SESI 2 Pukul 09.45: Pembentukan Kepengurus Komite Standar IFCC
BEBERAPA CATATAN PENTING
ACARA :
TANGGAL
PUKUL :
TEMPAT :
RAPAT KOMITE STANDAR IFCC (KE-1)
:
10 JULI 2012
09.00 - SELESAI
R. GALUH, HOTEL SALAK THE HERITAGE, BOGOR
Jumlah peserta yang melakukan registrasi sebanyak 29 (dua puluh sembilan) orang
yang berasal dari: (1) Unit Manajemen Hutan; (2) Industri Kehutanan; (3) Asosiasiasosiasi pengusaha bidang kehutanan; (4) Pemerintahan; (5) Serikat pekerja
kehutanan; (6) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); (7) Akademisi; dan (8)
Masyarakat/individu.
SESI 1 Pukul 09.30: Pembukaan
Ketua Umum IFCC, Dr. Ir. H. Dradjad H. Wibowo, M.Ec. menjadi keynote speaker
pada acara “Rapat Komite Standar IFCC”. Ketua umum menjelaskan bahwa Rapat
Komite Standar IFCC merupakan bagian dari proses pengembangan standar yang
harus dilakukan dalam forum terbuka, transparan, multistakeholder, dan berbasis
pada konsensus dalam pengambilan keputusannya. Namun tetap karena kita
berada di Indonesia maka semuanya harus sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Pada tahapan pertemuan komite ini, anggota komite akan mendiskusikan isi dari
standar yang akan dikembangkan. IFCC mempunyai anggota komite standar 38
orang dengan keterwakilan stakeholder yang seimbang (berasal dari 9 elemen
masyarakat diantaranya swasta, pemerintahan dan NGO) untuk membangun
konsensus.
Terkait dengan proses pendaftaran IFCC ke PEFC (Program for The Endorsement of
Forest Certification), saat ini aplikasi keanggotaan IFCC di PEFC sudah disetujui oleh
Board PEFC, dan akan difinalisasi pada “PEFC Council General Assembly and
Surrounding Events" Bulan November 2012.
Ketua umum IFCC mempersilakan Ibu Dr. Nur Masrifatin (Kepala Pusat Standardisasi
dan Lingkungan, Kementerian Kehutanan RI), Wakil dari Pemerintah untuk
memberikan sambutannya. Ibu Dr. Nur Masrifatin menyampaikan bahwa dalam
merumuskan standar di bidang kehutanan berada di bawah guidance dari BSN. Ada
1
pesan dari BSN melalui Pustanling bahwa semua inisiatif yang ada di luar
mekanisme BSN disambut baik, tetapi yang perlu dijaga bahwa konsistensi dengan
semua inisiatif yang ada menjadi sangat penting. Hal tersebut juga sekaligus
menjadi himbauan, juga merupakan salah satu alasan kenapa Pustanling sebagai
wakil dari pemerintah bersedia berada di dalamnya.
“Rapat Komite Standar IFCC” secara resmi dibuka oleh Ketua Umum dengan
mengucapkan Basmallah.
SESI 2 Pukul 09.45: Pembentukan Kepengurus Komite Standar IFCC
Pembentukan Kepengurusan Komite Standar IFCC difasilitasi oleh Ketua Umum IFCC.
Komposisi kepengurusan (misalnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan ketua bidang)
didiskusikan dan disepakati oleh anggota komite standar. Bapak Dradjad Wibowo
selaku Ketua Umum mengusulkan agar Ketua Komite berasal dari kalangan
Akademisi atau yang lainnya yang bukan bisnis dengan harapan akan lebih
independen.
Salah satu masukan dari anggota komite untuk calon ketua komite adalah calon
tersebut sebaiknya orang yang memiliki komitmen yang tinggi mengingat padatnya
jadwal penyusunan standar.
Terdapat beberapa nama yang diusulkan oleh peserta rapat: Bapak Didik Suhardjito,
Ibu Sera Noviany, Bapak Daru Asycarya, Ibu Cristine Wulandari.
Secara aklamasi disepakati Bapak Didik Suhardjito sebagai Ketua Komite dan Bapak
Daru Asycarya sebagai Sekretaris Komite Standar IFCC. Untuk pemilihan ketua
bidang diserahkan kepada Ketua dan Sekretaris terpilih.
