BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit - Penentuan Kadar Air Inti Sawit dengan Menggunakan Alat Moisture Balance dan Kadar Minyak Inti Sawit dengan Ekstraksi Sokletasi di PTPN IV Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

  Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia. Tanaman ini dimasukkan pertama kali dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848, ditanam dikebun Raya Bogor.

  Percoban-percobaan banyak dilakukan diberbagai tempat di Jawa dan Sumatera. Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis jacq ) merupakan tumbuhan tropis golongan plam yang termaksud tanaman tahunan. Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Tanaman buah sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah. Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung setelah penyerbukan. (Naibaho, 1986)

  Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). (Ketaren, 1984)

  Cangkang atau tempurung kelapa sawit data digunakan sebagai bahan bakar, yaitu arang aktif yang biasa digunakan dalam industri kesehatan. Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium. Sedangkan ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap. (http://elearning .unej.ac.id)

2.2.Minyak Kelapa Sawit

  Sebagian minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna jingga karena karena kandungan karotenoid (terutama

  β-karotena),berkonsistensi setengah padat

  pada suhu kamar (konsestensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar asam lemak bebasnya), dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemaknya bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak.

  Kandungan minyak kelapa sawit dalam perikarp sekitar 30%-40%. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang berlainan sifatnya,yaitu :

  1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit.

  2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit.

  Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dan gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut.

  Komponen penyusun minyak sawit erdiri dari trigliserida dan non trigliserida. Asam-asam penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan rasa, aroma, dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak.

  Seperti halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida

yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak menurut reaksi sebagai

berikut:

gambar 2.1. Reaksi Trigliserida Bila R, = RZ = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya sama maka trigliserida ini

  

disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau lebih asam lemak penyusunnya

tidak sama maka disebut trigliserida campuran.

  Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya mengikat

satu atau dua atom hidrogen; kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom hidrogen,

sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil. Asam lemak yang pada

rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila

tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya karbonnya .

2.3.Minyak dan Lemak

  Minyak dan lemak diklasifikasikan dalam dua kategori, yakni pertama berdasarkan asal bahannya dan kedua berdasarkan penggunaannya. Berdasarkan asal bahannya minyak dan lemak terdiri atas 3 kelompok, yaitu: minyak nabati, lemak hewan dan minyak ikan. Bedasarkan penggunaanya minyak dan lemak terdiri 2 kelompok, yaitu: minyak industri (industry oil) dan minyak untuk keperluan pangan (edible oil). Jika dibandingkan dengan sumber-sumber minyak nabati lainnya, kelapa sawit merupakan penghasil minyak nabati dan paling efisien, sebab menghasilkan 58,4 ton minyak/Ha. (Risza,1994)

  Lemak dan minyak adalah trigliserida atau trigliserol, kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sembarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair.

  Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tubuhan cenderung berupa minyak.

  Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan gliserol merupakan. penyusun utama lemak hewan dan nabati. Trigliserida termasuk lipid sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah persamaan umum bentuk trigliserida:

  Keragaman jenis trigliserida bersumber dari kedudukan dan jati diri asam lemak. Trigliserida sederhana adalah triester yang terbuat dari gliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama. Contohnya, dari gliserol dan tiga molekul asam stearat akan diperoleh trigliserida sederhana yang disebut gliseril tristearat atau tristearin.

  Asam-asam lemak yang menyusun lemak juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon, maka asam lemak dapat dibedakan atas: 1.

  Asam lemak jenuh Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat pada dua atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hidrogen secara maksimal.

2. Asam lemak tak jenuh

  Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal karena adanya ikatan rangkap. Lemak yang mengandung satu saja asam lemak tak jenuh disebut lemak jenuh.

2.4. Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit

  A. Daun

  Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.

  B. Batang

  Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.

  C. Akar

  Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

  D. Bunga

  Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

  E. Buah

  Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.

