Pengaruh Pemberian Makanan Selingan Terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja di PT Canggih Lestari Plastika Kecamatan Medan Sunggal Medan Tahun 2014

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS KERJA TENAGA KERJA

DI PT CANGGIH LESTARI PLASTIKA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

YUSRIWAN TJUANDA 127032050/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS KERJA TENAGA KERJA

DI PT CANGGIH LESTARI PLASTIKA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YUSRIWAN TJUANDA 127032050/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS KERJA TENAGA KERJA DI PT CANGGIH LESTARI PLASTIKA

KECAMATAN MEDAN SUNGGAL-MEDAN TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Yusriwan Tjuanda Nomor Induk Mahasiswa : 127032050

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes)

Ketua Anggota (Ir. Kalsum, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes

2. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si 3. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN SELINGAN TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS KERJA TENAGA KERJA

DI PT CANGGIH LESTARI PLASTIKA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

YUSRIWAN TJUANDA 127032050/IKM


(6)

ABSTRAK

PT Canggih Lestari Plastika adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan pipa PVC yang berlokasi di jalan Sentosa No 8 Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan tersebut adalah kapasitas kerja tenaga kerja yang tidak memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan dan setelah dilakukan survei awal diperoleh terdapat tenaga kerja yang tidak mencukupi total kebutuhan kalori per harinya .

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian makanan selingan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10% dari kebutuhan kalori total yang mengandung 10% kebutuhan protein dari kebutuhan protein per harinya akan diberikan di antara 2 jadwal makan pagi dan jadwal makan siang, yaitu sekitar jam 10 pagi) terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika yang dilakukan selama 24 hari dengan sampelnya adalah tenaga kerja pada bagian pengangkutan sejumlah 34 orang. Analisa data dengan menggunakan distribusi frekwensi dan uji t berpasangan.

Hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan rata-rata hasil produksi tenaga kerja pada bagian Mixer, mesin PVC, mesin Kincir, dan pengangkutan produk baik group kontrol dan group subjek sebelum dan sesudah diberikan makanan selingan selama 24 hari.

Kesimpulan yang diperoleh bahwa pemberian makanan selingan dapat meningkatkan persentase peningkatan kapasitas kerja pada tenaga kerja di bagian Mixer, mesin Kincir, dan pengangkutan produk. Sedangkan pada tenaga kerja bagian mesin PVC belum terlihat efeknya yang diakibatkan total kebutuhan kalori per harinya belum tercukupi sebelum intervensi sehingga disarankan kepada pihak personalia PT Canggih Lestrai Plastika untuk memenuhi kecukupan kebutuhan kalori tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika setiap harinya.


(7)

ABSTRACT

PT Canggih Lestari Plastika is a company engaged in the manufacturing of PVC pipe located at Jalan Sentosa No.8 Medan Sunggal Subdistrict, the City of Medan, Province of Sumatera Utara. The problem frequently faced by the company was the work capacity of the employees that did not meet the target set by the company and after the initial survey was conducted it was found out that the employees did not have inadequate total calorie need per day.

The purpose of this study was to analyze the influence of the administration of snack (in this study it was set for 10% of total calorie needed which contains 10% protein needed of the protein needed per day that will be administered between the 2 (two) meal schedules namely between breakfast time and lunch time at about 10 a.m) on the improvement of work capacity of the employees of PT. Canggih Lestari Plastika which was ferformed for 24 days with the samples consisted of 34 employees of the transportation section. The data obtained were analyzed through frequency distribution and t-paired test.

The result of the study showed that the average production produced by the employees in the Mixer, PVC engine, mills machinery, and product transportation sections, both in the control and subject groups is different before and after the snack was given for 24 days.

The conclusion drawn is that the administration of snack can increase the percentage of the work capacity improvement of the employees in the Mixer, PVC engine, mills machinery, and product transportation sections. The influence is not yet seen in the PVC engine employees because the total calori needed per day was not meet before the intervention that the management of personel department of PT. Canggih Lestari Plastika is suggested to administer snack to the employees everyday to meet the daily calorie sufficiency of the employees of PT Canggih Lestari Plastika.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan kasih saying-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pemberian Makanan Selingan terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja di PT Canggih Lestari Plastika Kecamatan Medan Sunggal Medan Tahun 2014”.

Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Komisi Penguji Tesis serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu, mengarahkan, serta meluangkan waktu serta pikiran dalam membimbing penulis guna penyusunan tesis ini.


(9)

5. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S, selaku Komisi Penguji Tesis yang telah memberikan banyak masukan dan arahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Philip selaku Pemilik PT Canggih Lestari Plastika yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan yang dikelola. 8. Ita selaku pengelola kantin PT Canggih Lestari Plastika yang telah membantu

penulis dalam menyediakan segala keperluan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian di PT Canggih Lestari Plastika.

9. Nurul selaku pengawas tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan kegiatan penelitian di PT Canggih Lestari Plastika.

10. Teman-teman peminatan Kesehatan Kerja yang telah bersedia menjadi teman diskusi dan memberikan masukan untuk penyelesaian Tesis ini.

11. Terima kasih yang tak terhingga yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta, Ayah Djaja Tjuanda, Ibu Lina Wijaya, dan saudara-saudariku Sinsiswan Tjuanda, Sinsisria, dan Betharia Tjuanda yang selalu memberikan semangat pada diri penulis dan memberikan dukungan moral dan material selama masa pendidikan.


(10)

Penulis menyampaikan dari tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, September 2014 Penulis

Yusriwan Tjuanda 127032050/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yusriwan Tjuanda, dilahirkan pada tanggal 22 Agustus 1986 di Tanjung Balai, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Djaja Tjuanda dan Lina Wijaya.

Pendidikan formal penulis mulai dari Taman Kanak-kanak di TK Sutomo 1 Medan tamat tahun 1992, Sekolah Dasar di SD Sutomo 1 Medan tamat tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di SMP Sutomo 1 Medan tamat tahun 2001, Sekolah Menengah Atas di SMA Sutomo 1 Medan tamat tahun 2004, Sekolah Tingi S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) tamat tahun 2008, dan Sekolah Tinggi Profesi Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) tamat tahun 2009.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak Tahun 2012 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2014.

Pada tahun 2010 penulis bekerja sebagai dokter di Laboratorium Klinik Thamrin di Medan hingga tahun 2012. Pada tahun 2011 penulis bekerja sebagai guru di SMA Sutomo 1 Medan hingga saat ini.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ………... ii

KATA PENGANTAR ………. iii

RIWAYAT HIDUP ………. vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ………...…… ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Perumusan masalahan ……….. 10

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 10

1.4 Hipotesis ………... 10

1.5 Manfaat Penelitian ……….... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……… 12

2.1 Gizi Kerja………..…...…..….... 12

2.1.1 Definisi Gizi Kerja ………...…. 12

2.1.2 Status Gizi ………..……….. 13

2.1.3 Pengukuran dan Perhitungan Energi Metabolisme Dasar ………. 28

2.2 Makanan Selingan ………....…. 40

2.3 Kapasitas Kerja ………..………… 41

2.4 Hubungan Makanan Selingan dengan Produktivitas Kerja .. 50

2.5 Kerangka Konsep ……….. 52

BAB 3. METODE PENELITIAN ………... 54

3.1 Jenis Penelitian …………..……….… 54

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………..……… 54

3.2.1 Lokasi Penelitian ………...…… 54

3.2.2 Waktu Penelitian ………...… 55

3.3 Populasi dan Sampel ………...……… 55

3.3.1 Populasi ………...……….. 55

3.3.2 Sampel ………...…… 55

3.4 Metode Pengukuran Data ………... 56

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………... 56

3.5.1 Variabel Penelitian ………. 56


(13)

3.5.2.1 Kapasitas Kerja ………...……. 57

3.5.2.2 Makanan Selingan ………. 57

3.5.2.3 IMT Normal ….………...……….. 57

3.5.2.4 Konsumsi Makanan Sebesar 3340 Kalori ….... 58

3.6 Metode Pengukuran ………. 58

3.7 Metode Analisa Data ……… 58

BAB 4. HASIL PENELITIAN ……….……….. 60

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian …….…..……….… 60

4.2 Perincian Kerja Lokasi Penelitian ……….……….. 60

4.3 Analisis Univariat ……….…………... 61

4.3.1 Karakteristik Tenaga Kerja ……… 61

4.4 Analisis Bivariat ...……….………. 62

4.4.1 Analisis pada Tenaga Kerja Bagian Mixer ……… 62

4.4.2 Analisis pada Tenaga Kerja Bagian Mesin PVC …….. 64

4.4.3 Analisis pada Tenaga Kerja Bagian Mesin Kincir ….... 65

4.4.4 Analisis pada Tenaga Kerja Bagian Pengangkutan Hasil 66

BAB 5. PEMBAHASAN ………..………... 68

5.1 Pengaruh Pemberian Makanan Selingan terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Mixer….. 68

5.2 Pengaruh Pemberian Makanan Selingan terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Mesin PVC……….. 73

5.3 Pengaruh Pemberian Makanan Selingan terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Mesin Kincir.……… 75

5.4 Pengaruh Pemberian Makanan Selingan terhadap Peningkatan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Pengangkutan Hasil ………. 77

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN………... 79

6.1 Kesimpulan ……….…….… 79

6.2 Saran ………...…. 80

DAFTAR PUSTAKA ……….. 81 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Standar Energi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur ….. 31

2.2 Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Mixer ……… 48

2.3 Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Mesin PVC …... 49

2.4 Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Mesin Kincir ……. 50

2.5 Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Bagian Pengangkutan Hasil ……… 50