SESI 3 Pukul 09.55: Pembentukan Kelompok Kerja
Sesi Pembentukan kelompok Kerja dipimpin oleh Bapak Didik Suhardjito dan Bapak
Daru Asycarya sebagai ketua dan Sekretaris Komite Standar IFCC, dan dimulai
dengan perkenalan seluruh peserta yang hadir.
Pembagian bidang-bidang yang diusulkan oleh pemrasaran sbb:
1. Dibagi 2 bidang, menjadi Prasyarat dan Pemungkin.
2. Dibagi menjadi 3 bidang: Produksi, Ekologi dan Sosial.
3. Dibagi 4 menjadi: Prasyarat, Produksi, Ekologi dan Sosial.
Masukan dari peserta rapat terkait pembagian bidang adalah sbb:
1. Dibagi berdasarkan 3 pilar SFM: Produksi, Ekologi dan Sosial ditambah
pengembangan kelembagaan.
2. Dibagi menjadi 4 bidang: Produksi, Ekologi dan Sosial ditambah dengan bidang
CoC/Lacak Balak.
3. Dibagi menjadi 2 bidang: (1) kelembagaan dan (2) Pengembangan system yang
di dalamnya dipecah kembali menjadi tim kecil.
2
Pembagian bidang disepakati menjadi 3 bidang yaitu (1) Produksi, (2) Sosial dan (3)
Ekologi. Bidang CoC yang diusulkan untuk dibahas secara spesifik akan menjadi
bagian yang akan dibahas di dalam bidang produksi. Sedangkan kelembagaan akan
dibahas bersama sebagai prosedur. Mengacu kepada PD 1001 butir 4.6 tentang
satuan tugas, jika nanti dirasakan ada kebutuhan maka akan dibuat gugus tugas.
3
SESI 4 Pukul 11.23: Pemaparan Kerangka Standar Sistem Sertifikasi IFCC
Nara sumber pada sesi Pemaparan Kerangka Standar Sistem Sertifikasi IFCC adalah
Bapak Daru Asycarya, Bapak Dones Rinaldi, Bapak Rudi Setyawan, dan Bapa Wahyu
Riva. Pemaparan draft kerangka standar dilakukan oleh Bapak Daru Asycarya.
Isi paparan antara lain tentang:
1. Terdapat beberapa tipe standar:
− Product Quality-based Standard, contoh: JAS, IHPA, CARB
− Quality management-based Standard , contoh: ISO 9000, ISO 14000
− Performance-based Standard: LEI
− Performance and Quality management -based Standard : FSC, PEFC, Standard
Mandatory Dephut
2. Pengembang standar sertifikasi PHPL yang ada di Indonesia:
− Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI)
− Forest Stewardship Council (FSC)
− Program for the Endorsement of Forest Certification (PEFC)
− Standard wajib Dephut (P.68/2011 dan P.08/2011)
3. Tujuan penyusunan Kerangka Standard Pengelolaan Hutan Lestari oleh IFCC ini
adalah untuk menyediakan landasan bagi pengembangan standard pengelolaan
hutan lestari yang akan dikembangkan dan ditetapkan oleh IFCC.
4. Penyusunan standar IFCC ini melalui beberapa tahapan yaitu:
− Tahap Persiapan
− Pembahasan standar oleh Komite Standar
− Stakeholder Consultation
− Ujicoba standar
− Adopsi Standar
− Publikasi standar
5. Pengkodean dokumen berdasarkan
Tahapan: Rancangan kegiatan
Persiapan
Komite
Pertanyaan
Persetujuan
Publikasi
proses:
PP
WD
CD
ED
FD
IFCC ST
6. Pengembangan Logical Framework Standar PHPL IFCC:
− Mengadopsi prinsip Tahapan Manajemen dan Continous Improvement: Plan,
Do, Check, Act
− Adaptasi existing standards: LEI, FSC, Mandatori Dephut, ITTO
− Adaptasi Adi Praktis (Best Practices) dan local values
4
7. Semua indikator harus memenuhi kriteria SMART (Simple, Measurable / terukur,
Attainable, Reliable / mudah dimengerti, Time bound / harus dibatasi oleh
waktu). Beberapa kelompok indikator: Indikator input, Indikator output, Indikator
proses, Indikator capaian, Indikator dampak.
