Metode Pekerjaan Incomer PIK dengan Towe

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB I
LATAR BELAKANG
PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan V merupakan salah satu unit
PLN yang mendapatkan amanah untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan propinsi Banten, dimana
dalam prosesnya unit ini melaksanakan pembangunan transmisi SUTT 150 kV,
SUTET 500 kV, GI/GIS 150 kV dan GITET 500 kV.
Salah satu proyek pembangunan infrastruktur yang saat ini dilaksanakan
adalah pembangunan Gas Insulated Switchyard (GIS) Pantai Indah Kapuk serta
transmisi SUTT 150 kV Pantai Indah Kapuk (PIK) Incomer yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga listrik di salah satu wilayah Jakarta yang saat ini
sedang berkembang kawasan pantai utara Jakarta, wilayah Pantai Indah Kapuk.
Pelaksanaan pembangunan transmisi Incomer GIS PIK saat ini sudah
terkontrak tanggal 30 September 2011, sedangkan pekerjaan fisik GIS PIK sendiri
sudah terkontrak tanggal 4 Oktober 2011.
Namun, dalam pelaksanaannya dapat diidentifikasi bahwa proses
pembangunan 2 tower transmisi incomer mengalami kesulitan dibandingkan

dengan pembangunan fisik GIS itu sendiri. Ini disebabkan karena transmisi
eksisting SUTT 150 kV span T.16 - T.17 jalur Muara Karang Baru-Duri Kosambi
yang akan berada di atas lahan milik Dinas Perhutani DKI Jakarta, maka dalam
pembahasan tulisan ini difokuskan pada permasalahan dalam pembangunan
transmisi SUTT PIK Incomer.
Untuk lokasi penempatan 2 tower incomer ini, PLN UPK 2 telah
melakukan koordinasi dengan Dinas Perhutani DKI Jakarta dalam rangka
pengurusan ijin pinjam pakai kawansan hutan.

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

1

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB II
PERMASALAHAN


A. Transmisi Eksisting Berada di Atas Lahan Dinas Perhutani DKI Jakarta

Untuk pembangunan transmisi SUTT 150 kV PIK diperlukan 2 lokasi lahan
tapak tower dengan ukuran masing-masing (20 x 20) m. Dalam kondisi normal,
jika lahan tersebut adalah milik masyarakat, maka PLN berkewajiban
membebaskan lahan tersebut untuk kepentingan umum. Namun, berdasarkan
pendataan yang dilakukan, diketahui bahwa lahan yang berada tepat di bawah
jalur eksisting yang akan dipotong merupakan tanah yang dikuasai oleh Dinas
Perhutani DKI Jakarta. Dalam hal ini, tanah tersebut tidak bisa dilakukan
pembebasan, namun harus mengikuti peraturan Menteri kehutanan No.
P.38/Menhut-II/2012 tentang “Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan”
dimana dalam pelaksanaannya PLN harus terlebih dahulu mendapatkan Ijin
Pinjam Pakai dari Menteri Kehutanan. Jika PLN mengikuti jalur peraturan ini,
akan memerlukan waktu yang cukup lama, dimana pihak dinas Perhutani juga
mempertanyakan ijin terhadap tower eksisting PLN yang ada saat ini yang
memanfaatkan lahan mereka.

B. Pemadaman Jalur Pada Saat Pelaksanaan Pekerjaan Tower


Saat pelaksanaan pembangunan konstruksi tower dibawah transmisi eksisting
tidak bisa dilakukan pemadaman secara terus menerus selama lebih kurang 1
bulan kalender (erection 2 tower incomer dan penarikan kabel ke arah dead
end tower di dalam GIS Pantai Indah Kapuk).

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

2

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB III
PERSOALAN

Dalam pelaksanaan pembangunan transmisi SUTT 150 kV PIK Incomer, dari
permasalahan yang disebutkan di atas, berpotensi timbul persoalan yang dapat
menghambat tahap pelaksanaan konstruksi, yakni :
 Jalur transmisi eksisting 150 kV Muara Karang Baru - Duri Kosambi span T.

