Integrasi Karakter Kuat ke dalam Kurikul

Integrasi Unsur Pembangunan Karakter Bangsa dalam Buku Teks

Bahasa Inggris SMP dalam Perspektif Holistik 1

Mashadi Said Andi Faisal Bakti

Abstrak

Masalah krusial yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masalah moral. Misalnya, indeks korupsi Indonesia pada tahun 2010 masih berada pada peringkat 111 dari 180 negara dengan indeks 2.8 dari 10. Kondisi bangsa yang demikian parahnya ini ditengarai sebagai akibatnya lemahnya karakter bangsa. Makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana unsur pembangunan karakter bangsa dalam buku teks bahasa Inggris SMP dapat mendukung pendidikan karakter di Indonesia. Metode yang digunakan adalah indeksikalitas dan refleksivitas . Hasil analisis menunjukkan bahwa buku teks bahasa Inggris SMP yang diakui Badan Standar Nasional Pendidikan belum mengintegrasikan unsur pembangunan karakter. Oleh sebab itu, diperlukan prakarsa guru bahasa Inggris untuk mengambil tindakan proaktif guna mengintegrasikan nilai-nilai karakter dengan perspektif holistik.

Kata kunci: integrasi, buku teks, unsur pembangunan karakter, dan perspektif holistik

The crucial problem faced by Indonesia is moral crises. For example, Indonesian corruption index in 2010 still ranks 111 out of 180 countries with the indexes of 2.8 out of 10. Thus, the severity of the condition of the nation is suspected as a result of weak character of the nation. This paper aims to see how elements of character development of the nation in the English textbooks of Junior High School can support character education in Indonesia. The method used is indexicality and reflexivity. The analysis showed that the English textbooks of Junior High School approved by The National Education Standards Agency have yet to integrate elements of character development. Therefore, initiative of English teachers is badly needed to take proactive action to integrate the values of character with a holistic perspective.

Key words: integration, text books, elements of character development, and holistic perspective

PENDAHULUAN

Mengapa Pendidikan Karakter Bangsa?

Pendidikan karakter bangsa kini marak diperbincangkan masyarakat dan kaum cendekiawan Indonesia. Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2011 mengangkat tema utamanya, yaitu pendidikan karakter bangsa. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

1 Disajikan pada Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia, tanggal 9 s.d. 12 Oktober 2011 di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan , “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ” Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Sayangnya, pendidikan karakter bangsa selama ini hanya dibebankan kepada guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), agama, dan bimbingan konseling. Dua mata pelajaran dan bidang Bimbingan Konseling dipandang sebagai agen yang paling bertanggung jawab, sedangkan guru mata pelajaran lain tidak merasa memiliki tanggung jawab atau bahkan lepas tangan.

Pada suatu kesempatan berbuka puasa di istana negara, tanggal 3 Agustus 2011, Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono, menegaskan pentingnya bangsa Indonesia untuk tidak melupakan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Menurutnya, untuk membangun bangsa yang memiliki tatanan masyarakat yang baik, hanya bisa terwujud jika seluruh pilar penopang masyarakat yang baik terjaga dan nilai-nilai kebangsaan tidak terlupakan. Menurut Presiden ada lima ciri masyarakat yang baik, yaitu a) masyarakat yang berkeadaban, b) masyarakat yang berpengetahuan; c) masyarakat yang rukun, harmonis, dan toleran, d) Masyatakat yang terbuka bebas mengekspresikan pemikirannya, dan e) masyarakat yang tertib, patuh pada norma, dan pranata. Dari lima ciri tersebut, dua ciri yang sedang mengemuka akhir-akhir ini adalah tumbuhnya dan terbangun masyarakat yang berpengatahuan dan terbuka, sedangkan tiga ciri lainnya tidak boleh terlupakan (Kompas, 4 Agustus 2011).

Penegasan presiden mengenai masyarakat yang berkeadaban, bukan tanpa alasan. Indonesia yang telah dibangun selama 66 tahun ini masih banyak hal yang menjadi masalah utama. Masalah yang paling itama adalah masalah kejujuruan. Misalnya, maraknya kecurangan pada saat ujian nasional. Kompas tanggal 21 April 2011 memberitakan bahwa di sekolah, banyak siswa yang berharap lulus ujian nasional melalukan tindak kecurangan, bahkan sekolah pun secara sistematis membiarkan siswanya untuk saling menyontek. Menurut Soeprijanto, Ketua Kepengawasan dan Pemindampian Ujian Nasional DKI Jakarta, masih ditemukan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional jenjang SMA/SMK sederajat. Tim pengawas menilai sejumlah sekolah itu kurang percaya diri pada kemampuan murid-muridnya. Akibatnya, guru membantu memberikan jawaban dan membiarkan muridnya mencontek di ruang ujian.

