SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM NABI
MAKALAH
Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam 1
“Pemikiran Pendidikan Islam Nabi Muhammad SAW”
Dosen Pembimbing :
Dr. Andi Muhammad Idris Tunru. S.Ag,M.A.g
Di Susun Oleh :
Tirsa Eka Pratama Mokoginta
15.2.3.001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 1
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
TAHUN 1439 H / 2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr.Wb......
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya saya kelomppok 1 bisa menyelesaikan makalah “SPI”. Shalawat
serta salam tak lupa pula kami sampaikan kepada junjungan besar kita, suri
teladan kita, Nabi Muhammad saw yang telah membawah kita dari alam
kegelapan sampai kepada saat ini zaman yang terang menderang yang begitu
modern. Dengan kecangihan teknologi saat ini kelompok 1 dengan mudah dapat
menyelesaikan Makalah dengan bantuan teknologi & buku.
Pada makalah ini kelompok 1 akan membahas tentang “Biografi dan
Pemikiran Nabi Muhammad saw” pada umumnya menjelaskan bagaimana
biografi Nabi hingga perjuangan dan pemikran dan pada khususnya saya
menjelaskan bagaimana pemikiran Nabi terhadap pendidikan. Semoga dengan
membaca makalah ini, kita dapat mengampil banyak ilmu pengetahuan, dan saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca mengenai penyusunan
makalah ini.
Manado 15, oktober 2017
2
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
A. Biografi Nabi Muhammad SAW ................................................................... 6
B. Perdaban Arab Pra-Islam .............................................................................. 14
C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad SAW……………………..18
D. Peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi SAW Terkait
Dengan Pemikiran dan Peradaban Islam………………………………………...27
BAB III ................................................................................................................. 32
ANALISIS PENULIS………………………........………………………………32
PENUTUP ............................................................................................................. 33
A. Kesimpulan ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, telah bermunculan tokoh tingkat nasional dan internasional
yang memainkan peran sebagai pencerah umat dengan beragam konsep
membangun pemikiran dan peradaban. Konsep membangun Pemikiran dan
peradaban itu ditawarkan mulai dari rumah tangga hingga tingkat negara dan
dunia. Jika kita merujuk kembali pada sejarah pemikiran dan peradaban mayor,
maka sumber inspirasi perjuangan para ahli peradaban Islam adalah Nabiullah
Muhammad SAW. Adalah suatu momen yang sangat tepat bahwa kita sebagai
pencerah (enlighter) umat menggagas diadakannya berbagai diskusi dan seminar
tentang peradaban sebagai proses reeksistensi pemikiran dan peradaban
Islam. Dan menambah wawasan pengetahuan tentang peradaban dan pemikiran
islam pada masa nabi Muhammad SAW.
Hadirnya Nabi Muhammad pada masyarakat Arab membuat terjadinya
kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala
aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa
itu. Berhasilnya Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan yang
dianut bangsa Arab. Dalam waktu yang relatif singkat beliau mampu
memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab. Budaya-budaya yang mengarah
kebaikan yang dibawa Nabi Muhammad pada akhirnya menghasilkan peradaban
yang luar biasa pada zamannya. Yang mana muara dari peradaban itu semua ialah
Islam.
Rasulullah merupakan seorang pendidik yang menjadi panutan bagi umatnya.
Ia merupakan sosok ideal dalam dunia pendidikan Islam. Rasulullah memiliki
sifat-sifat mulia yang dapat dijadikan contoh bagi pendidik. Sifat-sifat tersebut
adalah kasih sayang, sabar, cerdas, tawadlu (rendah hati), bijaksana, pemaaf dan
lapang dada, berkepribadian yang kuat, dan senang beramal (Yusuf Khatir Hasan
al-Shuriy, 1990 : 15-17).
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Biografi Nabi Muhammad SAW
2. Bagaimana peradaban pra Islam
3. Bagaimana peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi
SAW Terkait Dengan Pemikiran dan Peradaban
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad saw adalah anak Abdullah bin Abdul Muttalib. ibunya
bernama Aminah binti Wahab. Kedua orang tuanya itu berasal dari suku Quraisy
yang terpandang dan mulia. Nabi Muhammad saw lahir pada hari Senin, 12
Rabi’ul Awwal tahun Gajah (atau, 20 April 571 Masehi). Dinamakan tahun
Gajah, karena ketika beliau lahir, kota Makkah diserbu oleh Raja Brahah dan
tentaranya dari negeri Habasyah dengan menunggang gajah. Mereka hendak
menghancurkan Ka’bah karena iri hati terhadapnya. Tetapi Allah melindungi
bangunan suci itu dan seluruh penduduk Makkah, dengan menjatuhkan batu-batu
Sijjil (dari neraka) yang amat panas kepada tentara itu. Maka binasalah mereka
semuanya. Ketika Nabi Muhammad saw masih. di dalam kandungan ibunya,
Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam (Siria) untuk berdagang. Tetapi,
sepulang dari sana, ketika sampai di kota Madinah, ia menderita sakit dan wafat
dalam usia 18 tahun. Abdullah dimakamkan di kota Madinah. Maka, Nabi
Muhammad saw dilahirkan ke dunia dalam keadaan yatim, di tengah-tengah
masyarakat jahiliyah penyembah berhala, penindas kaum lemah, perampas hak
orang, dan bahkan membunuh kaum wanita.1
Halimah As-sa’diyah menjadi Ibu Susu Nabi
Sudah menjadi adat bangsa Arab ketika itu, bahwa bayi seseorang
disusukan kepada wanita lain. Begitu pula halnya Nabi Muhammad saw. Beliau
disusukan kepada seorang wanita dusun bernama Halimah as-Sa’diyah. Empat
tahun lamanya beliau tinggal di dusun Bani Sa’ad bersama ibu susunya itu.
Selama memelihara Nabi Muhammad, keluarga Halimah as-Sa’diyah memperoleh
limpahan rezeki dari Allah SWT, sebagai berkah. Menjelang usia lima tahun,
Halimah as-Sa’diyah mengembalikan Nabi Muhammad saw kepada ibunya;
karena telah terjadi peristiwa atas anak asuhnya itu yang mencemaskan hatinya.
1
Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-fandi, The world Idol Muhammad ( Jakarta Amzah,2008),
h.47
6
Ketika di dalam permainan bersama kawan-kawannya, Nabi Muhammad saw
tiba-tiba didatangi dua laki-laki berpakaian serba putih, membaringkannya,
kemudian melakukan sesuatu atas dada anak tersebut. Meskipun tidak sesuatu pun
terjadi atas Nabi Muhammad saw, setelah peristiwa itu, namun Halimah asSa’diyah amat khawatir. Maka segera ia bawa Nabi Muhammad saw, kembali
kepada keluarganya di Makkah.
Di Bawah Asuhan Kakeknya, Abdul-Muthalib
Siti Aminah amat setia terhadap suaminya. Sering kali ia bersama anaknya
pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam suaminya, sekaligus bersilaturrahmi
kepada keluarganya, Bani Najjar, di sana. Suatu kali, dalam perjalanan pulang dari
Madinah, seusai berziarah, Siti Aminah jatuh sakit di desa Abwa’ (antara Makkah
dan Madinah). Beberapa saat kemudian, ia wafat di sana, meninggalkan Nabi
Muhammad saw, yang ketika itu barn berusia 6 tahun. Maka jadilah Nabi
Muhammad saw, yatim-piatu. Bersama Ummu Aiman, pembantunya, Nabi
Muhammad saw, kembali ke Makkah. Beliau kemudian dipelihara oleh kakeknya,
Abdul-Muttalib, hingga menjelang 9 tahun. 2
Di Bawah Asuhan Pamannya, Abu Thalib
Selama tiga tahun bersama kakeknya, Nabi Muhammad saw akhirnya
dipelihara oleh pamannya, Abu Thalib, karena kakeknya itu meninggal dunia.
Abu Thalib adalah seorang sesepuh kaum Quraisy yang disegani oleh kaumnya.
Meskipun demikian, dia bukanlah tergolong orang yang kaya. Abu Thalib
hanyalah seorang pedagang biasa yang wring merantau ke negeri Syam bersama
serombongan kafilah dagangnya. Ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad saw
diajak oleh pamannya itu pergi berdagang, ke Syam. Sampai di suatu dusun
perbatasan Syam, Abu Thalib bersama kemenakannya itu singgah di rumah
seorang pendeta Nasrani yang saleh, bernama Bahira. Dari kitab Taurat dan Injil
yang dipelajarinya, pendeta Bahira dapat mengetahui ciri-ciri kenabian yang ada
pada diri Nabi Muhammad yang masih kecil itu. Maka, dengan serta-merta,
pendeta Bahira memberitahukan hal itu kepada Abu Thalib seraya berkata:
“Wahai saudaraku, sesungguhnya anakmu ini adalah manusia pilihan Allah, calon
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta.2008), h.16-17
7
pemimpin umat manusia di clunia ini. Maka jagalah ia baik-baik. Bawalah ia
kembali, sebab aku khawatir ia diganggu oleh orang-orang Yahudi di negeri
Syam. Bahkan, jika sekiranya kaum Yahudi itu mengetahui bahwa ia adalah calon
Rasul –Allah, maka tentulah ia akan membunuhnya.” Maka pulanglah Abu Thalib
ke Makkah bersama Nabi Muhammad saw sebelum mereka sampai ke negeri
Syam.
Berdagang Ke Negeri Syam
Setelah Nabi Muhammad saw berusia hampir 25 tahun, Abu Thalib
merasa bahwa kemekanannya itu telah cukup dewasa. Maka dipanggilnya Nabi
Muhammad, lalu ditawarkanlah kepadanya suatu pekerjaan yang menguntungkan,
seraya berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya kita bukanlah keluarga yang
berkecukupan. Bahkan, kurasakan akhir-akhir ini kebutuhan kita semakin sulit
didapat. Alangkah baiknya jika engkau pergi kepada Khadijah untuk meminta
izinnya membawa barang-barang dagangannya ke negeri Syam. Mudah-mudahan
dari usaha itu engkau akan beroleh keuntungan yang besar.” Nabi Muhammad
saw menyetujui usul pamannya, sebab beliau memaklumi sepenuhnya akan
kesulitan yang dihadapi pamannya itu dalam menanggung beban belanja rumah
tangganya.3 Segera beliau pergi kepada Siti Khadijah untuk meminta izinnya
memperdagangkan barang-barangnya. Siti Khadijah adalah seorang janda kaya di
Makkah. la dikenal sebagai wanita Quraisy yang mulia karena keturunan dan
akhlaknya. la adalah wanita budiman, gemar membantu sesamanya, dan
senantiasa
menjaga
kehormatan
dirinya,
sehingga
mendapat
gelar At
Thahirah (Wanita Suci). Menanggapi permohonan Nabi Muhammad saw Siti
Khadijah tanpa pikir panjang langsung menyambutnya dengan senang hati, karena
ia telah cukup mengenal Nabi Muhammad saw sebagai pemuda yang ramah, jujur,
dan sopan-santun. Maka berangkatlah Nabi Muhammad saw ke negeri Syam,
ditemani oleh Maisarah, budak Siti Khadijah. Pulang dari Syam, Nabi Muhammad saw memperoleh keuntungan amat besar, yang belum pernah dicapai oleh
para pedagang lain. Siti Khadijah amat kagum terhadap pemuda Muhammad.
Lebih-lebih ketika ia mendengar sendiri dari Maisarah, bagaimana agungnya
3
Muhammad Haekal, Sejarah Hidup Muhammad,(Jakarta.1997).h.67
8
perangai Nabi Muhammad saw selama di perjalanan maupun ketika berdagang.
