PERAN PANTI ASUHAN YATIM CABANG MUHAMMADIYAH JUWIRING KLATEN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK Peran panti asuhan yatim cabang muhammadiyah juwiring klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh tahun 2014.

(1)

PERAN PANTI ASUHAN YATIM CABANG MUHAMMADIYAH JUWIRING KLATEN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK

ASUH TAHUN 2014

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

EMY SUSILOWATI NIM: G000100112 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4428

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014


(2)

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan di bawah ini Pembimbing Skripsi/Tugas Akhir:

Nama : Drs. Najmuddin Zuhdi, M.Ag. Sebagai : Pembimbing I

Nama : Drs. Arif Wibowo, M.Ag. Sebagai : Pembimbing II

Telah membaca dan mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah yang merupakan ringkasan Skripsi (Tugas Akhir) dari mahasiswa:

Nama : Emy Susilowati NIM : G000100112 Program Studi : Tarbiyah

Judul Skripsi : PERAN PANTI ASUHAN YATIM CABANG MUHAMMADIYAH JUWIRING KLATEN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 2014

Naskah Artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.

Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 12 Desember 2014

Pembimbing I,

Drs. Najmuddin Zuhdi, M.Ag.

Pembimbing II,


(3)

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH









Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Emy Susilowati

NIM / NIRM : G000100112 / 10/X/02.2.1/T/4428 Fakultas : Agama Islam

Program Studi : Tarbiyah Jenis : Skripsi

Judul Skripsi : PERAN PANTI ASUHAN YATIM CABANG MUHAMMADIYAH JUWIRING KLATEN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 2014

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyutujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hokum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 12 Desember 2014 Yang Menyatakan,


(4)

ABSTRAK

Peran Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah Juwiring Klaten dalam Membentuk Kemandirian Anak Asuh Tahun 2014

Oleh: Emy Susilowati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah dan faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam membentuk kemandirian anak asuh. Metode penelitian ini menggunakan metode penulisan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif, dengan penarikan kesimpulan yaitu metode induktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk peran Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah Juwiring Klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh berupa upaya penyelenggaraan pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Bentuk dari pendidikan formal yaitu dengan memberikan pendidikan yang layak bagi anak asuh melalui memasukkan mereka ke berbagai sekolah. Adapun bentuk pendidikan nonformal berupa penyelenggaraan pembinaan keterampilan yang meliputi pembinaan memasak, pelatihan kerja, dan kewirausahaan. Sedangkan bentuk pendidikan informal berupa pembinaan shalat farḍu berjamā’ah, tahajud, kajian keislaman, taḥsin, hafalan al-Qur’an, murāja’ah, serta pengadaan piket.

Adapun faktor pendukung dalam pembentukan kemandirian anak asuh antara lain antara lain (1) tersedianya asrama atau tempat, (2) adanya pengasuh dan anak asuh, (3) tersedianya dana yang memadai, (4) adanya sarana yang menunjang, (5) pola makan yang teratur dan bergizi. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain (1) setiap anak mempunyai karakter dan latar belakang yang berbeda, (2) lingkungan luar dan sekolah.


(5)

1 PENDAHULUAN

Kemandirian mempunyai pengaruh yang besar di masa depan anak, apabila tidak direspons secara tepat dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi perkembangan psikologis anak. Karena pada saat itu anak sedang mencari jadi diri mereka. Untuk itu orang tua harus memberikan bimbingan dan arahan kepada anak untuk mempersiapkan anak mengarungi kehidupan di masa mendatang.

Keluarga adalah pembimbing pertama dan utama, karena dari keluarga anak pertama kali memperoleh dasar-dasar pendidikan untuk menanamkan kemandirian dalam dirinya yang penting bagi perkembangan pribadi maupun psikologis anak.

