STUDI MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS KAB (1)

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Transportasi adalah salah satu sektor yang sangat penting dalam
pembangunan suatu daerah kabupaten atau kota. Berkembangnya suatu
daerah dapat di lihat dari pergerakan transpotasi yang ada, hal ini di
buktikan dengan semakin tingginya mobilitas pergerakan orang dan barang
dengan moda transportasi di suatu daerah tersebut. Untuk menunjang
kegiatan tersebut harus diimbang dengan fasilitas transportasi yang efektif
dan efisien.
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu dari
pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow yang terpecah menjadi 5
kabupaten yaituh Kota Kotamabagu, Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur, Kabupaten Bolaang Mongndow Selatan, Kabupaten Bolaang
Mongondow Induk. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang terletak
ujung Utara dari Provinsi Sulawesi Utara yang mempunyai potensi sangat

besar untuk di tumbuh kembangkan. Dengan keadaan ini, maka perlu di
adakan identifikasi permasalahan transportasi sehingga permasalahan
tersebut dapat dicari jalan keluarnya dan dapat menunjang setiap kebijakan
yang akan diambil. Ditambah kinerja lalu lintas yang dirasa masih belum
mengakomodir lalu lintas di masa yang akan datang. Dari hasil identifikasi
permasalahan ini dapat dijadikan referensi bagi pemerintah daerah untuk
menentukan kebijakan dan meningkatkan unjuk kerja transportasi di
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Untuk mengatasi permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian
tentang “STUDI MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI
IV-1

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

KOTA

BOROKO

KABUPATEN


BOLAANG

MONGONDOW

UTARA”.

B.

Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi
permasalahan – permasalahan serta memberikan gambaran tentang unjuk
kerja lalu lintas yang ada pada daerah studi.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan data tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten
Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang menyangkut
sarana dan prasarananya, pengoperasian serta pola pergerakan di
Kabupaten Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
2. Mengetahui, mengidentifikasi, menyajikan dan menganalisis serta
memecahkan


permasalahan



permasalahan

yang

menyangkut

manajemen dan rekayasa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten
Kota

Boroko

Kabupaten

Bolaang

Mongondow


Utara

dengan

merangking masalah yang terburuk yang perlu mendapatkan prioritas
penanganan. .
C.

Ruang Lingkup
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Memberikan gambaran umum mengenai pola karakteristik pendukung
lalu lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;
b. Mengidentifikasi secara umum permasalahan – permasalahan yang
ditemukan di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
khususnya bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas;

IV-2


Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

D.

Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terwujudnya rekomendasi
terhadap permasalahan – permasalahan manajemen rekayasa lalu lintas di
Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Wilayah Administrasi (Batas Luas Wilayah)
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Sulawesi Utara, merupakam kaupaten pemekaran sesuai dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 Tentang Pembentukan
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terlatak antara 0 o- 30’ 1o – 0’ LU dan
123o – 124o BT, Luas wilayah 185.686 ha (1.856,86 km 2) ± 12,3% dari
Sulawesi Utara. Terdiri dari 6 kecamatan dan 107 desa/kelurahan dengan
jumlah penduduk 85.883 jiwa (Discapil : 2014), memiliki letak strategis yaitu
berada pada pesisir pantai utara Sulawesi Utara dan jalur Trans Sulawesi.

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki batas administratif yaitu :
Utara

: Laut Sulawesi,

Barat

: Kabupaten Gorontalo Utara,

Selatan

: Provinsi Gorontalo,

Timur

: Kabupaten Bolaang Mongondow.

IV-3

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara


Sumber : Hasil Laporan Umum Profil LLAJ Kab.Bolaang Mongondow Utara (STTD Bekasi)

Gambar II.1 Peta wilayah administrasi

Tabel II.1
Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
No

Kecamatan

Desa/Kelurahan

1

Sangkub

16

2


Bintauna

16

3

Bolangitang Timur

20

4

Bolangitang Barat

18

5

Kaidipang


15

6

Pinogaluman

22

Jumlah

107

Sumber : Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dalam Angka 2014

B. Tata Guna Lahan dan Rencana Pengembangan Wilayah
Tata guna lahan yang terdapat di wilayah studi sebagian besar merupakan
kawasan pemukiman yang berada disepanjang garis pantai. Sedangkan
IV-4


Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

kawasan strategis pada wilayah studi yang memiliki nilai strategis ekonomi
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a) Kawasan koridor Boroko – Kaidipang
b) Kawasan kuliner Kecamatan Sangkub (Busisingo, Tombolango, Sang
Tombolang, Sampiro)
c) Kawasan kuliner Kecamatan Bolangitang Timur (Bohabak)
d) Kawasan kuliner Kecamatan Pinogaluman (Dengi)
e) Kawasan agropolitan meliputi Kecamatan Sangkub (Tombolango,
Sangkub 3 dan Sangkup 1)
f) Kawasan Minapolitan meliputi Kecamatan Pinogaluman (Sangkub 1,
Busisingo Utara, dan Sangtombolang)
C. Data Kependudukan
Berdasarkan data penduduk tahun 2014 jumlah penduduk di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara sebesar 85.883 jiwa yang tersebar di 6 kecamatan
di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Kecamatan yang paling padat
penduduknya yaitu 173,42 penduduk per km2dengan jumlah penduduk 14.756
dan luas wilayah 85,09km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling
rendah adalah Kecamatan Sangkub, yaitu 18,77 penduduk per km2 dengan

10.654 jiwa dan luas wilayah 567,58 km2.
Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah
46,25 jiwa per km2. Konsentrasi terbesar untuk penduduk di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara terdapat di Kecamatan Kaidipang dikarenakan
fasilitas dan pusat kegiatan pemerintahan lainnya berada di kecamatan ini.

