BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Diklat Guru Sosiologi SMA Tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Langkah-langkah Pengembangan
4.1.1 Potensi dan Masalah
Paradigma saat ini menuntut perubahan pola pikir bagi pendidik bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, meskipun keberadaan guru di dalam kelas tidak dapat tergantikan oleh apapun canggihnya sarana dan prasarana yang ada. Paradigma saat ini menuntut guru untuk mau dan mampu menggunakan berbagai sumber dalam pembelajaran. Sudah saatnya beralih dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Bukan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan, namun bukan menjadi hal sulit untuk diwujudkan. Pembelajaran sosiologi di SMA di era saat ini menuntut guru untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pembelajaran tidak hanya monoton di dalam kelas, sebagai variasinya perlu memanfaatkan lingkungan sekolah seperti masyarakat sekitar sekolah.
Lingkungan di luar sekolah merupakan salah satu sumber belajar bagi peserta didik. Melalui lingkungan yang memiliki unsur-unsur budaya lokal dapat menjadi sumber materi bagi peserta didik. Dari tempat tersebut peserta didik akan dapat terlatih bagaimana melakukan eksplorasi dan menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari melalui observasi atau pengamatan maupun wawancara dengan nara sumber di masyarakat.
Saatnya pembelajaran yang awalnya didominasi oleh ceramah guru di depan kelas, peserta didik duduk diam bahwa guru satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik, berubah menjadi pembelajaran yang lebih didominasi oleh keaktifan peserta didik. Menurut kepala SMA N 1 Singorojo memberikan pendapat bahwa:
Minimal siswa harus mengenal budaya di tempat tinggalnya, jadi pembelajaran sosiologi harus memfasilitasinya.
Wawancara dengan Kepala SMA N 1 Singorojo
8 Desember 2014 Untuk mengaktifkan peserta didik bukan hal yang mudah namun dibutuhkan kemauan dan kemampuan guru berkomunikasi dengan peserta didik. Menurut pendapat kepala sekolah, peserta didik SMA memiliki potensi yang baik untuk diajak aktif belajar.
Siswa SMA sudah pandai menyampaikan pendapat dan merupakan pembelajar yang hebat, jadi berilah kesempatan siswa untuk lebih aktif berdiskusi dan presentasi.
Wawancara dengan Kepala SMA N 1 Singorojo
8 Desember 2014 Terkait dengan kepekaan peserta didik saat ini terhadap budaya lokal perlu ditingkatkan karena dipandang memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat kepala sekolah sebagai berikut.
Peserta didik masih peka dan cukup mengenal budaya lokalnya, tetapi partisipasi mereka masih rendah dalam mengembangkannya.
Wawancara dengan Kepala SMA N 1 Singorojo
8 Desember 2014 Pembelajaran sosiologi merupakan salah satu wahana dan media bagi guru dan peserta didik untuk ikut andil dalam mengembangkan peran peserta didik dalam mengembangkan melakukan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. Hal ini sesuai dengan pendapat kepala SMA N 1 Singorojo sebagai berikut.
Siswa secara berkelompok diberi tugas mengeksplore dan mempresentasikan budaya lokal yang ada di sekitarnya.
Wawancara dengan Kepala SMA N 1 Singorojo
8 Desember 2014 Melihat potensi yang ada bahwa sekolah berada di lingkungan masyarakat yang memiliki budaya-budaya lokal yang perlu dilestarikan, sebagai contoh budaya lokal yang ada di wilayah Kecamatan Singorojo yaitu : tari jaran kepang (kuda lumping), laes, wayang kulit, leak. Hal ini sebagai sumber belajar bagi peserta didik, namun sebagian besar guru belum memanfaatkannya, maka perlu dilakukan pelatihan bagi guru-guru sosiologi tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal.
4.1.2 Desain Produk
Pengembangan pelatihan guru sosiologi tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1. Merumuskan Desain
Desain pelatihan yang dikembangkan dapat dilihat pada bagan gambar 4.1 berikut.
IDENTIFIKASI Materi tentang Pembelajaran KEBUTUHAN Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
PELATIHAN Meningkatkan kemampuan guru TUJUAN membuat rencana pembelajaran
PELATIHAN inkuiri berbasis budaya lokal
1. Penyusunan Model Pelatihan PENYUSUNAN
2. Pembuatan panduan pelatihan PROGRAM bagi penyelenggara, pelatih PELATIHAN dan peserta pelatihan 3.
Pembuatan Materi Pelatihan Pelatihan Pembuatan Rencana PELAKSANAAN Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
PELATIHAN berbasis budaya lokal Pengisian angket tentang respon MONITORING peserta terhadap penyelenggaraan DAN EVALUASI pelatihan dan tes akhir
Gambar 4.1 Desain Pelatihan
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tentang materi tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal maka pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbasis budaya lokal. Atas dasar tujuan ini, maka disusun program pelatihan berupa buku panduan kegiatan pelatihan yng terdiri dari buku materi pelatihan dan buku panduan bagi penyelenggara, pelatih dan bagi peserta pelatihan. Materi pelatihan membahas tentang hakikat pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dan proses pembelajarannya sebagai bahan untuk melaksanakan pelatihan dan diakhiri dengan evaluasi dan monitoring.
