MODEL MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM MI

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 1

MODEL MANAJEMEN PERENCANAAN
KURIKULUM MIKRO DAN MAKRO

Disusun oleh:
Nama: Anik Damayanti
NIM: O100150009
Email: [email protected]

A. PENDAHULUAN
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh, secara
falsafati,

pendidikan

adalah

proses

panjang


dan

berkelanjutan

untuk

mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan
penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta
segenap isi dan peradabannya.
Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator
strategis, seperti beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam
memenuhi kebutuhan kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan
yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan
kurikulum berbasis kompetensi.
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional
adalah aspek kurikulum, demikian dijelaskan oleh Rusman (2009) dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Kurikulum. Kurikulum merupakan suatu sistem yang berisi
program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada sebuah lembaga

pendidikan.1 Oleh sebab itulah kurikulum menjadi komponen yang strategis dalam
mewujudkan

sekolah

yang

berkualitas

mencapai

tujuan

pendidikan

yang

diselenggarakannya.
Tren yang terjadi di Indonesia, kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah
bersifat dinamis, artinya selalu berubah. Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangantantangan zaman yang berkembang dan pembaruan dalam bidang pendidikan yang

berpengaruh terhadap kurikulum, seperti program percepatan pembelajaran,
kurikulum muatan local, pelaksanaan remedial dan pengayaan. Beberapa kurikulum
1 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 1.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 2

yang pernah diterapkan oleh pemerintah diantaranya Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK 2004), Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP 2006), dan sekarang ini
Kurikulum 2013 yang berbasis Kompetensi Inti.
Dengan seringnya terjadi perubahan kurikulum diperlukan pemberdayaan
bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum. Manajemen kurikulum ini menjadi
aspek yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga
pendidikan. Manajemen kurikulum ini dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh pihak
pimpinan lembaga yang dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen
Berbasis Sekolah.2
Ruang
lingkup

manajemen


kurikulum

mencakup

perencanaan,

perorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Makalah ini penulis susun
hanya fokus pada tahap perencanaan kurikulum, menjelaskan tujuan perencanaan,
model-model manajemen perencanaan kurikulum berikut tahapan-tahapannya, baik
pada skala makro dan mikro.
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM
1. Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan yang kooperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum.3 Manajemen kurikulum ini bersifat otonomi, artinya lembaga
pendidikan atau sekolah melaksanakan pengelolaan kurikulumnya secara mandiri
dengan memprioritaskan kebutuhannya sendiri untuk mencapai sasaran dalam
visi-misi pendidikannya, tanpa mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Manajemen kurikulum yang mencakup proses perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi kurikulum ini memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil
yang maksimal.
3. Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik beserta lingkungannya.
4. Meningkatkan efektifitas kinerja pengajar dan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar.
5. Menarik keterlibatan atau partisipasi masyarakat untuk membantu dan
mengontrol implementasi kurikulum.
2. Perencanaan Kurikulum dan Fungsinya
2 Ibid., hlm. 2.
3 Ibid., hlm. 3.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 3

Perencanaan kurikulum merupakan tahapan pertama dalam proses
manajemen kurikulum. Terdapat lima hal yang mempengaruhi perencanaan
kurikulum, yaitu filosofis, konten/materi, manajemen pembelajaran, pelatihan
guru dan sistem pembelajaran.4

Perencanaan kurikulum mencakup pengumpulan, pembentukan, sintesis,
menyeleksi informasi, yang relevan dari berbagai sumber. Kemudian informasi
yang diperoleh, dipergunakan untuk mendesain pembelajaran belajar siswa untuk
mencapai tujuan kurikulum yang diharapkan. Merencanakan pembelajaran
merupakan bagian yang sangat penting dalam perncanaan kurikulum karena
pembelajaran mempunyai pengaruh langsung terhadap siswa dan hasil pendidikan
yang akan dicapai siswa.
Perencanaan kurikulum ini berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen yang berisi sumber daya manusia yang diperlukan, media
pembelajaran yang digunakan, tindakan-tindakan yang perlu dilakukan, sumber
biaya, tenaga, sistem monitoring dan evaluasi. Di samping itu, perencanaan
kurikulum juga berfungsi sebagai pendorong untuk melaksanakan sistem
pendidikan sehinngga mencapai tujuan yang dirumuskan.
3. Landasan Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum pendidikan

