Penentuan Kadar Air Dan Kadar Kotoran Pada Inti Sawit Di Stasiun Kernel Di PTPN III Nusantara Pabrik Kelapa Sawit Rambutan Tebing Tinggi

(1)

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA

PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI.

KARYA ILMIAH

ANDIKA EKA PUTRA 082409024

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRY

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III NUSANTARA

PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN TEBING TINGGI.

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya

ANDIKA EKA PUTRA 082409024

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRY

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN

PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN III

NUSANTARA PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN

TEBING TINGGI.

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : ANDIKA EKA PUTRA

Nomor Induk Mahasiswa : 082409024

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2012

Program Studi D3 Kimia

Ketua, Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si. Drs. Chairuddin,Msc.

NIP. 19551218198701001 NIP.19593112198701001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN PADA INTI SAWIT DI STASIUN KERNEL DI PTPN NUSANTARA PABRIK KELAPA SAWIT

RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

Andika Eka Putra 082409024


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah-rabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayat serta kasih saying-Nya kepada kita semua serta salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar ahli madya pada program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari kemampuan, waktu dan pengetahuan, tapi penulis barharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang membangun untuk karya ilmiah ini.

Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar besarnya :

1. Ayanda, Ibunda, serta keluarga yang banyak menuntun dan memberikan doa beserta kasih sayang yang tulus kepada penulis.

2. Bapak Drs. Chairuddin,M.Sc, Selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan teliti membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Dr.Rumondang Bulan,Ms. Selaku Ketua Departemen Kimia 4. Seluruh Dosen Kimia Industri, FMIPA-USU Medan

5. Bapak Zulkifli, Selaku pembimbing dan Ibu Mastarida Lambok F.Sitorus,ST, Selaku pembimbing Laboratorium.

6. Seluruh sahabat-sahabatku angkatan 2008 Jurusan Kimia Industri FMIPA USU. Penulis memanjatkan Doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka diberikan balasan yang setimpal, Amin ya Robbal Alamin.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Penentuan Kadar Air dan kadar Kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi dengan melakukan percobaan selama 7 hari. Hasil analisis yang diperoleh bervariasi, yaitu berturut-turut 9,59%, 7,86%, 7,90%, 6,11, 11,70%, 7,90% dan 7,80% untuk kadar air dan berturut-turut 7,97%, 9,50%, 8,50%, 9,38%, 4,43%, 8,50% dan 7,87% untuk kadar kotoran. Hasil analisa kadar air dan kadar kotoran tersebut ada 2 sampel yang tidak memenuhi norma atau standar mutu dari PTPN III Rambutan, yaitu norma untuk kadar air adalah ≤ 7,0% dan untuk kadar kotoran adalah ≤ 6,0%. Maka, untuk bagian pengolahan kernel haruslah diperhatikan betul factor-faktor yang dapat meningkatkan kadar air dan kadar kotoran tersebut. Karena kadar air dan kadar kotoran pada inti sawit yang tidak memenuhi norma akan menurunkan mutu dari inti sawit yang akan dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak inti sawit.


(7)

DETERMINATION OF WATER CONTENT AND DIRT CONTEN AND PALM KERNEL IN KERNEL STATION AT PTPN RAMBUTAN TEBING TINGGI

ABSTRACT

Determination of Moisture and dirt from the kernel oil content in kernel station at High Cliff Rambutan PTPN III by conducting experiments for 7 days. Analytical results obtained varied, ie respectively 9.59%, 7.86%, 7.90%, 6.11, 11.70%, 7.90% and 7.80% for water content and successive 7.97%, 9.50%, 8.50%, 9.38%, 4.43%, 8.50% and 7.87% for the levels of impurities. Results of analysis of water content and the levels of these impurities there are two samples that do not meet the quality standards of the norm or PTPN III Rambutan, which is the norm for the water content is ≤ 7.0% and for levels of impurities were ≤ 6.0%. So, for the kernel processing, shall be fully the factors that can increase water levels and levels of these impurities. Due to moisture and dirt content in palm kernel that does not meet the norms will reduce the quality of palm kernel oil to be sold or further processed into palm kernel oil.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK

iv

ABTRACT v

DAFTAR ISI

vi DAFTAR TABEL

viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

1.3. Mamfaat 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Sejarah perkebunan kelapa sawit 4

2.2. Minyak kelapa sawit 4

2.3. Komposisi minyak kepala sawit dan inti sawit 6

2.4. Mutu minyak kelapa sawit 7

2.5. Proses pengolahan 8


(9)