2. Penyusunan Model Pelatihan
Model pelatihan yang dikembangkan adalah model pelatihan induktif. Model pelatihan ini terdiri dari beberapa tahap.
a. Pengukuran kemampuan peserta pelatihan Sebelum diberikan pelatihan, peserta perlu dilakukan pengukuran kemampuan awal. Terkait dengan pelatihan guru sosiologi tentang pembelajaran inquiry berbasis budaya lokal, maka perlu dilakukan test awal untuk mengetahui pengetahuan awal guru. Secara praktik, dapat dilihat dari hasil RPP yang dibuat sebelum dilakukan pelatihan.
b. Pengelompokan Kemampuan dalam Kawasan Program Pelatihan
Hasil pre tes ini, penyelenggara pelatihan dapat mengetahui kemampuan awal guru dan dapat dikelompokkan kemampuan apa yang perlu ditingkatkan. Dari RPP yang dibuat dapat dikelompokkan hal-hal apa yang perlu ditingkatkan dalam pelatihan tersebut. Data awal ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi narasumber untuk memberikan penekanan hal-hal yang menjadi prioritas utama.
c. Membandingkan Kemampuan Peserta dengan Materi Pelatihan kemampuan awal peserta pelatihan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari analisis ini dapat ditetapkan kesenjangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan yang ada.
Mengembangkan Proses Pelatihan d.
Proses pelatihan perlu ditekankan pada pengetahuan tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dan praktik pembuatan RPP yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Proporsi praktik lebih banyak daripada teoritisnya, sehingga pelatihan lebih banyak pada praktik pembuatan RPP dan kegiatan survey lingkungan tempat budaya lokal sehingga dapat menjadi bekal dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal.
e. Melaksanakan Pelatihan Pelatihan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dibuat. Beberapa hal yang perlu disiapkan adalah perangkat- perangkat untuk mendukung pelaksanaan pelatihan.
3. Penyusunan Perangkat Pelatihan
Perangkat pelatihan yang dikembangkan meliputi buku panduan pelatihan dan materi pelatihan.
a. Buku Panduan Pelatihan
Buku panduan pelatihan berisi tentang pedoman sebagai acuan bagi penyelenggara, nara sumber (pelatih) dan peserta dalam proses pelatihan. Buku panduan ini terdiri dari 4 bab, yaitu pendahuluan, pelaksanaan, tata tertib dan penutup.
Bagian pendahuluan dalam buku panduan pelatihan terdiri dari latar belakang, definisi, tujuan, sasaran, indikator keberhasilan dan dasar hukum. Dituliskan dalam latar belakang berisi tentang pentingnya pelatihan tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. Alasan yang kuat tersebut dapat digunakan pedoman penyelenggara untuk menentukan siapa yang layak menjadi nara sumber, sehingga dapat memberikan surat permohonan untuk menyajikan materi sesuai dengan tujuan pelatihan. Bagi nara sumber dalam penyusunan materi pelatihan, hal-hal apa yang perlu ditekankan dalam pelatihan sehingga tercapai sesuai kebutuhan. Bagi peserta pelatihan dapat memberikan motivasi perlunya mengikuti pelatihan yang diharapkan dapat memberikan inspirasi dalam melaksanakan pembelajaran nantinya.
Di dalam bagian pendahuluan juga memuat tentang tujuan pelatihan yang dapat memberikan arah bagi nara sumber dan peserta pelatihan dilaksanakan pelatihan. Pelatihan ini diharapkan dapat: 1) Meningkatkan pengetahuan guru-guru tentang materi pokok pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal 2) Meningkatkan kompetensi pedagogik bagi guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. pelatihan diharapkan mampu memahami dan akhirnya mengimplementasikan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal.
Suatu pelatihan perlu dasar hukum yang kuat, sehingga pelatihan tidak menyimpang dari landasan yang ada. Landasan hukum tertinggi diadakan pelatihan ini adalah Pancasila sebagai landasan ideal dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional. Landasan operasional lainnya adalah 1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2) Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 3) Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang pPerubahan Atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4) Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008 tentang Guru 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan Republik
Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. 6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia NO 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kuriklum 2013.
Bab II tentang pelaksanaan memberikan ulasan tentang pedoman bagi penyelenggara, nara sumber dan peserta tentang pelaksanaan pelatihan. Dalam bab ini tercantum penanggung jawab, narasumber, waktu dan tempat
Sebagai penanggung jawab pelatihan yang dikembangkan dengan sasaran guru-guru sosiologi adalah ketua penyelenggara. Sesuai dengan materi pelatihan tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal, maka perlu dipilih nara sumber yang kompeten. Nara sumber atau pelatihnya adalah widyaiswara dari LPMP Jawa Tengah yang dianggap kompeten dalam bidang teori pembelajaran yang berkaitan dengan inkuiri berbasis budaya lokal. Pengawas SMA juga dapat menjadi narasumber karena memiliki pengalaman mengajar sebelumnya dan sering melakukan monitoring dan pengawasan terhadap guru. Guru senior yang dianggap kompeten dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal, juga dapat menjadi pelatih. Karena pengalaman secara realistis akan mudah diterima peserta pelatihan.
