Tujuan Nasional Kaitannya dengan Pembang

TUJUAN NASIONAL KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN
NASIONAL, HUKUM, DAN HUKUM KESEHATAN

Oleh :
Solihin Niar Ramadhan
Bima Rizki Nurahman
Trian Christiawan

110.110.110.195
110.110.110.237
110.110.110.244

Dosen :
Dr. Hj. Efa Laela Fakhriah, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
BAB I


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu berkembang dari berbagai segi baik dari segi politik,
ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Disamping tiga hal tersebut perkembangan hukum menjadi
perhatian khusus di bidang kehidupan manusia dalam masyarakat.
Hampir semua aspek dalam bidang kehidupan manusia terjamah oleh
hukum. Manusia senantiasa mengharapkan agar hukum dapat mengatur
kehidupan dengan baik sehingga tercapai kedamaian dan ketertiban di
dalam masyarakat.
Negara sebagai organisasi kekuasaan memiliki peran penting
dalam menjaga setiap aspek kehidupan warga negaranya. Negara
Indonesia adalah negara hukum yang memiliki tujuan hidup bernegara.
Tujuan Nasional Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan

ketertiban


dunia

yang

berdasarkan

kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional.
Hal ini sebagai perwujudan praktis dalam meningkatkan harkat dan
martabatnya.2 Dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai
bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia
secara konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia
tersebut, maka pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rohani)
yang mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga (jasmani), aspek
individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan
1


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945,

Alinea 4.
2

Kaelan M.S, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma, 2004, hlm.227.

ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalam berbagai
bidang pembangunan antara lain politik, ekonomi, hukum, pendidikan,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang kehidupan
agama.
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tujuan utama yang
hendak dicapai adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam upaya
memajukan kesejahteraan umum, aspek kesehatan merupakan salah satu
aspek pokok yang dijadikan sebagai fokus utama dalam upaya
pembangunan nasional. Kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.3 Dalam Undang-Undang
Dasar, setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 4
Untuk

mencapai

tujuan

nasional

tersebut

diselenggarakanlah upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh
terarah dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan
kesehatan. Di Indonesia perkembangan hukum dalam bidang
kesehatan

telah

diimplementasikan


dengan

dikeluarkannya

Undang-Undang No.23 Tahun 1992 yang diganti oleh UndangUndang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Perkembangan
hukum nasional tersebut dilaksanakan dalam upaya mencapai
tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum.

3

Penjelasan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

4

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana hubungan antara pembangunan nasional bidang hukum
kesehatan dihubungkan dengan tujuan nasional?

 Bagaimana peran peraturan perundang-undangan tentang kesehatan
di Indonesia dalam upaya mencapai tujuan nasional?

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Negara Hukum
Negara

oleh

J.L

Brierly

diartikan

sebagai

suatu


lembaga

(institution), yaitu suatu wadah di mana manusia mencapai tujuantujuannya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya. 5 Terbentuknya
suatu negara pada dasarnya dilandasi oleh sifat manusia sebagai
makhluk sosial atau sebagai zoon politicon. Makhluk yang di dalam dirinya
selalu ada niat dan hasrat untuk hidup berkelompok dan berorganisasi.
Asal mula suatu negara menurut Plato karena adanya banyak kebutuhan
hidup dan keinginan manusia. Untuk mencapai kebutuhan tersebut maka
manusia tidak mampu dan tidak berkemampuan memilikinya secara
sendiri-sendiri. Oleh karena itu dilakukan kerjasama dengan pembagian
kerja di antara anggota masyarakat tersebut berdasarkan kecakapan atau
keahliannya masing-masing sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup
atau keinginannya tersebut. Kesatuan ini kemudian disebut sebagai
negara.6
Cicero mengemukakan adagium yang mengatakan bahwa
“ubi societas ibi ius” yang artinya dimana ada masyarakat maka
disitu ada hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
negara hukum.7 Segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan pemerintahan yang besangkutan dengan tujuan
hidup masyarakat harus sesuai dengan hukum. Dalam hubungan

5

Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Bandung : Keni Media,

2011, hlm.1.
6

Sjachran Basah, Ilmu Negara, Pengantar, Metode, dan Sejarah Perkembangannya,

Bandung : Alumni, 1983, hlm.93.
7

Lihat Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tahun 1945.

