Perbandinga n Performansi Sistem Identifi
SEMINAR RADAR NASIONAL III
2009
Prosiding
Bandung
30 April 2009
Savoy Homann Bidakara Hotel
Penyelenggara:
ppet
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET - LIPI)
LIPI
dan
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI - ITB)
bekerjasama dengan
International Research Centre for Telecommunications
and Radar (IRCTR) Delft University of Technology
(TU Delft) The Netherlands
Sponsor:
i
Prosiding
Seminar Radar Nasional III 2009
ISSN : 1979 - 2921
Hak cipta © 2009 oleh Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi – LIPI
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, memproduksi dalam segala
bentuk, termasuk mem-fotocopy, merekam, atau menyimpan informasi, sebagian atau
seluruh isi dari buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Prosiding Seminar Radar Nasional / [editor by] Mashury Wahab, Asep Yudi Hercuadi A.A.
Lestari, A.B. Suksmono, , Yuyu Wahyu, Pamungkas Daud.
vi + pp.; 21,0 x 29,7 cm
ISBN : 1979 - 2921
Radio Detecting and Ranging (Radar)
Technical editing by Yudi Yuliyus Maulana, Dadin Mahmudin, Deni Permana K,Yadi
Radiansah, Sulistyaningsih, Folin Oktaviani.
Cover design by Yadi Radiansah.
Diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kampus LIPI Jl. Sangkuriang, Bandung
Telp. (022) 2504661 Fax. (022) 2504659
Website : www.ppet.lipi.go.id
ii
Pelindung
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI
Ketua Umum
Mashury Wahab
Panitia Pengarah
Lilik Hendradjaja, Dephan
Adang Suwandi, ITB
Syahrul Aiman, LIPI
Tatang A. Taufik, BPPT
Hiskia Sirait, LIPI
Andriyan B. Suksmono, ITB
A. Andaya Lestari, IRCTR-IB
Endon Bharata, IRCTR-IB
Nana Rachmana, ITB
Yuyu Wahyu, LIPI
Syamsu Ismail, LIPI
Rustini S. Kayatmo, LIPI
Eko Tjipto Rahardjo, UI
Adit Kurniawan, ITB
Panitia Pelaksana
Iskandar, ITB
Andi Kirana, RCS
Gunawan Handayani, ITB
Pamungkas Daud, LIPI
Folin Oktaviani, LIPI
Sulistyaningsih, LIPI
Yudi Yulius Maulana, LIPI
Dadin Mahmudin, LIPI
Deni Permana K., LIPI
Sri Hardiati, LIPI
Iqbal Syamsu, LIPI
Asep Yudi Hercuadi, LIPI
Yadi Radiansah, LIPI
Zaenul Arifin, LIPI
Endang Ridwan, LIPI
Lisdiani, LIPI
Poppy Sumarni, LIPI
Noorfiya Umniyati, LIPI
Dicky Desmunandar, LIPI
iii
Daftar Makalah
1.
Tinjauan Pemanfaatan Teknologi Seluler GSM Diaplikasikan Sebagai
Pasif Radar .............................................................................................................
Febrian Wijoseno, Adit Kurniawan, Arwin D.W.Sumantri
2.
Analisa FDOA-RADAR Sekunder Terhadap Gangguan Random Noise
Wahyu Widada dan Sri Kliwati …………………………………………………………..
3.
Sistem Identifikasi Pesawat Menggunakan Kecepatan dan Radar Cross
Section Pesawat Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation …………
Maman Darusman, Arwin Datumaya Wahyudi Sumari, Aciek Ida Wuryandari
4.
5.
The Performance Of Supervised And Unsupervised Neural Networks In
Performing Aircraft Identification Tasks …………………………………………….
Arwin Datumaya Wahyudi S, Aciek Ida Wuryandari, Maman Darusman, Nur
Ichsan Utama
Minimalisasi Sinyal Harmonik Radar Indra I dengan IF Lumped Element
Filter ........................................................................................................................
Liarto, A.A Lestari, Sri Hardiati
1-5
6-10
11-15
16-22
23-26
6.
First Results Of The Signal Processing Of INDERA ……………………………..
W. Sediono, A. A. Lestari
7.
Teknik Pengukuran Pola Radiasi Transduser Dwi-Fungsi Akustik
Bawah Air …………………………………………………………………………………
Syamsu Ismail
30-32
Analisis Penyesuai Impedansi NTL Menggunakan Metode Ekspansi
Fourier .....................................................................................................................
Rudy Yuwono, Achmad Setiawan, D.J. Djoko H.S
33-38
Antena Array Electronic Switch Beam Untuk Pengerahan Beam Antena
Pada Sistem Radar .................................................................................................
Yoko Wasis, Bambang Edhie Sahputra, Iswahyudi, Yogi Koswara, A.A Pramudita
39-41
8.
9.
27-29
10.
Antena UWB Bentuk T Untuk Aplikasi SFCW-GPR 100-1000 Mhz ...................
A.Adya Pramudita, A. Kurniawan, A. Bayu Suksmono, A.Andaya Lestari
42-46
11.
Sistem Trigger Pada Radar Maritim Indera ..........................................................
Oktanto Dedi Winarko, A. Andaya Lestari
47-51
12.
Penelitian-Penelitian Radar Dan Pendukungnya di Lipi .....................................
Masbah R.T. Siregar
52-56
13.
Karakterisasi Penggunaan Garis Kurva Pada Lengan Seri 3 dB Hybrid
Coupler MicrostripPita Lebar ................................................................................
Y.K. Ningsih, F.Y. Zulkifli, E.T. Rahardjo, A.A. Lestari
57-62
Optimasi Pemodelan Arima Dengan Efek Deteksi Outlier Pada Data
Curah Hujan Di Surabaya ......................................................................................
Achmad Mauludiyanto, Gamantyo Hendrantoro, Mauridhi Hery P, Suhartono
63-67
Desain Dan Simulasi Tranceiver Stepped Frequency ContinuousWave
Ground Penetrating Radar (SFCW GPR) 700 – 1400 Mhz ..................................
Tommi Hariyadi, Endon Bharata, Andriyan Bayu Suksmono
68-74
14.
15.
vi
16.
Sistem Antena Radar VHF Lapan .........................................................................
Peberlin Sitompul, Aries Kurniawan, M. Sjarifudin, MarioBatubara, Harry Bangkit,
Timbul Manik, J.R Roettger
17.
Pembuatan Modul Receiver Untuk Sistem Perangkat Pemancar
Jamming …………………………………………………………………………………..
Elan Djaelani
79-84
Pemanfaatan Sistem Pakar dalam Perancangan Sistem Analisa Masalah
Dan Penentu Tindakan Pemeliharaan Radar .......................................................
Edith Nurhidayat Kurniawan S. , Aciek Ida Wuryandari , Arwin D.W. Sumari
85-88
18.
75-78
19.