Mengingat materinya relatif sedikit, maka waktu pelaksanaan pelatihan direncanakan hanya dua hari. Hari pertama membahas tentang teori, hakekat pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dan pembuatan RPP, sedangkan hari kedua melakukan kunjungan ke tempat desa wisata yang masih kental dengan budaya lokalnya. Kunjungan ini dimaksudkan memberikan pengalaman langsung bagi guru, sehingga ketika melakukan pembelajaran, akan dilakukan hal serupa oleh peserta didik.
Panitia kegiatan pelatihan terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, sie acara, sie humas, sie dokumentasi dan perlengkapan. Ketua bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pelatihan dan membuat program pelaksanaan pelatihan. Ketua dibantu oleh sekretaris dan memiliki tugas-tugas membuat surat-surat seperti: 1) permohonan nara sumber ke:
2) permohonan ijin pelatihan ke Dinas Pendidikan Kabupaten dan permohonan ijin tempat pelaksanaan pelatihan ke sekolah tempat penyelenggara; 3) undangan Peserta Pelatihan ke SMA Negeri/Swasta se Kabupaten; 4) menyiapkan hal-hal yang terkait dengan administrasi pelatihan seperti: formulir biodata peserta serta datar hadir, jadwal pelatihan, sertifikat peserta pelatihan; 5) melakukan pencatatan hasil pelatihan beserta laporan pelaksanaan pelatihan.
Bendahara bersama ketua panitia membuat rencana anggaran dan memiliki tugas untuk mengatur pengeluaran biaya dalam pelaksanaan pelatihan, menginventarisasi nota, kwitansi pengeluaran keuangan dan membuat laporan keuangan.
Sie acara memiliki tugas menerima Surat Tugas dan SPPD serta meminta tanda tangan surat tugas kepada kepala sekolah tempat pelatihan, memandu peserta mengisi formulir pendaftaran dan memandu jalannya pelatihan.
Sie Konsumsi memiliki tugas mengatur dan menyiapkan konsumsi penyelenggaraan pelatihan sedangkan sie Humas bertugas mendistribusikan surat-surat yang keluar, memberikan informasi tentang pelatihan. Sebelum pelaksanaan pelatihan, sie perlengkapan menyiapkan tempat pelatihan dan di saat pelaksanaan pelatihan mendokumentasikan setiap kegiatan pelatihan.
Prosedur pelaksanaan pelatihan juga ditulis sebagai pedoman bagi penyelenggara dalam melakukan pelatihan. Adapun prosedur yang perlu dilakukan oleh panitia antara lain: panitia membuat surat permohononan menjadi nara sumber yaitu: widya Iswara dan Pengawas SMA di Dinas Pendidikan Kabupaten, membuat surat ijin ke Dinas Kendal, membuat surat ijin penggunaan tempat pelatihan di kepada kepala sekolah.
Setelah surat terdistribusi maka sesuai dengan rencana tanggal pelaksanaan, peserta datang ke tempat pelatihan mengisi formulir biodata peserta dan pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar, menyerahkan Surat Tugas dan SPPD dan mendapatkan materi pelatihan serta memasuki ruangan pelatihan dan siap mengikuti pelatihan.
LPMP JATENG PANITIA SURAT Dinas Pendidikan
MENGIRIMKAN PERMOHONAN
MGMP Sosiologi NARA SUMBER KEPALA DINAS SURAT SURAT IJIN PENDIDIKAN UNDANGAN PELAKSANAAN TEMPAT PELATIHAN PELATIHAN PENYELENGGARA KEPALA SEKOLAH KEPALA MENGIRIM MENGIRIM GURU SEKOLAH NARA SUMBER SOSIOLOGI PELAKSANAAN PELATIHAN MONOTORING DAN EVALUASI PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Gambar 4.2. Alur Kegiatan Pelatihan1) Hasil tugas pembuatan RPP sosiologi dengan metode inkuiri berbasis budaya lokal dikumpulkan ke panitia. 2) Narasumber memberikan penilaian hasil tugas pembuatan
RPP Pengisian Kuesioner tentang respon pelaksanaan pelatihan
3) (terlampir)
Struktur program juga perlu dicantumkan di buku panduan agar memberikan informasi bagi peserta pelatihan tentang materi apa saja yang akan dilatih dan juga sebagai pedoman bagi nara sumber untuk membuat materi pelatihan.
Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari digunakan struktur kurikulum 14 jam pelajaran seperti tercantum pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Struktur Kurikulum Pelatihan
No MATERI PELATIHAN JPL
1 Kebijakan Pendidikan
2
2 Konsep Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
2
3 Perancangan Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya
4 Lokal
5 Praktik Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
4 dengan Berkunjung ke Pusat Budaya Lokal
6 Monitoring dan Evaluasi
2 J u m l a h
14 Sebagai materi pendahuluan oleh pengawas SMA akan
membahas kebijakan pendidikan di tingkat Kabupaten yang berkaitan dengan materi pelatihan. Materi selanjutnya adalah konsep pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dengan narasumber dari widyaiswara LPMP Jawa Tengah dan perancangan pelaksanaan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dipandu oleh guru senior yang berlanjut di hari
Struktur kurikulum pelatihan ini dilaksanakan secara rinci seperti tercantum pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Pelatihan
Hari: Pertama
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber 1 07.00 – 08.00 Registrasi 2 08.00 – 08.30 Pembukaan dan Kepala SMA
sambutan-sambutan
3 08.30 – 08.45 Coffe break 4 08.45 – 10.15 Kebijakan Pendidikan PengawasSMA 5 10.15–12.00 Konsep Pembelajaran Widyaiswara Inkuiri Berbasis Budaya Lokal
6 12.00 – 13.00
ISOMA 7 13.00 -16.00 Perancangan Guru Praktisi
Pembelajaran Inkuiri
Berbasis Budaya LokalHari: Kedua
No Waktu Materi Pelatihan Narasumber 1 07.30 – 08.30 Perjalanan Ke Pusat Budaya Lokal 2 08.30 – 12.00 Melakukan Guru Praktisi wawancara, observasi dan untuk pengambilan Masyarakat data 3 12.00 – 13.00
ISOMA 4 13.00 – 14.00 Monitoring & evaluasi Panitia
Anggaran untuk pelatihan dirancang sebagai pedoman bagi bendahara untuk mengatur pengeluaran pembiayaan pelatihan. Contoh anggaran pelatihan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Contoh Anggaran Pelatihan
Perkiraan No Rincian Jumlah Biaya/ Total satuan Narasumber
1 dari Pengawas 2 jam 250,000.00 500,000.00 Narasumber dari
2 Widyaiswara 2 jam 500,000.00 1,000,000.00
3 Guru Praktisi 8 hari 100,000.00 800,000.00 Transportasi peserta hari
20 4 (2 hari) orang 75,000.00 1,500,000.00 Konsumsi
20 5 (2 hari) orang 80,000.00 1,600,000.00
20
6 ATK orang 15,000.00 300,000.00
7 Sewa minibus 1 hari 750,000.00 750,000.00
9 Perlengkapan 1 orang 100,000.00 100,000.00 Dekorasi dan 10 dokumentasi 1 paket 250,000.00 250,000.00 Total
6,800,000.00
Contoh anggaran ini digunakan sebagai pedoman bagi penyelenggara terutama bendahara untuk pengeluaran keuangan dalam pelaksanaan pelatihan.
Bab III berisi tentang tata tertib secara administratif dan akademis. Secara adminsitrasi, peserta segera melapor kepada panitia penyengara dan menyerahkan berkas kelengkapan administrasi yang terdiri dari: 1) Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan langsung yang bersangkutan; 2) SPPD yang telah ditandatangani oleh atasan langsung yang bersangkutan.
Tata tertib secara akademis mengatur para peserta agar mengikuti pelaksanaan pelatihan secara tertib. Adapun tata mengikuti seluruh acara yang telah ditetapkan tercantum pada jadwal kegiatan; 2) Peserta diwajibkan mengisi daftar hadir setiap hari; 3) Peserta harus hadir 10 menit sebelum kegiatan dimulai; 4) Peserta wajib membawa laptop sendiri untuk menunjang kegiatan pelatihan; 5) Peserta wajib membawa silabus sosiologi dari sekolah masing-masing; 6) Selama mengikuti kegiatan peserta berpakaian bebas rapi; 7) Keperluan mengenai pelayanan dan atau materi akademik diberikan oleh panitia; 8) Selama kegiatan berlangsung peserta diwajibkan mengenakan tanda peserta; 9) Selama kegiatan berlangsung peserta, penyaji materi dan panitia dilarang merokok.
Buku panduan pelatihan bagi nara sumber relatif sama dengan buku panduan untuk penyelenggara hanya isinya ada yang dikurangi yaitu rencana anggaran. Perbedaan lainnya terletak pada bagian prosedur dan tata tertib bagi pelatih.
Setelah mendapatkan surat permohonan dari panitia, nara sumber hal-hal yang harus dibawa yaitu surat tugas, SPPD, materi dan media presentasi. Selanjutnya nara sumber mengirim materi maksimal 2 hari sebelum pelaksanaan pelatihan. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan, nara sumber datang ke tempat pelatihan sesuai jadwal dan siap memberi pelatihan dan memberi tugas serta mengevaluasi peserta pelatihan. Setelah pelatihan selesai, nara sumber kembali ke instansi dan melaporkan ke atasan.