2.5.5. Staisiun Pemurnian Minyak 11

2.5.6. Pengolahan Kernel 14

2.6. Penentuan Kadar Air terhadap Mutu Minyak Sawit 14 2.7. Penentuan kadar air terhadap kadar Asam Lemak Bebas (ALB) 15 2.8. Penentuan kadar air terhadap reaksi Enzimatis 15

2.9. Jenis-jenis Produksi Kelapa Sawit 16

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18

3.1. Bahan 18

3.2. Peralatan 18

3.3. Produser 18

3.3.1 Penentuan Kadar Kotoran 18

3.3.2 Penentuan Kadar Air 19

BAB 4 HASIL ANALISISA DAN PEMBAHASAN 20

4.1. Data Percobaan 20

4.2. Perhitungan 21

4.2.1 Kadar air 21

4.2.2 Kadar kotoran 21

4.3. Pembahasan 24

BAB 5 KESIMPULAN 26

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 27


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.3.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Dan

Minyak Inti Kelapa Sawit 6


(11)

ABSTRAK

Penentuan Kadar Air dan kadar Kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi dengan melakukan percobaan selama 7 hari. Hasil analisis yang diperoleh bervariasi, yaitu berturut-turut 9,59%, 7,86%, 7,90%, 6,11, 11,70%, 7,90% dan 7,80% untuk kadar air dan berturut-turut 7,97%, 9,50%, 8,50%, 9,38%, 4,43%, 8,50% dan 7,87% untuk kadar kotoran. Hasil analisa kadar air dan kadar kotoran tersebut ada 2 sampel yang tidak memenuhi norma atau standar mutu dari PTPN III Rambutan, yaitu norma untuk kadar air adalah ≤ 7,0% dan untuk kadar kotoran adalah ≤ 6,0%. Maka, untuk bagian pengolahan kernel haruslah diperhatikan betul factor-faktor yang dapat meningkatkan kadar air dan kadar kotoran tersebut. Karena kadar air dan kadar kotoran pada inti sawit yang tidak memenuhi norma akan menurunkan mutu dari inti sawit yang akan dijual atau diproses lebih lanjut menjadi minyak inti sawit.


(12)

DETERMINATION OF WATER CONTENT AND DIRT CONTEN AND PALM KERNEL IN KERNEL STATION AT PTPN RAMBUTAN TEBING TINGGI

ABSTRACT

Determination of Moisture and dirt from the kernel oil content in kernel station at High Cliff Rambutan PTPN III by conducting experiments for 7 days. Analytical results obtained varied, ie respectively 9.59%, 7.86%, 7.90%, 6.11, 11.70%, 7.90% and 7.80% for water content and successive 7.97%, 9.50%, 8.50%, 9.38%, 4.43%, 8.50% and 7.87% for the levels of impurities. Results of analysis of water content and the levels of these impurities there are two samples that do not meet the quality standards of the norm or PTPN III Rambutan, which is the norm for the water content is ≤ 7.0% and for levels of impurities were ≤ 6.0%. So, for the kernel processing, shall be fully the factors that can increase water levels and levels of these impurities. Due to moisture and dirt content in palm kernel that does not meet the norms will reduce the quality of palm kernel oil to be sold or further processed into palm kernel oil.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak Kelapa Sawit merupakan tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak perhal paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Dimana tanaman ini dapat memberikan keuntungan yang paling melimpah bagi pihak pengusaha perkebunan maupun pedagang, karena kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk.

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minya makan. Dimana minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kasar kelapa sawit (crude palm oil) dan minyak intih sawit (palm kernel oil) pabrik kelapa sawit Rambutan PTP. Nusantara III merupakan salah satu pabrik kelapa sawit yang tidak hanya mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kasar kelapa sawit (crude palm oil dan minyak inti sawit (palm kernel oil).

Mutu minyak sawit dapat terjaga dengan menekan rendah mungkin kadar asam lemak bebas, air dan kotoran didalamnya. Pada kesempatan ini, yang akan dibahas adalah penentuan kadar air dan kadar kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi.