16 -T. 17 yang berada tepat di atas lahan Perhutani berpotensi terhambat dari
sisi perijinan, dimana pengurusan ijin pinjam pakai lahan kawasan hutan
untuk keperluan pembangunan 2 (dua) pondasi tower membutuhkan waktu
yang cukup lama. Hal ini didasakan pada pengalaman pengurusan ijin pinjam
pakai lahan kawasan hutan di jalur transmisi SUTET 500 kV BojonegaraSuralaya Tahap II yang sampai hari ini ijin pinjam pakai belum didapatkan
dimana pengurusan ijin telah kita mulai sejak bulan Maret 2011. Di sisi lain
pembangunan fisik konstruksi gedung GIS PIK beserta pondasi peralatan HV
Apparatus dan gantry telah selesai erection dan siap untuk diberikan
tegangan.

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

3

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB IV
PRA ANGGAPAN


Untuk mengatasi persoalan yang timbul dalam pembangunan transmisi SUTT 150
kV PIK Incomer, solusi awal yang dapat dipertimbangkan agar pembangunan ini
dapat segera dilaksanakan adalah :
 Perkuatan Pondasi dan Penggantian Tower Eksisting T. 16 dan T. 17
Pembangunan 2 tower yang seharusnya berada di lahan kawasan hutan tidak
perlu dilakukan, namun dilakukan perkuatan pondasi dan penggantian tower
eksisting T.16 dan T.17 jalur Muara Karang Baru-Duri Kosambi. Secara
teknis hal ini dapat dilakukan tanpa diperlukan pengurusan ijin pinjam pakai
kawasan hutan. Perkuatan pondasi dan penggantian tower eksisting T.16 dan
T.17 berkonsekuensi pada munculnya amandemen kontrak, dimana kontrak
awal awal SUTT 150 kV PIK Incomer menggunakan total 4 (empat) set
tower, terdiri dari 2 set tower type BB dan 2 set tower type DDR. Untuk dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut, kontrak SUTT 150 kV PIK Incomer harus
diamandemen dimana dilakukan kerja kurang terhadap 2 set tower type BB
dan adanya kerja tambah pengadaan, transport dan erection 2 (dua) set tower
type DD slim.
Adapun nilai perbandingan kontrak dapat dilihat pada tabel berikut :

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z


4

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB V
FAKTA YANG MEMPENGARUHI

Berdasarkan peninjauan lapangan langsung pada site terkait dan data
progress laporan mingguan dan bulanan diketahui bahwa pekerjaan GIS Pantai
Indah Kapuk telah mencapai ± 93%

sampai dengan bulan Agustus 2013.

Prosentase progres pekerjaan ini tidak lagi mengalami peningkatan signifikan
sejak bulan Juni 2013 yang disebabkan karena tidak bisa dilakukan
commissioning dan energize (terkait dengan pekerjaan transmisi Incomer yang
dilaksanakan oleh kontraktor yang berbeda/kontrak multi packages).

Transmisi eksisting 150 kV Muara Karang Baru-Duri Kosambi span T.16T.17 melintasi area lahan kawasan hutan dinas perhutani DKI Jakarta. Dengan
kondisi ini, maka jika pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan kontrak awal,
dimana pekerjaan ini menggunakan 2 set tower type BB dan 2 set tower type
DDR, maka PLN harus mengurus ijin pinjam pakai lahan untuk

lokasi

pembangunan transmisi ke Dinas Perhutani DKI Jakarta (sesuai peraturan Menteri
kehutanan No. P.38/Menhut-II/2012 tentang “Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan) dengan dimana berdasarkan pengalaman sebelumnya untuk proyek T/L
500 kV Bojonegara-Suralaya Tahap II, perijinan dari Menteri Kehutanan
membutuhkan waktu dan studi yang cukup lama, tidak sesuai untuk diterapkan
pada pekerjaan Incomer PIK dimana progress pembangunan dan instalasi GIS nya
sendiri telah mencapai 93%.