8. Struktur standar IFCC, mengadopsi prinsip-prinsip kelestarian yang telah
disepakati secara internasional. Dalam draft pertama terdapat 55 indikator.
Pada sesi ini dilakukan diskusi umum terkait pembahasan Kerangka Standar.
Beberapa masukan dari peserta diskusi terkait pemaparan:
− Di dalam draft masih banyak indikator yang dimasukkan kriteria.
− Yang membedakan hutan alam dan hutan tanaman hanya ekologi.
Selanjutnya disepakati dilakukan diskusi kelompok, pembahasan per bidang:
Enabling Conditions, Produksi, Ekologi, dan Sosial. Hasil dari diskusi umum dan
diskusi kelompok didiskusikan kembali untuk dibuat suatu konsensus yang
menyepakati standar sebagai CD (Commitee Draft).
ISTIRAHAT Pukul 13.30
SESI 5 Pukul 14.00: Diskusi kelompok
Seluruh peserta dibagi ke dalam 3 kelompok (kelompok produksi, kelompok ekologi,
dan kelompok sosial) yang difasilitasi oleh tim kecil pengembangan sistem.
Kelompok produksi difasilitasi oleh Bapak Rudi Setyawan.
Kelompok ekologi
difasilitasi oleh Bapak Dones Rinaldi, sedangkan kelompok sosial difasilitasi oleh
Bapak Wahyu Riva. Tujuan dari diskusi masing-masing kelompok ini adalah untuk
menghimpun masukan atas Draft Kerangka Standar IFCC.
Hasil diskusi dari masing-masing kelompok terlampir pada Notulen diskusi
kelompok.
SESI 6 Pukul 18.30: Penyampaian Hasil Diskusi Kelompok
Rapat pleno penyampaian hasil diskusi kelompok dipimpin oleh Ketua Komite
Standar, Dr. Didik Suhardjito.
Hal-hal yang dibahas dalam diskusi kelompok produksi antara lain:
a. Diskusi kelompok produksi baru sebatas me- review draft yang sudah ada, belum
menambahkan.
b. Dilakukan revisi pada kriteria 1 s.d. 4 beserta 24 indikator yang termasuk dalam
Prinsip 3 : Kelestarian Fungsi Produksi sebagaimana terlampir dalam notulen
diskusi kelompok produksi.
c. Dibahas juga permasalahan apakah standar yang dibangun akan sampai kepada
verifier, atau hanya sampai dengan kriteria dan indikator. Jika tidak sampai
dengan verifier maka akan multi-interpretasi, namun jika sampai dengan verifier
dikhawatirkan standar yang disusun akan terlalu “kaku”. Kelompok produksi
5
sepakat rumusannya sampai ke verifier namun arahnya hanya justifikasi, tidak
perlu sampai dengan skala intensitas (tapi jangan juga terlalu longgar).
Kesimpulan dari hasil diskusi kelompok ekologi antara lain:
− Kriteria 1 sebagai prasayarat
− Kriteria 2 : perubahan (dengan 7 indikators),
− PDCA perlu direfleksikan
− Perlu pendefinisian tingkat criteria dan indikator
− Kemungkinan untuk dipertimbangkan mengadaptasi PEFC (menggunakan PEFC
dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia).
− Dipertimbangkan untuk memasukkan implementasi siaga tanggap darurat
(kebakaran hutan) sebagai bagian perlindungan hutan
Begitupun dengan kelompok sosial, dilakukan revisi pada Draft Kerangka Standar
Pengelolahan Hutan Lestari – Prinsip 3 : Kelestarian Fungsi Sosial. Masukan yang
krusial dr kelompok sosial antara lain terdapat usulan penambahan kriteria terkait
pada PEFC ST 1003 :2010 untuk point 5.6.14 yaitu:
Kriteria 5
:
Dukungan kegiatan research
Indikator : UM harus berkontribusi terhadap perkembangan kegiatan research
untuk mendukung pengelolaan hutan secara lestari.
Pengertian :
Dalam pengelolaan hutan antara lain didasarkan pada
dukungan-dukungan kegiatan research. Kegiatan research yang
dilakukan UM bisa dilakukan mandiri atau bekerja sama dengan
lembaga lain.