(14)

Salah satu factor yang mempengaruhi mutu minyak sawit adalah kadar air yang terdapat pada minyak sawit, dimana jika kadar air dalam minyak sangat besar dapat

mengakibatkatkan gliserida sehingga asam lemak bebasnya semakin besar pula. ( Tim Penulis, 1997 )

1.2 Permasalahan

Masalah yang dihadapi adalah berapa % kadar air dan kadar kotoran yang terdapat di dalam inti sawit setelah diolah di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi. Apakah kadar air dan kadar kotoran tersebut memenuhi norma atau tidak.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui kadar air dan kadar kotoran dari inti sawit

1.4 Mamfaat

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pabrik, khususnya pada stasiun kernel agar dapat lebih memperhatikan pengolahan kernel sawit agar memperoleh mutu inti sawit yang baik.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit (Elacis guineensis jascg) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan baker (biodisel). Perkebunan menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah aceh, pantai timur Sumatera, jawa, dan Sulawesi.

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah hindia belanda pada tahun 1848. beberapa bijinya ditanam di kebun raya bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat revolusi industri pertengahan abad ke-19, dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari bogor dan deli, maka dikenal lah jenis sawit “Deli Dura”.

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia belanda adalah Adrian, seorang belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur


(16)

dan penangkaran kemudian didirikan di marihat (terkenal sebagai AVROS), sumatera utara dan di rantau panjang, kuala Selangor, Malaysia pada 1911-1912. di Malaysia, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di lading tenmaran, kuala Selangor menggunakan benih dura deli dari rantau panjang. Di afrika barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru di mulai pada tahun 1911.

Hingga menjelang pendudukan jepang, hindia belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.

Usaha peningkatan pada masa orde baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan system PIT perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternative.

Bebarapa pohon kelapa sawit yang ditanam di kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggiaan 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika. (Mangoensoekarjo,2003).

2.2. Minyak kelapa sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit ( Elaisgi guinensis JACQ ). Batangnya mencapai tinggi 15-24 meter dan memiliki buah yang banyak pada tiap tandan yang muncul pada ketiak daun. Kelapa Sawit tumbuh terdiri dari tiga tipe atau varies, yaitu tipe Dura, Tenera dan


(17)

1. Duara

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel ( daging buah ) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietes ini kemudian menyebar ke tempat lain, antara lain ke Negara Timur Jauh. Dalam persaingan, varietes Dura dipakai sebagai pohon induk betina.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hamper tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dan Dura menghasilkan Pisifera.

3. Tenera

Varieras ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan – perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,54 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara


(18)

2.2 Komposisi minyak kelapa sawit dan minyak sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen.

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi dapat mempunyai komposisi yang tetap. Rata – rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.3.1. bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.3.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit Asam Lemak Minyak Kepala Sawit (Persen) Minyak Inti Sawit ( Persen ) Asam kaprilat Asam kaproad Asam laurat Asam miristat Asam palmiat Asam stearat Asam oleat Asam linoleat - - - 1,1-2,5 40-46 3,6-4,7 39-45 7-11 3-4 3-7 46-52 14-17 6,5-9 1-2,5 13-19 0,5-2 Sumber : Eckey, S.W. (1955)


(19)

2.4 Mutu minyak kelapa sawit

Mutu minyak kelapa sawit adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan kualitas dari minyak. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak factor. Factor – factor tersebut dapat langsung dilihat dari sifat pohon induknya penanganan pasca panen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan cara pencegahannya, mutu minyak kelapa sawit ditentukan oleh beberapa factor yaitu :

1. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Asam lemak bebas yang tinggi mengakibatkan rendemen minyak turun, maka dilakukan usaha untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ini disebabkan karena adanya hidrolisa pada minyak Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas, reaksi ini dipercepat juga dengan adanya factor-faktor seperti : panas, air, keasaman, dan katalis ( enzim ). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk.

Beberapa factor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :


(20)

3. Penumpukan buah yang terlalu lam, dan 4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik 2. Kadar Air

Kadar air yang terkandung dalam minyak sawit tergantung pada efektivitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah yang dipanen. Buah yang terlalu matang akan mengandung air lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang tinggi mutunya.

3. Kadar Zat Menguap dan Kotoran

Kotoran yang terdapat dalam minyak ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil. Kotoran-kotoran yang berukuran besar bisa dihilangkan dengan cara penyaringan dengan menggunakan alat penyaring. Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bias disaring, hanya melayang-melayang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit.