Untuk menghindari proses perijinan yang akan

membutuhkan waktu cukup lama ini, bisa dilakukan dengan perkuatan pada
pondasi eksisting dan penggantian tower eksisting T.16 dan T.17 jalur Muara

Karang Baru-Duri Kosambi menjadi type tower DD slim sehingga tidak
memerlukan pembebasan/ganti rugi lahan/ijin pinjam pakai lahan hutan kawasan
hutan.
Penambahan 2 set tower type DD slim dalam pekerjaan Incomer PIK akan
menyebabkan

perlunya

dilakukan

amandemen

terhadap

kontrak

dan

memungkinkan kerja tambah ini lebih dari 10%. Namun, sesuai dengan
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z


5

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

Keputusan

Direksi

No.305.K/DIR/2010

tentang

“Pedoman

Pengadaan

Barang/Jasa PT. PLN (Persero)”, Bab VIII Pelaksanaan Kontrak, Ayat 8.7.3

tentang Pekerjaan Tambah Kurang, bahwa pekerjaan tambah yang nilainya lebih
dari 10% dari kontrak dimungkinkan dengan tetap menerapkan Good Corporate
Governent (GCG).
Selanjutnya perlu dilakukan koordinasi yang baik antara pihak-pihak
terkait di antaranya PLN UIP, PLN UPK 2, PLN Distribusi APP Duri Kosambi,
pihak rekanan/kontraktor dan Dinas Perhutani DKI Jakarta serta pengembang
Pantai Indah Kapuk, Mandara.

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

6

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Kondisi Saat Ini

Transmisi eksisting SUTT 150 kV Muara Karang Baru - Duri
Kosambi berada di atas lahan kawasan hutan ini merupakan kondisi nyata di
lapangan yang tidak bisa kita hindari, namun harus kita hadapi dan selesaikan
dengan mensiasati solusi terbaik yang bisa dilakukan. Kontrak SUTT 150 kV
PIK Incomer menyebutkan bahwa material yang digunakan adalah 2 set
tower type BB dan 2 set tower type DDR. Progres konstruksi GIS PIK sendiri
telah mencapai 93% dimana seluruh peralatan HV Apparatus telah selesai
dierection, namun tidak bisa dilakukan commissioning dan energize karena
menunggu kesiapan pemberian tegangan dari transmisi incomer. Lahan untuk
2 lokasi dead end tower type DDR juga sudah ada dimana berada di dalam
areal lahan GIS PIK.
B. Issue Strategic
PT. PLN (Persero) sebagai satu-satunya BUMN yang bergerak di
bidang ketenagalistrikan berkewajiban menyediakan tenaga listrik untuk
kepentingan umum sebagaimana tertuang dalam UU No. 19 Tahun 2000.
Salah satu wujud dari kewajiban itu adalah pelaksanaan pembangunan GIS
150 kV Pantai Indah Kapuk.
Wilayah pantai utara Jakarta merupakan kawasan

yang sangat

berkembang dari sisi pertumbuhan properti khususnya di daerah Pantai Indah
Kapuk. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini harus diimbangi dengan
pertumbuhan infrastruktur ketenagalistrikan sebagai salah satu pilar dan
indikasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Beroperasinya GIS 150 kV PIK
(Pantai Indah Kapuk) dapat memperkuat system ketenagalistrikan di wilayah
Jakarta Utara khususnya dan DKI Jakarta secara keseluruhan. Diharapkan
juga akan mampu melayani daftar tunggu sambungan tenaga listrik PLN.
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

7

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

Tertundanya wantu energize dan COD GIS 150 kV PIK berpotensi
menyebabkan PLN kehilangan penjualan tenaga listrik dalam jumlah yang
sangat besar.

C. Pemetaan Masalah
Berdasarkan kontrak

transmisi SUTT 150 kV PIK

Incomer

No.

104.PJ/131/UIP JJB/2011 tanggal 30 September 2011 untuk pekerjaan SUTT
150 kV Pantai Indah Kapuk Incomer dengan lingkup pekerjaan pengadaan
dan pemasangan 2 set tower type BB dan 2 set tower type DDR, maka
dibutuhkan pembebasan 2 lahan tapak tower di lahan kawasan hutan seperti
gambar 6.1 berikut ini.