Ada beberapa anak yang dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarga karena alasan tertentu, misalnya orang tua telah meninggal dunia dan menjadi anak yatim piatu, anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan terlantar,

sehingga kebutuhan pendidikannya tidak terpenuhi secara wajar.1

Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah merupakan salah satu wadah untuk pemenuhan pendidikan formal, informal maupun non formal bagi anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, dan anak-anak terlantar untuk membentuk watak, dan kemandirian anak sehingga mempunyai bekal yang cukup di masa depan. Para pengasuh mempunyai peranan penting dalam proses pembentukan kemandirian anak asuh. Salah satunya dengan menggunakan pengasuhan demokrasi yaitu mendorong anak untuk menjadi mandiri, tetapi tetap memberikan batasan-batasan atau aturan serta mengontrol anak.2 Pengasuhan yang berlebihan justru akan menumbuhkan ketergantungan kepada orang lain. Pembentukan kemandirian anak di Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah dengan cara mengajarkan

1

Novia Irma Lutviyanti, Internalisasi

Pendidikan karakter dalam Membentuk Kemandirian anak di Pondok Asih Sasami Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri

(Skripsi: UNS, 2013), unpublished.

2

Bety Bea Septriani, Mencetak Balita

Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), hlm. 172.


(6)

2

pengetahuan umum melalui pendidikan formal, dan melalui pendidikan nonformal maupun informal yang berupa mengajarkan pengetahuan agama dan ketrampilan. Di panti tersebut mempunyai kelebihan dalam pengembangan imtaq yaitu dalam bentuk program taḥfiẓ.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Peran Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah Juwiring Klaten dalam Membentuk Kemandirian Anak Asuh Tahun 2014”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa peran Panti

Asuhan Yatim Cabang

Muhammadiyah Juwiring Klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh? dan apa faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk kemandirian anak asuh di Panti

Asuhan Yatim Cabang

Muhammadiyah Juwiring Klaten? Beberapa penelitian yang relevan dan dapat dijadikan bahan telaah oleh penulis antara lain: 1. Ari Sugiyono dalam skripsinya

yang berjudul “Kemandirian

Belajar Anak Yatim Kajian

Deskriptif tentang Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Asuh di Panti Asuhan Nur Hidayah Banyuanyar Surakarta” menyimpulkan bahwa proses penanaman nilai-nilai kemandirian belajar bagi anak asuh di panti asuhan Nur Hidayah telah berjalan. Hal ini terlihat dari adanya keinginanan dan keberanian anak asuh untuk menampilkan minat, kreativitas dan permasalahannya, adanya kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, adanya kebebasan anak asuh dalam melalukan aktivitas belajar tanpa tekanan pengasuh atau pihak lainnya, adanya usaha para pengasuh untuk selalu partisipasi anak asuh untuk belajar mandiri secara aktif, peran pengasuh yang tidak mendominasi proses kegiatan belajar anak asuh, dan memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk belajar menurut cara dan keadaannya masing-masing.3

3

Ari Sugiyono, Kemandirian Belajar Anak

Yatim Kajian Deskriptif tentang

Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Asuh di Panti Asuhan Nur Hidayah


(7)

3

2. Suci Nurjanah dalam skripsinya yang berjudul “Peran Pendidikan

Pesantren dalam Membentuk

Kemandirian Belajar Santri

(Studi Kasus Santriwati Kulliyatul Mu’allimat Al-Islamiyah Ta’mirul

Islam Surakarta) Tahun

2009/2010” menyimpulkan

bahwa peran pendidikan Pesantren Ta’mirul Islam adalah dengan menerapkan pendidikan formal maupun non formal yaitu pendidikan yang lebih melibatkan keaktifan santri. Sedangkan bentuk kemandirian belajar yang ditunjukkan oleh santri Ta’mirul Islam antara lain: mencukupi kebutuhan sendiri, mengerjakan tugas rutin tanpa harus dipaksa, mengatasi kesulitan belajar sendiri, evaluasi hasil belajar, bertanggung jawab atas tindakannya, menggunakan sebagian waktu kosong, memilih strategi belajar, menemukan identitas dirinya, membuat pertimbangan dalam tindakannya, mampu membuat keputusan dalam bentuk memilih, percaya diri, membekali diri dengan

Banyuanyar Surakarta (Skripsi: UMS,

2009), unpublished.

berpengetahuan dan

keterampilan.4

3. Anisa Fitri Shofiyani dalam skripsinya yang berjudul “Peran

Panti Asuhan Yatim Putri

Aisyiyah Surakarta dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013” menyimpulkan bahwa upaya pembinaan akhlak anak asuh secara umum dapat terlihat dari berbagai program kegiatan yang diselenggarakan, meliputi pembinaan keagamaan dan pembinaan ketrampilan.