D. Kondisi Lalu Lintas
Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagian besar berada di
pesisir pantai dan juga dilalui oleh lintasan utama jalan Trans Sulawesi yang
menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara dengan kabupaten dan provinsi lain
yang ada di Pulau Sulawesi. Sehingga arus lalu lintas dan beban jalan yang
IV-5

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

ada didominasi oleh kendaraan besar seperti angkutan barang dan angkutan
umum antar kota antar provinsi / antar kota dalam provinsi. Sedangkan
transportasi air masyarakat pesisir pantai atau di sungai menggunakan perahuperahu nelayan. Kondisi lalu lintas seperti ini hendaknya perlu diatur dengan
pengaturan

yang

sesuai

agar

nantinya

tidak

menimbulkan

dampak

permasalahan lalu lintas yang krusial di Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara.
Perkembangan lalu lintas dan angkutan jalan Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan terutama dari volume lalu
lintas yang menggunakan ruas-ruas yang ada di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara, dimana hal tersebut berbanding terbalik dengan
perkembangan lalu lintas angkutan perairan yang belum dikembangkan oleh
pemerintah daerah dari segi sarana dan prasarana transportasi.
E. Jaringan Jalan
Sistem jaringan sebagaimana diperlihatkan pada gambar II.2 dapat disimpulkan
bahwa sistem jaringan jalan dan laut merupakan jaringan primer di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara yang menghubungkan wilayah satu dengan
lainnya. Hal ini merupakan pola unik baik untuk direncanakan angkutan
perairan, untuk mengintegrasikan antara moda air dan jalan untuk mengurangi
volume lalu lintas dan tingkat kecelakaan pada jalan nasional trans Sulawesi
serta Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan daerah sentral
pergerakan lalu lintas kendaraan sehingga semakin bertambah dan
meningkatnya kebutuhan transportasi menyebabkan padatnya kondisi lalu
lintas kedepan. Berikut dapat dilihat peta jaringan jalan pada gambar II.2

IV-6

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Gambar II.2 Peta Jaringan Jalan

PENGUMPULAN DATA

Berikut dapat dilihat panjang jalan kabupaten di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara dari tahun 2010 – 2013
DATA SEKUNDER :
Peta jaringan jalan Menurut fungsi,
kelas, umum, status.
Tabel panjang
Data ruas dan simpang.

Jenis jalan
Jalan
Kabupaten

2010
57,04 km

DATA PRIMER :
Tabel II.2
`Karakteristik fisik jalan dan prasarana lalu lintas diperoleh dari
jalansurvey
Kabupaten
tahun
2010 – 2013
inventarisasi
jalan.
Volume lalu lintas pada ruas diperoleh dari survey pencacahan lalu
2012
2013
lintas2011
terklasifikasi.
Volume lalu lintas pada persimpangan diperolah dari survey gerakan
membelok terklasifikasi.
89,00
km
201,03 km
241,76 km
Survey
inventarisasi
simpang
Kecepatan perjalanan yang didapat dari survey MCO atau FCO

Sumber : Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dalam angka 2014

BAB III
METODOLOGI
RUAS

SIMPANG

A. Bagan Alir

ANALISIS

ANALISIS

STATIS

DINAMIS

Ketersediaan dan
kondisi prasarana,
perlengkapan simpang

HASIL :
Kecepatan
V/C Rasio
Kepadatan
LHR

STATIS

Ketersediaan dan
kondisi prasarana,
perlengkapan simpang

PERENGKINGAN RUAS DAN SIMPANG, IDENTIFIKASI MASALAH

DINAMIS
HASIL :
Derajat
IV-7kejenuhan
Panjang antrian
Peluang tundaan
Volume simpang

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

IV-8

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Gambar III.1 : Bagan Alir Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

Adanya bagan alir dapat mempermudah dalam melakukan kegiatan,
karena setiap kegiatan tersusun secara berurutan. Dari kegiatan awal
sampai diperoleh hasil akhir yaitu perangkingan, sehingga dapat
mengetahui permasalahan yang ada.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat dari instansi – instansi yang
terkait dalam bidang manajemen dan rekayasa lalu llintas baik secara
langsung maupun tidak langsung. Biasanya data ini didapat saat
melakukan previsit atau saat pertama kali datang di daerah studi.Contoh
instansi terkait dalam bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas yaitu
Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan Kota Boroko Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara. Data yang didapat melalui data sekunder
yaitu :
a. Data jaringan jalan digunakan dalam pembuatan peta jaringan jalan.
b. Data kelas jalan digunakan dalam perangkingan agar terkelompok
berdasarkan kelasnya.
c. Data fungsi jalan digunakan dalam penghitungan dam perangkingan
agar terkelompok berdasarkan fungsinya.
d. Data inventarisasi jalan digunakan dalam pembuatan peta lokasi
fasilitas jalan.
IV-9

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

2. Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari survei langsung di
lapangan, yang dilakukan pada saat studi.Ada beberapa survei dalam
bidang manajemen dan rekaysa lalu lintas. Berikut cara pengumpulan data
primer yang dilakukan dalam setiap survei yaitu :
a. Survei Inventarisasi Jalan
Survei ini dilakukan untuk mengetahui keadaan kondisi jalan yang
sesungguhnya saat ini beserta keadaan dari prasarana jalannya. Survei
ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung pada
setiap bagian jalan. Berikut merupakan bagan dari survei inventarisasi
jalan :

PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMER :

DATA SEKUNDER :

Data Survey Inventarisasi Jalan

Data Jaringan Jalan berdasarkan jenisnya
ANALISIS

Peta Jaringan Jalan berdasarkan jenisnya
Peta Lokasi Prasarana Jalan
Tabel Kapasitas Jalan berdasarkan fungsi dan
kelasnya
Kondisi Fisik Jalan

Gambar III.2 : Bagan Alir Survei Inventarisasi Jalan
1). Maksud dan Tujuan
IV-10

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Maksud dan tujuan dari dilakukannya survei inventarisasi jalan
ialah untuk mengetahui kondisi jalan dan ukuran pada jalan serta
perlengkapan jalan yang terpasang, pada setiap jalan yang distudi
di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
2). Target Data
Target data yang didapat dari survei inventarisasi jalan yaitu :
a). Panjang ruas
b). Lebar jalur efektif
c). Lebar bahu efektif
d). Lebar trotoar
e). Jenis perkerasan jalan
f). Jumah lajur
g). Tipe jalan
h). Fasilitas perlengkapan jalan
3). Persiapan Survei
a). Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
survei inventarisasi jalan adalah :
(1) Pita ukur dan roda meteran
(2) Alat – alat tulis

IV-11

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

(3) Formulir survei
(4) Clip board
(5) Kamera
b). Tenaga Pelaksana
Dalam survei inventarisasi jalan dilakukan oleh anggota Tim
Dinas

Perhubungan

Kota

Boroko

Kabupaten

Bolaang

Mongondow Utara yang berjumlah 16 (dua belas) orang tenaga
surveyor.
c) Lokasi Survei
Survei inventarisasi jalan dilakukan pada setiap jalan yang
berada di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
yang studi. Diawali dengan ruas utama yaitu jalan arteri yang
memiliki volume lalu lintas tinggi antara daerah Cibadak dengan
Cisaat
d) Waktu Pelaksanaan Survei
Survei inventarisasi jalan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi, pada
waktu malam hari atau pada waktu hari libur.