Di pihak lain, Indonesia masih menempati tempat yang kurang terhormat dalam daftar negara terkorup di dunia. Dibandingkan dengan negara tetangga, Singapura menempati urutan pertama terbersih bersama dengan dua negara lainnya, Denmark dan Selandia Baru dengan index 9.3. Brunei berada urutan ke 38 dengan indeks 5.5. Malaysia berada pada urutan ke 56 bersama dengan 2 negara lainnya Turki dan Namibia dengan indeks 4.4. Thailand berada pada urutan ke 78 bersama dengan Cina, Kolumbia, Yunani, Lesoto, Peru, dan Serbia dengan indeks 3.5. Indonesia berada di urutan ke 110 bersama dengan negara-negara Benin, Bolivia, Gabon, Kasovo, Pulau Solomon dengan indeks

2.8 dari 178 negara dalam daftar (http://www.ti.or.id/index.php/publication/2010/10/26/corruption- perception-index-2010-global).

Indeks korupsi yang demikian rendahnya tidak pernah bergerak lebih baik bila ditelusuri lebih jauh. Misalnya, pada tahun 2008 indeks Indonesia adalah 2.6 dan tahun 2009 memilki indeks korupsi 2.8. Akibatnya, tujuan untuk menyejahterakan bangsa amat sulit dicapai. Kemiskinan semakin tumbuh subur. Jumlah penganggur semakin bertambah. Tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan dengan kualitas rendah mengadu nasib di negeri asing dan sering mendapat perlakuan tak manusiawi (http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/01/04/angka-kemiskinan-di-indonesia-bertambah-3-16)

Lemahnya watak bangsa ditandai dengan masih maraknya prilaku korup para birokrat dan politisi. Masih merajalelanya prilaku kolusi dan nepotisme, ketidakadilan, berbagai kecurangan dalam dunia pendidikan, sikap instan, dan berbagai macam prilaku negatif yang tidak mendukung kemajuan bangsa. Din Syamsuddin menegaskan, “berdasarkan indeks PBB, sejumlah negara termasuk dalam kategori negara gagal, sedangkan Indonesia nyaris gagal dalam berbagai hal termasuk berkeadilan di dalam distribusi kekayaan negara, apalagi negara ini diperparah dengan korupsi. ” ( http://www.investor.co.id/home/din-indonesia-lemah-dalam-pembentukan-watak-bangsa/16404 ). Keadaan watak bangsa yang kurang menguntungkan bagi masa depan bangsa Indonesia, perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk dalam dunia persekolahan. Sekolah sebagai salah satu ranah pendidikan, selain di rumah tangga dan di masyarakat. Pemimpin, merupakan salah satu alternatif yang banyak diharapkan ikut berpartisipasi aktif untuk membentuk watak bangsa yang kuat.

Mengapa melalui sekolah?

Peran sekolah dianggap memegang peran penting untuk membangun generasi muda baru yang lebih baik bagi suatu bangsa. Banyak tulisan terdahulu menunjukkan bahwa pendidikan di sekolah dapat menjadi alternatif dalam pembentukan karakter bangsa. Ghufron (2010) menengarai bahwa lembaga pendidikan gagal mempersiapkan lulusannya dengan moralitas yang baik. Solusinya adalah nilai-nilai karakter bangsa perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum. Dengan demikian, guru dapat membantu siswa mengaktualkan setiap ranah pembelajaran melalui rumusan kompetensi dan siswa dapat secara sismultan menjalankan tindakan moral yang revelan. Mengintegrasikan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kurikulum dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran yang tersedia di kurikulum sekolah, yang diharapkan ada pada tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, porsi yang ditawarkan adalah 10%, pada tahap inti 80%, dan pada tahap penutup 10% (Gufron, 2010: 19). Selanjutnya, Nurgiyantoro (2010: 25 ) menulis artikel “Sastra Anak dan Pembentukan Karakter”. Dia menyarankan pendidikan karakter dapat diwujudkan melalui cerita anak yang mengandung unsur karakter, sikap, dan perilaku yang baik. Sastra adalah budaya dalam tindak yang berisikan model hidup. Karya sastra mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan. Peran sastra bagi kehidupan banyak memberi kenikmatan kita karena ia hadir untuk memberikan rasa senang, kesenangan yang menghibur yang memuaskan, namun di dalamnya juga terkandung “memberi kemanfaatan”. Sastra dapt melibatkan seluruh aspek kehidupan yang menjunjang pembentukan karakter peserta didik. Sastra diyakini dapat memiliki andil yang tidak kecil dalam usaha pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik. Hanya saja, harus dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula (hlm. 31).

Suryaman (2010) menulis “Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Sastra” yang menyimpulkan bahwa pada dasarnya sastra merupakan media mental dan pencerahan intelektual sebagai aspek penting dalam pendidikan karakter yang menjadi bagian penting dalam pendidikan karakter, seperti kebangkitan suatu bangsa ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bersastra yang relevan untuk mengembangkan karakter peserta didik adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik tumbuh kesadaran untuk membaca dan menulis karya sastra. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan kemanusiaan, mengenai nilai-nilai menemukan ide-ide baru, meningkatkan pengetahuan sosial budaya, berkembangnya rasa dan karsa, serta terbentuknya watak dan kepribadian. Selanjutnya, dia berpendapat bahwa untuk membangun karakter dan kepribadian peserta didik yang berakhlak mulia, diperlukan buku sastra yang memenuhi kriteria, yaitu bahasanya indah, pengharukan pembacanya, mengandung nilai-nilai luhur kemanusiaan, serta mendorong pembacanya untuk berbuat baik kepada sesama manusia dan makhluk lainnya (124-125).

