MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DAN BUDAYA BACA SISWA

  

MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

DAN BUDAYA BACA SISWA

Makalah tidak dipublikasikan dan didokumentasikan

di UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang

  

Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.

  

UPT PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

DESEMBER 2007

  

MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS DAN BUDAYA BACA SISWA

  1 Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.

  

Abstraks. Majalah dinding memiliki peran yang cukup tinggi dalam upaya pembinaan

dan pembentukan siswa, baik dalam aspek pengetahuan, kemampuan/keterampilan,

bakat dan minat maupun sikap. Majalah dinding memiliki sejumlah fungsi, yaitu : (1)

informatif, (2) komunikatif (3) rekreatif, (4) kreatif . Garis besar majalah dinding

meliputi : (1) rubrik tajuk rencana atau editorial, (2) rubrik pemberitaan, (3) rubrik

karya ilmiah atau featurue, (4) rubrik kreatif sastra, dan (5) rubrik umum

Majalah dinding memiliki manfaat, yaitu (1) sebagai media komunikasi (2) sebagai

media kreativitas (3) sebagai media untuk meningkatkan keterampilan menulis (4)

sebagai media untuk membangun kebiasaan membaca (5) sebagai pengisi waktu (6)

sebagai media untuk melatih kecerdasan berpikir (7) sebagai media untuk melatih

berorganisasi.

   Kata kunci : Majalah dinding, menulis dan membaca PENDAHULUAN

  Menulis merupakan kegiatan yang hampir tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Terutama bagi mereka yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai tenaga administrasi, dosen, guru, mahasiswa, siswa dan lain-lain. Damono (dalam Warastutik, 1990:6) menyatakan bahwa “ seseorang yang ingin memiliki keterampilan mengarang mau tidak mau harus rajin mencari contoh yang baik. Dengan kata lain ia harus rajin membaca “. Dari pernyatan tersebut jelas bahwa kemampuan menulis dapat dipupuk dari rajin membaca dan salah satu media bacaan sekaligus media untuk menuangkan karya- karya siswa adalah majalah dinding. Kegiatan menulis memerlukan banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh- sungguh dan juga menuntut keterampilan yang tidak dimiliki semua orang. Bahkan di kalangan guru-guru masih banyak yang mengalami kesulitan menulis dengan benar. Dalam kenyataannya masih sedikit sekali siswa yang dapat membuat karya tulis, baik yang digunakan dalam lingkungan sekolah sendiri maupun untuk lingkungan luar sekolah 1 (lomba). Jika saat ini siswa tidak banyak menghasilkan karya tulis, tidak berarti mereka

   Penulis adalah Pustakawan Madya Pada UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. tidak memiliki potensi untuk menulis. Pada dasarnya banyak siswa yang memiliki potensi untuk menulis, hanya saja potensinya belum terasah karena tidak ada upaya untuk meningkatkan keterampilan mereka dan tidak ada media sebagai tempat untuk menyalurkan ide, gagasan dan kreativitasnya. Dengan kondisi yang demikian perlu ada upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis bagi siswa dan sekaligus membangun budaya baca dan salah satu cara adalah dengan menerbitkan majalah dinding sebagai alat bantu pengajaran dan pembinaan yang diharapkan dapat merangsang kreativitas siswa. Majalah dinding merupakan salah satu wujud keterampilan menulis. Menurut Supriyanto (dalam Saliwangi, 1992:2) majalah dinding sangat mungkin diselenggarakan karena merupakan salah satu bentuk majalah sekolah yang sederhana dengan biaya yang murah sehingga lebih mungkin dilaksanakan di mana saja . Dalam hal ini majalah dinding bukanlah hal yang baru dan asing dalam dunia persekolahan. Kehadirannya di sekolah bukan saja disikapi sebagai pelengkap fasilitas semata, tetapi juga telah menjadi kebutuhan dalam merekayasa siswa, baik yang berkaitan dengan program kurikulum kurikuler maupun kokurikuler (Widodo, 1992:1). Majalah dinding memiliki peran yang cukup tinggi dalam upaya pembinaan dan pembentukan siswa, baik dalam aspek pengetahuan, kemampuan/keterampilan, bakat dan minat maupun sikap. Peranan majalah dinding yang tampak pokok sebagai salah satu fasilitas kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta memiliki sejumlah fungsi, yaitu : (1) informatif, (2) komunikatif (3) rekreatif, (4) kreatif (Widodo, 1992:1) Dalam praktiknya terdapat banyak bukti bahwa majalah dinding dapat menjadi sarana berlatih untuk membina kreativitas menulis dan modal penanaman gemar membaca. Oleh karena itu dengan adanya majalah dinding diharapkan para siswa memiliki minat untuk memanfaatkan berbagai bahan pustaka yang ada di perpustakaan sekolah sebagai bahan rujukan dalam membuat karya tulis dan sekaligus untuk memupuk kegemaran dan kebiasaan membaca.

