Makalah Sistem Agribisnis Selasa 30 Juni

Makalah Sistem Agribisnis
Selasa, 30 Juni 2015
MAKALAH SISTEM AGRIBISNIS

MAKALAH SISTEM AGRIBISNIS
Disusun oleh :
AHMAD HAYYU
1402405112

UNIVERSITAS COKRO AMINOTO PALOPO
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGRIBISNIS
2014/2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat,
serta hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”SISTEM
AGRIBISNIS”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dari sanalah

semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit langkah yang lebih

baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam sekitar
tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan sarana produksi
pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, alam tidak dapat menyediakan
semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai membudidayakan (farming) secara ekstensif
berbagai tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan
budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on
farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri (home consumption).
Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya spesialisasi dalam kegiatan budidaya
sebagai akibat pengaruh perkembangan diluar sektor pertanian dan adanya perbedaan potensi
sumberdaya alam (natural endowment) antar daerah, perbedaan ketrampilan (skill) dalam
masyarakat serta terbukanya hubungan lalulintas antar daerah. Pada tahap ini, selain
dikonsumsi sendiri, hasil-hasil pertanian mulai dipasarkan dan diolah secara sederhana

sebelum dijual.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi yang
sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi
semakin maju dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat
penggunaan sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida).
Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya. Namun,
petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi
pertanian didominasi oleh sektor industri.
Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai
keperluan membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar

ekonomis, maka kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui proses
pengolahan, produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan
pemasarannyapun menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat
diekspor. Pada tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas,
yaitu: kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit, kegiatan
produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan kegiatan pengolahan
komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian
seperti yang telah dikemukakan diatas meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem

"Agribisnis'.
TUJUAN
1. Mampu memahami sejarah dan pengrtian Agribisnis dari beberapa ahli
2. Memahami fungsi dan contoh agribisnis sebagai susatu system
3. Mampu memahami kaitan dan ruang lingkup Agribisnis
4. Mampu memahami peran agribisnis dalam pembangunan nasional







A. PENGERTIAN AGRIBISNIS
Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata Agribusiness, dimana
Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business berarti usaha atau kegiatan yang
berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) adalah usaha atau
kegiatan pertanian serta apapun yang terkait dengan pertanian berorientasi profit.
Istilah “agribusiness” untuk pertama kali dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat
pada tahun 1955, ketika John H. Davis menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya

yang disampakan pada "Boston Conference on Disiribution". Kemudian John H. Davis dan
Ray Goldberg kembali lebih memasyarakatkan agribisnis melalui buku mereka yang berjudul
"A Conception of Agribusiness"yang terbit tahun 1957 di Harvard University. Ketika itu kedua
penulis bekerja sebagai guru besar pada Universitas tersebut. Tahun 1957, itulah dianggap
oleh para pakar sebagai tahun kelahiran dari konsep agribisnis. Dalam buku tersebut, Davis
dan Golberg mendefinisikan agribisnis sebagai berikut: "The sum total of all operation
involved in the manufacture and distribution of farm supplies: Production operation on farm:
and the storage, processing and distribution of farm commodities and items made from them".
Berikut pengertian agribisnis sebagai suatu sistem menurut beberapa ahli :
E. Paul Roy memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi berbagai sub-sistem.
Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sub-sistem
menjadi sebuah sistem.
Wibowo mengartikan agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan,
prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani
atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian
dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,
pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah
kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh

kegiatan pertanian. (Downey and Erickson. 1987)
Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen Agribisnis adalah suatu kegiatan yang
sangat kompleks, meliputi industri pertanian, industri pemasaran hasi pertanian dan
hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan
serat-seratan kepada pengguna/konsumen.



Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang
meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana
produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan
lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.

BAB II
AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM
Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produkproduk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
subsistem yaitu:
A. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu

Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan
ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat,
mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa
pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna
mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut
juga sebagai agroindustri hulu (upstream). Kenudian ada beberapa pendapat mengenai
subsitem agribisnis hulu :
1. Menurut Departemen Pertanian (2001), subsistem hulu merupakan industri yang
menghasilkan barang-barang sebagai modal bagi kegiatan pertanian yang mencakup
industri pembibitan tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk,pestisida,obatobatan), dan industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta industri
pendukungnya.
2. Subsistem agribisnis hulu adalah subsistem yang mencakup semua kegiatan untuk
memproduksi dan menyalurkan input-input pertanian dalam arti luas (Purnomo, 2009)
3. Saragih dalam Suryanto (2004) mengatakan bahwa subsistem agribisnis hulu
(upstream off-farm agribusiness), mencakup kegiatan ekonomi industri yang
menghasilkan sarana produksi seperti pembibitan, usaha industri pupuk, industri obatobatan, industri pestisida dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.
4. Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor
subsystem), yaitu subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem
ini berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi

dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau budidaya
pertanian (on-farm agribusiness). (Saragih: 1998)
5. Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri
dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan
peralatan), dan industri benih/bibit (Hanafi, 2012).