Karakter memengaruhi hidup kita?

Telah kita sepakati bahwa karakter adalah landasan bagi kesuksesan sejati. Seseorang mungkin me miliki uang, jabatan, kekuasaan, tetapi bila ia tidak memiliki karakter yang “unggul” ia tidak dianggap sebagai pribadi yang sukses sejati. Kita sering tidak berpikir bahwa sesungguhnya karakter memiliki pengaruh langsung terhadap keberhasilan atau kegagalan kita. Tetapi ketika kita menganggap kualitas individu yang secara bersama-sama membentuk karakter seseorang, kita dapat dengan mudah melihat bahwa karakter berperan terhadap keberhasilan seseorang.

Siswa yang berjuang mempelajari bahasa Inggris seringkali bisa berhasil dengan menjadi rajin belajar dan menyelesaikan persoalan bahasa Inggris setiap hari dan dengan tekun ketika dia lelah dan ingin berhenti. Thomas Alpha Edison, sang penemu lampu pijar, berhasil mewujudkan impiannya menjadikan malam seperti siang karena ketekadan dan ketekunannya. Sederet contoh dengan daftar yang tak terhingga bagaimana perhatian terhadap hal-hal kecil telah membuat banyak perbedaan. Bagaimana ketekunan telah banyak membuahkan hasil, bagaimana keteguhan dalam pendirian telah memberikan promosi jabatan yang begitu menakjubkan. Abraham Lincoln menjadi Presiden setelah berulang kali kalah dalam pemilihan untuk kantor yang lebih rendah. Karakternya adalah bahwa ia

tidak akan pernah menyerah.

Banyak juga contoh kegagalan. Kita lihat banyak pemimpin negara yang gagal mendapat kepercayaan dari rakyatnya menyebabkan mereka jatuh dari kekuasaannya. Di negeri ini, tidak sedikit contoh yang dapat dijadikan sebagai pelajaran. Kemiskinan yang mencekam bangsa Indonesia karena kurangnya keberanian pemerintah memberantas korupsi, kolusi, dan nepostisme.

Pendidikan Karakter Bangsa

Astuti (2010) menulis, “Pendidikan holistik dan kontekstual dalam mengatasi krisis karakter di Indonesia. Dia melihat bahwa krisis karakter sudah bersifat struktural sedang melanda bangsa Indonesia saat ini dalam segala aspek kehidupan. Kehidupan berbangsa dan bernegara telah kehilangan nilai-nilai penting untuk membangun bangsa yang berkarakter. Nilai-nilai seperti kejujuran, kepercayaan diri, penghargaan pada keragaman, semangat belajar dan bekerja keras telah menurun di kalangan bangsa Indonesia. Padahal nilai-nilai tersebut diyakini dapat memainkan peran penting untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, seperti korupsi, konflik horizontal yang berkepanjangan, rasa rendah diri, dan rendahnya semangat juang untuk belajar dan bekerja keras. Dalam kaitan ini, lembaga harus mengambil langkah untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai wahana untuk membangun bangsa yang berkarakter. Pendekatan yang harus dilakukan adalah pendekatan yang bersifat holistik dan kontekstual. Secara struktural artinya, pembangunan karakter dimulai dari rumah tangga, kemudian sekolah, masyarakat, dan negara. Pendekatan holistik berarti melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, cinta, dan tindakan. Dengan kata lain, karena karakter erat kaitannya dengan kebiasaan, maka pendekatan holistik melibatkan tiga kebiasaan, yaitu kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan tangan. Selanjutnya, dia menyimpulkan bahwa untuk berhasilnya pendidikan karakter dengan pendekatan holistik dan kontekstual harus didukung oleh semua warga masyarakat pada setiap tataran kehidupan masyarakat. Keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara harus menyadari bahwa membangun karakter bangsa kebutuhan bersama. Artinya, sekolah tidak bisa berjalan sendiri; tiga konteks lainnya harus ikut memiliki komitmen secara bersama-sama.

Dalam kaitannya peran sekolah untuk membangun karakter bangsa, Pusat Kurikulum, Badan Pengembangan dan Penelitian, Kementerian Pendidikan Nasional (2010:1) menilai bahwa alternatif untuk mengatasi krisis moral yang melanda Indonesia dewasa ini adalah pendidikan. Pendidikan Dalam kaitannya peran sekolah untuk membangun karakter bangsa, Pusat Kurikulum, Badan Pengembangan dan Penelitian, Kementerian Pendidikan Nasional (2010:1) menilai bahwa alternatif untuk mengatasi krisis moral yang melanda Indonesia dewasa ini adalah pendidikan. Pendidikan

Sejalan dengan itu, tanggung jawab pembangunan karakter bangsa tidak hanya diemban oleh pengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegeraan dan Agama, tetapi semua mata pelajaran harus ikut andil memberikan perhatian khusus terhadap masalah krisis moral tersebut. Misalnya, mata pelajaran Bahasa Inggris, tidak boleh hanya melatih siswa terampil dalam bahasa Inggris dengan segala aspek pendukungnya, tetapi juga dapat memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik.

Oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana unsur pembangunan karakter bangsa dalam buku teks bahasa Inggris SMP dapat mendukung pendidikan karakter sumber daya manusia Indonesia dalam perspektif holistik. Secara khusus, tulisan ini berusaha menjawab empat pertanyaan pokok:

 Apakah bahan bacaan dalam buku teks bahasa Inggris SMP mengandung istilah karakter

bangsa?

 Pada konteks apa istilah karakter bangsa ditemukan dalam bahan bacaan buku teks bahasa

Inggris SMP?  Nilai-nila apa saja yang terefleksi dalam buku teks bahasa Inggris SMP?

 Nilai apa yang seharusnya diintegrasikan ke dalam bacaan buku teks bahasa Inggris SMP?  Pendekatan apa yang harus diaplikasikan agar pembangunan karakter kepada peserta didik

efektif?

LANDASAN TEORI

Untuk memahami lebih jauh mengenai pendidikan karakter bangsa dan bagaimana mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, perlu dikemukakan landasan teoretis mengenai pendidikan karakter bangsa sebagai berikut.

Karakter dan Pembagunan Karakter

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain (Diknas, 2010:6).

Berdasarkan definisi di atas, jelas tergambar bahwa karakter merupakan watak, tabiat, akhlak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa watak adalah sifat batin manusia yg memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku (2008:1558). Dalam definisi itu dapat disimpulkan bahwa karakter adalah ciri istimewa, kualitas istimewa, kekuatan moral, prilaku yang berpola dalam diri seseorang atau kelompok. Ini berarti bahwa karakter tidak bersifat netral, tetapi berkonotasi positif. Orang yang berkarakter adalah orang yang memiliki kualitas moral yang postif. Ini berimplikasi bahwa pendidikan karakter bangsa merupakan usaha untuk membangun sifat atau pola prilaku yang didasari oleh dimensi moral yang positif atau yang baik (Astuti, 2010:45).

Abraham Lincoln mengatakan, “Reputation is the shadow. Character is the tree.” Definisi yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln menunjukkan bahwa reputasi merupakan bayangan. Karakter adalah pohonnya. Maksud ungkapan itu adalah karakter bukan hanya yang kita pertontonkan kepada orang lain, tetapi siapa sesungguhnya kita walaupun tidak ada orang yang melihat. Karakter yang baik adalah melakukan yang benar karena melakukan yang benar adalah benar. (http://www.quotationspage.com/quote/29760.html).

Landasan Pedagogis Pendidikan Karakter Bangsa

Dalam Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (2010:) disebutkan, “Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.

Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan ( valueing ). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan ( valueing ).

Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke- Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.

Fungsi Pendidikan Karakter Bangsa

Dalam Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa disebutkan bahwa fungsi pendidikan karakter bangsa meliptui fungsi pengembangan, perbaikan, dan penyaring sebagai berikut.

1. Fungsi pengembangan bermakna pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berkarakter baik. Pada tataran ini diperuntukkan bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

2. Fungsi perbaikan adalah memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan

3. Fungsi penyaring adalah untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain, sehingga tercipta nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat (2010:7).

Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa

Dalam Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa disebutkan bahwa tujuan pendidikan karakter bangsa adalah:

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan

warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai

generasi penerus bangsa;

4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,

berwawasan kebangsaan; dan

5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (2010:7).

Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

1. Agama : masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2. Pancasila : negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010: 7-8)

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter bangsa sebagai berikut.

NILAI

DESKRIPSI

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

Religius

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya

Jujur

dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

Toleransi

agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

Disiplin

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

Kerja Keras

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

Kreatif

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung

Mandiri

pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

Demokratis

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

Rasa Ingin Tahu

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

Semangat

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

Kebangsaan

kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

Cinta Tanah Air

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

Menghargai

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,

Prestasi

dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang

Bersahabat/

berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang

Komuniktif

lain.

Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

Peduli

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

Lingkungan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Sumber: Kemendiknas, 2010

Selanjutnya, menurut Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010: 16-18) mengelompokkan 80 butir nilai yang dikelompokkan ke dalam lima kelompok, yaitu:

a) Nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan

b) Nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri

c) Nilai-nilai perilaku manusia terhadap sesama manusia

d) Nilai-nilai perilaku manusia terhadap lingkungan

e) Nilai-nilai kebangsaan.

Pendidikan Karakter dalam Pandangan Holistik

William Cottinger mengemukakan, "Good character is when your head, heart, soul and hands agree to do the right thing, in the right way, for the right reasons and the combined effor t gets the right results in the midst of the most adverse of conditions" ( http://EzineArticles.com/3469092 ). Cottinger menekankan bahwa karakter yang baik adalah ketika kepala, hati, jiwa, dan tangan bersepakat melakukan hal yang benar, dengan cara yang benar, untuk alasan yang benar dan usaha gabungan mendapatkan hasil yang tepat di tengah-tengah kondisi yang paling buruk. Dengan kata lain, orang yang berkarakter baik tidak hanya disebutkan secara lisan, tetapi harus melibatkan hati, jiwa, dan tindakan untuk melakukan hal yang benar. Dengan demikian, dalam pendidikan karakter, semua ranah harus terlibat mulai dari ranah kognitif, afektif sampai pada ranah psikomotorik.

