BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejang Demam

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejang Demam
2.1.1 Pengertian kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38oC) akibat suatu proses ekstra
kranial.6
Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak yang berumur 6 bulan
sampai 4 tahun. Pada kejang demam terjadi pembahasan sekelompok
neuron secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran,
gerak, sensori atau memori yang bersifat sementara.8
2.1.2 Klasifikasi Kejang Demam
Kejang Demam pertama kali oleh Livingstone (1954) di bagi dua
golongan:9
1. Kejang Demam Sederhana atau Simple Febrile Convulsion dengan
kriteria :
a. Kejang umum atau bilateral

b. Kejang berlangsung singkat (kurang dari 15menit)
c. Umur waktu kejang kurang dari 6 tahun.
d. Frekuensi kurang dari 4 kali dalam setahun
e. EEG normal sesudah paling sedikit 1 minggu setelah bebas panas.

7

8

2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam (Epylepsi Triggered of by
fever) ialah :
a. Kejang lama atau fokal
b. Umur lebih dari 6tahun
c. Frekuensi serangan lebih dari 4 kali per tahun
d. EEG normal.
Pada Sub Bagian Saraf Anak bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI
menggunakan kriteria Livingstone yang telah dimodifikasi yaitu sebagai
berikut :
a. Umur saat kejang 6 bulan – 4 tahun.
b. Lama kejang tidak melebihi 15 menit.

c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul 16 jam pertama setelah demam
e. Pemeriksaan neurologik setelah dan sesudah kejang normal.
f. Pemeriksaan neurologik yang dibuat minimal 1 minggu setelah kejang
normal.
g. Frekuensi bangkitan kejang tidak lebih dari 4 kali dalam setahun.
Kejang demam yang memenuhi kriteria tersebut diatas
digolongkan kejang demam sederhana, sedangkan yang tidak
memenuhi kriteria tersebut diatas dimasukan dalam golongan epilepsi
yang diprovokasi oleh demam (ada juga yang menyebutnya sebagai
kejang demam komplek).

9

Menurut Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI, (2006) membuat
klasifikasi kejang demam pada anak menjadi:8
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) terjadi secara
singkat durasi kurang dari 15 menit, kejang dapat umum, tonik, dan
atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri tanpa gerakan fokal dan

tidak berulang dalam 24 jam.
2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure) disertai
demam tinggi, kejang lama durasi lebih dari 15 menit. Kejang fokal
atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial dan
berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
2.1.3 Etiologi Kejang Demam
Penyebab kejang demam atau Febrile Convulsion hingga kini belum
diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi
saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan
kejang. Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami
hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia,
asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi.
Kejang yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel
apabila stimulus pencetusnya dihilangkan.9

10


2.1.4 Patofisiologi Kejang Demam
Pada saat kenaikan suhu 1o C, maka terjadi peningkatan
metabolisme basal dan oksigen yang menyebabkan perubahan
keseimbangan membran sel neuron. Sel dikelilingi oleh membran yang
terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu
ionik, dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.10
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa, sifat proses itu adalah
oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui system kardiovaskuler.10

Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air.
Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam

11

yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya,
kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion
didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut
potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K,
ATP yang terdapat pada permukaan sel. 10
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan
perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang
datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena
penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 %

dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu
pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan
yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya
kejang.10

12

Gambar 2.1 Patofisiologi Kejang Demam.10
2.2. Gambaran Klinis dan Laboratorium Kejang Demam
2.2.1 Gambaran Klinis Kejang Demam
Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut:11
1. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
2. Kejang umum tonik dan atau klonik
Kejang Tonik adalah: Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa
pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum

dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi
atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk
dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus
di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang
meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis

13

kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan
baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti
oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio
cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau
oleh ensepalopati metabolik.
3. Umumnya berhenti sendiri
4. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
5. Tanda atau gejala otomik, muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
2.2.2 Gambaran Laboratorium Kejang Demam

1. Pemeriksaan laboratorium
a.

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi

penyebab

demam,

atau

keadaan

lain,

misalnya

gastroenteritis dehidrasi disertai demam.

b.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya: darah
perifer, elektrolit dan gula darah.

c.