Fungsi dan Contoh Subsistem Agribisnis Hulu
Subsistem agribisnis hulu memiliki beberapa fungsi penting yaitu:
1. Menghasilkan dan menyediakan sarana produksi pertanian terbaik agar mampu
menghasilkan produk usahatani yang berkualitas.
2. Memberikan pelayanan yang bermutu kepada usahatani.
3. Memberikan bimbingan teknis produksi.
4. Memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis.
5. Memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani
6. Menyaring dan mensintesis informasi agribisnis praktis untuk petani
7. Mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) untuk dapat memberikan keuntungan
bagi para pihak.
Sesuai dengan pengertian, subsistem agribisnis hulu bergerak pada bidang penyediaan sarana
produksi. Terdapat beberapa jenis perusahaan maupun usaha yang bergerak pada subsistem
ini, seperti penyediaan pupuk, benih, pestisida, alat serta mesin pertanian, dan sebagainya. Di

Indonesia, cukup banyak perusahaan atau usaha yang bergerak di bidang ini. Sebagai contoh
perusahaan dalam penyediaan pupuk yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kaltim, PT
Kujang, PT Pusri, dan sebagainya. Sedangkan perusahaan dalam penyediaan benih yaitu PT
Arindro Utama Perkasa, PT Sang Hyang Seri, PT Syngenta, dan lain-lain. Sementara itu,
perusahaan penyediaan alat dan mesin produksi seperti PT Putra Andalan Jaya, dan masih
banyak yang lainnya.
Permasalahan yang dihadapi dalam Subsistem Agribisnis Hulu
Dalam menjalankan sebuah sistem, tentunya terdapat hambatan maupun masalah-masalah
yang terjadi. Contohnya saja pada penyediaan sarana produksi berupa benih. Di Indonesia,
perusahaan-perusahaan bibit dan benih masih menghadapi kendala pada penyediaan dana,
dimana dalam melakukan proses produksi perusahaan lokal masih sering kali bergantung
pada dana yang diberikan investor asing. Keterbatasan modal yang dimiliki, berdampak pada
keterbatasan peralatan produksi canggih. Hal ini tentu saja akan memberikan pengaruh pada
benih atau bibit yang diproduksi.
Tidak hanya itu, perusahaan benih lokal dan pemerintah belum mengadakan penelitian atau
riset lebih lanjut mengenai benih-benih yang diproduksi. Pengembangan terhadap produk
bibit dan benih juga belum dilakukan secara maksimal. Keadaan ini menyebabkan untuk
memperoleh bibit dan benih unggul, petani harus mengeluarkan modal yang lebih besar
untuk membeli bibit maupun benih dari perusahaan benih asing atau impor.
Belum berhenti sampai disitu, benih dan bibit yang dihasilkan oleh perusahaan lokal juga

masih memiliki kualitas yang berada dibawah bibit dan benih dari luar negeri. Hal tersebut
salah satunya dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap perlindungan hukum
bagi perusahaan benih lokal. Selain itu, dibutuhkan juga dukungan dalam melakukan
penelitian untuk menemukan kultivar-kultivar baru yang berkualitas.
B.

Subsistem budidaya / usahatani
Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buahbuahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan dalam

subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak,
pengusaha tanaman hias dan lain-lain. Terdapat beberapa pengertian Usaha Tani yaitu :
1. Menurut Bachtiar Rivai (1980) usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan
modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
2. Menurut A.T.Mosher (1966) usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana
seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau
memelihara ternak.
3. Menurut J.P.Makeham dan R.L.Malcolm (1991) usahatani (farm management)
adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani
Menurut Fadholi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani

digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri), yang terdiri dari :
 Petani Pengelola
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian,
peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut. Petani tersebut bertanggung jawab tehadap
pengelolaan usahatani yang ia lakukan, apabila petani dapat melakukan pengelolaan secara
baik maka usahatani yang ia lakukan juga dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya.
Pengelolaan usahatani itu juga tergantung dari tingkat pendidikan petani sendiri dan
bagaimana cara ia memanfaatkan berbagai faktor produksi yang ada untuk digunakan secara
efektif dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jadi disini petani berperan
penting sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dari usahatani yang dilakukan.
 Tanah Usahatani
Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani
menentukan pendapatan, taraf hidupnya, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani. Tanah
berkaitan erat dengan keberhasilan usaha tani dan teknologi modern yang dipergunakan.
Untuk mencapai keuntungan usaha tani, kualitas tanah harus ditingkatkan. Hal ini dapat
dicapai dengan cara pengelolaan yang hati-hati dan penggunaan metode terbaik.
Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan,
tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah

sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran
tinggi).
Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:
1. Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin banyak
tanaman makin baik.
2. Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan luas makin baik.
3. Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit pengawetan tanah makin
baik.
 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang di curahkan dalam suatu proses kegiatan untuk
menghasilkan suatu produk. Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di
Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecil-kecilan
(usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang
besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya.
Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri
yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak
berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi
usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga
pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Peran
anggota keluarga tani dalam mengelola kegiatan usahatani bersama dapat mengurangi biaya
pengeluaran untuk membayar tenaga kerja sewa.
Berbeda dengan usahatani dalam skala besar, tenaga kerja memegang peranan yang penting
karena tenga kerja yang ada memiliki skill/keahlian tertentu dan berpendidikan sehingga
mampu menjalankan usahatani yang ada dengan baik, tentu saja dengan seorang pengelola
(manager) yang juga memiliki keahlian dalam mengembangkan usahatani yang ada.
 Modal
Seringkali dijumpai adanya pemilik modal besar yang mampu mengusahakan usahataninya
dengan baik tanpa adanya bantuan kredit dari pihak lain. Golongan pemilik modal yang kuat
ini sering ditemukan pada petani besar, petani kaya dan petani cukupan, petani komersial atau
pada petani sejenisnya. Sebaliknya, tidak demikian halnya pada petani kecil. Golongan petani
yang diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat yaitu petani kecil, petani
miskin, petani tidak cukupan dan petani tidak komersial. Karena itulah mereka memerlukan
kredit usahatani agar mereka mampu mengelola usahataninya dengan baik.
Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui koperasi/KUD dan LSM,
untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi tanaman padi, palawija dan hortikultura.
Kredit program ini dirancang untuk membantu petani yang belum mampu membiayai sendiri
usaha taninya. Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses
secara mudah oleh petani, tanpa agunan dan prosedur yang rumit.
Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering menjual harta
bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai usahataninya itu.
 Tingkat Teknologi
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan
teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru
dalam bidang pertanian. Demikian pula “Revolusi Hijau” mulai tahun 1969/1970 disebabkan
oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding
bibit-bibit yang dikenal sebelumnya.
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk
menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan
penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani yang dilakukan
dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan
produktivitas yang tinggi.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian kadang-kadang
digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama dan sering

dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik
(technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan
unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan
jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula
suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.
Inovasi selalu bersifat baru.
Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya penerimaan petani
terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga
karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun
inovasi.
Teknologi mempunyai sifat sebagai berikut :
a)
Tingkat keuntungan relatif dari inovasi tersebut. Semakin tinggi tingkat keuntungan
relatif semakin cepat pula teknologi tersebut diterima oleh masyarakat.
b)
Tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Semakin tinggi
tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, semakin cepat pula inovasi
tersebut di terima.
c)
Tingkat kerumitan (complexity) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin tinggi
tingkat kerumitan dari inovasi, semakin sulit diterima masyarakat.
d) Tingkat mudah diperagakan (triability) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin
tinggi tingkat kemudahan diperagakan dari inovasi yang akan disebarkan, semakin mudah
inovasi itu diterima masyarakat.
e)
Tingkat kemudahan dilihat dari hasilnya (observability). Semakin tinggi tingkat
observability semakin mudah inovasi tersebut diterima oleh masyarakat.

 Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga
Hasil dari usahatani skala keluarga merupakan penerimaan keluarga yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga tersebut dan juga menyambung kembali
keberlangsungan usahatani mereka. Jika seorang petani dapat mengelola penerimaan
usahataninya dengan baik maka kebutuhan keluarganya dan usahataninya dapat tercukupi,
sebaliknya jika tidak mampu mengelola dan mengalokasikan penerimaan keluarga dari hasil
usahatani maka kebutuhannya tidak dapat tercukupi dengan baik.
 Jumlah Keluarga
Jumlah keluarga berhubungan dengan banyak sedikitnya potensi tenaga kerja yang tersedia di
dalam keluarga. Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari
keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak
petani. Semakin banyak jumlah keluarga produktif yang mampu membantu usahatani maka
biaya tenaga kerja pun semakin banyak berkurang. Dan biaya tersebut dapat dialokasikan
untuk keperluan lain.
2. Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani), antara lain :
 Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi dalam usahatani tentu saja sangat membantu dan mempengaruhi
keberhasilan usahatani, misalnya dalam proses pengangkutan saprodi dan alat-alat pertanian,
begitu juga dengan distribusi hasil pertanian ke wilayah-wilayah tujuan pemasaran hasil
tersebut, tanpa adanya transportasi maka proses pengangkutan dan distribusi akan mengalami
kesulitan.
Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi sosial dan
komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani dan
masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani, mengembangkan pola
kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan kemampuan dari aspek
budidaya dan aspek agribisnis secaa keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan
terhadap seluruh komponen termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan
swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang
mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal
karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.
 Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan Usahatani
(harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)
Harga hasil produksi usahatani mempengaruhi keuntungan yang didapat, semakin tinggi hasil
produksi dan semakin mahal harganya maka keuntungan dari usahatani pun semakin tinggi
pula, namun harga saprodi juga mempengaruhi penerimaan hasil secara keseluruhan Karena
harga saprodi merupakan modal utama dalam berusahatani entah itu harga alat-alat pertanian,
bahan-bahan utama seperti benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan dan sebagainya. Maka
perhitungan, analisis dan pengelolaan/pengalokasian dana yang baik akan mempengaruhi
hasil yang didapat dalam berushatani.
 Fasilitas Kredit
Kredit adalah modal pertanian yang yang diperoleh dari pinjaman. Pentingnya peranan kredit
disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif memang modal merupakan faktor produksi
non-alami (buatan manusia) yang persediannya masih sangat terbatas terutama di negaranegara yang sedang berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk
memperluas tanah pertanian.
Perlunya fasilitas kredit :
a. Pemberian kredit usahatani dengan bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani
melakukan inovasi-inovasi dalam usahataninya.
b. Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yang mendorong petani untuk menggunakan secara
produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti.
c. Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan perangsang untuk
menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan
produksi
d. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada kredit
usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian tetapi harus pula mencakup
kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).
Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada di Indonesia bagi masyarakat tani dapat
digolongkan sebagia berikut :
a.Bank yang meliputi Bank Desa, Lumbung Desa dan Bank Rakyat Indonesia