Maka berubahlah rasa kagum itu menjadi rasa cinta. 4
Perkawinan Nabi Muhammad Dengan Siti Khadijah
Hubungan perdagangan antara Nabi Muhammad saw dengan Siti Khadiiah
akhirnya diteruskan ke jenjang perkawinan. Rupanya, Allah SWT menghendaki
demikian, karena ada banyak hikmah di balik itu. Dalam suatu upacara yang
sederhana, dilangsungkannya akad nikah antara keduanya, suatu pernikahan yang
telah menoreh lembaran sejarah Islam. Ketika itu, Nabi Muhammad saw berusia
25 tahun, sementara Siti Khadijah telah berusia hampir 40 tahun. Perkawinan ini
membuahkan empat anak putri dan dua orang putra, masing-masing Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, Qasim, dan Abdullah. Tetapi, atas kehendak
Allah SWT, kedua anak laki-laki beliau wafat ketika masih kanak-kanak.
Memperoleh Gelar “AL-AMIN”
Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun, di Makkah terjadi bencana
banjir sehingga merusakkan sebagian dinding Ka’bah. Setelah usai bencana, kaum
Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding Ka’bah yang runtuh itu. Pada saat
pekerjaan telah selesai, dan tinggal Hajar al-Aswad (batu hitam) yang mesti
dikembalikan di tempatnya semula, terjadilah perselisihan di antara mereka.
Masing-masing suku ingin memperoleh kehormatan dengan meletakkan Hajar alAswad itu di tempatnya. Hampir saja terjadi pertumpahan darah di antara mereka.
Tetapi, tiba-tiba salah seorang berkata: “Wahai kaumku, janganlah kalian saling
bermusuhan karena ini. Sebaiknya kita tunggu saja esok pagi, siapa yang pertama
kali datang ke pintu Masjid ini, dialah yang berhak mengambil keputusan.” Pagipagi keesokan harinya, kaum Quraisy mendapati bahwa orang yang pertama kali
masuk ke pintu Masjid adalah Nabi Muhammad saw. Maka bersoraklah mereka
menyambutnya, karena mereka yakin akan kejujuran pemuda Muhammad. Jadilah
Nabi Muhammad saw. Sebagai hakim yang memutuskan perkara Hajar al-Aswad
itu. Nabi Muhammad saw kemudian menggelarkan kain surbannya di atas tanah
dan meletakkan Hajar al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada masing-maing kepala
suku, beliau memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung kain itu dan
4
M.Fetullah Gulen, Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW (Jakarta, 2002),h.199
9
mengangkatnya. Sampai diatas, beliau lalu mengangkat batu suci dengan
tangannya sendiri, dan meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara itu,
seluruh kaum Quraisy merasa puas, dan berseru: “Kami rela atas keputusan yang
dibuat oleh orang yang dipercaya ini!” Sejak itu, Nabi Muhammad saw mendapat
gelar “Al-Amin”, artinya “Yang Dipercaya”.
Wahyu Pertama
Pada usia 40 tahun, Muhammad sering bertahanus di Goa Hira. yaitu
mendekatkan diri kepada Tuhan. Tepat pada tanggal 1-17 madhan datanglah
Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama. Mula-mula Muhammad
ketakutan, tubuhnya gemetar melihat kedatangan Malaikat Jibril. Jibril kemudian
merangkulnya, ia makin ketakutan, tubuhnya menggigil. Sesudah dilepas Jibril
berkata : bacalah!” “Aka tidak bisa membaca!”Jawab Muhammad Jawaban itu
diulang hingga tiga kali. Akhirnya ia berkata kepada Jibril : “Apa yang ku baca?”
Kemudian Jibril membacakan suratt Al-Alaq dari ayat 1-5., Sesudah itu ia pulang
ke rumah dengan tubuh gemetar. la disambut Istrinya Khadijah yang sangat setia
dan memperhatikannya ia diselimuti oleh Khadijah dan dihibur degan kata-kata
yang menentramkan jiwanya. lalu Khadijah pergi berkonsultasi dengan anak
pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah memberitahukan bahwa
yang datang kepada Muhammad itu adalah Jibril yang pernah datang kepada
Musa. Jadi Muhammad akan diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul.5
Wayhu Kedua
Sesudah wahyu yang pertama selama dua setengah tahun Rasulullah tidak
mendapat wahyu lagi. la kuatir akan terputus, maka nenyepi ke goa Hira’ lagi.
Ketika la menengadah ke langit tampaklah malaikat Jibril. la ketakutan dan segera
pulang ke rumah. Minta kepada Hadijah supaya diselimuti. Dalam keadaan
berselimut itu datanglah malikat Jibril menyampaikan wahyu kedua yang artinya:
“hai orang yang berselimut! Bangunlah dan beri peringatan! Besarkanlah Nama
Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan Maksiat, janganlah
kamu member karena ingin memperoleh yang lebih banyak. Dan hendaklah kamu
bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu.” (Al- Muddatstsir: 1-7). Dengan
5
Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), h.19
10
demikian jelaslah sudah, bahwa Muhammad diperintahkan menyampaikan
Risalah-Nya. Yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa.
Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Yang pertama kali diajak memeluk Islam adalah keluarganya sendiri dan
orang–orang yang dekat dengannya. Pertama yaitu istrinya Hadijah. Kedua Ali
bin Abi Thalib, lalu Zaid bin Haritsah. Setelah itu beliau mengajakteman akrabnya
yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq. Dengan berimannya Abu Bakar, maka banyaklah
orang-orang yang kemudian mengikutinya. Antra lain: Usman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin
Ubaidillah, Abu Ubaidah, bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam. Fatimah bin
Khattab. Mereka Inilah yang disebut golongan terdahulu yang masuk Islam
atau “As Saabiqunal Awwalum”. Mereka mendapat ajaran dan gemblengan
keimanan dari Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam.6
Menyiarkan Agama secara Terang-terangan
Tiga tahun menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi. kini
datanglah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan. Namun sebagaimana
nabi-nabi terdahulu, ajakannya ditolak oleh sebagian besar kaumnya. Hanya
sedikit yang mula-mula mau mangikuti ajaran Nabi Muhammad. Walau demikian
Muhammad tetap sabar dan terus melakukan dakwah dengan bijaksana. Orangorang kafir makin jengkel. Mereka mendatangi Abu Thalib, dan minta paman
Nabi itu untuk menghentikan kegiatan Nabi mengajak manusia kembali kejalan
yang benar. Tetapi apa jawab Nabi: “Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka
meletakkan matahari di sebelah kananku, dan rembulan ditangan kiriku dengan
maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (mengajak manusia pada agama Allah)
sehingga agama ini tersiar (dimuka bumi) atau aku akan binasa karenanya, namun
aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini. Mendengar tekad keponakannya yang
membaja itu, Abu Thalib berkata: “Pergilah dan katakan apa yang kamu
6
Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h.63
11
kehendaki, demi Allah tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasan pun
selama-lamanya”.
Penganiyaan Terhadap Rasulullah Dan Pengikutnya
Melihat Rasulullah masih saja meneruskan dakwanya dan tarus menghina
sesembahan mereka berupa patung bodoh yang tak bisa gerak dan berbicara maka
orang-orang kafir itu mulai gatal. Terlebih setelah mereka amati makin banyak
saja para pengikut Muhammad memeluk agama Islam. Maka mereka mulai
menganiaya beliau. Misalnya, ketika Nabi sedang shalat dan bersujud. di Masjidil
Haram, tiba-tiba saja Abu Jahal mengangkat batu besar dan hendak dtimpakan
kepada beliau. Tetapi niatnya tak kesampaian karena beliau dilindungi Allah yang
mengirim malaikat Jibril. Tubuh Abu Jahal gemetar, ketakutan dan pucat pasi.
Beliau juga pemah dilempari kotoran unta di atas kuduknya. Ketika beliau pulang
ke rumah ditaburi debu dan pasir pada mukanya. Yang keterlaluan adalah
perbuatan Uqbah bin Abi Muith, ketika beliau shalat masjidil Haram tiba-tiba
orang kafir itu menjerat leher beliau dengan selendangnya sehingga beliau tidak
berdaya untuk melepaskannya. Untunglah pada saat itu muncul Abu Bakar. la
langsung memotong Uqbah dan menghempaskannya dari Rasulullah.7
Beberapa pengikut beliau yang mendapat siksaan dari orang kafir antara
lain: Bilal bin Rabah, yaitu seorang budak milik Ummayyah half. Bilal
ditelentangkan di atas terik matahari padang pasir, ditubuhnya ditindihkan batu
besar. la dipaksa supaya meninggalkan Islam namun is tetap teguh dan imannya
bertambah tebal. Bilal akhirnya dibebaskan oleh Abu Bakar yang membelinya
dari Umayyah bin Khalf.
Sahabat lain yang disiksa di luar batas peri kemanusiaan adalah Amar bin
Yasir beserta kedua orang tuanya. Mereka disiksa pada waktu Dhuzur yaitu di saat
terik-teriknya matahari memanggang padang pasir. Ketika Nabi lewat beliau
menghibur mereka: “Bersabarlah hai keluarga Yasir, yang dijanjikan untuk kalian
adalah surga”. Sahabat Habab bin Arats juga di siksa lebih kejam, lagi. la ditusuk7
Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah.h.39
12
tusuk dengan besi panas pada punggungnya agar mening-galkan Islam, namun ia
tetap tabah dan memilih Islam sebagai agamanya.
Hijrah Ke Ethiopia
Keganasan kaum kafir makin merajalela. Pengikut Rasulullah dan
kalangan lemah makin banyak jumlahnya. Melihat penderitaan mereka Rasulullah
tak sampai hati, maka Rasul kemudian menyuruh mereka hijrah ke Ethiopia. Raja
Habasah di Ethiopia temyata mau menerima kedatangan mereka dengan senang
hati. Mereka mendapat perlindungan yang baik. Rombongan pertama terdiri 10
laki-laki dan 4 orang wanita. Rombongan kedua 100 orang, di antaranya terdapat
Usman bin Affan, Zubair bin Awwam dan lain-lain.8
Rasulullah tetap berada di Mekkah. Pada waktu itu masuklah pembesar
Qurais kedalam Agama Islam yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul
Muthallib. Dengan masuknya dua orang jenderal perkasa itu pihak Quraisy makin
khawatir kedudukannya akan merosot. Sedang pengikut Rasul semakin bertambah
banyak.
Embargo Terhadap Bani Hasyim Dan Bani Muthalib
Dengan berbagai cara kaum kafir tidak berdaya mematahkan gerakan
Islam, maka cara terakhir yang menurut mereka cukup ampuh adalah mengadakan
pemboikotan atau embargo terhadap keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib
sebab dua keluarga besar itulah yang senantiasa membela dan melindungi Nabi
Muhammad.
Pemboikotan itu ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan, baik
hubungan perkawinan, hubungan dagang atau jual beli dan ziarah menziarah.
Dengan adanya embargo tersebut terpaksa Nabi Muhammad dan para pengikutnya
menyingkir keluar kota Mekkah. Dua tahun lamanya mereka hidup dalam
kekurangan dan kemiskinan. Sebenarnya banyak juga kaum Quraisy yang merasa
8
Muhammad Syafii Antonio, h.153
13
sedih atas nasib yang menimpa Muhammad dan keluarganya. Diam-diam mereka
mengirim bahan makanan dan pakaian pada malam hari. Akhirnya bangkitlah
beberapa muka Quraisy untuk menghentikan pemboikotan itu. Mereka merobekrobek isi perjanjlan yang ditempelkan di Ka’bah.
Dengan demikian pulihlah keadaan seperti semula. Rasul dan keluarganya
kembali ke kota Mekkah. Akan tetapi nasib para pengikut Rasul tidak bertambah
baik, kaum kafir makin giat menindas dan menyiksa mereka.
B. Perdaban Arab Pra-Islam
Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab. Semenanjung yang
terletak di bagian barat Daya Asia ini, sebagian besar permukaannya terdiri dari
padang pasir. Secara umum iklim di jazirah Arab amat panas. Bahkan termasuk
yang paling panas dan paling kering di muka bumi.9
Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl albadwi dan ahl al- hadlar. Kaum Badwi adalah penduduk padang pasir. Mereka
tidak memiliki tempat tinggal tetap, tetapi hidup secara nomaden, berpindahpindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari sumber mata air dan
padang rumput. Mata penghidupan adalah beternak kambing, biri-biri, kuda dan
unta. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden tidak banyak memberi peluang
kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh karena itu, sejarah mereka
tidak ketahui dengan tepat dan jelas. Ahl al-hadlar ialah penduduk yang sudah
bertempat tinggal tetap di kota-kota tau daerah-daerah pemukiman yang subur.
Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam dan industri. Berbeda dengan
masyarakat Badwi, mereka memilki peluang yang besar untuk membangun
peradaban.10
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia
adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan natara anggotaanggotanya terikat oleh pertalian darah (nasab). Akan tetapi, adakalanya
9
Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad Nabi Untuk Semua,h.286
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Rajawali Pers,2008),h.16
10
14
hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh ikatan perkawinan, suatu
politik atau karena sumpah seti.
Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Mekkah
Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di
lingkungan keluarga terdekat seperti disebutkan dalam Al-Qur’an. Beliau
berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan kawan dekatnya. Mereka
orang yang pertama-tama memeluk agama Islam baik dari kalangan keluarga
terdekat maupun sahabat disebut dengan Assabiqunal Awwalun.
Setelah beberapa lama Rasululah melakukan dakwah secara rahasia, maka
turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di hadapan
umum seperti telah dituturkan dalam Al-Qur’an. Langkah pertama yang dilakukan
Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan
menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib. 11
Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat umum. Mereka
mulai mengajak ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat
bangsawan, hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk
Mekkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk
Mekkah dilakukan di bukit Shafa. Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw
menjelaskan bahwa ia diutus oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah
Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala.
Dengan seruan secara terbuka itu, Nabi Muhammad dan Islam menjadi
perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah. Masyarakat
Quraisy beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak mempunyai
dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan berusaha
menentangnya habis-habisan hingga agama Islam tersebut lenyap dari muka bumi
ini. Selain itu, mereka memulai strategi untuk mengacaukan kegiatan dakwah
11
Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, h.362-367
15
Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota
Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.
Respon Masyarakat Mekkah Terhadap Dakwah Nabi Muhammad SAW
Dakwah Islam yang dilakukan Rasul baik secara diam-diam maupun
secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam. Ada yang menerima
dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran
Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw, meskipun ada juga
keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab.
Meskipun bisa dikatakan bahwa masyarakat Arab di kota Mekkah ada
yang menerima ajaran Islam secara ikhlas, tapi pada umumnya masyarakat Arab
kota Mekkah menolak dan tidak menghendaki kehadiran Islam dan umat Islam
dan umat Islma di kota tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai penghinaan
bahka ancaman penbunuhan yang ditujkan kepada Nabi Muhammad Saw dan
umat Islam.12
Hambatan Dan Rintangan Dakwah Islam Di Mekkah
Para tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar
mengenai ajaran yang dibawah Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara
untuk menghambat gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang
terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu Thalib,
paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk
melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran islam. Karena
tidak tahan atas ancaman dan teror yang diarahkan kepadanya, maka pada suatu
ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad Saw agar bersedia menghentikan
kegiatan dakwahnya.
Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw terus
berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara,
termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima siksaan di luar batas
12
Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad Nabi Untuk Semua,h.289
16
perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum.
Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu besar. Istri Yasir yang
bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.
Boikot Dan Rencana Pembunuhan Terhadap Nabi Muhammad SAW
Kegagalan masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi Muhammad
Saw untuk meninggalkan dakwahnya justru memperkuat posisi umat Islam di kota
Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy.
Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan kekuatan Nabi
Muhammad Saw yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani Hasyim.
Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk hubungan
dengan Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk Mekkah yang
diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan
itu dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di
dalam Ka’bah. Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, yang
dimulai pada bulan Muharram tahun ketujuh kenabian, bertepatan dengan tahun
616 M.13 Di antara isi piagam pemboikotan ini adalah sebagai berikut :
1. Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dngan orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menjenguk orang-orang Islam
yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang
Islam, sehingga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan,
kemiskinan, dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu baru
berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy merasa iba dengan penderitaan yang
dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam
13
Dr.Ali Sami an-Nasyar, Kisah Para Syuhada Di Zaman Nabi Saw,h.297
17
tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis pemnboikotan itu
berakhir.
C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw
Hijrah ke Habsyi yang pertama Penyiksaan dan penganiayaan kafir
Quraisy yang diluar batas peri kemanusiaan terhadap orang-osang muslim
membuat hati nabi tidak tahan melihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi
Muhammad menyarankan kepada sahabatnya untuk mengungsi ke Habsyi guna
menghindar dari gangguan, siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy. Pada
bulan ketujuh tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4
wanita kemudian rombongan berikutnya menyusul hingga jumlah yang hijrah ke
Habsyi mencapai 70 orang. Kedatangan orang-orang Islam di Habyi disambut
dengan baik oleh raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan
untuk melaksanakan ibadah Islam. Keadaan itu berubah ketika orang-orang
Quraisy mengirim utusan kepada Raja Nejus. Mereka meminta agar Raja Habsyi
itu mengembalikan orang-orang mukmin ke negei asalnya, yaitu Mekkah. Namun
permintaan itu ditolaknya.14
Ketika umat Islam berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota
Mekkah. Beliau terus berusaha menyebarkan Islam kepada masyarakat Quraisy,
meskipun mendapat ancaman dan gangguan yang luar biasa. Usaha Rasulullah
Saw ini ternayat tidak sia-sia. Ia berhasil mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy,
misalnya, Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M
bertepatan pada tahun ke enam kenabian.
Hijrah Ke Habsyi Kedua
Umat Islam yang hijrah ke Habsyi pertama berlangsung selama 2 bulan.
Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Melihat keberhasilan umat Islam untuk
14 Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), h.19
18
bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi, kafir Quraisy semakin geram.
Karena itulah, Nabi Muhammad menyarankan kembali kepada umat Islam untuk
hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh 101 orang diantarnaya terdapat 18
orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin Abi Thalib.
Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat
sambutan yang hangat dari Raja Nejus. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini
membuat marah orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha
untuk menghambat langkah perkembangan Islam dengan berbagai cara. Melihat
keseriusan orang-orang kafir Quraisy, Raja Nejus berusaha mengumpulkan umat
Islam untuk meminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini Jakfar
bin Abi Thalib bertindak sebagai juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal
yang sebenarnya mengenai ajaran Islam kepada Raja Nejus. Akhirnya Raja
mengerti dan Raja Nejus pun masuk Islam.15
Misi Ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian, dikenal dengan tahun duka bagi Nabi
Muhammad Saw sebab dua orang yang sangat dicintainya meninggal dunia, yaitu
Siti Khadijah dan Abu Thalib. Dengan meninggalnya mereka, orang-orang kafir
Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad Saw.
Karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia bersama
Zaid berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari
keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau memberikan
perlindungan dan bantuan apapun kepada Nabi Muhammad Saw. Bahkan beliau
diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan
dilempari batu oleh pemuda kota Thaif.
Perjanjian Aqabah
a. Perjanjian Aqabah I
15 Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam, h.25-26
19
Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi
Muhammad Saw menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut
berjumlah sekitar 12 orang. Kepada mereka Nabi Muhammad menyampaikan
dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga mereka menyatakan
keislamannya di hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan tersebut terjadi di salah
satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka mengadakan
persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.16
Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :
1. Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad
2. Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa
3. Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya
4. Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah
5. Mereka menyatakan tidak akan membunuh
6. Mereka menyatakan tidak akan mralkukan kecurangan dan kedustaan.
b. Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke 13 kenabian, bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah
Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah
itu berjumlah sekitar 73 orang. Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui Nabi
Muhammad menyampaikan pesan berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar
Nabi Muhammad bersedia datang ke kota Mekkah, memberikan penerangan
tentang ajaran islam dan sebagainya. Permohonan itu dikabulkan Nabi
Muhammad dan beliau menyatakan kesediannya untuk datang dan berdakwah
disana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan perjanjian yang
disebut perjanjian aqabah yang kedua yang berisi :
1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad
16
Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h.63
20
2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan
jiwa
3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan
kepada sanak keluarga mereka
4. Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan.
Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Madinah
Hijrah ke Yatsrib setelah Baiah Aqabah Kedua tindakan kekerasan
terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat
akan membunuh Rasulullah. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah menganjurkan
para sahabatnya untuk segera pindah ke Yatsrib. Rasulullah meninggalkan
Mekkah setelah seluruh kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya serta Abu
Bakar dan keluarganya, sudah keluar dari Mekah. Ketika akan berangkat,
Rasulullah meminta Ali untuk tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang
berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah,
ditemani oleh Abu Bakar.17
Mereka bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu
tentang keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu Bakar
sendriri, Abdullah, Aisyah, dan Asma serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah.
Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar
mengenai pergunjingan penduduk Mekah tentang Rasulullah. Pada malam yang
ketiga mereka keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan
menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad,
seorang musyrik yang bertugas selaku penunjuk jalan.18
Senin tengah hari 8 Rabiul Awwal Rasulullah tiba di Quba, sekitar 10
kilometer dari kota Yatsrib. Selama tinggal di Quba beliau menginap di rumah
Kultsum ibn Hadam, seorang laki-laki tua yang rumahnya biasa dijadikan
pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke Yatsrib. Adapun Abu Bakar
17 17
18
Muhammad Haekal, Sejarah Hidup Muhammad,(Jakarta.1997).h.68
Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah, h. 39
21
menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn Zaid. Pada saat itulah
masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn Yasir. Rasulullah sendiri
yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar, kemudian
diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian Ali ibn Abi Thalib tiba
pula di Quba setelah menempuh perjalanan selama 15 hari. Ia bergaung dengan
Rasulullah tinggal di rumah ibn Hadam. Keesokan harinya, Jumat 12 Rabiul Awal
bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan Muhajirin ini melanjutkan
perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum
Anshar. Kemudian unta Nabi berhenti di salah satu kebun yang ditumbuhi
beberapa pohon kurma, bersebelahan dengan rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik
dua anak yatim bersaudara yang diasuh oleh Abu Ayub, bernama Sahl dan Suhail,
putera Rafi’ ibn Umar. Atas permintaan Mu’adz ibn Ahra’, kebun ini dijual, dan
diatasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak kedatangan Rasulullah
Yatsrib
berubah
namanya
menjai Madinah
al-Rasul atau al-Madinah
al-
Munawwarah.
Pembinaan Mayarakat Dan Peletakan Dasar-dasar Budaya
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinah adalah
pembinaan terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar
kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah itu pada umumnya merupakan
sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang
berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang bersumber dari alQur’an dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama yang dibangun Rasulullah
dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid. Pertama masjid Quba,
selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi dibangun setelah Rasulullah tiba
di Yatsrib.19
19 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :Pustaka Setia, 2008), h.64
22
Muhammad ternyata bukan hanya seorang Nabi dan Rasul, tapi juga
seorang ahli politik yang ulung dan diplomat yang bijak, sebagai pahlawan
perkasa di medan perang, dan sebagai kesatria dalam memperlakukan musuh yang
kalah. Kepiawannya berpolitik antara lain ditunjukkan dalam perjanjian damai
dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian itu, kota Madinah
menjadi Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya. Perjanjian ini kemudian
dikenal dengan Piagam Madinah. Beberapa asas masyarakat Islam yang telah
diletakkan oleh Rasulullah antara lain :
Al ikha (persaudaraan), al musawah (persamaan), altasamuh (toleransi), altasyawur (musyawarah),al ta’awun (tolong menolong), al-adalah (keadilan). Atas
dasar ini pula Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
Memelihara Dan Mempertahankan Masyarakat Islam
a. Rongrongan kaum Yahudi
Kaum Yahudi Madinah yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadlir dan Bani
Quraidhah sejak semula sudah mempercayai akan datangnya nabi akhir zaman
sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka tetapi mereka ingkar.