PENUTUPAN Pukul 20.30
6
“Written and posted by Teni Marfiani ( IFCC’s Scheme Development Officer)”
7
ACARA :
TANGGAL
PUKUL :
TEMPAT :
RAPAT KOMITE STANDAR IFCC (KE-1)
:
10 JULI 2012
09.00 - SELESAI
R. GALUH, HOTEL SALAK THE HERITAGE, BOGOR
Jumlah peserta yang melakukan registrasi sebanyak 29 (dua puluh sembilan) orang
yang berasal dari: (1) Unit Manajemen Hutan; (2) Industri Kehutanan; (3) Asosiasiasosiasi pengusaha bidang kehutanan; (4) Pemerintahan; (5) Serikat pekerja
kehutanan; (6) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); (7) Akademisi; dan (8)
Masyarakat/individu.
SESI 1 Pukul 09.30: Pembukaan
Ketua Umum IFCC, Dr. Ir. H. Dradjad H. Wibowo, M.Ec. menjadi keynote speaker
pada acara “Rapat Komite Standar IFCC”. Ketua umum menjelaskan bahwa Rapat
Komite Standar IFCC merupakan bagian dari proses pengembangan standar yang
harus dilakukan dalam forum terbuka, transparan, multistakeholder, dan berbasis
pada konsensus dalam pengambilan keputusannya. Namun tetap karena kita
berada di Indonesia maka semuanya harus sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Pada tahapan pertemuan komite ini, anggota komite akan mendiskusikan isi dari
standar yang akan dikembangkan. IFCC mempunyai anggota komite standar 38
orang dengan keterwakilan stakeholder yang seimbang (berasal dari 9 elemen
masyarakat diantaranya swasta, pemerintahan dan NGO) untuk membangun
konsensus.
Terkait dengan proses pendaftaran IFCC ke PEFC (Program for The Endorsement of
Forest Certification), saat ini aplikasi keanggotaan IFCC di PEFC sudah disetujui oleh
Board PEFC, dan akan difinalisasi pada “PEFC Council General Assembly and
Surrounding Events" Bulan November 2012.
Ketua umum IFCC mempersilakan Ibu Dr. Nur Masrifatin (Kepala Pusat Standardisasi
dan Lingkungan, Kementerian Kehutanan RI), Wakil dari Pemerintah untuk
memberikan sambutannya. Ibu Dr. Nur Masrifatin menyampaikan bahwa dalam
merumuskan standar di bidang kehutanan berada di bawah guidance dari BSN. Ada
1
pesan dari BSN melalui Pustanling bahwa semua inisiatif yang ada di luar
mekanisme BSN disambut baik, tetapi yang perlu dijaga bahwa konsistensi dengan
semua inisiatif yang ada menjadi sangat penting. Hal tersebut juga sekaligus
menjadi himbauan, juga merupakan salah satu alasan kenapa Pustanling sebagai
wakil dari pemerintah bersedia berada di dalamnya.
“Rapat Komite Standar IFCC” secara resmi dibuka oleh Ketua Umum dengan
mengucapkan Basmallah.
SESI 2 Pukul 09.45: Pembentukan Kepengurus Komite Standar IFCC
Pembentukan Kepengurusan Komite Standar IFCC difasilitasi oleh Ketua Umum IFCC.
Komposisi kepengurusan (misalnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan ketua bidang)
didiskusikan dan disepakati oleh anggota komite standar. Bapak Dradjad Wibowo
selaku Ketua Umum mengusulkan agar Ketua Komite berasal dari kalangan
Akademisi atau yang lainnya yang bukan bisnis dengan harapan akan lebih
independen.
Salah satu masukan dari anggota komite untuk calon ketua komite adalah calon
tersebut sebaiknya orang yang memiliki komitmen yang tinggi mengingat padatnya
jadwal penyusunan standar.
Terdapat beberapa nama yang diusulkan oleh peserta rapat: Bapak Didik Suhardjito,
Ibu Sera Noviany, Bapak Daru Asycarya, Ibu Cristine Wulandari.
Secara aklamasi disepakati Bapak Didik Suhardjito sebagai Ketua Komite dan Bapak
Daru Asycarya sebagai Sekretaris Komite Standar IFCC. Untuk pemilihan ketua
bidang diserahkan kepada Ketua dan Sekretaris terpilih.