harus

mengasimilasi


dan

mengorganisasi informasi dan data secara intensif yang berhubungan dengan
pengembangan program sekolah atau institusi. Di bawah ini informasi dan data
yang dijadikan landasan dalam merencanakan kurikulum:
1. Kekuatan sosial
Perubahan sistem pendidikan di Indonesia sangat lah dinamis sebab
mengunakan sistem terbuka sehingga selalu menyesuaikan dengan
perubahan dan dinamika sosial yang terjadi di masyarakat. Proses
pendidikan merupakan sebuah perjalanan sejarah sehingga harus bersikap
adaptif terhadap perubahan sosial dan masyarakat. Inilah alasan kekuatan
sosial menjadi salah satu landasan untuk merencanakan kurikulum.
2. Perlakuan pengetahuan
Perencana kurikulum yang berhubungan dengan perlakuan pengethuan
adalah aktif mengumpulkan dan mengolah informasi untuk dikembangkan
dan digunakan dlam rancang kurikulum yang selalu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
4 Ibid., hlm. 21.


Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 4

Penting untuk dipahami tentang pola-pola pertumbuhan dan
perkembangan manusia sebab perencana kurikulum dituntut untuk
mendesain kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan siswa.
4. Tahapan Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum terbagi menjadi dua tahapan besar, yakni
perumusan tujuan kurikulum dan isi kurikulum. Tujuan kurikulum terbagi menjadi
tiga bagian yaitu tujuan umum, capaian dan tujuan jangka pendek. Tujuan umum
merupakan rumusan yang menggambarkan keadaan yang diharapkan berdasarkan
skema nilai yang bersifat filososfis. Capaian merupakan tujuan yang dirumuskan
secara institusional berdasarkan jenjang pendidikan. Tujuan jangka pendek lebih
berorientasi kepada hasil pembelajaran pada saat kelas berakhir dan dapat dinilai
secara numerical dalam jangka waktu tertentu.
Isi kurikulum mencakup tiga elemen, yaitu pengetahuan, proses dan nilai
sebab ketiganya merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan. Menurut
Hyman5 (1973) menjelaskan bahwa pengetahuan berupa fakta, definisi dan
informasi ilmu pengetahuan; sedangkan proses mencakup ketrampilan atau
keahlian yang butuh proses berlatih untuk mampu melakukannya; dan nilai

merupakan norma yang berkaitan dengan benar dan salah, baik dan buruk, indah
dan jelek.
Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan isi
kurikulum, yaitu organisasi isi kurikulum, ruang lingkup, sequens atau urutan
kurikulum, dan kriteria pemilihan isi kurikulum. Organisasi logis dari materi
kurikulum harus dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu. Dengan demikian
prinsip, proposisi, dan konsepsi dapat diorganisasikan membentuk urutan yang
saling mendukung antara disiplin ilmu.6
Ruang lingkup isi kurikulum mencakup kondisi umum dan khusus dari
kebutuhan siswa. Kondisi yang bersifat umum berguna bagi proses interaksi dan
pengembangan tingkat berfikir siswa secara equal (setara) dan keseluruhan,
sedangkan kondisi khusus memperhatikan kebutuhan siswa yang berbeda
misalnya yang memiliki kemampuan istimewa dibandingkan rata-rata yang ada.
Urutan isi kurikulum mengidentifikasi empat prinsip yang mendasari cara
penyajian urutan materi, yaitu dari sederhana menuju kompleks, pelajaran
5 Ibid., hlm. 26.
6 Ibid., hlm. 26-30.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 5


prasyarat, secara keseluruhan, dan kronologis. Contoh penyajian dari sederhana
menuju kompleks biasanya untuk mata pelajaran struktur bahasa atau grammar,
biologi, kimia. Pelajaran prasyarat misalnya untuk bisa menafsirkan Al-Quran
diperlukan ilmu-ilmu alat pendukung tafsir, seperti kaidah Bahasa Arab, Ushul
Fiqh, Studi Al-Quran dan sebagainya. Penyajian secara keseluruhan bisa
dilakukan untuk pelajaran geografi, dimulai dari mempelajari peta secara
keseluruhan lalu menjadi lebih spesifik per region atau wilayah. Penyajian
kronologis digunakan pada pelajaran sejarah.
Isi kurikulum menjadi dasar bagi pembentukan individu sehingga harus
memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan sebagai individu dan anggota
masyarakat yang saling berhubungan dalam lingkungan. Oleh sebab itu, kriteria
dalam memilih dan menetapkan isi kurikulum harus mempertimbangkan tiga hal,
yaitu tingkat perkembangan dan kematangan siswa, tingkat pengalaman siswa,
dan taraf kesulitan materi.

