KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh : FARIDA NOVIANINGSIH

H 0405029

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN

KOTA SURAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

FARIDA NOVIANINGSIH

H 0405029

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : 30 Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Prof.Dr.Ir. Totok Mardikanto, MS

Dr. Ir. Suwarto, MSi NIP.19470713 198103 1 001

Arip Wijianto, SP, MSi

NIP.19771226 200501 1 002 NIP.19561119 198301 1 002

Surakarta, Agustus 2010 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya yang telah melindungi serta membimbing penulis sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan Di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak. Untuk ini pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS., selaku Pembimbing Utama Skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skipsi dan studi

4. Bapak Arip Wijianto, SP, MSi., selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini

5. Bapak Dr. Ir. Suwarto, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis

6. Kepala Kantor BAPPEDA Kota Surakarta beserta staf yang telah memberikan izin dan bantuannya selama ini

7. Kepala Kantor Dinas Pertanian Kota Surakarta beserta segenap penyuluh atas bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.

8. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

9. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan

10. Segenap Kelompok Tani yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta atas informasi yang telah diberikan

11. Keluarga penulis (Bapak, Ibu, Kakak dan Adik-adikku) dan keluarga Kakak Wagino atas segala doa, dukungan baik moril, materiil, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi

12. Teman-teman PKP atas bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis untuk tetap berjuang, dan

13. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang. Ridho Allah SWT yang penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Agustus 2010

Penulis

RINGKASAN

FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. ”KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto,MS. dan Arip Wijianto, SP, MSi.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. (2) Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta (3) Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif digunakan sebagai metode dari penelitian ini. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling . Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan content analysis. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi data, triangulasi metode dan review informan, sedangkan analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu: (1) reduksi data (2) sajian data (3) penarikan simpulan dan verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komponen yang berperan dalam menunjang kelancaran kegiatan penyuluhan pertanian yaitu kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan, ketenagaan penyuluhan, pembiayaan penyuluhan, pengawasan dan pengendalian penyuluhan. Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian mencakup lima aspek yaitu programa penyuluhan, mekanisme kerja, metode penyuluhan, materi penyuluhan, peran serta dan kerjasama. Programa penyuluhan berisi gambaran keadaan wilayah, kebijakan pemerintah, dan rencana penyuluhan selama satu tahun yang akan datang. Mekanisme kerja yang berjalan yaitu mekanisme dari bawah dan atas sedangkan metode penyuluhan yang dominan digunakan yaitu metode perorangan dan kelompok. Materi yang disampaikan yaitu budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan, peternakan, penyilangan anggrek dan pengembangan tanaman obat. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian yaitu THL; PDP; Lurah; ketua, pengurus dan anggota kelompok tani; Dinas Lingkungan Hidup; Dinas Pertanian Propinsi; Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan masyarakat. Kerjasama yang terjalin berkaitan dengan subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, silaturahmi, penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal usaha. Kegiatan penyuluhan setiap kelompok tani dilaksanakan sebulan sekali. Tidak ada kelembagaan swasta dan swadaya, Tetapi ada kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian. Terdapat faktor pendukung dan penghambat serta tindak lanjut penyuluhan selanjutnya. Dampak kegiatan penyuluhan pertanian yaitu adanya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.

SUMMARY

FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. “AN AGRICULTURE EXTENSION ACTIVITY ON YARD DECORATION PLANTATION IN DISTRICT LAWEYAN OF SURAKARTA CITY.” Under tuitions of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS. and Arip Wijianto, SP, MSi.

This research aims to: (1) Study the process of agriculture extension implementation activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, (2) to study the factors supporting and inhibiting the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, and (3) to study the follow-up of the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City.

The research employed a qualitative and descriptive approach. The sampling technique used was snowball sampling. Techniques of collecting data used were in-depth interview, observation and content analysis. The data validity test employed was data and method triangulations, and informant review, meanwhile the data analysis was done using three main components: (1) data reduction, (2) display, (3) conclusion drawing and verification.