Penggunaan Radar Bagi Kepentingan Pertahanan Udara .................................
Suparman D, MM
20.
Kerjasama DEPHUT Dan Lembaga International dalam Penggunaan Radar
Untuk Mendukung Pengelolaan Hutan yang Lestari ……………………………...
Iwan Setiawan Priyambudi Santoso
95-96
Perbandingan Performansi Sistem Identifikasi Pesawat Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Mode Adaptive Resonance Theory 1 Dan 2 .................
Nur Ichsan Utama, Aciek Ida Wuryandari, Arwin D. W. Sumari
97-101
Ilmu Pengetahuan Rekayasa dan Teknologi Dan Seni (ILPERTEKS)
Untuk Pengembangan Radar Pengawas Pantai .................................................
,
Elan Djaelani Prof. Dr. Rohani J Widodo, Ridodi Anantaprama, Iwan Setiawan
102-108
21.
22.
89-94
23.
Usulan Pemakaian Radar Langit Untuk Daerah Khusus Atau Rawan ..............
Hari Satriyo Basuki
109-113
24.
Implementasi Peta Dinamis Pada Radar INDERA ...............................................
Deni Yulian, W. Sediono, A. Andaya Lestari
114-118
25.
Perancangan dan Realisasi Antena Rolled Dipole Untuk Keperluan
Ground Penetrating (GPR) Dengan Menggunakan Metoda Finite
Different Time Domain (FDTD) ..............................................................................
Yudi Yuliyus Maulana, Yuyu Wahyu, Folin Oktafiani dan AA Lestari
119-124
26.
Antena Ground Penetrating Radar Adaptif Terhadap Multi Pulsa .....................
Folin Oktafiani, Yuyu Wahyu, Yudi Yuliyus, A.A Lestari
27.
Estimasi Electromagnetic Interference (EMI) Dalam Sistem Antena Patch
Array Untuk Radar .................................................................................................
Sri Hardiati, Sulistyaningsih
129-132
Antena Dipole Dengan Pembebanan Resistif dan Layer Dielektrik Untuk
Ground Penetrating Radar (GPR) .........................................................................
Y.Wahyu, A.Kurniawan, Sugihartono, A.S Ahmad, A A Lestari
133-137
28.
125-128
29.
Kajian Mengenai Radar Clutter Dan Pengaruhnya Pada Unjuk Kerja Radar ...
Mashury Wahab dan Sulistyaningsih
138-142
30.
Pembangkit Chirp Untuk Radar FMCW Menggunakan DDS ..............................
Purwoko Adhi
143-146
vii
Perbandingan Performansi Sistem Identifikasi Pesawat
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Mode Adaptive Resonance
Theory 1 dan 2
Nur Ichsan Utama 1*, Aciek Ida Wuryandari 2*, Arwin D. W. Sumari 3*!
* Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung
Departemen Elektronika, Akademi Angkatan Udara Indonesia, Yogyakarta
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Labtek VIII, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung – 40132
!
email: [email protected] 1, [email protected] 2, [email protected]
ABSTRAK
Radar akan memancarkan gelombang elektromagnetik untuk mengidentifikasi suatu obyek di udara dan
mengetahui data-data yang berkaitan dengan obyek tersebut meliputi jarak, ketinggian, arah dan kecepatan.
Biasanya untuk memudahkan identifikasi, sebuah radar akan dilengkapi dengan interrogator IFF (Identification
Friends or Foe) yang sering disebut juga sebagai SSR (Secondary Surveillance Radar). Interrogator IFF akan
mengirimkan sinyal pertanyaan kepada obyek yang ingin diidentifikasi. Pesawat atau obyek yang dilengkapi
dengan transponder (transmitter responder) akan menjawab sinyal pertanyaan tersebut secara otomatis berupa
kode identifikasi pesawat. Bila pesawat tidak dapat merespon pertanyaan yang diberikan , maka pesawat akan
diidentifikasikan sebagai penerbangan gelap (black flight). Untuk mengidentifikasi pesawat pada kasus
penerbangan gelap dapat dilakukan dengan menganalisa data RCS (Radar Cross Section) dan kecepatan dari
obyek yang bersangkutan. Seringkali data yang tertangkap di radar berupa RCS dan kecepatan pesawat dari
sebuah obyek tidak selalu sama. Agar proses identifikasi obyek di udara dapat dilakukan dengan cepat dan
memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi diperlukan sebuah sistem yang mampu mengidentifikasi suatu
obyek dengan kemampuan beradaptasi dengan data yang berubah-ubah namun tetap stabil. Sistem yang mampu
memenuhi kriteria tersebut adalah sistem yang mengaplikasikan jaringan saraf tiruan. Jaringan saraf tiruan
yang digunakan pada tugas akhir ini adalah jaringan saraf tiruan Adaptive Resonance Theory (ART) yang
mampu beradapatasi dengan data masukan baru namun tetap mampu mengenali dan menjaga kestabilan datadata yang telah dipelajari sebelumnya.
Kata Kunci: radar cross section, kecepatan, adaptive resonance theory, fusi informasi.
1.
akan dijadikan parameter untuk menentukan jenis
pesawat dari obyek yang tidak dikenal tadi.
Biasanya analisis data-data dari radar yang akan
digunakan untuk menentukan jenis pesawat yang
ingin diidentifikasi dilakukan secara manual dan hal
ini membutuhkan waktu. Agar waktu identifikasi
pesawat dapat dilakukan secara cepat dengan tingkat
keakuratan yang cukup baik, diperlukan sebuah
sistem identifikasi yang mampu beradaptasi dengan
input data yang berubah-ubah yang berasal dari
radar berupa RCS (Radar Cross Section) dan
kecepatan pesawat.
Penelitian pada tugas akhir ini bertujuan untuk
membuat software yang dapat mendeteksi jenis
pesawat dari suatu obyek pesawat yang tertangkap
oleh radar dengan cepat dan tingkat keakuratan yang
cukup baik. Jenis pesawat dapat diketahui dengan
mengolah data kecepatan dan RCS pesawat yang
terdeteksi oleh radar dengan menggunakan jaringan
syaraf tiruan adaptive resonance theory 1 (ART-1)
dan adaptive resonance theory 2 (ART-2).
PENDAHULUAN
Kemampuan radar untuk mendeteksi identitas suatu
obyek merupakan aspek penting dalam keamanan
udara, baik itu pada bidang militer maupun sipil.
Untuk mendeteksi identitas suatu obyek, sebuah
radar yang dilengkapi dengan interrogator IFF
(Identification Friend or Foe) akan mengirimkan
sinyal pertanyaan kepada obyek sasaran. Kemudian
secara otomatis obyek sasaran yang dilengkapi
dengan transponder (transmitter responder) akan
mengirimkan sinyal balasan berupa kode identifikasi
pesawat. Apabila pesawat tidak dapat merespon
pertanyaan yang diberikan maka pesawat akan
diidentifikasikan sebagai penerbangan gelap (black
flight) atau pesawat musuh (hostile).