Gambar 6.1 Layout lokasi berdasarkan kontrak

Berdasarkan kontrak awal terdapat pengadaan dan pemasangan 2 set tower
type BB, maka 2 set tower type BB tersebut harus berdiri di kawasan hutan
dengan konsekuensi seperti yang telah dibahas sebelumnya. Kondisi aktual di
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

8

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

atas dapat berisiko terlambatnya pekerjaan transmisi Incomer PIK akibat
perijinan lahan, bahkan tidak tertutup kemungkina untuk tidak dapat
dilanjutkan jika ijin pinjam pakai lahan tidak diberikan oleh Menteri
Kehutanan.
D. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan dan menyelesaikan permasalahan terkait pekerjaan
Transmisi Incomer PIK tersebut di atas, dalam tulisan ini penulis
menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Thread)
dalam menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang dapat diambil dalam
menyelesaikan persoalan, dimana dapat dijabarkan sebagai berikut :
 Kekuatan (Strength)
 Konstruksi utama GIS Pantai Indah Kapuk telah mencapai progress
93%
 Pekerjaan utama GIS dan transmisi Incomer PIK telah terkontrak
sebagai dasar untuk memulai pekerjaan.
 Amandemen kontrak yang nilainya lebih dari 10% nilai kontrak
dimungkinkan sesuai dengan Kepdir No.305.K/DIR/2010 tentang
“Pedoman Pengadaan

Barang/Jasa PT. PLN (Parsero)”, Bab VIII

Pelaksanaan Kontrak, Ayat 8.7.3 tentang Pekerjaan Tambah Kurang.
 Kelemahan (Weakness)
 Pekerjaan harus dilakukan dalam kondisi

yang tidak biasa

(bertegangan)
 Pegawai yang berkompeten untuk mensupervisi tipe pekerjaan dalam
keadaan bertegangan sangat terbatas.
 Kesempatan (Oppurtunity)
 Desain tower slim telah proven digunakan sebelumnya pada T/L 150
kV Depok 3 – Kedung Badak.
 Erection tower dalam keadaan bertegangan pernah dilakukan pada
tower T.10 New jalur 150 kV Depok 3 – Kedung Badak.
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

9

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

 Pemadaman jalur eksisting 150 kV Muara Karang Baru-Duri Kosambi
dimungkinkan untuk dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu (di luar
beban puncak) bergantian antar sirkit 1 dan 2.
 Pihak perhutani DKI Jakarta telah memberikan ijin secara lisan jika
PLN hanya bekerja di lahan eksisting.
 Akses jalan masuk ke lokasi tower cukup mudah dilalui.
 Ancaman (Thread)
 Akses yang cukup mudah ke lokasi, memungkinkan pihak ketiga
untuk datang dan masuk ke lokasi dan mempermasalahkan perihal
lahan lintasan (ROW).
 Dinas Perhutani Jakarta bisa mempermasalahkan perihal lintasan
kabel di atas lahan perhutani.

E. Tahapan Metode Penyelesaian Permasalahan
Tahapan pelaksanaan yang harus dilakukan pada pembangunan SUTT 150
kV PIK Incomer dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.

Survey dan Pengukuran Data Aktual Lapangan
Melakukan survey/pengukuran kondisi aktual di lapangan untuk
mendapatkan data yang akurat, terutama kondisi aktual T. 16 dan T. 17
eksisting seperti, jarak back to back stub tower, jenis pondasi eksisting,
jarak antar pondasi, type tower, tinggi tower dan ketinggian cross arm
bawah dari stub. Dari pengukuran kondisi aktual di lapangan pada tower
T. 16 dan T.17 eksisting diperoleh data yang similar pada kedua tower
sebagai berikut :
- Tipe tower AA + 3 (Suspension)
- Pondasi kelas 6 bor pile dengan lebar pad (1,5 x 1,5) m
- Luas lahan tapak tower eksisting (15 x15) m
- Jarak back to back stub, sisi (2,31 m) ; diagonal (3,64 m)

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

10

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

Gambar 6.2 Data tower eksisting

2.

Desain Slim Tower
PLN dapat memanfaatkan lahan tapak tower eksisting yang ada dengan
menggunakan desain tower slim. Tower slim yang dimaksud adalah
desain spesial dimana jarak bentangan stub atau back to back stub lebih
kecil dari tower normal, dimana selisih jarak back to back nya adalah
2003 mm.

3.