Adapun pembinaan

keagamaannya meliputi yaitu: kajian keislaman, shalat fardlu berjama’ah, membaca al-qur’an dan hafalan juz ‘amma, puasa senin kamis, menutup aurat. Sedangkan pembinaan ketrampilan meliputi memasak, dan tapak suci. Faktor yang mendukung peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta dalam upaya pembinaan akhlak antara lain: tersedianya tempat atau asrama, adanya pengasuh dan

4

Siti Nurjanah, Peran Pendidikan Pesantren

dalam Membentuk Kemandirian Belajar Santri (Studi Kasus Santriwati Kulliyatul Mu’allimat Al-Islamiyah Ta’mirul Islam

Surakarta) Tahun 2009/2010 (Skripsi: UMS,


(8)

4

anak asuh, tersedianya dana yang cukup memadai, materi kajian keislaman, pembinaan keseharian. Sedangkan faktor yang menghambat dalam upaya pembinaan akhlak antara lain: berbedanya latar belakang kehidupan anak asuh dan pengaruh lingkungan.5

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.6 Menurut Soekanto, peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.7

Peran panti asuhan yaitu perangkat tindakan yang dimiliki seseorang untuk memberikan pelayanan, perlindungan, pendidikan, kasih sayang, keterampilan dan lain sebagainya bagi anak yatim, atau yatim piatu, dan anak terlantar serta

5

Anisa Fitri Shofiyani, Peran Panti Asuhan

Yatim Putri Aisyiyah Surakarta dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun

2013 (Skripsi: UMS, 2013), unpublished.

6

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 854.

7

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu

Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 212.

membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar dalam membentuk tingkah anak supaya dapat bersaing dan memiliki kedudukan dalam masyarakat.

Dalam membentuk

kemandirian anak dapat dilakukan melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa ada tiga jenis pendidikan, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Dalam proses pendidikan tidak terlepas dari bentuk pola pengasuhan yang diterapkan orang tua pada anak-anaknya. Pola pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan lain sebagainya. Pola asuh mengacu pada dua komponen, yaitu kasih sayang dan tuntutan. Berdasarkan tingkat kasih sayang dan tututan orang tua dalam pengasuhan, maka pola pengasuhan dibedakan menjadi empat jenis, yaitu pola asuh otoriter, demokrasi, permisif dan pola asuh abai (tidak peduli).


(9)

5

Kemandirian mengandung pengertian:

1) Keadaan seseorang yang tidak bergantung pada orang lain. 2) Mampu mengambil keputusan

dan inisiatif untuk mengatasi rintangan yang dihadapi. 3) Memiliki rasa percaya diri

dalam mengerjakan tugasnya dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.

Strategi dalam membentuk kemandirian anak adalah satu kesatuan rencana, upaya serta kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh dalam membina anak asuh agar kemandirian terbentuk dalam dirinya.

Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.8 Kata metode dikaitkan dengan membentuk kemandirian, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk membentuk kemandirian pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi yang mandiri. Untuk membentuk kemandirian pada diri anak ada

8

Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan

Karakter dalam Keluarga (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), hlm. 59.

beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain: metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, dan metode penghargaan dan hukuman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode kulitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamanati.9

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.10

Tempat penelitian ini adalah Panti Asuhan Yatim Juwiring Klaten

9

Lexy J Moleong, Metodoligi Penelitian

Kualitatif: edisi revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 4.

10


(10)

6

Tahun 2014. Adapun subjek yang akan diteliti adalah pengasuh dan anak asuh yang tinggal di asrama Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah Tahun 2014 yang sedang duduk di bangku sekolah yaitu tingkat SLTP dan SLTA.