C. MODEL MANAJEMEN PERENCANAAN/DESAIN KURIKULUM MAKRO
Desain adalah rancangan atau model perencanaan. Mendesain kurikulum
berarti menyusun kurikulum atau menyusun model kurikulum sesuai dengan
kurikulum sekolah.7 Seorang perencana kurikulum layaknya seorang arsitek akan
memilih model bangunan yang akan dibangun.

John D. McNeil (2006) membagi model perencanaan kurikulum menjadi
empat, yaitu model kurikulum humanistik, model kurikulum rekonstruksi sosial,
model kurikulum sistemik, dan model kurikulum akademik. Namun dalam makalah
ini hanya akan menjabarkan tiga model sebagaimana dijabarkan oleh Rusman (2009)
dalam bukunya, yakni sebagai berikut:
1. Model Desain Kurikulum Humanistik
Sejak terjadinya revolusi industri di Eropa dan Amerika, kurikulum
pendidikan dirancang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan intelektual untuk
mendukung percepatan industri. Pendidikan hanya terfokus pada kecerdasan
intelektual dan ketrampilan vokasional, tanpa disadari lahirlah manusia-manusia
yang hanya mampu bekerja secara mekanis dan bergeser dari nilai-nilai humanis.
Dengan perkembangan sains dan teknologi justru mengganggu keseimbangan
kehidupan dengan alam. Akhirnya muncullah pemikiran untuk mengembalikan
7 Ibid., hlm. 31.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 6

nilai-nilai kemanusiaan ke dalam desain kurikulum pendidikan, yang disebut
dengan model kurikulum humanistik.
Kurikulum humanistik mendukung pentingnya pemahaman diri dalam
membantu perkembangan emosi dan jiwa anak serta keterampilan berfikir.
Kurikulum humanistik mengutamakan aktifitas, eksplorasi, bermain, dan hal-hal
yang penting untuk inovasi dan penemuan jati diri. Kurikulum humanistik juga
menawarkan pemecahan masalah terhadap pembelajaran yang tidak relevan yang
sering terlalu jauh dari latar belakang guru dan siswa dan tidak membawa makna
bagi mereka. Kurikulum humanistik mendukung pembentukan pribadi dan
pembelajaran yang lebih berarti bagi kehidupan dengan cara-cara yang
demonstratif dan relevan bagi guru dan siswa.
Tujuan pendidikan yang akan dicapai dengan kurikulum humanistik adalah
pertumbuhan pribadi ideal, integritas dan otonomi, kepribadian yang mantap dan
mampu mengaktualisasikan diri. Seseorang dianggap berkualitas bukan hanya
dilihat dari kecakapan kognitif, tapi juga dari sisi estetika dan moral. Dengan
demikian akan melahirkan pribadi yang terampil, cakap, dapat bekerja dengan
baik, juga memiliki karakter dan etika yang baik.
Peranan guru dalam kurikulum humanistik sebagai fasilitator dan mediator
dalam proses potensi siswa dan atas dasar emosi yang positif. Guru membangun
hubungan positif dalam pembelajaran dan memiliki komitmen terhadap
kepercayaan bahwa setiap anak dapat belajar. Para akademisi mulai memahami
bahwa kualitas emosional merupakan orientasi kurikulum humanistik.
Kurikulum Humanistik sebagai Kurikulum yang Terpadu
Pendidikan terpadu mengintegrasikan antara domain afektif berupa emosi,
kepribadian dan nilai; dengan kognitif berupa intelektual, ketrampilan, dan
kemampuan lainnya. Kurikulum humanistik sebagai kurikulum terpadu berupaya
melakukan integrasi dari beberapa aspek di bawah ini:
a. Kesadaran dan Transenden
Kurikulum ini tidak hanya mengembangkan kemampuan kesadaran
kognitif, tetapi juga pengembangan intuitif, imajinasi dan aspek spiritual
dalam rangka mencapai keseimbangan dan kejernihan dalam pikiran dan
ketenangan hati.
b. Teknik Transpersonal
Emosi positif dapat di kembangkan untuk meningkatkan aktifitas
intelegensia dan kesehatan fisik. Emsi dapat tranformasi misalnya dengan