  Buah terdiri dari tiga lapisan : a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

  b) Mesoskarp, serabut buah

  c) Endoskarp, cangkang pelindung inti Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak intiberkualitas tinggi

2.5.Klasifikasi Botani Kelapa Sawit Klasifikasi kelapa botani sawit adalah sebagai berikut :

  Devisi : Trancheophyta Subdivisi : Pteropsida

  Subkelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoideae Famili : Palmae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Varietas : Dura, tenera, pesifera

2.6.Jenis – Jenis kelapa sawit

  Varietas kelapa sawit di Indonesia di kenal banyak jenisnya. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Di antara jenis tersebut terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, jenis kelapa sawit diantaranya, Dura, Pasifera, Tenera, Marco Carya, dan Dwikka-wikka. Berdasarkan kulit buah, varietas kelapa sawit diantaranya varietas Nigrescens, Virescens, dan Albescens.

  Berdasarkan kulit buah sebagai berikut : Nigrescens : buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi orange setelah buah matang.

  Virescens : buah berwarna hijau waktu muda setelah matang berwarna orange. Albescens : waktu muda buah berwarna kuning pucat : tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.

  Pada varietas nigrescens maupun virescens dijumpai buah yang memiliki carpel (bersayap) dan dikenal sebagai di wakka-wakka.

2.7. Buah

  Setelah bunga betina dibuahi; maka terjadi perkembangan pembentukan buah sebagai berikut

  • Sampai 2 bulan setelah penyerbukan daging buah berwarna putih kehijauan, terdiri dari air, serat dan khloropil sedangkan minyak belum terbentuk. Setelah 3 bulan mulai terjadi perubahan warna daging buah menjadi kuning kehijauan dan hal ini menunjukkan telah terbentuknya minyak.
  • Sebulan setelah penyerbukan cangkang telah terbentuk tapi masih tipis dan lembut. Pengerasan berlangsung terus dan setelah mencapai 3 bulan cangkang sudah mengeras dan warnanya berunbah menjadi coklat muda.
  • Inti, mulai berubah bentuknya dari cairan menjadi agar-agar, 2 bulan setelah penyerbukan dan setelah bulan ke 3, inti sudah berbentuk padatan yang agak keras.

  • Lembaga atau embrio akan dapat dilihat 3 bulan seelah penyerbukan dan ukurannya telah mencapai 3 mm. (tim penulis, 1996)

2.8. Pematangan Buah

  Dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah dan setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen makan mulailah terjadi fase pematangan. Pada fase pematangan buah terjadi beberapa hal : a.

  Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada inti sawit dan daging buah.

  b.

  Perombakan hemiselulosa menjadi sakarida sederhana, ini dapat dilihat bahwa ikatan antar serat kurang dengan tekstur yang lunak.

  c.

  Perubahan warna dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hujau kekuning- kuningan kemudian berubah menjadi orange/merah jingga.

  d.

  Fisik buah berubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi suram.(Naibaho,1998)

2.9. Pengolahan Kelapa sawit

  Tahap-tahap pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai beikut : 1.

  Penimbangan Tandan Buah Sawit (TBS) dari lapangan diangkut ke pabrik dengan truk langsung ditimbang di pabrik, kemudian buah dipindahkan keloading ramp.

  2. Bongkaran Buah (Loading Ramp) Setelah truk buah ditimbang, kemdian dibongkar di loading ramp. Pada kesempaan ±5% dari jumlah truk buah disortasi untuk penilaian mutu. Selanjutnya buah dipisahkan keranjang lori rebusan yang berkapasitas ±2,5 ton.

  3. Perebusan (sterilizer) Lori-lori yang tela berisi TBS dimasukkan ke ketel rebusan dengan batuan seperti loko, kapstander dan lier. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan 2,8 – 4

  2 kg/cm . Per ton TBS memerlukan ±0,5 ton uap air yang dihasilkan ketel uap.

  2 Tekanan haris berada antara 2,8 – 3 kg/cm dan lamanya perebusan sekitar 90 meni.

  4. Penebahan (Stripping, threshing) Setelah perebusan, lori rebusan ditarik keluar, kemudian di angkat ke atas dengan Hoisting Crane. Dengan alat pengangkut ini lori yang berisi buah rebusan ini dibalikkan di atas mesin penebah (Stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (brondolan) jatuh kebawah dan melalui Conveyor serta Elevator dibawa menuju ketel adukan (digester).