Kira-kira setahun kemudian setelah pengusiran Bani Qainuqa pada akhir
tahun kedua setelah hijrah, Amr ibn Jahasy dari Bani Nadlir mencoba hendak
membunuh Rasulullah. Ia menjatuhkan batu dari atas tembok tempat beliau dan
para sahabatnya beristirahat. Atas penghianatan itu, perkampungan mereka
dikepung selama 16 hari, dan mereka diusir dari Madinah.20
Pengusiran terhadap Bani Nadlir mendorong mereka untuk bersekutu
dengan kabilah-kabilah besar Arab seperti Quraisy, Ghathfan, Bani Murrah dan
lain-lain untuk bersama-sama menyerang Madinah. Terjadilah perang Ahzab pada
tahun 5 H. Kota Madinah dikepung, sehingga kaum muslimin terancam kelaparan.
Ketika musuh menghentikan pengepungan dan meninggalkan Madinah tanpa hasil
sedkit pun, kaum muslimin mengepung perkampungan Quraidhah selama 25 hari.
20
Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah,h.40
23
Karena penghianatannya, mereka dihukum mati, sementara anak-anak dan
perempuan meraka ditawan.
b. Rongrongan orang-orang munafik
Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi perang Uhud, kaum munafik
keluar dari barisan yang dipersiapkan itu atas hasutan Abdullah ibn Ubai,
pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum Yahudi
dan pernah menjanjikan bantuan kepada bani Quraidhah sewaktu yang disebut
terakhir ini mengianati kaum muslimin. Terhadap orang-orang munafik ini
Rasulullah bersikap lunak sambil berusaha menyadarkan mereka supaya beriman
secara benar. Usaha Rasulullah tidak sia-sia, ternyata kelompok orang munafik ini
tidak ditemukan lagi setelah Abdullah ibn Ubay meninggal dunia.21
c. Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya
Perang sebagai jawaban atas sikap permusuhan kafir Quarisy terjadi
pertama kali di lembar Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam al-Qur’an
peristiwa itu disebut yaum al-furqan, artinya hari pemisah antara yang hak dan
yang batil. Kendatipun jumlah pasukan Islam jauh lebih kecil dari pasukan
Quraisy, namun mereka berhasil meraih kemenangan. Sementara itu, kafir
Quarisy bertekad membalas kekalahan itu dengan mempersiapkan 3000 pasukan
dengan perbekalan yang cukup dan persenjataan yang lengkap. Turut ambil
bagian dalam pasukan itu, Arab Tihamah, Kinanah, Bani Harits, Bani Haun, dan
Bani Musthaliq. Pada bulan Sya’ban 3 H terjadilah perang Uhud. Dalam peristiwa
ini umat Islam menderita kekalahan. Kurang lebih 70 orang sahabat Rasulullah
gugur sebagai syuhada, termasuk di antaranya Hamzah ibn Abd al-Muthalib,
paman Rasulullah. Sementara kaum kafir Arab meningkatkan kerjasama untuk
menyempurnakan kemenangan mereka, Bani Nadlir mencoba melakukan
pembunuhan atas diri Rasulullah, namun gagal dan mereka diusir dari Madinah.
21 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997) h.17
24
Mereka kemudian bersekutu dengan kafir Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain
yang memusuhi Islam. Bulan Syawal 5 H kurang lebih 14000 tentara, diantaranya
4000 dari Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan, menyerbu Madinah.
Menghadapi serbuan ini Rasulullah memilih bertahan di dalam kota. Atas saran
Salman al-Farisi, di bagian utara kota digali parit yang lebar dan dalam, sementara
di bagian yang lain dijaga ketat dengan menutup setiap lorong untuk masuk ke
dalam kota. Perang ini dikenal dengan perang Khandaq, karena kaum muslimin
meggunakan parit (khandaq) sebagai benteng pertahanan. Dikenal pula dengan
perang Ahzab, karena musuh yang menyerang Madinah terdiri dari berbagai
golongan yang bersekutu.
Fase Setelah Perjuangan Perang Ahzab
Pada bulan Dzu al-Qa’dah 6 H Rasulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya
berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dan haji. Tidak ada senjata yang
mereka bawa selain pedang yang tersimpan pada sarungnya sekedar untuk
menjaga diri selama dalam perjalanan. Kafir Quarisy tidak menghendaki kaum
muslimin memasuki kota Mekkah karena menurut mereka hal ini berarti
kemenangan bagi kaum muslimin.22 Oleh karena itu, mereka mengirim pasukan di
bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang rombongan Rasulullah.
Kaum muslimin dapat menghindari pertemuan dengan pasukan Khalid dengan
menempuh jslsn lsin, sehingga meeka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa mil
dari kota Mekah.23
Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat, dan memutuskan untuk
mengutus Utsman bin Affan guna menyampaikan maksud kedatangan mereka.
Akan tetapi Utsman bin Affan ditahan dan timbul desas-desus bahwa Utsman
dibunuh. Kemudian Rasulullah dan para sahabatnya mengadakan sumpah setia
22
Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam hlm. 25-26
23 Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam, h. 25-26
25
untuk
berperang
sampai
tercapai
kemenangan
yang
disebut
baiah al-
Ridlwan karena diridhai oleh Allah swt. Sumpah setia ini menggetarkan nyali
musyrikin Quraisy, sehigga mereka membebaskan Utsman dan mengirim Suhail
ibn Amr al-Amiri untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin.
Perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian Hudaibiah yang pokok-pokoknya sebagai
berikut :
1. Segala permusuhan antara kedua belah pihak dihentikan selama 10 tahun
2. Setiap orang Quraisy yang datang kepada kaum muslimin tanpa seizin
walinya harus ditolak dan dikembalikan
3. Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada pihak Quraisy tidak
akan dikembalikan
4. Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraisy maupun dengan
kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu pihak yang
membuat perjanjian ini.
5. Kaum muslimin tidak boleh memasuki Mekkah pada tahun ini, namun
diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa
senjata, kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak tinggal di Mekkah
lebih dari tiga hari.
Kaum muslimin berhasil memasuki kota Mekkah tanpa setetes darah pun
pada tahun 20 Ramdhan tahun 8 H. Para penakluk kemudian berthawaf
menegelilingi Ka’bah dan menghancurkan patung-patung yang ada di rumah suci
itu. Peristiwa ini dikenal dengan Fathu Mekkah (pembebasan Mekkah).24
Pada bulan Rajab 9 H bertepatan dengan Oktober 630 M, Rasulullah
mempersiapkan pasukan untuk meghadapi tentara Romawi di Utara. Pasukan
Romawi yang semula akan menyerang Islam, mundur kembali ke negerinya stelah
24 Ali Sodiqin Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI,
2009), h.27
26
melihat betapa besar jumlah pasukan kaum muslimin yang dipimpin Rasululah tak
kena mundur. Peristiwa ini dikenal dengan Perang Tabuk.
Oleh karena itu, sejak tahun 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-kabilah
Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah menyatakan masuk
Islam. Mereka itu antara lain Bani Tsaqif, dari Thaif, Bani Asad dari Najd, Bani
tamim disusul kemudian oleh perutsan dari Yaman dan sekitarnya pada tahun 10
H. Dengan demikian, tahun ini disebut dengan tahun perutusan atau ‘am alwufud.
D. Peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi SAW
Terkait Dengan Pemikiran dan Peradaban Islam
Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhamad tidak sekaligus, tetapi
dengan cara berangsur-angsur. Atas dasar itulah Nabi menyelesaikan persoalanpersoalan yang timbul dalam masyarakat Islam pada masa itu. Tetapi adakalanya
persoalan yang cara penyelesaiannya belum disebut oleh wahyu yang sudah
diterima Nabi. Dalam hal ini Nabi memakai ijtihad atau pendapat yang dihasilkan
pemikiran secara mendalam.
Pada periode Nabi, segala persoalan hukum dikembalikan kepada Nabi
untuk menyelesaikannya, Nabi lah yang menjadi satu-satunya sumber hukum.
Secara direk pembuat hukum adalah Nabi,tetapi secara indirek Tuhanlah pembuat
hukum, karena hukum yang dikeluarkan Nabi bersumber pada wahyu dari
Tuhan.25
Di periode sahabat, daerah yang dikuasai Islam tambah luas dan termasuk
didalmnya daerah-daerah di luar semenanjung Arabia yang telah mempunyai
kebudayaan tinggi dan susunan masyarakat yang bukan sederhana, di
perbandingkan dengan masyarakat Arabia ketika itu. Dengan demikian persoalanpersoalan permasyarakatan yang timbul di periode ini lebih sulit penyelesaiannya
dari pesoalan-persoalan yang timbul di masayraktat Semenanjung Arabia.
25 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II, (Jakarta: UI Press, 2012),h.46.
27
Untuk mencari penyelesaian bagi soal-soal baru itu para sahabat kembali
ke Al-Qur’an dan sunnah yang ditinggalkan Nabi. Dalam pada itu timbul pula
suatu problema lain. Sebagai dilihat ayat ahkam berjumlah sedikit dan tidak
semua persoalan timbul dapat dikembalikan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi.
Untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dijumpai dalam kedua sumber hukum
itu, khalifah dan para sahabat mengadakan ijtihad.
Sesuai dengan bertambah luasnya daerah Islam, berbagai macam bangsa
masuk Islam dengan membawa berbagai adat-istiadat, tradisi dan sistem
kemasyarakatan. Problema hukum yang dihadapi beragam pula. Untuk
mengatasinya para sahabat dan ulama banyak mengadakan ijtihad yang
didasarkan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi.26
Tujuan Pendidikan
Dalam mendidik umat, Rasulullah tidak melakukannya dengan ala
kadarnya, melainkan memiliki maksud dan tujuan. Tujuan pendidikan yang
berlangsung pada periode Makkah adalah membina pribadi Muslim agar menjadi
kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh dari segala cobaan untuk dipersiapkan
menjadi masyarakat Islam dan muballigh serta pendidik yang baik (Hanun
Asrahah, 1999 : 13). Sedangkan tujuan pendidikan pada periode Madinah tidak
hanya ditujukan untuk membentuk pribadi Islam, tetapi juga untuk membina
aspek-aspek kemanusiaan sebagai hamba Allah untuk mengelola dan menjaga
kesejahteraan alam semesta (Hanun Asrahah, 1999 : 15).
Tujuan kedua periode tersebut berbeda dan mengalami perkembangan
yang signifikan. Tujuan pertama dimaksudkan untuk membentuk dan membina
pribadi Muslim yang kuat. Hal tersebut sangat beralasan karena kondisi
masyarakat Makkah pada saat itu yang masih diselimuti kesyirikan dan
membutuhkan pencerahan. Sedangkan tujuan pada periode Madinah lebih luas
dan mengalami perkembangan karena kondisi masyarakat di sana semakin
26 Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1992,h.l 6
28
kondusif dan kebutuhan untuk mengembangkan berbagai hal selain ketauhidan
juga semakin dibutuhkan, seperti ekonomi, sosial, dan sebagainya.27
Sifat-sifat Rasul Sebagai Pendidik
Rasulullah merupakan seorang pendidik yang menjadi panutan bagi
umatnya. Ia merupakan sosok ideal dalam dunia pendidikan Islam. Rasulullah
memiliki sifat-sifat mulia yang dapat dijadikan contoh bagi pendidik. Sifat-sifat
tersebut adalah kasih sayang, sabar, cerdas, tawadhu (rendah hati), bijaksana,
pemaaf dan lapang dada, berkepribadian yang kuat, dan senang beramal (Yusuf
Khatir Hasan al-Shuriy, 1990 : 15-17). Bagi Rasulullah peserta didik terutama
anak merupakan karunia Allah yang harus di didik dengan beragam ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik memiliki potensi dan fitrah untuk
berkembang. Lingkungan keluarga (orangtua) memainkan peranan yang penting
dalam perkembangan pendidikan peserta didik. Peserta didik bukanlah sesuatu
yang kosong tanpa ada potensi untuk berkembang, tugas pendidik adalah
mengarahkan dan membimbing peserta didik sesuai potensi dan fitrahnya masingmasing. Pendidikan Islam dimulai sejak masa anak-anak tepatnya ketika lahir,
kemudian masuk ke madrasah (sekolah) untuk lebih memahami tentang Islam,
Nabi telah mewajibkan kepada para orang
Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam 1
“Pemikiran Pendidikan Islam Nabi Muhammad SAW”
Dosen Pembimbing :
Dr. Andi Muhammad Idris Tunru. S.Ag,M.A.g
Di Susun Oleh :
Tirsa Eka Pratama Mokoginta
15.2.3.001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 1
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
TAHUN 1439 H / 2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr.Wb......