Sebagai alternatif sistem identifikasi IFF atau yang
biasa juga disebut SSR (Secondary Surveillance
Radar), radar akan memancarkan gelombang mikro
ke arah obyek yang diidentifikasi sebagai hostile dan
menangkap pantulan dari gelombang itu untuk
mendapatkan data-data yang mungkin dari obyek
yang bersangkutan. Data-data yang didapatkan ini
2. TEORI DAN APLIKASI JARINGAN
SYARAF ART
97
2.1 Konsep Radar
Radar adalah kependekan dari Radio Detection and
Ranging. Radar merupakan sistem gelombang
elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi,
mengukur jarak, kecepatan dan membuat map
benda-benda seperti pesawat terbang, kendaraan
bermotor dan obyek-obyek lainnya[15]. Dalam
dunia penerbangan radar biasa digunakan untuk
mendeteksi suatu obyek yang sedang terbang dalam
suatu kawasan wilayah tertentu.
Gambar 2: Gambaran Plot RCS.
2.3 Kecepatan Pesawat pada Radar
Untuk mendeteksi kecepatan sebuah obyek, radar
akan menggunakan penggabungan antara teknik
pantulan gelombang dan azaz doppler. Teknik
pantulan gelombang biasa digunakan untuk
mengukur jarak antara sebuah obyek dan sumber
pemancar gelombang. Sedangkan azaz doppler
menjelaskan
tentang
perubahan
frekuensi
gelombang dikarenakan gerakan relatif sebuah
benda terhadap benda lainnya dalam hal ini dapat
dikatakan antara sumber gelombang terhadap obyek
sasaran. Pada radar, kecepatan pesawat yang
tertangkap dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan[14] 1 sebagai berikut.
Gambar 1:. Konsep Kerja Radar.
Prinsip yang menjadi kunci utama teknologi ini
adalah pantulan gelombang mikro dan implementasi
efek Doppler. Radar akan memancarkan sinyal atau
gelombang mikro kepada obyek yang ingin
diidentifikasi. pantulan dari gelombang mikro yang
mengenai obyek akan ditangkap oleh radar untuk
dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui lokasi dan
bahkan jenis obyek tersebut. Sistem radar memiliki
tiga komponen utama yaitu: antena, transmitter
(pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal)[15].
2.2 Radar Cross Section
fd = −
2u
λ
cos(θ )
(1)
Dimana fd adalah dopler shift, λ adalah panjang
gelombang, u adalah kecepatan pesawat, dan θ
adalah sudut antara arah pergerakan sinyal dan arah
obyek.
Radar Cross Section (RCS) adalah ukuran dari
kemampuan sebuah obyek untuk memantulkan
kembali sinyal yang dikirimkan ke arah radar.
Berdasarkan penjelasan teknis, RCS adalah suatu
perbandingan antara daya yang dipantulkan oleh
obyek kembali ke radar dengan kerapatan daya yang
dipancarkan radar kepada obyek. Besaran nilai RCS
tidak kemudian menunjukan luas sebenarnya dari
fisik obyek sasaran, namun lebih menunjukan
kemampuan obyek untuk memantulkan sinyal radar
ke arah antena radar penerima.
Gambar 2 menunjukan contoh RCS dari sebuah
pesawat terbang.
2.4 Adaptive Resonance Theory
Algoritma Adaptive Resonance Theory (ART)
dikembangkan untuk mengatasi masalah stabilitasplastisitas (stability-plasticity dilemma) yang
dihadapi oleh algoritma JST lainnya. Masalah
stabilitas-plastisitas mempertanyakan mengenai
bagaimana sebuah sistem pembelajaran dapat
menjaga pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya namun tetap memiliki kemampuan
untuk mempelajari input-input baru. Kunci untuk
menyelesaikan masalah stabilitas-plastisitas adalah
dengan menambahkan mekanisme feedback diantara
competitive layer (layer F2) dan input layer pada
jaringan.
98
Sensor
Database
Sistem
Informasi
Fusi
Decision
Operator
Gambar 3: Arsitektur ART-1.
Knowledge
Gambar 5: Konsep Fusi Informasi.
Kelas-kelas tataran fusi informasi sensor majemuk
(multisensor) pada ummnya digunakan untuk
aplikasi pengenalan sasaran otomatis (automatic
target recognition, ATR).
a. Fusi tataran piksel
Tataran ini diaplikasikan kepada data piksel
teregistrasi dari sekumpulan citra untuk
kepentingan fungsi deteksi dan diskriminan.
Data citra diperoleh dari sensor-sensor citra
seperti RADAR dan Forward Looking Infra
Red (FLIR).
Gambar 4: Arsitektur ART-2.
Arsitektur JST ART terdiri atas : satu lapisan
pengolahan masukan yang juga sebagai lapisan
perbandingan (comparison layer) pola yang disebut
dengan lapisan F1, unit-unit cluster yang merupakan
lapisan pengenalan yang disebut dengan lapisan F2
dan suatu mekanisme untuk mengontrol derajat
kemiripan pola-pola untuk ditempatkan pada cluster
yang sama yang disebut dengan mekanisme Reset.
JST
ART
dirancang
untuk
memudahkan
pengontrolan derajat kemiripan pola yang
ditempatkan pada cluster yang sama. Sebuah sistem
ART terdiri dari 2 subsistem, yaitu attentional
subsystem dan orienting subsystem.
2.5 Informasi Fusi
Fusi informasi atau fusi data adalah suatu teknik
pengombinasian data atau informasi untuk
memperkirakan (estimate) atau memprediksi hasil
keluaran dari berbagai keadaan entitas. Entitasentitas tersebut dapat berbentuk fisik atau non-fisik.
Masukan-masukan suatu sistem informasi dapat
berupa :
data hasil observasi sensor-sensor,
masukan-masukan perintah dan data dari
operator atau pengguna,
data pendahuluan dari suatu basis data yang
telah ada.
b.
Fusi tataran fitur
Tataran ini mengombinasikan fitur-fitur obyek
yang dideteksi dan dipisahkan di dalam masingmasing wilayah sensor. Fitur-fitur setiap obyek
diekstraksi secara independen di dalam setiap
wilayah dan membentuk satu ruang fitur
bersama untuk klasifikasi obyek.
c.
Fusi tataran keputusan
Tataran ini mengombinasikan keputusankeputusan dari jalur-jalur klasifikasi atau
deteksi sensor-sensor dengan nilai heuristik
seperti M-of-N, suara terbanyak maksimum
(maximum vote), atau jumlah terbobot (weighted
sum) untuk keputusan tegas (hard decision) dan
metoda Bayes, DS dan variabel fuzzy untuk
keputusan halus (soft decision).
3. DESAIN SISTEM DAN IMPLEMENTASI
KONSEP
3.1 Desain Sistem
sistem identifikasi pesawat dibagi menjadi tiga blok
yaitu blok inisiasi, blok identifikasi, dan blok
pemrosesan final.