  PEMBAHASAN Majalah Dinding sebagai Media Massa di Sekolah Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading merupakan satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya (Nursito, 1999:1) Membahas majalah dinding tidak akan lepas dari pembahasan tentang media massa secara umum. Hal ini karena majalah dinding di sekolah merupakan salah satu bagian dari sejumlah media massa yang ada (Harsiati, 1992:1) Dari aspek historis, majalah dinding merupakan cikal bakal adanya sejumlah media massa yang dikenal dewasa ini. Majalah dinding digunakan sebagai media informasi sejak jaman Romawi Kuno. Ahli sejarah Suetonius mengatakan bahwa pada tahun 59 sdebelum Masehi, Yulius Caesar telah memerintahkan kepada bawahannya agar di Forum Romanum (stadion Romawi) di pasang papan pengumuman atau acta diurna Pengertian majalah mengacu pada rentang penerbitan berkala. Sementara majalah dinding sendiri umumnya memang diterbitkan secara berkala. Misalnya mingguan, dwi mingguan, bulanan. Hal ini karena adanya kendala-kendala manajerial dan keterbatasan sumber daya. Majalah dinding pada hakekatnya merupakan miniatur sebuah koran dari segi perwajahan dan isinya. Satu rentang perwajahan majalah dinding harus mencerminkan sosok halaman muka sebuah koran ditambah dengan berbagai isi atau rubrik yang ditampilkan dan dikehendaki. Oleh karena wajah halaman mukah merupakan kemasan dari keseluruhan koran, maka pembuatan halaman muka harus memiliki kriteria tertentu. Antara lain menarik, otonom, karkateristik, dan menggungah minat pembaca. Hal ini perlu diperhatikan karena pada umumnya sebelum melihat pada isi, orang lebih suka melihat kemasannya terlebih dahulu. Untuk mencapai perwajahan tersebut, maka setidaknya unsur-unsur balansi visual dan verbal, balansi proporsional, dan nuansa pewarnaan harus diperhatikan. Disamping itu, ketepatan tata letak merupakan sendi yang tidak boleh diremehkan. Dengan demikian jika majalah dinding yang telah selesai dibuat itu sudah siap dipasang, akan menjadi enak dinikmati dan merangsang untuk diikuti sajiannya (Rifa’i, 1992).

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Bahan yang disajikan dalam majalah dinding dapat berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Materi majalah dinding disusun secara variatif dan harmonis sehingga secara keseluruhan perwajahan majalah dinding tampak menarik dalam bentuk kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar, puisi, cerpen dan lain-lain. Majalah dinding merupakan ragam pers khusus yang dipakai di lingkungan sekolah. Isi yang disajikan tidak berbeda jauh dengan isi majalah sekolah yang lain. Garis besar majalah dinding menurut Widayati (1996) meliputi : (1) rubrik tajuk rencana atau editorial, (2) rubrik pemberitaan, (3) rubrik karya ilmiah atau featurue, (4) rubrik kreatif sastra, dan (5) rubrik umum Tajuk rencana atau editorial dalam pers umum merupakan pendapat redaksi terhadap suatu persoalan yang aktual di masyarakat. Konsep dasar sebuah penerbitan tercermin pada editorialnya. Penulis tajuk rencana pada surat kabar atau majalah biasanya terdiri dari staf khusus yang telah ditunjuk oleh pemimpin redaksinya. Pada majalah sekolah termasuk majalah dinding, tajuk rencana sebaiknya ditulis oleh guru atau tim guru yang ditunjuk (Harsiati, 1992:2) Ditinjau dari isinya tajuk rencana diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu : (a) tajuk interpretasi, (2) tajuk kritik, (3) tajuk persuasi, dan (4) tajuk pujian. Tajuk interpretasi adalah tajuk rencana yang memaparkan suatu pendapat tentang sesuatu problema yang muncul. Pendapat di sini merupakan pendapat yang mewakili media yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk menyajikan pendapat redaksi untuk memperoleh opini publik/membentuk opini tertentu di lingkungan masyarakat pembacanya. Tajuk kritik merupakan tajuk rencana yang menyajikan suatu kritik untuk membangun, disampaikan oleh redaksi pers terhadap keganjilan di masyarakatnya. Tujuan penyajian tajuk kritik agar terjadi perubahan-perubahan di masyarakat oleh lembaga yang berwenang demi kepentingan umum. Tajuk persuasif adalah tajuk rencana yang mengajak masyarakat pembaca untuk melakukan perbuatan tertentu demi kepentingan umum. Misalnya isi tajuk tentang pentingnya kedisiplinan dalam proses belajar.

