BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pemberian Makanan Selingan Terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja di PT Canggih Lestari Plastika Kecamatan Medan Sunggal Medan Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Menurut Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Depnaker RI, 2003). Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku maupun sebagai tujuan dari pembangunan masyarakat Indonesia (Depnaker, 2003). Untuk mencapai pembangunan masyarakat Indonesia tersebut maka diselenggarakanlah secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan melalui penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes RI, 2004).

  Berdasarkan Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengenai tanggung jawab pemerintah yaitu pasal 46 yang menyebutkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat dan dalam pasal 47 yang menyebutkan bahwa upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan yang dapat dilaksanakan dengan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit (Depkes RI, 2009). Sebagai pelaksanaannya sesuai yang telah diatur dalam Undang-undang No 36/2009 tentang Kesehatan pasal 48 maka dilakukan penyelenggaraan upaya kesehatan kerja berupa penyesuaian antara asupan gizi, kapasitas kerja, waktu kerja, dan lingkungan kerja agar pekerja dapat bekerja secara baik tanpa membahayakan diri sendiri ataupun orang lain di sekitarnya (Depkes RI, 2009).

  Berdasarkan Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam pasal 164 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan dan pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, dalam pasal 165 juga disebutkan pengelola tempat kerja wajib melakukan segala upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja, dan dalam pasal 166 juga menyebutkan majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.

  Menurut Depkes RI (2002), upaya-upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaannya dan lingkungan kerja meliputi baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode kerja, proses kerja, dan kondisi kerja yang bertujuan untuk :

  1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.

  2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

  3. Memberikan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatannya.

  4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

  Salah satu upaya pelaksanaan kesehatan kerja lainnya adalah penyesuaian asupan gizi bagi tenaga kerja, karena tenaga kerja membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori untuk melakukan aktivitas fisik yaitu bekerja (Depkes RI, 2009). Asupan kalori bagi tenaga kerja bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk itu kebutuhan harus sesuai dengan aktivitas fisiknya. Kesehatan dan daya kerja atau produktivitas kerja sangat erat hubungannya dengan status gizi dari tenaga kerja itu sendiri. Namun hal ini sering tidak diperhatikan oleh tenaga kerja sendiri, pihak manajemen, ataupun oleh pemilik perusahaan sendiri (Irianto, 2007).

  Hal di atas juga didukung oleh pendapat Suma’mur (2009) bahwa kondisi gizi yang kurang diakibatkan oleh kemampuan ekonomi seperti kemiskinan dan tingkat pengupahan yang rendah atau tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi yang sangat berkaitan dengan aktivitas fisik yang dilakukannya, ditambah lagi bagi kondisi lingkungan kerja yang buruk. Energi yang diperlukan untuk aktivitas fisik diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berdasarkan alasan tersebut di atas, kiranya tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja fisik dan pertumbuhan seseorang.

  Keadaan gizi pada pekerja sangat tentunya mempunyai pengaruh terhadap pekerjaannya karena bekerja memerlukan energi yang menghasilkan panas untuk melakukan kerja dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seseorang tenaga kerja maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi pekerja tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak tubuh untuk diubah menjadi tenaga, dan bila keadaan ini berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut. Berdasarkan paparan sebelumnya, sudah selayaknya para tenaga kerja, pihak manajemen, dan pemilik perusahaan perlu memahami karakter dan manfaat berbagai zat gizi atau bahan makanan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan tentunya akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas (Irianto, 2007).

  Menurut Kartasapoetra et. al. (2010), keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara total langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya, dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional.

  Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB/WHO) mengungkap pentingnya penanggulangan kekurangan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur sesuai siklus kehidupan. Investasi di sektor sosial menjadi sangat penting dalam peningkatan SDM, karena akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara. Investasi gizi juga berperan penting untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi sebagai upaya peningkatan SDM. Beberapa dampak buruk kurang gizi : 1.

  Rendahnya produktivitas kerja.

  2. Kehilangan kesempatan sekolah.

  3. Kehilangan sumber daya karena biaya kesehatan yang tinggi (Adriani et. al. , 2012).

  Menurut Andriani et. al. (2012), untuk menjaga agar individu tidak kekurangan gizi, maka akses setiap individu terhadap pangan harus dijamin.

  Akses pangan setiap individu ini sangat tergantung pada ketersediaan pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya secara kontinu (spasial dan waktu).

  Kemampuan mengakses pangan ini dipengaruhi oleh daya beli yang berkaitan dengan tingkat pendapatan dan kemiskinan seseorang. Dalam hal untuk menjaga kesehatan, orang perlu makan makanan yang bergizi. Jika kita tidak dapat menanam, membeli, atau barter makanan yang cukup untuk keluarga dan kita sendiri maka kita menghadapi kelaparan, kurang gizi, dan banyak gangguan kesehatan lainnya.

  Di Indonesia, beras merupakan makanan pokok utama bahkan juga pertama di berbagai daerah termasuk daerah yang sebelumnya mempunyai pola pangan pokok non beras seperti jagung, sagu, dan umbi-umbian. Selain itu beras terlanjur sebagai komoditas politik dan publik yang melibatkan banyak pengambil kebijakan dan pelaku ekonomi (Andriani et. al. 2012).