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 7

musik dan melodi yang indah melalui latihan yang aktif atau dengan syair,
dan tulisan preposisi.
c. Respon terhadap Depersonalisasi
Humanistik percaya bahwa keahlian dasar masuk kemapuan yang penting,
demikian pula dengan keluhuran nilai, inovasi diri, dan karakter yang ter
buka.

Belajar

mandiri

merupakan

respons

terhadap

perlakuan

depersonalisasi dan kunci ide dalam mempertimbangkan perancngan
kurikulum

mandiri.

Tujuan

kurikulum

belajar

mandiri

adalah

mengembangkan kogmitif, afektif, sosial, moral, dan mengenmbangkan
ego.
d. Pembentukan Kepribadian melalui Akademik
Pengembangan kepribadian tidak selalu

dengan

sejumlah

ilmu

pengetahuan, tetapi juga dapat diupayakan melalui aktifitas dalam
kehidupan misalnya olahraga, kesenian, kesusatraan, organisasi dan
lainnya.
2. Model Desain Kurikulum Sistemik
Kurikulum sistemik lebih dekat kepada kurikulum berbasis standar
(standard-based curriculum) yang dianggap mampu mengantarkan isi materi
kurikulum menjadi efektif dan efisien. Kurikulum sistemik ini dapat ditemukan
seperti pada program-program pelatihan kepolisian, akademi militer, dan industri
untuk memastikan keseragaman atas apa yang dipelajari.
Tujuan yang akan dicapai ditentukan sesuai dengan standarisasi atau
patokan ukuran dan diberlakukan mekanisme kontrol/pengendalian. Tujuan
pembelajaran, acuan-acuan, hasil percobaan dan indikator lainnya digunakan
untuk mengevaluasi kemajuan akan tujuan dan dapat dilakukan modifikasi sesuai
kebutuhan. Standar isi kurikulum diikat dengan tujuan dan materi pelajaran.
Standar kinerja dibuat dalam sebuah indicator yang terukur dan eksplisit untuk
menilai kinerja, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dan perbaikan
yang dibutuhkan.
Hug & King8 (1984) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan kurikulum
pendekatan sistem ini adalah merancang, mengimplementasikan dan menilai
keseluruhan komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan secara
makro dan kaitannya pembelajaraan secara mikro.

8 Ibid., hlm. 49.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 8

Terdapat dua karakteristik utama dalam kurikulum sistemik, yaitu
keselarasan (alignment) dan pertanggungjawaban (akuntabilitas).9 Keselarasan ini
menjadi landasan bahwa pembuatan kebijakan, kerangka kurikulum harus mampu
menguraikan apa yang sebaiknya terjadi di dalam kelas, program pembelajaran
tertentu, pengembangan staf, dan ukuran prestasi siswa yang padu dan konsisten.
Keselarasan juga menentukan kesinambungan antara standar isi, buku teks dan
ukuran dari performansi atau capaian yang diharapkan.
Tujuan pertanggungjawaban/akuntabilitas pada