b. Perusahaan Negara Pegadaian
c. Koperasi-Koperasi Desa dan Koperasi Pertanian (Koperta)
Dengan adanya fasilitas kredit dari pemerintah kepada para petani maka diharapkan usahatani
dapat terus dilakukan dan dikembangkan tanpa adanya kesulitan modal tapi dengan kredit
bunga ringan.

 Sarana Penyuluhan Bagi Petani
Penyuluh memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan informasi tentang
cara bertani atau teknologi baru untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan
kesejahteraannya. Selain itu, penyuluh juga memberikan pendidikan dan bimbingan yang
kontinyu kepada petani.
Dalam proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi pada masyarakat, penyuluh
berfungsi sebagai pemrakarsa yang tugas utamanya membawa gagasan-gagasan baru.
Beberapa peranan yang harus dilakukan penyuluh agar proses peningkatan teknologi dan
penyebaran inovasi dapat berjalan efektif adalah :
a)

Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah.

b)
Membangun hubungan untuk perubahan. Hubungan ini tentunya harus terbina diantara
sasaran perubahan (klien) dan penyuluh.
c)
Diagnosa dan penjelasan masalah yang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala dari masalah
yang dihadapi haruslah diketahui dan dirumuskan menjadi maslah bersama sasaran
perubahan.
d) Mencari alterntif pemecahan masalah. Selain itu tujuan dari perubahan harus juga
ditetapkan dan tekad untuk bertindak harus ditumbuhkan.
e)

Mengorganisasikan dan menggerakkan masyarakat ke arah perubahan.

f)

Perluasan dan pemantapan perubahan.

g)
Memutuskan hubungan antara klien dan penyuluh untuk perubahan itu. Hal itu
diperlukan untuk mencegah timbulnya sikap kertergantungan masyarakat pada penyuluh
Penyuluh disini bersifat membantu agar kebutuhan informasi yang berhubungan dengan
pertanian dapat tesalurkan dengan baik ke petani-petani, serta untuk meningkatkan teknologi
dan inovasi petani tradisional menjadi lebih modern.
Menurut Soekartawi (2002), untuk mendukung keberhasilan pengembangan dan
pembangunan petani, aspek yang akan berperan adalah :
1. Aspek sumberdaya (faktor produksi)
2. Aspek kelembagaan
3. Aspek penunjang pembangunan pertanian

Bila uraian tersebut di atas dikaji/ditelaah lebih mendalam, maka keberhasilan usahatani tidak
terlepas dari :
1. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang terdiri dari :






Pasaran untuk hasil-hasil usahatani
Teknologi yang selalu berubah
Tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local
Perangsang produksi bagi para petani
Pengangkutan (transportasi)

2. Faktor pelancar pembangunan pertanian, yang terdiri dari :






Pendidikan pembangunan
Kredit produksi
Kegiatan gotong royong oleh para petani
Perbaikan dan perluasan tanah/lahan pertanian
Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanain

Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai Masalah dalam Usaha Tani dan
Solusinya.
Sebagian dari wilayah Kabupaten Lombok Timur tepatnya di Kecamatan Sembalun yang
terletak di sekitar kaki Gunung Rinjani termasuk zone agroekologi lahan kering dataran
tinggi dengan ketinggian antara 700 – 1300 mdpl. Mengingat kondisi tersebut maka
kendala yang sering dihadapi oleh petani di wilayah tersebut adalah aspek sosial ekonomi
usahatani tanaman padi, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dikaji lebih jauh dan
bagaimana upaya atau solusi pemecahannya. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui
kendala sosial ekonomi dan upaya pemecahannya. Kendala sosial ekonomi usahatani padi
yang terjadi antara lain yaitu :
1. Biaya pengolahan tanah usahatani padi relatif mahal.
Pengolahan tanah di desa Sajang dilakukan dengan menggunakan tenaga ternak sapi. Biaya
pengolahan tanah relatif mahal yaitu mencapai Rp 50.000/pasang/hari. Untuk membajak
lahan 1 ha membutuhkan 6 pasang sapi selama 2 (dua) hari. Sehingga apabila ditotal maka
jumlah biaya pengolahan tanah untuk lahan 1 ha sebesar Rp 600.000 belum termasuk biaya
makan dan minum. Tiap satu pasang sapi minimal membutuhkan 2 (dua) orang tenaga
manusia. Tingginya biaya pengolahan tanah disebabkan semakin terbatasnya tenaga kerja
ternak sapi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka alternatif pemecahan masalah
adalah pola kemitraan sapi dengan pola kadasan kepada penggarap sekaligus dapat digunakan
sebagai tenaga olah tanah.

2. Biaya modal usaha relatif tinggi.
Modal usaha petani untuk tanaman pangan diketahui relatif sangat terbatas. Keterbatasan
modal tersebut menyebabkan petani meminjam modal kepada rentenir, bank rontok (pelepas
uang) dan pengijon. Petani tidak mempunyai akses kepada lembaga keuangan baik lembaga
formal maupun non formal. Lembaga keuangan non formal pedesaan seperti koperasi tani,
koperasi simpan pinjam, dan sebagainya masih belum ada. Lembaga keuangan formal yang
memberikan skim kredit pertanian kepada petani juga belum ada. Keadaan tersebut dengan
terpaksa petani harus mengambil kredit kepada rentenir dan pelepas uang untuk modal
usahataninya meskipun dengan bunga yang tinggi. Akibatnya biaya modal usaha relatif
tinggi.
Salah satu solusi masalah tersebut adalah membangun kelembagaan non formal dari
kelompok yang sudah ada dengan kesepakatan atau sebagai dasar untuk mengikat para
petani untuk andil dalam pengembangan modal usaha.


Ketersediaan informasi alternatif usahatani yang menguntungkan relatif terbatas.
Secara umum petani tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan usahatani
pangan yang menguntungkan. Hal tersebut disebabkan karena ketersediaan informasi
alternatif usahatani tanaman pangan yang menguntungkan relatif terbatas. Keterbatasan
tersebut disebabkan oleh kemampuan petani, informasi inovasi dan perencanaan pola tanam
pada usahatani tanaman pangan yang lemah. Peluang pengembangan tanaman pangan dengan
memanfaatkan sumberdaya air hujan yang terbatas melalui penerapan pola tanam belum
dimanfaatkan petani. Akibatnya strategi ketahanan pangan rumahtangga petani sangat lemah.
Solusi menghadapi permasalaha tersebuut yaitu dengan membangun lembaga pendataan
bisnis pertanian di pedesaan sehingga dengan adanya lembaga ini dapat menyiapkan segala
informasi yang dibutuhkan oleh petani.



Biaya transportasi komoditi pertanian dan input relatif mahal.
Biaya pemasaran hasil komoditi pertanian relatif mahal. Tingginya biaya pemasaran ini
disebabkan ketersediaan jalan usahatani sangat terbatas. Kondisi jalan desa sebagian besar
rusak, sarana transportasi relatif terbatas. Prasarana dan saranan transportasi yang terbatas
menyebabkan biaya angkut saprodi dan hasil usahatani relatif mahal. Sementara sarana pasar
desa yang dapat meningkatkan dinamika pemasaran hasil pertanian belum tersedia. Sarana
produksi di kota kecamatan Sembalun. Demikian halnya hasil pertanian dari desa Sajang
sebagian besar dijual ke pasar kecamatan Sembalun. Biaya angkut saprodi maupun hasil
pertanian bervariasi antara Rp 5.000 – Rp 10.000/kw tergantung jarak tempuh. Sedangkan
biaya angkut input dari rumah ke lahan usahatani dan biaya angkut hasil pertanian dari lahan
ke rumah rata-rata Rp. 5.000/kw.
Langkah untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan membangun jalan usahatani dari
hutan cadangan pangan (HCP) ke desa sehingga biaya angkut hasil pertanian dapat ditekan
dan harga jual hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya jalan pintas tersebut.



Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas.
Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas. Hal ini
disebabkan prosedur yang sulit dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani sehingga
tidak ada jaminan yang dapat digunakan sebagai agunan untuk meminjam uang di bank.
Selain itu kepercayaan bank kepada petani relatif rendah. Hal ini disebabkan adanya sebagian
petani yang menganggap apabila diberi pinjaman pemerintah maka pinjaman tersebut
dianggap sebagai pemberian yang tidak harus dikembalikan.