Considering the result of research it can be concluded that the components supporting the agriculture extension activity smoothness include: the agriculture extension policy, extention institution, extention staffing, extension funding, supervision and control. The process of agriculture extension activity encompasses five aspects: extention program, work mechanism, extention method, extention material, participation and cooperation. The extention program contains a description of location condition, governmental policy, and extention plan for the next one year. The work mechanism proceeding is the bottom-up one while the dominant extention methods used were private and group method. The materials delivered include orchid cultivation, food processing, compost and liquid fertilizer development, fishery, animal husbandry, orchid cross-breeding and medicinal plantation development. The parties participating in the agriculture extention activity are THL, PDP, Lurah, chief, administrator, and farmer group member; living environmental service; provincial agricultural service, forestry staff of agricultural service and society. The cooperation established relates to the orchid plant subsidy, pest management, comparative study facility, visit, extention, training, produce marketing, decoration plantation exhibition, agriculture yield or processed-food selling and business capital grant. The extention activity of each farmer group is done once a month. There is no private and self-help, but there is institution supporting the agriculture extention. There is supporting and inhibiting factor as well as the follow-up of extention. The effect of agriculture extention activity includes the change in the farmer’s knowledge, attitude and skill.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan proses yang berkesinambungan dan memerlukan perhatian semua pihak. Artinya, suatu proses pembangunan pertanian tidak akan berhasil apabila dalam pelaksanaannya hanya bersifat parsial. Keberhasilan suatu proses pembangunan pertanian tidak hanya dipandang dari out put yang dihasilkan tetapi juga perlu aspek lain yang diperhatikan yaitu bagaimana pembangunan pertanian ini dapat terus berlanjut.

Pembangunan pertanian di Indonesia bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya pertanian secara optimal, dengan cara mengikutsertakan masyarakat kota menuju ke pertanian agribisnis yang maju, mandiri dan sejahtera serta tercapainya perbaikan taraf hidup petani dan masyarakat pada umumnya. Salah satu caranya adalah dengan adanya penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009) adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan sasaran, agar terbangun proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) seseorang yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan dan bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerja).

Pembangunan pertanian ditunjukkan ke semua sektor pertanian, salah satunya adalah di sektor tanaman pangan dan hortikultura. Hortikultura dibagi menjadi tiga golongan tanaman yakni buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Hortikultura banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi oleh manusia dapat bermanfaat bagi tubuh. Pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO 2 atau pencemar udara lainnya. Limbah tanamannya serta limbah buah atau sayuran dapat dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat menyuburkan tanah, sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh Pembangunan pertanian ditunjukkan ke semua sektor pertanian, salah satunya adalah di sektor tanaman pangan dan hortikultura. Hortikultura dibagi menjadi tiga golongan tanaman yakni buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Hortikultura banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi oleh manusia dapat bermanfaat bagi tubuh. Pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO 2 atau pencemar udara lainnya. Limbah tanamannya serta limbah buah atau sayuran dapat dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat menyuburkan tanah, sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh

Pekarangan merupakan perpaduan pertanian yang melibatkan peran manusia dengan ekosistemnya. Secara ekologis, pekarangan dengan struktur tanaman yang tingginya berjenjang dan beraneka jenisnya, mulai dari jenis tanaman keras sampai tanaman perdu dan sejenis rerumputan, bukan saja akan mampu mengoptimalkan penggunaan energi matahari, melainkan juga dapat melindungi tanah dari erosi air hujan. Sehingga, berbagai jenis tanaman dapat tumbuh berdampingan serta kesuburan tanah dan tata air tetap terjaga. Selain itu, di pekarangan juga terjadi sistem daur ulang yang sangat baik. Dedaunan yang jatuh, sampah-sampah organik sisa rumah tangga dan kotoran hewan ternak merupakan sumber daya yang baik bagi pertumbuhan tanaman pekarangan. Sebaliknya, dedaunan dan rerumputan segar merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Kota Surakarta merupakan salah satu daerah perkotaan yang padat penduduk dengan lahan pertanian yang sempit karena sebagian besar lahannya digunakan untuk pemukiman dan pabrik. Sehingga kegiatan penyuluhan pertanian difokuskan pada intensifikasi penggunaan lahan yang ada melalui pendampingan dan pembinaan masyarakat pada umumnya dan kelompok tani pada khususnya. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan dilakukan tidak hanya di bidang pertanian tanaman pangan saja tetapi juga meliputi bidang tanaman hias yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Kota Surakarta. Salah satunya adalah pengembangan tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Peneliti memilih Kecamatan Laweyan sebagai lokasi penelitian karena sebagian besar masyarakat di Kecamatan Laweyan telah membudidayakan tanaman hias di pekarangan rumah masing-masing. Tanaman hias yang sudah dibudidayakan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah anggrek, melati, adenium, anthurium, rosella dan agloenema.