Desain Pondasi Baru
Dari data aktual tersebut, akan dibuat desain pondasi tower baru dimana
posisi as tower tepat berada pada posisi as tower sebelumnya pada T. 16
dan T. 17 eksisting. Hal ini dilakukan untuk menghindari posisi tower
berada di lahan kawasan hutan (Lihat gambar 6.3). Dari data itu juga kita
dapat menentukan type tower pengganti yang akan kita gunakan, yakni
tower type DD slim +0. Type tower slim digunakan dengan tujuan agar
luas area eksisting yang ada dapat kita manfaatkan tanpa memerlukan
pembebasan lahan di sekitarnya. Jika menggunakan tower standar, maka
luar lahan yang ada tidak akan mencukupi, sehingga dibutuhkan
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

11

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

pembebasan lahan tambahan. Berdasarkan pada kondisi aktual lapangan
yang merupakan tanah rawa, diusulkan menggunakan pondasi kelas 5
(raft) dikombinasikan dengan bor pile (kedalaman bor pile disesuaikan
dengan hasil sondir boring yang dilaksanakan).

Gambar 6.3 Rencana Pondasi Baru

4.

Pekerjaan Pondasi dan Erection Tower Dead End
Setelah desain pondasi awal kita miliki dan dapat dilaksanakan di
lapangan, lagkah berikutnya yang kita lakukan adalah memulai pekerjaan
pondasi dan erection 2 tower di dalam lokasi GIS seperti pada gambar
6.4 di bawah ini. Penyelesaian 2 set tower ini dapat dilaksanakan lebih
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

12

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

dahulu karena tidak ada kendala baik dari sisi lahan maupun desain
teknisnya. Penyelesaian pondasi dan erection tower dapat dilakukan
dengan cara yang standar.

Gambar 6.4 Pondasi dan erection tower di dalam lokasi GIS

5.

Pekerjaan Erection :
- Erection gantry GIS telah selesai dilaksanakan (kontrak GIS)
- Erection 2 set tower type DDR di dalam lokasi GIS seperti pada
gambar 6.4 bisa dimulai setelah umur pondasi tower minimal 14 hari
sejak pengecoran terakhir. Erection 2 set tower ini bisa dilakukan
sesuai standart dalam kondisi normal
- Downlead dari dead end tower langsung dilakukan penarikan ke arah
gantry tower.
- Erection T. 16 dan T.17 pengganti dilakukan dalam keadaan SUTT
150 kV Muara Karang Baru – Duri Kosambi bertegangan, karena itu
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

13

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

erection dilakukan sampai bagian head part I tanpa pemasangan
travest/cross arm untuk menjaga jarak aman/clearance terhadap
konduktor yang masih bertegangan, seperti terlihat pada gambar 6.5 di
bawah ini.

Gambar 6.5 Tampak atas tower pengganti dan eksisting

 Pemadaman Minggu pertama (T.16),
- Hari pertama (Sabtu), dilakukan pemadaman sirkit 1 SUTT
150 kV Muara Karang Baru-Duri Kosambi untuk pemindahan
konduktor ke body tower (skur konduktor ke body),
pembongkaran travest eksisting dan erection traves pengganti,
kemudian mengembalikan konduktor ke posisi semula.
- Hari kedua (Minggu), dilakukan pemadaman sirkit 2 SUTT
150 kV Muara Karang Baru-Duri Kosambi untuk pemindahan
konduktor ke body tower (skur konduktor ke body),
pembongkaran travest eksisting dan erection traves pengganti,
kemudian mengembalikan konduktor ke posisi semula.
 Pemadaman Minggu kedua (T.17),
Lakukan langkah pekerjaan yang sama dengan T. 16, dimana
kembali diperlukan pemadaman sirkit 1 dan 2 bergantian.

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

14

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

 Pemadaman Minggu ketiga (Stringing),
- Hari pertama (Sabtu), dilakukan pemotongan konduktor di
T. 16 dan T. 17 sekaligus untuk disambung ke dead end tower
di dalam lokasi GIS.
- Hari kedua (Minggu), pemadaman sirkit 2 agar dapat
dilakukan pemotongan konduktor

pada T. 16 dan T.17

sekaligus dan disambung ke tower dead end di lokasi GIS.

Layout akhir dari GIS 150 kV Pantai Indah Kapuk dan Incomernya dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 6.6 GIS 150 kV PIK dan SUTT 150 kV PIK Incomer

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

15

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

F. Efisiensi Penggunaan Metode Pelaksanaan

Dalam tulisan ini, penulis melakukan proyeksi perbandingan waktu
pelaksanaan pekerjaan SUTT 150 kV PIK Incomer jika menggunakan lahan
kawasan hutan dengan menggunakan tower pengganti di lokasi As tower
eksisting. Seperti dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

16

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

Pada tabel 6.1 tersebut dapat dilihat bahwa selisih waktu penyelesaian
pekerjaan adalah minimal 78 minggu (19 bulan). Dalam kurun waktu 19
bulan tersebut, maka PLN berpotensi kehilangan kWh penjualan listrik yang
dapat diperkirakan sebagai berikut.