SESI 3 Pukul 09.55: Pembentukan Kelompok Kerja
Sesi Pembentukan kelompok Kerja dipimpin oleh Bapak Didik Suhardjito dan Bapak
Daru Asycarya sebagai ketua dan Sekretaris Komite Standar IFCC, dan dimulai
dengan perkenalan seluruh peserta yang hadir.
Pembagian bidang-bidang yang diusulkan oleh pemrasaran sbb:
1. Dibagi 2 bidang, menjadi Prasyarat dan Pemungkin.
2. Dibagi menjadi 3 bidang: Produksi, Ekologi dan Sosial.
3. Dibagi 4 menjadi: Prasyarat, Produksi, Ekologi dan Sosial.
Masukan dari peserta rapat terkait pembagian bidang adalah sbb:
1. Dibagi berdasarkan 3 pilar SFM: Produksi, Ekologi dan Sosial ditambah
pengembangan kelembagaan.
2. Dibagi menjadi 4 bidang: Produksi, Ekologi dan Sosial ditambah dengan bidang
CoC/Lacak Balak.
3. Dibagi menjadi 2 bidang: (1) kelembagaan dan (2) Pengembangan system yang
di dalamnya dipecah kembali menjadi tim kecil.
2
Pembagian bidang disepakati menjadi 3 bidang yaitu (1) Produksi, (2) Sosial dan (3)
Ekologi. Bidang CoC yang diusulkan untuk dibahas secara spesifik akan menjadi
bagian yang akan dibahas di dalam bidang produksi. Sedangkan kelembagaan akan
dibahas bersama sebagai prosedur. Mengacu kepada PD 1001 butir 4.6 tentang
satuan tugas, jika nanti dirasakan ada kebutuhan maka akan dibuat gugus tugas.
3
SESI 4 Pukul 11.23: Pemaparan Kerangka Standar Sistem Sertifikasi IFCC
Nara sumber pada sesi Pemaparan Kerangka Standar Sistem Sertifikasi IFCC adalah
Bapak Daru Asycarya, Bapak Dones Rinaldi, Bapak Rudi Setyawan, dan Bapa Wahyu
Riva. Pemaparan draft kerangka standar dilakukan oleh Bapak Daru Asycarya.
Isi paparan antara lain tentang:
1. Terdapat beberapa tipe standar:
− Product Quality-based Standard, contoh: JAS, IHPA, CARB
− Quality management-based Standard , contoh: ISO 9000, ISO 14000
− Performance-based Standard: LEI
− Performance and Quality management -based Standard : FSC, PEFC, Standard
Mandatory Dephut
2. Pengembang standar sertifikasi PHPL yang ada di Indonesia:
− Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI)
− Forest Stewardship Council (FSC)
− Program for the Endorsement of Forest Certification (PEFC)
− Standard wajib Dephut (P.68/2011 dan P.08/2011)
3. Tujuan penyusunan Kerangka Standard Pengelolaan Hutan Lestari oleh IFCC ini
adalah untuk menyediakan landasan bagi pengembangan standard pengelolaan
hutan lestari yang akan dikembangkan dan ditetapkan oleh IFCC.
4. Penyusunan standar IFCC ini melalui beberapa tahapan yaitu:
− Tahap Persiapan
− Pembahasan standar oleh Komite Standar
− Stakeholder Consultation
− Ujicoba standar
− Adopsi Standar
− Publikasi standar
5. Pengkodean dokumen berdasarkan
Tahapan: Rancangan kegiatan
Persiapan
Komite
Pertanyaan
Persetujuan
Publikasi
proses:
PP
WD
CD
ED
FD
IFCC ST
6. Pengembangan Logical Framework Standar PHPL IFCC:
− Mengadopsi prinsip Tahapan Manajemen dan Continous Improvement: Plan,
Do, Check, Act
− Adaptasi existing standards: LEI, FSC, Mandatori Dephut, ITTO
− Adaptasi Adi Praktis (Best Practices) dan local values
4
7. Semua indikator harus memenuhi kriteria SMART (Simple, Measurable / terukur,
Attainable, Reliable / mudah dimengerti, Time bound / harus dibatasi oleh
waktu). Beberapa kelompok indikator: Indikator input, Indikator output, Indikator
proses, Indikator capaian, Indikator dampak.