4.1 Distribusi karakteristik tenaga kerja ………... 62

4.2 Perbandingan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Intervensi Bagian Mixer Group Kontrol dengan Group Intervensi ……….………..…….. 63

4.3 Perbandingan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Intervensi Bagian Mesin PVC Group Kontrol dengan Group Intervensi ……….…………..…….. 64

4.4 Perbandingan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Intervensi Bagian Mesin Kincir Group Kontrol dengan Group Intervensi ………..…….. 65

4.5 Perbandingan Kapasitas Kerja Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Intervensi Bagian Pengangkutan Hasil Group Kontrol dengan Group Intervensi ………..….... 66


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1.1 Proses Kerja ……….………. 8

2.1 Piramida dari Pedoman Pesan Dasar Gizi Seimbang ………..….. 39

2.2 Kerangka Konsep ……….…………...…. 52

4.1 Proses Kerja ……….……….… 61

9.1 Tampak Perusahaan dari Luar ………..………… 115

9.2 Foto-Foto Proses Kerja ……….... 115

9.3 Hasil Jadi yang Sudah Dirapikan ……….… 116

9.4 Hasil Pipa PVC di Gudang ……….…. 116

9.5 Foto-Foto Makanan Selingan ………... 116

9.6 Tampak Pekerja Sedang Mencicipi Makanan ……….. 117

9.7 Foto Peneliti Bersama Juru Masak ………... 117

9.8 Tampak Pekerja Sedang Mencicipi Makanan Selingan ……….... 118


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Surat Izin dari Fakultas………... 84

2 Surat Izin dari PT Canggih Lestari Plastika ……….. 85

3 Jadwal Makanan Selingan ………. 86

4 Lembar Pertanyaan ……… 88

5 Hasil Wawancara dan Pengukuran ……… 89

6 Menu Makanan selama 24 Hari Penelitian……….... 90

7 Master Data………... 101

8 Hasil Analisis Uji T-Berpasangan………. 104


(17)

ABSTRAK

PT Canggih Lestari Plastika adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan pipa PVC yang berlokasi di jalan Sentosa No 8 Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan tersebut adalah kapasitas kerja tenaga kerja yang tidak memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan dan setelah dilakukan survei awal diperoleh terdapat tenaga kerja yang tidak mencukupi total kebutuhan kalori per harinya .

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian makanan selingan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10% dari kebutuhan kalori total yang mengandung 10% kebutuhan protein dari kebutuhan protein per harinya akan diberikan di antara 2 jadwal makan pagi dan jadwal makan siang, yaitu sekitar jam 10 pagi) terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika yang dilakukan selama 24 hari dengan sampelnya adalah tenaga kerja pada bagian pengangkutan sejumlah 34 orang. Analisa data dengan menggunakan distribusi frekwensi dan uji t berpasangan.

Hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan rata-rata hasil produksi tenaga kerja pada bagian Mixer, mesin PVC, mesin Kincir, dan pengangkutan produk baik group kontrol dan group subjek sebelum dan sesudah diberikan makanan selingan selama 24 hari.

Kesimpulan yang diperoleh bahwa pemberian makanan selingan dapat meningkatkan persentase peningkatan kapasitas kerja pada tenaga kerja di bagian Mixer, mesin Kincir, dan pengangkutan produk. Sedangkan pada tenaga kerja bagian mesin PVC belum terlihat efeknya yang diakibatkan total kebutuhan kalori per harinya belum tercukupi sebelum intervensi sehingga disarankan kepada pihak personalia PT Canggih Lestrai Plastika untuk memenuhi kecukupan kebutuhan kalori tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika setiap harinya.


(18)

ABSTRACT

PT Canggih Lestari Plastika is a company engaged in the manufacturing of PVC pipe located at Jalan Sentosa No.8 Medan Sunggal Subdistrict, the City of Medan, Province of Sumatera Utara. The problem frequently faced by the company was the work capacity of the employees that did not meet the target set by the company and after the initial survey was conducted it was found out that the employees did not have inadequate total calorie need per day.

The purpose of this study was to analyze the influence of the administration of snack (in this study it was set for 10% of total calorie needed which contains 10% protein needed of the protein needed per day that will be administered between the 2 (two) meal schedules namely between breakfast time and lunch time at about 10 a.m) on the improvement of work capacity of the employees of PT. Canggih Lestari Plastika which was ferformed for 24 days with the samples consisted of 34 employees of the transportation section. The data obtained were analyzed through frequency distribution and t-paired test.

The result of the study showed that the average production produced by the employees in the Mixer, PVC engine, mills machinery, and product transportation sections, both in the control and subject groups is different before and after the snack was given for 24 days.

The conclusion drawn is that the administration of snack can increase the percentage of the work capacity improvement of the employees in the Mixer, PVC engine, mills machinery, and product transportation sections. The influence is not yet seen in the PVC engine employees because the total calori needed per day was not meet before the intervention that the management of personel department of PT. Canggih Lestari Plastika is suggested to administer snack to the employees everyday to meet the daily calorie sufficiency of the employees of PT Canggih Lestari Plastika.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Depnaker RI, 2003). Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku maupun sebagai tujuan dari pembangunan masyarakat Indonesia (Depnaker, 2003). Untuk mencapai pembangunan masyarakat Indonesia tersebut maka diselenggarakanlah secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan melalui penyelenggaraan upaya kesehatan kerja (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengenai tanggung jawab pemerintah yaitu pasal 46 yang menyebutkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat dan dalam pasal 47 yang menyebutkan bahwa upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk


(20)

kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan yang dapat dilaksanakan dengan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit (Depkes RI, 2009). Sebagai pelaksanaannya sesuai yang telah diatur dalam Undang-undang No 36/2009 tentang Kesehatan pasal 48 maka dilakukan penyelenggaraan upaya kesehatan kerja berupa penyesuaian antara asupan gizi, kapasitas kerja, waktu kerja, dan lingkungan kerja agar pekerja dapat bekerja secara baik tanpa membahayakan diri sendiri ataupun orang lain di sekitarnya (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam pasal 164 menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan dan pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, dalam pasal 165 juga disebutkan pengelola tempat kerja wajib melakukan segala upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga kerja, dan dalam pasal 166 juga menyebutkan majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.

Menurut Depkes RI (2002), upaya-upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaannya dan lingkungan kerja meliputi baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode kerja, proses kerja, dan kondisi kerja yang bertujuan untuk :


(21)

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatannya.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

Salah satu upaya pelaksanaan kesehatan kerja lainnya adalah penyesuaian asupan gizi bagi tenaga kerja, karena tenaga kerja membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori untuk melakukan aktivitas fisik yaitu bekerja (Depkes RI, 2009). Asupan kalori bagi tenaga kerja bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk itu kebutuhan harus sesuai dengan aktivitas fisiknya. Kesehatan dan daya kerja atau produktivitas kerja sangat erat hubungannya dengan status gizi dari tenaga kerja itu sendiri. Namun hal ini sering tidak diperhatikan oleh tenaga kerja sendiri, pihak manajemen, ataupun oleh pemilik perusahaan sendiri (Irianto, 2007).

Hal di atas juga didukung oleh pendapat Suma’mur (2009) bahwa kondisi gizi yang kurang diakibatkan oleh kemampuan ekonomi seperti kemiskinan dan


(22)

tingkat pengupahan yang rendah atau tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi yang sangat berkaitan dengan aktivitas fisik yang dilakukannya, ditambah lagi bagi kondisi lingkungan kerja yang buruk. Energi yang diperlukan untuk aktivitas fisik diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berdasarkan alasan tersebut di atas, kiranya tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja fisik dan pertumbuhan seseorang.

Keadaan gizi pada pekerja sangat tentunya mempunyai pengaruh terhadap pekerjaannya karena bekerja memerlukan energi yang menghasilkan panas untuk melakukan kerja dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seseorang tenaga kerja maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi pekerja tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak tubuh untuk diubah menjadi tenaga, dan bila keadaan ini berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut. Berdasarkan paparan sebelumnya, sudah selayaknya para tenaga kerja, pihak manajemen, dan pemilik perusahaan perlu memahami karakter dan manfaat berbagai zat gizi atau bahan makanan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan tentunya akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas (Irianto, 2007).

Menurut Kartasapoetra et. al. (2010), keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini


(23)

sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara total langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya, dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB/WHO) mengungkap pentingnya penanggulangan kekurangan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur sesuai siklus kehidupan. Investasi di sektor sosial menjadi sangat penting dalam peningkatan SDM, karena akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara. Investasi gizi juga berperan penting untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi sebagai upaya peningkatan SDM. Beberapa dampak buruk kurang gizi :

1. Rendahnya produktivitas kerja. 2. Kehilangan kesempatan sekolah.

3. Kehilangan sumber daya karena biaya kesehatan yang tinggi (Adriani et. al. , 2012).

Menurut Andriani et. al. (2012), untuk menjaga agar individu tidak kekurangan gizi, maka akses setiap individu terhadap pangan harus dijamin. Akses pangan setiap individu ini sangat tergantung pada ketersediaan pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya secara kontinu (spasial dan waktu). Kemampuan mengakses pangan ini dipengaruhi oleh daya beli yang berkaitan


(24)

dengan tingkat pendapatan dan kemiskinan seseorang. Dalam hal untuk menjaga kesehatan, orang perlu makan makanan yang bergizi. Jika kita tidak dapat menanam, membeli, atau barter makanan yang cukup untuk keluarga dan kita sendiri maka kita menghadapi kelaparan, kurang gizi, dan banyak gangguan kesehatan lainnya.