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.11 Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Adapun metode-metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

11

Suharsimi Arikunto, Manajemen

Penelitian (Jakarta: RINEKA CIPTA,

2007), hlm, 100.

keadaan sebenarnya.12 Kemudian penarikaan kesimpulaan dari hasil analisis data digunakan metode induktif. Metode induktif merupakan proses penalaran di mana observasi atau pengamatan menjadi dasar untuk merumuskan teori, hipotesis serta interpretasi.13

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Peran Panti Asuhan Cabang Muhammadiyah Juwiring Klaten dalam Membentuk Kemandirian Anah Asuh

Panti Asuhan Cabang Muhammadiyah Juwiring Klaten mempunyai peran yang penting dalam upaya membentuk kemandirian anak asuh yang ada di asrama. Peran tersebut diwujudkan dengan memberikan pelayanan, bimbingan, pendidikan, kasih sayang, keterampilan melalui berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus yaitu dengan pendidikan formal, nonformal maupun informal.

12

Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 73.

13

Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif

Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo


(11)

7

1. Pendidikan Formal

Panti Asuhan Cabang Muhammadiyah Juwiring telah memberikan pendidikan yang layak bagi anak asuh dengan memasukkan mereka ke sekolah. Pendidikan tersebut memiliki sumbangan yang berarti dalam perkembangan terbentuknya kemandirian pada diri anak serta membantu dalam membimbing anak yang belum mandiri. Karena pada dasarnya pendidikan merupakan bentuk usaha untuk menyiapkan anak bagi perannya di masa yang akan datang.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pengasuh yaitu berupa pembinaan ketrampilan. Diharapkan dengan adanya pembinaan tersebut mereka mempunyai bekal keahlian dalam bidang-bidang tertentu sehingga mereka bisa menggunakan keahliannya tersebut untuk kehidupannya setelah keluar dari Panti. Pembinaan ketrampilan yang

diberikan yaitu memasak dan pelatihan kerja dan kewirausahaan.

Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah Juwiring yaitu menjahit. Serta anak-anak dilatih untuk berwirausaha melalui cara mengelola toko, melayani pajak listrik, pajak telepon, juga bazar. Tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah untuk menanamkan rasa tanggung jawab dalam mengelola keuangan, dan memberikan bekal masa depan mereka agar dapat mandiri dan dapat membuka lapangan kerja.

3. Pendidikan Informal

Bentuk pendidikan informal di Panti Asuhan Yatim Cabang Muhammadiyah

yaitu dengan

menyelenggarakan pembinaan

keagamaan dengan

membiasakan dan memberikan keteladanan kepada anak-anak untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamā‘ah dan shalat tahajud,


(12)

8

mengadakan kajian keislaman, tasīn, hafalan dan murāja‘ah serta pengadaan piket.

a. Shalat farḍu berjamā‘ah dan tahajud

Pengasuh membina dengan membiasakan dan memberikan keteladanan kepada anak-anak yang berada di asrama untuk selalu mengerjakan shalat lima waktu secara berjamā’ah dan tepat pada waktunya. Melalui pembiasaan anak untuk shalat farḍu berjamā‘ah dan tepat pada waktunya secara tidak langsung anak dilatih untuk disiplin, tertib serta tepat waktu.

Selain shalat farḍu berjamā‘ah pengasuh juga membiasakan dan memberi keteladanan melaui shalat tahajud. Pengasuh memberikan contoh dengan mendirikan shalat tahajud. Walaupun shalat tahajud bukan termasuk shalat wajib tetapi shalat tajahud merupakan shalat sunnah

yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

b. Kajian keislaman, taḥsīn, hafalan al-Qur’an, dan murājaah

Kegiatan-kegiatan lain yang dilaksanakan pengasuh untuk membentuk kemandirian anak yaitu dengan menyelenggarakan kajian keislaman, memberikan pelatihan taḥsīn, hafalan al-Qur’an, serta murāja‘ah.

Kajian keislaman rutin dilaksanakan pada hari Jum’at pukul 13.00-14.00 WIB. Materi yang disampaikan aqidah dan sesuai situasi dan kondisi anak. Pada usia anak asuh yang masih remaja maka harus ditanamkan dan diluruskan aqidah yang tepat. Karena sebagai pondasi anak. Selain kajian tersebut, anak asuh juga dibina untuk mengikuti pengajian ahad pagi yang diselenggarakan setiap hari ahad pukul 07.00-08.00, serta dibina untuk mengikuti


(13)

9

pengajian Nasyiatul Aisyiah yang diadakan pada harian ahad sebulan sekali pada minggu ke-3.