e) Pelaksanaan Survei
Survei

inventarisasi

jalan

dilakukan

dengan

melakukan

pengamatan, mengukur, dan mencatat data langsung ke formulir
IV-12

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

survei, sesuai dengan target data yang dibutuhkan. Data yang
didapat pada survei ini yaitu :
(1) Panjang jalan, lebar jalan, lebar trotoar, lebar bahu
(2) Lokasi dan jenis rambu sebagai prasarana jalan
(3) Kondisi jalan saat sekarang.

b. Survei Inventarisasi Prasarana Jalan dan Simpang
Survei ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung
dengan mengetahui titik lokasinya serta jenis dari prasarananya.
Berikut uraian dari survei inventarisasi :
1) Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari survei inventarisasi prasarana yaitu untuk
mengetahui tingkat ketersediaan prasarana jalan dan simpang bagi
pengguna. Dari data survei ini dapat digunakan dalam indicator
perangkingan jalan dan simpang secara statis.
2) Target Data
Target data yang diperlukan dari survei inventarisasi prasarana
yaitu :
a) Terminal
b) Parkir
c) Halte
d) Stasiun
IV-13

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

e) Pelabuhan
3) Persiapan Survei
a) Peralatan dan Perlengkapan
Diperlukan

peralatan

dan

perlengkapan

dalam

survei

inventarisasi prasarana yaitu :
(1) Roll meter dan walking measure
(2) Clip board
(3) Formulir survei
(4) Alat – alat survei
(5) Camera
b) Tenaga survei
Pada survei ini dilakukan oleh semua anggota Tim PKL Kota
Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sebanyak 12
(dua belas) orang /i.
c) Lokasi survei
Survei inventarisasi prasarana dilakukan pada setiap jalan dan
simpang yang ada di wlayah Kota Boroko Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara yang distudi.
4) Waktu dan Pelaksanaan Survei
Pengambilan data survei inventarisasi prasarana dilakukan
bersamaan dengan survei inventarisasi jalan dan simpang, pada
waktu hari libur, atau pada malam hari. Dilakukan dengan cara
IV-14

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

melakukan pengamatan langsung dan pengukuran setiap prasarana
yang tersedia.
c. Survei Pencacahan Lalu Lintas Terklasifikasi
Survei pencacahan lalu lintas dilakukan pada semua jaringan jalan
yang merupakan daerah wilayah perbatasan. Menurut waktu surveinya
dibedakan menjadi tiga yaitu 16 (enam belas) jam, 24 (dua puluh
empat) jam, dan tiap setengah jam (TC screenline). Dibedakan lagi
menurut lokasinya adalah tc kordon dalam dan kordon luar.
1) TC kordon dalam
a) Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari survei TC kordon dalam yaitu untuk
mengetahui pola dan karakteristik lalu lintas pada setiap jalan
yang berbatasan dengan CBD. Tujuannya untuk mengetahui
beberapa data yang diperlukan yaitu :
(1) Mengetahui pola lalu lintas
(2) Mengetahui fluktuasi volume lalu lintas pada suatu ruas
dalam tiap arah
(3) Mengetahui fluktuasi volume lalu lintas tiap jenis
kendaraan
(4) Mengetahui volume jam tersibuk pagi, siang, dan sore
(5) Mengetahui periode sibuk pagi, siang, dan sore
(6) Mengetahui proporsi tiap kendaraan di suatu ruas dalam
tiap arah
IV-15

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

(7) Mengetahui kepadatan lalu lintas pada suatu ruas dalam
tiap arah
(8) Mengetahui split distribusi arah
b) Target Data
Pada survei pencacahan lalu lintas terklasfikasi target yang
diambil adalah arus lalu lintas dan jenis klasifikasi kendaraan
pada suatu ruas dalam tiap arah, di jalan yang merupakan
lintasan menuju dan keluar dari CBD.
c) Persiapan Survei
(1) Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat survei
pencacahan lalu lintas terklasifikasi yaitu :
(a) Alat – alat tulis
(b) Formulir survei
(c) Clip board
(d) Alat penghitung (counter)
(2) Tenaga Pelaksana
Pada survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi dilakukan
oleh semua anggota Tim PKL Kota Boroko Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara sebanyak 12 (dua belas)
orang /i. Setiap satu ruas dibutuhkan 3 (tiga) orang surveior
yang memegang dua arah.
IV-16

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

d) Waktu dan Pelaksanaan Survei
Survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi dilaksanakan
selama 30 November – 3 Desember 2015 selama 9 (Sembilan)
hari, yang dilakukan selama 16 (enam belas) jam dimulai dari
jam 06.00 WIB sampai jam 22.00 WIB.
Survei ini dilakukan dengan cara melakukan penghitungan
pada setiap arus yang melintas dalam tiap arah, yang dibedakan
dalam tiap jenis kendaraan. Surveior harus menempati tempat
yang aman dan nyaman.Arti aman yaitu surveior tidak
menganggu arus kendaraan yang melintas dan arti nyaman
yaitu surveior dapat melihat setiap arus kendaraan yang
melintas tanpa terhalang oleh benda apapun. Surveior
melakukan penghitungan dengan interval waktu setiap 15 (lima
belas) menit selama survei dilakukan dalam 16 (enam belas)
jam.

d. Survei Gerakan Membelok Terklasifikasi
Survei gerakan membelok terklasifikasi dilakukan pada setiap
simpang, terutama bagi simpang yang memiliki hirarki pendekat arteri
– arteri, arteri – kolektor dan kolektor – kolektor. Berikut bagan alir
dari pengumpulan data survei gerakan membelok terklasifikasi :

IV-17

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Pengumpulan Data

Data Sekunder :
Data volume lalu lintas pada persimpangan
Klasifikasi jumlah kendaraan tiap jenis di setiap
gerkan membelok pada persimpangan
Fluktuasi arus lalu lintas
Periode jam sibuk
Jam tersibuk pagi, siang, dan malam
Jumlah kendaraan yang terhenti dan terlewatkan

Analisa Data

Hasil :
Derajat kejenuhan (pendekat paling kritis)
Jumlah kendaraan yang dilewatkan dan terhenti dalam
simpang perjam waktu sibuk
Proporsi kendaraan berat di simpang
Proporsi sepeda motor
Rasio belok kanan dengan keseluruhan arus pendekat
kritis di simpang