Di Indonesia, beras merupakan makanan pokok utama bahkan juga pertama di berbagai daerah termasuk daerah yang sebelumnya mempunyai pola pangan pokok non beras seperti jagung, sagu, dan umbi-umbian. Selain itu beras terlanjur sebagai komoditas politik dan publik yang melibatkan banyak pengambil kebijakan dan pelaku ekonomi (Andriani et. al. 2012).

Dalam buku “Panduan Gizi Lengkap”, terdapat sebuah istilah yang diungkapkan oleh Irianto (2007) yaitu “Life is activity” (hidup adalah bergerak), memiliki makna bahwa aktivitas atau gerak merupakan ciri kehidupan. Manusia bergerak dalam rangka mempertahankan hidup, misalnya : manusia purba bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dan berburu binatang dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Hingga zaman modern seperti sekarang pun aktivitas/gerak tidak bisa lepas dari tuntutan hidup manusia : untuk mencari nafkah, mencari ilmu, mendapatkan derajat sehat dan bugar serta mengembangkan ketrampilan melalui olahraga. Kerja merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara terus menerus untuk berbagai tujuan, antara lain mendapatkan imbalan, bonus, pendidikan, rekreasi, dan prestasi.


(25)

Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi, dan adanya peningkatan ketrampilan dari tenaga kerja (Hasibuan, 2008).

Menurut Sinungan (2005), manusia adalah faktor salah satu produktivitas yang meliputi kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, keahlian, masa bekerja, dan umur. Berdasarkan penelitian Koesumawati (2004) mengemukakan ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan masa kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada perusahaan tekstil PT Kusumateks Yogyakarta.

Hasil penelitian Ginting (2011) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja (p > 0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori gizi normal.

Hasil penelitian Rodger et. al. (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan produktivitas kerja di sektor pelayanan kesehatan di rumah sakit di Queensland. Hasil penelitian Oppusunggu (2008) menunjukkan bahwa terdapat keberhasilan dalam pemberian gizi tambahan (Tablet tambah darah Fe) terhadap peningkatan produktivitas kerja wanita pensortir daun tembakau di PT X Kabupaten Deli Serdang.


(26)

PT Canggih Lestari Plastika adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan plastik PVC (Polyvinyl Chlorida) sebagai pipa untuk saluran air dalam berbagai ukuran dengan berbahan dasar biji-biji dan serbuk plastik PVC serta plastik-plastik PVC bekas yang berlokasi di jalan Sentosa No 8 Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dengan perincian proses kerja perusahaan mulai dari bahan baku hingga produk perusahaan dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Gambar 1.1 Proses Kerja

Peneliti melakukan penelitian terhadap status gizi tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dalam rangka mengetahui status gizi pekerja perusahaan


(27)

tersebut sebagai survei awal dalam penelitian quasi eksprimen berikutnya dan juga melakukan penelitian terhadap pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika karena berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti, bahwa kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika banyak yang belum mencapai produktivitas kerja yang telah ditetapkan perusahaan.

Hasil wawancara awal diperoleh bahwa kebutuhan kalori tenaga kerja per hari terkadang belum terpenuhi sehingga mengalami sakit kepala dan kurangnya konsentrasi dalam bekerja sehingga terkadang meminta makanan selingan sebagai makanan tambahan sebagai tambahan untuk porsi sarapan yang kurang memadai dan sekaligus agar dapat meningkatkan status gizi mereka sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih produktif lagi sehingga dapat meningkatkan kapasitas kerjanya.

Berdasarkan kecukupan energi baku bagi orang Indonesia (Kartasapoetra, 2010), dengan rentang umur 20 tahun hingga 60 tahun dengan berat badan 65 kg diperlukan sekitar 2600 kal yang dibagi menjadi 3 jadwal makan utama yaitu jadwal makan pagi sebesar 25% dari total kebutuhan kalori, jadwal makan siang sebesar 30% dari total kebutuhan kalori, dan jadwal makan malam sebesar 25% dari toal kebutuhan kalori serta 2 jadwal makan selingan yaitu jadwal selingan sekitar jam 10 pagi sebesar 10% dari total kebutuhan kalori dan jadwal selingan sekitar jam 3 sore sekitar 10% dari total kebutuhan kalori, sehingga tenaga kerja yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi akan kehilangan kalori jadwal makan


(28)

utamanya sebesar 25% dari total kebutuhan kalori seharinya sehingga dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai status gizi tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dan pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dan sekaligus untuk membandingkan hasil terhadap hasil penelitian yang telah ada sebelumnya sehingga hasilnya dapat digunakan oleh pemilik perusahaan dalam memberikan keputusan pemberian makanan selingan sebagai asupan gizi tambahan kepada tenaga kerja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan penelitian adalah apakah terdapat pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

Menganalisis apakah ada pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika.


(29)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja di PT Canggih Lestari Plastika Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi tenaga kerja, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tenaga kerja khususnya yang ada di PT Canggih Lestari Plastika mengenai status gizi para pekerja sendiri dan pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja.

2. Bagi manajemen PT Canggih Lestari Plastika, diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukkan dalam membuat perencanaan mengenai pengadaan makanan selingan.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Kerja 2.1.1 Definisi Gizi Kerja

Menurut Irianto (2007), istilah gizi berasal dari bahasa arab “Giza” yang berarti zat makanan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Lebih luas, gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. Sedangkan kerja adalah suatu aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk melangsungkan hidup agar lebih baik.

Pengertian gizi kerja adalah suatu proses organisme dalam menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga agar dapat melakukan suatu aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk melangsungkan hidup agar lebih baik (Irianto, 2007).


(31)

2.1.2 Status Gizi

Menurut Robinson dan Weighley dalam buku “Pengantar Gizi Masyarakat” (2012), status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh dan kebutuhan gizi adalah banyaknya zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat.

Menurut Standar Baku Nasional, status gizi dibedakan menjadi : 1. Status gizi gemuk dengan BB/TB > 2SD dari z score.

2. Status gizi normal dengan BB/TB di antara -2SD hingga 2SD dari z score.

3. Status gizi kurus (wasted) dengan BB/TB < -2SD dari z score. 4. Status gizi kurus sekali dengan BB/TB < -2SD dari z score.

Status gizi juga dapat dihitung berdasarkan berat badan ideal dan indeks massa tubuh. Penentuan berat badan menggunakan standar Brocca yaitu :

Berat badan Ideal (kg) = {(Tinggi badan (cm) – 100) – 10% (TB – 100) Penentuan Indeks Massa Tubuh dengan menggunakan rumus :

IMT = ����� ����� (��) ������ �����2

Pembagian kategorinya di Indonesia sebagai berikut : 1. Kurus :


(32)

b. Kekurangan berat badan tingkat ringan dengan IMT 17,0 – 18,5 2. Normal dengan IMT 18,5 – 25,0

3. Gemuk :

a. Kelebihan berat badan tingkat ringan dengan IMT 25,0 – 27,0

b. Kelebihan berat badan tingkat berat dengan IMT > 27,0 (Indrawani, 2007)

Gizi salah (malnutrition) dapat didefinisikan sebagai keadaan sakit atau penyakit yang disebabkan oleh kekurangan relatif atau mutlak dam kelebihan satu atau lebih zat makanan esensial yang berguna dalam tubuh manusia (Oppusunggu, 2008). Menurut bentuknya, gizi salah diklasifikasikan oleh Barba dkk (1991) sebagai berikut :

1. Gizi kurang (undernutrition), keadaan ini sebagai akibat dari konsumsi makanan yang tidak memadai jumlahnya pada kurun waktu cukup lama. Contoh : kekurangan energi protein (KEP) dapat menyebabkan penyakit marasmus dan kwashiorkor.

2. Gizi lebih (overnutrition), keadaan ini diakibatkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan untuk jangka waktu yang cukup lama. Contoh : kegemukan. 3. Kurang gizi spesifik (specific deficiency), keadaan ini disebabkan oleh

kekurangan relatif atau mutlak pada zat-zat makanan tertentu. Contohnya : kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan penyakit xeropthalmia dan


(33)

gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) yang dapat menyebabkan penyakit gondok.

4. Gizi tak seimbang (inbalance), kondisi yang merupakan akibat dari tidak seimbangnya jumlah antara zat makanan esensial dengan atau tanpa kekurangan zat makanan tertentu. Contoh : gangguan keseimbangan tubuh, sering loyo, dan lain-lain.

Menurut Adriani (2012), kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu dengan memperhatikan “Empat Sehat, Lima Sempurna” yang selalu dianjurkan pemerintah, setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanan/gizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Zat makanan (gizi) yang diperlukan tubuh manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (pangan nabati) dan ada pula yang berasal dari hewan (pangan hewani).

Setiap orang selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan, dalam kehidupan sehari-hari. Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi tersebut, mempunyai nilai yang sangat penting tergantung dari macam-macam bahan makanannya yang berguna untuk :

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan, misalnya : penggantian sel-sel


(34)

yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh.

b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Irianto, 2007). Namun demikian, beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan, terhadap penyediaan bahan-bahan makanannya, tetap masih merupakan kendala-kendala. Kemauan setiap rumah tangga untuk memperbaiki pola pemberian makanan kepada anggota keluarga dengan makanan yang bergizi memang telah ada, akan tetapi keadaan dan kemampuan kepala rumah tangganya (terutama berkaitan dengan pendapatan/penghasilan yang diperoleh) sering menjadikan kemauan yang telah ada hanya sebagai rencana saja tanpa unsur-unsur pendukungnya (Irianto, 2007).