Pada dasarnya membaca al-Qur’an dengan tajwid hukumnya adalah wajib. Kegiatan taḥsīn dilaksanakan setiap seminggu sekali, yang

bertujuan untuk

memperlancar dan memudahkan ketika menghafal al-Qur’an. Selain kegiatan itu yakni hafalan al-Qur’an. Pada dasarnya pedoman hidup umat Islam yang tidak akan menyesatkan adalah al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga agar anak mempunyai pedoman yang

kuat, pengasuh

menyelenggarakan hafalan al-Qur’an. Agar hafalan al -Qur’an tidak mudah hilang dengan cara selalu dimuraja’ah. Adapun jadwal menambah hafalan yaitu 2 (dua) kali sehari, sesudah shalat maghrib dan sesudah shalat isya’. Sedangkan

jadwal untuk murāja‘ah juga 2 (dua) kali sehari yaitu sesudah shalat subuh dan sesudah shalat ashar.

c. Pengadaan piket

Pembagian piket

memasak maupun

kebersihan diserahkan kepada anak-anak, namun pengurus tetap membina dan mengarahkan. Selain piket memasak dan piket kebersihan, anak-anak juga dibina bertanggung jawab mengurus diri, yaitu mencuci pakaian sendirian, menyeterika pakaian sendiri, serta membersihkan tempat tidur sendiri.

B.Faktor Pendukung dan Penghambat Panti Asuhan Cabang Juwiring Klaten dalam Membentuk Kemandirian Anak Asuh

Berkaitan dengan proses pembentukan kemandirian anak asuh, terdapat hal-hal yang

mendukung maupun

menghambat. Adapun faktor pendukungnya antara lain, (1) tersedianya asrama atau tempat


(14)

10

sehingga memudahkan pengasuh dalam memberikan arahan dan berinteraksi anak-anak, (2) adanya pengasuh dan anak asuh, sehingga memperlancar berlangsungnya kegiatan pembentukan kemandirian, (3) tersedianya dana yang memadai menjadikan kegiatan-kegiatan dapat terlaksana dengan baik sesuai yang diprogramkan, (4) adanya sarana yang menunjang, (5) pola makan yang teratur dan bergizi.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan pembentukan kemandirian anak asuh antara lain (1) setiap anak mempunyai karakter dan latar belakang yang berbeda, sehingga dibutuhkan pendekatan terhadap anak, agar mengetahui karakter anak. dan memberikan pengarahan kepada anak yang bermasalah secara perlahan, (2) lingkungan luar dan sekolah sangat berpengaruh terhadap anak, sehingga perlu adanya pemantauan terhadap pergaulan anak, serta memberi pengarahan dan pengertian kepada anak

tentang bahayaa lingkungan yang buruk.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil

pengumpulan dan analisis data yang

telah diperoleh, maka penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Panti Asuhan Cabang

Muhammadiyah Juwiring Klaten

mempunyai peran yang penting

dalam upaya membentuk

kemandirian anak asuh yang ada

di asrama. Upaya-upaya tersebut

diwujudkan dengan

menyelenggarakan bentuk

kegiatan yaitu pendidikan formal,

nonformal maupun informal.

Bentuk kegiatan formal dengan

memberikan pendidikan yang

layak bagi anak asuh melalui

memasukkan mereka ke berbagai

sekolah. Bentuk kegiatan

nonformal berupa


(15)

11

keterampilan yang meliputi

memasak, pelatihan dan

kewirausahaan. Sedangkan

kegiatan pendidikan informal

berupa pembinaan keagamaan dan

lainnya yang meliputi, shalat

farḍu berjamā‘ah, tahajud, kajian keislaman, taḥsīn, hafalan al-Qur’an, murāja‘ah, serta pengadaan piket.

2. Faktor pendukung Panti Asuhan

Cabang Muhammadiyah Juwiring

Klaten dalam membentuk

kemandirian anak asuh antara

lain: tersedianya asrama atau

tempat sehingga memudahkan

para pengasuh untuk memberi

arahan dan berinteraksi dengan

anak-anak, tersedianya dana yang

memadai, sarana yang

menunjang, dan pola makan yang

teratur dan bergizi.

Faktor penghambat Panti Asuhan Cabang Juwiring

Klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh antara lain: karakter dan latar belakang anak yang berbeda-beda, adanya pengaruh lingkungan luar.