IV-18

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Gambar III.13 : Bagan Survei Gerakan Membelok Terklasifikasi
1) Maksud dan Tujuan
Maksud dari survei gerakan membelok terklasifikasi dilakukan
pada persimpangan guna mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas
di setiap simpang, berdasarkan jenis gerakan dalam setiap jenis
kendaraan.Dilakukan dengan pengamatan dan penghitungan secara
langsung pada setiap kaki simpang.
Tujuan dari survei ini yaitu untuk mengetahui desain geometrik
persimpangan, jenis pengendalian persimpangan, volume lalu
lintas pada persimpangan, dan lain - lain. Survei ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang ada saat
kendaraan berada di persimpangan.Dikarenakan saat berada di
persimpangan berbeda dengan di jalan.
Pada persimpangan sering juga terjadi hambatan perjalanan
disebabkan

karena

persimpangan

merupakan

suatu

sistem

pembagian ruang, jadi jika satu kendaraan memperoleh prioritas
IV-19

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

maka kendaraan yang lain akan terhambat yang disebut tertunda.
Prioritas diperlukan untuk memperkecil dan mengendalikan
konflik yang terjadi, khususnya antara lalu lintas yang bergerak
lurus dengan lalu lintas yang membelok.Maka survei ini sangat
diperlukan.
2) Target Data
Pada survei gerakan membelok terklasifikasi memiliki target data
sebagai berikut :
a) Data arus lalu lintas pada setiap kaki simpang
b) Jenis kendaraan dalam setiap pergerakan di setiap kaki simpang
c) Kendaraan yang terhenti dan terlewatkan di setiap kaki
simpang
3) Persiapan Survei
a) Peralatan dan Perlengkapan
Dalam melakukan gerakan membelok terklasifikasi dibutuhkan
peralatan dan perlengkapan sebagai berikut :
(1) Alat – alat tulis
(2) Alat penghitung (counter)
(3) Formulir survei gerakan membelok terklasifikasi
(4) Stop watch
(5) Clip board
b) Tenaga Pelaksana
IV-20

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Dalam survei gerakan membelok terklasifikasi dilakukan oleh
semua anggota Tim PKL Kota Boroko Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara yang berjumlah 12 (dua belas) orang. Setiap
persimpangan disurvei oleh 4 (empat) dan 3 (tiga) orang
surveior

4) Waktu dan Pelaksanaan Survei
Survei gerakan membelok terklasifikasi dilaksanakan selama 16
(enam belas) jam dimulai jam 06.00 WIB sampai jam 22.00 WIB.
Setiap surveior mengamati satu kaki simpang.Surveior tidak beloh
berada di tempat yang terhalang oleh benda apapun agar dapat
melihat setiap gerakan dari kendaraan yang melintas pada
persimpangan.
Dilaksanakan dengan interval waktu tiap 15 menit selama waktu
survei.Survei

ini

dilaksanakan

bergantian

dengan

survei

pencacahan lalu lintas terklasifikasi.

C. Teknik Analisis Dan Pengolahan Data
a. Survei Inventarisasi Jalan
Dari survei inventarisasi jalan data yang diperoleh di masukan dalam
data input digabung dengan data sekunder yang diperoleh dari instansi
– instansi terkait di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara. Dari data yang telah diperoleh dapat dilakukan penghitungan

IV-21

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

kapasitas jalan dan dapat digunakan sebagai indikator perangkingan
ruas secara statis.

b. Survei Pencacahan Lalu Lintas Terklasifikasi
Dari survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi di masukkan semua
data yang didapat dalam data input. Berdasarkan setiap jenis kendaraan
dimasukkan

jumlahnya.Jumlah

kendaraan

dari

hasil

survei

penghitungan volume lalu lintas dikonversikan ke dalam bentuk SMP
(Satuan Mobil Penumpang). Dimana penentuan SMP menggunakan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), dan dilakukan dua macam
analisis, yaitu dengan penentuan SMP untuk jalan perkotaan dan untuk
jalan luar kota. Setelah dikonversikan ke dalam bentuk SMP, maka
dapat dilakukan analina berikutnya yaitu mencari waktu sibuk atau
waktu puncak setiap ruas.Maka volume dengan interval waktu 15
menit dijumlahkan menjadi tiap 1 jam.Waktu sibuk merupakan hasil
dari volume yang paling tingggi, baik pada pagi hari, siang hari,
ataupun sore hari.
Setelah didapat waktu sibuk maka dicari periode sibuk dengan
menggunakan persentil 85. Maka akan didapat jam – jam sibuk dalam
tiap ruasnya. Dimana tabel standar SMP yang digunakan adalah
sebagai berikut ;
Tabel III.7 : Standar SMP Untuk Jalan Perkotaan Tipe Tak Terbagi
Tipe jalan :

Arus

Jalan tak terbagi

lintas per lajur
(kend/jam)

lalu

EMP
HV

MC
Lebar jalur lalu-lintas
Wc (m)

IV-22

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

≤6

>6

Dua lajur tak terbagi (2/2

0

1.3

0.5

0.40

UD)

≥ 1900

1.2

0.35

0.25

Empat lajur tak terbagi

0

1.3

0.40

(4/2 UD)

≥ 3700

1.2

0.25

(Sumber Standar SMP:IHCM, Indonesia Highway Capacity Manual –
1997)

Tabel III.8 : Standar SMP Untuk Jalan Luar Kota Tipe 2/2 UD
EMP
Alinyeme

Arus total

n

(kend/jam) MHV

Datar
Bukit

Gunung

MC
LB

LT
8m

0

1.2

1.2

1.8

0.8

0.6

0.4

800

1.8

1.8

2.7

1.2

0.9

0.6

1350

1.5

1.6

2.5

0.9

0.7

0.5

≥ 1900

1.3

1.5

2.5

0.6

0.5

0.4

0

1.8

1.6

5.2

0.7

0.5

0.3

650

2.4

2.5

5.0

1.0

0.8

0.5

1100

2.0

2.0

4.0

0.8

0.6

0.4

≥ 1600

1.7

1.7

3.2

0.5

0.4

0.3

0

3.5

2.5

6.0

0.6

0.4

0.2

450

3.0

3.2

5.5

0.9

0.7

0.4

900

2.5

2.5

5.0

0.7

0.5

0.3

≥ 1350

1.9

2.2

4.0

0.5

0.4

0.3

(Sumber Standar SMP : IHCM, Indonesia Highway Capacity Manual – 1997)

