaman di kawasan kerja dan meningkatkan produktivitas
2

kerja. Sistem Manajemen K3 merupakan hal yang tak bisa terpisahkan dari proses
produksi yang memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, serta
berperan dalam upaya perlindungan pekerja.
Menteri Ketenagakerjaan, Hanif, menjelaskan untuk mencegah adanya kecelakaan
kerja dan gangguan kesehatan yang berasal dari lingkungan kerja, maka seluruh pihak
wajib memprioritaskan K3. Yakni terpaut dengan kehati-hatian, kedisiplinan,
kelengkapan alat keselamatan dan alat pelindungan diri, dan lain-lain.
Dijelaskan juga ada beberapa hal yang menyebabkan kecelakan kerja terjadi. Salah
satunya karena lemahnya SMK3 di perusahaan. Unit penanggung jawab K3 di
perusahaan tidak melakukan tugasnya secara optimal. Kalangan dunia usaha harus

mengoptimalkan pengawasan K3 saat di kawasan kerja.

2. Tinjauan Teoritis
2.1Pengertian K3 (K3)
Suma’mur (1981: 2) mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah
serangkaian usaha untuk mewujudkan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan di kawasan kerja.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012, K3 adalah semua kegiatan
yang mengamankan dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dengan
cara mencegah kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan akibat kerja.
2.2 Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja diartikan sebagai proses perencanaan dan pengendalian situasi
yang memiliki potensi timbulnya kecelakaan kerja melalui standar operasi prosedur
yang menjadi patokan dalam bekerja. (Ridley 2008: 44)
Secara definitif, keselamatan kerja merupakan kemampuan dan usaha yang terkonsep
untuk mencegah terjadinya kecelakaan ataupun penyakit (Widodo Siswowardojo
2003: 2).
2.3 Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan peningkatan dan pemeliharaan kualitas kesehatan tenaga
kerja, baik secara fisik, mental maupun sosial, meminimalisir dan melindungi tenaga

kerja dari gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan faktor lainnya yang
berancaman, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta berusaha supaya
masyarakat sekitar jauh dari ancaman pencemaran akibat proses produksi, bahan
bangunan, dan limbah. (Widodo Siswowardojo (2003: 3)

3

H.A Tasliman (1993: 1) mengatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan
dimana manusia dalam kondisi sehat, baik dalam keadaan tidak cacat, alat-alat kerja
dalam keadaan baik tidak ada kekurangan atau kerusakan, lingkungan sekitar dalam
kondisi sehat.
2.4 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan
Undang-undang tentang keselamatan kerja No. 1 pasal 2 tahun 1970, memberikan
perlindungan K3 yang meliputi semua aspek pekerjaan yang berbahaya, dari semua
kawasan kerja, baik bumi, dalam air sekalipun di udara.
Berikut ini ada beberapa faktor terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan antara
lain:
1. Keadaan lingkungan kerja
Keadaan lingkungan kerja mencakup pengelolaan dan penyimpanan barangbarang berbahaya yang kurang diperhatikan keamanannya, ruang kerja yang
terlalu berhimpitan dan pembuangan limbah sembarangan.

2. Pengaturan udara
Pergantian atau sirkulasi udara yang buruk serta suhu udara yang labil dapat
menyebabkan kecelakaan dan gangguan pada kesehatan.
3. Pengaturan penerangan
Penerangan pada kawasan kerja harus diatur, karena jika tidak akan
menimbulkan gangguan kesehatan kerja berupa mata terganggu atau kerjaan
tak terlihat secara jelas.
4. Pemakaian peralatan kerja
Alat-alat kerja yang sudah rusak atau tidak berjalan sesuai fungsinya dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.
5. Kondisi fisik dan mental
Kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan dapat dikarenakan kondisi fisik dan
mental yang kurang baik diantaranya oleh karena adanya kerusakan alat indra,
stamina yang labil, emosi yang tidak stabil, kepribadian yang rapuh, cara
berfikir yang tidak berkembang, motivasi kerja yang rendah, ceroboh, kurang
cermat dan kurangnya sosialisasi penggunaan fasilitas kerja yang dapat
mengakibatkan risiko bahaya.
2.5 Pengertian Kecelakaan Kerja
Widodo Siswowardojo (2003: 2) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja merupakan
peristiwa yang tidak diinginkan yang berakibat pada terganggunya proses pekerjaan

yangsebelumnya telah direncanakan.
2.6 Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor manusia, pekerjaan
dan lingkungan kawasan kerja.