Lumbal pungsi:

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%.12

14

Meningitis dapat menyertai kejang, walupun kejang biasanya bukan
satu-satunya tanda meningitis. Faktor resiko meningitis pada pasien
yang datang dengan kejang dan demam meliputi berikut ini: 12
1) Kunjungan ke dokter dalam 48 jam
2) Aktivitas kejang saat tiba di rumah sakit

3) Kejang fokal, penemuan fisik yang mencurigakan (seperti merahmerah pada kulit, petekie) sianosis, hipotensi
4) Pemeriksaan saraf yang abnormal
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh
karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1) Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2) Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3) Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
2. Pencitraan
a. Foto X-Ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography
scan (CT-Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang
sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
b. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
c. Paresis Nervus VI
d. Papiledema

15


e. CT scan sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan kejang
demam kompleks.
3. Tes lain (EEG)
a. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan.
b. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas;
misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.
EEG

tidak

diperlukan

pascakejang

demam

sederhana

karena

rekamannya akan membuktikan bentuk Non-epileptik atau normal dan
temuan tersebut tidak akan mengubah manajemen. EEG terindikasi
untuk kejang demam atipik atau pada anak yang berisiko untuk
berkembang epilepsi. Kejang demam atipik meliputi kejang yang
menetap selama lebih dari 15 menit, berulang selama beberapa jam atau
hari, dan kejang setempat. Sekitar 50% anak menderita kejang demam
berulang dan sebagian kecil menderita kejang berulang berkali-kali.
Faktor resiko untuk perkembangan epilepsi sebagai komplikasi kejang
demam adalah riwayat epilepsi keluarga positif, kejang demam awal
sebelum umur 9 bulan, kejang demam lama atau atipik, tanda
perkembangan yang terlambat, dan pemeriksaan neurologis abnormal.
Indidens epilepsi adalah sekitar 9% bila beberapa faktor risiko ada

16

dibanding dengan insiden 1% pada anak yang menderita kejang demam
dan tidak ada faktor resiko
2.3 Faktor resiko yang berhubungan dengan kejang demam
Faktor – faktor yang berhubungan terjadinya kejang demam pada anak
diantaranya adalah : 13
2.3.1 Faktor umur
Faktor umur merupakan salah satu faktor resiko utama yang
berhubungan dengan kejang demam karena hal ini erat kaitannya
dengan kematangan otak, tingkat kematangan otak dalam bidang
anatomi, fisiologi dan biokimiawi otak. 13
Umur dapat menentukan kemungkinan terjadinya penyakit
tartentu sepanjang jangka hidup. Kerentanan terhadap infeksi berubah,
bayi sangat rentan terhadap infeksi, lahir dengan hanya memiliki anti
body dari ibu, sistem imunimatur bayi belum mampu menghasilkan
immunoglobulin yang diperlukan. Kejang demam merupakan kelainan
neorologis yg paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
golongan anak 6 bulan sampai 5 tahun.13
2.3.2 Faktor suhu tubuh.
Demam apabila hasil pengukuran suhu tubuh mencapai diatas
37,8°C aksila atau 38°C rektal. Demam dapat disebabkan oleh
berbagai sebab, tetapi pada anak tersering disebabkan oleh infeksi.
Demam merupakan faktor utama timbul bangkitan kejang demam.
Perubahan kenaikan temperatur tubuh berpengaruh terhadap nilai

17

ambang kejang dan ekstabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh
berpengaruh pada kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi
ATP.14
Setiap kenaikan suhu tubuh satu derajat celsius akan
meningkatkan metabolisme karbohidrat 10-15% sehingga dengan
adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan
glukosa dan oksigen. Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia
jaringan termasuk jaringan otak. Pada keadaan metabolisme di siklus
skreb normal, satu molekul glukosa akan menghasilkan 38 ATP,
sedangkan pada keadaan hipoksia jaringan metabolisme anaerob, satu
molekul glukosa hanya akan menghasilkan 2 ATP, sehingga pada
keadaan hipoksia akan kekurangan energi, hal ini akan mengganggu
fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat oleh sel glia.14

Kedua hal tersebut mengakibatkan masuknya ion Na + ke dalam
sel meningkat dan timbunan asam glutamat ekstrasel. Timbunan asam
glutamat ekstrasel akan mengakibatkan permeabilitas membran sel
terhadap ion Na+ sehingga semakin meningkatkanmasuknya ion Na+ ke
dalam sel. Masuknya ion Na+ ke dalam sel dipermudah dengan adanya
demam, sebab demam akan meningkatkan mobilitas dan benturan ion
terhadap membran sel. Perubahan konsentrasi ion Na+ intrasel dan
ekstrasel tersebut akan mengakibatkan perubahan potensial membran
sel neuron sehingga membran sel dalam keadaan depolarisasi. Selain