tingkat

perencana

kurikulum ini adalah untuk mempertemukan harapan-harapan dari capaian
pendidikan dengan identifikasi ketersediaan sumber daya dan kemampuan
menerapkan pengetahuan praktis untuk meningkatkan prestasi siswa. Aspek
pertanggungjawaban ini menurut R. Linn (2003) menjamin isi dan standar hasil
berfokus pada pembelajaran siswa, menekankan pengukuran prestasi siswa
sebagai bentuk tanggung jawab sekolah, dan memperkenalkan mekanisme
penghargaan, hukuman serta intervensi untuk meningkatkan kinerja.
Pada awal tahun 1990-an banyak negara mengadopsi bagian dari
kurikulum sistemik yang dikenal dengan Outcome-Based Education (OBE),
pendidikan yang berbasis capaian atau kemampuan. Sedikitnya 30 negara
membuat outcome dengan lingkup yang berbeda-beda. Sebagian besar
penyelenggara OBE ini tidak sepakat dengan sasaran hasil dari kurikulum
tradisional dan lebih cenderung berorientasi pada capaian umum yang berlaku di
masa depan dan pengalaman hidup saat ini. Perhatian pendidikan berbasis hasil
(OBE) ini layak dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan kurikulum.
3. Model Desain Kurikulum Akademik
Model kurikulum ini beranjak dari asumsi bahwa sekolah pada dasarnya
untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa, yang disebut juga Kurikulum
Subjek Akademis. Longstreet (1993) mengungkapkan bahwa model kurikulum ini
berpusat pada pengetahuan (knowledge-centered design), yang dirancang
berdasarkan struktur disiplin ilmu. Penekanan utamanya adalah untuk
mengembangkan intelektual siswa.10
John McNeil (2006) menganggap kurikulum sistemik yang menekankan
keahlian dan kompetensi, akan tetapi tidak memberikan kesempatan untuk
mengembangkan intelektual siswa secara mendalam dan kuat dalam berbagai
9 Ibid., hlm. 42-43.
10 Ibid., hlm. 51.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 9

disiplin ilmu. Oleh sebab itu diperlukan model kurikulum akademik yang
dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masingmasing dan diperkaya dengan data, fakta, konsep dan teori dalam setiap disiplin
ilmu.
Konsep kurikulum akademik yang sekarang ini banyak berkembang di
perguruan tinggi dan sekolah adalah kurikulum akademik “interdisiplin” dengan
penggabungan beberapa disiplin ilmu. Bentuk-bentuk pendekatan pengetahuan
dapat digunakan sebagai jalan keluar dalam pemilihan lebih dari seribu jenis
disiplin ilmu yang bisa dijadikan sebagai bagian kurikulum sekolah. Sebab pada
kenyataannya tidak mungkin seseorang menguasai banyak disiplin ilmu secara
mendalam.11 Bentuk-bentuk pendekatan pengetahuan dapat membantu perencana
kurikulum untuk memilih dan memilih beberapa disiplin ilmu yang akan
dimasukkan

ke

dalam

bagian

kurikulum

yang

dirancang,

dengan

mempertimbangkan tiga hal, yaitu keutuhan pemahaman suatu ilmu, disiplin ilmu
yang dipilih untuk kebutuhan sosial, menjadi prasyarat ilmu pengetahuan lainnya.
Secara historis, kurikulum akademik ditawarkan oleh Plato untuk
mengarahkan masyarakat dan pemerintah ke arah kesederhanaan dan keadilan.
Mereka mengedepankan pengetahuan tentang dunia, matematika dan astronomi,
dan Plato sendiri mendukung kemajuan geografi dan bakat musik siswa.
Pengetahuan dihormati sebagai sesuatu yang membuat orang hidup bersama-sama
dengan lebih baik, bukan hidup yang berakhir pada diri sendiri. Sedangkan
Aristoteles berlawanan dengan Plato, ia menghormati pembelajaran generalisasi
pengetahuan sebagai suatu yang akhir, bukan sebagai alat. Menurut Aristoteles,
Biologi merupakan bidang utama, namun ia memasukkan logika, retorika, politik,
etika, dan sejarah.
Masa kini dikenal tiga tipe kurikulum subjek akademik berdasarkan cara
pengorganisasiannya, yaitu:
1. Subejct-centered Curiculum
Dalam tipe ini, materi atau isi kurikulum disusun dalam subjek atau
bidang studi yang terpisah-pisah, seperti biologi, kimia, fisika, geografi
dan sebagainya. Tiap bidang studi tak berhubungan satu sama lain dan
guru bidang studi hanya bertanggung jawab pada bidang studi yang
diajarkannya. Pengorganisasin isi kurikulum yang terpisah-pisah ini maka
biasa juga disebut separated subject curriculum.
2. Correlated Curiculum
11 Ibid., hlm. 52.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 10

Bidang studi tidak disusun secara sendiri-sendir, namun yang memiliki
kedekatan ilmiah dikelompokkan menjadi satu, misalnya fisika, kimia,
biologi digabungkan menjadi sains alam; demografi, geografi, sejarah
digabungkan menjadi humaniora.
3. Integrated Curiculum
Model kurikulum terintegrasi bukan lagi menampilkan mata pelajaran
atau bidang studi, namun pembelajaran berangkat dari suatu pokok
masalah yang harus dipecahkan. Masalah yang harus dipecahkan
dikelompokkan

berdasarkan

tema

atau

lebih

dikenal

tematik.