Secara skematis, Tim Pendidikan Karakter Diknas menggambarkan nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang menyangkut oleh hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa, sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.

Gambar 1. Nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter Sumber: Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas, 2010

Pendidikan karakter harus dikembangkan secara holistik yang melibatkan dimensi kognitif, afektif, dan motorik. Untuk membangun manusia yang berkarakter, Lickona (1991) mengemukakan pentingnya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Dalam pendidikan karakter diyakini bahwa ada nilai-nilai etis utama yang sangat penting disampaikan secara luas seperti kasih sayang, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain;

2. Karakter mesti didefinisikan secara komprehensif yang meliputi pemikiran, perasaan,

dan tingkah laku;

3. Pendidikan karakter yang efektif membutuhkan pendekatan komprehensif, proaktif,

dan bertujuan yang mengembangkan nilai-nilai utama dari seluruh fase kehidupan;

4. Lingkungan program hendaknya merupakan sebuah komunitas yang bertanggung

jawab;

5. Untuk mengembangkan karakter, anak didik memerlukan kesempatan untuk berbuat

secara berrmoral;

6. Pendidikan karakter efektif meliputi kurikulum yang menantang dan bermakna yang menghargai anak didik dan membantunya mencapai kesuksesan;

7. Pendidikan karakter hendaknya berjuang untuk membangun motivasi intrinsik;

8. Karyawan seharusnya menjadi anggota komunitas yang bermoral karena moral itu

sendiri menjadi tanggung jawab bersama ;

9. Pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan yang bermoral;

10. Program harus merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai parner penuh;

11. Evaluasi pendidikan karakter seharusnya dapat menilai program, karyawan, yang berfungsi sebagai bagian pendidikan karakter selama program itu efektif bagi anak didik (hlm 53-54).

Menurut Brynildssen (2002) pendidikan karakter yang efektif tidak hanya sekadar memproses dan menyimpan informasi, tetapi harus lebih dari itu. Kalau peserta didik hanya diminta untuk membaca Menurut Brynildssen (2002) pendidikan karakter yang efektif tidak hanya sekadar memproses dan menyimpan informasi, tetapi harus lebih dari itu. Kalau peserta didik hanya diminta untuk membaca

Tinjauan Panduan Silabus Bahasa Inggris

Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:  Relevansi materi pokok dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar;  Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;

 Kebermanfaatan bagi peserta didik;  Struktur keilmuan;  Kedalaman dan keluasan materi;  Relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan; dan  Alokasi waktu.

Selain itu harus diperhatikan:

 Kesahihan ( validity ): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan kesahihannya;  Tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan

oleh siswa diperlukan oleh siswa;  Kebermanfaatan ( utility ): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan

keterampilan pada jenjang berikutnya;  Layak dipelajari ( learnability )

 Materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat;

 Menarik minat ( interest ): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut

Dalam panduan di atas, jelas terlihat bahwa dalam pengidentifikasian materi pelajaran bahasa Inggris tidak ditemukan petunjuk untuk memilih materi yang memiliki muatan nilai-nilai pendidikan karakter. Oleh karena itu, disarankan agar petunjuk pengembangan silabus bahasa Inggris diberikan rambu-rambu pengintegrasian pendidikan karakter bangsa.

Selanjutnya, Tim Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa KEMENDIKNAS (2010) telah membuat peta nilai berdasarkan mata pelajaran. Sayangnya, peta nilai untuk mata pelajaran Bahasa Inggris hanya untuk Sekolah Menengah (kelas 10, 11, dan 12). Nilai-nilai yang disarankan untuk kelas 10,

11, dan 12 adalah sebagai berikut.

Mata Pelajaran Nilai Berdasarkan Jenjang Kelas

Kelas 10, 11, 12

BAHASA INGGRIS

 Kerja keras

 Peduli sosial

 Disiplin

 Rasa ingin tahu

 Senang membaca

 Demokratis

Tabel 2. Integrasi nilai dalam buku teks SMA

Sumber: KEMENDIKNAS, 2010 METODE PENELITIAN

Sumber data penelitian ini adalah bahan bacaan dalam buku teks bahasa Inggris SMP di Indonesia yang telah mendapat mengakuan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pembacaan dan pencatatan. Semua teks bacaan dalam buku teks bahasa Inggris SMP dibaca dan diindeks (didaftar) secara keseluruhan (holistik) dan dicermati unsur pembangunan karakter yang dikandungnya. Metode pengindeksan (indexicality) ini digunakan untuk menelusuri konsep yang digunakan sebagai alat analisis dalam buku teks bahasa Inggris untuk SMP. Dengan metode ini, pelacakan dilakukan terhadap 25 istilah atau kata yang mengandung konsep karakter. Istilah atau kata yang menunjukkan karakter meliputi:

 clean/cleanliness  honest/honesty  commitment  kind/kindness  compassion  loyal/loyalty  cooperation  moderate/moderation  courage  optimistic/optimism  courteous/courtesy  patient/patience  creative/creativity  persevere/perseverance  dependability  productive/productivity  diligent/diligence  respectful/respect  fair/fairness  responsible/ responsibility  friendship  tolerant/tolerance  generous/generosity  Truthfulness  trust/trustworthines