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Tajuk pujian adalah tajuk yang disajikan untuk membangkitkan sikap kebersamaan demi sesuatu tujuan tertentu. Tajuk ini juga ditujukan kepada seseorang yang berprestasi di bidang profesinya atau sekelompok orang yang berhasil meraih ssuatu prestasi tertentu. Rubrik pemberitaan berkaitan dengan berita-berita yang terjadi di sekolah. Ruang lingkup pemberitaan meliputi bidang olahraga, kesenian, pramuka, PMR, laporan darmawisata, kegiatan perpustakaan, ujian dan sebagainya. Berita-berita yang ditulis disajikan secara singkat dan menarik perhatian, apalagi jika berisi berita kegiatan-kegiatan umum yang akan dilaksanakan. Misalnya pelaksanan Unas, Ujian Semester, Jadwal peringatan HUT Sekolah dan sebagainya

  

Rubrik artikel atau feature. Artikel dalam dunia jurnalistik mempunyai ruang

  lingkup yang luas. Ditinjau dari pokok masalah dan kegunaannya, artikel dapat diklasifikasikan menjadi : (1) artikel ilmiah populer, (2) artikel penuntun praktis yang berisi petunjuk praktis untuk melakukan sesuatu, (3) artikel olahraga yang memuat analisis keolahragaan, (4) artikel budaya yang berisi seluk beluk kebudayaan atau kesenian baik secara umum maupun secara khusus, (5) artikel politik yang berisi analisis politik baik di dalam maupun di luar negeri. Feature atau karangan khas yang menarik perhatian pembaca yang dilengkapi data dan dirakit dengan pengetahuan penulisnya dengan tujuan membimbing atau memberi masukan secara luas. Beberapa bentuk feature diantaranya : (a) sketsa humor yang berkaitan dengan kejadian sehari-hari, (b) Sketsa kehidupan orang/tokoh penting yang menarik, (c) Sketsa pribadi tokoh khusus yang berkaitan dengan berita-berita aktual waktu itu, (d) dokumen biografi/autobiografi kemanusiaan yang disorot secara obyektif, (e) feature historis, kisah mengenai orang atau kejadian-kejadian yang menonjol dan bernilai dalam sejarah dan mempunyai pengaruh menarik bagi pembacanya pada masa sekarang, (f) feature perjalanan/sketsa perjalanan berisi kisah perjalan atau pengalaman seseorang dalam suatu perjalanan, (g) feature interpretasi yang berisi analisis informatif dengan latar belakangnya dalam soal seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam kehidupan sehari-hari (Harsiati, 1992:4-5)

  

Rubrik kreatif sastra, berisi berbagai karya kreatif sastra yang meliputi puisi, cerpen,

esai dan drama.

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Rubrik umum, berisi tulisan-tulisan tentang humor, anekdot, TTS atau surat pembaca. Dalam rangka mengembangkan minat baca siswa, guru dapat menugaskan murid- muridnya mengutip humor-humor yang ada dalam majalah kemudian menempelkan di majalah dinding atau bisa siswa disuruh membuat sendiri,. Bentuk fisik majalah dinding biasanya berwujud triplek, partikel, karton maupun bentuk lain dengan ukuran yang bervariasi misalnya yang tergolong relatif besar adalah 120 cm X 240 cm Widodo (1992:2) menyatakan bahwa majalah dinding memiliki manfaat, yaitu : (1) peningkatan minat baca; (2) pengembangan cakrawala pengetahuan, (3) sumber acuan informasi keilmuan; (4) pengisi waktu luang dan penyalur serta penampung bakat, minat, dan hobi; (5) dokumentasi dan (6) media pengajaran.