Untuk mengatasi anggapan petani tersebut adalah dengan menumbuh-kembangkan inovasi
modal sosial. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan mengakses lembaga keuangan formal
maka alternatif pemecahannya adalah dengan membangun kelembagaan non formal di
pedesaan.
Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai keberhasilan dalam Usahatani
Desa Junrejo Kabupaten Malang terdapat seseorang yang merintis usahanya dalam
bidang pertanian mulai dari posisi yang sangat bawah. Kebanyakan orang usaha dalam
pertanaian hanya memandang bahwa, saat kita menjadi buruh tani maka selamanya akan
menjadi buruh tani. Namun hal itu tidak terjadi pada Pak Badu, beliau merintis usahanya
dengan memulai menjadi buruh tani bagi tuannya. Uang hasil jerih payahnya disisihkan
sedikit demi sedikit sehingga beliau mulai membeli sepetak tanah hanya luasan yang sangat
kecil. Namun dengan berjalannya waktu dia tidak lagi menjadi buruh tani, melainkan menjadi
petani yang sukses. Beliau saat ini memeliki tanah seluas lebih dari satu hektar. Beliau saat
ini memiliki komoditas yang bermacam – macam dan dengan berkala dia menjualnya di
pasar Batu. Hal ini juga didorong dari kemajuan teknologi yang mendorong semakin
meningkatkan keuntungannya. Keberhasilannya juga tidak lepas dari dorongan keluarganya.

C.

Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir meliputi Pengolahan dan Pemasaran (Tata
niaga) produk pertanian dan olahannya
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usaha
tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya
mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku
kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke
konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani disebut
agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan
karena dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara
menyerap/mencipakan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Berikut adalah contoh Pengolahan dan Pemasaran Tebu
Sekilas Tebu
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini
hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).

Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan
helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan
menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang
berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman
bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan
diameter batang antara 2-4 cm (Dinas Perkebunan, 2004).
Daur hidup tebu melalui 5 fase, antara lain :
1. Perkecambahan; Perkecambahan dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar
stek pada umur 1 minggu dan diakhiri. Pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Pertunasan; Pertunasan dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3. Pemanjangan Batang; Pemanjangan batang dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9
bulan.
4. Pemasakan; Pemasakan merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif
menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai
terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut
juga fase penimbunan rendemen gula.
5. Kematian; Pada fase ini tanaman tebu mulai mati setelah melalui kemasakan optimum
hingga kembali menurun kadar gulanya.(KPPBUMN, 2007).

Klasifikasi Tebu
Klasifikasi tebu terdiri atas:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo:Poales
Famili:Poaceae
Genus: Saccharum.L
Varietas Tebu
Varietas tebu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3,yaitu:
1. Genjah (masak awal),mencapai masak optimal < 12 bulan.
2. Sedang (masak tengahan),mencapai masak optimal pada umur 12-14 bulan
3. Dalam (masak akhir),mencapai masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan.
Budidaya Tebu
Budidaya tebu adalah upaya menciptakan kondisi fisik lingkungan tanaman tebu, berdasarkan
ketersediaan sumberdaya lahan, alat dan tenaga yang memadai agar sesuai dengan kebutuhan
pada fase pertumbuhannya, sehingga menghasilkan produksi tebu seperti yang diharapkan.
Budidaya ini dilakukan untuk meningkatkan produksi sehingga memberikan keuntungan
yang lebih besar bagi petani

Untuk memaksimalkan produksi tebu, petani perlu memperhatikan hal-hal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tebu. Hal yang dimaksud adalah syarat
tumbuh tanaman tebu. Dengan mengetahui syarat tumbuh tebu, petani dapat semaksimal
mngkin menyesuaikan keadaan, sehingga tebu dapat tumbuh dengan baik. Adapun syarat
tumbuh dari tanaman tebu meliputi keadaan iklim dan media tanam.
1. Iklim
Iklim yang sesuai untuk tanaman tebu adalah iklim yang memenuhi syarat sebagai berikut:






Curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun.
Beriklim panas dan lembab.
Kelembapan yang baik untuk tebu adalah lebih dari 70%.
Suhu udara optimum yaitu 28-340 C.
Jika ditanam di lahan kering tanpa sistem irigasi, tebu sebaiknya ditanam di musim
hujan.

2. Media tanam
Media tanam yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tebu adalah:
 Tanah tidak terlalu asam atau memiliki pH diatas 6,4.
 Tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang.
 Ketinggian tanah yang baik untuk tanaman tebu adalah sekitar 500 m dpl (diatas
permukaan laut).
Dalam budidaya tebu, terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan agar hasil produksi
yang diperoleh sesuai dengan harapan. Langkah-langkah tersebut: persiapan bibit, persiapan
lahan, penanaman, perawatan, dan panen.
3. Persiapan bibit
Secara umum, bibit yang diperlukan untuk menanami lahan seluas 1 ha adalah 20.000 bibit.
Bibit merupakan bagian terpenting dalam budidaya tebu. Bibit yang sehat dan baik akan
menghasilkan tanaman tebu yang baik pula. Salah satu faktor penurunan produksi tebu adalah
penggunaan bibit yang kurang baik. Oleh karena itu, berikut ini terdapat beberapa jenis bibit
yang dapat digunakan pada budidaya tebu, diantaranya bibit:


Pucuk
Bibit pucuk adalah bibit yang diambil dari pucuk tanaman tebu yang sehat berumur 12 bulan
dan dipilih dari satu jenis yang tidak tercampur dengan jenis lainnya. Pucuk tanaman yang
sudah dipotong tidak dibersihkan dari daun yang menempel atau tidak diklentek. Bibit pucuk
memerlukan biaya lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, mudah diangkut karena
tidak mudah rusak, dan tidak memerlukan banyak air.