4

1. Faktor Manusia
a) Usia Pekerja
Dalam penelitian yang dilakukan dengan test refleks didapat kesimpulan
bahwa usia manusia memiliki pengaruh penting dalam terjadinya
kecelakaan akibat kerja. Golongan yang memiliki umur lebih muda
cenderung memiliki persentase kecelakaan yang lebih rendah daripada
golongan yang memiliki usia lebih tua, karena usia muda lebih memiliki
reaksi atau refleks yang lebih tinggi.
b) Pengalaman Bekerja
Semakin sedikit pengalaman kerja sesorang, maka semakin besar
kemungkinan orang tersebut mengalami kecelakaan kerja akibat kurang
berpengalaman. Banyaknya pengalaman bekerja dapat membuat seseorang
lebih peka terhadap lingkungannya dan juga dapat mengantisipasi

kecelakaan dan gangguan kesehatan yang terjadi di kawasan kerja.
c) Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Pendidikan
Tingkat pendidikan dan keterampilan pendidikan tentu saja akan
mempengaruhi cara berfikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan,
demikian saat menerima pelatihan kerja baik praktik maupun teori termasuk
bagaimana cara melakukan pencegahan maupun cara menghindari
kecelakaan kerja.
d) Lama Bekerja
Lamanya bekerja dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja karena
pekerja tersebut sudah paham struktur pekerjaan tersebut.
e) Keletihan
Keletihan adalah keadaan di mana pekerja mengalami rasa lelah dan
fisiologis dalam tubuh mengalami perubahan. Akibat dari kelelahan saat
bekerja yaitu menurunkan kemampuan kerja dan kemampuan tubuh seorang
pekerja.
2. Faktor Pekerjaan
Penyebab kecelakaan akibat faktor pekerjaan meliputi:
a) Jam Kerja
Jam kerja lebih dari 8 jam dapat membuat produktifitas pekerja menurun
yang dapat menyebabkan kelehan dan dapat memacu kecelakaan kerja.


5

b) Giliran Kerja (Shift Kerja)
Gilian kerja adalah pembagian jadwal kerja dalam waktu 24 jam. Seseorang
yang sering bekerja pada pagi hari dan mengalami giliran kerja disaat
malam hari dapat menyebabkan kecelakaan kerja karena orang tersebut
belum adaptasi dengan keadaan kerja pada jam yang seharusnya dia tidur.
3. Faktor Lingkungan
Kecelakaan kerja yang diakibatkan faktor lingkungan terdiri atas:
a) Lingkungan Fisik
Adanya cahaya yang sesuai dan tepat sehingga pekerjaan yang dikerjakan
mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya
kecelakaan akibat kerja. Tidak hanya itu, kegaduhan juga dapat mengusik
pekerja karena dapat mengganggu komunikasi sehingga dapat menyebabkan
salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan.
b) Lingkungan Kimia
Faktor kimia dapat berupa zat-zat dari suatu produk, zat saat proses produksi
dan limbah dari suatu produksi.
c) Lingkungan Biologi

Bahaya dari lingkungan biologi dapat disebabkan oleh adanya gangguan
dari serangga ataupun binatang lain yang dapat menimbulkan bermacam
penyakit seperti infeksi, alergi, ataupun gigitan hewan berbisa yang dapat
menyebabkan kematian.
2.7 Akibat dari Kecelakaan Kerja
Setiap kecelakaan kerja pasti mengakibatkan kerugian, baik itu kerugian material
dan fisik. Menurut Cecep Dani Sucipto (2014:86) kerugian karena kecelakaan
kerja terdiri dari:
1. Kerugian bagi instansi atau perusahaan
Kerugian bagi instansi/perusahaan antara lain:








Biaya pengobatan korban dan pertolongan pertama
Biaya ganti rugi
Kerusakan peralatan dan material
Kelambatan produksi
Gaji selagi korban tidak bekerja
Turunnya produktivitas korban saat kembali bekerja
Biaya perekrutan karyawan baru
6