  Sedang menurut Nursisto (1999:2-8) majalah dinding yang ada di sekolah memberikan beberapa manfaat, yaitu :

  Majalah dinding yang dipasang di sekolah merupakan media komunikasi yang termurah untuk menciptakan komunikasi antar warga sekolah. Melalui majalah dinding setiap warga sekolah dapat menuangkan gagasan dan idenya melalui berbagai macam ragam tulisan sehingga dapat dibaca oleh warga sekolah yang lain. Pemasangan majalah dinding merupakan komunikasi yang praktis mengingat bahan dan volume tulisan dapat diatur secara elastis, disesuaikan dengan tema dan kondisi atau keperluan yang aktual. Bila tema atau isu yang berkembang masalah lingkungan hidup, sangat mungkin majalah dinding yang ada di sekolah akan lebih banyak didominasi oleh tulisan, gambar, puisi, cerpen dan lain-lain yang berisi tentang lingkungan hidup. Dengan adanya majalah dinding, bermacam informasi dapat disebarkan secara mudah ke seluruh wilayah sekolah tersebut dan akan banyak hal yang semula tidak diketahui akhirnya menjadi perbendaharaan pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun yang perlu perenungan

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  2. Sebagai media kreativitas

  Siswa sebagai anak muda tidak pernah sepi dan kaya dengan kreativitas, termasuk aktivitas ekpresi tulis. Melalui karya tulis pada majalah dinding dapat memberikan manfaat ganda, yaitu (a) dari sisi penulis, majalah dinding merupakan tempat untuk mencurahkan berbagai macam ide, beragam gagasan,pikiran,daya cipta bahkan fantasi yang mengiringi perkembangan jiwanya perlu penyaluran dan media untuk menuangkannya. Oleh sebab itu majalah dinding merupakan wadah kreativitas bagi siswa karena didukung oleh sifatnya yang mudah dilaksanakan dengan biaya yang murah, (b) dari sisi pembaca akan mendapatkan penyaluran yang berkaitan dengan keinginan, cita-cita, kecintaan, kerinduan, keprihatinan dan berbagai pikiran lain yang tidak dapat disalurkannya sendiri . Dengan membaca tulisan-tulisan teman atau orang lain, terlepaslah ia dari berbagai gejolak yang ada dalam dirinya. Majalah dinding dapat menjadi tuangan aspirasi diri bagi pembaca yang telah dituliskan oleh orang lain dan menjadi sarana bersama penulisnya untuk berpendapat tentang sesuatu, berkeinginan,berkomentar, berolok-olok, mengkritik serta masih banyak lagi yang lain.

  3. Sebagai media untuk meningkatkan keterampilan menulis

  Melalui majalah dinding, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melatih diri dalam membuat tulisan. Kebiasaan dan keterampilan menulis tidak terjadi dalam seketika atau secara otomatis, melainkan terjadi melalui proses pembelajaran dan latihan. Siswa yang memiliki kebiasaan dan keterampilan menulis, cenderung memiliki wawasan dan cara berpikir yang sistematis, kritis dan analitis.

  4. Sebagai media untuk membangun kebiasaan membaca

  Jika majalah dinding dikemas dengan baik , akan dapat menarik perhatian siswa untuk melihat dan membacanya sehingga majalah dinding dapat dipakai sebagai satu media untuk meningkatkan kebiasaan membaca. Jika hal tersebut terjadi, maka majalah dinding tidak akan pernah sepi dari siswa-siswa yang akan membacanya dan terbuka peluang bagi siswa tidak hanya sekedar untuk membaca, namun dapat Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. menimbulkan insipirasi bagi siswa untuk menuangkan gagasan, ide dan kreativitasnya dalam majalah dinding. Dengan demikian siswa tidak hanya sebagai pembaca tetapi juga sebagai penulis.