Pembelajaran yang dikehendaki model kurikulum ini, tidak hanya belajar
dengan menghafal fakta atau teori, tetapi juga menganalisis fakta untuk
memecahkan masalah. Dengan pemecahan masalah, diharapkan semua
aspek intelektualitas, emosi, sikap dan ketrampilan terbentuk pada diri
siswa. Organisasi kurikulum ini biasanya diterapkan pada jenjang
pendidikan yang lebih rendah.12
D. MODEL MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM MIKRO
Perencanaan kurikulum mikro mencakup perencanaan pembelajaran yang secara
spesifik dilakukan oleh guru sebagai panduan menyelenggarakan proses belajar
mengajar (PBM) di dalam kelas. Perencanaan pembelajaran merupakan komponen
penting dalam sistem pembelajaran. Penerapannya di Indonesia, menurut Suwarna,
mulai popular dengan dengan dikenalkannya Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional yang disingkat PPSI, bersamaan dengan munculnya Kurikulum 1975.13
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan secara sistematis akan memberikan
manfaat, antara lain:
a. Sebagai alat untuk menganalisis, mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah berjalan.
b. Sebagai daya kontrol dan daya prediksi untuk merumuskan kebutuhan
secara spesifik, merumuskan langkah-langkah perbaikan dan perubahan
yang diharapkan.
Beberapa istilah lain yang digunakan oleh para ahli perencanaan pembelajaran
antara lain: pengembangan sistem instruksional (instructional system development),

12 Ibid., hlm. 59.
13 Suwarna, Pengajaran Mikro, Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik Profesional,
(Yogyakarta: Tiawa Wacana, 2006), hlm. 36.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 11

dan desain instruksional (instructional design). Makna yang terkandung dalam
pengertian perencanaan pembelajaran mencakup dua hal:14
a. Proses pengembangan pembelajaran dimulai dengan mengidentifikasi
masalah

dilanjutkan

dengan

mengembangkan

strategi

dan

bahan

pembelajaran, dan diakhiri dengan mengevaluasi efektifitas dan efisiensinya.
b. Hasil akhir perencanaan pembelajaran adalah satu set bahan dan strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan pendekatan sistem dalam perencanaan pembelajaran yang telah
menghasilkan berbagai model yang dikembangkan oleh para ahli, sebagai berikut:
1. System Approach for Education (SAFE) oleh Corrigan, 1966.
2. Michigan State University Instructional System Development Model oleh
Barson, 1967.
3. Project MINERVA Instructional System Design oleh Tracey, 1967.
4. Teaching Research System oleh Hamreus, 1968.
5. Banathy Instructional Development System oleh Banathy, 1968.
Menurut Atwi Suparman (2012) kelima model yang dikembangkan di atas
bersifat kompleks.

Para perencananya menggunakan istilah dan urutan langkah-

langkah yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa proses perencanaan pembelajaran
atau desain instruksional tidak memiliki urutan langkah-langkah yang baku. Setiap
model itu baik dan sesuai untuk kondisi tertentu, tergantung pada besar-kecil atau
kompleks-tidaknya suatu lembaga pendidikan, ruang lingkup tugas lembaga
pendidikan, serta kemampuan pengelola. Model MINERVA cocok digunakan dalam
diklat karena menghasilkan system instruksional yang mengarah pada pembentukan
ketrampilan kerja karyawan.
6. Instructional System Design oleh Gagne, 1979.
7. Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) oleh Depdikbud RI, 1975.
8. System Approach Model for Designing Instruction oleh Dick & Carey, 1985
9. Instructional Development Institute oleh AT&T, 1985.
10. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) oleh Diknas RI, 2004.
Secara garis besar, hal yang baku dalam model dasar dengan pendekatan sistem
untuk

desain

instruksional,

yaitu

mengidentifikasi,

mengembangkan,

mengevaluasi atau merevisi.15

mengidentifika
si
14 Ibid., hlm. 40.
15 Ibid., hlm. 35-36.