Biaya pelatihan agar kemampuan produksi karyawan baru sama dengan
korban kecelakaan kerja
Berkurangnya kepercayaan masyarakat

2. Kerugian bagi karyawan
Kerugian yang paling parah bagi korban yaitu jika kecelakaan tersebut
mengakibatkan cacat atau meninggal dunia.
Kerugian lainnya adalah:






Cacat tetap
Cedera berat ataupun ringan.
Masalah kejiwaan
Rasa sedih dari keluarga
Beban masa depan

3. Kerugian bagi negara
Biaya yang dikeluarkan akibat kecelakaan kerja menjadi tanggung jawab
negara juga, karena memiliki dampak terhadap masyarakan dimana
masyarakat dijaga oleh Negara.
2.8 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Untuk mengantisipasi kecelakaan kerja perlu diperhatikannya keselamatan kerja
dengan melakukan tindakan pencegahan dan pengamanan terhadap kecelakaan
kerja.
Pencegahan tersebut bisa dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan risiko bahaya
Dalam hal ini diperlukan informasi yang memuat tentang tingkat kecelakaan
yang terjadi dikawasan kerja. Untuk mengetahuinya diperlukan sebuah
pengamatan data dengan melakukan pengukuran risiko kecelakaan yaitu
mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi.
Selain itu diperlukan penilaian risiko bahaya melalui indikasi faktor bahaya
yang menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakan dan kecelakaan yang
terjadi. Seperti jika bekerja di kawasan tinggi perlu mengetahui risiko
terjatuh atau jika bekerja di taempat pemotongan maka harus memahami
risiko terpotong karena berhubungan dengan benda tajam.
2. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Merupakan pedoman kerja yang harus dilaksanakan secara benar dan
beruntun sesuai dengan intruksi yang tercantum dalam SOP. Jika tak sesuai
7

dengan ketentuan SOP dapat mengakibatkan kegagalan saat proses produksi,
kerusakan peralatan dan kecelakaan.
3. Pengendalian faktor bahaya
Faktor berbahaya dipengaruhi oleh proses produksi, metode yang digunakan,
produk yang dibuat dan alat-alat yang digunakan. Dengan
mempertimbangkan tingkat risiko bahaya yang mungkin terjadi maka dapat
diperkirakan cara mengurangi risiko bahaya kecelakaan.
Pengendalian faktor bahaya dapat dilakukan dengan:
1. Mengurangi pencemaran atau ancaman yang dapat terjadi akibat proses
produksi, mengubah pemakaian bahan berbahaya menjadi bahan yang
tidak berbahaya.
2. Menjauhkan pekerja dari faktor berbahaya yang ada di kawasan kerja,
memfasilitasi peredam suara supaya tingkat kebisingannya berkurang,
pemasangan jalur pergantian udara, dll.
3. Pengaturan secara administratif untuk melindungi pekerja, misalnya
menempatkan pekerja dengan bidang yang sesuai dengan
kemampuannnya, pengaturan shift kerja, menyiapkan alat perlindungan
diri.
4. Eskalasi pengetahuan tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan sumber daya utama pada proses produksi, maka dari
itu tenaga kerja perlu dilindungi dengan memberikan sebuah pengetahuan
tentang pentingnya pelaksanaan K3 saat melakukan aktivitas kerja.
Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilaksanakan dengan
memberikan sebuah pelatihan K3 di awal saat bekerja dan dilakukan secara
berkala agar selalu mengalami peningkatan dalam wawasan pengetahuan
selesamatan dan kesehatan kerja.
5. Pemasangan pengingat bahaya
Dikawasan kerja banyak ditemukan faktor bahaya kerja, perlu dipasang rambu
dan juga dapat berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan lain
sebagainnya agar terlepas dari kecelakaan kerja.
2.9 Pengertian Sistem Manajemen K3
Menurut PP RI No. 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen suatu perusahaan dalam mengendalikan risiko saat bekerja
guna terwujudnya keamanan, efiesien, dan meningkatnya produktifitas di kawasan
kerja.