SARAN

1. Kepada Pengurus

Seyogyanya mengingatkan

secara terus menerus kepada

anggota untuk meningkatkan dan

mempertahankan program tahfīẓul

qur‘an.

2. Kepada Pengasuh

Seyogyanya pengasuh selalu memotivasi dan lebih tegas

terhadap anak asuh guna

meningkatkan dan

mempertahankan kualitas

program tahfīẓul qur‘an serta mengawasi penggunaan fasilitas

yang ada agar sesuai dengan


(16)

12

3. Kepada Anak Asuh

Seyogyanya anak asuh

selalu mempertahankan

semangatnya, rajin dalam

menghafal al-Qur‘an, dan selalu mematuhi peraturan-peraturan

yang ada; serta bagi anak asuh

yang lebih tua seyogyanya ikut

berperan dalam pengawasan

penggunaan fasilitas yang ada di

asrama Panti.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007.

Manajemen Penelitian.

Jakarta: RINEKA CIPTA.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Lutviyanti, Novia Irma. 2013.

Internalisasi Pendidikan

Karakter dalam Membentuk

Kemandirian Anak di

Pondok Asih Sasami

Kecamatan Baturetno

Kabupaten Wonogiri

(Skripsi: UNS) Unpublished.

Moleong, J Lexy. 2006. Metodoligi Penelitian Kualitatif: Edisi

Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, Mimi Martini. 2005. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurjanah, Siti. 2010. Peran Pendidikan Pesantren dalam

Membentuk Kemandirian

Belajar Santri (Studi Kasus

Santriwati Kulliyatul

Mu’allimat Al-Islamiyah Ta’mirul Islam Surakarta) Tahun 2009/2010. (Skripsi: UMS) Unpublished.

Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian

Kualitatif Pendidikan.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Septriani, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola

Asuh Orang Tua.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Shofiyani, Anisa Fitri. 2013. Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

(Skripsi: UMS)

Unpublished.

Soekanto, Soejono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, Ari. 2009. Kemandirian Belajar Anak Yatim Kajian

Deskriptif tentang

Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Asuh di Panti

Asuhan Nur Hidayah


(17)

13

(Skripsi: UMS)

Unpublished.

Syarbini, Amirulloh. 2014. Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


(1)

mengadakan kajian keislaman, tasīn, hafalan dan murājaah serta pengadaan piket.

a. Shalat farḍu berjamāah dan tahajud

Pengasuh membina dengan membiasakan dan memberikan keteladanan kepada anak-anak yang berada di asrama untuk selalu mengerjakan shalat lima waktu secara

berjamā’ah dan tepat pada

waktunya. Melalui pembiasaan anak untuk shalat farḍu berjamāah dan tepat pada waktunya secara tidak langsung anak dilatih untuk disiplin, tertib serta tepat waktu.

Selain shalat farḍu berjamāah pengasuh juga membiasakan dan memberi keteladanan melaui shalat tahajud. Pengasuh memberikan contoh dengan mendirikan shalat tahajud. Walaupun shalat tahajud bukan termasuk shalat wajib tetapi shalat tajahud merupakan shalat sunnah

yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

b. Kajian keislaman, taḥsīn, hafalan al-Qur’an, dan murājaah

Kegiatan-kegiatan lain yang dilaksanakan pengasuh

untuk membentuk

kemandirian anak yaitu dengan menyelenggarakan kajian keislaman, memberikan pelatihan taḥsīn, hafalan al-Qur’an, serta murājaah.

Kajian keislaman rutin dilaksanakan pada hari

Jum’at pukul 13.00-14.00

WIB. Materi yang disampaikan aqidah dan sesuai situasi dan kondisi anak. Pada usia anak asuh yang masih remaja maka harus ditanamkan dan diluruskan aqidah yang tepat. Karena sebagai pondasi anak. Selain kajian tersebut, anak asuh juga dibina untuk mengikuti pengajian ahad pagi yang diselenggarakan setiap hari ahad pukul 07.00-08.00, serta dibina untuk mengikuti


(2)

pengajian Nasyiatul Aisyiah yang diadakan pada harian ahad sebulan sekali pada minggu ke-3.