Kebun
Bibit kebun adalah bibit yang diambil dari kebun yang sengaja dibuat untuk menyediakan
bibit secara khusus.
 Mentah/krecekan

Bibit mentah adalah bibit yang diambil dari tanaman tebu yang berusia 5-7 bulan. Seluruh
batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Bibit
ini tidak perlu diklentek untuk melindungi mata tunas dari kerusakan.
 Seblangan
Bibit seblangan adalah bibit yang diambil dari tanaman tebu yang baru berusia 16-18 hari
atau yang telah bermata tunas dua. Bibit ini diambil untuk mencukupi penyulaman.

 Siwilan
Bibit siwilan adalah bibit yang diambil dari tunas-tunas yang tumbuh setelah tanaman tebu
sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati. Bibit ini digunakan untuk penyulaman.
4. Persiapan lahan
Sebelum proses penanaman, perlu disiapkan lahan yang baik untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan tebu. Sebagai langkah awal, lahan yang tersedia harus dibersihkan dari
segala jenis tumbuhan yang tumbuh di lahan. Jika dibutuhkan, lahan tersebut juga harus
dibakar agar lahan benar-benar bersih. Setelah proses pembersihan, mulai dibuat got/saluran
di lahan. Pembuatan got ini dibagi menjadi dua yaitu got keliling dan palang. Ukuran standar
untuk got keliling adalah lebar 60 cm dengan kedalaman 70 cm, sedangkan got palang adalah
lebar 50 cm dengan kedalaman 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got.
Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah
kanan got supaya masih ada jalan mengontrol tanaman.
Tahap selanjutnya, lahan diolah agar dapat memproduksi tebu secara maksimal. Terdapat
beberapa tahap pengolahan lahan diantaranya:
 Pembajakan (plowing)
Pembajakan adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas
olah tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk menghancurkan
sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada. Biasanya hasil pembajakan berupa tanah
bongkahan yang masih cukup besar. Biasanya pembajakan lahan untuk budidaya tebu di
lahan yang cukup luas menggunakan mesin traktor.
 Penggemburan (harrowing)
Penggemburan adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil. Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih
remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan.
 Pembuatan juringan/lubang tanam (furrowing)
Setelah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan selanjutnya adalah pembuatan juringan.
Juringan adalah lubang tanam dengan ukuran lebar 50 cm dengan kedalaman 30 cm untuk
tanah basah, dan 25 cm untuk tanah kering. Alat yang digunakan adalah furrower dengan
kedalaman juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban. Pada satu
kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur. Jarak antar juringan adalah 135 cm. Selain menggunakan

furrower, pembuatan juringan juga dapat dilakukan secara manual. Tebalnya
kasuran/bantalan tergantung pada keadaan tanah. Bila musim hujan atau tanahnya basah,
maka tebalnya ± 10 cm sedangkan bila musim kemarau, maka tebal kasuran ± 15-20 cm dari
permukaan tanah aslinya.

 Penanaman
Proses penanaman bibit tebu biasanya dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni. Pola
tanam yang digunakan pada tanaman tebu adalah monokultur. Monokultur yaitu pola tanam
yang digunakan dengan menanam satu jenis tanaman pada lahan tertentu.
Dalam proses penanaman tebu, terdapat dua cara penanaman diantaranya: dalam aluran dan
pada lubang tanam. Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah
setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan di kebun Reynoso. Cara kedua bibit
diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara
di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Sebelum ditanam, tanah di lahan yang
akan digunakan harus disiram terlebih dahulu, agar bibit tebu dapat melekat ke tanah.
Terdapat beberapa perbedaan dalam penanaman berdasarkan pada jenis bibit tebu, yaitu:
 Bibit pucuk ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang
dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.
 Bibit mentah, dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata menghadap ke
samping lalu bibit ditimbun dengan tanah.
 Bibit seblangan bermata satu dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan
kemiringan 45 derajat, sedangkan untuk bibit seblangan bermata dua dipendam dan
tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam
lakukan penyiraman jika tidak turun hujan.
 Perawatan
Pada proses perawatan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah penyulaman, penyiangan,
klentek, pembubunan, pemupukan, dan pengairan/penyiraman.
 Penyulaman
Penyulaman adalah proses pergantian tanaman tebu yang mati dengan tebu yang
baru.Penyulaman dibedakan menjadi penyulaman:
 Untuk bibit seblangan bermata satu, penyulaman pertama dilakukan 5-7 hari setelah
tanam, sedangkan penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman
pertama. Untuk bibit seblangan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam
(tanaman berdaun 3-4 helai).
 Untuk bibit pucuk, penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3, sedangkan
penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua
yaitu 1,5 bulan setelah tanam.
 Ekstra, dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya
penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.

 Bongkaran, hanya dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang
menyebabkan 50% tanaman mati. Tebu sehat yang sudah besar dibongkar dengan
hati-hati dan digunakan untuk menyulam tebu yang mati.
 Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan
beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma.
 Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun, memperbanyak
sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun
yang diklentek adalah daun kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50%. Klentek
dilakukan pada saat tanaman berumur ± 6 bulan, apabila diperlukan klentek bisa dilakukan
lagi pada saat tanaman berumur ± 8 bulan.
 Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dalam beberapa tahap:
 Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan
tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar
tidak cepat mengering.
 Pembumbunan ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.
 Pembumbunan ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.
 Perempalan daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari
daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan ini, anakan tebu
yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan
setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan
dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan
300 kg KCl/ha). Pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman
atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh
7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram
supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus
selesai dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti
Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari.
 Pengairan/penyiraman
Pengairan/penyiraman harus dilakukan tepat waktu dan tidak berlebihan. Terdapat tiga waktu
pengairan yaitu waktu tanam, fase pertumbuhan vegetatif, dan pematangan.

 Panen
Panen tebu dilakukan satu kali pada akhir musim tanam. Waktu panen tebu bergantung pada
jenis/varietas tebu. Kegiatan panen dilakukan ketika tebu mencapai umur sebagai berikut:
 Varietas genjah masak optimal pada < 12 bulan.
 Varietas sedang masak optimal pada 12-14 bulan.
 Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam memanen tebu:
 Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.
 Memotong pangkal tebu dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali dengan
menyisakan 3 buku dari pangkal batang.
 Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar.
 Membuang pucuk tebu.
 Mengikat batang tebu menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik agar
segera digiling.

Pengolahan Tebu
Pengolahan tebu dilakukan untuk memberikan nilai tambah pada tebu. Tebu dapat diolah
menjadi beberapa hasil olahan, tetapi yang paling umum adalah pengolahan tebu menjadi
gula. Dalam pengolahan tebu menjadi gula terdapat beberapa proses yaitu proses ektrasi,
pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan
proses pengepakan.
Pada proses ekstrasi, tebu yang telah dipanen digiling atau dihancurkan oleh sebuah
penggiling putar besar. Penggilingan tebu bertujuan untuk memisahkan ampas tebu dan
cairannya. Cairan ini kemudian dipanaskan dalam mesin boiler dan menghasilkan jus atau
sari tebu (nira). Sari tebu yang dihasilkan masih mengandung sisa-sisa tanah, serat-serat kecil
dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman. Sari tebu ini memiliki komposisi sekitar 15% gula
dan serat residu yang dinamakan bagasse, 1%-2% gula, 50% air serta pasir dan batu-batu
kecil dari lahan yang terhitung sebagai abu.
Tahap selanjutnya yaitu pembersihan kotoran atau pengendapan kotoran (liming). Sari tebu
hasil ekstraksi terlebih dahulu dipanaskan dalam mesin boiler. Setelah itu, ditambahkan
kapur/slaked lime (Ca(OH)2) dan dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi
(Clarifier). Sari tebu mengalir dari clarifier dengan kelajuan rendah agar kotoran dapat
mengendap dan sari tebu yang keluar adalah sari tebu jernih yang sudah bersih. Kotoran sisa
pengendapan dalam clarifier masih mengandung sejumlah gula. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penyaringan dengan mesin penyaring vakum putar, sehingga menghasilkan cairan
manis dan kotoran yang sudah bebas dari gula.
Cairan manis dan sari tebu/jus yang telah bersih dicampur dan diubah menjadi sirup melalui
proses evaporasi (penguapan). Proses ini dilakukan dengan menggunakan uap panas (steam).
Evaporasi dilakukan sebanyak dua kali untuk menghasilkan cairan gula jenuh dengan
kandungan gula sebanyak 80%.

Terkadang sirup hasil evaporasi dibersihkan lagi, tetapi lebih sering sirup tersebut langsung
diolah pada proses kristalisasi. Pada proses ini, sirup dimasukan dalam wadah besar dan
dididihkan untuk menguapkan air yang terkandung didalamnya. Kemudian sirup ini dicampur
dengan sejumlah kristal untuk membentuk kristal gula. Setelah kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi
untuk memisahkan keduanya. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara
panas, untuk kemudian disimpan. Larutan induk biasanya masih mengandung sejumlah gula,
oleh karena itu proses kristalisasi dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang
m