IV-23

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Setelah didapat, maka dapat mengetahui proprsi setiap kendaraan yang
melewati pada setiap arah di suatu ruas.
c. Survei Gerakan Membelok Terklasifikasi
Survei gerakan membelok terklasifikasi dilakukan guna mengetahui
volume lalu lintas pada setiap mulut persimpangan dan mengetahui
tundaaan yang terjadi pada setiap kendaraan saat berada di mulut
persimpangan. Survei yang dilakukan dengan interval waktu 15 menit
selama 16 jam. Dari survei tersebut data di masukkan dalam data input
untuk mengetahui volume lalu lintas pada setiap kaki simpang, yang
dihitung selama tiap 1 jam. Untuk mengetahui jam sibuknya maka
setiap jumlah jenis kendaraan dikalikan nilai SMPnya masing –
masing. Dalam perhitungannya menggunakan standar factor SMP
untuk jalan perkotaan. Standarnya seperti tabe di bawah ini:

Tabel III.9 : Standar SMP Pada Simpang
Jenis

Kelas

SMP

Kendaraan

Kendaraan

Simpang

LV

1.00

HV

1.30

MC

0.40

Sedan/jeep
Oplet
Mikrobus
Pick up
Bus standard
Truk sedang
Truk berat
Sepeda motor

IV-24

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Becak
Sepeda

UM

1.00

Andong, dll
(Sumber Standar SMP : IHCM, Indonesia Highway
Capacity Manual – 1997)

Keterangan :
LV

= Light Vehicle (Kendaraan Ringan)

HV

= Heavy Vehicle (Kendaraan Berat)

MC

= Motorcycle (Sepeda Motor)

UM

= Unmotorised (Tidak Bermotor)

d. Perangkingan Ruas
Perangkingan ruas dibedakan menjadi dua indikator yaitu :
1) Statis
Indikator perangkingan ruas yaitu kondisi fisik, jumlah lajur, lebar
lajur, ketersediaan fasilitas, rasio luas jalan rusak per kilometer dan
jumlah akses. Dalam analisis digunakan beberapa metode yang
digunakan :
a) Langkah awal dalam perangkingan yaitu membandingkan
kondisi lapangan secara angsung dengan standar yang berlaku.
b) Dalam peraturan standar statis yang berlaku disesuaikan
dengan kondisi jalan yang tertuang dalam UU No. 38 Tahun
2004 tentang jalan, UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
IV-25

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

dan Angkutan Jalan dan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang.
c) Jika tidak sesuai dengan standar maka dilakukan perangkingan.
Perangkingan menggunakan metode perangkingan sederhana.
Perangkingan statis dinilai berdasarkan penawaran.Arti penawaran
sendiri adalah ketersediaan prasarana kelengkapan suatu ruas.
2) Dinamis
Perangkingan dinamis digunakan dalam perangkingan dengan
metode sampai pembobotan proporsional. Dalam perangkingan
dinamis digunakan beberapa indikator yaitu :
a) Volume, kecepatan, dan kepadatan
b) Antrian dalam satuan jumlah tiap kendaraan dan hambatan
yang memiliki satuan detik / kilometer.
c) Proporsi kendaraan berat
d) Rasio kecepatan sibuk dan tidak sibuk
e) Rasio distribusi arah
Dalam perangkingan dinamis digunakan metode sebagai berikut :
a) Langkah awal dalam perangkingan yaitu menggunakan hasil
dari setiap survei yang telah dilakukan.
b) Data setiap hasil survei disesuaikan dengan kondisi lapangan
yang nyata.

IV-26

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

c) Dalam perangkingan dinamis menggunakan peraturan yang
berlaku

disesuaikan

dengan

kondisi

unjuk

kerja

dan

karakteristik lalu lintas dengan menggunakan KM No. 14
Tahun 2006 tentang manajemen lalu lintas khusus untuk
volume dan lalu lintas lainnya kecuali kecepatan, dan
menggunakan MKJI Tahun 1997 khususnya untuk kecepatan
dengan pendekatan kecepatan baik diidentifikasi setengah dari
free flow perkotaan sebesar 56 km/jam.
d) Jika tidak sesuai dengan standar maka dilakukan perangkingan.
Perangkingan menggunakan metode proporsional pembobotan.
e) Nilai pembobotan masing-masing indikator diperoleh dari
wawancara terhadap instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Perhubungan Kota Boroko Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara dan pengguna jalan.

3) Klasifikasi ruas yang dirangking
Ruas dibedakan berdasarkan hirarki dari semua jalan yang distudi
di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara :
a) Menurut fungsi jalan
b) Menurut status jalan
Yang dimulai dari jalan arteri, kolektor dan lokal yang terpilih
sejumlah 201 ruas jalan.Dirangking berdasarkan tiap arah dalam
setiap ruas.
e. Analisa
IV-27

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

1) Kecepatan Perjalanan Pada Ruas Jalan
Kecepatan perjalanan pada suatu ruas dapat dilihat dari survei
observasi gerakan perjalanan. Namun dari hasil survei dapat
diketahui dengan suatu rumus yaitu :

kecepatan perjalanan=

panjang ruas
waktu perjalanan

…………..(III.28)

Sumber : Buku Pedoman PKL 2013
2) Arus Lalu Lintas Waktu Sibuk Harian
Arus lalu lintas pada saat waktu sibuk diketahui dari hasil survei
pencacahan lalu lintas terklasifikasi untuk jalan dan survei gerakan
membelok terklasifikasi untuk simpang. Hasil survei tersebut yang
sudah dikalikan dengan Satuan Mobil Penumpang dan dijumlahkan
dalam tiap 1 jam. Maka angka SMP tertinggi disebut volume pada
jam sibuk.
3) V/C Ratio
V/C ratio suatu jalan didapatkam dari perbandingan volume arus
waktu sibuk dengan kapasitas dari ruas tersebut. Dari V/C akan
diketahui karakteristik pelayanan suatu ruas. Rumus yang
digunakan dalam penghitungan V/C ratio suatu ruas yaitu :