B. Perumusan Masalah

Pengembangan pertanian yang sudah dilaksanakan sekarang ini masih terbatas pada penanganan lahan sawah, sedangkan untuk pekarangan belum banyak mendapatkan perhatian. Mengenai pekarangan, hampir semua tempat di Indonesia ini dapat kita jumpai adanya pekarangan. Pekarangan merupakan agroekosistem yang sangat baik serta mempunyai potensi yang tidak kecil dalam mencukupi kebutuhan hidup pemiliknya. Bahkan kalau dikembangkan secara baik akan dapat bermanfaat lebih jauh lagi, seperti kesejahteraan masyarakat sekitar, pemenuhan kebutuhan pasar bahkan mungkin memenuhi kebutuhan nasional. Selain digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura (buah-buahan dan sayuran), pekarangan juga dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hias. Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.

Sejak disadari oleh masyarakat tentang arti pentingnya tanaman hias bagi kehidupan mereka, maka orang-orang mulai mengusahakan dan mencari jenis-jenis tanaman hias yang menarik dan dapat tumbuh di dalam maupun luar ruangan. Pemeliharaan tanaman hias pun cukup mudah dan di setiap rumah sudah banyak terdapat tanaman hias yang mampu tumbuh dengan subur. Tanaman hias dapat berfungsi untuk memperindah lingkungan dan mengurangi polusi udara sehingga lingkungan menjadi sejuk dan segar. Hal tersebut dapat menimbulkan keinginan masyarakat kota untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilannya dengan cara mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian.

Berdasarkan uraian singkat di atas dapat dijabarkan beberapa rumusan masalah terkait dengan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pakarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, yakni sabagai berikut:

1. Bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?

3. Bagaimana tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

2. Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

3. Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan mengenai kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi masyarakat kota atau petani, dapat dijadikan informasi untuk melaksanakan kegiatan budidaya tanaman hias di lahan pekarangan rumah masing-masing.

3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penyusunan penelitian sejenis.

4. Bagi pengambil kebijakan (pemerintah dan instansi terkait), dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan penyuluhan pertanian yang akan datang guna memperoleh manfaat yang lebih baik.

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

a. Pembangunan pertanian Mosher (1991) memaparkan bahwa pembangunan pertanian cenderung dipikirkan dan dibicarakan hanya karena pembangunan itu menyediakan lebih banyak hasil untuk manusia. Dalam kenyataannya ada terdapat suatu hasil tambahan bahkan barangkali merupakan hasil yang lebih penting, yaitu: pembangunan pertanian mengubah manusia- manusia yang bekerja didalamnya. Supaya pembangunan pertanian itu terlaksana, pengetahuan dan keterampilan para petani haruslah terus meningkat dan berubah. Karena para petani terus-menerus menerima metoda baru, cara berpikir mereka pun berubah. Mereka mengembangkan suatu sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap alam sekitar mereka dan terhadap diri mereka sendiri.

Menurut Soetriono et all (2006), dalam pembangunan pertanian masalah penting tentang usahatani adalah mengubah usahatani dalam arti luas dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode berusaha tani secara baik, benar dan efisien. Bentuk usahatani yang sesuai bagi pertanian primitif bukanlah bentuk produktif jika metode modern dipergunakan. Tindakan yang dianggap lebih efisien antar lain:

1) Pemetaan dan registrasi hak pemilikan tanah

2) Pemagaran tanah untuk mencegah pengembalian sewenang- wenang

3) Konsolidasi yang terpencar-pencar

4) Redistribusi tanah untuk mendapatkan satuan manajemen yang efisien

5) Mengubah syarat-syarat penyakapan.

Arifin (2010) mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian di Indonesia sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa, perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja.

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap- tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan ketrampilan untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuhan dan hewan (Hadisapoetro, 1973).

Menurut Mardikanto (2007), di dalam proses pembangunan pertanian, perbaikan kualitas hidup yang dicita-citakan itu diupayakan melalui kegiatan peningkatan produktivitas usahatani, yakni melalui semakin besarnya turut campur tangan manusia (petani) selama proses produksi berlangsung. Dengan kata lain, pembangunan pertanian menuntut adanya perubahan perilaku petani yang mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani dan peningkatan pendapatan demi perbaikan kualitas hidupnya sendiri dan masyarakatnya.

b. Pembangunan pertanian berkelanjutan Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian atau agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood ) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu, pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga b. Pembangunan pertanian berkelanjutan Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian atau agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood ) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu, pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture ) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources ) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources ) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Sudirja, 2010).