Untuk melacak konsep karakter bangsa dalam buku teks SMP, dilakukan secara sederhana. Sejumlah istilah atau kata yang menunjukkan karakter dicari dengan menggunakan tombol Find and Replace pada Word . Jumlah kemunculan masing-masing istilah atau kata yang menunjukkan karakter yang

baik dicatat dan frekuensinya dihitung.

Hal ini dapat dilakukan dengan mudah karena buku teks SMP sudah tersedia dalam bentuk salinan lunak ( soft copy ). Dari tiga jenis buku elektronik, dipilih satu judul buku, yaitu Contextual Teaching and Learning. Buku tersebut dipilih karena buku itu dapat diunduh secara lengkap yang terdiri atas tiga jilid, masing untuk kelas 7, 8, dan 9. Buku lainnya berjudul English in Focus hanya dapat diunduh 2 jilid, yaitu untuk kelas 7 dan 9, dan judul lainnya Scaffolding juga hanya 2 jilid yang dapat diunduh, yaitu untuk kelas 7 dan 8. Karena bukun teks bahasa Inggris disusun berdasarkan peta kompetensi yang sama, maka dirasa cukup untuk hanya memilih 1 judul buku saja.

Di samping itu, analisis reflexivility digunakan untuk mengeluarkan makna pembangunan karakter dari konteks tempat terjadinya istilah karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam bentuk ungkapan, kalimat, percakapan, atau bacaan memerlukan proses pemaknaan untuk memahami konotasi yang dimaksudkan karena mungkin tidak secara tersurat diungkapkan dalam teks.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini ada 2 (dua) butir pokok yang akan dibahas, yaitu:  Istilah karakter dalam buku teks bahasa Inggris SMP

 Konteks istilah dan nilai karakter dalam buku teks bahasa Inggris SMP

Istilah Karakter dalam Buku Teks Bahasa Inggris SMP

Untuk menguji apakah dalam buku teks bahasa Inggris SMP di Indonesia mengandung unsur pendidikan karakter bangsa, pertama-tama dilakukan pelacakan dengan menggunakan kata kunci seperti disebutkan di atas. Hasil penelusuran dalam buku teks SMP dan frekuensi kemunculan istilah karakter dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Frekuensi Kemunculan Istilah

Karakter

VALUE OF GOOD NO

1. citizen/citizenship

2. clean/cleanliness

5. cooperative/cooperation

6. courage

7. courteous/courtesy

8. creative/creativity

9. dependability

10. diligent/diligence

11. fair/fairness

12. friendship

13. generous/generosity

14. honest/honesty

15. loyal/loyalty

16. moderate/moderation

17. optimistic/optimism

18. patient/patience

19. persevere/perseverance

20. productive/productivity

21. respectful/respect

22. responsible/responsibility

23. tolerant/tolerance

24. trust/trustworthiness

25. truthful/truthfulness

Tabel 3. Kemunculan Istilah Karakter dalam Buku Teks Bahasa Inggris SMP

Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya ada 9 (sembilan) istilah atau kata tentang karakter bangsa yang ditemukan dalam tiga jilid buku teks yang diteliti, yaitu clean/cleanlines, cooprerative/cooperation, creative/creativity,

friendship, honest/honesty, patient/patience, respect/respectful, dan responsibility. Ini berarti bahwa buku teks Bahasa Inggris

diligent/diligence, diligent/diligence,

4 berikut.

Jumlah VALUE OF GOOD

Frekuensi Kemunculan

Istilah Karakter

NO CHARACTER

clean/cleanliness

1. diligent/diligence

2. honest/honesty

3. respectful/respect

4. cooperative/cooperation

5. creative/creativity

6. friendship

7. patient/patience

8. responsible/responsibility

Tabel 4. Kemunculan Istilah Karakter dalam Buku Teks

Tabel di atas menunjukkan bahwa istilah karakter yang paling banyak muncul adalah “clean/cleanliness” dan ditemukan dalam semua jilid (VII, VIII, dan IX). Derajat frekuensi kemunculannya dapat dgambarkan dalam diagram berikut.

others(coopera

honest

Persentase

respectful tive, creative,

friendship, patient, responsible) 0.8%

diligent 14%

clean 65%

Diagram 1. Persentase Kemunculan Istilah

Istilah karakter, yaitu citizen/citizenship, commitment, compassion, courage, courteous/courtesy, dependability,

modrate/moderation, optimistic/optimism,

fair/fairness,

generous/generosity,

lyal/loyalty,

tolerant, tolerance, trust/trusworthy, dan truthful/truthfulness tidak ditemukan. Bila dilihat secara cermat, ketidakmunculan istilah itu bisa jadi karena istilah itu kurang cocok bagi pelajar tingkat SMP.

persevere/perseverance,

productive/productivity,

Konteks Istilah dan Nilai Karakter dalam Buku Teks Bahasa Inggris SMP

Konteks dari masing-masing istilah karakter yang ditemukan dalam buku teks bahasa Inggris SMP adalah sebagai berikut.