Menurut Harper et. al. (1985) dalam Pangan Gizi dan Pertanian, di Negara-negara yang sedang berkembang ada 4 faktor yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan sehari-hari bagi sebagian besar penduduknya, yaitu :

a. Produksi pangan untuk keperluan rumah tangga.

b. Pengeluaran uang untuk keperluan pangan rumah tangga. c. Pengetahuan tentang gizi.

d. Tersedianya pangan, yang dipengaruhi oleh point a dan b.

Menurut Kartasapoetra (2010), manusia demi kehidupannya sangat ditentukan oleh berlangsungnya atau bergeraknya proses-proses dalam tubuhnya, seperti berlangsungnya proses peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan, proses-proses fisiologis lainnya, selanjutnya bergerak


(35)

melakukan berbagai kegiatan atau melakukan pekerjaan fisik, untuk itu semua diperlukan energi. Dalam masyarakat yang diet sehari-harinya sebagian berasal dari sumber nabati, adanya penyakit infeksi maupun investasi parasit sangat berperan dalam penentuan tingkat status gizi.

Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukkan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah baik kekuatannya, fisiknya, maupun daya ingatannya serta daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi (Kartasapoetra, 2010).

Menurut Suhardjo (1988) dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan energi cadangan dalam tubuh, namun kebiasaaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi.

Seorang anak dipacu oleh orang tuanya agar rajin bekerja, rajin belajar agar kelak menjadi orang yang berguna, akan tetapi kurang diperhatikannya makanan yang bergizi, maka harapan orang tua tersebut besar kemungkinannya tidak akan tercapai, bahkan anak tersebut selain pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya akan terganggu juga akan menjadi anak yang lemah, tidak periang, dan tidak bergairah. Demikian pula orang dewasa yang telah bekerja, ia bekerja keras


(36)

tanpa diimbangi dengan makanan yang bergizi yang dimakannya setiap hari maka dalam waktu dekat ia akan menderita kekurangan tenaga, lemas, dan tidak bergairah untuk melakukan pekerjaannya. Contoh-contoh tersebut hendaknya diperhatikan oleh orang tua dan oleh pengusaha dimana orang dewasa tadi bekerja (Suhardjo, 1988).

Mengapa anak dan orang dewasa tadi menjadi lesu, lemah, kurang berdaya untuk melakukan segala sesuatu kegiatan?. masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi orang dewasa yang bekerja dengan energi yang melebihi kewajaran (membanting tulang demi untuk memperoleh pendapatan yang lebih) umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan tidak adanya penggantian energi dan energi cadangan sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya produktivitas kerja yang dikehendaki (Suhardjo, 1988).

Menurut Irianto (2007), pada masa sekarang, para pengusaha telah memikirkan akan masalah yang dihadapi oleh para karyawannya yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan (biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (Extra Voeding). Pembatasan waktu kerja, pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan pengusaha untuk mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan dari para karyawannya.


(37)

Menurut Irianto (2007), dalam pengertian makanan sebagai sumber energi ternyata energi makanan dalam proses-proses yang terjadi dalam tubuh hanya sebagian saja yang diubah menjadi tenaga, sedang lainnya diubah menjadi panas. Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh, setelah melakukan pekerjaan fisik yang cukup berat atau cukup lama akan terasa badan menjadi panas. Dalam keadaan hanya sedikit melakukan kerja fisik, sebagian besar energi diubah menjadi panas, dan dalam keadaan tidak melakukan pekerjaan fisik maka relatif seluruh energi diubah menjadi panas dan selanjutnya panas akan ke luar dari tubuh.

Energi yang dihasilkan oleh berbagai jenis makanan tidaklah sama, padahal manusia harus mendapatkan sejumlah makanan tertentu setiap harinya yang menghasilkan energi, terutama untuk mempertahankan proses kerja tubuhnya dan menjalankan kegiatan-kegiatan fisik, maka manusia sendiri harus dapat mengetahui atau menentukan banyaknya energi yang dari makanan yang dimakan itu mencukupi energi minimal untuk keperluan menjalankan proses kerja tubuh (Basal Metabolism Rate). Jika masih kurang, haruslah segera dipenuhi karena kalau tidak dipenuhi, akibatnya akan buruk terhadap kesehatan tubuh (Irianto, 2007).

Sebagian ahli telah mengemukakan bahwa energi minimal yang digunakan untuk menjalankan proses kerja tubuh atau dapat pula dikatakan energi minimal yang diperlukan untuk mempertahankan proses-proses hidup yang utama disebut


(38)

energi metabolisme dasar. Apabila energi itu dinyatakan per satuan berat badan atau persatuan permukaan badan disebut nilai dasar metabolisme (Irianto, 2007).

Menurut Kartasapoetra (2010), proses kerja tubuh yang merupakan proses hidup utama atau yang pokok yaitu meliputi pekerjaan yang secara terus menerus (tiada henti-hentinya) dari organ-organ dalam tubuh, yang aktif menjalankan proses hidup bersamaan dengan gerakan sel-sel dan jaringan-jaringan dalam tubuh. Dalam hal ini tenaga atau energi yang minimal itu ternyata sebagian digunakan organ-organ tubuh untuk melangsungkan gerakan/kegiatannya, seperti gerakan mendenyutkan otot-otot jantung secara terus menerus dan teratur, gerakan pernafasan dengan mengembangkan dan mengempiskan paru-paru, gerakan peristaltik usus, aktivitas yang dilakukan oleh hati, ginjal, dan sekresi kelenjar-kelenjar.

Sebagian lagi tenaga atau energi yang merupakan bagian yang lebih besar digunakan untuk melakukan proses oksidasi dalam jaringan untuk mempertahankan tonus otot. Jadi proses hidup utama atau yang pokok (yang memerlukan energi minimal) secara garis besarnya akan meliputi kerja-kerja :

1. Untuk mempertahankan tonus otot. 2. Untuk mengerakkan sistem sirkulasi. 3. Untuk mengaktifkan sistem pernafasan.


(39)

Menurut Kartasapoetra (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi energi metabolisme dasar sebagai berikut :

a. Faktor jaringan aktif di dalam tubuh

Adanya kontraksi otot dan kelenjar yang aktif merupakan alat-alat gerak aktif yang menandakan adanya jaringan aktif. Mekanisme pergerakan tulang sendiri merupakan gerakan aktif yang memerlukan tonus dan kontraksi otot. Otot dan kelenjar sebagai jaringan aktif tentunya akan lebih banyak memerlukan energi agar masing-masing dapat berfungsi dengan baik dibandingkan dengan tulang dan lemak yang merupakan jaringan tidak aktif.

b. Besar dan luas bidang permukaan tubuh.

Seseorang yang bertubuh besar, bidang permukaan tubuhnya akan lebih luas daripada seseorang yang bertubuh lebih kecil. Tubuh yang besar dengan bidang permukaan luas juga akan mempunyai jaringan aktif yang lebih banyak dengan demikian energi metabolisme dasar orang yang bertubuh besar akan lebih besar daripada orang yang bertubuh lebih kecil dalam melakukan gerakan-gerakan fisik yang sama.


(40)

Dua orang yang sama berat tubuhnya akan tetapi yang seorang bertubuh gemuk (banyak lemak) tampak tubuhnya tidak padat dan tidak kekar dan seorang lagi bertubuh olahragawan, padat, dan kekar menandakan banyak kegiatan/gerakan fisik yang dilakukannya dibandingkan yang bertubuh gemuk, maka energi minimal yang diperlukan oleh orang yang banyak melakukan gerakan/kegiatan fisiknya akan lebih besar (dibandingkan dengan orang yang gemuk yang kurang melakukan gerakan/kegiatan fisiknya)

d. Jenis kelamin.

Seorang laki-laki dan seorang wanita dengan berat badan yang sama, biasanya dalam kesamaan berat ini, wanita lebih banyak mengandung lemak di dalam tubuhnya, yang berarti pula bahwa jaringan tidak aktif dalam tubuh wanita lebih banyak. Dengan demikian, energi metabolisme dasar pada tubuh wanita lebih rendah daripada energi metabolisme dasar pada tubuh laki-laki. Biasanya energi minimal yang diperlukan wanita sepuluh persen lebih rendah daripada yang diperlukan laki-laki.

e. Usia.

Seorang pemuda mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, bergerak lincah. Giat berkegiatan, kesemuanya itu karena didorong oleh intensitas kerja organ-organ di dalam tubuhnya yang masih besar dan cepat. Lain halnya dengan orang yang telah berusia setengah abad


(41)

ke atas, yang dikarenakan kehebatan kerja organ-organ dalam tubunya telah menurun maka pekerjaan berat biasanya tidak sanggup lagi dikerjakannya, gerakan-gerakan dan kegiatan-kegiatannya telah banyak menurun. Keadaan demikian juga berlaku untuk pemudi dan ibunya. Denyut jantung, pengembangan paru-paru, berlangsungnya proses oksidasi di dalam jaringan tubuh pemuda/pemudi masih berlangsung cepat jika dibandingkan dengan berfungsinya organ-organ tubuh tersebut pada orang tua (bapak/ibu).