Pembangunan pertanian berkelanjutan membutuhkan perhatian serius terutama terhadap kemampuan ekosistem dan kegiatan yang ekploratif terhadap sumberdaya alam tersebut. Walaupun pertanian masa depan adalah pertanian yang bersifat sinergis dengan industrialisasi dan antisipatif terhadap dinamika perdagangan bebas, tetapi pada misi pembangunan pertanian berbudaya industry tetap mengemban misi kelestarian lingkungan. Pengelolaan pertanian berkelanjutan memliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Mantap secara ekologis Sesuai dengan arti penting pengelolaan pertanian berkelanjutan bahwa pengelolaan pertanian erat kaitannya dengan bidang ekologi, terutama pendekatan ekosistem. Pengelolaan pertanian harus dapat mempertahankan kualitas sumberdaya alam yang ada. Dengan demikian, ekosistem secara keseluruhan tetap dapat dipertahankan.

2) Berlanjut secara ekonomis Pertanian yang dikelola oleh petani harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri baik pangan, sandang maupun papan tanpa harus merusak ekosistem yang ada, sekaligus meminimalkan resiko untuk tidak tercukupi kebutuhan petani. Artinya, dengan usaha pertanian, petani akan merasa bahwa kebutuhannya terjamin dan terpenuhi serta resiko kekurangan terhadap kebutuhannya relatif sangat kecil.

3) Adil Sumberdaya dan kekuasaan sering kali hanya dikuasai oleh beberapa orang yang notabene kekayaannya telah melimpah, sedangkan anggota masyarakat terutama petani secara keseluruhan tidak mendapatkan sumberdaya dan kekuasaan yang pantas. Untuk itu, pendistribusian sumberdaya dan kekuasaan secara merata dan adil harus benar-benar diterapkan sehingga hak-hak mereka terpenuhi.

4) Manusiawi Syarat ini menekankan pada persamaan hak, derajat dan martabat manusia (hak asasi manusia), artinya apa pun bentuk kehidupan di masyarakat asalkan sesuai dengan aturan, tata nilai dan norma yang ada harus dihargai secara benar dan tepat.

5) Luwes Masyarakat pedesaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi usahatani yang terus berkembang, seperti penggunaan teknologi dalam pengelolaan lahan pertanian, perubahan inovasi teknologi dan bentuk penggunaan teknologi di bidang pertanian lainnya.

(Mangunwidjaja et all, 2005).

c. Pertanian Kota Peran tanaman dalam keindahan kota dapat dilihat dalam pertamanan, jalur hijau terutama di kota-kota besar. Mengingat aktivitas di kota sangat padat dan sarana serta prasarana yang lebih padat, maka secara langsung dapat berpengaruh terhadap kondisi iklim setempat. Biasanya kota mempunyai suhu udara lebih panas daripada luar kota. Untuk menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman, penanaman jenis tanaman yang sesuai merupakan upaya yang baik dan sekaligus merupakan upaya pelestarian hayati (Ashari, 1995).

Pertanian kota (urban agriculture) didefinisikan sebagai usahatani, pengolahan, dan ditribusi dari berbagai komoditas pangan, termasuk sayuran dan peternakan di dalam atau pinggir kota di daerah perkotaan. Kerawanan pangan di perkotaan umumnya disebabkan karena permasalahan ketersediaan pangan, ketidakmampuan rumah tangga miskin di perkotaan untuk mengakses pangan yang aman, berkualitas dalam jumlah yang cukup. Bakker, et al. (2000) menunjukkan bahwa pertanian kota adalah salah satu pilihan untuk mengatasi ketahanan pangan rumah tangga (Hanani, 2009).

Secara sempit dan secara luas penggunaan definisi Pertanian Kota menurut Mougeot (2000) dalam Redwood (2009): pertanian kota adalah suatu lokasi industri yang ada di dalam kota atu di pinggiran kota, sebuh kota kecil atau kota taraf kota dunia, yang mana pertumbuhan dan pemeliharaan, pengolahan dan penyebaran perbedaan hasil-hasil makanan dan hasil-hasil bukan makanan, menggunakan sebagian besar manusia dan sumber-sumber daya yang ada, hasil-hasil dan berdasarkan pada pelayanan dan sekitar area kota, dan dalam mengubah persediaan manusia dan sumber daya, hasil dan sebagian besar pelayanan untuk area kota.