  5. Pengadukan (Degestion) Buah di aduk hingga daging buah terlepas dari biji.

  6. Pengempaan (Pressing) Proses ini bertujuan untuk mengeluarkan minyak dan cairan. Minyak yang keluar ditampung dengan talang dan di alirkan kedalam Crude Oil Tank (tangki minyak kasar) melalui saringan getar.

  7. Pemurnian (Clarification) Melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan proses pengendapan, sentrifugal dan penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun (CPO Storage). (Risza.1994)

2.10.Proases Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO

  Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya. Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan serabut kemudian diangkut menggunakan Cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan menuju depericarper. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower.

  Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun 20% sampai 40%.

  Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti.

  Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang dengan menggunakan prinsip perbedaan massa.

  Cara lain untuk memisahkan inti dengan cangkang adalah dengan menggunakan Hydro clay bath yaitu pemisahan dengan memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang terpisah kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler.

  Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya. (http://habibiezone.wordpress.com/2010/10/13/makalah-teknologi- pengolahan-kelapa-sawit-menjadi-cpo-dan-pko/)

2.11. Inti Sawit Adapun Komposisi Inti Sawit dapat dilihat pada table 2.1. Komponen Jumlah

  Minyak 47-52 Air 6-8

  Protein 7,5-9,0 Selulosa

  5 Abu

  2 Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras jalan, dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya (disebut minyak inti sawit ) dan sisanya atau bungkilnya yang kaya akan protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44-53%.

  (http://repository.usu.ac.id/bitstream.pdf)

2.12. Mutu Minyak Sawit

  Mutu CPO yang dihasilkan dari pabrik dapat dipengaruhi oleh kualitas panen, pengangkutan, proses pengolahan dan penimbunan/ penyimpanan. Factor-faktor tersebut akan dibahas lebih detail pada setiap parameter mutu yang dipersyaratkan dalam perdagangan CPO. Adapun parameter CPO dapat dilihat pada table berikut :

Table 2.2. Parameter Mutu Produksi Minyak Sawit

  Parameter Standart ALB Golden CPO

  ≤2,0 % maks ALB CPO Super

  ≤2,5% maks ALB CPO non super

  ≤3,5% maks Kadar Air 0,15% maks

  Kadar Kotoran 0,025% maks DOBI 2,5 min

  Bilangan Iodin 51 min Bilangan Peroksida, mek/kg 5,0 maks Bilangan Anisidine, mek/kg 5,0 maks

  Fe (Besi), ppm 5,0 maks Cu (Tembaga), ppm 0,3 maks

  o

  Titik Cair 3,9 – 41 C

2.13. Kadar Air

  o

  Zat yang mudah menguap pada temperature diatas 100 C adalah air. Tingginya kandungan air didalam CPO akan mengakibatkan hidrolisis trigliserida secara

  

autokatalis, yang meninggalkan kadar ALB. Air merupakan media yang baik bagi

  pertumbuhan mikroba yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi. Kadar air maksimal = 0,15%.

  Kadar air dalam CPO dipengaruhi oleh proses di CST, temperature di oil tank, kinerja Oil Purifer, Vacuum Drier dan instalasi pemanas di tangki timbun yaitu :

  o

  a) C)

  Ketebalan minyak di CST yang tipis (<50cm) dan temperature rendah (<95

  o

  b)

  C). Minyak di Oil tank dipertahankan pada Tempertur di Oil tank rendah (<90 ketinggian diatas steam coil sebelum dialirkan ke Oil Purifier sehingga cairan sempat dipanasi

  c) Kinerja oil purifier dan vacuum drier yang jelek (kapasitas oil purifier >90%, dan tekanan Vacuum drier <500 mm Hg)

d) Kebocoran pipa pemanas (steam coil) ditangki timbun.

2.14. Kadar Kotoran

  Kadar dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak larut dalam n-Heksan dan petroleum ether. Kotoran ini dapat menyebabkan proses hidrolisis didalam minyak karena mengandung besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang merupakan pro-oksidant. Penyebabnya adalah TBS kotor dan juga selama proses di pabrik. Kadar air dan kadar kotoran dapat dikontrol pada CSTdengan menjaga ketebalan lapisan minyak >50 cm. kadar kotoran maksimal ditetapkan sebesar 0,02%.