Menurunnya intensitas kerja organ-organ dalam tubuh orang tua dikarenakan mengendornya tonus otot (jaringan aktif). Nilai energi dasar pada tubuh seseorang memang pada permulaannya akan selalu meningkat. Ketika masih bayi akan berlangsung peningkatan dan pada usia 1 sampai 2 tahun mencapai titik optimum, setelah itu mulai terjadi penurunan. Namun demikian nilai energi dasar tersebut sampai pada kurun waktu akil balig (periode puber) masih dapat dikatakan cukup tinggi dan selanjutnya penurunan-penurunan akan makin tampak dalam perjalanannya menuju hari tua. Sejak umur dewasa dengan bertambahnya umur 1 tahun, pada laki-laki akan terjadi penurunan energy minimal sekitar 7 sampai 15 kalori, dan demikian seterusnya, sedangkan pada perempuan dengan bertambahnya umur 1 tahun terjadi penurunan sekitar 2 sampai 3 kalori (Harris, Benedict).


(42)

Di dalam tubuh terdapat kelenjar-kelenjar hormon, seperti kelenjar hipofise, epifise, tiroid (gondok), paratiroid, adrenalin (ginjal), lambung, usus, pancreas, kelenjar kelamin, dan sebagainya. Hormon merupakan zat kimiawi yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang mengatur homeostatis, reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku. Hormon tiroksin (thyroxin) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid (thyroid) yang fungsinya mengatur metabolisme karbohidrat, mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan differensiasi jaringan tubuh, sekresi hormon ini yang berlebihan ditandai dengan meningkatnya metabolisme tubuh, denyut jantung, emosional, dan lain-lain tentunya mengakibatkan nilai energi dasar metabolisme meningkat. Peningkatan ini dapat berlangsung sampai 75%. Sebaliknya apabila sekresi hormon ini terlalu sedikit maka nilai energi dasar metabolisme menurun. Penurunan ini dapat berlangsung sampai 30%.

Selanjutnya perhatikan pula hormon adrenalin yang dihasilkan bagian medula kelenjar adrenalin (ginjal), dalam hal sekresinya yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan pemacuan aktivitas jantung, pengerutan otot polos pada arteri, peningkatan tekanan darah, pernafasan, pengubahan glikogen menjadi glukosa, yang tentunya sangat berpengaruh pada peningkatan pemakaian energi minimal. Sekresi hormon ini biasanya dirangsang oleh adanya perasaan tegang,


(43)

kemarahan/emosi, keterkejutan, kegembiraan, dan lain-lain yang tentunya kalau perasaan-perasaan tersebut berlebihan maka sekresinya pun akan berlebihan.

g. Tonus pada waktu tidur.

Keadaan tonus pada waktu seseorang dewasa tidur dan berbaring terdapat perbedaan, di mana waktu tidur keadaannya lebih rendah. Hal ini disebabkan atau dikaitkan dengan kerja-kerja internal dalam tubuh orang yang bersangkutan, di mana dalam keadaan tidur kerja-kerja organ internal dalam tubuh akan berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan dalam keadaan berbaring. Berdasarkan penelitian para pakar, pada waktu orang dewasa tidur energi minim/metabolisme dasar yang diperlukan berada 10% lebih rendah dibandingkan dengan dalam keadaan orang itu berbaring.

h. Tonus otot.

Otot akan bekerja terus secara teratur selama manusia itu masih hidup dan untuk gerakannya itu selalu diperlukan energi. Proses gerak otot berlangsung sebagai berikut :

1. Pertama-tama urat saraf menyampaikan rangsang.

2. Rangsang diterima oleh asetilkolin yang menyebabkan protein dalam otot (aktin-miosin) mengerut.

3. Pada proses pengerutan tersebut diperlukan energi yang diambil dari penguraian senyawa : Adenosin Trifosfat menjadi Adenosin


(44)

Difosfat dan kemudian menjadi Adenosin Monofosfat yang terjadi secara anaerob.

4. Pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP) dari Adenosin Difosfat (ADP) dan Adenosin Difosfat (ADP) menjadi Adenosin Monofosfat (AMP) diperlukan asam fosfor dan energi.

5. Energi tersebut diambil dari penguraian glikogen-glikogen (gula otot) yang dilarutkan terlebih dahulu menjadi laktasidogen (pembentukan asam susu/asam laktat)

Jumlah energi yang diperlukan tergantung dari tinggi rendahnya tonus, yang dalam hal ini tentunya jelas akan lebih banyak dibandingkan dengan yang diperlukan untuk mengerakkan otot jantung, otot-otot pernafasan, dan alat-alat tubuh lainnya, mengingat jumlah otot jauh lebih banyak daripada jaringan alat-alat tubuh tadi.

i. Kondisi emosi dan mental.

Keperluan terhadap energi minimal atau energi metabolisme dasar akan terpengaruh pula oleh kondisi emosi dan mental manusia. Pada waktu manusia berada dalam keadaan emosi akan berlangsung sekresi adrenalin sehingga terjadi pemacuan aktivitas jantung, peningkatan tekanan darah, dan lain-lain, dan tentunya keadaan demikian lebih banyak energi yang diperlukan. Demikian pula keadaan mental pada suatu waktu, seperti perasaan takut, kaget, malu, marah, gembira, dan lain-lain, keadaan mental demikian dapat menyebabkan tonus lebih


(45)

tinggi dan tentunya memerlukan energi lebih tinggi dari biasanya. Pengaruh keadaan mental terhadap energi metabolisme dasar biasanya dapat menaikkan energi tersebut sebesar 4% (Benedict).

j. Gerakan tubuh yang berat.

Proses oksidasi dalam sel akan berlangsung dengan aktif selama seseorang aktif pula melakukan gerak fisiknya. Pada waktu orang tersebut melakukan gerak fisik yang lebih berat maka proses oksidasi berlangsung lebih aktif, yang tentunya memerlukan tambahan/peningkatan sejumlah energi metabolisme dasar (energy minimal). Keadaan sebaliknya (penurunan keperluan energi metabolisme dasar) akan terjadi pada waktu orang tersebut bersemedi, mengurangi gerak fisiknya selama beberapa dari (dalam hal ini akan berlangsung penyesuaian gerakan dalam tubuh dengan keterbatasan energi yang dihasilkan sehubungan dengan pengurangan pemasukan makanan ke dalam tubunya)

k. Kehamilan.

Energi metabolisme dasar yang dibutuhkan seorang ibu yang sedang hamil akan menjadi lebih tinggi daripada apa yang diperlukannya ketika tidak hamil. Menjadikannya keperluan ini lebih tinggi adalah sejalan dengan kenaikan berat tubuhnya, rata-rata biasanya sekitar 4%. l. Kondisi tubuh yang tidak sehat.


(46)

Kondisi tubuh yang tidak sehat menjadikan atau diikuti dengan kenaikan suhu di dalam tubuh banyak berpengaruh pula terhadap keperluan energi dasar/energi minimal di dalam tubuh. Menurut penelitian para pakar, setiap terjadi kenaikan suhu tubuh 1 0

Dalam penelitian ini, status gizi adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dengan penentuan Indeks Massa Tubuh dengan menggunakan rumus :

C diperlukan peningkatan energi dasar sekitar 13%.

IMT = ���� � ����� (��) ������ �����2

Pembagian kategorinya di Indonesia sebagai berikut : 1. Kurus :

a. Kekurangan berat badan tingkat berat dengan IMT < 17

b. Kekurangan berat badan tingkat ringan dengan IMT 17,0 – 18,5 2. Normal dengan IMT 18,5 – 25,0

3. Gemuk :

a. Kelebihan berat badan tingkat ringan dengan IMT 25,0 – 27,0

b. Kelebihan berat badan tingkat berat dengan IMT > 27,0 (Indrawani, 2007)

2.1.3 Pengukuran dan Perhitungan Energi Metabolisme Dasar

Badan pangan dan pertanian PBB (FAO) dan badan kesehatan dunia (WHO) dalam terbitannya yang berjudul Energy and Protein Requirements


(47)

(Genewa, 1973) telah menyusun pedoman untuk mengukur atau menentukan kecukupan energi bagi orang dewasa, yaitu dengan menggunakan standar kecukupan energi bagi orang laki-laki dewasa (Reference Man) dan standar kecukupan energi bagi wanita dewasa (Reference Woman) (Kartasapoetra, 2010).

Yang dimaksud dengan Reference Man yaitu laki-laki dewasa berumur sekitar 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 65 kg, berkemampuan melakukan pekerjaan berat. Pada hari-hari kerja yang bersangkutan melakukan pekerjaan yang sedang selama 8 jam, pda waktu tidak bekerja digunakannya untuk duduk-duduk atau berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya selama 4 sampai 6 jam, melakukan jalan kaki selama 2 jam, menangani pekerjaan rumah tangga, rekreasi aktif, dan waktu untuk tidur selama 8 jam. Laki-laki dewasa dengan batasan-batasan di atas menggunakan energi setiap harinya sejumlah 3000 kalori yang dianggap sebagai jumlah kecukupan energi baku (standar) (Kartasapoetra, 2010).

Yang dimaksud dengan Reference Woman, yaitu wanita dewasa berumur sekitar 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 55 kg. Setiap harinya yang bersangkutan melakukan pekerjaan sedang atau ringan selama 8 jam meliputi pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Waktu untuk tidur disediakannya selama 8 jam, waktu untuk duduk-duduk, berjalan-jalan di sekitar rumah digunakan sekitar 4 sampai 6 jam, sedangkan waktu untuk berjalan kaki, rekreasi aktif digunakan sekitar 2 jam. Wanita dewasa dengan batasan-batasan


(48)

tersebut menggunakan energi sejumlah 2200 kalori setiap harinya yang dianggap sebagai jumlah kecukupan energi baku (standar) (Kartasapoetra, 2010).