Di Indonesia, tentu saja bahkan belum masuk sebagai suatu kategori guna lahan perkotaan yang resmi. Pertanian Kota (PK) di negeri sedang berkembang karena post-poverty syndrom cenderung Di Indonesia, tentu saja bahkan belum masuk sebagai suatu kategori guna lahan perkotaan yang resmi. Pertanian Kota (PK) di negeri sedang berkembang karena post-poverty syndrom cenderung

Intensifikasi pertanian di sekitar kota memerlukan berbagai input seperti pupuk, makhluk hidup, tenaga kerja dan air. Banyak input yang mahal dalam istilah lain harta langsung dan mungkin pengaruh lingkungan dari pupuk-pupuk dan pestisida-pestisida. Supaya lingkungan dapat seimbang maka perlu dicari pilihan-pilihan (mendaur ulang botol, menggabungkan manajemen hama), meskipun air dapat menjadi faktor kunci. Kecepatan dan perencanaan pertumbuhan alam di kota akan menghasilkan air dan dekat berhubungan dengan masalah kebersihan, banyak kota-kota mempunyai perlengkapan air yang tidak teratur. Dalam area peri urban, seringkali menganjurkan pada pengairan yang efisien dan meneruskan cara dengan penggunaan tanah. Seperti contohnya, dalam memproduksi sayuran, persaingan dari air dapat menjadi faktor kunci pengaruh kelangsungan hidup dari pertanian dekat kota (Livingston, 1987 dalam Smith, 1999 ).

2. Penyuluhan Pertanian

a. Penyuluhan pertanian Menurut Setiana (2005) penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk anggota masyarakat, terutama yang berada di pedesaan agar meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu a. Penyuluhan pertanian Menurut Setiana (2005) penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk anggota masyarakat, terutama yang berada di pedesaan agar meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu

a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik.

b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan, mau dan mampu menjauhi para pengijon, lintah darat dan melakukan teknik pemasaran yang benar.

c. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak berfoya-foya dan setelah berlangsungnya masa panenan bisa menabung, bekerja sama memperbaiki hygiene lingkungan dan mampu mencari alternatif lain dalam usaha.

Penyebaran informasi tentang teknologi baru merupakan hal yang penting sehingga petani dapat menggunakan perkembangan pertanian terkini. Tetapi dalam pelaksanaannya, ada jurang pemisah antara temuan penelitian dan kebutuhan petani. Agar teknologi tersebut dapat sukses menyebar di kalangan petani maka sebaiknya teknologi tersebut memberikan tujuan yang berguna bagi pengguna akhirnya. Institusi yang menjembatani jurang pemisah antara petani dan para peneliti dalam bidang pertanian adalah layanan penyuluhan pertanian (National Portal Content Management Team, 2010).

Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab setiap penyuluhan adalah mengkomunikasikan inovasi, dalam arti mengubah perilaku masyarakat sasaran agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya perbaikan mutu hidup. Dalam hal ini, sasaran penyuluhan sangatlah beragam baik mengenai karakteristik individu, lingkungan fisik dan sosialnya serta kebutuhan-kebutuhannya, motivasi dan tujuan yang diinginkannya. Oleh karena itu, di dalam setiap pelaksanaan penyuluhan, setiap penyuluh harus memahami dan Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab setiap penyuluhan adalah mengkomunikasikan inovasi, dalam arti mengubah perilaku masyarakat sasaran agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya perbaikan mutu hidup. Dalam hal ini, sasaran penyuluhan sangatlah beragam baik mengenai karakteristik individu, lingkungan fisik dan sosialnya serta kebutuhan-kebutuhannya, motivasi dan tujuan yang diinginkannya. Oleh karena itu, di dalam setiap pelaksanaan penyuluhan, setiap penyuluh harus memahami dan

Ballantyne dalam Hawkins dkk (1982) mengemukakan bahwa komunitas pertanian merupakan grup klien atau pendengar yang terpenting dalam penyuluhan pertanian. Bagaimanapun, ada pihak lain yang walaupun tidak memiliki dan bekerja di lahan pertanian, mempunyai ketertarikan yang besar dalam peningkatan produksi pertanian. Organisasi komersial pengolahan barang atau penjual jasa kepada para petani tergantung pada keberuntungan dalam industri lokal pada mata pencaharian mereka. Lagipula, staf mereka sering dimintai pertimbangan oleh petani tentang penggunaan pestisida, pupuk, alat-alat pertanian, dan lain sebagainya. Studi telah menunjukkan bahwa staf perusahaan tersebut, walaupun semata-mata hanya memperhatikan penjualan produk barang dan jasa mereka, tetapi mereka sering memberikan saran teknis dan terkadang memberikannya dalam bentuk pelatihan nonformal.