antara negara dan hukum, kekuasaan negara juga tunduk pada
hukum. Norma-norma hukum tidak hanya berlaku terhadap
semua warga negara tetapi juga berlaku terhadap negara.
Walaupun negara memiliki kedaulatan untuk membentuk hukum,

namun pembentukan hukum tidak semata-mata ditentukan oleh
kemauan dari negara tetapi juga kesadaran hukum masyarakat.
Menurut teori kedaulatan hukum, kedaulatan negara bersumber
dari hukum dan hukum tersebut bersumber dari kesadaran
hukum masyarakat. Yang berdaulat adalah hukum, yang berada
di atas segala sesuatu termasuk negara. Terdapat dua konsep
negara hukum, yaitu konsep negara hukum rule of law

dan

negara hukum rechtstaat.8
Dalam konsep negara hukum rechtstaat dari sistem hukum
eropa kontinental, Stahl mengemukakan bahwa terdapat 4 unsur
negara hukum, yaitu : (1) Pembagian Kekuasaan; (2) Pengadilan
Administrasi; (3) Perlindungan HAM; dan (4) Pemerintahan
hukum. Sedangkan dalam konsep negara hukum the rule of law
dalam sistem hukum anglo-saxon, A.V. Dicey mengemukakan
bahwa terdapat 3 unsur negara hukum, antara lain : (1) Hukum
diatas segalanya (Supremacy of law); (2) Kesamaan kedudukan
dalam hukum (Equality before the law); dan (3) Perlindungan

HAM (Human Right).9
Negara Indonesia sendiri berdasarkan Konstitusi UUD 1945
menganut kedaulatan rakyat sebagaimana dirumuskan dalam
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan
ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang
dasar. Walaupun ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945
8

Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-Dasarnya, Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1983, hlm.181.
9

Zainal Muttaqqin, Kumpulan Catatan Kuliah Hukum Administrasi Negara, Program

Sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 2012.

menunjukan dianutnya kedaulatan rakyat, namun dalam pasal 1
ayat (3) UUD 1945 dirumuskan bahwa Negara Indonesia adalah
Negara Hukum. Hal tersebut mengandung makna dianutnya

kedaulatan hukum.

B. Hukum Sebagai Sarana Pembangunan10
Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam
masyarakat. Sifat hukum pada dasarnya adalah konservatif, artinya
bahwa hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah
tercapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk
masyarakat yang sedang membangun.
Landasan pemikiran dan dasar-dasar pokok hukum sebagai sarana
pembaharuan

yaitu

pembinaan

bidang

hukum

harus

mempu

mengarahkan dan menampung kebutuhan-kebutuhan hukum sesuai
dengan kesadaran hukum rakyat yang berkembang ke arah modernisasi
menurut tingkat kemajuan pembangunan di segala bidang sehingga
ketertiban dan kepastian hukum sebagai prasarana yang harus ditunjukan
ke arah peningkatan pembinaan kesatuan bangsa sekaligus berfungsi
sebagai sarana perkembangan modernisasi dan pembangunan yang
menyeluruh.
C. Pengertian, Sejarah dan Ruang Lingkup Hukum Kesehatan
1) Pengertian Hukum Kesehatan
Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009, Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan
10

yang

dilakukan

secara

terpadu,

terintregasi

Otje Salman & Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan,

Bandung : Alumni, 2006, hlm.13-14, 85-91

dan

berkesinambungan

untuk

memelihara

dan

meningkatkan

derajat

kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan,

pengobatan

penyakit,

dan

pemulihan

kesehatan

oleh

pemerintah dan/atau masyarakat.
Terdapat beberapa pengertian Hukum kesehatan (Health Law).11
Menurut Van Der Mijn, Hukum Kesehatan diaratikan sebagai hukum yang
berhubungan

langsung

dengan

pemeliharaan

kesehatan,

meliputi:

penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
Sedangkan menurut Leenen, Hukum kesehatan sebagai keseluruhan
aktivitas yuridis dan peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi
ilmiahnya. Secara ringkas hukum kesehatan adalah kumpulan peraturan
yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan;
seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan
upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan; rangkaian peraturan
perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur pelayanan
medik dan sarana medik.
2) Sejarah Hukum Kesehatan12
Sejarah Hukum Kesehatan di dunia dimulai dari Masa Priestly
Medicine. Pada awalnya masyarakat menganggap penyakit sebagai
misteri, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan secara
benar tentang mengapa suatu penyakit menyerang seseorang dan tidak
menyerang lainnya. Pada masa ini, penyakit dihubungkan dengan
kekuatan supranatural sehingga profesi kedokteran menjadi monopoli
kaum pendeta, oleh karena itu mereka merupakan kelompok yang
tertutup, yang mengajarkan ilmu kesehatan hanya di kalangan mereka
sendiri serta merekrut muridnya dari kalangan atas. Dokter yang terkenal
adalah Imhotep, selain sebagai ahli kedokteran Imhotep juga dikenal
sebagai ahli hukum dan pendeta dan juga disebut sebagai Bapak
11

Budiyanto, Catatan Kuliah Hukum Kesehatan, makalah elektronik, tanpa kota, 2010,

hlm.1.
12

Efendi Pakpahan, Sejarah Perkembangan Hukum Kesehatan, Jurnal Elektronik, tanpa

kota, 2013, hlm.1.

Kedokteran Mesir, karena keberhasilannya dalam peletakan landasan
moral bagi pelaksanaan profesi kedokteran. Kemudian di Babylonia (Irak),
waktu kepemimpinan Raja Hammurabi (2200 SM) sudah dikembangkan
praktik pembedahan. Jasa dokter sudah diatur berdasarkan hasil
pengobatan, status sosial dan kemampuan ekonomi pasien. Banyak
kalangan ahli berpendapat bahwa sesungguhnya hukum kesehatan yang
pertama berasal dari Babylonia (Irak) bukan dari Mesir. Dalam kode
Hammurabi dapat dilihat jelas tentang beberapa ketentuan yang mengatur
kelalaian dokter dan daftar sanksinya, mulai dari hukuman denda hingga
hukuman fisik. Kemudian pada era Yunani, Hippocrates (dikenal sebagai
Bapak Ilmu Kedokteran Modern) menjadi salah satu filsuf yang berhasil
meletakkan landasan bagi sumpah dokter dan etika kedokteran. Ada
empat buah hasil pemikiran- pemikiran Hippocrates yang menjadi rujukan
bagi dunia kesehatan hingga saat ini :
1. Melindungi masyarakat dari penipuan dan praktik kedokteran
yang bersifat coba – coba;
2. Keharusan dokter untuk berusaha semak simal mungkin bagi
kesembuhan pasien dan larangan untuk melakukan ha1 yang
dapat merugikannya;
3. Penghormatan terhadap makhluk insaui melalui larangan
terhadap euthanasia dan aborsi;
4. Keharusan memegang teguh rahasia kedokteran.
Kemudian pada tahun 980-1037 SM, Ibnu Sina kelahiran Persia
(bagian Uzbekistan) seorang filsuf, ilmuwan dan kedokteran. Penulis
tentang filosofi dan pengobatan produktif sehingga dikenal sebagai Bapak
Pengobatan Modern. Karyanya yang terkenal adalah The Book Of Healing
dan The Canon Of Medicine atau di kenal dengan judul lengkap Qonun Fit
At Thib yang menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Beberapa tindakan dan pemikiran Ibnu Sina yang menjadi landasan bagi
dunia kesehatan yaitu :

1. Penerapan penggunaan obat yang sesuai dengan kebutuhan
pasien saat ini dikenal dengan istilah Evidence-based practice;
2. Menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk
pertama kalinya;
3. Mengenalkan dunia kedokteran dengan ilmu patologi dan
farmasi.
Di Belanda, istilah gezondheidsrecht (hukum kesehatan) baru
diusulkan Goudsmit tahun 1954. Sesaat dilupakan orang, lalu muncul
kembali pada tahun 1960-an, Hal tersebut memicu berdirinya Vereniging
Voor Gezondheidsrecht (Perkumpulan Untuk Hukum Kesehatan) tahun
1967.