18

itu demam dapat merusak neuron GABA-ergik sehingga fungsi
inhibisi terganggu.14
2.3.3 Faktor riwayat keluarga
Mekanisme peranan faktor riwayat keluarga pada terjadinya
kejang demam terutama disebabkan oleh adanya mutasi gen-gen
tertentu yang mempengaruhi esktabilitas ion-ion pada membran sel.
Mekanisme yang mempengaruhi peristiwa tersebut sangat kompleks.
Secara teoritis defek yang diturunkan pada tiap-tiap gen pengkode
protein yang menyangkut ekstabilitas neuron dapat mencetuskan
bangkitan kejang. Penelitian yang dilakukan oleh lumbantobing
mendapatkan

hasil

bahwa

20-25%

penderita

kejang

demam

mempunyai riyawat keluarga yang juga pernah menderita kejang
demam.
2.3.4 Faktor usia saat ibu hamil
Menurut Soetomenggolo (2007), usia ibu pada saat hamil sangat
menentukan status kesehatan bayi yang akan dilahirkan. Usia ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat mengakibatkan
berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan, komplikasi kehamilan
diantaranya hipertensi dan eklampsia, sedangkan ggangguan pada
persalinan adalah trauma persalinan. Komplikasi kehamilan dan
persalinan dapat menyebabkan prematuritas, bayi berat lahir rendah,
penyulit persalinan dan partus lama. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan janin dengan asfiksia. Pada asfiksia terjadi hipoksia

19

dan iskemia. Hipoksia dapat mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi
dan atau meningkatnya fungsi neuron eksitasi sehingga mudah timbul
kejang bila ada rangsangan yang memadai.15
2.3.5 Lama demam sebelum kejang.
Makin pendek jarak antar mulainya demam dengan terjadinya kejang
demam, makin besar risiko untuk terjadi berulangnya kejang demam.
2.3.6

Komplikasi Kejang Demam
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang
yang berlangsung lebih lama (>15 menit) biasanya disertai apnoe,
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat, hipotensi artrial, suhu tubuh
makin

meningkat,

metabolisme

otak

meningkat

yang

dapat

menyebabkan kerusakan saraf dan sel-sel otak.16
2.3.7 Tata Laksana kejang demam
a. Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk:6
1. Mencegah kejang demam berulang
2. Mencegah status epilepsi
3. Mencegah epilepsi atau mental retardasi.
4. Normalisasi kehidupan anak dan keluarga
b. Pengobatan fase akut
Membebaskan jalan napas dan memantau fungsi vital tubuh. Saat ini
diazepam intravena atau rektal merupakan obat pilihan utama. Dosis

20

diazepam pada anak adalah 0,3 mg/kg BB diberikan secara intervena
pada kejang demam fase akut tetapi pemberian tersebut sering gagal
pada anak yang lebih kecil maka diazepam dapat diberikan per rektal
dengan dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg. Bila diazepam
tidak tersedia, dapat diberikan luminal suntikan intramuskular dengan
dosis awal 30 mg untuk neonatus, 50 mg untuk usia 1 bulan sampai 1
tahun, dan 75 mg untuk usia lebih dari satu tahun. Midazolam
intranasal (0,2 mg/kg BB) setelah di teliti aman dan efektif untuk
mengantisipasi kejang demam akut pada anak.6
c. Pengobatan profilaksis
1. Intermittent : anti konvulsan segera diberikan pada waktu pasien
demam (suhu rektal lebih dari 380C) dengan mengunakan diazepam
oral atau rektal, klonazepam atau klorahidrad supositoria
2. Terus menerus dengan memberikan fenobarbital atau asam valporat
tiap hari untuk mencegah berulangnya kejang demam.6

2.4 Penelitian Terkait
Hasil penelitian Siregar tentang Gambaran klinis kejang demam di instalasi
anak RSUD Sleman Yogyakarta Periode 1 Januari 2009 – 31 Desember 2010
didapat, dari 106 kasus yang memenuhi kriteria penelitian gambaran klinis
kejang demam adalah 83 kasus (78,3%) kejang demam sederhana dan 23 kasus
(21,7%) kejang demam kompleks. Kejadian kejang demam pada laki-laki
sebanyak 63 kasus (59,4%) dan perempuan 43 kasus (40,6%). Kejang demam
terjadi pada anak umur 13-48 bulan sebanyak 68 kasus (64,2%), lama kejang

21

terbanyak kurang dari 5 menit sebanyak 94 kasus (88,7%), dengan suhu badan
lebih dari 39o C sebanyak 39 kasus (36,8%).7

2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset
berasal atau dikaitkan.17

Demam
(suhu> 38,2’C)
Metabolisme
basal meningkat
( 10 – 15%)

Kebutuhuhan O2
Meningkat
(+ 20%)

Kejang
Kesadaran menurun

Kesadaran tidak menurun

Kejang demam sederhana

Infeksi intrakranial

Gambaran klinis





Et Causa
Tonsilitis
Faringitis
Otitis Media
Gastroentritis

22

Gambaran laboratorium
Sumber: 16

Gambar 2.2 Kerangka teori

2.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang
berhubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan.17

Gambaran klinis
Kejang Demam
Sederhana (KDS)
Gambaran Laboratorium

Gambar 2.3 Kerangka konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti akan mencari gambaran klinis
dan laboratorium pada anak penderita Kejang Demam Sederhana (KDS) di
RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013.

23