8

Menurut Permenaker (Per. 05/Men/1996), Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari
keseluruhan sistem manajemen yang mencakup struktur organisasi, tanggung jawab,
perencanaan, prosedur, saat proses, saat pelaksanaan dan sumber daya yang
diperlukan untuk pelaksanaan, pengkajian, pencapaian, pemeliharaan dan
pengembangan kebijakan K3 dalam upaya pengendalian risiko yang bersangkutan
dengan kegiatan kerja agar terwujudnya kawasan kerja yang sejahtera, tepat dan
inventif.
2.10

Fungsi Sistem Manajemen K3

Fungsi Sistem Manajemen K3 menurut Soehatman Ramli (2010) adalah:
1.
2.
3.
4.
2.11

Sebagai alat manajemen
Sebagai penyalur pemenuhan persyaratan
Sebagai Konsultan keselamatan
Sebagai Pengendali rugi
Tujuan Sistem Manajemen K3

Tujuan SMK3 menurut PP No. 50 Tahun 2012 adalah:




2.12

Meningkatkan daya guna perlindungan K3 yang tejadwal, terukur, tertata, dan
terintegrasi.
Mencegah dan meminimalisir kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja
Terciptanya kawasan kerja yang aman, tentram, dan efisien untuk
meningkatkan produktivitas.

Manfaat Sistem Manajemen K3

Menurut Rudi Suardi (2007) yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Mengayomi karyawan
Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan dan UU
Mengurangi biaya
Menerapkan sistem manajemen yang efektif
Meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan

Manfaat Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 bagi perusahaan menurut Cecep Dani S
(2014:169) adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Meminimalisir jam kerja yang terbuang akibat kecelakaan kerja.
Menghindari kerugian material.
Menciptakan kawasan kerja yang efisien dan produktif.
Meningkatkan gambaran pasar perusahaan.
Menciptakan relasi yang harmonis bagi pekerja dan perusahaan.

9

3. Diskusi
3.1 Studi Kasus
Karyawan Pabrik Gula Djatiroto Tewas di Kolam Penampungan
Limbah
Harry Purwanto - detikNews

Lumajang - Seorang karyawan penggarapan limbah ditemukan tewas saat memeriksa
debit limbah tetes Pabrik Gula Djatiroto di telaga penampungan. Wahyudi (43) tewas
tenggelam akibat terperosok dari tangga pada Senin (5/1/2009).
Kecelakaan ini terjadi, ketika korban dan dua temanya, Sutrino (55) dan Bagong (57)
sedang memeriksa limbah tetes. Korban yang berada tepat di belakang Sutrisno yang
menggenggam tali ukur ke dalam limbah, terperosok dan terjatuh.
"Dia terperosok dengan keadaan terbaring dan sempat melambaikan tangan untuk
meminta pertolongan," kata Sutrisno yang adalah teman korban.
Menurut Sutrisno, Wahyudi tidak dapat diselamatkan, oleh karena limbah tetes kental
seperti lumpur dan terus-menerus menenggelamkan korban. "Jika bergerak di limbah
tetes ini, orang akan semakin cepat tenggelam," tutur Sutrisno.
Selagi informasi telah berhasil dikumpulkan dari sejumlah saksi dari karyawan Pabrik
Gula Djatiroto, ternyata korban tidak menggunakan alat pengaman untuk memeriksa
limbah tetes. Bahkan dari pihak Pabrik Gula Djatirpto pun tidak menmfasilitasi alat
keselamatan dan alat perlindungan diri bagi karyawannya.
Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Jatiroto Aiptu Hariyanto, kelompoknya masih
menyelidiki saksi-saksi yang melihat atau mengetahui kejadian. Sedangkan saat ini
dilakukan penyidikan bagi korban agar dapat mengetahui jika ada unsur pembunuhan.
"Kami minta persetujuan dari keluarga korban untuk melakukan penyidikan untuk
mengurangi rasa khawatir keluarga korban yang masih tidak percaya akan kejadian
ini," kata Hariyanto.
(fat/fat)