1. Clean/cleanliness

Seperti disebutkan di atas bahwa frekuensi istilah karakter “clean/cleanliness” dalam buku teks sebanyak 41 (24, 9, dan 8 kali).

 Kegiatan Clean/cleanliness

 Kegiatan

 Deskripsi benda

 Deskripsi benda

 Deskripsi benda

Istilah “Clean/cleanliness” dalam buku teks bahasa Inggris SMP ditemukan pada kelas 7, 8, dan 9 dan terjadi pada 2 (dua) jenis konteks, yaitu kegiatan dan deskripsi benda. Konteks kegiatan seperti: Clean your room before you leave, We are cleaning the house ;

deskripsi benda seperti: My dress is clean.

Konteks di atas menunjukkan bahwa ajaran moral untuk membentuk karakter “bersih” telah masuk pada ranah kognitif yang menggambarkan perlunya “kebersihan” dan anjuran melakukan “kegiatan kebersihan”.

2. Diligent/diligence

Istilah “diligent/diligence” muncul dalam konteks deskripsi orang ( He is a diligent boy ; What a diligent student she is! ).

Diligent/diligence

 Deskripsi orang

 Deskripsi orang

Konteks di atas menunjukkan bahwa ajaran moral tentang “kerajinan atau kesungguhan” tergambar dalam kalimat deskriptif. Konteks memberikan deskripsi mengenai seorang anak laki-laki yang rajin dan menyatakan kekaguman pada kerajinan seorang anak perempuan.

3. Honest/honesty

Istilah “honest/honesty” muncul 5 kali, 4 kali dengan deskripsi orang ( We must be honest ), dan satu kali dengan penegas untuk memberi pendapat ( to be honest …)

honest/honesty

 Deskripsi orang

 Memberi

pendapat

Konteks di atas menunjukkan bahwa ajaran moral tentang perlunya sifat kejujuran dalam konteks “we must be honest”. Disamping itu, menyatakan isi hati secara jujur juga mendapat porsi pada konteks “To be honest … .”

4. Respectful/respect

Istilah “respectful/respect” muncul tiga kali dalam konteks memberi makna kata (Admiring looking at someone or something with respect), dan mengungkapkan perasaan terhadap orang lain ( My fond respects to you and yours).

respectful/respect

 Definisi kata

 Deskripsi orang

Konteks di atas hanya sekedar memberikan makna kata untuk kata “admire”. Konteks itu sama sekali tidak mengambarkan perlunya menghargai orang lain. Konteks kedua “( My fond respects to you and yours) memberikan ajaran untuk hormat kepada orang lain.

5. Cooperative/cooperation

Istilah “cooperative/cooperation” muncul hanya 1 (satu) dalam konteks pendeskripsian sifat binatang gajah ( They are cooperative among others).

Cooperative/cooperation 

 Deskripsi binatang

Konteks di atas berimplikai perlunya bekerjasama dengan orang lain. Konteks ini menceriterakan tentang sifat bidang gajah yang saling bekerjasama. Binatang saja bisa bekerja sama, apalagi manusia.

6. Creative/creativity

Istilah “creative/creativity” muncul hanya 1 (satu) kali dalam bentuk perintah kepada siswa untuk leboh kreatif ( Write an advertisement using the information given below. Be creative.

Show your ad to your teacher for necessary correction. Colour the pictures. Then, put it on the display board ).

creative/creativity

 Perintah

Konteks di atas muncul tiba-tiba untuk menganjurkan pemelajar agar bertindak kreatif, tetapi dalam suatu perintah menulis iklan. Mungkin saja pemelajar kurang memahami arti kreatif dalam konteks ini. Posisi kata ini dapat menimbulkan kesalahpaman peserta didik, apakah yang dimaksud kreatif adalah Show your ad to your teacher for necessary correction atau Colour the pictures. Then, put it on the display board ).

7. Friendship

Istilah ini muncul sebagai salah satu pilihan dalam perjodohan frase, tetapi sama sekali tidak menggambarkan suasana pertemanan seperti makna yang dikandungnya .

 Deskripsi orang

Istilah ini hanya muncul tiba-tiba tanpa konteks yang jelas. Tidak ada makna yang dapat ditarik mengenai pentingnya perkawanan.

8. Patient/patience

Istilah “patient/patience” hanya muncul 1 kali dalam konteks ajaran untuk menjadi sabar. Istilah ini muncul dalam sebuah percakapan mengenani hobi memancing, memerlukan kesabaran.

Patient/patience

 Sifat

Dalam konteks “

I agree with you. But, it also teaches us patience, you know ” jelas tergambar tentang pentingnya melatih kesabaran dalam melakukan kegemaran memancing.

9. Responsible/responsibility

Istilah “responsible/responsibility” muncul hanya satu kali untuk menggambarkan tugas seseorang ( Cleaning the classroom floor is the cleaning service responsibility ).