Meskipun kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit kecil, tetapi, hal itu belum menjamin mutu minyak sawit. Kematangan minyak sawit harus dijaga dengan membuang kotoran dan zat penguap. Hal ini dilakukan dengan perlatan pemurnian modern. ( Fauzi, 2002 )

2.5. Proses Pengolahan


(21)

Cara pengolahan inti sawit ada 2 macam, salah satu cara diantaranya yaitu dengan mengektraksi minyak menggunakan hexane. Dapat diperoleh minyak inti sawit (PKO) yang tinggi yaitu 46,5% dan pellet kering yang berkadar minyak 3%. Cara ini memerlukan investasi besar dan mengandung risiko kebakaran yang besar karena hexane mudah terbakar. Cara kedua menggunakan pressan (kempa) yang akan memberikan rendeman minyak lebih rendah yaitu 40% dan ampas yang masih mengandung minyak 8%. Cara kedua ini biaya investasinya lebih kecil. Pada saat ini cara kedua lebih banyak dipilih dan dibawah ini akan diuraikan lebih lanjut.

Untuk mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi maka sebaiknya pabrik pengolahan inti ini berada dalam lokasi yang sama dengan pabrik pengolahan tandan sehingga fasilitas yang telah ada (tenaga kerja, pembangkit listrik bangunan dan lain-lain) dapat dimamfaatkan lebih baik. (Adlin. 1992).

2.5.1.Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)

Stasiun penerimaan buah ini berfungsi untuk menerima tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun. Pada stasiun melalui tahapan proses sebagai berikut :

a. Penimbangan Buah

b. Penumpukan dan pemindahan buah

a. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)

TBS atau buah sawit yang baru dipanen dari kebun diangkat dengan menggunakan truk ke pabrik. Setelah tiba dilokasi pabrik terlebih dahulu ditimbang pada jembatan


(22)

b. Penumpukan dan Pemindahan Buah (Transfer and Loading Ramp)

Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk membongkat muatannya di loading ramp. Buah sawit yang sudah disortasi, kemudian dituang kedalam loading ramp. Fungsi ramp adalah :

a. Tempat penampungan dan penumpukan TBS sementara sebelum diolah b. Tempat melakukan sortasi terhadap TBS yang masuk ke pabrik

c. Memudahkan pengisian TBS ke dalam lori

d. Menjamin penyediaan bahan baku untuk kontinitas proses.

2.5.2. Stasiun Perebusan (Sterlizing Station)

TBS yang berada didalam lori rebusan diangkut dari stasiun penerimaan buah ke stasiun perebusan dengan bantuan transfer cerier yang bergerak pada jaringan rel. lori rebusan ini selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Lori rebusan ini berisi penuh dan merata dengan kapasitas rata-rata 2,5 ton/lori. Lori berisi TBS dimasukkan kedalam keteel rebusan (Stelizer) untuk proses perebusan buah.

Adapun tujuan perebusan buah antara lain :

1. Mematikan / menonaktifkan kegiatan enzin-enzin yang dapat menguraikan minyak menjadi asam lemak bebas.

2. Untuk mempermudah proses pelepasan buah dari tanda sebagai akibat reaksi hidrlisa pada tempat persentuhan antara buah dengan tangkai tandan.


(23)

2.5.3. Stasiun Penebahan (Theressing Station)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim penebah (thresher) dengan bantuan hoisting crane transfer carriage. Proses penebahan ini terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.

Pada bagian dalam dari penebah, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi menungkinan brondolan keluar dari penebah, brondolan yang keluar dari bagian bawah penembah ditampung oleh screwconveyer untuk dikirim kebagian digesting dan pressing.

2.5.4. Stasiun Pengadukan dan Kempa ( Digester and Pressing Station) Pada stasiun ini dilakukan dua tahap pengolahan yaitu :

a. Pengadukan

Brondolan yang dihasilkan pada proses penebahan dialirkan kedalam digester, Peralatan ini digunakan untuk melumatkan brondolan. Sehingga daging buah terpisah dari biji dan menhancurkan sel-sel yang mengandung minyak, dalam waktu cepat agar minyak dapat diperas sebanyak-banyaknya pada aat pengempaan.

b. Pengempaan

Tujuan dari proses pengempaan adalah untuk mengambil minyak yang ada dalam masa adukan semaksimal mungkin dengan cara mengempa pada tekanan tertentu.

Tekanan kempa yang ditentukan 50-60 Kg/cm2 2.5.4. Stasiun Pemurnian Minyak


(24)

Pada stasiun pemurnian/klarifikasi minyak, terjadi beberapa tahapan proses, yaitu : a. Pemisahan Pasir

b. Penyaringan minyak c. Pemurnian Minyak d. Pemisahan Lumpur e. Pengutipan Minyak

Alat-alat yang terlibat dalam proses pemurnian minyak secara ringkas terdapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tangki Pemisah Pasir

Alat ini digunakan untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar. Hal-hal ini yang perlu diperhatikan :

1. Suhu minyak kasar 95-1150C

2. Pembuangan pasir dilakukan secara rutin setiap 4 jam b. Saringan Besar

Untuk memisahkan serat-serat dan kotoran kasar yang terikut dengan minyak, dilakukan dengan penyaringan pada ayakan/saringan getar.

Benda-benda yang berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan kelimba buah untuk diproses kembali. Cairan minyak yang ditampung dalam tangki minyak kasar.


(25)

tetap, diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap pada temperature 90-950C.

d. Tangki Pemisah (Continious Setting Tank)

Minyak yang dipompakan dari tangki minyak kasar ke tangki pemisah lanjut melalui tangki umpan continious settling masih bercampur dengan Lumpur dan air, oleh karma itu harus dipisahkan. Minyak yang masih kotor dialirkan ke sludge tank untuk dipisahkan dari zat-zat pengotorannya dan minyak yang bersih dialirkan ke oil tank. e. Tangki Masakan Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung didalam tangki ini untuk dinasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentrifusi minyak.

Diusahakan suhu tetap pada 90-950C. f. Sentrifusi Minyak (Oil Purifer)

Minyak yang keluar dari tangki masakan masih mengandung 0,5,7% dan kotoran 0,1-0,3%. Karena itu perlu dimurnikan, untuk proses pemurnian tersebut digunakan alat yang disebut Oil Purifer.

g. Pengeringan Minyak (Vacum Dryer)

Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung 0,3-0,4% air. Untuk

mengurangi kadar airnya perlu dikeringkan dengan menggunakan vakum (Vacum Dtyer). Tekanan dalam pengeringan diawasi antara (50-70 cmHg) dan

Temperatur 90-950C. h. Tangki Timbun

Minyak yang keluar dari vacuum dryer kemudian dialirkan ke tangki timbun untuk diproses lebih lanjut.


(26)

2.5.6 Pengolahan Kernel

Untuk mengolah tandan buah segar (TSB) menjadi Crude palm oil (CPO) dan kernel, PKS-Rambutan memiliki stasiun kerja yang saling terkait, yaitu :

a. Stasiun penerima TBS dan pengiriman produksi b. Stasiun loading ramp

c. Stasiun rebusan (Sterillizer) d. Stasiun thressing

e. Stasiun pressing f. Stasiun klarifikasi g. Stasiun kernel

h. Stasiun water treatment i. Stasiun power plant j. Stasiun boiler

k. Stasiun fat-fit effluent treatmen (Tim penulis, 1997)

2.6. Penentuan Kadar air terhadap mutu minyak sawit

Dari hasil pengolahan didapat CPO dengan zat menguap air sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya 0,0005%. Dalam kondisi diatas CPO sudah dianggap terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi fisik hampa sehingga CPO tersebut hanya mengandung kadar zat yang terdapat pada minyak sawit mentah adalah sebagai berikut :


(27)

b. Karena dengan semakin kadar air yang terkandung dalam CPO secara otomatis kadar asam lemak bebas akan semakin besar pula dan hal ini akan mengakibatkan turunnya mutu dari CPO.

Dengan menaikkan kadar air pada CPO maka akan mengakibatkan terganggunya pemucatan CPO. Dengan terganggunya proses pemucatan pada CPO maka otomatis akan mempengaruhi kualitas dari produksi dan akan mengganggu kesinambungan proses.

Dalam praktek di lapangan sulit untuk mempengaruhi perubahan kadar air terhadap kualitas warna CPO pada proses pemucatan dan pengaruh perubahan kadar air terhadap kandungan ALB.

2.7. Penentuan kadar air terhadap kadar asam lemak bebas (ALB)

Kadar air yang berlebih yang terdapat pada CPO dapat mempengaruhi kadar ALB dalam CPO yaitu semakin besar pula kadar ALB-nya.

2.8. Penentuan kadar air terhadap reaksi enzimatis

Kegiatan enzimatis yang tidak menguntungkan dalam proses pengolahan pangan dapat dihambat atau diberhentikan misalnya dengan pemanasan.

Penurunan kadar air akan sangat besar pengaruhnya terhadap reaksi enzimatis karena pada kondisi air bebas akan membantu difusi enzim dan substratnya.

Pada nilai kadar air rendah kelarutan substrat sangat kecil jumlahnya dan apabila jumlahnya telah habis dihidrolisasis maka reaksinya akan terhenti. Oleh karena itu


(28)

2.9. Jenis-jenis Produksi Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai berikut.

1. Minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO) 2. Minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO)

Bahan padatan ini dapat dimanfaatkan untuk sumber energy, pupuk, makanan, ternak, dan bahan untuk industry.

Produksi CPO dan PKO bertambah dengan pesat, karena bertambahnya dengan cepat perluasan areal, pertambahan areal tanaman menghasilkan, serta penerapan teknologi maju. Ini mengakibatkan masalah permasalahan hasil dan masalah pengendalian mutu atau pemamfaatan limbah. Pemasaran perlu dilakukan diversifikasi produk untuk memperluas pasar dan melakukan penyesuaian terhadap keinginan dan permintaan pasar.

Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam : a. Bahan makanan (oleofoo, oleomakanan)

b. Bahan non makanan (oleochemical, oleokimia) c. Bahan kosmetik dan farmasi (cosmetic farmacy)


(29)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Bahan

- kelapa inti sawit 3.2 Alat

- Cawan Petri - Desikator

- Alat penggiling Kernel Thomas Willier - Neraca Analitik Sartorius - Oven

- Tang Penjepit

3.3. Prosedur

3.3.1 Penentuan Kadar Kotoran

- ditimbang sampel sebanyak 1000 gram

- dipisahkan sampel antara cangkang,biji utuh,inti utuh,biji pecah, dan inti pecah - ditimbang masing-masing sampel yang dipisahkan

- dicari kadar larutan dari masing-masing sampel yang dipisahkan - dicatat hasilnya


(30)

3.3.2 Penentuan Kadar air - diambil biji utuh

- dihaluskan dialat penggiling kernel - ditimbang cawan kosong

- dimasukkan inti yang sudah dihaluskan kedalam cawan secukupnya - ditimbang kembali untuk mendapatkan berat sampel

- diovenkan pada suhu 103 C selama 1 jam - ditimbang untuk mendapatkan kadar airnya - dihitung kadar airnya

CS.CSK setelah dipanaskan

Kadar Air = BS contoh x 100

Keterangan : CS = Cawan + Sampel (gram)

CSK = Cawan + Sampel Setelah dikeringkan (gram) BS = Berat Sampel (ram)


(31)

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

a. Kadar air dan Kadar kotoran

Hari Kadar air (%) Kadar kotoran (%)

I 9,59 % 7,97 %

II 7,86 % 9,50 %

III 7,90 % 8,50 %

IV 6,11 % 9,38 %

V 11,74 % 5,98 %

VI 14,01 % 4,43 %


(32)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Kadar air dan kadar kotoran

1. Sampel + cawan (cs) = 21,9 g 2. Cawan kosong (ck) = 14,81 g

3. Berat sampel (bs) = 7,09 g

4. Beart sampel setelah dioven +cawan (csk) = 21,22 g 5. Berar sampel setelah dioven = 6,41 g 6. Kadar air (KA)

CS - CSK

% KA = x 100 %

BS

21,9-21,22

= x 100 %

7,0


(33)

Untuk menghitung kadar kotoran (%KK) Sampel = 1000 g

Cangkang = 25,45 g Nut utuh = 6,39 g Inti pecah = 110,02 g Nut pecah = 47,84 % Inti pecah = -

Cangkang

% cangkang = x 100% Sampel

25,43 g

% cangkang = x 100 %

1000 g

= 2,543 %

6,39 g

% nut pecah = x 100 %

1000 g


(34)

110,02 g

% inti pecah = x 100 %

1000 g

= 11,002 %

47,84 g

% inti pecah = x 100 %

1000 g

= 4,784%

%KK = % cangkang + % nut utuh + % nut pecah = 2,543 % + 0,639 % + 4,784 %


(35)

4.3 Pembahasan

Ampas pressan yang terdiri dari serat, biji, dan inti yang pecah oleh cake brake conveyor sehingga lebih mudah diblower untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri dari serat, inti pecah, dan pecahan tempurung. Fraksi berat ialah biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah.

Proses penguapan dengan cara pemanasan pada cake brake conveyor sangat mempengaruhi dalam pemisahan fraksi ringan dan fraksi berat dari ampas presan. Dimana fraksi ringan seperti serat dan biji pecah digunakan sebagai sumber bahan bakar untuk boiler, sehingga diperlukan kadar air yang rendah pada serat dan biji pecah untuk mendapatkan kalor bakar yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan dari kapasitas boiler dan memenuhi kebutuhan instalasi pabrik.

Pengolahan minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit hasil akhirnya haruslah bebas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, diantaranya kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.

Dalam hal ini penulis membahas tentang penentuan kadar air dan kadar kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi.

Kadar air dan kadar kotoran yang terdapat pada inti sawit tentulah dapat mempengaruhi mutu inti sawit tersebut, yaitu dapat membuat mutu inti sawit menurun, hal ini tentu saja adalah hal yang tidak diinginkan oleh pabrik.


(36)

Dari data dapat dilihat bahwa % kadar air dan % kadar kotoran sebagai besar tidak memenuhi norma, yaitu ≤ 7 % untuk kadar air dan ≤ 6 % untuk kadar kotoran pada inti sawit.

Hanya pada percobaan hari ke-IV kadar air yang diperoleh memenuhi norma pabrik yaitu 6,11 % dan untuk kadar kotoran yang memenuhi norma yaitu pada percobaan haro ke V, VII dan VII.

Kadar air dan kadar kotoran tersebut tergantung pada efektivitas pengolahan inti sawit. Sehingga perlu diperhatikan proses pengolahan mulai dari buah direbus hingga menghasilkan inti sawit yang baik mutunya.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar air dan kadar kotoran yang diperoleh dari hasil analisa yang dilakukan Selama 7 hari yaitu :

1. Kadar Air = hari pertama 9,59 % hari kedua 7,86 % hari ketiga 7,90 % hari keempat 6,11 % hari kelima 11,70 % hari keenam 7,90 % hari ketujuh 7,80 % 2. Kadar kotoran = hari pertama 7,97 %

hari kedua 9,50 %

hari ketiga 8,50 %

hari keempat 9,38 %

hari kelima 4,43 %

hari keenam 8,50 %


(38)

standar mutu untuk kadar air dan kadar kotoran berturut-turut adalah ≤ 7,0 % dan ≤ 6,0 %. Untuk percobaan penentuan kadar air pada hari ke empat.

Yang memenuhi norma yaitu 6,11 %. Dan untuk penentuan kadar kotoran pada hari kelima saja yang memenuhi norma yaitu 4,43 %.hasil ini disebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhi, yaitu proses dari rebusan kelapa sawit itu sendiri diantara menjaga mutu bahan baku dan bahan penembah lain dan rebusan dari pengeperesan pabrik.

5.2 Saran

Untuk memperoleh minyak sawit yang sesuai dengan yang diinginkan maka harus dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan minyak sawit terutama pada pengendalian kadar air dalam minyak, agar hidrolisasi minyak dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kadar asam lemak bebasnya juga kecil.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. UI-Press.Jakarta

Mangoensoekarjo, S.2003. manajemen Agrobisnis Minyak Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gajah Mada University Press. Yokyakarta

Pahan, Iyung, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta

Ritonga. MY 1999. Pengaruh Kadar Air Dalam Minyak Terhadap Proses Pemucatan. Usu Press. Medan

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemamfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Cetakan Kedelapan, Penebar Swadaya. Jakarta

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Jakarta penebar Swadaya.

Adlin. U.L.1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat penelitian perkebunan. Marhat Bandar Kuala. Pematang Siantar. Sumatera Utara.