Mengenai angka atau jumlah kecukupan energi baku bagi laki-laki dan wanita dewasa Indonesia menurut hasil penyesuaian dan pertimbangan dengan situasi dan kondisi di Indonesia terhadap patokan/batasan yang dikemukakan FAO/WHO oleh para pakar kita dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi yang diselenggarakan di Bogor (Juli, 1987), adalah sebagai berikut :

1. Reference Man, berumur antara 20 sampai 39 tahun, berat tubuh sekitar 55 kg, melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap harinya menggunakan energi 2530 kalori, angka atau jumlah ini dianggap mencukupi kebutuhan energi yang baku (standar).

2. Reference Woman, berumur antara 20 sampai 39 tahun, berat tubuh 47 kg, melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap harinya menggunakan energi 1880, angka atau jumlah ini dianggap mencukupi kebutuhan energi yang baku (standar).

Suhardjo (1988) dalam Neraca Bahan Makanan menyatakan bahwa untuk penyesuaian jenis kegiatan yang tidak termasuk kategori sedang yang digunakan dalam perhitungan kecukupan energi, perlu dilakukan koreksi sebagai berikut :

a. Untuk kegiatan ringan dikalikan dengan 0,90. b. Untuk kegiatan berat dikalikan dengan 1,17. c. Untuk kegiatan sangat berat dikalikan 1,34.


(49)

Bagi wanita hamil dan menyusui untuk kebutuhan tambahan perlu dipertimbangkan berat badan serta fase-fase kehamilan dan menyusui, dianjurkan tambahan per hari rata-rata 300 kalori untuk wanita hamil dan 470 kalori untuk wanita menyusui.

Dengan adanya energi baku (standar energi) bagi Reference Man dan

Reference Woman Indonesia, maka pengukuran/penentuan energi yang digunakan seseorang dewasa yang berumur antara 20 sampai 39 tahun dapat dilakukan dengan cara langsung dan cara tidak langsung dengan berpedoman pada standar energi tersebut. Standar energi yang digunakan seorang laki-laki atau wanita menurut penggolongan umur lainnya dicantumkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Standar Energi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Jenis Kelamin Golongan/umur (tahun) Berat tubuh (kg)

Energi yang digunakan (kalori)

Laki-laki 0,5 - 1 8,0 900

1 – 3 11,5 1160

4 – 6 16,5 1450

7 – 9 23,0 1790

10 – 12 30,0 2130

13 – 15 40,0 2280

16 – 19 53,0 2600

20 – 39 55,0 2530

40 – 50 55,0 2470

> 60 55,0 2020

Wanita 10 – 12 32,0 1980

13 – 15 42,0 2100

16 – 19 45,0 1940

20 – 39 47,0 1880

40 – 50 47,0 1740


(50)

Dalam menghitung kebutuhan energi total seseorang (kebutuhan energi) untuk kepentingan kerja internal dan eksternal, harus diperhatikan 2 hal yang pokok. Kedua hal tersebut menurut Suhardjo et. al. (1988) yaitu :

a. Hukum Konservasi Energi, yang berbunyi sebagai berikut : “produksi energi total dalam tubuh seseorang sama dengan energi dalam makanan yang dikonsumsi orang tersebut dikurangi dalam ekskreta (pengeluaran) dan energi bagi petumbuhan”.

b. Produksi energi total dalam tubuh seseorang, energi mana berfungsi untuk : 1. Melakukan kerja internal, jelasnya yaitu untuk melangsungkan proses

kerja tubuh yang minimal.

2. Melakukan kerja eksternal, yaitu yang sehari-hari merupakan kegiatan fisik orang yang bersangkutan.

3. Menutup pengaruh makanan yang disebut Specific Dynamic Action

(SDA) dari makanan.

Mengenai SDA di atas yang penting yang harus diperhatikan yaitu pengaruhnya mengingat tidak setiap makanan yang dikonsumsi, oksidasi, atau pembakarannya dalam tubuh memberikan pengaruh yang sama terhadap metabolisme energi, dalam hal ini misalnya :

a. Lemak akan memberikan pengaruh meningkatnya metabolisme energi meskipun hal ini hanya kecil saja, sehubungan dengan banyaknya bahan bakar yang dapat disampaikan kepada jaringan.


(51)

b. Karbohidrat, naiknya metabolisme energi sekitar 6% sehubungan dengan panas yang dihasilkam dalam proses kimiawi untuk melangsungkan metabolisme.

c. Protein, pengaruh meningkatnya metabolisme energi dapat dikatakan sangat besar, yaitu sekitar 30% - 40%, hal ini sehubungan dengan bagian dari hasil pencernaan berfungsi sebagai perangsang langsung terhadap proses metabolisme.

Kartasapoetra (2010) menyatakan bahwa setelah BMR ditemukan, selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah energi yang diperlukan atau digunakan untuk melangsungkan kerja eksternal, seperti utnuk :

a. Berbaring diam/relax ………..….…berapa jam = ………. kalori b. Duduk ………..berapa jam = ………. kalori c. Berdiri santai ………berapa jam = ………. kalori d. Duduk menulis, bekerja ………berapa jam = ………. kalori e. Berdandan, berpakaian ………….…berapa jam = ………. Kalori f. Berdiri tegak bergerak-gerak ………berapa jam = ………. kalori g. Berolahraga ringan ………berapa jam = ………. kalori h. Berjalan ……….…berapa jam = ………. kalori i. Menari-nari ………berapa jam = ………. kalori j. Tidur ………..…berapa jam = ………. kalori

Menurut Kartasapoetra (2010), sewaktu dalam tidur yang normal dan dalam keadaaan badan tidak menderita sesuatu gangguan, umumnya fisik


(52)

terlentang tanpa melakukan gerakan-gerakan eksternal, biasanya dalam perhitungan jumlah energi menjadi pengurang dari jumlah energi kerja eksternal.

Menurut Kartasapoetra (2010), untuk memudahkan perhitungan kebutuhan energi total itu pihak FAO/WHO (1973) telah mengemukakan suatu daftar (tabel) mengenai pengeluaran-pengeluaran energi bagi berbagai macam kerja eksternal laki-laki dan wanita serta anak-anak yang dapat dijadikan penelitian-penelitian yang matang sehingga mendekati keadaan-keadaan yang sebenarnya bagi keperluan perhitungan yang umum.

Menurut Kartasapoetra (2010), pihak FAO/WHO telah mengemukakan pula beberapa tabel yang menunjukkan tentang distribusi energi bagi Reference Man dan Reference Woman selama 24 jam menurut jenis kegiatannya, serta menurut golongan umurnya, rata-rata kecukupan energi pada anak-anak dan remaja menurut golongan umurnya.

Menurut Kartasapoetra (2010), panitia kebutuhan kalori FAO telah menganjurkan suatu penurunan sebesar 5% untuk tiap sepuluh tahun pertambahan umur antara 40 – 59 tahun, dan sebesar 10% antara 60 – 69 tahun. Selain kebutuhan-kebutuhan orang akan energi bagi jenis-jenis kegiatan dalam lingkup kerja internal dan eksternalnya, pihak FAO/WHO mengemukakan pula hasil-hasil penelitiannya mengenai rata-rata kecukupan energi pada orang dewasa yang menangani pekerjaan-pekerjaan sedang menurut golongan umur, demikian pula mengenai kebutuhan energi anak-anak dan remaja menurut golongan umurnya.


(53)

Menurut Kartasapoetra (2010), kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondsi ekonomi di suatu daerah yang artinya lingkungan sosial yang terdiri dari proporsi penduduk, keadaan lingkungan tempat tinggal, dan perilaku sosial ini tentu sangat menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan anggota masyarakatnya, misalnya : antara daerah perkotaan dan pedesaan, daerah perumahan dan daerah kumuh, tentu pola konsumsi pangan dan gizinya akan berbeda-beda.

Protein merupakan bahan penyusun tubuh yang mengandung nitrogen dengan unit dasarnya yaitu asam amino dan dapat menghasilkan energi 4,1 kalori setiap gramnya. Selain nitrogen, unsur pembentuk lainnya adalah karbon, hidrogen, oksigen, dan kadang dapat dijumpai fosfor, belerang, dan besi. Terdapat 20 macam asam amino yang saling berhubungan melalui ikatan peptida (CONH). Kebutuhan protein untuk dewasa dengan kisaran umur 20 hingga 60 tahun adalah sebesar 0,6 g protein/kg BB setiap harinya dengan rata-rata berat badan sekitar 65 kg, maka total kebutuhan protein adalah sekitar 39 g protein.

Berdasarkan kecukupan energi baku bagi orang Indonesia (Kartasapoetra, 2010), dengan rentang umur 20 tahun hingga 60 tahun dengan berat badan 65 kg diperlukan sekitar 2600 kal yang dibagi menjadi 3 jadwal makan utama yaitu jadwal makan pagi sebesar 25% dari total kebutuhan kalori, jadwal makan siang sebesar 30% dari total kebutuhan kalori, dan jadwal makan malam sebesar 25% dari toal kebutuhan kalori serta 2 jadwal makan selingan yaitu jadwal selingan


(54)

sekitar jam 10 pagi sebesar 10% dari total kebutuhan kalori dan jadwal selingan sekitar jam 3 sore sekitar 10% dari total kebutuhan kalori.