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya saya kelomppok 1 bisa menyelesaikan makalah “SPI”. Shalawat
serta salam tak lupa pula kami sampaikan kepada junjungan besar kita, suri
teladan kita, Nabi Muhammad saw yang telah membawah kita dari alam
kegelapan sampai kepada saat ini zaman yang terang menderang yang begitu
modern. Dengan kecangihan teknologi saat ini kelompok 1 dengan mudah dapat
menyelesaikan Makalah dengan bantuan teknologi & buku.
Pada makalah ini kelompok 1 akan membahas tentang “Biografi dan
Pemikiran Nabi Muhammad saw” pada umumnya menjelaskan bagaimana
biografi Nabi hingga perjuangan dan pemikran dan pada khususnya saya
menjelaskan bagaimana pemikiran Nabi terhadap pendidikan. Semoga dengan
membaca makalah ini, kita dapat mengampil banyak ilmu pengetahuan, dan saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca mengenai penyusunan
makalah ini.
Manado 15, oktober 2017
2
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
A. Biografi Nabi Muhammad SAW ................................................................... 6
B. Perdaban Arab Pra-Islam .............................................................................. 14
C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad SAW……………………..18
D. Peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi SAW Terkait
Dengan Pemikiran dan Peradaban Islam………………………………………...27
BAB III ................................................................................................................. 32
ANALISIS PENULIS………………………........………………………………32
PENUTUP ............................................................................................................. 33
A. Kesimpulan ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, telah bermunculan tokoh tingkat nasional dan internasional
yang memainkan peran sebagai pencerah umat dengan beragam konsep
membangun pemikiran dan peradaban. Konsep membangun Pemikiran dan
peradaban itu ditawarkan mulai dari rumah tangga hingga tingkat negara dan
dunia. Jika kita merujuk kembali pada sejarah pemikiran dan peradaban mayor,
maka sumber inspirasi perjuangan para ahli peradaban Islam adalah Nabiullah
Muhammad SAW. Adalah suatu momen yang sangat tepat bahwa kita sebagai
pencerah (enlighter) umat menggagas diadakannya berbagai diskusi dan seminar
tentang peradaban sebagai proses reeksistensi pemikiran dan peradaban
Islam. Dan menambah wawasan pengetahuan tentang peradaban dan pemikiran
islam pada masa nabi Muhammad SAW.
Hadirnya Nabi Muhammad pada masyarakat Arab membuat terjadinya
kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala
aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa
itu. Berhasilnya Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan yang
dianut bangsa Arab. Dalam waktu yang relatif singkat beliau mampu
memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab. Budaya-budaya yang mengarah
kebaikan yang dibawa Nabi Muhammad pada akhirnya menghasilkan peradaban
yang luar biasa pada zamannya. Yang mana muara dari peradaban itu semua ialah
Islam.
Rasulullah merupakan seorang pendidik yang menjadi panutan bagi umatnya.
Ia merupakan sosok ideal dalam dunia pendidikan Islam. Rasulullah memiliki
sifat-sifat mulia yang dapat dijadikan contoh bagi pendidik. Sifat-sifat tersebut
adalah kasih sayang, sabar, cerdas, tawadlu (rendah hati), bijaksana, pemaaf dan
lapang dada, berkepribadian yang kuat, dan senang beramal (Yusuf Khatir Hasan
al-Shuriy, 1990 : 15-17).
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Biografi Nabi Muhammad SAW
2. Bagaimana peradaban pra Islam
3. Bagaimana peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi
SAW Terkait Dengan Pemikiran dan Peradaban
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad saw adalah anak Abdullah bin Abdul Muttalib. ibunya
bernama Aminah binti Wahab. Kedua orang tuanya itu berasal dari suku Quraisy
yang terpandang dan mulia. Nabi Muhammad saw lahir pada hari Senin, 12
Rabi’ul Awwal tahun Gajah (atau, 20 April 571 Masehi). Dinamakan tahun
Gajah, karena ketika beliau lahir, kota Makkah diserbu oleh Raja Brahah dan
tentaranya dari negeri Habasyah dengan menunggang gajah. Mereka hendak
menghancurkan Ka’bah karena iri hati terhadapnya. Tetapi Allah melindungi
bangunan suci itu dan seluruh penduduk Makkah, dengan menjatuhkan batu-batu
Sijjil (dari neraka) yang amat panas kepada tentara itu. Maka binasalah mereka
semuanya. Ketika Nabi Muhammad saw masih. di dalam kandungan ibunya,
Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam (Siria) untuk berdagang. Tetapi,
sepulang dari sana, ketika sampai di kota Madinah, ia menderita sakit dan wafat
dalam usia 18 tahun. Abdullah dimakamkan di kota Madinah. Maka, Nabi
Muhammad saw dilahirkan ke dunia dalam keadaan yatim, di tengah-tengah
masyarakat jahiliyah penyembah berhala, penindas kaum lemah, perampas hak
orang, dan bahkan membunuh kaum wanita.1
Halimah As-sa’diyah menjadi Ibu Susu Nabi
Sudah menjadi adat bangsa Arab ketika itu, bahwa bayi seseorang
disusukan kepada wanita lain. Begitu pula halnya Nabi Muhammad saw. Beliau
disusukan kepada seorang wanita dusun bernama Halimah as-Sa’diyah. Empat
tahun lamanya beliau tinggal di dusun Bani Sa’ad bersama ibu susunya itu.
Selama memelihara Nabi Muhammad, keluarga Halimah as-Sa’diyah memperoleh
limpahan rezeki dari Allah SWT, sebagai berkah. Menjelang usia lima tahun,
Halimah as-Sa’diyah mengembalikan Nabi Muhammad saw kepada ibunya;
karena telah terjadi peristiwa atas anak asuhnya itu yang mencemaskan hatinya.
1
Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-fandi, The world Idol Muhammad ( Jakarta Amzah,2008),
h.47
6
Ketika di dalam permainan bersama kawan-kawannya, Nabi Muhammad saw
tiba-tiba didatangi dua laki-laki berpakaian serba putih, membaringkannya,
kemudian melakukan sesuatu atas dada anak tersebut. Meskipun tidak sesuatu pun
terjadi atas Nabi Muhammad saw, setelah peristiwa itu, namun Halimah asSa’diyah amat khawatir. Maka segera ia bawa Nabi Muhammad saw, kembali
kepada keluarganya di Makkah.
Di Bawah Asuhan Kakeknya, Abdul-Muthalib
Siti Aminah amat setia terhadap suaminya. Sering kali ia bersama anaknya
pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam suaminya, sekaligus bersilaturrahmi
kepada keluarganya, Bani Najjar, di sana. Suatu kali, dalam perjalanan pulang dari
Madinah, seusai berziarah, Siti Aminah jatuh sakit di desa Abwa’ (antara Makkah
dan Madinah). Beberapa saat kemudian, ia wafat di sana, meninggalkan Nabi
Muhammad saw, yang ketika itu barn berusia 6 tahun. Maka jadilah Nabi
Muhammad saw, yatim-piatu. Bersama Ummu Aiman, pembantunya, Nabi
Muhammad saw, kembali ke Makkah. Beliau kemudian dipelihara oleh kakeknya,
Abdul-Muttalib, hingga menjelang 9 tahun. 2
Di Bawah Asuhan Pamannya, Abu Thalib
Selama tiga tahun bersama kakeknya, Nabi Muhammad saw akhirnya
dipelihara oleh pamannya, Abu Thalib, karena kakeknya itu meninggal dunia.
Abu Thalib adalah seorang sesepuh kaum Quraisy yang disegani oleh kaumnya.
Meskipun demikian, dia bukanlah tergolong orang yang kaya. Abu Thalib
hanyalah seorang pedagang biasa yang wring merantau ke negeri Syam bersama
serombongan kafilah dagangnya. Ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad saw
diajak oleh pamannya itu pergi berdagang, ke Syam. Sampai di suatu dusun
perbatasan Syam, Abu Thalib bersama kemenakannya itu singgah di rumah
seorang pendeta Nasrani yang saleh, bernama Bahira. Dari kitab Taurat dan Injil
yang dipelajarinya, pendeta Bahira dapat mengetahui ciri-ciri kenabian yang ada
pada diri Nabi Muhammad yang masih kecil itu. Maka, dengan serta-merta,
pendeta Bahira memberitahukan hal itu kepada Abu Thalib seraya berkata:
“Wahai saudaraku, sesungguhnya anakmu ini adalah manusia pilihan Allah, calon
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta.2008), h.16-17
7
pemimpin umat manusia di clunia ini. Maka jagalah ia baik-baik. Bawalah ia
kembali, sebab aku khawatir ia diganggu oleh orang-orang Yahudi di negeri
Syam. Bahkan, jika sekiranya kaum Yahudi itu mengetahui bahwa ia adalah calon
Rasul –Allah, maka tentulah ia akan membunuhnya.” Maka pulanglah Abu Thalib
ke Makkah bersama Nabi Muhammad saw sebelum mereka sampai ke negeri
Syam.
Berdagang Ke Negeri Syam
Setelah Nabi Muhammad saw berusia hampir 25 tahun, Abu Thalib
merasa bahwa kemekanannya itu telah cukup dewasa. Maka dipanggilnya Nabi
Muhammad, lalu ditawarkanlah kepadanya suatu pekerjaan yang menguntungkan,
seraya berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya kita bukanlah keluarga yang
berkecukupan. Bahkan, kurasakan akhir-akhir ini kebutuhan kita semakin sulit
didapat. Alangkah baiknya jika engkau pergi kepada Khadijah untuk meminta
izinnya membawa barang-barang dagangannya ke negeri Syam. Mudah-mudahan
dari usaha itu engkau akan beroleh keuntungan yang besar.” Nabi Muhammad
saw menyetujui usul pamannya, sebab beliau memaklumi sepenuhnya akan
kesulitan yang dihadapi pamannya itu dalam menanggung beban belanja rumah
tangganya.3 Segera beliau pergi kepada Siti Khadijah untuk meminta izinnya
memperdagangkan barang-barangnya. Siti Khadijah adalah seorang janda kaya di
Makkah. la dikenal sebagai wanita Quraisy yang mulia karena keturunan dan
akhlaknya. la adalah wanita budiman, gemar membantu sesamanya, dan
senantiasa
menjaga
kehormatan
dirinya,
sehingga
mendapat
gelar At
Thahirah (Wanita Suci). Menanggapi permohonan Nabi Muhammad saw Siti
Khadijah tanpa pikir panjang langsung menyambutnya dengan senang hati, karena
ia telah cukup mengenal Nabi Muhammad saw sebagai pemuda yang ramah, jujur,
dan sopan-santun. Maka berangkatlah Nabi Muhammad saw ke negeri Syam,
ditemani oleh Maisarah, budak Siti Khadijah. Pulang dari Syam, Nabi Muhammad saw memperoleh keuntungan amat besar, yang belum pernah dicapai oleh
para pedagang lain. Siti Khadijah amat kagum terhadap pemuda Muhammad.
Lebih-lebih ketika ia mendengar sendiri dari Maisarah, bagaimana agungnya
3
Muhammad Haekal, Sejarah Hidup Muhammad,(Jakarta.1997).h.67
8
perangai Nabi Muhammad saw selama di perjalanan maupun ketika berdagang.
Maka berubahlah rasa kagum itu menjadi rasa cinta. 4
Perkawinan Nabi Muhammad Dengan Siti Khadijah
Hubungan perdagangan antara Nabi Muhammad saw dengan Siti Khadiiah
akhirnya diteruskan ke jenjang perkawinan. Rupanya, Allah SWT menghendaki
demikian, karena ada banyak hikmah di balik itu. Dalam suatu upacara yang
sederhana, dilangsungkannya akad nikah antara keduanya, suatu pernikahan yang
telah menoreh lembaran sejarah Islam. Ketika itu, Nabi Muhammad saw berusia
25 tahun, sementara Siti Khadijah telah berusia hampir 40 tahun. Perkawinan ini
membuahkan empat anak putri dan dua orang putra, masing-masing Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, Qasim, dan Abdullah. Tetapi, atas kehendak
Allah SWT, kedua anak laki-laki beliau wafat ketika masih kanak-kanak.