2.15. Mutu Inti Sawit

Table 2.3. Standart Mutu Inti Sawit

  Parameter % Kadar air

  ≤7,0 Kadar kotoran

  ≤6,0 ALB

  ≤2,0 Inti pecah

  9-12

  • Cracker 15-20
  • Ripple mill Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami ekstraksi, pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil yang terbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. selain itu bungkil kelapa sawit menjadi bahan baku minyak alcohol dan industry kosmetik. ( ketaren, 1986)

  2.16. Kadar Kotoran Inti Sawit

  Yang dimaksud dengan kadar kotoran inti sawit adalah cangkang, serat, batu dan benda- benda asing lainnya. Pengontrolan kadar kotoran dimulai dari proses perebusan . perebusan yang baik akan melekangkan inti dengan cangkang dan mengkondisikan biji untuk pemecahan yang efisen pda stasiun pengolahan biji. Kadar kotoran dapat terjadi pada proses pemecahan biji, pemisahan inti dan cangkang serta pada pemisahan inti/cangkang system basah yang menggunakan larutan tanah liat (clay bath)/hydrocyclone.

  2.17. Kadar Air Inti Sawit

  Yang dimaksud dengan kadar air didalam inti sawit adalah kandungan air yang terdapat dalam inti sawit. Bila kadar air >7,0%, maka mokroorganisme lipolytic lebih cepat berkembang sehingga ALB inti sawit akan cepat naik. Mikroorganisme lipolytic dapat berkembang lebih cepat pada media air. Kadar air yang demikian >7,0% dalam penyimpanan dan kadar ALB >2,0% ditandai dengan tumbuhnya jamur pada permukaan inti. Proses perebusan yang baik berperan untuk menurunkan kadar air didalam inti sehingga inti bias lekang dari cangkang.

  Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen. (Syarif dan Halid, 1993).

  Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air merupakan pemegang. peranan penting, kecuali temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya.

  Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah diketahui bahwa hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya proses tersebut.

  Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat.

2.18. Kesalahan-kesalahan Dalam Analisis Kadar Air

  Analisis kadar air menggunakan pengering oven merupakann cara analisis yang paling banyak digunakan karena relatif sederhana. namun demikian, sering ada kesalahan yang diabaikan penelitia yaitu: 1.

  Jika suhu oven yang digunakan lebih kecil dari yang seharusnya (105 C) dapat mengakibatkan tidak semua air dalam contoh teruapkan sehingga dapat menyebabkan kadar air yang diperoleh lebih kecil dari yang seharusnya.

  2. Jika suhu oven lebih besar dari yang seharusnya dapat menyebakan kadar air lebih tinggi karena tidak hanya air yang teruapkan akan tetapi minyak atsiri yang mudah menguappun ikut teruapkan 3. Neraca analitik tidak terkalibrasi juga suhu oven

  2.19. Moisture Balance

  Moisture balance merupakan salah satu alat praktis dan modern yang digunakan untuk menentukan kadar air inti sawit yang dilengkapi dengan neraca analitis dan piringan

  o

  aluminium untuk mempermudah penentuan berat sempel dan dengan pemanasan 110 C sehingga kandungan dalam inti sawit dapat diserap sempurna dengan waktu yang tidak ditentukan sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk % yang dinilai cukup akurat pada PTPN IV Medan.

  Alat ini digunakan untuk analisa kadar air karena disamping relatif lebih mudah dan praktis, alat ini juga bekerja secara otomatis dan menghasilkan data cukup akurat.

  Proses penyerapan dilakukan oleh semacam pemanas yang terdapat dalam pada tutup alat moisture balance. Besi ini terikat pada serangkaian kawat yang dapat menghantarkan panas sehinga proses penyerapan airdapat berlangsung dengan baik.

  2.20.Ekstraksi Sokletasi

2.20.1. Prinsip Sokletasi

  Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.

  Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.

  Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan

  Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.

  Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

  Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :

  1. Pelarut yang mudah menguap Contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol 2. Titik didih pelarut rendah.

  3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.

  4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.

  5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.

  6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid

  • – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa
  • – senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi.

  Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi.