PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA TAHUN 1977-1999

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

BAYU MARSENO AJI C0505014 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA

TAHUN 1977-1999

Disusun oleh : BAYU MARSENO AJI

C 0505014

Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing

Drs. Sri Agus, M.Pd

NIP. 195908131986031001

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum.

NIP. 195402231986012001

PERANAN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DALAM MEMBINA PARA LANJUT USIA TAHUN 1977-1999

Disusun oleh

BAYU MARSENO AJI C05005014

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal.............................

Jabatan Nama

Tanda Tangan

Ketua

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum

Tiwuk Kusuma H, S.S, M. Hum

NIP. 197306132000032002

Penguji I

Drs. Sri Agus, M. Pd

NIP. 195908131986031001

Penguji II

Drs. Tundjung W.S. M. Si

NIP. 196112251987031003

Mengetahui, Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. Sudarno, MA

NIP. 195303141985061001

PERNYATAAN

Nama : BAYU MARSENO AJI NIM

: C0505014

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2010 Yang membuat pernyataan,

Bayu Marseno Aji

MOTTO

Berbuat Baiklah Kepada Setiap Orang Seperti Kamu Berbuat Baik Pada Dirimu Sendiri

(Penulis)

Sesungguhnya Allah Tidak Mengubah Keadaan Suatu Kaum Sehingga Mereka Mengubah Keadaan Yang Ada Pada Diri Mereka Sendiri

(QS. Ar Ra’ad Ayat 11)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta,

terima kasih atas do’a, kasih sayang dan motivasinya

2. Adikku tersayang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999 ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

3. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

4. Drs. Sri Agus, M.Pd. selaku Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan teliti memberikan banyak masukan dan kritik yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Umi Yuliati, S.S, M.Hum, selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberi dorongan secara moril dan pengetahuannya kepada penulis.

6. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Segenap Staf dan Karyawan di UPT Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam mengumpulkan data dan referensi untuk penyusunan skripsi.

8. Ibu Rahayu Sulistyowati, Bapak Tugimin S.E, Bapak Drs. Suryanto, dan segenap staf pegawai dan klien Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan.

9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan motivasi, Bapak dan Ibuku yang selalu mencurahkan kasih sayang, nasehat dan semangat. Adikku Garnis Dwi Darmastuti yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Historia Community 2005, Doni, Wanto, Ahmad, Rika, Darmawan, Yusuf, Wido, Shinta dan teman-teman yang lain, tetap kompak dan cepat menyelesaikan skripsi.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kekeliruan, serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menghargai adanya saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan penulisan-penulisan serupa di masa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap bahwa hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peraturan Tentang Rumah Wangkoeng Tahun 1940 ...........................

2. Surat Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 ................................ 100

3. Areal atau Lokasi Pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No.465.1./127/X/83 ............................................................. 107

4. Ijin Lokasi Tanah Untuk Kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No.596/3446/1988 ............................................................... 109

5. Laporan Tahunan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 1983 No.465.1./97/IV-83 ..................................................................... 110

6. Contoh Surat Penyerahan Klien Atas Kemauan Sendiri No.465/55/VII/2008 ............................................................................. 116

7. Contoh Penyerahan Klien Hasil Razia No. 465.1/59/VII/2008 ........... 117

8. Daftar Warga Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Tahun 2000 ... 118

9. Gambar Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta ................................ 121

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional GKI

: Gereja Kristen Indonesia

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi KB

: Keluarga Berencana

KK

: Kepala Keluarga

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum PP

: Pamong Praja

RT

: Rukun Tetangga

RW

: Rukun Warga

SD

: Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA

: Sekolah Menengah Atas

UPT

: Unit Pelaksana Tehnis

UNS

: Universitas Sebelas Maret

DAFTAR ISTILAH

Biologis : Berhubungan dengan biologi Degeneratif : Kemunduran atau kemerosotan generasi Fisiologis : Cabang biologi yang berkaitan dengan organ, jaringan Home Visit : Mengetahui atau menggali informasi Identifikasi : Menentukan atau menetapkan identitas Instansi : Badan pemerintah umum atau kantor Interaksi : Mempengaruhi antar hubungan Kognitif : Berhubungan dengan proses memperoleh pengetahuan Klien : Orang yang mendapatkan pelayanan pembinaan Kronologis : Menurut urutan waktu atau peristiwa Middle old : Pertengahan tua Psikomotor : Aktivitas fisik yang berhubungan dengan mental Razia : Penangkapan serentak Young old : Muda tua atau awal tua

ABSTRAK

Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999 . Skripsi: Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-2000.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Mengetahui Latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) Mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999.

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, studi dokumen dan studi pustaka. Data-data yang diperoleh dengan cara tersebut kemudian dianalisis dengan metode historis yaitu melalui tahap-tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini bersifat kualitatif yang terwujud dalam bentuk laporan penulisan yang bersifat deskriptif analisis yang berusaha mendeskripsikan serta menganalisis setiap kondisi yang berkaitan dengan peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina para lanjut usia.

Kesimpulan dari kajian ini adalah pendirian Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagai reaksi atas permasalahan sosial lanjut usia khususnya para lanjut usia terlantar maupun titipan keluarga. Dalam perkembangannya Panti Wredha Dharma Bhakti menjalankan peranan dan usaha mencukupi kebutuhan klien melalui program pembinaan. Pembinaan yang terdapat di Panti Wredha Dharma Bhakti terdiri dari pembinaan fisik, pembinaan mental, pembinaan sosial, dan ketrampilan. Dari pembinaan-pembinaan tersebut di dalamnya sudah mencakup segala kebutuhan yang diperlukan klien, misalnya makan, pakaian, tidur, kesehatan dan rekreasi. Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta berusaha mencukupi kebutuhan klien dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta baik dari segi dana maupun tenaga. Pembinaaan yang telah dilaksanakan mampu memberikan kesejahteraan sosial terhadap para klien, menciptakan para klien dengan hidup sejahtera aman, tenteram dan mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi klien baik lahir maupun batin sesuai dengan tujuan panti sampai akhirnya klien tersebut diambil lagi oleh pihak keluarga maupun meninggal di dalam panti.

ABSTRACT

Bayu Marseno Aji. C0505014. 2010. Peranan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Dalam Membina Para Lanjut Usia Tahun 1977-1999 . Thesis: History Department. Faculty of Letters and Fine Art. Sebelas Maret University. Surakarta.

Issues to be discussed in this study, namely (1) How the establishment of nursing background Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. (2) How does the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999.

This study aimed to determine (1) Knowing the background of the establishment of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta. (2) To determine the role and efforts of the Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering and answer the needs of clients in 1977-1999.

To achieve these research objectives, this study used techniques of data collection through interviews, document studies and literature. The data obtained in this way are then analyzed by the historical method is through the stages of criticism, interpretation and historiography. This was a qualitative research embodied in the form of report writing descriptive analysis that attempted to describe and analyze each condition relating to the role of the Nursing Home Wredha Dharma Bhakti Surakarta in fostering the elderly.

The conclusion from this study are as follows, the establishment of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta is in response to social problems, especially for the elderly elderly families displaced or deposit. In the development of the Dharma Bhakti Panti Wredha Surakarta perform the role and efforts to meet the needs of clients through the guidance program. Guidance contained in Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta consists of physical training, mental development, social development, and skills. From coaching, coaching in it already includes all the necessary needs of clients, such as food, clothing, sleep, health and recreation. Pembinaaan which have been implemented to provide social welfare to their clients, creating a prosperous life clients with safe, secure and prepare for life's happiness for the client both physically and in accordance with the purpose of the inner parlors until the client is taken again by the family and died in a nursing .

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya. Hal ini akan melibatkan manusia, lingkungan dan masyarakat sebagai konsekwensinya maka seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat harus mendapat perhatian dan pengharapan dalam pembangunan, termasuk didalamnya masalah sosial. Masalah sosial adalah situasi yang telah menjadi warisan turun

temurun yang memerlukan perbaikan atau pemecahan. 1 Kehidupan sosial yang akan menjadi perhatian adalah peningkatan

kesejahteraaan sosial dan pembangunan yang sedang berlangsung dalam kaitannya dengan segi pendidikan, perumahan, kesehatan, ekonomi, sosial dan

budaya. 2 Pembangunan kesejahteraan sosial tersebut harus diusahakan bersama seluruh masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu masalah sosial merupakan

masalah yang kompleks dan karena tidak dapat dipandang sebagai masalah yang berdiri sendiri tetapi menyangkut penghidupan dan kehidupan masyarakat Indonesia.

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah selama lebih dari tiga puluh tahun menunjukkan beberapa keberhasilan yang membawa berbagai keberhasilan yang membawa berbagai kemajuan, terutama dibidang kesehatan masyarakat dan keluarga berencana, yang ditandai dengan terjadinya perubahan

1 Nursid Suaatmadja, 1985, Pengantar Studi Sosial, Bandung: Alumni, hal. 39.

2 Ibid, hal. 41.

indikator demografis berupa perubahan struktur umur penduduk. Salah satu dampak dari perubahan struktur umur penduduk yang sangat menarik adalah adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia yang cukup tajam.

Para lanjut usia di Negara ini diatur dan dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta dijelaskan pula bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Hal ini juga dijelaskan pula dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 yang berisi tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial

Kemunduran kemampuan fisik-biologis yang dialami para lanjut usia akan mengurangi dan melemahkan aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Kelemahan aktifitas ini, akan menyebabkan aktivitas kerja yang dapat dilakukan terbatas, bahkan dapat menyebabkan gangguan dalam mengurus dan melayani dirinya sendiri. Secara mental psikologis, semakin tua umur penduduk, kesibukan dan aktifitas sosial yang dapat dilakukan akan semakin berkurang. Secara sosio ekonomis, akan terjadi penurunan produktifitas sehingga mereka cenderung

tergantung pada keluarganya. 3 Kondisi fisik dan kesehatan yang mengalami kemunduran tersebut

menyebabkan kemunduran produktifitas dan beban orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun secara ekonomi. Dalam pengembangan kualitas penduduk yang berkelanjutan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah kelompok penduduk lanjut usia, bagaimana menyiapkan dan memperoleh suatu kehidupan hari tua yang sehat sejahtera dan bermartabat. Tantangan pelayanan

3 Watiyastuti, 1995, Aspek Sosial Ekonomi Penduduk Usia Lanjut, Yogyakarta: Pacsa Sarjana UGM, hal. 17.

fisik dan non sosial terutama pemanfaatan waktu luangnya baik di lingkungan komunitas tempat tinggal mereka memerlukan suatu pemikiran pemecahan yang terencana sejak mereka menjelang tua serta bagaimana memanfaatkan kearifan

dan kekayaan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan produktif para lanjut usia. 4 Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia merupakan beban tambahan

yang tidak ringan bagi pemerintah, karena secara medis pemerintah harus menyediakan sarana kesehatan seperti puskesmas, dokter, petugas kesehatan dan rumah sakit dalam mengahadapi tumbuhnya penduduk lanjut usia tersebut. Untuk mengatasi kesehatan yang dialami para lanjut usia, pemerintah menetapkan kebijaksanaan tentang penduduk lanjut usia yaitu dengan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam pokok kebijaksanaan yang lain pemerintah berusaha menyediakan saran dan fasilitas pelayanan khusus bagi penduduk lanjut usia sehingga langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian, semangat hidup dan produktifitasnya, baik di lingkungan tempat

tinggal, lingkungan kerja maupun di tempat-tempat umum. 5 Di sisi lain, pengalaman di negara maju menunjukkan perawatan penderita

lanjut usia memerlukan perhatian khusus dan lebih besar karena berbagai hal, antara lain bermacam penyakit yang diderita, fungsi organ yang sudah menurun rentan terhadap penyakit dan stress sehingga memerlukan penanganan yang tepat dan perhatian yang serius serta upaya khusus di bidang kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan juga kerja sama yang baik antara

4 Ibid, hal. 9.

5 Dharianti, 2001, Karakteristik Penduduk Usia Lansia Yang Memanfaatkan Saran Kesehatan di Propinsi Jawa Tengah , Yogyakarta: UGM, hal. 5.

pemerintah dan masyarakat, khususnya keluarga yang didalamnya mempunyai orang yang berusia lanjut. 6

Salah satu usaha sosial dari pemerintah untuk tetap melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan para lanjut usia adalah melalui didirikannya panti wredha yang berfungsi untuk memberikan akomodasi dan pelayanan perawatan bagi para lanjut usia yang tidak mempunyai sanak saudara, mempunyai masalah dengan keluarga atau tidak ingin membebani keluarga atau bahkan para lanjut usia yang berkeliaran di jalanan. Penempatan para lanjut usia di panti wredha ini masih menimbulkan perdebatan dalam masyarakat, karena sebagian masyarakat yang masih menganggap bahwa penitipan para lanjut usia di panti wredha ini menyalahi tradisi dan nilai-nilai agama, dan bagi para lanjut usia itu sendiri antara lain mereka merasakan harus berpisah dengan keluarga, kerabat, serta lingkungan sebelumnya dan harus berdaptasi dengan lingkungan yang baru. Hal ini dapat menimbulkan rasa cemas, tidak berdaya, bahkan rasa malu. Penitipan para lanjut usia di panti ini dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada para lanjut usia terhadap keluarganya yang tinggal di rumah bergantung pada latar belakang keluarga masing-masing para lanjut usia. Perawat dapat membantu para lanjut usia untuk mengekspresikan perasaannya dan secara bersama-sama menggali persepsi lanjut usia, sehingga para lanjut usia tersebut dapat menerima keputusan keluarganya sebagai hal terbaik yang dilakukan, baik bagi dirinya sendiri maupun

bagi keluarga yang ditinggalkan di rumah. 7

6 Noorkasiani, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, hal. 106.

7 Ibid, hal. 108.

Di Surakarta sendiri para lanjut usia sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah kota. Salah satunya dengan didirikannya Panti Wredha Dharma Bhakti. Panti ini sudah ada sejak tahun 1929 dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1930 pada masa pemerintahan Kasunanan Surakarta yang dahulu panti tersebut dikenal dengan sebutan “Wangkung”. Tempat tersebut dahulu sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengalami masalah sosial seperti gelandangan, pengemis, orang lanjut usia, anak nakal dan berbagai masalah sosial

lainnya. 8 Pada tahun 1942 kewenangan Keraton dialihkan ke Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Sosial yang dinamakan “Panti Karya Pamardi

Karya” yang berfungsi untuk menampung orang-orang gelandangan dan lanjut usia. 9 Kemudian berdasarkan Surat Pemerintah Dinas Sosial Propinsi Jawa