99
Arsitetktur sistem dapat dilihat pada Gambar
Blok identifikasi dibagi menjadi dua blok yaitu blok
mode pembelajaran dan blok mode pakai. 3.3.1 Blok
5
Gambar 6: Arsitetktur Sistem.
3.2 Blok Proses Inisiasi
Blok proses inisiasi merupakan blok yang akan
diproses untuk mempersiapkan input yang akan
digunakan oleh blok identifikasi.
Untuk
mendapatkan data input, sistem akan mengekstrak
data RCS dan kecepatan dari database pesawat.c
Mode Pembelajaran
Gambar 7: Diagram Blok Pembelajaran.
Untuk proses yang menggunakan ART-1, data-data
yang ada pada database pesawat akan diubah
terlebih dahulu ke dalam bentuk biner. Pada
penelitian ini, proses inisiasi hanya melakukan tugas
sederhana, yaitu merubah data dalam bentuk angkaangka ke dalam bentuk biner. Data-data masukan
pada database dapat dilihat pada Tabel 1.
Blok mode belajar dimulai dengan sistem menerima
data masukan berupa vektor berdimensi tertentu.
Sistem kemudian akan berusaha mengelompokkan
data masukan ke dalam cluster tertentu berdasarkan
parameter vigilance dan hasil perhitungan data yj.
Apabila hasil perhitungan yj dan tes vigilance
memperlihatkan data masukan tidak dapat
dikelompokkan dalam suatu cluster, sistem akan
menandai cluster itu dan mencoba perhitungan
untuk data cluster lainnya. Pencocokan akan terus
dilakukan selama data masukan masukan belum
memenuhi tes vigilance dan data belum habis.
3.3 Blok Identifikasi
3.3.2 Blok Mode Pakai
Blok mode pakai pada prinsipnya sama dengan
diagram alir mode belajar. Hanya saja pada mode
pakai, setelah dilakukan proses pencocokan, apabila
kemudian ditemukan cluster pemenang dan
memenuhi tes vigilance, sistem tidak akan
melakukan modifikasi terhadap bobot-bobot cluster.
Hal yang sama juga berlaku, apabila pada proses
pencocokan tidak ada satupun cluster yang
memenuhi parameter vigilance yang diberikan maka
sistem tidak akan melakukan proses pemasukan
cluster baru.
3.4 Blok Pemrosesan Final
Blok pemrosesan final merupakan blok fusi hasil
yang didapatkan dari proses ART RCS dan proses
100
ART kecepatan. Blok fusi diimplementasikan agar
diperoleh hasil identifikasi yang lebih akurat.
3.5 Hasil Implementasi dan Uji Simulasi
Gambar 11:Contoh Tampilan Program BelajarART-2
Gambar 12: Contoh Tampilan Program Mode Pakai
ART-2
Gambar 8: Contoh Report Kecepatan ART-1
Gambar 12: Contoh Tampilan Program Simulasi
Gambar 9: Contoh Report RCS ART-1
KESIMPULAN
Tabel 1: Tabel Hasil Pembelajaran
Berdasarkan
seluruh
proses
perancangan,
implementasi, dan pengujian sistem, dapat diambil
kesimpulan sebagai berkut.
¾ Pada JST ART-1, semakin besar parameter
vigilance maka jumlah cluster yang terbentuk
akan semakin banyak. Sedangkan pada JST
ART-2, semakin kecil parameter vigilance maka
jumlah cluster yang terbentuk akan semakin
banyak.
¾ Pada JST ART-1, semakin besar parameter
vigilance maka ketelitian pencocokan akan
semakin baik. Ketelitian pencocokan yang
sangat baik tidak menjamin sistem dapat bekerja
dengan efektif.
¾ Besarnya nilai parameter vigilance perlu
ditentukan dengan baik agar sistem dapat
bekerja dengan optimal. Hasil uji simulasi pada
bab 4 menunjukkan nilai parameter vigilance
yang optimal akan berbeda-beda untuk jenis
data masukan yang berbeda.
¾ Jumlah cluster yang terbentuk pada fase
pembelajaran akan berpengaruh terhadap
ketelitian pencocokan pada mode pakai.
Semakin banyak cluster yang terbentuk
ketelitiannya akan semakin baik.
DAFTAR REFERENSI
Gambar10:Contoh Tampilan Program Belajar ART-1
101
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
Fausett, Laurene (1993), Fundamental of
Neural Networks, Prentice-Hall.
Freeman, James A., Skapura, David M.
(1991), Neural Networks Algorithms,
Applications, and Programming Techniques,
Addison Wesley Longman Publishing Co.,
Inc., Redwood City.
Hall, David L., Llinas, James (2001),
Handbook of Multisensor Data Fusion, CRC
Press, United States of America.
Harre, Ingo (2004), RCS in Radar Range
Calculations
for
Maritime
Targets,
http://www.marit.de/Radar/RCS/RCS_xx.pdf, 24 November
2008, 20.30 WIB.
Hestiningsih, Idhawati (____), Kecerdasan
Buatan,
http://www.unimmer.ac.id/
download/Kecerdasan_buatan.pdf,
3
Desember 2008, 10.30 WIB.
Kung, S.Y. (1993), Digital Neural Networks,
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J.
Nopriansyah (2008), Sistem Identification
Friend, Foe, or Neutral Radar Menggunakan
Radar Cross Section dan Kecepatan Pesawat,
Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi
Bandung.
Skolnik, Merril I. (1990), Radar Handbook,
McGraw-Hill, United States of America, 2nd
Edition.
Sumari, Arwin D.W. (2008), Desain
Implementasi
Sistem
Fusi
Informasi
Multiagen untuk Mendukung Pengambilan
Keputusan dalam Perencanaan Operasi
Udara, Tesis Magister, Institut Teknologi
Bandung.
Sumari, Arwin D.W. (1996), Metode Temu
Kembali
Informasi
Secara
Cerdas
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Model
Adaptive Resonance Theory, Tugas Akhir
Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
______________,
Doppler
Effect
in
Accoustics,
http://physicsanimations.com/Physics/English/wave_txt.ht
m#Doppler, 25 November 2008, 20.00 WIB.
______________,
A-OA-148-001/AG-000
Manual
of
Instrument
Flying,
http://www.icpschool.com/Downloads/files/OOA-148/pdfs/Chap21a.PDF,
2 Desember
2008, 09.00 WIB.
______________,
http://www.airtoaircombat.com, 3 Februari
2008, 11.00 WIB.
______________, Lab Exercise 7 : Doppler
Radar,
http://www.eecs.umich.edu
/emag/labmanual/EECS330_LE7.pdf,
3
Desember 2008, 10.00 WIB.
______________,
Radar,
http://lasonearth.files.wordpress.com/2008/05
/pdf_ radar1.pdf, 3 Desember 2008, 10.15
WIB.