Sejak

1977

perkumpulan

ini

menerbitkan

Tijdschrift

Voor

Gezondheidsrecht (Majalah Hukum Kesehatan) besar pengaruhnya dalam
menyebarluaskan pengetahuan hukum kesehatan. Perkembangan hukum
kesehatan baru di mulai dan diselenggarakannya World Congress on
Medical Law di Belgia 1967. Di Indonesia (1982), perkembangan hukum
kesehatan dimulai dari gagasan kelompok studi untuk Hukum Kedokteran
FK-UI dan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun 1982.
Kelompok studi hukum kedokteran ini berkembang tahun 1983 menjadi
"Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI). Pada kongres
PERHUKI yang pertama di Jakarta, 14 April 1987, Hukum Kesehatan
mencakup : Hukum Kedokteran; Hukum Kedokteran Gigi; Hukum
Keperawatan; Hukum Farmasi; Hukum Rumah Sakit ; Hukum Kesehatan
Masyarakat, dan Hukum Kesehatan Lingkungan.
3). Ruang Lingkup Hukum Kesehatan
Ruang lingkup hukum kesehatan menurut Leenen bahwa hukum
kesehatan mencakup semua aturan hukum yang secara langsung
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan yang terganggu atau tercemar,
dan penerapan aturan-aturan hukum perdata serta hukum pidana selama

aturan-aturan

itu

mengatur

hubungan-hubungan

hukum

dalam

pemeliharaan kesehatan.13
Dalam rumusan tersebut, menunjukan bahwa hukum kesehatan
merupakan kekhususan atau cabang ilmu hukum, bukan cabang ilmu
kedokteran sebagaimana halnya dengan ilmu kedokteran forensik.
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Pembangunan Nasional Untuk Mencapai Tujuan Nasional
Dalam Bidang Hukum Kesehatan Di Indonesia
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia tercantum dalam alinea 4
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.14 Untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia melaksanakan
pembangunan nasional yang terencana secara sistematis.
Pembangunan nasional tersebut meliputi aspek jiwa (rohani) yang
mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga (jasmani), aspek individu,
aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan
ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalam berbagai
bidang pembangunan antara lain politik, ekonomi, hukum, pendidikan,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang kehidupan
agama.
Dengan mengingat bahwa Indonesia adalah negara hukum, maka
pembangunan nasional lebih di prioritaskan di bidang hukum. Aspek
hukum yang hendak dibangun adalah aspek hukum kesehatan dalam
13

Soerjono Soekanto, Pengantar Hukum Kesehatan, Bandung : Remadja Karya, 1987,

hlm.28-29.
14

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945,

Alinea 4.

rangka membangun sistem kesehatan nasional yang menjadi landasan
utama dalam mencapai tujuan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan
umum dan melindungi hak asasi manusia untuk dapat hidup baik dan
sehat.

B. Peraturan

perundang-undangan

di

Bidang

Pelayanan

Kesehatan dan Sistem Kesehatan Nasional
Peraturan Perundang-Undangan merupakan peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. 15 Dalam
upaya pembangunan nasional, peran peraturan perundang-undangan
sangat penting. Peraturan perundang-undangan khususnya peraturan
perundang-undangan di bidang pelayanan kesehatan

dinilai memiliki

peran penting dalam membangun suatu sistem kesehatan nasional.
Sistem kesehatan nasional di Indonesia dibentuk dari pengelolaan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat melalui pengelolaan administrasi
kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan,
serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin untuk tercapainya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Pengelolaan kesehatan dilakukan secara
berjenjang di pusat dan daerah.16
15

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
16
Pasal 167 Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Hukum Kesehatan.

BAB IV
PEMBAHASAN
A.

Hubungan antara pembangunan nasional bidang hukum
kesehatan dihubungkan dengan tujuan nasional.
Pembangunan nasional dan tujuan nasional memiliki hubungan

yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Tujuan nasional dapat
dikatakan sebagai visi suatu negara sedangkan pembangunan nasional
dapat dikatakan sebagai misinya. Dalam alinea 4 pembukaan UndangUndang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan
nasional negara Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut maka harus ada
pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu.
Menurut Kaelan17, mengatakan bahwa :
“Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rohani) yang
mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga (jasmani), aspek
individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek
kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya dijabarkan
dalam berbagai bidang pembangunan antara lain politik, ekonomi,
17

Kaelan M.S, loc.cit.

hukum, pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta bidang kehidupan agama”
Atas

pendapat

tersebut,

maka

dalam

upaya

memajukan

kesejahteraan umum, diperlukan pembangunan nasional dalam aspek
jiwa (rohani) dan raga (jasmani). Secara umum kedua aspek tersebut
merupakan aspek kesehatan. Selanjutnya aspek kesehatan tersebut
harus dijabarkan dalam bidang pembangunan, yaitu hukum. Maka dapat
dikatakan bahwa hubungan antara pembangunan nasional bidang hukum
kesehatan adalah sebagai misi untuk mencapai visi memajukan
kesejahteraan umum masyarakat Indonesia.