Tengah tertanggal 3 September 1977 lokasi tersebut khusus untuk menampung orang-orang lanjut usia atau orang jompo terlantar yang kemudian diberi nama “Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta”. Dalam perkembangannya pada tahun 1993 setelah keluarnya Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta pembangunan semakin gencar dilakukan, hal ini mengingat panti ini mulai dikelola oleh Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi meskipun dalam pendanaan Pemerintah Provinsi juga masih

membantu. 10 Panti ini sebagai tempat menampung, merawat dan membina para

8 SuratPimpinan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Kepada Kadinso Dati. II Surakarta No. 465.1/127/X/83 Perihal Lokasi Kuburan Wangkung atau Panti Wredha Dharma

Bhakti Surakarta.

9 Berkas Tentang Peraturan Rumah Pamardi Karyo Wangkung Th 1940, Koleksi: Reksopustaka Mangkunegaran.

10 Wawancara dengan Rahayu Sulistyowati, tanggal 15 Maret 2010.

lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan rasa aman, tenteram dan bahagia lahir batinnya.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian. Dalam usulan atau rancangan penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti rumusannya perlu tegas

dan jelas. 11 Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pokok

permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta?

2. Bagaimana peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentu diharapkan menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui latar belakang berdirinya Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

2. Untuk mengetahui peranan dan usaha Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dalam membina dan mencukupi kebutuhan klien tahun 1977-1999.

11 Sanapiah Faisal, 1992, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, hal. 98.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik praktis maupun manfaat teoritis. Demikian juga dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat-manfaat tersebut. Adapun manfaaat penelitian itu adalah sebagai berikut :

1. Menyadari dan menghargai para lanjut usia dan jompo terlantar juga merupakan bagian dari masyarakat dan selayaknya mempunyai kedudukan yang sama dalam masyarakat.

2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan mempunyai sikap optimistis dalam meraih kehidupan yang lebih layak dan dapat menikmati hari tuanya dengan meliputi rasa ketentraman lahir dan batin.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan sejarah ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan dan menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Literatur yang penulis gunakan antara lain:

Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya merupakan buku yang ditulis oleh Mia Fatma Ekasari, (2008), membahas tentang keperawatan usia lanjut, menjelaskan berbagai aspek mengenai usia lanjut, serta teori-teori yang mendasarinya. Secara khusus, buku ini diperkaya dengan asuhan keperawatan pada kasus usia lanjut sebagai individu dalam keluarga dan kelompok. Selain itu buku ini juga membahas asuhan keperawatan dengan gangguan per sistem.

Di dalam buku ini dijelaskan bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban dan gigi ompong, mudah lelah dan gerakan mulai lambat. Usia lanjut dapat dikatakan sebagai usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan baik secara promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.

Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia buku ini ditulis oleh Sri Nur Hidayati, (2005). Buku ini menjelaskan tentang usia tua pada usia tersebut banyak masalah yang harus dihadapi untuk dapat mencapai kesejahteraan, kesehatan, kebahagiaan lahir dan batin bagi para lanjut usia. Buku ini menguraikan secara luas mengenai tanda-tanda lanjut usia, munculnya masalah yang dihadapi di hari tua, bagaimana cara mengatasi masalah di hari tua, serta bagaimana cara agar di usia tua dapat berguna bagi keluarga dan masyarakat.

Di dalam buku ini dijelaskan bahwa secara biologik proses penuaan manusia terbagi dalam tiga fase yaitu fase pertumbuhan dan pengembangan, fase pematangan dan fase penurunan. Hal ini dapat menerangkan, mengapa orang- orang berumur kronologis sama mempunyai penampilan fisik dan mental berbeda. Untuk tampak muda proses biologis ini yang dicegah. Batas untuk usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. WHO membagi umur tua sebagai berikut: Di dalam buku ini dijelaskan bahwa secara biologik proses penuaan manusia terbagi dalam tiga fase yaitu fase pertumbuhan dan pengembangan, fase pematangan dan fase penurunan. Hal ini dapat menerangkan, mengapa orang- orang berumur kronologis sama mempunyai penampilan fisik dan mental berbeda. Untuk tampak muda proses biologis ini yang dicegah. Batas untuk usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. WHO membagi umur tua sebagai berikut:

: 60-74 tahun

b. Umur tua

: 75-90 tahun

c. Umur sangat tua : lebih dari 90 tahun Orang lanjut usia dalam kehidupannya sangat tergantung pada anak-

anaknya, minimal kepada orang yang lebih muda. Itu bisa dari segi kesehatan badannya, bisa pula dari segi finansial. Dari segi kesehatan, orang tua merupakan rumah berbagai macam penyakit. Tidak hanya pengaruh biologis yang membuat para orang lanjut usia rawan dengan berbagai penyakit. Depresi adalah salah satunya, merasa tak berguna disia-siakan anak-anaknya, merasa hidup sendiri adalah beberapa faktor yang membuat kehidupan orang lanjut usia semakin sengsara.

Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan buku karya Noorkasiani, (2009). Dalam buku ini membahas serta mengkaji beragam aspek dalam permasalahan usia lanjut yang sangat berguna bagi kita untuk menghadapi usia tua. Kemajuan yang pesat dalam dunia kedokteran, khususnya IPTEK medis dan keperawatan serta dalam praktik klinis telah membawa pengaruh besar dalam perikehidupan manusia modern. Penemuan-penemuan baru telah banyak terdapat dalam dunia kedokteran, seperti obat-obatan, kemoterapi dan radiasi, serta penemuan vaksin dan imunisasi. Terkait dengan itu, walaupun sejumlah penyakit sering mengancam usia lanjut, namun semakin dapat tertangani dengan resiko perpanjangan masa perawatannya.

Buku ini menjelaskan pula sebagian permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia (yang bersifat negatif) antara lain sebagai berikut: Buku ini menjelaskan pula sebagian permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia (yang bersifat negatif) antara lain sebagai berikut:

b. Semakin lanjut usia seseorang, maka kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya yang dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang.

c. Sebagian lansia masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahannya adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut ke dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.

d. Masih ada sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantar, selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan mereka juga tidak mempunyai keluarga.

e. Di dalam masyarakat tradisional biasanya lansia dihargai dan dihormati, sehingga mereka masih dapat berperan aktif dalm masyarakat. Namun, dalam masyarakat industri ada kecenderungan mereka kurang dihargai.

f. Berdasarkan sistem kultural yang berlaku, maka mengharuskan lansia masih dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri khas Indonesia tetap terpelihara kelestariannya.

g. Oleh karena kondisinya yang semakin menurun, maka lansia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas perumahan yang khusus.

Peta populasi dunia, termasuk Indonesia semakin bergeser kearah usia lanjut. Sebagai implimikasinya, dunia medis dan keperawatan semakin disibukkan oleh meningkatnya tuntutan untuk merawat dan mengobati para penderita penyakit yang berusia lanjut, dalam hal ini buku ini secara luas menjelaskan hal- hal tersebut di atas.

Pengelolaan Lanjut Usia Sebagai Bagian Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia buku karya Widjojo Soetedjo, (1995). Di dalam buku ini banyak dijelaskan mengenai beberapa hal-hal yang berkaitan dengan lanjut usia. Bahakan di dalam buku ini dijelaskan mengenai betapa pentingnya dipersiapkan suatu pola yang dapat menanggulangi penempatan para usia lanjut di tempat yang mereka senangi dan kehendaki menghabiskan sisa hidupnya. Usaha ini harus menyediakan beberapa pilihan yang sedemikian rupa agar bisa memberi kesejahteraan pada mereka diantaranya:

a. Perumahan yang disediakan pemerintah atau swasta bagi mereka yang berusia lanjut.

b. Perumahan yang terikat pada rumah sakit jiwa.

c. Perumahan yang berdiri sendiri seperti rumah kompleks.

d. Perumahan lain yang masih memungkinkan maksudnya masih ada keluarga atau sanak famili. Hal diatas merupakan salah satu dari banyak masalah yang dibahas di

dalam buku ini. Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997) berisi tentang dasar pemikiran, diantaranya: dalam buku ini. Selayang Pandang Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997) berisi tentang dasar pemikiran, diantaranya:

b. Pembangunan bidang kesejahteraan sosial sebagai dan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembangunan nasional.

c. Masyarakat atau keluarga tidak mampu mengurus lanjut usia disebabkan karena berbagai gangguan atau masalah khususnya gangguan sosial ekonomi baik itu masyarakat maupun keluarga.

d. Masalah sosial di Kota Surakarta sangat kompleks, sebab Kota Surakarta sangat strategis bagi daerah di sekitarnya. Selain hal tersebut di atas, juga diterangkan tentang sejarah berdirinya

Panti Wredha Dharma Bhakti, landasan hukum, operasional panti dan berbagai macam kegiatan serta hal-hal yang berkaitan dengan panti pada awal berdirinya.

Sekilas Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta, (1997) didalamnya berisi tentang dasar hukum mengenai para lanjut usia, tugas-tugas para pegawai panti dan juga mengenai aturan-aturan yang berlaku di dalam panti, tugas pokok pegawai panti dan visi misi, yaitu:

a. Memberikan kesejahteraan sosial terhadap para lanjut usia.

b. Menciptakan para lanjut usia hidup sejahtera aman dan tenteram.

c. Mempersiapkan untuk kebahagiaan hidup bagi lanjut usia terlantar baik lahir maupun batin.