V /C ratio=

volume waktu sibuk
kapasitas
………………. (III.29)
IV-28

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
4) Kendaraan Menit Per Kilometer (Kepadatan)
Kendaraan menit per kilometer merupakan kombinasi antara
kecepatan dan volume lalu lintas serta mengukur besarnya total
waktu perjalanan kendaraan yang diperlukan untuk menempuh
masing – masing jalan. Dengan menggunakan rumus dapat
diprediksikan jumlah kendaraan dalam tiap kilometernya yaitu
dengan rumus berikut :

kend−mnt /km=

waktu perjln X volume lalu lintas
panjang ruas
…….(III.30)

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesi (MKJI)
5) Perangkingan Proporsioanal Pada Ruas
Perangkingan

proporsional

dilakukan

dengan

melakukan

pengurutan hasil data yang didapat dari survei, yang digunakan
sebagai

indikator

dalam

perangkingan.Dalam

perangkingan

proporsional dilakukan dengan mencari nilai maksimum dan
minimumnya terlebih dahulu. Berikut merupakan rumus dari
perangkingan proporsional yaitu
Proporsi untuk kecepatan :
p=

( X−min) X (n−1)
(max−min)
……………………(III.31)

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
IV-29

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sedangkan rumus untuk proporsi kepadatan, dan V/C ratio adalah :

p=

(max− X) X (n−1)
+1
(max−min)

…..……………….(III.32)

Keterangan :
P

= proporsi

X

= nilai indikator untuk ruas jalan yang dimaksud

Max

= nilai maksimum unjuk kerja

Min

= nilai minimum unjuk kerja

N

= jumlah data

Setelah diberikan proporsi untuk setiap indikator maka semua
proporsi tersebut dijumlahkan dan dilakukan perangkingan
permasalahan diurutkan dari ruas yang memiliki nilai total proporsi
terkecil.
6) Perangkingan Proporsional Pada Simpang
Perangkingan proporsional pada simpang dilakukan dengan cara
yang hampir sama dengan cara dari perangkingan proporsional
ruas. Namun pada simpang dilakukan dengan indikator yang
berbeda.Indikator pada simpang seperti derajat kejenuhan, jumlah
akses dalam simpang, kapasitas simpang, rasio kendaraan berat
pada simpang dan lain-lain. Setelah dilakukan penghitungan
dengan metode proporsional maka data diurutkan mulai dari nilai
IV-30

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

total proporsi simpang yang terkecil. Simpang dengan nilai
proporsi terkecil merupakan simpang yang bermasalah.

IV-31

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

BAB IV
PROFIL DAN KINERJA
BIDANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

Lalu lintas merupakan suatu bagian yang terpenting dalam suatu wilayah, sebab
tanpa lalu lintas tidak akan ada perpindahan baik orang maupun barang. Maka
diperlukan pengaturan lalu lintas yang sesuai, yang disebut dengan sistem
pergerakan. Setiap pergerakan dilakukan dengan menggunakan sarana, yang biasa
disebut alat transportasi. Sistem transportasi adalah suatu cara untuk
memindahkan manusia dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan alat yang sesuai. Tetapi transportasi dapat diukur dengan penilaian
lain yaitu dengan kata aman, efisien dan efektif. Kata aman dinilai dari pengguna
jalan, efisien dapat diartikan lalu lintas yang hemat biaya dan cepat, dan kata
efektif diartikan lalu lintas yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi lalu lintas yang
aman bagi pengguna jalan tanpa perlu biaya yang besar serta sesuai kebutuhan
dalam melakukan perpindahan.
Maka dari itu, perlu tersedianya jaringan jalan yang berguna sebagai penghubung
antar wilayah. Dalam kehidupan manusia, jaringan jalan diibaratkan sebagai urat
nadi yang mengalirkan darah keseluruh tubuh.Jaringan jalan mengalirkan setiap
kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan oleh semua manusia di seluruh wilayah.
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagian besar karakteristik
jalanberupa bukit yang sangat banyak keloknya dan dikarenakan luasnya wilayah
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara membuat jumlah jaringan jalannya juga
sangat banyak.
A. KARAKTERISTIK JALAN DAN LALU LINTAS
1. Pola Jaringan Jalan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pola jaringan jalan di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara merupakan jaringan jalan dengan tipe
IV-32

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

linear.Tidak ada ruas jalan yang mempunyai sirkulasi arus sistem satu
arah, semua jaringan jalan mempunyai sirkulasi arus sistem dua arah. Yang
dimana terdiri dari jaringan jalan menurut status di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara terdiri dari jalan Nasional dan Jalan Kabupaten.
Jaringan jalan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dilihat
dari fungsinya termasuk kedalam kategori Protokol , kolektor, danlokal.
Jumlah jalan yang dijadikan penelitian sebanyak 131 ruas jalan yang
terdiri dari 1 ruas jalan Protokol Trans Sulawesi, Berikut merupakan
gambar jaringan jalan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang di

studi :

IV-33

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang Mongondow Utara
Gambar IV. 1 Peta Jaringan Jalan Menurut Fungsi Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara

(STTD Bekasi)

Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang Mongondow
Utara (STTD Bekasi)
Gambar IV. 2 Peta Jaringan Jalan Menurut Fungsi Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara

2. Karakteristik Umum
a. Ruas Jalan

IV-34

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Karakeristik jalan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara secara
umum dalam kondisi baik, tetapi ada juga jalan yang dalam kondisi
kurang baik. Jenis jalannya berupa jalan aspal danpasir . Hasil diatas
merupakan hasil dari pengamatan langsung di lapangan dan dari data
sekunder yang didapat dari Dinas PU dan Bappeda. Hampir semua
jalan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tidak terdapat trotoar
sebagai tempat pejalan kaki. Untuk panjang jalan, lebar jalan, lebar
bahu, lebar trotoar, lebar drainase, lebar median, dan penampang
melintang ruas jalan dapat dilihat pada lampiran. Dibawah ini akan
ditampilkan gambar hasil inventarisasi pada beberapa ruas jalan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Sumber : Hasil Analisa Tim PKL Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara 2015
Gambar V. 3 Ruas Jalan Trans Sulawesi

Geometri jalan Trans Sulawesi dengan tipe jalan 2/2 UD merupakan
jalan Nasional yang memiliki kondisi perkerasan jalan sangat baik.
IV-35

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Rambu lalu lintas dan penerangan jalan telah terpasang di jalan ini,
namun untuk penerangan jalan masih sangat kurang di jalan ini di
karenakan banyaknya PJU yang tidak menyala pada malam hari. Ruas
jalan ini merupakan jalan utama penyambung antar Kabupaten
dan/atau Kota di sekitar Provinsi Sulawesi Utara.
b. Simpang
Di hasil data inventarisasi simpang di kabupaten Bolaang mongondow
utara. Persimpangan yang ada di daerah studi belum ada simpang
yang menggunakan APILL dan bundaran hal ini di karenakan volume
kendaraan yang ada di simpang masih rendah.
Simpang yang menjadi daerah penelitian di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara yaitu20 simpang prioritas

IV-36

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kabupaten BolaangMongondow
Utara 2015
Gambar V. 4 Peta Simpang yang Dikaji di
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Berikut ini hasil survai inventarisasi simpang
1. Simpang Samping Kantor Bupati (Node 102)
Simpang Kantor bupati ini merupakan simpang prioritas memiliki
empat kaki simpang yang terdiri dari ruas jalan Kantor bupati, ruas
jalan Trans Sulawesi sebelah barat dan timur. Simpang ini
merupakan simpang dengan tipe 422 yang terdiri dari 4 kaki
simpang, 2 lajur pada pendekat minor dan 2 lajur pada pendekat
mayor. Terkait dengan visualisasi simpang Dalapuli dilihat Gambar
V.17 dan Gambar V.18 di bawah ini :

Gambar V. 5 Simpang Kantor Bupati

IV-37

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kabupaten BolaangMongondow
Utara 2015
2. Gambar V. 6 Penampang Horizontal Simpang Kantor Bupati
Simpang 3 Bank Sulut (Node 201)
IV-38

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Simpang Bank Sulut ini merupakan simpang prioritas memiliki
tiga kaki simpang yang terdiri dari ruas jalan Bank Sulut, ruas jalan
Trans Sulawesi sebelah barat dan timur. Simpang ini merupakan
simpang dengan tipe 322 yang terdiri dari 3 kaki simpang, 2 lajur
pada pendekat minor dan 2 lajur pada pendekat mayor. Terkait
dengan visualisasi simpang Bank Sulut dilihat Gambar V.19 dan
Gambar V.20 di bawah ini :

Gambar V. 7 Simpang Bank Sulut

IV-39

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kabupaten BolaangMongondow
Utara 2015
Gambar V. 8 Penampang Horizontal Bank Sulut
3. Simpang samping Polsek kaidipang (Node 210)
Simpang

Polsek kaidipang

ini merupakan simpang prioritas

memiliki empat kaki simpang yang terdiri dari ruas jalan Bank
Sulut, ruas jalan Trans Sulawesi sebelah barat dan timur. Simpang
ini merupakan simpang dengan tipe 422 yang terdiri dari 4 kaki
simpang, 2 lajur pada pendekat minor dan 2 lajur pada pendekat
mayor. Terkait dengan
visualisasi simpang Polsek kaidipang dilihat Gambar V.21 dan
Gambar V.22 di bawah ini :

Gambar V. 9 Simpang Polsek Kaidipang

IV-40

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang Mongondow
Utara (STTD Bekasi)
4.

Gambar V. 10 Penampang Melintang Simpang Polsek
Kaidipang

Simpang Bigo (Node 208)
Simpang

Bigo ini merupakan simpang prioritas memiliki empat

kaki simpang yang terdiri dari ruas jalanBigo, ruas jalan Trans
Sulawesi sebelah barat . Simpang ini merupakan simpang dengan
tipe 422 yang terdiri dari 4 kaki simpang, 2 lajur pada pendekat
minor dan 2 lajur pada pendekat mayor. Terkait dengan visualisasi
simpang Bigo dilihat Gambar V.23 dan Gambar V.24 di bawah ini :

IV-41

Gambar V. 11Simpang Bigo

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kabupaten BolaangMongondow
Utara 2015
Gambar V. 12 Penampang Melintang Simpang Bigo
3. Kapasitas Jalan Dan Persimpangan
a). Kapasitas Jalan
Berdasarkan survey inventarisasi jalan diketahui bahwa kondisi fisik
jalan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagian kondisi
perkerasan jalan sudah beraspal baik dan sebagian ada yang masih
dalam kedaannya pasir untuk jalan kabupaten.

IV-42

Studi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Kota Boroko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Pada survai inventarisasi jalan didapatkan kapasitas perlajur tiap ruas
jalan. Indikator dalam penentuan kapasitas ruas jalan dan analisa kinerja
jalan dari segi prasarana, yaitu :
 Panjang ruas jalan







Lebar Jalan
Lebar Bahu
Kondisi jalan
Tipe jalan
Hambatan samping
Ketersediaan
fasilitas
penerangan

jalan

 Ketersediaan
marka jalan
 Ketersediaan
drainase jalan
 Ketersediaan
rambu
 Tipe

perkerasan

jalan
 Jumlah jalan akses

umum (PJU)




Contoh dalam penghitungan kapasitas jalan sebagai berikut :
Diketahui dari survey inventarisasi Jalan (101-102) memiliki tipe

jalan 2/2 UD, dengan lebar efektif

5,4 mtata guna lahan daerah

perbukitan, dengan hambatan samping rendah, prosentase arus lalu
lintas perarah adalah 50%:50% dan diketahui dari data sekunder
penduduk 88,132 jiwa. Dengan melihat tabel faktor koreksi pada MKJI
1997. Berikut merupakan salah satu contoh penghitungan dan tabel
kapasitas jalan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara :
 Kapasitas dasar (CO)
= 1450 (per lajur)
 Faktor koreksi lebar jalan (FCW)
= 0,87
 Faktor koreksi pemisah arah (FCCS)
=1
 Faktor koreksi ukuran Kabupaten
= 0,86
 Faktor koreksi hambatan samping (FCSF) = 0,97
 Maka kapasitas jalan Suryakencana (103-204) adalah sebagai
berikut :
 C = 1450 x 0,87 x 1 x 0,86 x 0,97 = 1052,34

IV-43



Tabel V. 1 Kapasitas Jalan



























N


























































































































J








J








J








J








J








J








J








J








J








J













































































































































J








J








J








J








J








J








J








J








J








J








J









































































































J








J








J








J








J








J








J








J



 Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang Mongondow Utara
(STTD Bekasi)

b) Kapasitas Simpang




Perhitungan kapasitas persimpangan juga didapat hari data yang

diperoleh dari Dinas PU dan hasil pengamatan langsung saat melakukan
inventarisasi. Dihitung berdasarkan MKJI dengan memperhatikan jenis
pengendaliannya. Berikut merupakan contoh cara perhitungan dan tabel
kapasitas simpang di Kabupaten Sukabumi :