Responsible/responsibility  Deskripsi orang  

Konteks di atas memperkenalkan istilah responsibility, yaitu tanggung jawab. Dalam konteks ini, peserta didik ditunjukkan kewajiban petugas kebersihan, yaitu membersihkan ruang kelas. Konteks ini juga mengajarkan tentang pentingnya pemisahan tugas dan kewajiban dalam jabatan.

Berdasarkan analisis konteks di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku teks Bahasa Inggris SMP meliputi: kebersihan, kerajinan, kejujuran, penghargaan, kerjasama, kesabaran, dan tanggungjawab.

Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Hasil analisis data menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai karakter dalam buku teks Bahasa Inggris SMP di Indonesia belum dirancang untuk itu. Walaupun demikian, guru Bahasa Inggris tidak boleh ketinggalan dalam usaha membangun sumber daya manusia Indonesia untuk memiliki karakter yang kuat. Guru Bahasa Inggris memiliki tanggung jawab moral untuk mendorong pembangunan karakter bangsa.

Pertama, guru bahasa Inggris dan penulis buku teks harus menyadari bahwa pembangunan karakter bangsa bukan hanya menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran Pkn, Bahasa Indonesia, dan IPA tetapi juga menjadi tanggung jawab guru bahasa Inggris dan penulis buku teks. Guru Bahasa Inggris dan penulis buku teks harus dapat menjadi agen perubahan dalam pembangunan karakter bangsa.

Kedua, visi guru dan penulis buku teks bahasa Inggris bukan hanya membuat pelajar memiliki kemampuan bahasa Inggris, tetapi juga membentuk karakter pelajar, sehingga menjadi warga negara dan sekaligus menjadi pemimpin bangsa yang berkarakter kuat.

Ketiga, guru dan penulis buku teks bahasa Inggris memahami dengan baik nilai-nilai yang perlu ditanamkan pada diri peserta didik. Nilai-nilai itu bisa jadi berasal dari nilai-nilai budaya bangsa sendiri atau nilai-nilai dari budaya lain yang diperlukan dalam pembangunan karakter bangsa. Nilai- nilai karakter yang kuat seperti empati, jujur, terbuka, dan adil, disiplin dalam menetapkan dan mencapai tujuan, memberikan penilaian yang baik, menghargai orang lain, teguh dalam pendirian yang benar, memiliki rasa tanggung jawab, peduli kepada sesama, menghargai diri sendiri merupakan ciri karakter yang kuat yang dapat dijadikan sebagai tujuan untuk mencapai pribadi warga bangsa dengan karakter yang kuat.

Kiranya tidak berlebihan bila para pendidik melihat apa yang dilakukan orang lain di negara maju. Misalnya, The Character Training Institute of Oklahoma City, Oklahoma (http://character-

training.com/blog/list-of-character-traits-or-qualities/). Lembaga Pelatihan Karakter Oklahoma mengurai menjadi empat puluh sembilan kualitas karakter untuk membangun “karakter yang baik” ke dalam hidup kita. Dengan mengurai karakter ke dalam unsur dasar dengan cara ini, kita akan mampu berfokus untuk membangun kualitas ke dalam hidup kita. Ketika kita berusaha memperkuat kualitas karakter unggul tertentu, kita akan meningkatkan kualitas karakter kita secara keseluruhan. Misalnya, kejujuran terdiri atas beberapa kualitas dasar, kepercayaan, keteguhan, dan ketekunan, dsb.

Karena itu, kalau kita berusaha menjadi lebih jujur, maka kita akan menjadi lebih terpercaya, lebih tangguh, dan lebih tekun, dsb.

Nilai dan Deskripsi

1) Kepedulian - Menyadari apa yang terjadi di sekitar kita, sehingga kita dapat memberi respon yang tepat.

2) Perhatian penuh- Menunjukkan nilai seseorang atau suatu tugas dengan konsentrasi penuh.

3) Kesediaan - Membuat jadwal dan prioritas sekunder dengan keinginan mereka yang kita layani.

4) Kebajikan - Memberikan kebutuhan dasar kepada orang lain tanpa mengharapkan

imbalan.

5) Keberanian - Keyakinan bahwa apa yang kita katakan atau lakukan adalah benar, tepat, dan adil.

6) Kehati-hatian - Mengetahui bagaimana pentingnya waktu yang tepat dalam melakukan sesuatu yang benar.

7) Welas Asih - Investasi apa pun yang diperlukan untuk menyembuhkan sakit orang lain.

8) Merasa cukup - Menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada kondisi- kondisi material.

9) Kreativitas - pendekatan terhadap suatu kebutuhan, tugas, atau ide dengan perspektif baru.

10) Ketegasan - Kemampuan untuk mengenali faktor-faktor kunci dan menyelesaikan

keputusan yang sulit.

11) Menghormati - Membatasi kebebasan agar tidak mengganggu selera orang-orang di sekitar kita.

12) Keteguhan - Memenuhi apa yang kita setujui dilakukan, bahkan jika itu berarti

pengorbanan yang tak terduga.