Menurut pedoman pesan dasar gizi seimbang, diperlukan penyampaian pesan-pesan untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai gizi seimbang guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang andal. Garis besar pesan-pesan tersebut seperti dijelaskan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI tahun 1997, antara lain :

1. Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang beraneka ragam harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan bahkan serat makanan dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing-masing kelompok (bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, orang dewasa, serta lansia).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi. Energi dan tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak, serta protein. Energi yang dibutuhkan untuk metabolisme dasar (seperti untuk menghasilkan panas tubuh serta kerja organ-organ tubuh) dan untuk aktivitas sehari-hari seperti belajar, bekerja serta olahraga. Kelebihan energi akan menghasilkan obesitas, sementara keekurangan energi dapat menyebabkan kekurangan gizi seperti marasmus.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan manis sebaiknya


(55)

dikonsumsi dengan memerhatikan asa tepat waktu, tepat indikasi, dan tepat jumlah. Makanan ini sebaiknya dimakan pada siang hari ketika kita akan atau sedang melakukan aktivitas, dan jumlahnya tidak melebihi 3 – 4 sendok makan gula/hari. Karbohidrat kompleks sebaiknya dikonsumsi bersama makanan yang merupakan sumber unsur gizi lain seperti protein, lemak atau minyak, vitamin, dan mineral. Seyogianya 50-60% dari kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. Konsumsi lemak dan minyak berlebihan, khususnya lemak atau minyak jenuh dari hewan, dapat beresiko kegemukan atau dislipidemia

pada orang-orang yang mempunyai kecenderungan kearah tersebut.

Dislipidemia atau kenaikan kadar lemak (kolesterol dan trigliserida) dalam darah merupakan faktor terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Konsumsi lemak atau minyak dianjurkan tidak melebihi 20% dari total kalori, dan perlu diingat bahwa unsur gizi ini juga memiliki peran tersendiri sebagai sumber asam lemak setelah usia bayi lebih dari empat bulan dan pemberiannya harus bertahap menurut umur, pertumbuhan badan, serta perkembangan kecerdasan.

5. Biasakan makan pagi. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan


(56)

pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan.

6. Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya. Air minum harus bersih dan bebas kuman. Minumlah air bersih sampai dua liter per hari, sehingga metabolisme tubuh kita bisa berjalan lancar mengingat air sangat dibutuhkan sebagai pelarut unsur gizi bagi keperluan metabolisme tersebut. Konsumsi air yang cukup dapat menghindari dehidrasi.

7. Lakukan kegiatan fisik atau olahraga yang teratur. Kegiatan itu akan membantu mempertahankan berat badan normal di samping meningkatkan kesegaran tubuh, memperlancar aliran darah, dan mencegah osteoporosis khususnya pada lansia.

8. Hindari minuman beralkohol. Alkohol bersama-sama rokok dan obat-obatan terlarang lainnya harus dihindari, karena dapat membawa resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif, penyakit vaskular, dan kanker. 9. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang tidak

tercemar, tidak mengandung kuman atau parasit lain, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, dan makanan yang diolah dengan baik, sehingga unsur gizi serta cita rasanya tidak rusak, merupakan makanan yang aman bagi kesehatan.

10.Bacalah label makanan yang dikemas. Label makanan kemasan harus berisikan tanggal kadarluwarsa. Kandungan gizi dan bahan aktif yang


(57)

digunakan. Konsumen yang berhati-hati dan memerhatikan label tersebut akan terhindar dari makanan rusak, tidak bergizi, dan makanan berbahaya. Selain itu, konsumen dapat menilai halal tidaknya makanan tersebut.

Gambar 2.1 Piramida dari Pedoman Pesan Dasar Gizi Seimbang Menurut pedoman pesan dasar gizi seimbang, berdasarkan gambaran naratif (pikiran, ide, gagasan) di atas, maka dapat direpresentasikan bahwa persoalan budaya dan makanan menjadi suatu fenomena masyarakat yang cukup kompleks, maka sebagai upaya strategis yang ditempuh harus memerhatikan secara cermat tentang faktor budaya yang ada dalam komunitas etnis masyarakat akan pentingnya makanan dan gizi bagi tubuh manusia. Upaya yang bersifat preventif dan promotif perlu dilakukan secara sadar oleh masyarakat itu sendiri secara cermat tentang faktor budaya yang ada dalam komunitas etnis masyarakat akan pentingnya makanan dan gizi bagi tubuh manusia. Upaya yang bersifat


(58)

preventif dan promotif perlu dilakukan secara sadar oleh masyarakat itu sendiri dengan dukungan tenaga penyuluh gizi, sehingga muncul perilaku manusia yang bermartabat serta paham akan pentingnya gizi dari makanan (Andriani, 2012).

Menurut Andriani (2012), saran konkret yang perlu digagas ke depannya adalah perlu dilakukan upaya perbaikan perilaku budaya dan makanan lewat pelayanan gizi dan kesehatan. Peran serta masyarakat dengan mengorganisasi kader gizi masyarakat, serta adanya dukungan lintas sector untuk mengadvokasi masyarakat tentang budaya yang bias dan tidak memerhatikan faktor gizi dalam karakter fisik makanan (menu, pola, dan bahan dasar). Adapun pelajaran yang dapat dipetik dari beragam jenis kuliner makanan akan menjadi daya tarik tersendiri dalam pesona budaya itu sebagai ciri khas masyarakat etnis tertentu, atau sebagai objek wisata kuliner yang dapat dijual kepada pihak luar atau bangsa lain dalam industri pariwisata yang berprospek ekonomis dan dapat berguna untuk masa depan.

Dari survei awal diperoleh kebutuhan energi oleh tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dengan tingkat pekerjaan sangat berat (dengan rentang usia 20 – 60 tahun dengan berat badan rata-rata 65 kg dan faktor pengali 1,34) adalah 3340 kal sedangkan total energi yang diperoleh dari konsumsi sehari-hari oleh tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika adalah sekitar 3375 kal, sehingga jumlah kalori makanan selingan yang diberikan sekitar 334 kal.


(59)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti penganan, lauk-pauk, kue) ataupun segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang nantinya akan digunakan untuk membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses di dalam tubuh sedangkan selingan adalah sesuatu yang dipakai untuk menyelingi atau untuk menyelang perbuatan atau pertunjukan yang berturut-turut. Pengertian makanan selingan adalah sesuatu bahan yang dapat dimakan ketika istirahat atau ketika pertengahan waktu kerja.

Dalam penelitian ini, makanan selingan yang dimaksud adalah bahan/zat gizi yang dapat dimakan yang diberikan kepada tenaga kerja dengan sengaja dengan jumlah kalori sebesar 10% dari kebutuhan kalori total yang mengandung 10% kebutuhan protein dari kebutuhan protein per harinya yang diberikan diantara 2 waktu makan utama, sebanyak 1 kali yang dilakukan pada waktu di antara makan pagi dan makan siang yaitu sekitar pukul 10.00 WIB pagi selama 12 hari. Jenis-jenis makanan selingan dapat berupa gorengan, roti isi, es cendol, ataupun makanan ringan lain yang jumlah kalorinya sebesar 10% dari kebutuhan kalori total yang mengandung 10% kebutuhan protein dari kebutuhan protein per harinya (menu makanan selingan terlampir). Untuk menghindari bias, peneliti akan memberikan makan pagi, makan siang, dan makan malam kepada sampel selama penelitian intervensi dilakukan sehingga jumlah kalori yang diberikan sama.


(60)

2.3 Kapasitas Kerja

Suatu perusahaan yang ingin tumbuh dan berkembang selalu berupaya meningkatkan kapasitas kerja agar sesuai dengan produktivitas kerja sebagai sistem organisasi tersebut, termasuk sistem manajemen, sistem fungsional dan sistem operasional. Bukan merupakan hal yang baru apabila dikatakan bahwa yang dimaksud dengan produktivitas ialah terdapatnya korelasi “terbalik” antara masukan dan keluaran. Artinya, suatu sistem dapat dikatakan produktif apabila masukan yang diproses semakin sedikit untuk menghasilkan keluaran yang semakin besar. Tentu banyak cara yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya produktivitas suatu sistem.

Produktivitas sering pula dikaitkan dengan cara dan sistem yang efisien, sehingga proses produksi berlangsung tepat waktu dan dengan demikian tidak diperlukan kerja lembur dengan segala implikasinya, terutama implikasi biaya dan kiranya jelas bahwa yang merupakan hal yang logis dan tepat apabila peningkatan kapasitas dijadikan salah satu sasaran perusahaan dalam langkah pelaksanaan strateginya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia sendiri, yang dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu, daya produksi, atau keproduktifan sedangkan kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu atau yang dilakukan (diperbuat) baik yang dilakukan untuk mencari nafkah atau mata pencaharian dengan menggunakan tenaga fisik.


(61)

Kapasitas berarti kemampuan menghasilkan sesuatu. Sedangkan kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah mata pencaharian (Poerwadarminta, 1984). Menurut Riyanto (1986), kapasitas kerja adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum namun

Kapasitas kerja karyawan perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor :

secara teknis kapasitas kerja adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input) dan kapasitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu.

a. Kualitas dan kemampuan fisikal karyawan

Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

karyawan.

b. Sarana pendukung

Sarana pendukung atau peningkatan kapasitas

- Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi sarana, dan peralatan

kerja karyawan dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu :

suasana di lingkungan kerja itu sendiri.

- Menyangkut kesejahteraan karyawan yang tercermin di sistem pengupahan dan jaminan kelangsungan kerja (Moekijat, 1999).


(62)

Aktifitas perusahaan tidak terjadi di isolasi. Apa yang terjadi di dalam perusahaan dipengaruhi oleh apa yang terjadi diluarnya, seperti sumber faktor produksi yang akan digunakan, prospek pemasaran, perpajakan perijinan, dll.