 Nilai kapasitas dasar (Co)
 Faktor koreksi lebar pendekat (Fw)
= 0,94
 Faktor koreksi media pada jalan mayor (Fm) = 1
 Faktor koreksi ukuran Kabupaten (Fcs)
 Faktor koreksi gangguan samping (Frsu)
 Faktor koreksi belok kiri (Flt)
=1
 Faktor koreksi belok kanan (Frt)
 Faktor koreksi jalan minor (Fmi)
 Maka kapasitas Simpang Cikembang adalah
 C = 2900 x 0,94 x 1 x 0,86 x 0,85 x 1 x 1 x 1,02


=1
= 1,02

NO 

Tabel V. 2 Kapasitas Simpang

NAMA SIMPANG

DE


= 0,86
= 0,85

= 2032,56 smp/jam




= 2900

201



SIMPANG

3



(C)

BANK 

KAPASITAS
SMP/JAM
2416

SULUT


102



SIMPANG 4 KANTOR 

2410

BUPATI


210



SIMPANG 4 POLSEK



2510



208



SIMPANG BIGO



2917



Sumber : Hasil Analisis Tim PKL Kabupaten Bolaang Mongondow

Utara

4. Fluktuasi Volume Lalu Lintas


Untuk mengetahui volume lalu lintas di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara, dilakukan survai volume lalu lintas terklasifikasi (TC)
yang terdapat dua metode yaituh survai kordon dalam dan survai kordon luar.
Untuk survai kordon dalam dipergunakan untuk mengetahui pergerakan
kendaraan masuk ke arah masuk dan keluar daerah CBD (Central Business

Distric) yang dimana pelaksanaan survai dilaksanakan selama 16 jam. Survai
kordon luar dilaksanakan pada batas suatu letak administrasi kabupaten,
survai ini digunakan untuk mengetahui pergerakan suatu kendaran dari luar
daerah studi. Untuk survai dilaksanakan selama 24 jam hal ini berbeda dengan
survai kordon dalam dikarenakan untuk mengkafer pergerakan angkutan
barang yang biasanya ramai beroperasi pada malam hari pada jalan Trans
Sulawesi.
a. Kordon Dalam
 Kordon dalam merupakan daerah pusat kegiatan dari kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat yang ada pada kabupaten atau kota. Yang
dimana dapat juga disebut CBD (Central Business Distric). Kordon dalam
pada Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdapat dua daerah yaitu di
Kecamatan Kaidipang dan Kecamatan Bintauna. Lokasi kordon dalam
yang ada sebagai berikut :
 Kecamatan Kaidipang

:

-

Ruas Kantor Bupati

-

Ruas Bank Sulut

-

Taman Keydupa

-

Kantor KPU(Komisi Pemilihan Umum)

 Kecamatan Bintauna
-

Protokol (Trans Dari Manado)

-

Vahuta

-

Protokol (Trans Dari Gorontalo)

-

Kuhanga 1

-

Kuhanga 2

-

Bintauna

1. Jl. Trans Sulawesi Bank Sulut

Pada survey pencacahan lalu lintas terklasifikasi pada ruas
jalan Trans Sulawesi depan bank sulut, dibagi menjadi dua arah yaitu
arah masuk CBD dan arah keluar CBD.

Dengan volume tertinggi pada arah masuk dan keluar CBD
terjadi pada waktu pagi hari jam 07.00-08.00 pagi yang dimana pada
arah masuk volume tertinggi adalah 67 smp/jamdan arah keluar
volume sebesar 86 smp/jam. Volume kendaraan ini dipengaruhi

pergerakan orang ke kantor dan pergerakan siswa saat berangkat
sekolah.
Komposisi kendaraan terklasifikasi pada arah masuk dan



keluar wilayah CBD pada ruas jalan Trans Sulawesi Bank Sulut dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel V. 3 Jumlah Kendaraan Jl. Trans Sulawesi Bank Sulut



Masuk CBD


Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang



Mongondow Utara (STTD Bekasi)



Tabel V. 4 Jumlah Kendaraan Jl. Trans Sulawesi Arah Keluar

CBD




Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang

Mongondow Utara (STTD Bekasi)


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kendaraan mendominasi

yang masuk dan keluar adalah kendaraan sepeda motor dan bentor.
Untuk sepeda motor jumlah kendaraan yang keluar dari CBD sebesar
698 kendaraan dan untuk bentor sebesar 164. Jumlah kseluruan
kendaraan keluar dari CBD sebesar 1134 kendaraan.





Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang

Mongondow Utara (STTD Bekasi)


Gambar V. 13 Komposisi Kendaraan Masuk CBD






Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang

Mongondow Utara (STTD Bekasi)


Gambar V. 14 Komposisi Kendaraan Keluar CBD





Sumber : Laporan Umum Profil LLAJ Kab. Bolaang Mongondow Utara (STTD Bekasi)
 Gambar V. 15 Fluktuasi Volume Lalu Lintas Jl. Trans Sulawesi



Dari grafik fluktuasi diatas dapat diketahui bahwa jam sibuk

untuk arah masuk CBD terjadi pada pukul 07.00-08.00 dengan jumlah
67 smp/jam dari total 1064 kendaraan. Sedangkan pada arah keluar
CBD jam sibuk terjadi pada pukul 07.00-08.00 dengan jumlah 86
smp/jam dari total 1134 kendaraan.

Berdasarkan diagram proporsi kendaraan diatas dapat diketahui
bahwa kendaran yang masuk CBD didominasi oleh tiga jenis
kendaraan yaitu sepeda motor dengan prosentase 63%, mobil dengan
prosentase 13% dan bentor dengan prosentase 17%. Sedangkan pada
arah keluar CBD didominasi oleh tiga jenis kendaraan yaitu 62%
prosentase untuk sepeda motor, 15% prosentase untuk mobil dan 14%
prosentase untuk bentor.

2. Jl. Trans Sulawesi kantor Bupati

Pada survey pencacahan lalu lintas terklasifikasi pada ruas
jalan Trans Sulawesi kantor Bupati, dibagi menjadi dua arah yaitu arah
masuk CBD dan arah keluar CBD.

Dengan volume tertinggi pada arah masuk dan keluar CBD
terjadi pada waktu pagi hari jam 08.00-09.00 pagi yang dimana pada
arah masuk volume tertinggi adalah 99 smp/jamdan arah keluar
volume sebesar 105 smp/jam. Volume ken

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2