  Dalam buku “Panduan Gizi Lengkap”, terdapat sebuah istilah yang diungkapkan oleh Irianto (2007) yaitu “Life is activity” (hidup adalah bergerak), memiliki makna bahwa aktivitas atau gerak merupakan ciri kehidupan. Manusia bergerak dalam rangka mempertahankan hidup, misalnya : manusia purba bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dan berburu binatang dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Hingga zaman modern seperti sekarang pun aktivitas/gerak tidak bisa lepas dari tuntutan hidup manusia : untuk mencari nafkah, mencari ilmu, mendapatkan derajat sehat dan bugar serta mengembangkan ketrampilan melalui olahraga. Kerja merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara terus menerus untuk berbagai tujuan, antara lain mendapatkan imbalan, bonus, pendidikan, rekreasi, dan prestasi.

  Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi, dan adanya peningkatan ketrampilan dari tenaga kerja (Hasibuan, 2008).

  Menurut Sinungan (2005), manusia adalah faktor salah satu produktivitas yang meliputi kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, keahlian, masa bekerja, dan umur. Berdasarkan penelitian Koesumawati (2004) mengemukakan ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan masa kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada perusahaan tekstil PT Kusumateks Yogyakarta.

  Hasil penelitian Ginting (2011) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja (p > 0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori gizi normal.

  Hasil penelitian Rodger et. al. (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan produktivitas kerja di sektor pelayanan kesehatan di rumah sakit di Queensland. Hasil penelitian Oppusunggu (2008) menunjukkan bahwa terdapat keberhasilan dalam pemberian gizi tambahan (Tablet tambah darah Fe) terhadap peningkatan produktivitas kerja wanita pensortir daun tembakau di PT X Kabupaten Deli Serdang.

  PT Canggih Lestari Plastika adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan plastik PVC (Polyvinyl Chlorida) sebagai pipa untuk saluran air dalam berbagai ukuran dengan berbahan dasar biji-biji dan serbuk plastik PVC serta plastik-plastik PVC bekas yang berlokasi di jalan Sentosa No 8 Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dengan perincian proses kerja perusahaan mulai dari bahan baku hingga produk perusahaan dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Gambar 1.1 Proses Kerja

  Peneliti melakukan penelitian terhadap status gizi tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dalam rangka mengetahui status gizi pekerja perusahaan tersebut sebagai survei awal dalam penelitian quasi eksprimen berikutnya dan juga melakukan penelitian terhadap pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika karena berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti, bahwa kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika banyak yang belum mencapai produktivitas kerja yang telah ditetapkan perusahaan.

  Hasil wawancara awal diperoleh bahwa kebutuhan kalori tenaga kerja per hari terkadang belum terpenuhi sehingga mengalami sakit kepala dan kurangnya konsentrasi dalam bekerja sehingga terkadang meminta makanan selingan sebagai makanan tambahan sebagai tambahan untuk porsi sarapan yang kurang memadai dan sekaligus agar dapat meningkatkan status gizi mereka sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih produktif lagi sehingga dapat meningkatkan kapasitas kerjanya.

  Berdasarkan kecukupan energi baku bagi orang Indonesia (Kartasapoetra, 2010), dengan rentang umur 20 tahun hingga 60 tahun dengan berat badan 65 kg diperlukan sekitar 2600 kal yang dibagi menjadi 3 jadwal makan utama yaitu jadwal makan pagi sebesar 25% dari total kebutuhan kalori, jadwal makan siang sebesar 30% dari total kebutuhan kalori, dan jadwal makan malam sebesar 25% dari toal kebutuhan kalori serta 2 jadwal makan selingan yaitu jadwal selingan sekitar jam 10 pagi sebesar 10% dari total kebutuhan kalori dan jadwal selingan sekitar jam 3 sore sekitar 10% dari total kebutuhan kalori, sehingga tenaga kerja yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi akan kehilangan kalori jadwal makan utamanya sebesar 25% dari total kebutuhan kalori seharinya sehingga dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.

  Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai status gizi tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dan pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dan sekaligus untuk membandingkan hasil terhadap hasil penelitian yang telah ada sebelumnya sehingga hasilnya dapat digunakan oleh pemilik perusahaan dalam memberikan keputusan pemberian makanan selingan sebagai asupan gizi tambahan kepada tenaga kerja.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan penelitian adalah apakah terdapat pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk : Menganalisis apakah ada pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika.

  1.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja di PT Canggih Lestari Plastika Medan.

1.5 Manfaat Penelitian 1.

  Bagi tenaga kerja, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tenaga kerja khususnya yang ada di PT Canggih Lestari Plastika mengenai status gizi para pekerja sendiri dan pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja.

  2. Bagi manajemen PT Canggih Lestari Plastika, diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukkan dalam membuat perencanaan mengenai pengadaan makanan selingan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Makanan Selingan Terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja di PT Canggih Lestari Plastika Kecamatan Medan Sunggal Medan Tahun 2014

5 62 103

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Disiplin Kerja dan Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penjualan di PT Alfa Scorpii Medan

0 2 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Membeli Produk Orijinal Ekonomi Kreatif di Kecamatan Medan Sunggal

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Motivasi Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Barat Kota Medan

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan Tahun 2015

0 0 8

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Lingkungan dan Etika Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Mega Tbk. Cabang Pembantu Katamso Medan

0 1 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari Belawan Tahun 2015

0 0 8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Peramalah Jumlah Angkatan Kerja di Kota Medan pada Tahun 2012-2015

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi Kerja 2.1.1 Definisi Gizi Kerja - Pengaruh Pemberian Makanan Selingan Terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja di PT Canggih Lestari Plastika Kecamatan Medan Sunggal Medan Tahun 2014

0 0 42