Selaras dengan peran kunci yang dimainkan oleh kegiatan penyuluhan tersebut, telah dapat dilihat bahwa di semua sektor kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian, kehadiran penyuluhan pertanian selalu dirasakan manfaatnya. Bukan saja oleh orang pertanian sendiri (penyuluh, administrator bahkan peneliti), tetapi juga oleh semua pihak yang terkait seperti: produsen sarana produksi pertanian, produsen alat/mesin pertanian, pedagang, maupun penyedia kredit usahatani dan para pengusaha atau pimpinan wilayah dari tingkat pusat sampai yang terendah di tingkat desa/kelurahan. Akan tetapi, arti penting penyuluhan pertanian itu sering belum mendapat perhatian yang wajar sebagai kebutuhan yang dirasakan (felt need) oleh mereka yang terkait di dalamnya (Mardikanto, 1994).

Penyuluhan adalah proses pemberdayan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas demi kemandiriannya. Katena itu, penyuluhan pertanian tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani, tetapi juga untuk meningkatkan kapasitasnya agar mampu dan berani menyampaikan kebutuhan dan hak-hak politiknya serta mampu dan berani memilih alternatif pemecahan masalah yang dihadapi yang paling efisien dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial, budaya dan kearifan lokal. Peningkatan kapasits ini penting, agar masyarakat (petani) memiliki “posisi tawar” dalam pengambilan keputusan politik tentang kebijakan pembangunan pertanian yang berpihak kepada masyarakat (Mardikanto, 2007).

Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Departemen Pertanian, 2006).

Penyuluhan pertanian bukanlah suatu hal yang bisa ditangai secara mandiri oleh satu pihak namun memerlukan keterkaitan dan kerjasama antar lembaga, bukan hanya peneliti dan penyuluh namun juga antara petugas penyuluh dengan pelaku bisnis pertanian lainnya seperti pelaku pemasaran, transportasi, penyimpanan, lembaga keuangan dan asuransi serta institusi lain yang terkait dengan pembangunan pertanian dan pedesaan. Harmonisasi pembagian peran layanan penyuluhan dan pendanaan antara sektor publik dan private akan menjadi tema strategis dalam layanan dan pendanaan penyuluhan pertanian di masa mendatang. Privatisasi penyuluhan pertanian yang dimaknai sebagai pembagian peran yang serasi juga merupakan wahana demokratisasi karena membuka peluang partisipasi aktif dari Penyuluhan pertanian bukanlah suatu hal yang bisa ditangai secara mandiri oleh satu pihak namun memerlukan keterkaitan dan kerjasama antar lembaga, bukan hanya peneliti dan penyuluh namun juga antara petugas penyuluh dengan pelaku bisnis pertanian lainnya seperti pelaku pemasaran, transportasi, penyimpanan, lembaga keuangan dan asuransi serta institusi lain yang terkait dengan pembangunan pertanian dan pedesaan. Harmonisasi pembagian peran layanan penyuluhan dan pendanaan antara sektor publik dan private akan menjadi tema strategis dalam layanan dan pendanaan penyuluhan pertanian di masa mendatang. Privatisasi penyuluhan pertanian yang dimaknai sebagai pembagian peran yang serasi juga merupakan wahana demokratisasi karena membuka peluang partisipasi aktif dari

Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah di mana orang dewasa dan pemuda belajar dengan mengerjakan. Penyuluhan adalah hubungan kemitraan antara pemeritah, tuan tanah, dan masyarakat, yang menyediakan pelayanan dan pendidikan terencana untuk menemukan kebutuhan masyarakat. Tujuan utamanya adalah kemajuan masyarakat (Kelsey and Cannon, 1955).

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. Dalam hal ini perlu diingat bahwa orang yang memberi bimbingan bukanlah decision maker melainkan sebagai katalisator . Pembimbing yang baik seringkali tidak menentukan jalan yang akan ditempuh seseorang, melainkan hanya membantu dalam menemukan dan menentukan sendiri jalan yang akan ditempuh (Partowisastro, 1985).