NARASUMBER MENERIMA SURAT NARA SUMBER MENYIAPKAN PERMOHONAN
1. SURAT TUGAS
2. SPPD
3. MATERI PELATIHAN
4. PRESENTASI DATANG KE TEMPAT MENGIRIM MATERI KE PANITIA
PELATIHAN UNTUK DIGANDAKAN, 2 HARI
SEBELUM PELAKSANAAN
MEMBERI PELATIHAN MEMBERIKAN PENUGASAN DAN
PENILAIAN KEMBALI KE INSTANSI DAN MELAPOR KE ATASANGambar 4.3 Prosedur Kegiatan Pelatihan bagi PelatihBeberapa aturan yang dipedomani bagi nara sumber antara lain:
1. Nara sumber membawa Surat Tugas yang ditandatangani oleh atasan langsung yang bersangkutan Naras sumber membawa SPPD yang telah ditandatangani 2. oleh atasan langsung yang bersangkutan
3. Mengirim materi pelatihan dan media presentasi maksimal 2 hari sebelum pelaksanaan pelatihan.
4. Nara sumber datang ke tempat pelatihan sesuai dengan jadwal Narasumber hadir maksimal 20 menit sebelum kegiatan 5. dimulai
6. Narasumber berpakaian bebas rapi Selama kegiatan berlangsung nara sumber dilarang 7. merokok.
Buku panduan bagi peserta pelatihan juga relatif sama dengan buku panduan untuk nara sumber, yang pelaksanaan pelatihan guru sosiologi SMA tentang Pembelajaran Inkuiri Berbasis Budaya Lokal sebagai berikut.
1. Setelah mendapatkan surat undangan dari panitia, peserta pelatihan menyiapkan hal-hal yang harus dibawa yaitu surat tugas, SPPD, laptop dan silabus mata pelajaran sosiologi
2. Peserta datang ke tempat pelatihan
3. Setelah sampai di tempat pelatihan, mengisi form biodata formulir pendaftaran dan menyerahkan foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar
4. Peserta mendapatkan materi pelatihan
5. Peserta siap mengikuti pelatihan dan mematuhi aturan yang berlaku dalam pelatihan, berpartisipasi aktif selama kegiatan pelatihan
6. Peserta mengisi angket respon terhadap pelaksanaan pelatihan, menjawab lembar soal dan mengumpulkan RPP yang ditugaskan nara sumber.
7. Pelatihan selesai, peserta melaporkan kepada kepala sekolah masing-masing.
PESERTA PESERTA MENYIAPKAN MENERIMA SURAT
1. SURAT TUGAS UNDANGAN
2. SPPD
3. LAPTOP
4. SILABUS
5. FOTO 3 X4 2 LEMBAR MENGISI BIODATA PESERTA DATANG KE FORMULIR TEMPAT PELATIHAN PENDAFTARAN MENGIKUTI PELATIHAN MENERIMA MATERI DAN MENYELESAIKAN PELATIHAN TUGAS MENGISI ANGKET RESPON TERHADAP PELAKSAAN
PELATIHAN, MENGERJAKAN EVALUASI, MENGUMPULKAN TUGAS RPP LAPORAN KE KEPALA SEKOLAH
Gambar 4.4 Prosedur Pelatihan bagi Peserta Pelatihan
Bab penutup dituliskan tentang kunci keberhasilan pelatihan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal bagi guru-guru sosiologi SMA antara lain:
1. Penyelenggara Surat undangan kepada peserta pelatihan terkirim tepat a. waktu dan mendapatkan kepastian kesanggupan untuk mengikuti pelatihan b. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan yang memadai c. Tersedianya konsumsi untuk pelatihan
d. Tersedianya blangko form biodata formulir pendaftaran minimal sejumlah peserta pelatihan e. Tersedianya materi pelatihan yang sudah digandakan minimal sejumlah peserta pelatihan.
Mematuhi jadwal pelaksanaan yang sudah ada f.
g. Memberi informasi secara jelas tentang pelatihan
h. Memberi pelayanan baik dalam pelatihan Nara Sumber 2.
a. Menguasai materi pelatihan tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal b. Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan pelatihan c. Adanya kejelasan dalam penyampaian materi
d. Adanya komunikasi aktif antara nara sumber dengan peserta pelatihan e. Mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam penyampaian materi
Menguasai pengelolaan kelas pelatihan f.
g. Mampu menjawab dengan baik terhadap apa yang belum diketahui peserta Bersikap dan berperilaku menyenangkan h.
3. Peserta Pelatihan
a. Memahami pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal Mampu membuat perencanaan pembelajaran inkuiri b. berbasis budaya lokal Untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan pelatihan maka dibagikan angket untuk memberikan respon kepada hasil pelatihan bagi peserta didik dilakukan tes dan pengumpulan hasil penugasan berupa RPP.
b. Buku Materi Pelatihan
Buku materi pelatihan digunakan sebagai sumber belajar dalam mengikuti pelatihan. Buku materi pelatihan berisi tentang tiga bab. Bab I berisi tentang latar belakang dan tujuan. Bab II berisi materi tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. Dalam bab ini dituliskan tentang pengertian, langkah-langkah, keefektifan pembelajaran inkuiri, pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal yang dilengkapi dengan contoh RPP terkait pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. Agar materi ini lebih realistik ditampilkan pula contoh-contoh kegiatan peserta didik ketika mengikuti pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal yang berkunjung ke desa wisata.