GIS 150 kV Pantai Indah Kapuk disuplly oleh trafo 2 X 60 MVA.
Asumsi data :
-

Pembebanan trafo

: 60%

-

Jam nyala rata-rata

: 8 jam

-

Cos ɸ

: 0.9 (data koefisien dari PLN P3B)

-

Nilai TTL untuk golongan rumah tangga R-1/TR 2.200 VA per 1 April
2013 adalah Rp 893,00/kWh.

Rumus pemakaian daya aktif 𝑃 = 𝑉 . 𝐼 . 𝐶𝑜𝑠 ɸ
Asumsi pembebanan trafo adalah :
= 60% x 2 x 60 MVA
= 72 MVA
Nilai pembenanan trafo 72 MVA (Mega Volt Ampere) dikalibrasi menjadi
nilai MW (Mega Watt) menjadi :
72 MVA = 72 x Cos ɸ
= 72 x 0.9
= 64.8 MWatt
Potensi kehilangan penjualan tenaga listrik dengan selisih waktu mencapai 78
minggu dan jam nyala rata-rata 8 jam, dalam nilai rupiah :


Nilai kWh

= 64.8 MW x 1000 x 78 x 7 x 8
= 283.046.400 kWh



Potensi kehilangan penjualan tenaga listrik :
Rupiah

= 283.046.400 kWh x Rp 893,00/kWh
= Rp. 252.760.435.200,00
Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

17

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB VII
KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut di atas tentang pembangunan SUTT 150 kV
Pantai Indah Kapuk Incomer dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
 Diperlukan desain tower khusus berupa type DD slim untuk dapat
melaksanakan pekerjaan pondasi dan erection tepat berada pada As tower
eksisting, sehingga mempercepat penyelesaian pembangunan SUTT 150 kV
PIK dan potensi kehilangan penjualan tenaga listrik mencapai lebih dari 200
Milyar dapat dihindari.

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

18

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

BAB VIII
TINDAKAN YANG DISARANKAN

1. Dalam menetapkan lokasi GIS/GI yang berasal dari tanah hibah ataupun
pembebasan lahan, PLN sejak awal dapat melihat potensi masalah yang
mungkin dihadapi ketika menetapkan suatu lokasi GIS/GI, terutama dalam
kaitannya

dengan

pembangunan

transmisi

incomer

dan

selalu

menghindari lahan kawasan hutan.
2. Menggunakan type slim tower untuk penggantian tower eksisting tepat
pada lokasi As tower.
3. Pekerjaan erection tower dalam keadaan jalur bertegangan dibutuhkan
keakuratan data hasil survey/pengukuran tower eksisting dan gambar
tower pengganti dengan tetap mengutamakan K2 dan K3 dalam setiap
langkah pekerjaan.
4. Tetap menjalin koordinasi yang intens dengan PLN unit terkait karena
setiap pekerjaan transmisi dan GI (Gardu Induk) erat kaitanya dengan
pemadaman jalur.

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

19

PT. PLN (PERSERO)
UNIT INDUK PEMBANGUNAN V
UNIT PELAKSANA KONSTRUKSI JARINGAN JAWA BALI 4

REFERENSI
Kontrak No.104.PJ/131/UIPJJB/2011, tanggal 30 September 2011 untuk
“Pekerjaan SUTT 150 kV Pantai Indah Kapuk Incomer, Harapan Indah
Incomer dan Alam Sutera Incomer”.
Keputusan

Direksi

No.305.K/DIR/2010,

tentang

“Pedoman

Pengadaan

Barang/Jasa PT. PLN (Parsero)”
SNI No.04.6918-2002, tentang “Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum Pada
SUTT dan SUTET”.
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992, tentang “
Ruang Bebas SUTT dan SUTET untuk Penyaluran Tenaga Listrik”.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010, tentang “ Penggunaan Kawasan
Hutan”.
Peraturan Menteri kehutanan No. P.38/Menhut-II/2012 tentang “Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan”

Edy Roy A Sidabutar, ST/8310168 Z

20