Memperoleh Gelar “AL-AMIN”
Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun, di Makkah terjadi bencana
banjir sehingga merusakkan sebagian dinding Ka’bah. Setelah usai bencana, kaum
Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding Ka’bah yang runtuh itu. Pada saat
pekerjaan telah selesai, dan tinggal Hajar al-Aswad (batu hitam) yang mesti
dikembalikan di tempatnya semula, terjadilah perselisihan di antara mereka.
Masing-masing suku ingin memperoleh kehormatan dengan meletakkan Hajar alAswad itu di tempatnya. Hampir saja terjadi pertumpahan darah di antara mereka.
Tetapi, tiba-tiba salah seorang berkata: “Wahai kaumku, janganlah kalian saling
bermusuhan karena ini. Sebaiknya kita tunggu saja esok pagi, siapa yang pertama
kali datang ke pintu Masjid ini, dialah yang berhak mengambil keputusan.” Pagipagi keesokan harinya, kaum Quraisy mendapati bahwa orang yang pertama kali
masuk ke pintu Masjid adalah Nabi Muhammad saw. Maka bersoraklah mereka
menyambutnya, karena mereka yakin akan kejujuran pemuda Muhammad. Jadilah
Nabi Muhammad saw. Sebagai hakim yang memutuskan perkara Hajar al-Aswad
itu. Nabi Muhammad saw kemudian menggelarkan kain surbannya di atas tanah
dan meletakkan Hajar al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada masing-maing kepala
suku, beliau memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung kain itu dan
4
M.Fetullah Gulen, Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW (Jakarta, 2002),h.199
9
mengangkatnya. Sampai diatas, beliau lalu mengangkat batu suci dengan
tangannya sendiri, dan meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara itu,
seluruh kaum Quraisy merasa puas, dan berseru: “Kami rela atas keputusan yang
dibuat oleh orang yang dipercaya ini!” Sejak itu, Nabi Muhammad saw mendapat
gelar “Al-Amin”, artinya “Yang Dipercaya”.
Wahyu Pertama
Pada usia 40 tahun, Muhammad sering bertahanus di Goa Hira. yaitu
mendekatkan diri kepada Tuhan. Tepat pada tanggal 1-17 madhan datanglah
Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama. Mula-mula Muhammad
ketakutan, tubuhnya gemetar melihat kedatangan Malaikat Jibril. Jibril kemudian
merangkulnya, ia makin ketakutan, tubuhnya menggigil. Sesudah dilepas Jibril
berkata : bacalah!” “Aka tidak bisa membaca!”Jawab Muhammad Jawaban itu
diulang hingga tiga kali. Akhirnya ia berkata kepada Jibril : “Apa yang ku baca?”
Kemudian Jibril membacakan suratt Al-Alaq dari ayat 1-5., Sesudah itu ia pulang
ke rumah dengan tubuh gemetar. la disambut Istrinya Khadijah yang sangat setia
dan memperhatikannya ia diselimuti oleh Khadijah dan dihibur degan kata-kata
yang menentramkan jiwanya. lalu Khadijah pergi berkonsultasi dengan anak
pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah memberitahukan bahwa
yang datang kepada Muhammad itu adalah Jibril yang pernah datang kepada
Musa. Jadi Muhammad akan diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul.5
Wayhu Kedua
Sesudah wahyu yang pertama selama dua setengah tahun Rasulullah tidak
mendapat wahyu lagi. la kuatir akan terputus, maka nenyepi ke goa Hira’ lagi.
Ketika la menengadah ke langit tampaklah malaikat Jibril. la ketakutan dan segera
pulang ke rumah. Minta kepada Hadijah supaya diselimuti. Dalam keadaan
berselimut itu datanglah malikat Jibril menyampaikan wahyu kedua yang artinya:
“hai orang yang berselimut! Bangunlah dan beri peringatan! Besarkanlah Nama
Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan Maksiat, janganlah
kamu member karena ingin memperoleh yang lebih banyak. Dan hendaklah kamu
bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu.” (Al- Muddatstsir: 1-7). Dengan
5
Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), h.19
10
demikian jelaslah sudah, bahwa Muhammad diperintahkan menyampaikan
Risalah-Nya. Yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa.
Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Yang pertama kali diajak memeluk Islam adalah keluarganya sendiri dan
orang–orang yang dekat dengannya. Pertama yaitu istrinya Hadijah. Kedua Ali
bin Abi Thalib, lalu Zaid bin Haritsah. Setelah itu beliau mengajakteman akrabnya
yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq. Dengan berimannya Abu Bakar, maka banyaklah
orang-orang yang kemudian mengikutinya. Antra lain: Usman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin
Ubaidillah, Abu Ubaidah, bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam. Fatimah bin
Khattab. Mereka Inilah yang disebut golongan terdahulu yang masuk Islam
atau “As Saabiqunal Awwalum”. Mereka mendapat ajaran dan gemblengan
keimanan dari Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam.6
Menyiarkan Agama secara Terang-terangan
Tiga tahun menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi. kini
datanglah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan. Namun sebagaimana
nabi-nabi terdahulu, ajakannya ditolak oleh sebagian besar kaumnya. Hanya
sedikit yang mula-mula mau mangikuti ajaran Nabi Muhammad. Walau demikian
Muhammad tetap sabar dan terus melakukan dakwah dengan bijaksana. Orangorang kafir makin jengkel. Mereka mendatangi Abu Thalib, dan minta paman
Nabi itu untuk menghentikan kegiatan Nabi mengajak manusia kembali kejalan
yang benar. Tetapi apa jawab Nabi: “Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka
meletakkan matahari di sebelah kananku, dan rembulan ditangan kiriku dengan
maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (mengajak manusia pada agama Allah)
sehingga agama ini tersiar (dimuka bumi) atau aku akan binasa karenanya, namun
aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini. Mendengar tekad keponakannya yang
membaja itu, Abu Thalib berkata: “Pergilah dan katakan apa yang kamu
6
Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h.63
11
kehendaki, demi Allah tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasan pun
selama-lamanya”.
Penganiyaan Terhadap Rasulullah Dan Pengikutnya
Melihat Rasulullah masih saja meneruskan dakwanya dan tarus menghina
sesembahan mereka berupa patung bodoh yang tak bisa gerak dan berbicara maka
orang-orang kafir itu mulai gatal. Terlebih setelah mereka amati makin banyak
saja para pengikut Muhammad memeluk agama Islam. Maka mereka mulai
menganiaya beliau. Misalnya, ketika Nabi sedang shalat dan bersujud. di Masjidil
Haram, tiba-tiba saja Abu Jahal mengangkat batu besar dan hendak dtimpakan
kepada beliau. Tetapi niatnya tak kesampaian karena beliau dilindungi Allah yang
mengirim malaikat Jibril. Tubuh Abu Jahal gemetar, ketakutan dan pucat pasi.
Beliau juga pemah dilempari kotoran unta di atas kuduknya. Ketika beliau pulang
ke rumah ditaburi debu dan pasir pada mukanya. Yang keterlaluan adalah
perbuatan Uqbah bin Abi Muith, ketika beliau shalat masjidil Haram tiba-tiba
orang kafir itu menjerat leher beliau dengan selendangnya sehingga beliau tidak
berdaya untuk melepaskannya. Untunglah pada saat itu muncul Abu Bakar. la
langsung memotong Uqbah dan menghempaskannya dari Rasulullah.7
Beberapa pengikut beliau yang mendapat siksaan dari orang kafir antara
lain: Bilal bin Rabah, yaitu seorang budak milik Ummayyah half. Bilal
ditelentangkan di atas terik matahari padang pasir, ditubuhnya ditindihkan batu
besar. la dipaksa supaya meninggalkan Islam namun is tetap teguh dan imannya
bertambah tebal. Bilal akhirnya dibebaskan oleh Abu Bakar yang membelinya
dari Umayyah bin Khalf.
Sahabat lain yang disiksa di luar batas peri kemanusiaan adalah Amar bin
Yasir beserta kedua orang tuanya. Mereka disiksa pada waktu Dhuzur yaitu di saat
terik-teriknya matahari memanggang padang pasir. Ketika Nabi lewat beliau
menghibur mereka: “Bersabarlah hai keluarga Yasir, yang dijanjikan untuk kalian
adalah surga”. Sahabat Habab bin Arats juga di siksa lebih kejam, lagi. la ditusuk7
Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah.h.39
12
tusuk dengan besi panas pada punggungnya agar mening-galkan Islam, namun ia
tetap tabah dan memilih Islam sebagai agamanya.
Hijrah Ke Ethiopia
Keganasan kaum kafir makin merajalela. Pengikut Rasulullah dan
kalangan lemah makin banyak jumlahnya. Melihat penderitaan mereka Rasulullah
tak sampai hati, maka Rasul kemudian menyuruh mereka hijrah ke Ethiopia. Raja
Habasah di Ethiopia temyata mau menerima kedatangan mereka dengan senang
hati. Mereka mendapat perlindungan yang baik. Rombongan pertama terdiri 10
laki-laki dan 4 orang wanita. Rombongan kedua 100 orang, di antaranya terdapat
Usman bin Affan, Zubair bin Awwam dan lain-lain.8
Rasulullah tetap berada di Mekkah. Pada waktu itu masuklah pembesar
Qurais kedalam Agama Islam yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul
Muthallib. Dengan masuknya dua orang jenderal perkasa itu pihak Quraisy makin
khawatir kedudukannya akan merosot. Sedang pengikut Rasul semakin bertambah
banyak.
Embargo Terhadap Bani Hasyim Dan Bani Muthalib
Dengan berbagai cara kaum kafir tidak berdaya mematahkan gerakan
Islam, maka cara terakhir yang menurut mereka cukup ampuh adalah mengadakan
pemboikotan atau embargo terhadap keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib
sebab dua keluarga besar itulah yang senantiasa membela dan melindungi Nabi
Muhammad.
Pemboikotan itu ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan, baik
hubungan perkawinan, hubungan dagang atau jual beli dan ziarah menziarah.
Dengan adanya embargo tersebut terpaksa Nabi Muhammad dan para pengikutnya
menyingkir keluar kota Mekkah. Dua tahun lamanya mereka hidup dalam
kekurangan dan kemiskinan. Sebenarnya banyak juga kaum Quraisy yang merasa
8
Muhammad Syafii Antonio, h.153
13
sedih atas nasib yang menimpa Muhammad dan keluarganya. Diam-diam mereka
mengirim bahan makanan dan pakaian pada malam hari. Akhirnya bangkitlah
beberapa muka Quraisy untuk menghentikan pemboikotan itu. Mereka merobekrobek isi perjanjlan yang ditempelkan di Ka’bah.
Dengan demikian pulihlah keadaan seperti semula. Rasul dan keluarganya
kembali ke kota Mekkah. Akan tetapi nasib para pengikut Rasul tidak bertambah
baik, kaum kafir makin giat menindas dan menyiksa mereka.
B. Perdaban Arab Pra-Islam
Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab. Semenanjung yang
terletak di bagian barat Daya Asia ini, sebagian besar permukaannya terdiri dari
padang pasir. Secara umum iklim di jazirah Arab amat panas. Bahkan termasuk
yang paling panas dan paling kering di muka bumi.9
Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl albadwi dan ahl al- hadlar. Kaum Badwi adalah penduduk padang pasir. Mereka
tidak memiliki tempat tinggal tetap, tetapi hidup secara nomaden, berpindahpindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari sumber mata air dan
padang rumput. Mata penghidupan adalah beternak kambing, biri-biri, kuda dan
unta. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden tidak banyak memberi peluang
kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh karena itu, sejarah mereka
tidak ketahui dengan tepat dan jelas. Ahl al-hadlar ialah penduduk yang sudah
bertempat tinggal tetap di kota-kota tau daerah-daerah pemukiman yang subur.
Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam dan industri. Berbeda dengan
masyarakat Badwi, mereka memilki peluang yang besar untuk membangun
peradaban.10
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia
adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan natara anggotaanggotanya terikat oleh pertalian darah (nasab). Akan tetapi, adakalanya
9
Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad Nabi Untuk Semua,h.286
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Rajawali Pers,2008),h.16
10
14
hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh ikatan perkawinan, suatu
politik atau karena sumpah seti.
Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Mekkah
Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di
lingkungan keluarga terdekat seperti disebutkan dalam Al-Qur’an. Beliau
berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan kawan dekatnya. Mereka
orang yang pertama-tama memeluk agama Islam baik dari kalangan keluarga
terdekat maupun sahabat disebut dengan Assabiqunal Awwalun.
Setelah beberapa lama Rasululah melakukan dakwah secara rahasia, maka
turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di hadapan
umum seperti telah dituturkan dalam Al-Qur’an. Langkah pertama yang dilakukan
Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan
menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib. 11
Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat umum. Mereka
mulai mengajak ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat
bangsawan, hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk
Mekkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk
Mekkah dilakukan di bukit Shafa. Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw
menjelaskan bahwa ia diutus oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah
Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala.
Dengan seruan secara terbuka itu, Nabi Muhammad dan Islam menjadi
perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah. Masyarakat
Quraisy beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak mempunyai
dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan berusaha
menentangnya habis-habisan hingga agama Islam tersebut lenyap dari muka bumi
ini. Selain itu, mereka memulai strategi untuk mengacaukan kegiatan dakwah
11
Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, h.362-367
15
Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota
Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.
Respon Masyarakat Mekkah Terhadap Dakwah Nabi Muhammad SAW
Dakwah Islam yang dilakukan Rasul baik secara diam-diam maupun
secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam. Ada yang menerima
dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran
Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw, meskipun ada juga
keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab.
Meskipun bisa dikatakan bahwa masyarakat Arab di kota Mekkah ada
yang menerima ajaran Islam secara ikhlas, tapi pada umumnya masyarakat Arab
kota Mekkah menolak dan tidak menghendaki kehadiran Islam dan umat Islam
dan umat Islma di kota tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai penghinaan
bahka ancaman penbunuhan yang ditujkan kepada Nabi Muhammad Saw dan
umat Islam.12
Hambatan Dan Rintangan Dakwah Islam Di Mekkah
Para tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar
mengenai ajaran yang dibawah Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara
untuk menghambat gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang
terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu Thalib,
paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk
melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran islam. Karena
tidak tahan atas ancaman dan teror yang diarahkan kepadanya, maka pada suatu
ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad Saw agar bersedia menghentikan
kegiatan dakwahnya.
Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw terus
berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara,
termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima siksaan di luar batas
12
Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad Nabi Untuk Semua,h.289
16
perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum.
Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu besar. Istri Yasir yang
bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.
Boikot Dan Rencana Pembunuhan Terhadap Nabi Muhammad SAW
Kegagalan masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi Muhammad
Saw untuk meninggalkan dakwahnya justru memperkuat posisi umat Islam di kota
Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy.
Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan kekuatan Nabi
Muhammad Saw yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani Hasyim.
Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk hubungan
dengan Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk Mekkah yang
diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan
itu dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di
dalam Ka’bah. Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, yang
dimulai pada bulan Muharram tahun ketujuh kenabian, bertepatan dengan tahun
616 M.13 Di antara isi piagam pemboikotan ini adalah sebagai berikut :
1. Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dngan orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menjenguk orang-orang Islam
yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang
Islam, sehingga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan,
kemiskinan, dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu baru
berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy merasa iba dengan penderitaan yang
dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam
13
Dr.Ali Sami an-Nasyar, Kisah Para Syuhada Di Zaman Nabi Saw,h.297
17
tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis pemnboikotan itu
berakhir.
C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw
Hijrah ke Habsyi yang pertama Penyiksaan dan penganiayaan kafir
Quraisy yang diluar batas peri kemanusiaan terhadap orang-osang muslim
membuat hati nabi tidak tahan melihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi
Muhammad menyarankan kepada sahabatnya untuk mengungsi ke Habsyi guna
menghindar dari gangguan, siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy. Pada
bulan ketujuh tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4
wanita kemudian rombongan berikutnya menyusul hingga jumlah yang hijrah ke
Habsyi mencapai 70 orang. Kedatangan orang-orang Islam di Habyi disambut
dengan baik oleh raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan
untuk melaksanakan ibadah Islam. Keadaan itu berubah ketika orang-orang
Quraisy mengirim utusan kepada Raja Nejus. Mereka meminta agar Raja Habsyi
itu mengembalikan orang-orang mukmin ke negei asalnya, yaitu Mekkah. Namun
permintaan itu ditolaknya.14
Ketika umat Islam berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota
Mekkah. Beliau terus berusaha menyebarkan Islam kepada masyarakat Quraisy,
meskipun mendapat ancaman dan gangguan yang luar biasa. Usaha Rasulullah
Saw ini ternayat tidak sia-sia. Ia berhasil mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy,
misalnya, Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M
bertepatan pada tahun ke enam kenabian.
Hijrah Ke Habsyi Kedua
Umat Islam yang hijrah ke Habsyi pertama berlangsung selama 2 bulan.
Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Melihat keberhasilan umat Islam untuk
14 Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), h.19
18
bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi, kafir Quraisy semakin geram.
Karena itulah, Nabi Muhammad menyarankan kembali kepada umat Islam untuk
hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh 101 orang diantarnaya terdapat 18
orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin Abi Thalib.
Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat
sambutan yang hangat dari Raja Nejus. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini
membuat marah orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha
untuk menghambat langkah perkembangan Islam dengan berbagai cara. Melihat
keseriusan orang-orang kafir Quraisy, Raja Nejus berusaha mengumpulkan umat
Islam untuk meminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini Jakfar
bin Abi Thalib bertindak sebagai juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal
yang sebenarnya mengenai ajaran Islam kepada Raja Nejus. Akhirnya Raja
mengerti dan Raja Nejus pun masuk Islam.15
Misi Ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian, dikenal dengan tahun duka bagi Nabi
Muhammad Saw sebab dua orang yang sangat dicintainya meninggal dunia, yaitu
Siti Khadijah dan Abu Thalib. Dengan meninggalnya mereka, orang-orang kafir
Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad Saw.
Karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia bersama
Zaid berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari
keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau memberikan
perlindungan dan bantuan apapun kepada Nabi Muhammad Saw. Bahkan beliau
diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan
dilempari batu oleh pemuda kota Thaif.
Perjanjian Aqabah
a. Perjanjian Aqabah I
15 Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam, h.25-26
19
Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi
Muhammad Saw menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut
berjumlah sekitar 12 orang. Kepada mereka Nabi Muhammad menyampaikan
dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga mereka menyatakan
keislamannya di hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan tersebut terjadi di salah
satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka mengadakan
persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.16
Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :
1. Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad
2. Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa
3. Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya
4. Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah
5. Mereka menyatakan tidak akan membunuh
6. Mereka menyatakan tidak akan mralkukan kecurangan dan kedustaan.
b. Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke 13 kenabian, bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah
Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah
itu berjumlah sekitar 73 orang. Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui Nabi
Muhammad menyampaikan pesan berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar
Nabi Muhammad bersedia datang ke kota Mekkah, memberikan penerangan
tentang ajaran islam dan sebagainya. Permohonan itu dikabulkan Nabi
Muhammad dan beliau menyatakan kesediannya untuk datang dan berdakwah
disana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan perjanjian yang
disebut perjanjian aqabah yang kedua yang berisi :
1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad
16
Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h.63
20
2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan
jiwa
3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan
kepada sanak keluarga mereka
4. Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan.
Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Madinah
Hijrah ke Yatsrib setelah Baiah Aqabah Kedua tindakan kekerasan
terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat
akan membunuh Rasulullah. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah menganjurkan
para sahabatnya untuk segera pindah ke Yatsrib. Rasulullah meninggalkan
Mekkah setelah seluruh kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya serta Abu
Bakar dan keluarganya, sudah keluar dari Mekah. Ketika akan berangkat,
Rasulullah meminta Ali untuk tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang
berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah,
ditemani oleh Abu Bakar.17
Mereka bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu
tentang keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu Bakar
sendriri, Abdullah, Aisyah, dan Asma serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah.
Merekalah yang mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar
mengenai pergunjingan penduduk Mekah tentang Rasulullah. Pada malam yang
ketiga mereka keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan
menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad,
seorang musyrik yang bertugas selaku penunjuk jalan.18
Senin tengah hari 8 Rabiul Awwal Rasulullah tiba di Quba, sekitar 10
kilometer dari kota Yatsrib. Selama tinggal di Quba beliau menginap di rumah
Kultsum ibn Hadam, seorang laki-laki tua yang rumahnya biasa dijadikan
pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke Yatsrib. Adapun Abu Bakar
17 17
18
Muhammad Haekal, Sejarah Hidup Muhammad,(Jakarta.1997).h.68
Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah, h. 39
21
menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn Zaid. Pada saat itulah
masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn Yasir. Rasulullah sendiri
yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar, kemudian
diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian Ali ibn Abi Thalib tiba
pula di Quba setelah menempuh perjalanan selama 15 hari. Ia bergaung dengan
Rasulullah tinggal di rumah ibn Hadam. Keesokan harinya, Jumat 12 Rabiul Awal
bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan Muhajirin ini melanjutkan
perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum
Anshar. Kemudian unta Nabi berhenti di salah satu kebun yang ditumbuhi
beberapa pohon kurma, bersebelahan dengan rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik
dua anak yatim bersaudara yang diasuh oleh Abu Ayub, bernama Sahl dan Suhail,
putera Rafi’ ibn Umar. Atas permintaan Mu’adz ibn Ahra’, kebun ini dijual, dan
diatasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak kedatangan Rasulullah
Yatsrib
berubah
namanya
menjai Madinah
al-Rasul atau al-Madinah
al-
Munawwarah.
Pembinaan Mayarakat Dan Peletakan Dasar-dasar Budaya
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinah adalah
pembinaan terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar
kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah itu pada umumnya merupakan
sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang
berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang bersumber dari alQur’an dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama yang dibangun Rasulullah
dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid. Pertama masjid Quba,
selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi dibangun setelah Rasulullah tiba
di Yatsrib.19
19 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung :Pustaka Setia, 2008), h.64
22
Muhammad ternyata bukan hanya seorang Nabi dan Rasul, tapi juga
seorang ahli politik yang ulung dan diplomat yang bijak, sebagai pahlawan
perkasa di medan perang, dan sebagai kesatria dalam memperlakukan musuh yang
kalah. Kepiawannya berpolitik antara lain ditunjukkan dalam perjanjian damai
dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian itu, kota Madinah
menjadi Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya. Perjanjian ini kemudian
dikenal dengan Piagam Madinah. Beberapa asas masyarakat Islam yang telah
diletakkan oleh Rasulullah antara lain :
Al ikha (persaudaraan), al musawah (persamaan), altasamuh (toleransi), altasyawur (musyawarah),al ta’awun (tolong menolong), al-adalah (keadilan). Atas
dasar ini pula Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
Memelihara Dan Mempertahankan Masyarakat Islam
a. Rongrongan kaum Yahudi
Kaum Yahudi Madinah yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadlir dan Bani
Quraidhah sejak semula sudah mempercayai akan datangnya nabi akhir zaman
sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka tetapi mereka ingkar.