102
2009
Prosiding
Bandung
30 April 2009
Savoy Homann Bidakara Hotel
Penyelenggara:
ppet
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET - LIPI)
LIPI
dan
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI - ITB)
bekerjasama dengan
International Research Centre for Telecommunications
and Radar (IRCTR) Delft University of Technology
(TU Delft) The Netherlands
Sponsor:
i
Prosiding
Seminar Radar Nasional III 2009
ISSN : 1979 - 2921
Hak cipta © 2009 oleh Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi – LIPI
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, memproduksi dalam segala
bentuk, termasuk mem-fotocopy, merekam, atau menyimpan informasi, sebagian atau
seluruh isi dari buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Prosiding Seminar Radar Nasional / [editor by] Mashury Wahab, Asep Yudi Hercuadi A.A.
Lestari, A.B. Suksmono, , Yuyu Wahyu, Pamungkas Daud.
vi + pp.; 21,0 x 29,7 cm
ISBN : 1979 - 2921
Radio Detecting and Ranging (Radar)
Technical editing by Yudi Yuliyus Maulana, Dadin Mahmudin, Deni Permana K,Yadi
Radiansah, Sulistyaningsih, Folin Oktaviani.
Cover design by Yadi Radiansah.
Diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Kampus LIPI Jl. Sangkuriang, Bandung
Telp. (022) 2504661 Fax. (022) 2504659
Website : www.ppet.lipi.go.id
ii
Pelindung
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI
Ketua Umum
Mashury Wahab
Panitia Pengarah
Lilik Hendradjaja, Dephan
Adang Suwandi, ITB
Syahrul Aiman, LIPI
Tatang A. Taufik, BPPT
Hiskia Sirait, LIPI
Andriyan B. Suksmono, ITB
A. Andaya Lestari, IRCTR-IB
Endon Bharata, IRCTR-IB
Nana Rachmana, ITB
Yuyu Wahyu, LIPI
Syamsu Ismail, LIPI
Rustini S. Kayatmo, LIPI
Eko Tjipto Rahardjo, UI
Adit Kurniawan, ITB
Panitia Pelaksana
Iskandar, ITB
Andi Kirana, RCS
Gunawan Handayani, ITB
Pamungkas Daud, LIPI
Folin Oktaviani, LIPI
Sulistyaningsih, LIPI
Yudi Yulius Maulana, LIPI
Dadin Mahmudin, LIPI
Deni Permana K., LIPI
Sri Hardiati, LIPI
Iqbal Syamsu, LIPI
Asep Yudi Hercuadi, LIPI
Yadi Radiansah, LIPI
Zaenul Arifin, LIPI
Endang Ridwan, LIPI
Lisdiani, LIPI
Poppy Sumarni, LIPI
Noorfiya Umniyati, LIPI
Dicky Desmunandar, LIPI
iii
Daftar Makalah
1.
Tinjauan Pemanfaatan Teknologi Seluler GSM Diaplikasikan Sebagai
Pasif Radar .............................................................................................................
Febrian Wijoseno, Adit Kurniawan, Arwin D.W.Sumantri
2.
Analisa FDOA-RADAR Sekunder Terhadap Gangguan Random Noise
Wahyu Widada dan Sri Kliwati …………………………………………………………..
3.
Sistem Identifikasi Pesawat Menggunakan Kecepatan dan Radar Cross
Section Pesawat Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation …………
Maman Darusman, Arwin Datumaya Wahyudi Sumari, Aciek Ida Wuryandari
4.
5.
The Performance Of Supervised And Unsupervised Neural Networks In
Performing Aircraft Identification Tasks …………………………………………….
Arwin Datumaya Wahyudi S, Aciek Ida Wuryandari, Maman Darusman, Nur
Ichsan Utama
Minimalisasi Sinyal Harmonik Radar Indra I dengan IF Lumped Element
Filter ........................................................................................................................
Liarto, A.A Lestari, Sri Hardiati
1-5
6-10
11-15
16-22
23-26
6.
First Results Of The Signal Processing Of INDERA ……………………………..
W. Sediono, A. A. Lestari
7.
Teknik Pengukuran Pola Radiasi Transduser Dwi-Fungsi Akustik
Bawah Air …………………………………………………………………………………
Syamsu Ismail
30-32
Analisis Penyesuai Impedansi NTL Menggunakan Metode Ekspansi
Fourier .....................................................................................................................
Rudy Yuwono, Achmad Setiawan, D.J. Djoko H.S
33-38
Antena Array Electronic Switch Beam Untuk Pengerahan Beam Antena
Pada Sistem Radar .................................................................................................
Yoko Wasis, Bambang Edhie Sahputra, Iswahyudi, Yogi Koswara, A.A Pramudita
39-41
8.
9.
27-29
10.
Antena UWB Bentuk T Untuk Aplikasi SFCW-GPR 100-1000 Mhz ...................
A.Adya Pramudita, A. Kurniawan, A. Bayu Suksmono, A.Andaya Lestari
42-46
11.
Sistem Trigger Pada Radar Maritim Indera ..........................................................
Oktanto Dedi Winarko, A. Andaya Lestari
47-51
12.
Penelitian-Penelitian Radar Dan Pendukungnya di Lipi .....................................
Masbah R.T. Siregar
52-56
13.
Karakterisasi Penggunaan Garis Kurva Pada Lengan Seri 3 dB Hybrid
Coupler MicrostripPita Lebar ................................................................................
Y.K. Ningsih, F.Y. Zulkifli, E.T. Rahardjo, A.A. Lestari
57-62
Optimasi Pemodelan Arima Dengan Efek Deteksi Outlier Pada Data
Curah Hujan Di Surabaya ......................................................................................
Achmad Mauludiyanto, Gamantyo Hendrantoro, Mauridhi Hery P, Suhartono
63-67
Desain Dan Simulasi Tranceiver Stepped Frequency ContinuousWave
Ground Penetrating Radar (SFCW GPR) 700 – 1400 Mhz ..................................
Tommi Hariyadi, Endon Bharata, Andriyan Bayu Suksmono
68-74
14.
15.
vi
16.
Sistem Antena Radar VHF Lapan .........................................................................
Peberlin Sitompul, Aries Kurniawan, M. Sjarifudin, MarioBatubara, Harry Bangkit,
Timbul Manik, J.R Roettger
17.
Pembuatan Modul Receiver Untuk Sistem Perangkat Pemancar
Jamming …………………………………………………………………………………..
Elan Djaelani
79-84
Pemanfaatan Sistem Pakar dalam Perancangan Sistem Analisa Masalah
Dan Penentu Tindakan Pemeliharaan Radar .......................................................
Edith Nurhidayat Kurniawan S. , Aciek Ida Wuryandari , Arwin D.W. Sumari
85-88
18.
75-78
19.
Penggunaan Radar Bagi Kepentingan Pertahanan Udara .................................