B.

Peran peraturan perundang-undangan tentang kesehatan di
Indonesia dalam upaya mencapai tujuan nasional.
Motif yang ada pada pembentuk peraturan perundang-undangan

untuk menyusun peraturan perundang-undangan mengenai bidang-bidang
kehidupan

tertentu

sangat

bervariasi.

Landasan-landasan

dalam

penyusunan perundang-undangan pelayanan kesehatan antara lain : 18
1. Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian;
2. Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian tertentu;
3. Kebutuhan akan keterarahan (doelmatigheid);
4. Kebutuhan akan pengendalian biaya;
5. Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan
kepentingannya dan identifikasi kewajiban pemerintah;
6. Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum;
7. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para ahli;
8. Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi pihak ketiga;
9. Kebutuhan akan perlindungan bagi kepentingan umum;
Atas dasar landasan-landasan tersebut maka peran peraturan
perundang-undangan yang mengikat secara umum begitu penting dalam
18

Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm.33-36.

upaya pembangunan nasional. Undang-undang sebagai sumber hukum
formil, mengikat secara umum, dan bersifat secara sektoral dapat
menunjang dalam membangun sistem hukum secara umum dan sistem
kesehatan nasional secara khusus.
Dalam upaya mencapai tujuan nasional, perlu adanya suatu
regulasi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk
peraturan

perundang-undangan

atau

peraturan-peraturan

lainnya.

Regulasi tersebut berperan penting dalam membentuk sistem hukum
bidang pelayanan kesehatan. Sehingga dengan terbentuknya sistem
hukum bidang pelayanan kesehatan maka tujuan nasional akan tercapai.
BAB V
PENUTUP
A.

Simpulan
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa,

dan

ikut

melaksanakan

ketertiban

dunia

yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Hidup baik dan sehat serta mendapatkan pelayanan kesehatan
adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam upaya
memajukan kesejahteraan umum, dan melindungi hak asasi
manusia

maka

perlu

diadakan

pembangunan

nasional.

Pembangunan nasional bidang hukum kesehatan adalah sebagai
misi untuk mencapai visi memajukan kesejahteraan umum
masyarakat Indonesia.
Dalam upaya mencapai tujuan nasional, perlu adanya suatu
regulasi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dalam
bentuk peraturan perundang-undangan atau peraturan-peraturan
lainnya. Regulasi tersebut berperan penting dalam membentuk

sistem hukum bidang pelayanan kesehatan. Sehingga dengan
terbentuknya sistem hukum bidang pelayanan kesehatan maka
tujuan nasional akan tercapai.
B. Saran
Dalam

upaya

pembangunan

nasional,

penegakan

hukum

merupakan fokus utama. Sehingga tidak hanya substansi hukum yang
harus baik, namun aparat penegak yang profesional, sarana dan
prasarana yang menunjang, serta pendidikan budaya hukum masyarakat
juga harus diperhatikan agar penegakan hukum khususnya hukum
kesehatan berperan efektif untuk mencapai tujuan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Bandung :
Keni Media, 2011.
Kaelan M.S, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma, 2004
Otje

Salman

&

Eddy

Damian,

Konsep-Konsep

Hukum

Dalam

Pembangunan, Bandung : Alumni, 2006.
Sjachran Basah, Ilmu Negara, Pengantar, Metode, dan Sejarah
Perkembangannya, Bandung : Alumni, 1983.
Soerjono Soekanto, Pengantar Hukum Kesehatan, Bandung : Remadja
Karya, 1987.
Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia Dasar-Dasarnya,
Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
C. Lain-lain

.

Budiyanto, Catatan Kuliah Hukum Kesehatan, makalah elektronik, tanpa
kota, 2010.
Efendi Pakpahan, Sejarah Perkembangan Hukum Kesehatan, Jurnal
Elektronik, tanpa kota, 2013.
Zainal Muttaqqin, Kumpulan Catatan Kuliah Hukum Administrasi Negara,
Program Sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 2012.