Menurut Ravianto (1986), guna mencapai efisiensi, kapasitas karyawan yang tinggi sangat diperlukan. Peningkatan kapasitas kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain :

1. Peningkatan pendidikan

Pendidikan dan latihan menambah pengetahuan dan ketrampilan kerja. Latihan dapat dilakukan di dalam maupun di luar pekerjaan. Latihan yang dilakukan umumnya bersifat formal.

2. Perbaikan penghasilan dan pengupahan

Perbaikan pengupahan pada akhirnya akan dapat menjamin perbaikan gizi dan kesehatan. Kekurangan gizi masyarakat bukan saja menghambat pertumbuhan anak-anak tetapi juga secara langsung mempengaruhi kapasitas kerja karyawan. Rendahnya tingkat pendapatan menyebabkan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, perumahan dan kesehatan yang memadai, yang lebih lanjut menyebabkan kapasitas kerja tenaga kerja menjadi rendah.

3. Pemilihan teknologi sarana pelengkap untuk berproduksi Seseorang yang menggunakan peralatan yang lengkap dan sempurna lebih


(63)

tinggi kapasitasnya dibanding dengan orang yang menggunakan peralatan yang lebih sederhana.

4. Peningkatan kemampuan pimpinan Kemampuan dan tingkat kapasitas

Pengukuran kapasitas

yang tinggi dari karyawan tidak ada begitu saja jika tidak didukung oleh pimpinan yang kreatif dan partisipatif. Untuk itulah pihak manajemen sangat diperlukan partisipasinya.

mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan atau juga dapat digunakan untuk menentukan produktivitas perusahaan, praktisnya sebagai standar dalam pembayaran upah karyawan. Untuk mengukur suatu kapasitas kerja dari tenaga kerja dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia yakni jam kerja yang harus dibayar dan jam kerja yang harus dipergunakan untuk bekerja

Faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran kapasitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu (Simamora, 2004). Dalam penelitian ini peneliti mengukur kapasitas kerja dengan menggunakan indikator-indikator dibawah ini:

.

1. Kuantitas kerja 2. Kualitas kerja


(64)

Menurut Sinungan (2003) secara umum pengukuran kapasitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu :

1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukan pencapaian relatif.

3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.

Pengukuran kapasitas kerja ini mempunyai peranan penting untuk mengetahui kapasitas kerja dari para karyawan sehingga dapat diketahui sejauh mana produktivitas yang ditetapkan perusahaan dapat dicapai oleh karyawan. Selain itu pengukuran kapasitas juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi para manajer untuk meningkatkan target produktivitas kerja sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.

Menurut Sinungan (2005) manfaat dari perhitungan kapasitas kerja adalah sebagai beikut:

1. Umpan balik pelaksanaan kerja untuk memperbaiki kapasitas kerja karyawan. 2. Evaluasi kapasitas kerja digunakan untuk penyelesaian.


(65)

3. Untuk keputusan-keputusan penetapan, misalnya: promosi, transfer dan demosi.

4. Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan. 5. Untuk perencanaan dan pengembangan karier.

6. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan proses staffing. 7. Untuk mengetahui ketidak akuratan informal.

8. Untuk memberikan kesempatan kerja yang adil.

Agar seorang tenaga kerja mempunyai keserasian sebaik mungkin yang berarti dapat menjamin keadaan k esehatan dan produktivitas setinggi-tingginya, maka perlu adanya keseimbangan dari beberapa faktor yaitu :

1. Beban kerja

2. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja

3. Kapasitas kerja

Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat bergantung kepada keterampilan , kemampuan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, dan ukuran tubuh.

Dalam penelitian ini, sebagai kapasitas kerja per orang pada masing-masing bagian akan dilampirkan pada bagian lampiran. Dalam penelitian ini, kapasitas kerja yang dimaksud adalah jumlah output (jumlah bijih plastik dalam karung 30 kg) yang mampu diangkut oleh tenaga kerja bagian mesin mixer, mesin PVC, dan mesin kincir di PT Canggih Lestari Plastika selama 8 jam kerja sejumlah 24 orang serta jumlah pipa PVC yang mampu diangkut oleh tenaga


(1)

Selain itu, pemberian makanan selingan ternyata dapat meningkatkan persentase peningkatan kapasitas kerja pada tenaga kerja di bagian Mixer, mesin Kincir, dan pengangkutan produk namun pemberian makanan selingan ternyata belum dapat memberikan persentase peningkatan kapasitas kerja yang signifikan pada tenaga kerja bagian mesin PVC yang diakibatkan total kebutuhan kalori per harinya belum tercukupi sebelum intervensi, namun pemberian makanan selingan lebih baik diberikan kepada tenaga kerja bagian pengangkutan hasil daripada bagian lainnya dikarenakan persentase peningkatannya lebih tinggi daripada bagian lainnya.

6.2 Saran

Disarankan kepada Pihak manajemen/pihak personalia PT Canggih Lestari Plastika untuk memberikan makanan tambahan untuk memenuhi kecukupan kebutuhan kalori tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika setiap harinya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

---.,2010. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan”.

---., 2010.“Pengkajian Status Gizi, Studi Epidemiologi dan Penelitian di Rumah Sakit”, Cetakan kedua, Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Adriani M, Wirjatmadi B, 2012. “Pengantar Gizi Masyarakat”, Cetakan Pertama, Penerbit : Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Agustina LD., 2001. “Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Dibandingkan dengan Pemberian Suplemen Zat Besi Terhadap Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita di Industri Karet Medan Tahun 200, Medan.

Astawan M., 2009. “Panduan karbohidrat terlengkap”. Cetakan Pertama, Penerbit : Dian Rakyat, Jakarta.

Astawan M.,2009. “A-Z Ensiklopedia Gizi Pangan untuk Keluarga”. Cetakan Pertama, Penerbit : Dian Rakyat, Jakarta.

Budiarto E., 2002. “Metodologi Penelitian Kedokteran”, Cetakan Pertama, Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Dahlan S, 2008. “Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan”, Edisi ke-3, Penerbit : Salemba Medika, Jakarta.

Drummond KE., Brefere LM, 2007. “Nutrition for Foodservice and Culinary Professionals”, Cetakan Pertama, Penerbit : John Wiley & Sons, Inc, New Jersey-United States of America.

Ginting S., 2011. “Pengaruh Beban Kerja dan Asupan Kalori Terhadap Status Gizi Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011, Medan.

Hardiansyah, Martianto D., 1989. “Menaksir Kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan”, Penerbit : Wirasari, Jakarta. Harrington JM, Gill FS., 2003. “Buku Saku Kesehatan Kerja”, Cetakan pertama,


(3)

Heimburger DC, Ard JD., 2009. “Handbook of Clinical Nutrition”, Edisi ke-4, Penerbit : Elsevier, New Delhi.

Hulu M., 2002. “Pengaruh Penambahan Waktu Istirahat Pendek Terhadap Kelelahan dan Produktivitas Tenaga Kerja Pada Pabrik Pakan Ternak – XYZ Medan. Medan.

Indrawani YM., 2007, Utari DM, Sudiarti T, Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, “Gizi dan Kesehatan Masyarakat”, Cetakan pertama, Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Irianto DP., 2007. “Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan”, Cetakan Pertama, Penerbit : C.V Andi Offset, Yogyakarta.

Kartasapoetra G, Marsetyo H., 2010. “Ilmu Gizi-Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja”, Cetakan Ketujuh, Penerbit : PT Rineka Cipta, Jakarta.

Manurung BD., 2013. “Pengaruh Konsumsi Gizi dan Kadar Hb Terhadap Produktivitas Kerja Tenaga Kerja pada Wanita Pekerja Informal di Industri Pengolahan Ubi di Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 2013”.

Morgan SL, Newton LE., 2009. “Handbook of Clinical Nutrition”, Edisi ke 4, Penerbit : Elsevier, New Delhi, India.

Murti B., 1996.”Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan”, Cetakan Pertama, Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Oppusunggu R., 2009. “Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) Terhadap Produktivitas Kerja Wanita Pensortir Daun Tembakau di PT X Kabupaten Deli Serdang. Medan.

Rambe H., 2009. “Pengaruh Faktor Individu dan Sikap Tubuh Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat PT Kirana Sapta Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009. Medan.

Ridley J., 2004. “Kesehatan dan Keselamatan Kerja”, Cetakan Ketiga, Penerbit : Erlangga, Jakarta.


(4)

Syarifudin., 2010. “Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS”. Cetakan Pertama, Penerbit : Grafindo Litera Media, Yogyakarta.

Siagian SP., 2002. “Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja”, Cetakan Pertama, Penerbit : PT Rineka Cipta, Jakarta.

Van Way CW., 1999. “Nutrition Secrets”, Cetakan Pertama, Penerbit : Hanley & Belfus, Inc, Missouri.

Waspadji S, Suyono S., 2011. “Daftar Bahan Makanan Penukar”, Cetakan Ketiga, Penerbit : FKUI, Jakarta.


(5)

LEMBAR PERTANYAAN

A. Identitas diri

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin : pria / wanita 4. Alamat tempat tinggal :

5. Pendidikan Terakhir : SD / SLTP / SMA / …..

6. Status perkawinan : belum kawin / kawin / cerai / duda / janda 7. Masa kerja : …….... tahun ………. bulan

8. Berat badan : ………. kg 9. Tinggi badan : ………. cm 10.Unit kerja : ……….


(6)

LEMBAR PENGAMATAN A. Identitas

Nama :

B. Hasil Observasi Waktu

Observasi

Makan Pagi Makan Siang Makan Malam Selingan (10.00 WIB) Output (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)