Suparman D, MM
20.
Kerjasama DEPHUT Dan Lembaga International dalam Penggunaan Radar
Untuk Mendukung Pengelolaan Hutan yang Lestari ……………………………...
Iwan Setiawan Priyambudi Santoso
95-96
Perbandingan Performansi Sistem Identifikasi Pesawat Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Mode Adaptive Resonance Theory 1 Dan 2 .................
Nur Ichsan Utama, Aciek Ida Wuryandari, Arwin D. W. Sumari
97-101
Ilmu Pengetahuan Rekayasa dan Teknologi Dan Seni (ILPERTEKS)
Untuk Pengembangan Radar Pengawas Pantai .................................................
,
Elan Djaelani Prof. Dr. Rohani J Widodo, Ridodi Anantaprama, Iwan Setiawan
102-108
21.
22.
89-94
23.
Usulan Pemakaian Radar Langit Untuk Daerah Khusus Atau Rawan ..............
Hari Satriyo Basuki
109-113
24.
Implementasi Peta Dinamis Pada Radar INDERA ...............................................
Deni Yulian, W. Sediono, A. Andaya Lestari
114-118
25.
Perancangan dan Realisasi Antena Rolled Dipole Untuk Keperluan
Ground Penetrating (GPR) Dengan Menggunakan Metoda Finite
Different Time Domain (FDTD) ..............................................................................
Yudi Yuliyus Maulana, Yuyu Wahyu, Folin Oktafiani dan AA Lestari
119-124
26.
Antena Ground Penetrating Radar Adaptif Terhadap Multi Pulsa .....................
Folin Oktafiani, Yuyu Wahyu, Yudi Yuliyus, A.A Lestari
27.
Estimasi Electromagnetic Interference (EMI) Dalam Sistem Antena Patch
Array Untuk Radar .................................................................................................
Sri Hardiati, Sulistyaningsih
129-132
Antena Dipole Dengan Pembebanan Resistif dan Layer Dielektrik Untuk
Ground Penetrating Radar (GPR) .........................................................................
Y.Wahyu, A.Kurniawan, Sugihartono, A.S Ahmad, A A Lestari
133-137
28.
125-128
29.
Kajian Mengenai Radar Clutter Dan Pengaruhnya Pada Unjuk Kerja Radar ...
Mashury Wahab dan Sulistyaningsih
138-142
30.
Pembangkit Chirp Untuk Radar FMCW Menggunakan DDS ..............................
Purwoko Adhi
143-146
vii
Perbandingan Performansi Sistem Identifikasi Pesawat
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Mode Adaptive Resonance
Theory 1 dan 2
Nur Ichsan Utama 1*, Aciek Ida Wuryandari 2*, Arwin D. W. Sumari 3*!
* Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung
Departemen Elektronika, Akademi Angkatan Udara Indonesia, Yogyakarta
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Labtek VIII, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10, Bandung – 40132
!
email: [email protected] 1, [email protected] 2, [email protected]
ABSTRAK
Radar akan memancarkan gelombang elektromagnetik untuk mengidentifikasi suatu obyek di udara dan
mengetahui data-data yang berkaitan dengan obyek tersebut meliputi jarak, ketinggian, arah dan kecepatan.
Biasanya untuk memudahkan identifikasi, sebuah radar akan dilengkapi dengan interrogator IFF (Identification
Friends or Foe) yang sering disebut juga sebagai SSR (Secondary Surveillance Radar). Interrogator IFF akan
mengirimkan sinyal pertanyaan kepada obyek yang ingin diidentifikasi. Pesawat atau obyek yang dilengkapi
dengan transponder (transmitter responder) akan menjawab sinyal pertanyaan tersebut secara otomatis berupa
kode identifikasi pesawat. Bila pesawat tidak dapat merespon pertanyaan yang diberikan , maka pesawat akan
diidentifikasikan sebagai penerbangan gelap (black flight). Untuk mengidentifikasi pesawat pada kasus
penerbangan gelap dapat dilakukan dengan menganalisa data RCS (Radar Cross Section) dan kecepatan dari
obyek yang bersangkutan. Seringkali data yang tertangkap di radar berupa RCS dan kecepatan pesawat dari
sebuah obyek tidak selalu sama. Agar proses identifikasi obyek di udara dapat dilakukan dengan cepat dan
memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi diperlukan sebuah sistem yang mampu mengidentifikasi suatu
obyek dengan kemampuan beradaptasi dengan data yang berubah-ubah namun tetap stabil. Sistem yang mampu
memenuhi kriteria tersebut adalah sistem yang mengaplikasikan jaringan saraf tiruan. Jaringan saraf tiruan
yang digunakan pada tugas akhir ini adalah jaringan saraf tiruan Adaptive Resonance Theory (ART) yang
mampu beradapatasi dengan data masukan baru namun tetap mampu mengenali dan menjaga kestabilan datadata yang telah dipelajari sebelumnya.
Kata Kunci: radar cross section, kecepatan, adaptive resonance theory, fusi informasi.
1.
akan dijadikan parameter untuk menentukan jenis
pesawat dari obyek yang tidak dikenal tadi.
Biasanya analisis data-data dari radar yang akan
digunakan untuk menentukan jenis pesawat yang
ingin diidentifikasi dilakukan secara manual dan hal
ini membutuhkan waktu. Agar waktu identifikasi
pesawat dapat dilakukan secara cepat dengan tingkat
keakuratan yang cukup baik, diperlukan sebuah
sistem identifikasi yang mampu beradaptasi dengan
input data yang berubah-ubah yang berasal dari
radar berupa RCS (Radar Cross Section) dan
kecepatan pesawat.
Penelitian pada tugas akhir ini bertujuan untuk
membuat software yang dapat mendeteksi jenis
pesawat dari suatu obyek pesawat yang tertangkap
oleh radar dengan cepat dan tingkat keakuratan yang
cukup baik. Jenis pesawat dapat diketahui dengan
mengolah data kecepatan dan RCS pesawat yang
terdeteksi oleh radar dengan menggunakan jaringan
syaraf tiruan adaptive resonance theory 1 (ART-1)
dan adaptive resonance theory 2 (ART-2).
PENDAHULUAN
Kemampuan radar untuk mendeteksi identitas suatu
obyek merupakan aspek penting dalam keamanan
udara, baik itu pada bidang militer maupun sipil.
Untuk mendeteksi identitas suatu obyek, sebuah
radar yang dilengkapi dengan interrogator IFF
(Identification Friend or Foe) akan mengirimkan
sinyal pertanyaan kepada obyek sasaran. Kemudian
secara otomatis obyek sasaran yang dilengkapi
dengan transponder (transmitter responder) akan
mengirimkan sinyal balasan berupa kode identifikasi
pesawat. Apabila pesawat tidak dapat merespon
pertanyaan yang diberikan maka pesawat akan
diidentifikasikan sebagai penerbangan gelap (black
flight) atau pesawat musuh (hostile).