Gambar 4.5 Salah satu contoh kegiatan peserta didik dalam pembelajaran
Inkuiri Berbasis Budaya Lokal yang ditampilkan pada buku Materi
4.1.3 Validasi Produk dan Revisi
Produk yang dikembangkan berupa pedoman pelatihan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dan materi pelatihan divalidasi oleh1) Prof. Dr. Slameto, M.Si (Ahli Manajemen Pendidikan dan Dosen Pascasarjana UKSW Salatiga), 2) Dr. Pamerdi GW (Ahli Sosiologi dan Dosen Pasca Sarjana UKSW Salatiga), 3) Drs. wagiyo, M.Pd (Pengawas SMA Kabupaten Kendal).
a. Validasi Pedoman Pelatihan
No Indikator Rata- rata Kriteria
4.00 T
Tabel 4.4 Hasil Uji Validasi Pedoman Pelatihan
4.00 T
14 Kesesuaian jadwal kegiatan dengan struktur program
3.33 C
13 Kesesuaian struktur progam dengan Pelatihan
4.00 T
12 Kesesuaian panitia
4.33 ST
11 Kesesuaian peserta pelatihan
3.67 T
10 Kesesuaian waktu dan tempat
4.00 T
9 Kesesuaian nara sumber
8 Kejelasan penanggung jawab
1 Kesesuaian judul bab dengan isi materi dalam tiap bab
Rata-rata hasil validasi keempat validator terhadap pengembangan produk pedoman pelatihan dapat dilihat pada tabel 4.4
7 Kesesuaian dasar hukum
3.67 T
6 Kejelasan sasaran
3.67 T
5 Kejelasan maksud dan tujuan
3.67 T
4 Kesesuaian latar belakang dengan maksud dan tujuan Pelatihan
4.00 T
3 Kejelasan kerangka isi
4.00 T
2 Kejelasan isi bab
4.33 ST
4.00 T Rata- No Indikator Kriteria rata
16 Kejelasan tata tertib
3.67 T Rata-rata
3.88 T
Keterangan: 1,0 – 1,8 Sangat rendah (SR) 1,9 – 2,6 Rendah (R) 2,7 – 3,4 Cukup (C) 3,5 – 4,2 Tinggi (T) 4,3 – 5,0 Sangat tinggi (ST)
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa rata-rata 3,88 pada interval 3,5-4,2 dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkanbahwa pedoman pelatihan yang dikembangkan sudah tergolong valid. Beberapa saran dari validator tersebut antara lain:
Tabel 4.5 Saran Validator terhadap Perbaikan Pedoman Pelatihan
Validator Saran Tempat ditulis secara umum, tidak Validator 1 a. menyebutkan nama, karena prosedur ini akan digunakan untuk kegiatan pelatihan secara umum
b. Perlu ditambahkan monitoring dan evaluasi, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban
c. Anggaran sifatnya hanya perkiraan
d. Penutup isinya kunci keberhasilan Validator 2 Perlu dipertimbangkan bahwa budaya lokal menguat karena proses globalisasi Validator 3 Mohon dicek antara jumlah jam di struktur program dengan jumlah jam yang terurai dengan jadwal
b. Validasi Materi Pelatihan
Rata-rata hasil validasi keempat validator terhadap pengembangan produk materi pelatihan dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil Validasi Materi Pelatihan
Rata- Aspek Indikator Kriteria rata Kesesuaian Keluasan materi
3.67 T uraian materi Kedalaman materi
3.33 C dengan tujuan Pilihan tema pelatihan
3.67 T Keakuratan Keakuratan fakta dan materi konsep
3.33 C Keakuratan langkah- langkah pembelajaran
3.67 T Materi Kesesuaian dengan pendukung perkembangan pembelajaran pendidikan
3.33 C Keterkinian fitur, contoh dan rujukan
3.00 C Teknik Keruntutan konsep
3.67 T penyajian Kekonsistenan materi sistematika
3.67 T Keseimbangan antar Bab
3.33 C Kelengkapan Pendahuluan
3.67 T materi Pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal
3.67 T Penutup
3.67 T Rata-rata
3.51 T
Rata-rata hasil validasi diperoleh sebesar 3,51 pada interval 3,4-4,2 dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa materi pelatihan yang dikembangkan sudah tergolong valid dengan beberapa saran.Saran-saran dari validator dapat dilihat pada tabel 4.7. Saran Validator terhadap Perbaikan Materi Pelatihan Validator Saran
Validator 1 Perlunya pedoman mempelajari latihan dan evaluasi Validator 2 Perlu dipertimbangkan penguatan budaya lokal justru akibat globalisasi. Terjadi
proses globalisasi sekaligus lokalisme
Validator 3 Tambahkan pedoman penskoran dan pedoman penilaian untuk penilaian pengetahuan dan yang lainnya4.2 Pembahasan
Perkembangan pendidikan saat ini menuntut perubahan pola pembelajaran bagi pendidik. Pendidik bukanlah satu- satunya sumber belajar, meskipun keberadaan pendidik di dalam pembelajaran tidak dapat tergantikan. Pembelajaran sosiologi di SMA tidak lagi hanya berlangsung di dalam kelas saja, justru lingkungan luar sekolah merupakan media dan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala yang terjadi di masyarakat. Budaya lokal merupakan salah satu objek penting yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi peserta didik, sehingga diharapkan akan tumbuh kesadaran untuk mencintainya.