F. Metode Penelitian

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam satu rangkaian penulisan penelitian ini maka metode yang digunakan adalah Metode Historis yaitu “Proses Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam satu rangkaian penulisan penelitian ini maka metode yang digunakan adalah Metode Historis yaitu “Proses

saling berhubungan. Empat tahap tersebut adalah heuristik yaitu tahap pengumpulan bahan/sumber sejarah. Kedua, kritik yaitu terdiri dari kritik intern dan ekstern. Kritik intern adalah untuk membuktikan bahwa isi dari sesuatu sumber itu memang dapat dipercaya kebenarannya, sedang kritik ekstern adalah umtuk mencari otentisitas dari sumber tersebut. Ketiga adalah interpretasi yaitu tahap untuk menafsirkan keterangan yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan merangkainya. Keempat adalah tahap historiografi yaitu

penulisan sejarah. 13

1. Lokasi dalam penelitian ini adalah Panti Wredha “Dharma Bhakti” Kota Surakarta Jl. Dr. Radjiman No. 620 Surakarta.

2. Tehnik Pengumpulan Data

a. Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan dari para pegawai, petugas serta para penghuni Panti Wredha Dharma Bhakti. Menurut Koentjaraningrat, wawancara merupakan cara yang dipergunakan oleh seseorang untuk tujuan tertentu yang ingin mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang informan dengan

cara bercakap-cakap untuk mengumpulkan keterangan dan data. 14

12 Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, hal 32.

13 Hadari Nawawi, 1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press, hal. 80.

14 Koentjaraningrat, 1986, Metode-metode Penelitian Dalam Masyarakat, Jakarta: Gramedia, hal. 129.

b. Studi Dokumen Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam

mendapat pengertian historis tentang fenomena yang unik. 15 Dokumen yang berhasil dikumpulkan untuk penelitian ini antara

lain: Keputusan Walikota No. 061.1/017/I/1993 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Panti Wredha Dharma Bhakti Tingkat II Surakarta, peraturan tentang rumah Pamardi Karyo Wangkung th 1940 kode arsip L.548, ijin lokasi tanah untuk kuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 596/3446/1988, areal atau lokasi pekuburan Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta No. 465.1./127/X/83.

c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan proses pengumpulan bahan-bahan melalui riset kepustakaan dengan membaca buku-buku dan sumber-sumber sekunder lain yang berhubungan dengan topik permasalahan dan tema penelitian diperoleh dari kepustakaan berfungsi sebagai penunjang dari studi dokumen. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta, perpustakaan daerah Surakarta, perputakaan fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

15 Sartono Kartodirdjo, 1983, Metode Penggunaan Bahan Dokumen dalam “Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. hal. 47.

3. Teknik Analisa Data Tehnik analisa data menjelaskan setiap peristiwa tanpa ada ikatan yang terputus. Adanya fakta-fakta tersebut maka akan tersusun suatu kejadian sejarah dalam urutan kronologis. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis artinya menggambarkan fenomena-fenomena serta arti-arti khusus pada cakupan waktu dan tempat tertentu berdasarkan pada fakta yang tersedia. Setelah selesai meneliti bahan sumber dokumen, wawancara, observasi dan studi pustaka tahap selanjutnya adalah analisis data yang terseleksidan teruji kebenarannya itulah fakta-fakta. Berbagai fakta dirangkaikan sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis berupa kisah sejarah.

G. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun bab demi bab, yaitu : Bab I, dalam bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II, dalam bab ini akan dibahas tentang deskripsi wilayah Surakarta, pengertian lanjut usia, karakteristik serta klasifikasi, masalah kesehatan jiwa pada lanjut usia, permasalahan yang dialami lanjut usia, tipe lanjut usia.

Bab III, dalam bab ini akan dibahas mengenai letak, sejarah dan perkembangan Panti, Didalamnya juga dijelaskan mengenai hal-hal yang Bab III, dalam bab ini akan dibahas mengenai letak, sejarah dan perkembangan Panti, Didalamnya juga dijelaskan mengenai hal-hal yang

Bab IV, dalam bab ini dibahas mengenai peranan dan pembinaan Panti Wredha Dharma Bhakti dalam membina para lanjut usia yang meliputi program kegiatan, manfaat program kegiatan serta keadaan klien dan manfaat pembinaan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

Bab V, dalam bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan.

BAB II DESKRIPSI WILAYAH SURAKARTA DAN MASALAH LANJUT USIA

A. Kondisi Kotamadya Surakarta

1. Kondisi Geografis Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan kota “Solo” secara umum adalah dataran rendah yang berada pada pertemuan Sungai Pepe, Sungai Jenes dan Bengawan Solo, dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas

0 0 0 permukaan air laut, dan terletak antara 110 0 BT - 111 BT dan 7,6 LS – 8 LS. Secara administratif wilayah Kotamadya Surakarta berbatasan dengan

beberapa daerah, yaitu: Sebelah utara Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.

Wilayah Kota Surakarta secara umum bertanah datar, hanya bagian utara dan timur agak bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut. Kota Surakarta memiliki luas kurang lebih 43,51

km 2 , yang terbagi dalam lima Kecamatan, yaitu Kecamatan Serengan dengan

luas 3,15 km 2 , Kecamatan Laweyan dengan luas 8,55 km , Kecamatan Jebres

dengan luas 12,55 km 2 dan Kecamatan Banjarsari dengan luas 14,44 km .