Sebagai alternatif sistem identifikasi IFF atau yang
biasa juga disebut SSR (Secondary Surveillance
Radar), radar akan memancarkan gelombang mikro
ke arah obyek yang diidentifikasi sebagai hostile dan
menangkap pantulan dari gelombang itu untuk
mendapatkan data-data yang mungkin dari obyek
yang bersangkutan. Data-data yang didapatkan ini
2. TEORI DAN APLIKASI JARINGAN
SYARAF ART
97
2.1 Konsep Radar
Radar adalah kependekan dari Radio Detection and
Ranging. Radar merupakan sistem gelombang
elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi,
mengukur jarak, kecepatan dan membuat map
benda-benda seperti pesawat terbang, kendaraan
bermotor dan obyek-obyek lainnya[15]. Dalam
dunia penerbangan radar biasa digunakan untuk
mendeteksi suatu obyek yang sedang terbang dalam
suatu kawasan wilayah tertentu.
Gambar 2: Gambaran Plot RCS.
2.3 Kecepatan Pesawat pada Radar
Untuk mendeteksi kecepatan sebuah obyek, radar
akan menggunakan penggabungan antara teknik
pantulan gelombang dan azaz doppler. Teknik
pantulan gelombang biasa digunakan untuk
mengukur jarak antara sebuah obyek dan sumber
pemancar gelombang. Sedangkan azaz doppler
menjelaskan
tentang
perubahan
frekuensi
gelombang dikarenakan gerakan relatif sebuah
benda terhadap benda lainnya dalam hal ini dapat
dikatakan antara sumber gelombang terhadap obyek
sasaran. Pada radar, kecepatan pesawat yang
tertangkap dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan[14] 1 sebagai berikut.
Gambar 1:. Konsep Kerja Radar.
Prinsip yang menjadi kunci utama teknologi ini
adalah pantulan gelombang mikro dan implementasi
efek Doppler. Radar akan memancarkan sinyal atau
gelombang mikro kepada obyek yang ingin
diidentifikasi. pantulan dari gelombang mikro yang
mengenai obyek akan ditangkap oleh radar untuk
dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui lokasi dan
bahkan jenis obyek tersebut. Sistem radar memiliki
tiga komponen utama yaitu: antena, transmitter
(pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal)[15].
2.2 Radar Cross Section
fd = −
2u
λ
cos(θ )
(1)
Dimana fd adalah dopler shift, λ adalah panjang
gelombang, u adalah kecepatan pesawat, dan θ
adalah sudut antara arah pergerakan sinyal dan arah
obyek.
Radar Cross Section (RCS) adalah ukuran dari
kemampuan sebuah obyek untuk memantulkan
kembali sinyal yang dikirimkan ke arah radar.
Berdasarkan penjelasan teknis, RCS adalah suatu
perbandingan antara daya yang dipantulkan oleh
obyek kembali ke radar dengan kerapatan daya yang
dipancarkan radar kepada obyek. Besaran nilai RCS
tidak kemudian menunjukan luas sebenarnya dari
fisik obyek sasaran, namun lebih menunjukan
kemampuan obyek untuk memantulkan sinyal radar
ke arah antena radar penerima.
Gambar 2 menunjukan contoh RCS dari sebuah
pesawat terbang.
2.4 Adaptive Resonance Theory
Algoritma Adaptive Resonance Theory (ART)
dikembangkan untuk mengatasi masalah stabilitasplastisitas (stability-plasticity dilemma) yang
dihadapi oleh algoritma JST lainnya. Masalah
stabilitas-plastisitas mempertanyakan mengenai
bagaimana sebuah sistem pembelajaran dapat
menjaga pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya namun tetap memiliki kemampuan
untuk mempelajari input-input baru. Kunci untuk
menyelesaikan masalah stabilitas-plastisitas adalah
dengan menambahkan mekanisme feedback diantara
competitive layer (layer F2) dan input layer pada
jaringan.
98
Sensor
Database
Sistem
Informasi
Fusi
Decision
Operator
Gambar 3: Arsitektur ART-1.
Knowledge
Gambar 5: Konsep Fusi Informasi.
Kelas-kelas tataran fusi informasi sensor majemuk
(multisensor) pada ummnya digunakan untuk
aplikasi pengenalan sasaran otomatis (automatic
target recognition, ATR).
a. Fusi tataran piksel
Tataran ini diaplikasikan kepada data piksel
teregistrasi dari sekumpulan citra untuk
kepentingan fungsi deteksi dan diskriminan.
Data citra diperoleh dari sensor-sensor citra
seperti RADAR dan Forward Looking Infra
Red (FLIR).
Gambar 4: Arsitektur ART-2.
Arsitektur JST ART terdiri atas : satu lapisan
pengolahan masukan yang juga sebagai lapisan
perbandingan (comparison layer) pola yang disebut
dengan lapisan F1, unit-unit cluster yang merupakan
lapisan pengenalan yang disebut dengan lapisan F2
dan suatu mekanisme untuk mengontrol derajat
kemiripan pola-pola untuk ditempatkan pada cluster
yang sama yang disebut dengan mekanisme Reset.
JST
ART
dirancang
untuk
memudahkan
pengontrolan derajat kemiripan pola yang
ditempatkan pada cluster yang sama. Sebuah sistem
ART terdiri dari 2 subsistem, yaitu attentional
subsystem dan orienting subsystem.
2.5 Informasi Fusi
Fusi informasi atau fusi data adalah suatu teknik
pengombinasian data atau informasi untuk
memperkirakan (estimate) atau memprediksi hasil
keluaran dari berbagai keadaan entitas. Entitasentitas tersebut dapat berbentuk fisik atau non-fisik.
Masukan-masukan suatu sistem informasi dapat
berupa :
data hasil observasi sensor-sensor,
masukan-masukan perintah dan data dari
operator atau pengguna,
data pendahuluan dari suatu basis data yang
telah ada.
b.
Fusi tataran fitur
Tataran ini mengombinasikan fitur-fitur obyek
yang dideteksi dan dipisahkan di dalam masingmasing wilayah sensor. Fitur-fitur setiap obyek
diekstraksi secara independen di dalam setiap
wilayah dan membentuk satu ruang fitur
bersama untuk klasifikasi obyek.
c.
Fusi tataran keputusan
Tataran ini mengombinasikan keputusankeputusan dari jalur-jalur klasifikasi atau
deteksi sensor-sensor dengan nilai heuristik
seperti M-of-N, suara terbanyak maksimum
(maximum vote), atau jumlah terbobot (weighted
sum) untuk keputusan tegas (hard decision) dan
metoda Bayes, DS dan variabel fuzzy untuk
keputusan halus (soft decision).
3. DESAIN SISTEM DAN IMPLEMENTASI
KONSEP
3.1 Desain Sistem
sistem identifikasi pesawat dibagi menjadi tiga blok
yaitu blok inisiasi, blok identifikasi, dan blok
pemrosesan final.