mengidentifika
si
merevisi

mengidentifika
si

dan

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 12

Tahap mengidentifikasi sebagaimana pada bagan di atas meliputi tiga langkah
sederhana, yaitu:
a. Mengidentifikasi

kebutuhan

pembelajaran

dan

menulis

tujuan

pembelajaraninstruksional umum.
b. Melakukan analisis pembelajaran.
c. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
Tahap mengembangkan dijabarkan menjadi empat langkah, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Menulis tujuan pembelajaran/instruksional khusus.
Menulis tes acuan patokan.
Menyusun strategi pembelajaran.
Mengembangkan bahan pembelajaran.

Tahap akhir yaitu evaluasi dan merevisi berisi langkah mendesain rencana
pembelajaran. Desain instruksional ini akan menjadi panduan bagi guru untuk
melaksanakan pembelajaran bersama siswa di kelas.
E. KESIMPULAN
Manajemen kurikulum ini menjadi aspek yang penting dalam keberhasilan
pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. Manajemen kurikulum
adalah suatu sistem pengelolaan yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan
sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Ruang lingkup
manajemen kurikulum mencakup perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi kurikulum.
Perencanaan kurikulum menjadi langkah pertama dalam aktifitas manajemen
kurikulum, mencakup perencanaan kurikulum secara makro yang menyangkut
kebijakan dan aktifitas institusi atau sekolah, dan perencanaan pembelajaran mikro
yang biasa dikenal dengan desain instruksional untuk proses belajar mengajar di
dalam kelas. Fungsi perencanaan kurikulum adalah menjadi pedoman atau alat
manajemen untuk mencapai tujuan pendidikan yang dirumuskan.
Tahapan perencanaan kurikulum makro secara garis besar terbagi menjadi dua
yaitu merumuskan tujuan kurikulum dan merancang isi kurikulum. Isi atau materi
kurikulum mencakup empat hal, yaitu: organisasi isi kurikulum, ruang lingkup,
sequens atau urutan kurikulum, dan kriteria pemilihan isi kurikulum.
Terdapat tiga model besar dalam perencanaan kurikulum makro, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Rusman (2009) dalam bukunya Manajemen Kurikulum, yaitu:
kurikulum humanistik, kurikulum sistemik, dan kurikulum subjek akademik.

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 13

Kurikulum humanistik berupaya menggabungkan tujuan pendidikan dari sisi
kecakapan kognitif sekaligus sisi etika dan moral.
Kurikulum sistemik berbasis standar, memiliki standarisasi isi/materi dan
patokan evaluasi sebagai standar kinerja baik guru dan siswa. Kurikulum sistemik
menekankan pada keahlian dan ketrampilan tertentu pada siswa. Kurikulum sistemik
ini dapat ditemukan seperti pada program-program pelatihan kepolisian, akademi
militer, dan industri untuk memastikan keseragaman atas apa yang dipelajari.
Kurikulum subjek akademik penekanan utama untuk mengembangkan
intelektualitas siswa. Berdasarkan metoda organisasi bidang studinya, kurikulum
subjek akademik terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: separated subject curriculum,
correlated curriculum, dan integrated curriculum.
Tahapan perencanaan kurikulum mikro atau disebut dengan desain instruksional
meupakan panduan bagi guru menyelenggarakan proses belajar mengajar (PBM) di
dalam kelas. Desain instruksional secara garis besar memiliki tiga tahapan yang baku,
yaitu mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi atau revisi.
Terdapat lebih dari sepuluh model yang dikembangkan oleh para ahli sejak
tahun 1966 baik dari luar dan dalam negeri. Dua model desain instruksional yang
dikembangkan oleh Departemen Pendidikan RI diantaranya Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI) dan model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro dan Makro | 14

DAFTAR PUSTAKA
Nuh, Muhammad. 2013. Kurikulum 2012. Jakarta: Harian Kompas 7 Maret 2013.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum, Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suwarna, dkk. 2006. Pengajaran Mikro, Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik
Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.