3.2 Analisis Kasus
Jika diamati dari penyebab kecelakaan, maka penyebab utama tenggelamnya
Wahyudi di telaga penampungan limbah Pabrik Gula Djatirpto adalah Wahyudi yang
tidak memakai Alat Perlindungan Diri. Dan ternyata, pihak pabrik pun tidak
memfasilitasi Alat Perlindungan Diri (APD) bagi para karyawannya. Melihat kejadian
tersebut, kesalahan terdapat pada pihak pabrik, karena jika pihak pabrik memfasilitasi
APD, kemungkinan kejadian tersebut tidak akan terjadi.
10

Selain memfasilitasi APD, pihak pabrik pun harus melakukan sosialisasi tentang
kecelakaan kerja apa saja yang mungkin terjadi di Pabrik Gula Djatirpto, dan juga
pencegahan seperti apa yang bias dilakukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
Pihak pabrik juga harus selalu melakukan pemeriksaan terhadap seluruh peralatan
yang berada di kawasan kerja. Jika ada alat yang mulai rusak harus segera diperbaiki
secepat mungkin.
Tidak hanya sosialisasi, pelatihan dan perhatian mengenai keselamatan kerja perlu
diberikan kepada karyawan agar benar-benar paham tentang bahaya dan risiko yang
ada di kawasan pabrik. Jika para karyawan sudah memahami bahaya dan risikonya
maka karyawan akan lebih berhati-hati dan tidak lalai dalam melakukan
pekerjaannya, terlebih lagi jika itu pekerjaan yang memiliki ancaman kecelakaan
yang tinggi.
Lalu, penyebab yang lainnya adalah minimnya pengawasan manajemen pada pabrik
tersebut. Karena pengawasan merupakan hal yang wajib dan terstruktur, mengingat
pabrik tersebut adalah perusahaan manufaktur. Tentunya pihak pabrik mengetahui
bahwa perusahaannya memiliki pekerjaan yang berisiko tinggi, maka dari iru pihak
pabrik sangat dianjurkan untuk melakukan pengawasan secara berkala. Salah satunya
adalah dengan memfasilitasi Alat Perlindungan Diri agar kejadian tersebut tidak
terulang kembali.
Setelah diketahui adanya kejadian ini, pihak pabrik perlu mengadakan evaluasi
mengenai sistem manajemen k3 bagi pabrik dan juga perlu diadakannya peringatan
dan pemberitahuan kepada karyawan yang lainnya agar tetap menjaga keselamatan
pada saat bekerja dan ada disekitar kawasan kerja.
Pihak pabrik harus mengambil moral atau pelajaran yang didapat dari kejadian
tersebut, agar tidak terjadi lagi hal yang serupa, karena akan menurunkan
kepercayaan masyarakat terhadap Pabrik gula Djatirpto.

4. Kesimpulan
Pelaksanaan SMK3 menyandang pengaruh yang besar didalam perusahaan. Dari studi
kasus yang dibahas pada analisis kasus terbukti jika SMK3 tidak dilaksanakan dengan
baik, maka akan mengakibatkan kecelakaan di kawasan kerja. Perusahaan pun harus
melakukan pengawasan tentang pelaksanaan SMK3 agar kecelakaan kerja di kawasan
kerja bias berkurang dan akan membuat karyawan tidak khawatir lagi karena dapat
menanggulangi kecelakaan tersebut.

5. Daftar Pustaka
Prawiranegara, Raden Indra dan Tjahjawati, Sri Surjani. (2015). Pengaruh Pelaksanaan Program
Keselamatan Kesehatan (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Riset Bisnis
dan Investasi, Vol. 1, No. 2, 20-30

11

Hapsyah, Mestina dan Harmon. (2015). Pengaruh Penerapan K3 Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Riset Bisnis dan Investasi, Vol. 1, No. 2, 123-138
Mukaram. (1997). Manajemen Proyek. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1. No. 1, 21-28
Suma’mur. (1981). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung

Agung.

Suardi, Rudi. (2007). Sistem Manajemen K3. Jakarta: PPM
Siswowardojo, Widodo. (2003). Norma Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan. Edisi 1,
Yogyakarta.
Tasliman. H.A. (1993). K3 (Bahan Ajar). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Suma`mur. (1996). HIPERKES. Jakarta: Sagung Seto.
Sucipto, Cecep Dani. (2014). K3. Yogyakarta: Gosyen
Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat

12

13

14