99
Arsitetktur sistem dapat dilihat pada Gambar
Blok identifikasi dibagi menjadi dua blok yaitu blok
mode pembelajaran dan blok mode pakai. 3.3.1 Blok
5
Gambar 6: Arsitetktur Sistem.
3.2 Blok Proses Inisiasi
Blok proses inisiasi merupakan blok yang akan
diproses untuk mempersiapkan input yang akan
digunakan oleh blok identifikasi.
Untuk
mendapatkan data input, sistem akan mengekstrak
data RCS dan kecepatan dari database pesawat.c
Mode Pembelajaran
Gambar 7: Diagram Blok Pembelajaran.
Untuk proses yang menggunakan ART-1, data-data
yang ada pada database pesawat akan diubah
terlebih dahulu ke dalam bentuk biner. Pada
penelitian ini, proses inisiasi hanya melakukan tugas
sederhana, yaitu merubah data dalam bentuk angkaangka ke dalam bentuk biner. Data-data masukan
pada database dapat dilihat pada Tabel 1.
Blok mode belajar dimulai dengan sistem menerima
data masukan berupa vektor berdimensi tertentu.
Sistem kemudian akan berusaha mengelompokkan
data masukan ke dalam cluster tertentu berdasarkan
parameter vigilance dan hasil perhitungan data yj.
Apabila hasil perhitungan yj dan tes vigilance
memperlihatkan data masukan tidak dapat
dikelompokkan dalam suatu cluster, sistem akan
menandai cluster itu dan mencoba perhitungan
untuk data cluster lainnya. Pencocokan akan terus
dilakukan selama data masukan masukan belum
memenuhi tes vigilance dan data belum habis.
3.3 Blok Identifikasi
3.3.2 Blok Mode Pakai
Blok mode pakai pada prinsipnya sama dengan
diagram alir mode belajar. Hanya saja pada mode
pakai, setelah dilakukan proses pencocokan, apabila
kemudian ditemukan cluster pemenang dan
memenuhi tes vigilance, sistem tidak akan
melakukan modifikasi terhadap bobot-bobot cluster.
Hal yang sama juga berlaku, apabila pada proses
pencocokan tidak ada satupun cluster yang
memenuhi parameter vigilance yang diberikan maka
sistem tidak akan melakukan proses pemasukan
cluster baru.
3.4 Blok Pemrosesan Final
Blok pemrosesan final merupakan blok fusi hasil
yang didapatkan dari proses ART RCS dan proses
100
ART kecepatan. Blok fusi diimplementasikan agar
diperoleh hasil identifikasi yang lebih akurat.
3.5 Hasil Implementasi dan Uji Simulasi
Gambar 11:Contoh Tampilan Program BelajarART-2
Gambar 12: Contoh Tampilan Program Mode Pakai
ART-2
Gambar 8: Contoh Report Kecepatan ART-1
Gambar 12: Contoh Tampilan Program Simulasi
Gambar 9: Contoh Report RCS ART-1
KESIMPULAN
Tabel 1: Tabel Hasil Pembelajaran
Berdasarkan
seluruh
proses
perancangan,
implementasi, dan pengujian sistem, dapat diambil
kesimpulan sebagai berkut.
¾ Pada JST ART-1, semakin besar parameter
vigilance maka jumlah cluster yang terbentuk
akan semakin banyak. Sedangkan pada JST
ART-2, semakin kecil parameter vigilance maka
jumlah cluster yang terbentuk akan semakin
banyak.
¾ Pada JST ART-1, semakin besar parameter
vigilance maka ketelitian pencocokan akan
semakin baik. Ketelitian pencocokan yang
sangat baik tidak menjamin sistem dapat bekerja
dengan efektif.
¾ Besarnya nilai parameter vigilance perlu
ditentukan dengan baik agar sistem dapat
bekerja dengan optimal. Hasil uji simulasi pada
bab 4 menunjukkan nilai parameter vigilance
yang optimal akan berbeda-beda untuk jenis
data masukan yang berbeda.
¾ Jumlah cluster yang terbentuk pada fase
pembelajaran akan berpengaruh terhadap
ketelitian pencocokan pada mode pakai.
Semakin banyak cluster yang terbentuk
ketelitiannya akan semakin baik.
DAFTAR REFERENSI
Gambar10:Contoh Tampilan Program Belajar ART-1
101
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
Fausett, Laurene (1993), Fundamental of
Neural Networks, Prentice-Hall.
Freeman, James A., Skapura, David M.
(1991), Neural Networks Algorithms,
Applications, and Programming Techniques,
Addison Wesley Longman Publishing Co.,
Inc., Redwood City.
Hall, David L., Llinas, James (2001),
Handbook of Multisensor Data Fusion, CRC
Press, United States of America.
Harre, Ingo (2004), RCS in Radar Range
Calculations
for
Maritime
Targets,
http://www.marit.de/Radar/RCS/RCS_xx.pdf, 24 November
2008, 20.30 WIB.
Hestiningsih, Idhawati (____), Kecerdasan
Buatan,
http://www.unimmer.ac.id/
download/Kecerdasan_buatan.pdf,
3
Desember 2008, 10.30 WIB.
Kung, S.Y. (1993), Digital Neural Networks,
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J.
Nopriansyah (2008), Sistem Identification
Friend, Foe, or Neutral Radar Menggunakan
Radar Cross Section dan Kecepatan Pesawat,
Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi
Bandung.
Skolnik, Merril I. (1990), Radar Handbook,
McGraw-Hill, United States of America, 2nd
Edition.
Sumari, Arwin D.W. (2008), Desain
Implementasi
Sistem
Fusi
Informasi
Multiagen untuk Mendukung Pengambilan
Keputusan dalam Perencanaan Operasi
Udara, Tesis Magister, Institut Teknologi
Bandung.
Sumari, Arwin D.W. (1996), Metode Temu
Kembali
Informasi
Secara
Cerdas
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Model
Adaptive Resonance Theory, Tugas Akhir
Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
______________,
Doppler
Effect
in
Accoustics,
http://physicsanimations.com/Physics/English/wave_txt.ht
m#Doppler, 25 November 2008, 20.00 WIB.
______________,
A-OA-148-001/AG-000
Manual
of
Instrument
Flying,
http://www.icpschool.com/Downloads/files/OOA-148/pdfs/Chap21a.PDF,
2 Desember
2008, 09.00 WIB.
______________,
http://www.airtoaircombat.com, 3 Februari
2008, 11.00 WIB.
______________, Lab Exercise 7 : Doppler
Radar,
http://www.eecs.umich.edu
/emag/labmanual/EECS330_LE7.pdf,
3
Desember 2008, 10.00 WIB.
______________,
Radar,
http://lasonearth.files.wordpress.com/2008/05
/pdf_ radar1.pdf, 3 Desember 2008, 10.15
WIB.
102