Luas Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha. Penggunaan tanah untuk perumahan yaitu 2.674 Ha, untuk fasilitas atau sarana umum 169,59 Ha, sisanya untuk industri, sawah,tegalan, dan lain-lain. Kota Surakarta yang terdiri dari 5 (lima). Kecamatan yaitu: Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat Surakarta maka tiap-tiap Kecamatan dibentuk kalurahan-kalurahan, sehingga pelayanan semakin mudah untuk didapatkan. Masing-masing Kalurahan pun memiliki luas yang berbeda, sehingga banyaknya RW dan RT tergantung dari luas wilayah masing-masing Kalurahan. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 1. Banyaknya Kecamatan, Kalurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga (KK) di Kota Surakarta Tahun 1977 - 1999.

Tahun Tahun No

118.589 123.840 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Antara tahun 1977 sampai tahun 1999 jumlah Kecamatan tidak bertambah, tetap berjumlah lima Kecamatan. Namun, untuk jumlah Kalurahan, RW, RT dan KK semakin bertambah seperti yang terlihat pada tabel 1 di atas. Misalnya pada tahun 1977 jumlah RT 2.015 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Antara tahun 1977 sampai tahun 1999 jumlah Kecamatan tidak bertambah, tetap berjumlah lima Kecamatan. Namun, untuk jumlah Kalurahan, RW, RT dan KK semakin bertambah seperti yang terlihat pada tabel 1 di atas. Misalnya pada tahun 1977 jumlah RT 2.015

5 Kecamatan. Sedangkan untuk jumlah dari keseluruhan Kalurahan, RW, RT, dan KK Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah paling banyak, karena merupakan Kecamatan yang paling luas di wilayah Surakarta.

2. Kondisi Demografis Jumlah Penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan lahan untuk tempat tinggal mereka tetap maka akan menimbulkan masalah bagi pemerintah Kota Surakarta. Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Untuk mengatasi ledakan jumlah pendududuk maka pemerintah mencanangkan program keluarga

berencana, dengan slogan dua anak saja cukup. 16 Diharapkan dengan program KB ini tiap-tiap keluarga dapat meningkatkan kesejahteraannya, karena

dengan keluarga kecil maka biaya hidup tidak akan terlalu besar, misalnya dalam bidang pendidikan, anak-anak mereka diharapkan dapat mengenyam pendidikan yang tinggi. Untuk memperjelas hal tersebut dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini.

16 Biro Pusat Statistik, 1999, Profil Penduduk Lanjut Usia Indonesia, Jakarta: Biro Pusat Statistik, hal. 49.

Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 1977-1999.

Jumlah Penduduk Jenis Kelamin

Tahun

Tahun

Tahun Tahun

273.961 278.294 JUMLAH TOTAL

536.005 546.958 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999.

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa penduduk perempuan di Surakarta antara tahun 1977 sampai tahun 1999 lebih banyak dari Laki-laki. Pada tahun 1977 jumlah penduduk sebanyak 425.315 jiwa dan pada tahun 1986 menjadi 449.148 jiwa, peningkatan tersebut tidak terlalu pesat. Peningkatan pesat terjadi antara tahun 1986 sampai 1996, yaitu dari 449.148 jiwa menjadi 536.005 jiwa. Dapat pula dilihat bahwa secara keseluruhan penduduk di Surakarta peningkatannya tidak terlalu cepat antara tahun 1976 – 1999, namun pada siang hari Surakarta terlihat padat karena banyak penduduk

di sekitar wilayah Surakarta yang masuk ke Surakarta untuk beraktifitas. 17

17 Wawancara dengan Hariyadi, tanggal 25 Mei 2010.

Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Usia di Kota Surakarta Tahun 1986-1999.

PRIA WANITA

22.286 24.108 ke atas

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999. Banyaknya penduduk Surakarta antara tahun 1986 sampai tahun 1999 dapat kita lihat dari tabel 3 di atas. Usia 25 sampai 54 tahun merupakan penduduk yang paling banyak jumlahnya dan merupakan usia yang produktif. Usia 55 tahun ke atas merupakan penduduk yang paling sedikit jumlahnya karena memasuki usia lanjut.

3. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan Dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Transformasi di berbagai bidang kehidupan dapat ditempuh melalui proses pendidikan. Pendidikan dalam pengertian pengajaran adalah usaha sadar tujuan dengan sistematika terarah pada perubahan tingkah laku, perubahan yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu perubahan perubahan tidak mungkin terjadi, proses 3. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan Dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Transformasi di berbagai bidang kehidupan dapat ditempuh melalui proses pendidikan. Pendidikan dalam pengertian pengajaran adalah usaha sadar tujuan dengan sistematika terarah pada perubahan tingkah laku, perubahan yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu perubahan perubahan tidak mungkin terjadi, proses

memperjelas hal tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.

Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan di Kotamadya Surakarta Tahun

1977 - 1999.

Tahun Tahun No

Tahun

Tahun

Tingkat Pendidikan

1 Tidak Sekolah

2 Belum Tamat SD

3 Tidak Tamat SD

4 Tamat SD

5 Tamat SMP

6 Tamat SMA

7 Tamat Perguruan Tinggi

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1977-1999. Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Surakarta masih tergolong rendah, masih banyak penduduk yang belum mengenyam pendidikan yang tinggi. Pada tahun 1977 penduduk belum tamat SD sebanyak 90.790, namun pada tahun 1986 menurun menjadi 63.611. Sementara lulusan perguruan tinggi antara tahun 1977 sampai 1999 terus meningkat. Peningkatan sangat tajam terjadi antara tahun 1977 sampai 1986 dari 4.916 menjadi 12.670, dan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut akibat dari makin mengertinya masyarakat arti penting sebuah pendidikan untuk kelangsungan hidup mereka, sehingga

18 Winarno Surakhmad, 1979, Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta: Jemmars, hal. 13.

diharapkan untuk tahun-tahun ke depan semakin meningkat jumlah lulusan perguruan tinggi.

5. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Sosial Berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota besar juga akan membawa dampak negatif, dan dampak ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan jalan rehabilitasi atau pembinaan, jika rehabilitasi berhasil maka masalah sosial akan teratasi dan dampak negatif dapat ditekan seminimum mungkin. Data-data mengenai penyandang sosial dapat disajikan di bawah ini.

Tabel 5.

Banyaknya Para Lanjut Usia dan Masalah Sosial yang lain di Kotamadya

Surakarta Tahun 1986 - 1999.

Tahun Tahun No

Tahun

Masalah Sosial

1 Lanjut Usia

4 Keluarga Miskin

5 Anak Terlantar

886 Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta 1986-1999.

6 Anak Nakal

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat banyaknya masalah sosial yang ada di Surakarta. Keluarga miskin pada tahun 1986 sebanyak 24.934 jiwa, namun pada tahun 1996 turun menjadi 6.739 jiwa. Hal ini dipengaruhi oleh semakin gencarnya pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana kepada

masyarakat dengan tujuan menciptakan keluarga kecil bahagia. 19 Pada tahun

19 Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, 1997, Kesejahteraan Masyarakat Jawa Tengah Dalam Bidang Sosial Masyaraka Tahun 1995-1997 , Semarang: Biro Pusat Statistik, hal. 31.

1999 jumlah keluarga miskin kembali meningkat menjadi 14.004 jiwa yang merupakan akibat dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997. Naik dan turunnya jumlah penyandang sosial dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam tabel tergantung dari seberapa efektif razia dan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kepolisian maupun Instansi terkait yang mengurusi masalah tersebut. Namun pemerintah dalam hal ini tentu sudah mengantisipasi dengan membangun berbagai tempat rehabilitasi.

6. Kondisi Masyarakat Dalam Bidang Perekonomian Kota Surakarta yang berkembang pesat ditandai dengan berkembangnya industri-industri baik itu industri kecil maupun industri besar. Untuk mengetahui data-data jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.

Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kotamadya Surakarta

Tahun 1986 – 1999

Tahun Tahun No

Tahun

Mata Pencaharian

1986

1996 1999

1 Petani Sendiri

390

1.090 1.048

2 Buruh Tani

5 Buruh Industri

65.277

77.112 72.043

6 Buruh Bangunan

8 PNS/TNI

Sumber data: Badan Pusat Statistik Surakarta1986-1999.

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat sebagian besar mata pencaharian masyarakat pada tahun 1999 adalah buruh industri yang mencapai 72.043 orang kemudian disusul dengan buruh bangunan yang berjumlah 61.976 orang, hal itu berlaku sama pada tahun 1986 sampai tahun 1996 meskipun jumlahnya berbeda, seperti yang terlihat pada tabel 6 di atas. Untuk nelayan dan petani jumlahnya sangat sedikit tentu karena Surakarta sedikit sekali memiliki lahan untuk mata pencaharian tersebut. Buruh tentu mempunyai pendapatan yang terbatas sehingga menyebabkan timbulnya masalah sosial khususnya keluarga miskin sehingga tentu berdampak dengan kelangsungan hidup atau kebahagiaan lanjut usia.

B. Masalah Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di Indonesia, istilah untuk kelompok usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah usia lanjut ada pula lanjut usia atau bahkan dengan sebutan jompo. Usia tua merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak terhindarkan. Usia tua adalah kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak

bisa dihindari namun manusia dapat menghambat kejadiannya. 20 Para ahli membedakan seseorang dikategorikan berusia lanjut menjadi dua macam,

yaitu usia kronologis dan usia biologis.

20 Sri Nur Hidayati, 2005, Mengisi Hari Tua Dengan Bahagia, Yogyakarta: Pradipta, hal. 3.