Tiap masyarakat menyediakan pendidikan umum untuk setiap masyarakat muda. Latihan ini memberikan kebutuhan ketrampilan Tiap masyarakat menyediakan pendidikan umum untuk setiap masyarakat muda. Latihan ini memberikan kebutuhan ketrampilan

Salah pengertian yang sering terjadi mengenai peranan penyuluhan ialah bahwa tugas penyuluhan adalah untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian pertanian kepada petani-petani. Penyuluh pertanian yang baik memang berbuat demikian, tetapi akan lebih tepat bila dikatakan bahwa tugasnya adalah menyadarkan petani- petani akan adanya alternatif-alternatif, adanya metode-metode lin untuk menyelenggarakan pekerjaan usahatani mereka. Beberapa dari alternatif itu ada yang telah dipraktekkan olah masyarakat setempat. Dewasa ini tidak semua petani mengikuti cara-cara kerja yang sama. Beberapa di antara mereka lebih berhasil dari yang lain (Mosher, 1978).

Penyuluhan pertanian merupakan kata majemuk, gabungan dari kata penyuluhan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor atau pelita pemberi terang dalam kegelapan. Karenanya, penyuluhan dapat diartikan sebagai usaha memberi terang atau petunjuk bagi orang yang berjalan dalam kegelapan. Sedangkan pertanian berarti pengetrapan karya manusia pada alam sehingga dapat memperoleh dan menaikkan produksi yang lebih bermanfaat bagi kehidupannya sendiri beserta keluarganya, dan bagi masyarakat lingkungannya. Sehingga, penyuluhan pertanian dapat diartikan Penyuluhan pertanian merupakan kata majemuk, gabungan dari kata penyuluhan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor atau pelita pemberi terang dalam kegelapan. Karenanya, penyuluhan dapat diartikan sebagai usaha memberi terang atau petunjuk bagi orang yang berjalan dalam kegelapan. Sedangkan pertanian berarti pengetrapan karya manusia pada alam sehingga dapat memperoleh dan menaikkan produksi yang lebih bermanfaat bagi kehidupannya sendiri beserta keluarganya, dan bagi masyarakat lingkungannya. Sehingga, penyuluhan pertanian dapat diartikan

Penyuluhan adalah sistem pendidikan nonformal tanpa paksaan menjadikan seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan sebelumnya. Sifat penyuluhan tidak terbatas sampai dengan penjelasan, tapi diteruskan dengan usaha bimbingan agar timbul suatu hasrat untuk mencoba dan melaksanakan hal-hal yang telah disampaikan oleh seorang penyuluh. Hasrat ini timbul akibat adanya perubahan pengetahuan, sikap, kecakapan dan bentuk tindakan dari pihak penerima. Juga penyuluhan ditujukan kepada usaha untuk menimbulkan keyakinan bahwa hal-hal yang disuluhkan lebih baik dari hal yang telah dikerjakan sebelumnya (Samsudin, 1982).

b. Sistem Penyuluhan pertanian Menurut UU No 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa sistem penyuluhan pertanian adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Tujuan pengaturan sistem penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial, yaitu:

1) Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan

2) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, 2) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi,

3) Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan dan bertanggung jawab yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan

4) Memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan

5) Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan sejahtera sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan

Sedangkan fungsi sistem penyuluhan meliputi:

1) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha

2) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya

3) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha

4) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan

5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha

6) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan

7) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Ruang lingkup pengaturan dalam Undang-Undang tentang Sistem Penyuluhan Pertanian ini terdiri atas kebijakan, kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, pembiayaan, pengawasan dan pengendalian penyuluhan pertanian (Mardikanto, 2009).

1) Kebijakan Penyuluhan Pertanian Jika kebijakan diartikan sebagai pilihan terbaik yang perlu dilakukan oleh setiap manajemen untuk mengelola sumberdaya demi tercapainya tujuan yang ditetapkan, maka pemerintah berkewajiban untuk menetapkan kebijakan penyuluhan pertanian yang secara empiris memiliki peran strategis sebagai pemicu maupun pemacu atau pelancar pembangunan pertanian (Mardikanto, 2009).

Pertanian mengacu pada produksi dan konsumsi komoditas yang diproduksi dengan menanam tanaman atau mengelola peternakan. Kebijakan adalah tindakan pemerintah untuk mengubah perilaku produsen dan kumsumen. Analisis terdiri dari evaluasi keputusan pemerintah untuk mengubah perilaku ekonomi. Kerangka pikir untuk analisis kebijakan pertanian, oleh karena itu, adalah sebuah sistem logis untuk menganalisis kebijakan publik yang mempengaruhi produsen, pemasar, dan konsumen hasil panen dan produk pertanian (Pearson et all, 2004).