Kurikulum saat ini menuntut suatu pembelajaran untuk melakukan eksplorasi atau melakukan pengamatan, melakukan proses bertanya, berdiskusi, mencoba, menganalisis dan akhirnya membuat suatu kesimpulan. Hal tersebut merupakan bagian dari proses inkuiri yang diharapkan digunakan pembelajaran, sehingga kegiatan peserta didik menerima pelajaran tergantikan menjadi proses eksplorasi dan menemukan sendiri dari berbagai sumber belajar yang ada. Seperti halnya pendapat Stahl (2008), dilakukan pembelajaran yang terintegrasi, menantang dan aktif. Pembelajaran tersebut lebih dekat dengan proses inkuiri dimana lebih menekankan pada pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep- konsep dan prinsip (Widja, 2005). Konsep tersebut juga didukung oleh Nasution (2002), menyatakan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah merupakan proses belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian.
Pembelajaran sosiologi yang lebih banyak mempelajari hubungan, kondisi dan gejala di masyarakat serta hal-hal yang terkait dengan masyarakat seperti budaya lokal, maka pembelajaran sosiologi akan lebih bermakna apabila terintegrasi, menantang dan aktif untuk melakukan interaksi langsung dengan budaya lokal setempat.
Salah satu objek yang dapat disajikan dalam pembelajaran inkuiri berbasis budaya local di wilayah Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal, terdapat objek-objek budaya lokal seperti kesenian Kuda Lumping, Sintren (Laes), kegiatan Nyadran (sedekah bumi) dan Merti Desa melalui wayang kulit. Dengan adanya objek-objek tersebut peserta didik dapat melakukan pengamatan, perekaman, wawancara dan akhirnya menganalisis bagaimana sejarahnya, fungsi- fungsi dan tujuan kegiatan, nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan dan nilai ekonomis. Peserta didik dapat menggali potensi-potensi budaya lokal sebagai aset wilayah sebagai desa wisata.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa guru sosiologi lebih banyak terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas dengan budaya lokal masih jarang dilakukan. Oleh karena, pelatihan bagi guru sosiologi tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal menjadi hal penting untuk dilakukan. Pelatihan yang baik dengan proses perencanaan dan prosedur yang jelas, terarah dan dilakukan evaluasi yang tepat diharapkan akan berimbas pada kesadaran bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan kualitas yang lebih baik. Pelatihan merupakan jantung dari upaya untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kinerja organisasi ( Mondy, 2008: 210). Melalui pelatihan akan diperoleh sumber daya manusia yang unggul dan profesional diharapkan oleh banyak organisasi atau lembaga pendidikan untuk bisa bersaing dalam era globalisasi. Program pengembangan sumber daya manusia merupakan strating point bagi organisasi untuk meningkatkan dan mengembangkan skill, knowledge dan ability individu sesuai dengan kebutuhan masa mendatang (Sutrisno, 2009: 64).
Penelitian pengembangan ini memiliki tujuan untuk menghasilkan desain atau prosedur pelatihan bagi guru sosiologi tentang pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan pelatihan. Hal ini sesuai dengan tujuan pelatihan yaitu mencapai kemampuan dan keterampilan yang diperlukan dalam jabatan atau pekerjaan (Sallis, 2004: 39). Pernyataan tersebut membuktikan bahwa orang yang sudah mengikuti pelatihan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik
Pengembangan diawali dengan melakukan identifikasi kebutuhan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu sumber yaitu kepala sekolah yang memiliki pengalaman dasarnya siswa SMA sudah mampu untuk diajak aktif melakukan pengamatan, berdiskusi, presentasi. Partisipasi siswa terhadap budaya lokal perlu dikembangkan. Hasil wawancara dengan beberapa guru sosiologi juga mendukung perlunya pelatihan tentang pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal.
Hasil analisis kebutuhan maka dirumuskan tujuan pelatihan pada prinsipnya untuk meningkatkan kemampuan guru membuat rencana pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. Menurut Permendiknas No 41 tahun Tahun 2007 tentang standar proses pendidikan disebutkan Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Guru sebagai pendidik perlu melakukan proses perencanaan sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembelajaran. Dengan memberikan pelatihan dengan menekankan pada proses pembuatan perencanaan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal diharapkan akan terimplikasi pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah masing-masing usai mengikuti pelatihan.
Berdasarkan pada tujuan pelatihan yang disusun tersebut, dilakukan proses penyusunan program pelatihan. Program pelatihan tersebut dituangkan dalam bentum panduan pelatihan bagi penyelenggara, pelatih dan peserta pelatihan beserta materi pelatihan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta pelatihan. Program yang disusun digunakan sebagai acuan bagi penyelenggara untuk melaksanakan pelatihan. Pada saat proses maupun akhir pelatihan dapat pengukuran sehingga dapat diketahui tingkat ketercapaian pelatihan.
Buku Pedoman disusun berisi tentang latar belakang yang mengungkapkan pentingnya pelatihan dilaksanakan dan tujuan pelatihan sebagai arah bagi penyelenggara, pelatih dan peserta pelatihan mengikuti pelatihan. Dicantumkan pula dasar hukum sebagai acuan dasar bagi pelatihan agar pelatihan tidak menyimpang dari landasan hukum yang ada.
Pemilihan nara sumber merupakan bagian yang penting dalam pelatihan. Kualitas pelatihan selain dipengaruhi oleh kelancaran penyelenggaraan, dipengaruhi oleh kualitas nara sumber. Pengalaman, kedalaman materi, cara penyampaian, kemampuan komunikasi nara sumber dapat mempengaruhi peserta pelatihan dalam menerima materi yang disampaikan. Pelatihan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal dapat menggunakan nara sumber dari widyaiswara LPMP, pengawas dan guru senior. Ketiga narasumber dapat saling melengkapi, karena widyaiswara dipandang memiliki keilmuan secara teoretis secara mendalam, pengawas dan guru senior dipandang memiliki pengalaman dalam praktik pengajaran.
Waktu pelatihan perlu dipertimbangkan secara baik dengan mempertimbangkan materi yang akan disampaikan. Waktu yang terlalu singkat akan berpengaruh pada kurangnya kedalaman materi yang disampaikan, namun waktu yang terlalu lama menjadi kurang efektif karena peserta akan mengalami kejenuhan. Terkait dengan materi pelatihan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal, maka materi yang perlu disampaikan berkaitan dengan konsep pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal, langkah-langkahnya dan proses pembuatan rancangan pelaksanaan pembelajaran inkuiri cukup, karena guru perlu memiliki pengalaman langsung bagaimana melaksanakan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. Waktu yang relatif tepat dilaksanakan selama 2 hari. Pada hari kedua difokuskan pada pemberian pengalaman langsung melaksanakan kegiatan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal. Pengalaman praktik mengajar dapat menjadikan pelatihan lebih bermakna karena pengalaman akan mendukung teori yang sudah diperoleh.
Materi pelatihan perlu disusun dengan mem- pertimbangkan kesesuian dengan tujuan, keakuratan materi, materi pendukung dan teknik penyajian materi serta kelengkapan materi.
Penyelenggara pelatihan merupakan faktor kunci keberhasilan pelaksanaan pelatihan. Tanpa adanya panitia penyelenggara yang mampu memberikan pelayanan pelatihan secara baik, pelatihan tidak akan berlangsung. Prosedur bagi penyelenggara perlu dituliskan dalam buku pedoman pelatihan. Melalui prosedur tersebut pihak penyelenggara akan melakukan proses perencanaan dan pelaksanaan pelatihan secara baik dan terarah.
Prosedur yang jelas merupakan bagian penting bagi penyelenggara melakukan semua kegiatan demi berlangsungnya pelaksanaan pelatihan. Menurut Kamil (2010),fungsi organizing merupakan ruh yang hadir mengisi di ketiga fungsi yang lainnya yaitu planning, actuating dan controlling (PAC) artinya dalam setiap action pada pelatihan, fungsi organizing merupakan command (komando) yang mensinergikan komponen dalam penyelenggaraan pelatihan, sehingga kerjasama antara sumber daya manusia yang terlibat secara aktif di dalam manajemen pelatihan kerja para penyelenggara, kerjasama antara penyelenggara dengan narasumber dan peserta pelatihan.
Panduan pelatihan perlu dicantumkan program pelatihan. Materi-materi apa saja yang akan disampaikan dalam pelatihan perlu ditulis secara jelas, alokasi waktu dan siapa narasumbernya. Program ini sebagai acuan bagi narasumber untuk menyusun materi dan peserta pelatihan sebagai arah tujuan yang akan dicapai melalui pelatihan tersebut. Materi pelatihan ditetapkan berdasarkan need assesment yang dituangkan dalam perencanaan pelatihan berupa kurikulum pelatihan, buku panduan pelatihan, dan materi pelatihan.
Pelatihan tidak lepas dari faktor pembiayaan. Biaya merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pelatihan karena pelaksanaan akan berjalan sesuai rencana apabila ditopang dengan dana yang memadai. Oleh karena itu pembiayaan pelatihan perlu diorganisir dan dikoordinasikan antara penyelenggara pelatihan, pejabat pembina profesi guru, guru dan pihak lain yang terkait.
Hasil validasi oleh tiga validator menunjukkan bahwa pedoman pelaksanaan pelatihan tergolong tinggi. Demikian juga dengan validasi terhadap materi pelatihan dalam kategori tinggi. Dengan demikian pedoman pelatihan dan materi yang disusun dapat digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pelatihan pembelajaran inkuiri berbasis budaya lokal bagi guru sosiologi SMA.