Kira-kira setahun kemudian setelah pengusiran Bani Qainuqa pada akhir
tahun kedua setelah hijrah, Amr ibn Jahasy dari Bani Nadlir mencoba hendak
membunuh Rasulullah. Ia menjatuhkan batu dari atas tembok tempat beliau dan
para sahabatnya beristirahat. Atas penghianatan itu, perkampungan mereka
dikepung selama 16 hari, dan mereka diusir dari Madinah.20
Pengusiran terhadap Bani Nadlir mendorong mereka untuk bersekutu
dengan kabilah-kabilah besar Arab seperti Quraisy, Ghathfan, Bani Murrah dan
lain-lain untuk bersama-sama menyerang Madinah. Terjadilah perang Ahzab pada
tahun 5 H. Kota Madinah dikepung, sehingga kaum muslimin terancam kelaparan.
Ketika musuh menghentikan pengepungan dan meninggalkan Madinah tanpa hasil
sedkit pun, kaum muslimin mengepung perkampungan Quraidhah selama 25 hari.
20
Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah,h.40
23
Karena penghianatannya, mereka dihukum mati, sementara anak-anak dan
perempuan meraka ditawan.
b. Rongrongan orang-orang munafik
Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi perang Uhud, kaum munafik
keluar dari barisan yang dipersiapkan itu atas hasutan Abdullah ibn Ubai,
pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum Yahudi
dan pernah menjanjikan bantuan kepada bani Quraidhah sewaktu yang disebut
terakhir ini mengianati kaum muslimin. Terhadap orang-orang munafik ini
Rasulullah bersikap lunak sambil berusaha menyadarkan mereka supaya beriman
secara benar. Usaha Rasulullah tidak sia-sia, ternyata kelompok orang munafik ini
tidak ditemukan lagi setelah Abdullah ibn Ubay meninggal dunia.21
c. Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya
Perang sebagai jawaban atas sikap permusuhan kafir Quarisy terjadi
pertama kali di lembar Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam al-Qur’an
peristiwa itu disebut yaum al-furqan, artinya hari pemisah antara yang hak dan
yang batil. Kendatipun jumlah pasukan Islam jauh lebih kecil dari pasukan
Quraisy, namun mereka berhasil meraih kemenangan. Sementara itu, kafir
Quarisy bertekad membalas kekalahan itu dengan mempersiapkan 3000 pasukan
dengan perbekalan yang cukup dan persenjataan yang lengkap. Turut ambil
bagian dalam pasukan itu, Arab Tihamah, Kinanah, Bani Harits, Bani Haun, dan
Bani Musthaliq. Pada bulan Sya’ban 3 H terjadilah perang Uhud. Dalam peristiwa
ini umat Islam menderita kekalahan. Kurang lebih 70 orang sahabat Rasulullah
gugur sebagai syuhada, termasuk di antaranya Hamzah ibn Abd al-Muthalib,
paman Rasulullah. Sementara kaum kafir Arab meningkatkan kerjasama untuk
menyempurnakan kemenangan mereka, Bani Nadlir mencoba melakukan
pembunuhan atas diri Rasulullah, namun gagal dan mereka diusir dari Madinah.
21 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997) h.17
24
Mereka kemudian bersekutu dengan kafir Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain
yang memusuhi Islam. Bulan Syawal 5 H kurang lebih 14000 tentara, diantaranya
4000 dari Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan, menyerbu Madinah.
Menghadapi serbuan ini Rasulullah memilih bertahan di dalam kota. Atas saran
Salman al-Farisi, di bagian utara kota digali parit yang lebar dan dalam, sementara
di bagian yang lain dijaga ketat dengan menutup setiap lorong untuk masuk ke
dalam kota. Perang ini dikenal dengan perang Khandaq, karena kaum muslimin
meggunakan parit (khandaq) sebagai benteng pertahanan. Dikenal pula dengan
perang Ahzab, karena musuh yang menyerang Madinah terdiri dari berbagai
golongan yang bersekutu.
Fase Setelah Perjuangan Perang Ahzab
Pada bulan Dzu al-Qa’dah 6 H Rasulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya
berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dan haji. Tidak ada senjata yang
mereka bawa selain pedang yang tersimpan pada sarungnya sekedar untuk
menjaga diri selama dalam perjalanan. Kafir Quarisy tidak menghendaki kaum
muslimin memasuki kota Mekkah karena menurut mereka hal ini berarti
kemenangan bagi kaum muslimin.22 Oleh karena itu, mereka mengirim pasukan di
bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang rombongan Rasulullah.
Kaum muslimin dapat menghindari pertemuan dengan pasukan Khalid dengan
menempuh jslsn lsin, sehingga meeka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa mil
dari kota Mekah.23
Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat, dan memutuskan untuk
mengutus Utsman bin Affan guna menyampaikan maksud kedatangan mereka.
Akan tetapi Utsman bin Affan ditahan dan timbul desas-desus bahwa Utsman
dibunuh. Kemudian Rasulullah dan para sahabatnya mengadakan sumpah setia
22
Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam hlm. 25-26
23 Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam, h. 25-26
25
untuk
berperang
sampai
tercapai
kemenangan
yang
disebut
baiah al-
Ridlwan karena diridhai oleh Allah swt. Sumpah setia ini menggetarkan nyali
musyrikin Quraisy, sehigga mereka membebaskan Utsman dan mengirim Suhail
ibn Amr al-Amiri untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin.
Perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian Hudaibiah yang pokok-pokoknya sebagai
berikut :
1. Segala permusuhan antara kedua belah pihak dihentikan selama 10 tahun
2. Setiap orang Quraisy yang datang kepada kaum muslimin tanpa seizin
walinya harus ditolak dan dikembalikan
3. Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada pihak Quraisy tidak
akan dikembalikan
4. Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraisy maupun dengan
kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu pihak yang
membuat perjanjian ini.
5. Kaum muslimin tidak boleh memasuki Mekkah pada tahun ini, namun
diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa
senjata, kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak tinggal di Mekkah
lebih dari tiga hari.
Kaum muslimin berhasil memasuki kota Mekkah tanpa setetes darah pun
pada tahun 20 Ramdhan tahun 8 H. Para penakluk kemudian berthawaf
menegelilingi Ka’bah dan menghancurkan patung-patung yang ada di rumah suci
itu. Peristiwa ini dikenal dengan Fathu Mekkah (pembebasan Mekkah).24
Pada bulan Rajab 9 H bertepatan dengan Oktober 630 M, Rasulullah
mempersiapkan pasukan untuk meghadapi tentara Romawi di Utara. Pasukan
Romawi yang semula akan menyerang Islam, mundur kembali ke negerinya stelah
24 Ali Sodiqin Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI,
2009), h.27
26
melihat betapa besar jumlah pasukan kaum muslimin yang dipimpin Rasululah tak
kena mundur. Peristiwa ini dikenal dengan Perang Tabuk.
Oleh karena itu, sejak tahun 9 H (630/631 M) para utusan kabilah-kabilah
Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah menyatakan masuk
Islam. Mereka itu antara lain Bani Tsaqif, dari Thaif, Bani Asad dari Najd, Bani
tamim disusul kemudian oleh perutsan dari Yaman dan sekitarnya pada tahun 10
H. Dengan demikian, tahun ini disebut dengan tahun perutusan atau ‘am alwufud.
D. Peran Sahabat Dalam Memahami Wahyu dan Sunnah Nabi SAW
Terkait Dengan Pemikiran dan Peradaban Islam
Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhamad tidak sekaligus, tetapi
dengan cara berangsur-angsur. Atas dasar itulah Nabi menyelesaikan persoalanpersoalan yang timbul dalam masyarakat Islam pada masa itu. Tetapi adakalanya
persoalan yang cara penyelesaiannya belum disebut oleh wahyu yang sudah
diterima Nabi. Dalam hal ini Nabi memakai ijtihad atau pendapat yang dihasilkan
pemikiran secara mendalam.
Pada periode Nabi, segala persoalan hukum dikembalikan kepada Nabi
untuk menyelesaikannya, Nabi lah yang menjadi satu-satunya sumber hukum.
Secara direk pembuat hukum adalah Nabi,tetapi secara indirek Tuhanlah pembuat
hukum, karena hukum yang dikeluarkan Nabi bersumber pada wahyu dari
Tuhan.25
Di periode sahabat, daerah yang dikuasai Islam tambah luas dan termasuk
didalmnya daerah-daerah di luar semenanjung Arabia yang telah mempunyai
kebudayaan tinggi dan susunan masyarakat yang bukan sederhana, di
perbandingkan dengan masyarakat Arabia ketika itu. Dengan demikian persoalanpersoalan permasyarakatan yang timbul di periode ini lebih sulit penyelesaiannya
dari pesoalan-persoalan yang timbul di masayraktat Semenanjung Arabia.
25 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II, (Jakarta: UI Press, 2012),h.46.
27
Untuk mencari penyelesaian bagi soal-soal baru itu para sahabat kembali
ke Al-Qur’an dan sunnah yang ditinggalkan Nabi. Dalam pada itu timbul pula
suatu problema lain. Sebagai dilihat ayat ahkam berjumlah sedikit dan tidak
semua persoalan timbul dapat dikembalikan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi.
Untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dijumpai dalam kedua sumber hukum
itu, khalifah dan para sahabat mengadakan ijtihad.
Sesuai dengan bertambah luasnya daerah Islam, berbagai macam bangsa
masuk Islam dengan membawa berbagai adat-istiadat, tradisi dan sistem
kemasyarakatan. Problema hukum yang dihadapi beragam pula. Untuk
mengatasinya para sahabat dan ulama banyak mengadakan ijtihad yang
didasarkan kepada Al-qur’an dan sunnah Nabi.26
Tujuan Pendidikan
Dalam mendidik umat, Rasulullah tidak melakukannya dengan ala
kadarnya, melainkan memiliki maksud dan tujuan. Tujuan pendidikan yang
berlangsung pada periode Makkah adalah membina pribadi Muslim agar menjadi
kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh dari segala cobaan untuk dipersiapkan
menjadi masyarakat Islam dan muballigh serta pendidik yang baik (Hanun
Asrahah, 1999 : 13). Sedangkan tujuan pendidikan pada periode Madinah tidak
hanya ditujukan untuk membentuk pribadi Islam, tetapi juga untuk membina
aspek-aspek kemanusiaan sebagai hamba Allah untuk mengelola dan menjaga
kesejahteraan alam semesta (Hanun Asrahah, 1999 : 15).
Tujuan kedua periode tersebut berbeda dan mengalami perkembangan
yang signifikan. Tujuan pertama dimaksudkan untuk membentuk dan membina
pribadi Muslim yang kuat. Hal tersebut sangat beralasan karena kondisi
masyarakat Makkah pada saat itu yang masih diselimuti kesyirikan dan
membutuhkan pencerahan. Sedangkan tujuan pada periode Madinah lebih luas
dan mengalami perkembangan karena kondisi masyarakat di sana semakin
26 Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1992,h.l 6
28
kondusif dan kebutuhan untuk mengembangkan berbagai hal selain ketauhidan
juga semakin dibutuhkan, seperti ekonomi, sosial, dan sebagainya.27
Sifat-sifat Rasul Sebagai Pendidik
Rasulullah merupakan seorang pendidik yang menjadi panutan bagi
umatnya. Ia merupakan sosok ideal dalam dunia pendidikan Islam. Rasulullah
memiliki sifat-sifat mulia yang dapat dijadikan contoh bagi pendidik. Sifat-sifat
tersebut adalah kasih sayang, sabar, cerdas, tawadhu (rendah hati), bijaksana,
pemaaf dan lapang dada, berkepribadian yang kuat, dan senang beramal (Yusuf
Khatir Hasan al-Shuriy, 1990 : 15-17). Bagi Rasulullah peserta didik terutama
anak merupakan karunia Allah yang harus di didik dengan beragam ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik memiliki potensi dan fitrah untuk
berkembang. Lingkungan keluarga (orangtua) memainkan peranan yang penting
dalam perkembangan pendidikan peserta didik. Peserta didik bukanlah sesuatu
yang kosong tanpa ada potensi untuk berkembang, tugas pendidik adalah
mengarahkan dan membimbing peserta didik sesuai potensi dan fitrahnya masingmasing. Pendidikan Islam dimulai sejak masa anak-anak tepatnya ketika lahir,
kemudian masuk ke madrasah (sekolah) untuk lebih memahami tentang Islam,
Nabi telah mewajibkan kepada para orang