8. Struktur standar IFCC, mengadopsi prinsip-prinsip kelestarian yang telah
disepakati secara internasional. Dalam draft pertama terdapat 55 indikator.
Pada sesi ini dilakukan diskusi umum terkait pembahasan Kerangka Standar.
Beberapa masukan dari peserta diskusi terkait pemaparan:
− Di dalam draft masih banyak indikator yang dimasukkan kriteria.
− Yang membedakan hutan alam dan hutan tanaman hanya ekologi.
Selanjutnya disepakati dilakukan diskusi kelompok, pembahasan per bidang:
Enabling Conditions, Produksi, Ekologi, dan Sosial. Hasil dari diskusi umum dan
diskusi kelompok didiskusikan kembali untuk dibuat suatu konsensus yang
menyepakati standar sebagai CD (Commitee Draft).
ISTIRAHAT Pukul 13.30
SESI 5 Pukul 14.00: Diskusi kelompok
Seluruh peserta dibagi ke dalam 3 kelompok (kelompok produksi, kelompok ekologi,
dan kelompok sosial) yang difasilitasi oleh tim kecil pengembangan sistem.
Kelompok produksi difasilitasi oleh Bapak Rudi Setyawan.
Kelompok ekologi
difasilitasi oleh Bapak Dones Rinaldi, sedangkan kelompok sosial difasilitasi oleh
Bapak Wahyu Riva. Tujuan dari diskusi masing-masing kelompok ini adalah untuk
menghimpun masukan atas Draft Kerangka Standar IFCC.
Hasil diskusi dari masing-masing kelompok terlampir pada Notulen diskusi
kelompok.
SESI 6 Pukul 18.30: Penyampaian Hasil Diskusi Kelompok
Rapat pleno penyampaian hasil diskusi kelompok dipimpin oleh Ketua Komite
Standar, Dr. Didik Suhardjito.
Hal-hal yang dibahas dalam diskusi kelompok produksi antara lain:
a. Diskusi kelompok produksi baru sebatas me- review draft yang sudah ada, belum
menambahkan.
b. Dilakukan revisi pada kriteria 1 s.d. 4 beserta 24 indikator yang termasuk dalam
Prinsip 3 : Kelestarian Fungsi Produksi sebagaimana terlampir dalam notulen
diskusi kelompok produksi.
c. Dibahas juga permasalahan apakah standar yang dibangun akan sampai kepada
verifier, atau hanya sampai dengan kriteria dan indikator. Jika tidak sampai
dengan verifier maka akan multi-interpretasi, namun jika sampai dengan verifier
dikhawatirkan standar yang disusun akan terlalu “kaku”. Kelompok produksi
5
sepakat rumusannya sampai ke verifier namun arahnya hanya justifikasi, tidak
perlu sampai dengan skala intensitas (tapi jangan juga terlalu longgar).
Kesimpulan dari hasil diskusi kelompok ekologi antara lain:
− Kriteria 1 sebagai prasayarat
− Kriteria 2 : perubahan (dengan 7 indikators),
− PDCA perlu direfleksikan
− Perlu pendefinisian tingkat criteria dan indikator
− Kemungkinan untuk dipertimbangkan mengadaptasi PEFC (menggunakan PEFC
dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia).
− Dipertimbangkan untuk memasukkan implementasi siaga tanggap darurat
(kebakaran hutan) sebagai bagian perlindungan hutan
Begitupun dengan kelompok sosial, dilakukan revisi pada Draft Kerangka Standar
Pengelolahan Hutan Lestari – Prinsip 3 : Kelestarian Fungsi Sosial. Masukan yang
krusial dr kelompok sosial antara lain terdapat usulan penambahan kriteria terkait
pada PEFC ST 1003 :2010 untuk point 5.6.14 yaitu:
Kriteria 5
:
Dukungan kegiatan research
Indikator : UM harus berkontribusi terhadap perkembangan kegiatan research
untuk mendukung pengelolaan hutan secara lestari.
Pengertian :
Dalam pengelolaan hutan antara lain didasarkan pada
dukungan-dukungan kegiatan research. Kegiatan research yang
dilakukan UM bisa dilakukan mandiri atau bekerja sama dengan
lembaga lain.
PENUTUPAN Pukul 20.30
6
“Written and posted by Teni Marfiani ( IFCC’s Scheme Development Officer)”
7