(1)

110,02 g

% inti pecah = x 100 %

1000 g

= 11,002 %

47,84 g

% inti pecah = x 100 %

1000 g

= 4,784%

%KK = % cangkang + % nut utuh + % nut pecah = 2,543 % + 0,639 % + 4,784 %


(2)

4.3 Pembahasan

Ampas pressan yang terdiri dari serat, biji, dan inti yang pecah oleh cake brake conveyor sehingga lebih mudah diblower untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri dari serat, inti pecah, dan pecahan tempurung. Fraksi berat ialah biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah.

Proses penguapan dengan cara pemanasan pada cake brake conveyor sangat mempengaruhi dalam pemisahan fraksi ringan dan fraksi berat dari ampas presan. Dimana fraksi ringan seperti serat dan biji pecah digunakan sebagai sumber bahan bakar untuk boiler, sehingga diperlukan kadar air yang rendah pada serat dan biji pecah untuk mendapatkan kalor bakar yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan dari kapasitas boiler dan memenuhi kebutuhan instalasi pabrik.

Pengolahan minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit hasil akhirnya haruslah bebas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, diantaranya kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran.

Dalam hal ini penulis membahas tentang penentuan kadar air dan kadar kotoran dari inti sawit pada stasiun kernel di PTPN III Rambutan Tebing Tinggi.

Kadar air dan kadar kotoran yang terdapat pada inti sawit tentulah dapat mempengaruhi mutu inti sawit tersebut, yaitu dapat membuat mutu inti sawit menurun, hal ini tentu saja adalah hal yang tidak diinginkan oleh pabrik.


(3)

Dari data dapat dilihat bahwa % kadar air dan % kadar kotoran sebagai besar tidak memenuhi norma, yaitu ≤ 7 % untuk kadar air dan ≤ 6 % untuk kadar kotoran pada inti sawit.

Hanya pada percobaan hari ke-IV kadar air yang diperoleh memenuhi norma pabrik yaitu 6,11 % dan untuk kadar kotoran yang memenuhi norma yaitu pada percobaan haro ke V, VII dan VII.

Kadar air dan kadar kotoran tersebut tergantung pada efektivitas pengolahan inti sawit. Sehingga perlu diperhatikan proses pengolahan mulai dari buah direbus hingga menghasilkan inti sawit yang baik mutunya.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar air dan kadar kotoran yang diperoleh dari hasil analisa yang dilakukan Selama 7 hari yaitu :

1. Kadar Air = hari pertama 9,59 % hari kedua 7,86 % hari ketiga 7,90 % hari keempat 6,11 % hari kelima 11,70 % hari keenam 7,90 % hari ketujuh 7,80 % 2. Kadar kotoran = hari pertama 7,97 %

hari kedua 9,50 %

hari ketiga 8,50 %

hari keempat 9,38 %

hari kelima 4,43 %

hari keenam 8,50 %

hari ketujuh 7,87 %


(5)

standar mutu untuk kadar air dan kadar kotoran berturut-turut adalah ≤ 7,0 % dan ≤ 6,0 %. Untuk percobaan penentuan kadar air pada hari ke empat.

Yang memenuhi norma yaitu 6,11 %. Dan untuk penentuan kadar kotoran pada hari kelima saja yang memenuhi norma yaitu 4,43 %.hasil ini disebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhi, yaitu proses dari rebusan kelapa sawit itu sendiri diantara menjaga mutu bahan baku dan bahan penembah lain dan rebusan dari pengeperesan pabrik.

5.2 Saran

Untuk memperoleh minyak sawit yang sesuai dengan yang diinginkan maka harus dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan minyak sawit terutama pada pengendalian kadar air dalam minyak, agar hidrolisasi minyak dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kadar asam lemak bebasnya juga kecil.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. UI-Press.Jakarta

Mangoensoekarjo, S.2003. manajemen Agrobisnis Minyak Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gajah Mada University Press. Yokyakarta

Pahan, Iyung, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta

Ritonga. MY 1999. Pengaruh Kadar Air Dalam Minyak Terhadap Proses Pemucatan.

Usu Press. Medan

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemamfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Cetakan Kedelapan, Penebar Swadaya. Jakarta

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Jakarta penebar Swadaya.

Adlin. U.L.1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat penelitian perkebunan. Marhat Bandar Kuala. Pematang Siantar. Sumatera Utara.