  5. Sebagai pengisi waktu

  Majalah dinding dapat dimanfaatkan sebagai satu sarana oleh siswa untuk mengisi waktu luangnya, di saat ada jam-jam kosong atau pada saat istirahat dan selesai mengikuti semua pelajaran. Waktu-waktu luang dapat dimanfatkan oleh siswa dengan membaca berbagai macam tulisan yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasannya.

  6. Sebagai media untuk melatih kecerdasan berpikir

  Majalah dinding dapat membangkitkan gairah siswa untuk mencari bacaan lain lewat “ umpan “ yang disajikan dalam majalah dinding. Sangat mungkin sajian-sajian majalah dinding itu belum sepenuhnya memenuhi selera pembacanya. Hal ini akan menjadikan majalah dinding berperan sebagai perangsang bagi siswa untuk mencari bahan bacaan lain yang lebih lengkap. Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan siswa dalam berbagai bidang. Semakin banyak membaca, pengetahuan siswa akan bertambah dan secara tidak langsung akan menjadi pendorong bertambahnya kecerdasan siswa. Dengan demikian majalah dinding berperan sebagai “ terminal awal “ yang dapat menjembatani lahirnya pengetahuan, ketangkasan berpikir dan terbentuknya kecerdasan.

  7. Sebagai media untuk melatih berorganisasi

  Penyelenggaraan majalah dinding jelas merupakan kerja tim yang membutuhkan proses perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Oleh sebab itu diperlukan suatu keterampilan untuk berorganisasi sebagai satu wadah untuk mencapai tujuan. Penyelenggaraan majalah dinding merupakan perwujudan kerja tim atau kerja Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. kelompok yang perlu saling mematuhi kesepakatan, aturan yang telah ditetapkan, kedisiplinan diri dan kesungguhan bekerja.

  Ada tiga faktor pendukung dalam menyelenggarakan majalah dinding, yaitu penulis, ilustrator dan dokumentator. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lain dalam melahirkan majalah dinding yang berkualitas. Penulis sebagai sumber utama lahirnya majalah dinding mempunyai kontribusi terbesar dalam penyelenggaraan majalah dinding, hal ini mengingat bagian terbesar isi majalah dinding berupa tulisan. Selanjutnya agar perwajahan majalah dinding menarik dan tidak kaku perlu diberi ilustrasi berbagai bentuk hiasan atau pemanis. Melalui penampilan aneka variasi, baik warna maupun bentuk gambar, garis atau yang lain, beragam ilustrasi yang pengaturannya diselang- seling akan membuat majalah dinding mempunyai daya tarik. Di sinilah letak pentingnya seorang ilustrator untuk menjadikan majalah dinding agar terlihat menarik bagi pembacanya. Sedangkan seorang dokumentator mempunyai peranan untuk mendokumentasikan, yaitu menyimpan dan mengamankan semua naskah yang pernah dimuat dalam majalah dinding. Naskah-naskah tersebut diklasifikasikan berdasarkan penggolongan naskah, misalnya opini, cerpen, puisi, rubrik khusus (agama, wanita, pengetahuan dan lain-lain), vinyet, kata hikmat/mutiara, teka teki silang dan lain-lain) Sedangkan bahasa yang digunakan dalam majalah dinding memiliki ciri-ciri khusus, yaitu singkat , padat, jelas dan komunikatif. Singkat berarti menghindari pemilihan bentuk kata yang kurang ringkas. Padat berarti menggunakan jumlah kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menjangkau makna yang selengkap-lengkapnya. Sedang jelas, mengandung makna tidak membingungkan, dan komunikatif mengandung unsur yang mudah dipahami. Oleh sebab itu dalam majalah dinding, pemilihan kata menjadi unsur penentunya. Setiap kata yang dipilih harus dipertimbangkan demi daya dukung ketentuan tadi. Agar kalimat tidak terlalu panjang, apabila ada beberapa kata yang kurang lebih bermakna sama atau bersinonim, maka harus dipilih yang paling pendek. Bila ada frase dan kata tertentu artinya sama, maka harus dipilih kata dari frase tersebut.