Mardikanto (1993) juga mengemukakan bahwa salah satu syarat dan faktor pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kebijakan pemerintah untuk pembangunan pertanian dan penjabarannya oleh aparat pemerintah di tingkat regional dan lokal, serta langkah-langkah pelaksanaan yang telah dimusyawarahkan oleh warga masyarakat setempat. Tentang hal ini, harus diingat Mardikanto (1993) juga mengemukakan bahwa salah satu syarat dan faktor pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kebijakan pemerintah untuk pembangunan pertanian dan penjabarannya oleh aparat pemerintah di tingkat regional dan lokal, serta langkah-langkah pelaksanaan yang telah dimusyawarahkan oleh warga masyarakat setempat. Tentang hal ini, harus diingat

Adapun beragam bentuk-bentuk kebijakan penyuluhan pertanian di Indonesia antara lain:

a) Pembangunan Kebun Raya Bogor

b) Pelaksanaan Tanam Paksa

c) Pembentukan Departemen Pertanian

d) Pembentukan LVD (Landbouw Voorlichting Dienst)

e) Penyuluhan oleh LVD

f) Pembentukan BPMD (Balai Pendidikan Masyarakat Desa)

g) Penyuluhan Masal

h) Bimbingan Masal

i) Penyuluhan Pertanian di Masa Reformasi

2) Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Dalam pengertian sehari-hari, kelembagaan dapat diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, kelembagaan sering diartikan sebatas entitas (kelompok, organisasi) yaitu himpunan individu yang sepakat untuk menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam ari luas, 2) Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Dalam pengertian sehari-hari, kelembagaan dapat diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, kelembagaan sering diartikan sebatas entitas (kelompok, organisasi) yaitu himpunan individu yang sepakat untuk menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam ari luas,

Undang Undang No.16 Tahun 2006 menetapkan bahwa Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan pertanian. Kelembagaan penyuluhan terdiri atas kelembagaan penyuluhan pemerintah, kelembagaan penyuluhan swasta dan kelembagaan penyuluhan swadaya. Untuk kelembagaan penyuluhan pemerintah, bentuk-bentuknya meliputi: pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, pada tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan, dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan swasta dapat dibentuk oleh pelaku usaha dengan memperhatikan kepentingan pelaku utama serta pembangunan pertanian dan kehutanan setempat. Kelembagaan penyuluhan swadaya dapat dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku usaha.

3) Ketenagaan Penyuluh Pertanian Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa setiap penyuluh (pertanian) harus mampu melaksanakan peran ganda sebagai:

a) Guru, yang berperan untuk mengubah perilaku (sikap, pengetahuan dan keterampilan) masyarakat penerima manfaatnya.

b) Penganalisa, yang selalu melakukan pengamatan terhadap keadaan (sumberdaya alam, perilaku masyarakat, kemampuan dana, dan kelembagaan yang ada) dan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat sasaran, dan melakukan analisis tentang alternatif pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

c) Penasehat, untuk memilih alternatif perubahan yang paling tepat, yang secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan dan dapat diterima nilai-nilai sosial budaya setempat.

Organisator, yang mampu menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat (terutama tokoh-tokohnya), mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat, mampu berinisiatif bagi terciptanya perubahan- perubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina

mengembangkan kelembagaan-kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang direncanakan.

kegiatan-kegiatan

maupun

Mukherjee (1969) mengemukakan bahwa riset adalah suatu proses yang berkelanjutan yang memerlukan sejumlah kompetensi dan telah teruji dalam pertanian, peternakan, irigasi, pengolahan makanan dan pemeliharaannya. Dengan demikian, sebelum hasil riset ditransmisikan untuk diadopsi oleh para petani, maka sangat penting untuk diadakan suatu pengujian di lapangan oleh staf ilmuwan yang bekerja dari sejumlah percobaan lokal. Mereka tidak harus sangat terlatih seperti di pusat penelitian, tetapi mereka perlu mempunyai suatu dasar pelatihan dan pendidikan pertanian yang harus berkaitan dengan solusi dari permasalahan praktis yang dihadapi petani dan memperkenalkannya melalui petugas penyuluhan. Akhirnya, kader para pekerja yang secara langsung terlibat dalam diseminasi pengetahuan ilmiah kepada para petani perlu mengetahui tentang kebutuhan pengetahuan petani dalam bidang pertanian dan pelatihan tentang praktek yang diperlukan oleh seorang penyuluh pertanian.

Penyuluhan dilakukan oleh penyuluh PNS, penyuluh swasta, dan/atau penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS)