SOSIAL MEDIA SEBAGAI ALAT STRATEGIS DISEMINASI INFORMASI PRODUK INDUSTRI KREATIF PADA KOTA-KOTA KREATIF NUSANTARA Iwan Hermawan 1) , VS Tripriyo PS 2)
SOSIAL MEDIA SEBAGAI ALAT STRATEGIS DISEMINASI INFORMASI
PRODUK INDUSTRI KREATIF PADA KOTA-KOTA KREATIF NUSANTARA
1) 2)Iwan Hermawan , VS Tripriyo PS 1,2
Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Semarang, Jl Prof Sudarto SH Tembalang, Semarang, 50174 e-mail: iwanpolines@gmail.com
Abstract
Indonesian creative industry has missed more than twenty years with the advanced countries
such as US and Europe. On the other side of the creative economic paradigm that emphasizes
the importance of an idea, thought and discourse of ideas as the main driving capital creative
industry has not developed well in Indonesia. Indonesian creative industry road map has been
built since 2009. The development of creative industries in Indonesia requires acceleration
values. Acceleration idea was created by dividing and distributing knowledge as part of the
iteration of the idea of making new creative products and now there has been much research
done in the field of knowledge management of creative industries. The purpose of this
research is to develop a social media-based mobile media system khususnya Android OS
which encourage the dissemination of information of creative entrepreneurship and SMEs.
Social framework resulting media research in the form of (a) system call for support for the
dissemination of creative products, (b) systems to bridge the intermediation of knowledge
that encourages iteration idea always renewable, and (c) a system that encourages creative
cities new in Indonesia into the city's network creative world by UNESCO. Social media
portal developed with the prototype method named kabinawa which means beautiful or
gorgeous gallery of creative products from nusantara. Kabinawa which is a social media
portal devoted to creative SMEs in Indonesia. Kabinawa have a strategic value in supporting
roadmap creative industries, particularly in the areas of information dissemination of creative
knowledge management.Keywords: social media, iterating of ideas, creative industries, intermediary knowledge
Abstrak
Industri kreatif Indonesia telah ketinggalan lebih dari duapuluh tahun dengan negara maju
seperti Amarika, Eropa. Pada sisi lain dari paradigma ekonomi kreatif yang menekankan
pentingnya suatu gagasan, pemikiran dan wacana ide sebagai kapital utama penggerak
industri kreatif belum terbangun dengan baik di Indonesia. Peta jalan industri kreatif
Indonesia telah terbangun sejak tahun 2009. Pembangunan industri kreatif di Indonesia
membutuhkan nilai akselerasi. Akselerasi ide diciptakan dengan membagi dan
mendistribusikan pengetahuan sebagai bagian dari iterasi ide membuat produk kreatif baru
dan saat ini belum banyak dilakukan penelitian dalam bidang menajemen pengetahuan
industri kreatif. Tujuan penelitan ini adalah mengembangkan sosial media berbasis mobile
media system (Android OS) yang mendorong diseminasi informasi kreatif wirausaha dan
UKM. Kerangka kerja sosial media yang dihasilkan penelitian berupa (a) sistem yang
medukung diseminasi produk kreatif, (b) sistem menjembatani intermediasi pengetahuan
yang mendorong iterasi ide yang selalu terbarukan, serta (c) sistem yang mendorong
terciptanya kota kreatif baru di Indonesia kedalam dalam jaringan kota kreatif dunia oleh
UNESCO. Portal social media yang dikembangan dengan metode prototipe yang diberi nama
kabinawa yang berarti elok atau galleri produk kreatif yang elok dari nusantara. Kabinawa
yang merupakan portal sosial media yang dikhususkan untuk UKM kreatif di Indonesia.
Kabinawa memiliki nilai strategis dalam mendukung peta jalan industri kreatif yang ada,
khususnya dalam bidang diseminasi informasi manajemen pengetahuan kreatif.Kata Kunci: sosial media, iterasi ide, industri kreatif, intermediasi pengetahuan
PENDAHULUAN
Sosial media memiliki pergeseran fungsi dari media hiburan semata, kini berkembang menjadi bagian stratgeis dari domain e-business, konsep interaksi diantara user pada jaringan media sosial yang selama ini hanya sebagai alat mengaktualkan diri dalam kapasitasnya sebagai alat hiburan semata, telah berkembang menjadi alat informasi yang mengajarkan pengetahuan baru bagi masyarakat. Sejalan dengan konsep information engineering (James Martin, 1989), maka pada sosial media netwoking akan mampu mendorong aliran informasi yang membangun ensiklopedia pengetahuan dalam masayarat yang dibutuhkan pada saat ini maupu akan datang. Pola hubungan sosial seperti ini pada konsep virtual digarap sebagai objek pemasaran cyaber sebagai bagian virtual value chain. Pemasaran melalui media sosial merupaka trend pemasaran yang modern yang efektif (Dutta, 2010). Sehingga sosial media saat ini juga dapat difungsikan untuk melakukan aktualisasi produk, terlebih dalam dalam dinamika ekonomi keatif atu disebut juga ekonomi pengetahuan. Paradigma ekonomi kreatif, merupakan paradigma dari jaman ekonomi ke empat dunia, dari fase-fase paradigma bisnis sebelumnya yang telah terbentuk, yaitu: fase ekonomi pertanian, fase ekonomi industri, fase ekonomi digital. Fase ekonomi keempat ini yang disebut ekonomi kreatif. Ekonomi keatif ditopang oleh industri kreatif yang secara dominan adalah industri mikro UKM. Dalam konsep ekonomi keatif persaingan dan pertempuran atas produk di pasar tidak lagi secara dominan ditentukan oleh harga dan kualitas seperti pada jama ekonomi sebelumnya (Simatupang Tagor, 2011), pada paradigma ekonomi keatif, arah pertempuran pasar bergeser menjadi area inovasi dan kreatifitas, dimana siapa yang mampu menciptakan produk inovatif, maka akan menguasai pasar, sehingga dalam era ekonomi kreatif ide dan gagasan adalah kapital yang lebih berharga daripada uang. Pada konsep ekonomi ini gagasan dan ide yang baru dan selalu terbarukan dari pelaku wirausaha dalam industri adalah multak dibutuhkan untuk memenangkan persaingan dalam industri kreatif, dalam penelitian yang dilakukan dibeberapa kota kreatif di Jawa dan Bali tersebut merumuskan tiga faktor utama penting dalam inustri yang berkaitan dengan tujuan penelitian dalam pengembangan kerangka kerja sosial media kreatif. Ketiga aspek tersebut, yaitu: (a) manajemen internal dan resiko, (b) kemandirian desain tanpa plagiasi serta (c) daya beda unik atas produk (Iwan Hermawan dan Tripriyo, 2014).
Dalam penelitian sebelumnya fakta dilapangan pada industri mikro kreatif indonesia mempunyai peroblema inovasi produk baru, sehinga seringkali produk jenus di pasar setelah mengalami booming, karena pelaku wirusaha kreatif tidak melakukan redesain produk setelah sekian lama produk kreaif mencapai siklus puncak dari daur hidup produknya. Wirausaha memiliki keterbatasan pengalaman melihat, keterbatasan ensiklopedia pengetahuan, keterbatasan menciptakan sinergi dengan produk lain, yang bermuara pada kesenjangan gagasan dan ide untuk diversifikasi horizontal redesain produk baru ketika siklus hidup produk kreatif mereka pada telah berada pada posisi
decline
. Kebutuhan model sosial media berbasis recommender user preference diperlukan untuk menciptakan ensiklopedia input pengetahuan segar yang menginspirasi pada pelaku industri kreatif untuk menciptakan produk baru. Sistem ini berkonsep dari user untuk user.
Gambar1: IDEF-0, Intermediasi Pengetahuan Sosial Media Kreatif
Sejalan dengan kebutuhkan gagasa dan ide yang harus selalu terbarukan dari pelaku industri kreatif tersebut, ada nilai tambah digunkanya jaringan media sosial sebagai media intermediasi pengetahuan (gambar1), dimana komunitas kreatif sebagai subjek menyebarkan pengetahuan (knowledge distributuion) dan membagi pengetahuan (knowledge sharing) dan mengambil pengetahuan (get the knowledge). Konsep ini akan menciptakan akselerasi pengetahuan dalam industri. Pada sisi lain dalam penelitian mengenai lifestyle dari pelaku wirusaha keratif nasional dibeberapa kota seperti
Denpasar, Jogjakarta, dan Surakarta, sebagian besar responden pelaku wiausaha dan pelakuk industri kreatif telah memiliki telepon pintar (76,8%) dari dari responden yang memiliki telepon pintar tersebut 70,1% telah berlanganan internet (Iwan Hermawan et all, 2014), fakta deskripsi tersebut menujukkan bahwa pelaku wirusaha industri kreatif nasional tidak awam menggunakan internat dan telah siap menerima sistem pengetahuan kreatif berbasis teknologi internet seperti sosial media. Sistem sosial media disamping sebagai alat diseminasi produk UKM kreatif yang bersifat aktualisasi diseminasi produk baru pada masyarakat, sosial media industry kreatif harus memliki fungsi lainya, yaitu memberikan dukungan pada terbentuknya kota kreatif baru nasional setalah Kota Pekalongan dalam jaringan kota kreatif dunia yang konten indikator masyarakat, budaya, regulasi regional, dan serapan teknologi kota yang digunakan akan merujuk pada kerangka kerja UNESCO.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan metodologi prototipe. Prototipe atau juga sering disebut siklus hidup (life cycle using prototyping), adalah sebuah model metode mendasarkan atas pengumpulan informasi awal, eksekusi kode dan desain yang mana melibatkan umpan balik pengguna didalamnya. Tujuan model prototipe yang menekankan perbaikan model setelah umpan balik akan memberikan keterjaminan model menjadi sistem yang proven (Carol dan Doake, 2001). Subyek sekaligus objek sosial media dalam penelitian ini adalah masyarkat pelaku indusri kreatif, dengan objek sampel geografis Kota Pekalongan untuk memberikan umpan balik pada system yang sedang dibangun. Model prototipe akan memberikan informasi kepada klien pelaku industri kreatif, mengenai apa yang akan dilakukan oleh sistem sosial media industri kreatif yang dikembangkan. Metodologi penelitian sejalan dengan metode pengembangan sistem prototipe, merujuk pada gambar-2.
Gambar 2: Metodologi Prototipe pada Sosial Media Networking Kreatif
Langkah kerja: (1) melakukan studi pengumpulan informasi berkaitan dengan kesipan pelaku industri berupa gaya hidup teknologi serti kepemilikan gatget, kemudahan akses informasi dan internet, menngali studi platform teknologi, membuat portofolio layer aplikasi berupa fitur stategis, operasional kunci maupun fitur dukungan merujk pada desain staregic planning for information system (Ward dan Peppard, 2003); (2) menetapkan platform sosial media; (3) melakukan desain dan perancangan untuk membangun protitipe sosial media sejalan dengan rekomenasi pada langkah sebelumnya; (4) melakukan evaluasi dengan merilis luaran produk dan mengujinya pada objek sistem sosial media yaitu pelaku industri kreatif, masukan dalam lini bisnis, lini aplikasi dan lini infrastuktur akan menciptakan rekomendasi perbaikan pada langkah selanjutnya; (5) Perbaikan layanan yang sejalan dengan kebutuhan lini bisnis dan teknologi dalam industri kreatif; (6) menciptakan produk penelitian berupa sosial media industri kreatif yang mampu menjembatani kebutuhan diseminasi produk, sosial media akan menjadi intermediasi pengetahuan sosial bagi terbentuknya akselerasi dalam industri kreatif nasional, serta sosial media kreatif memiliki fungsi pelengkap dalam medukung iklim industri kreatif yang mendorong terbentuknya kota kreatif baru (the world creative cities
networking
) di Indonesia setelah Kota Pekalongan, dengan merujuk indikator krangka kerja teknologi Unesco.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berangkat dari studi awal mengenai gaya hipup, akses teknologi, pegembangan konten budaya, kemandirian desain kreatif, yang memberikan indikator deskripsi dari kesiapan pelaku wirusaha Indonesia pada beberapa kota kreatif yang ditetapkan oleh pemerintah menujukan fakta, bahawa pelaku industri kreatif telah memliki gaya hidup yang user- frienly dengan teknologi mobile media, namun perangkat tersebut belum digunakan secara maksimal oleh pelaku industri untuk menyelesaikan probem berkaitan dengan keterbatasan gagasan dan ide kreatif, yang mengakibatkan kondisi produk kreatif pada pasar relatif stagnan dan tidak berkembang. Teruobisan sosial media yang dikembangkan ini merukuk pada kelima tahapan metode prototype. Pada langkah studi awal pengumpulan informasi yang merupakan bagian dari model protitipe telah dirumuskan portofolios planning menjadi staregis evolution, potensial tinggi, operasional kunci dan aplikasi pendukung (Ward dan Peppard, 2003) yang disekripsikan pada tabel1. Fitur-fitur yang didefinisikan tersebut selanjutnya diterapkan pada model sosial media dengan nama domain kabinawa.com (gambar 3).
Kabinawa diserap dari kata jawa kono berupa kabhinawa berarti elok dan indah yang berafiliasi dengan kata kreatif, yang mana model sosial media ini akan menampikan keindahan kreatifitas dari produk-produk nusantara yang merujuk pada kemandirian desain. Platform Sosial media yang dikembangkan menggunakan dikembangkan dengan patform bahasa PHP dan database MySQL, dengan layanan cloud. Pada studi ini digunakan adalah dasar krangka kerja dari Oxwall FOSS yang dimodifikasi untuk mencapai tujuan penelitian.
Gambar3: Kabinawa.com, model sosial media industri kreatif Wirausaha keatif, UKM dan masyrakat adalah subjek dan ojek sistem sosial media industri kreatif yang merupakan user. User dalam sistem sosial media kabinawa.com yang merupakan pelaku industi kreatif, dalam sistem disebut dengan “kreatifer”. User kreatifer pada sistem akan mengisikan input data filed yang berupa: nama toko, lokasi kota, bidang dan informasi lainnya yang relevan merujuk 14 sektor industri kreatif versi pemerintah. Ketertarikan User pada area industri kreatif tersebut menjadi preferensi bagimana informasi pengetahuan yang relevan dengan produk kreatifnya akan diberikan pada akun keatifer. Pengambilan pola karakter dan prilaku menelusuri informasi pada sistem sosial media dari user lain yang identik akan dijadikan refenensi rekomendasi (recommender system) pada kreatifer yang bersangkutan. Pada kapasitas sosial media ini memberikan dukungan kota keatif, konsep brand sosial media yang diterapkan adalah dengan konsep battle mengsung tema “kota kreatif bulan ini”. Kota kreatif bulan ini akan menjadi fitur strategis sosial media dalam rangka memeberikan daya dukung keatifitas masyarakat dan munculnya kota batu di Indonesia yang masuk dalam jaringan kota UNESCO.
Gambar4: Tampilan Halaman Gallery Produk Kabinawa.com
Model battle user kreatifer antar kota diterapkan untuk mendorong terciptanya produk kreatif yang memiliki keungulan kompetitif, dimana kota dengan variabel frekuensi user mengungah produk meraka dan yang berimbang secara hibrid dengan capaian apresiasi vote rate akan secara otomatis dinobatkan oleh sistem menjadi kota kreatif bulan ini.
Durasi perhitungan produk, user dan kota kreatif dan kreatifer dikalkulasi dalam periode bulan. Sistem akan mengatur ulang fitur kota kreatif bulan ini pada setiap tanggal 1 di awal bulan. Konsep brand sosial media yang diusung adalah: “Aktualkan produk kreatifmu, Warnai Kotamu!”. Kajian portofolio fitur dalam sosial media dijelaskan dalam table 1 dan tabel 2 berikut.
Operasioal Kunci Teleconference User Kreatif
Tabel 2: Portofolio Modul Utama Sistem Sosial Media Fitur Deskripsi Portofolio Rekommender sistem mobile media Sistem sosial media akan memberikan informasi menenai sebuah produk, user dan profil dengan mengunakan preferensei user, algoritma yang dikembangkan dalam recommender system adalah component principal analysis (CPA).
Selain fitur dasar yang dikembangkan dalam kajian sosial media indutri kreatif, dikembangkan beberapa modul yang berfungsi menciptakan kinerja intermediasi pengetahuan pada pelaku industri kreatif, fitur ini dikembangkan mel;alui obeservasi pada tahapan 4 (gambar-2) dari pemenuhan metode pengembangan sistem prototipe.
Strategis
Pendukung Android- Google Playstore Fasilitas mobil media Android sistem ini dikembangkan untuk user agar mampu mengakses layanan sosial media menggunakan ponsel.
Stategis Kado Jempol Kreatif User dapat mengirimkan kado jempol kreatif, dimana akumulasi fasilitas ini untuk memberikan apresiasi pada user kreatif bulan ini.
Pendukug Ratingkan! User dapat memberikan rating aprsiasi pada produk kreatif yang diunah oleh user lainnya dalam Sosial media, hal ini untuk mendapatkan profil rekap produk kreatif terbaik bulan ini.
Fasilitas conference diskusi berbasis audio-video, pada kasus
penelitian ini menggunakan platform layanan pihak ketiga.
Pendukung
Email Layanan komunikasi user dalam komunitas Pendukung
Diskusi Online Layanan ngobrol dalam kluster komunitas kreatif dan komunitas sosial media secara luas.Tabel 1: Portofolio Fitur Soial Media Fitur Deskripsi Portofolio Kluster Komunitas Kreatif
Parade Video Kreatif User dapat memberikan informasi visual kreatif prouk, proses, manual cara pakai produk, maupun embade yang menginspirasi pelaku industri kreatif lainnya.
Strategis Produk Kreatifku User dapat mengungah produk-produk kreatifnya, memasukkan informasi berkaitan dengan produk Strategis
Strategis Artikel Kreatif User dapat menciptakan artikel kreatif, measukkan gambar dan labal kunci yang dapat ditelusuri denga layanan internal dan eksternal.
Strategis Coret-coret Dinding Kreatif Memberikan otorisasi pada user untuk mengaktualkan coretan kreatif mereka pada dinding kreatif komunitas, dimana user lainnya dapat mengambil pengetahuan dan memberikan komentar atau opininya.
14 sektor industri kreatif Indonesia yang ditetapkan pemerintah (Disperindag, 2009).
Strategis Galeri Kreatif Nusantara Menampilkan parade produk kreatif nusantara, dengan merujuk pada
Fitur layanan ini digunakan User untuk membuat komunitas baru, otoritas untuk membuat kluster komunitas diberikan pada dewan moderator sosial media.
Stategis
Modul anti- Sistem peringatan dini dan aleret yang dikebangkan dengan bingkai Stategis
plagiasi produk warna, dimana produk kreatif pionir market leader akan dinilai dewan kreatif moderator dan dibingkai dengan warna biru dan menjadi produk premium, sedangkan 10 produk kreatif market follower, setalah pionir mucul dibingkai dengan warna hijau dan apabila produk tersebut sudah market generic dibingkai dengan warna merah.Forum jual beli Fitur ini kembangan dari informasi awal yang dimasukkan user ke Operasioal
online. sistem, termasuk toko online kreatif yang merujuk pada fitur produk Kunci
kreatifku. Layanan pasar, informasi harga, diskon dan cara bayar dikembangan dalam forum pasar kreatif online.Kota Kreatif Merupakan rekap kota kreatif dari took asal user, fekuensi user Stategis
Bulan ini menggungah dan bobot rate akan menjadi indikator kota kreatif bulan ini.SIMPULAN
Konsep industri kreatif yang berpijak pada paradigma ekonomi pengetahuan membutuhkan konsep intermediasi untuk berbagi dan menyebarkan pengetahuan pada user lainnya dalam komunitas industri kreatif adalah stategis, diamana pada pradigma fase ekonomi nilai produk tidak lagi ditentukan pada harga dan kualitas, namun bergeser pada nilai inovasi dan daya beda. Pergerseran sosial media dari domain hiburan menjadi domain bisnis menjadikan alat komunikasi jaringan ini perlu dikembangkan menjadi sosial media pengetahuan masyarakat. Kerangka kerja sosial media pengetahuan industri kreatif akan mendorong tidak hanya terciptanya intermediasi pengetahuan dalam komunitas, namun juga memastikan konsep kemandirian desain, anti plagiasi produk serta sosial media kreatif akan menjadi pemicu tumbuhnya kota kreatif baru di Indonesia selain Pekalongan untuk masuk dalam jaringan kota kreatif dunia UNESCO.
Ucapan Terima Kasih
Kepada Direktorat P3M Kementrian Ristek-DIKTI selaku pengelola program Penelitian Hibah Bersaing, Direktur Politeknik Negeri Semarang, UP3M Politeknik Negeri Semarang, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA Britton, Carol; Jill Doake (2001). Object-Oriented Systems Development. McGraw-Hill.
hlm. 28–29, 269. ISBN 0-07-709544-8. DCMS (2001), Creative Industries Mapping Document 2001. 2ed, London, UK:
Department of Culture, Media and Sport, retrieved 2007-05-26
_____. Disperindag (2009). Pengembangan Industri Kreatif menuju Visi Ekonomi Kreatif
2025 : Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif, Kelompok Kerja Indonesia
. Design Power. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. _____. Disperindag 2009. Rencana Kerja Pengebangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2009-2015
. Departemen Perdagangan Republik Indonesia Dutta, Soumitra (2010). “What’s Your Personal Sosial Media Strategy?” .Harvard
Business Review, November. Harvard business school publishing corporation. All rights reserved Iwan Hermawan, VS Tripriyo PS, Suharnomo, Samuel Beta (2014). Knowledge
Management Capability Rooted in Information Technology and Cultural Heritage Environment Synergy to Develp National Creative Industry Competitiveness
. Proceeding Internation Confreence. ISSN: 2355-3456
Iwan Hermawan, VS Tripriyo PS (2014), Membangun Kinerja usaha melalui Faktor
Pembentuk Kapabilitas Pelaku Wirusaha Industri Kreatif Nasional (Studi Kasus pada Kota Denpasar, Surakarta dan Jogjakarta).
Prosiding Festifal Riset Ekonomi Bisnis. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW. ISBN: 978-979-3775-55-5
James Martin (1989), Information Engineering,BookI: Introduction, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. Simatupang, Togar M. (2008). ”Perkembangan Industri Kreatif”, Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Ward Jhon, Peppard Joe (2003) Strategic Planning for Information System. Third Edition.
Jhon Wiley & Son Ltd.