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Meskipun bahasa majalah dinding bersifat ringkas, tidak berarti harus menggunakan singkatan-singkatan atau akronim-akronim sebagai pengganti kata yang sebenarnya. Bila singkatan dan akronim itu harus digunakan, sebaiknya dipilih singkatan atau akronim yang sudah bersifat umum dan frekuensi pemakainnya tinggi. Menurut Nursisto (1999) ada beberapa teknik penyajian tulisan dalam majalah dinding yang lazim dipakai adalah : (1) Spot News, yaitu pengungkapan sesuatu secara lugas. Apabila akan menuliskan kejadian atau berita tentang sesuatu, pengungkapan secara spot news adalah dengan langsung mengungkapkan inti permasalahan seperti apa adanya. Berkaitan dengan cara pengungkapan semacam itu, ada kebiasaan yang dapat dilakukan sebagai pemandu arah dalam melakukan penulisan langsung, yaitu tentang sesuatu yang selanjutnya dikenal dengan hukum ” 5W + 1 H ”, yaitu What (apa), Who (Siapa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa), dan How (bagaimana); (2)

  

Feature, yaitu prngungkapan sebuah peristiwa yang diusahakan berdaya tarik indah dan

  mampu memikat pembaca. Meskipun tujuannya sama, yaitu mengungkapkan suatu hal, tetapi gaya penyampaiannya tampak lebih menonjolkan unsur keindahan. Akibatnya, di dalam feature terkandung unsur yang sedikit menyerupai bentuk karya sastra. Disamping isinya yang bersumber pada fakta dapat terungkapkan dengan jelas, feature juga menampilkan satu unsur lain yang bergaya menghibur, enak diikuti dan tidak terlalu lugu. (3) Reportage, adalah jenis tulisan yang tujuan utamanya menyampaikan informasi dengan mempertimbangkan rasa keingintahuan pembaca berdasarkan data dan faktor pendukung yang lengkap. Untuk menggali data tersebut seorang reporter harus melakukan observasi, interview dan riset. Dalam sebuah reportase, penulis akan berusaha menarik minat pembaca secara maksimal. Organisasi pengelola majalah dinding secara sederhana terdiri dari :

  1. Kepala Sekolah : Penanggung jawab

  2. Pembina : Guru yang ditunjuk

  3. Redaksi : Beberapa siswa, dibantu dengan bagian-bagian, yaitu :

  a. Bagian Dokumentasi

  b. Bagian Reportase

  c. Bagian Editing (Penyunting) Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. d. Bagian Produksi

  

Majalah dinding sebagai media peningkatan kemampuan menulis dan budaya baca

siswa

  Majalah dinding dapat memberikan inspirasi bagi para siswa untuk dapat menuangkan gagasan, ide dan kreativitasnya dalam bentuk tulisan. Melalui majalah dinding , siswa dapat mengembangkan potensi menulisnya sehingga menjadi semakin baik dan berkualitas. Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu adanya dorongan dari guru untuk terus memotivasi para siswa agar terus mengembangkan potensinya dalam hal menulis dan bila perlu dengan memberi tugas-tugas terstruktur Tulisan atau karangan (komposisi tulis) sebagaimana yang dinyatakan Taksonomi Bloom (dalam Ahmadi , 1988:22) dapat dimasukkkan dalam kategori sintesis, yaitu sebagai upaya menyampaikan gagasan, ide dan perasaan. Kemampuan menulis siswa dalam arti yang lebih luas bukan sekedar menulis atau merangkaikan kata-kata menjadi kalimat yang tidak memiliki makna, melainkan di dalamnya harus tercermin berbagai gagasan yang runtut untuk disampaikan kepada orang lain. Selain gagasan yang runtut, karangan yang baik harus sistematis dan menarik Senada dengan pendapat di atas, Caraka (1983:7) menjelaskan bahwa mengarang berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik yang mengena pada pembaca. Di sisi lain, Mc Mahan dan Day memberikan penjelasan tentang ciri-ciri tulisan yang baik meliputi : (1) jujur, bahwa karangan itu benar-benar merupakan gagasan dari penulisnya, (3) bahasanya jelas, artinya tidak membingungkan pembacanya, (3) uraiannya singkat, sehingga tidak memboroskan waktu pembacanya, dan (4) panjang pendeknya kalimat bervariasi (Tarigan, 1984:7) Tulisan merupakan suatu bentuk berpikir yang ditujukan kepada pembaca dan karena suatu kejadian, hal atau alasan yang khusus pula. Tugas yang paling penting bagi seorang siswa adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir yang akan membantunya dalam mencapai tujuan penulisannya. Segi-segi yang paling penting dari prinsip-prinsip atau asas-asas menulis itu adalah penemuan, pengaturan, dan gaya (Angelo dalam Ahmadi, 1990:154).

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis adalah aktivitas produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa tulis. Kedua aktivitas tersebut dalam pengajaran menulis di sekolah seharusnya mendapat porsi yang sama. Artinya , walaupun tugas menulis diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa siswa , penilaian yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan ketepatan berbahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jelasnya, penilaian yang diinginkan adalah tentang kemampuan siswa mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat. Untuk maksud tersebut, tugas yang sesuai adalah tugas menulis esai, artinya berupa tes esai (Nurgiantoro, 1988:273-279) Hardjono (1988:86) menyatakan bahwa kemampuan menulis yang dapat dikembangkan adalah kemampuan reproduktif, reseptif-komunikatif, dan produktif. Kegiatan yang dilakukan dalam kemampuan reproduktif ialah menyalin teks dari buku- buku atau yang ditulis di papan tulis. Dalam mengembangkan kemampuan reseptif- produktif, teks diberikan kepada siswa diminta untuk mereproduksi atau menceritakan kembali teks tersebut secara keseluruhan atau hanya intinya saja, sedangkan dalam mengembangkan kemampuan produktif siswa harus menulis secara bebas berdasarkan tema yang diberikan dengan pertolongan beberapa kunci. Tes kemampuan menulis yang paling sering diberikan kepada siswa adalah dengan menyediakan tema atau sejumlah tema bahkan ada kalanya sudah berupa judul yang harus dipilih satu diantaranya, jika yang disediakan berupa tema, siswa diberi kebebasan untuk memberi judul karangannya sepanjang mencerminkan tema yang dimaksud. Jenis karangan yang dimaksud/ditulis dapat berupa fiksi, cerita ataupun non fiksi. Penyediaan tema yang lebih dari sebuah, kiranya lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih tema yang menarik atau yang dikuasai masalahnya (Nurgiantoro, 1988:278). Penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif dan selintas. Jadi penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. Penilaian yang demikian jika dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman memang dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, keahlian itu belum tentu dimiliki semua orang.

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan akan tetapi agar redaksi majalah dinding dapat menilai secara lebih obyektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analitis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau katagori-katagori tertentu. Perincian karangan ke dalam aspek-aspek atau katagori-katagori tersebut antara karangan yang satu dengan karangan yang lain dapat berbeda, tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkatagorian itu dapat bervariasi, kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi : (1) kualitas dan ruang lingkup isi; (2) organisasi dan penyajian isi; (3) gaya dan bentuk bahasa; (4) mekanik : tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan serta (5) respon afektif guru terhadap karya tulis. Penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah dilakukan secara spontan sebagaimana bertutur, tetapi harus mempertimbangkan kaidah penulisan yang benar. Sehubungan dengan pernyataan ini, Syafi’ie (dalam Suyitno, 1987:42) menjelaskan bahwa menulis merupakan kegiatan merangkaikan kalimat yang sedemikian rupa supaya pesan yang terkandung bisa disampaikan dengan baik. Untuk itu setiap kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika, sehingga mampu mendukung pengertian baik dalam taraf signification maupun dalam taraf value. Menulis juga merupakan kegiatan kompleks dengan melibatkan cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat, yaitu : (1) kesatuan gagasan, (2) kejelasan susunan kalimat, (3) ketepatan penyusunan paragraf, dan (4) ketepatan teknik penulisan (Hastuti, 1982:1). Dengan demikian, menulis bertujuan menyampaikan maksud, pesan, ataupun gagasan kepada orang lain dengan menggunakan tulisan. Menulis sangat memerlukan latihan, pengalaman, waktu, kesempatan, serta pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Oleh sebab itu sekolah perlu mengadakan diklat tentang teknik menulis bagi siswa untuk meiningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam membuat karya tulis. Untuk lebih menggairahkan siswa dalam membuat tulisan pada majalah dinding, ada baiknya bila di sekolah diselenggarakan lomba mengarang atau menulis dengan tema- tema yang aktual dan bersifat edukatif. Naskah-naskah dari siswa yang masuk nominasi Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs. dan memenuhi persyaratan penulisan dapat dimuat di majalah dinding secara berkala. Pemuatan naskah tersebut disamping untuk mendapatkan naskah yang berkualitas juga dapat memberikan kebanggaan bagi siswa dan menjadi alat motivasi untuk lebih produktif dalam menghasilkan karya tulis pada masa mendatang serta dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dari siswa lain untuk membacanya.

  Melalui membaca pada majalah dinding secara berkala diharapkan pula timbul kebiasaan dan budaya membaca di kalangan siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, redaksi majalah dinding harus terus meningkatkan kualitas tulisan dan mengadakan penelitian terhadap kebutuhan siswa sehingga apa yang disajikan dalam majalah dinding sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa.

  PENUTUP

  Untuk meningkatkan kegairahan siswa dalam menulis pada majalah dinding, diperlukan proses pembelajaran dan latihan-latihan. Melalui pendidikan dan pelatihan diharapkan pengetahuan dan keterampilan siswa untuk menulis semakin meningkat yang pada akahirnya diharapkan dapat menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Disamping itu majalah dinding harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian siswa. Dengan penampilan yang menarik, majalah dinding diharapkan juga mampu mendorong siswa untuk membacanya pada waktu-watu luang. Oleh sebab itu penerbitan majalah dinding perlu mendapatkan dukungan sarana dan prasarana, dana dan yang lebih penting keterlibatan semua warga sekolah untuk menjadikan majalah dinding sebagai sarana meningkatkan cakrawala pengetahuan

  Ahmadi, Mukhsin. 1984. Keterampilan Menulis. Malang : UT UPBJJ Caraka, Cipta Loka. 1983. Teknik Mengarang. Yogyakarta : Yayasan Kanisius Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta : Dirjen Dikti PPLPTK Depdikbud.

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.

  Harsiati, Titik. 1992. Tata Letak Majalah Dinding. Makalah disajikan dalam Diklat Pembuatan Majalah Dinsing bagi Para Guru di SD di Kecamatan Sumbefmanjing Wetan Kabupaten Malang. Malang : LPM IKIP MALANG

  Hastuti. 1982. Tulis Menulis. Yogyakarta : Penerbit Lukman Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran bahasa dan Sastra. Yogyakarta :

  BPFE Nursisto. 1999. Membina Majalah Dinding.Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. Rifai, Muhammad. 1992. Teknik Membuat dan Menerbitkan Majalah Dinding. Makalah disampaikan dalam Kegiatan PKMTD HMP IKIP MALANG, Himpunan

  Mahasiswa Penulis, 17,18-25,25 Oktober 1992. Saliwangi, Basenang.1992. Diktat Pembuatan Majalah Dinding Sebagai Upaya

  Peningkatan Minat Baca Siswa di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Malang : LPM IKIP MALANG

  Suyitno, Imam. 1987. Hubungan antara kebiasaan Berbahasa dengan Kemampuan

  Menulis Siswa Kelas II SMAN 2 Malang Tahun Ajaran 1985/1986. Skripsi tidak

  dipublikasikan. Malang : JPBSI FPBS IKIP MALANG Syafi’I, Imam, Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Menulis Mahasiswa Tiga

  IKIP di Jawa. Malang FPS IKIP MALANG

  Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

  Warastutik, Enik. 1990. Pengaruh Minat Baca terhadap Kemampuan Menulis Siswa Kelas II SMPN 4 Malang Tahun Ajaran 1989/1990. Skripsi tidak dipublikasikan.

  Malang : JPBSI FPBS IKIP MALANG Widayati, Rini. 1996. Penegaruh Kualitas Majalah Dinding terhadap Kemampuan

  Menulis Siswa Kelas I SMUN Kepanjen Tahun Pelajaran 1995/1996. Malang :

  JPBSI FPBS IKIP MALANG Widodo, HS. 1992. Majalah Dinding sebagai Pembinaan Kreativitas Siswa. Makalah disajikan dalam Diklat Pembuatan Majalah Dinsing bagi Para Guru di SD di

  Kecamatan Sumbefmanjing Wetan Kabupaten Malang. Malang : LPM IKIP MALANG

  Majalah dinding sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis dan budaya baca siswa : : Drs.