Pada dasarnya membaca al-Qur’an dengan tajwid hukumnya adalah wajib. Kegiatan taḥsīn dilaksanakan setiap seminggu sekali, yang

bertujuan untuk

memperlancar dan memudahkan ketika menghafal al-Qur’an. Selain kegiatan itu yakni hafalan

al-Qur’an. Pada dasarnya

pedoman hidup umat Islam yang tidak akan menyesatkan adalah

al-Qur’an dan Sunnah.

Sehingga agar anak mempunyai pedoman yang

kuat, pengasuh

menyelenggarakan hafalan

al-Qur’an. Agar hafalan al

-Qur’an tidak mudah hilang dengan cara selalu

dimuraja’ah. Adapun jadwal

menambah hafalan yaitu 2 (dua) kali sehari, sesudah shalat maghrib dan sesudah

shalat isya’. Sedangkan

jadwal untuk murājaah juga 2 (dua) kali sehari yaitu sesudah shalat subuh dan sesudah shalat ashar.

c. Pengadaan piket

Pembagian piket

memasak maupun

kebersihan diserahkan kepada anak-anak, namun pengurus tetap membina dan mengarahkan. Selain piket memasak dan piket kebersihan, anak-anak juga dibina bertanggung jawab mengurus diri, yaitu mencuci pakaian sendirian, menyeterika pakaian sendiri, serta membersihkan tempat tidur sendiri.

B.Faktor Pendukung dan Penghambat Panti Asuhan Cabang Juwiring Klaten dalam Membentuk Kemandirian Anak Asuh

Berkaitan dengan proses pembentukan kemandirian anak asuh, terdapat hal-hal yang

mendukung maupun

menghambat. Adapun faktor pendukungnya antara lain, (1) tersedianya asrama atau tempat


(3)

sehingga memudahkan pengasuh dalam memberikan arahan dan berinteraksi anak-anak, (2) adanya pengasuh dan anak asuh, sehingga memperlancar berlangsungnya kegiatan pembentukan kemandirian, (3) tersedianya dana yang memadai menjadikan kegiatan-kegiatan dapat terlaksana dengan baik sesuai yang diprogramkan, (4) adanya sarana yang menunjang, (5) pola makan yang teratur dan bergizi.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan pembentukan kemandirian anak asuh antara lain (1) setiap anak mempunyai karakter dan latar belakang yang berbeda, sehingga dibutuhkan pendekatan terhadap anak, agar mengetahui karakter anak. dan memberikan pengarahan kepada anak yang bermasalah secara perlahan, (2) lingkungan luar dan sekolah sangat berpengaruh terhadap anak, sehingga perlu adanya pemantauan terhadap pergaulan anak, serta memberi pengarahan dan pengertian kepada anak

tentang bahayaa lingkungan yang buruk.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil

pengumpulan dan analisis data yang telah diperoleh, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Panti Asuhan Cabang

Muhammadiyah Juwiring Klaten mempunyai peran yang penting dalam upaya membentuk kemandirian anak asuh yang ada di asrama. Upaya-upaya tersebut

diwujudkan dengan

menyelenggarakan bentuk kegiatan yaitu pendidikan formal, nonformal maupun informal. Bentuk kegiatan formal dengan memberikan pendidikan yang layak bagi anak asuh melalui memasukkan mereka ke berbagai sekolah. Bentuk kegiatan

nonformal berupa


(4)

keterampilan yang meliputi memasak, pelatihan dan kewirausahaan. Sedangkan kegiatan pendidikan informal berupa pembinaan keagamaan dan lainnya yang meliputi, shalat farḍu berjamāah, tahajud, kajian keislaman, taḥsīn, hafalan

al-Qur’an, murājaah, serta

pengadaan piket.

2. Faktor pendukung Panti Asuhan Cabang Muhammadiyah Juwiring Klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh antara lain: tersedianya asrama atau tempat sehingga memudahkan para pengasuh untuk memberi arahan dan berinteraksi dengan anak-anak, tersedianya dana yang memadai, sarana yang menunjang, dan pola makan yang teratur dan bergizi.

Faktor penghambat Panti Asuhan Cabang Juwiring

Klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh antara lain: karakter dan latar belakang anak yang berbeda-beda, adanya pengaruh lingkungan luar.

SARAN

1. Kepada Pengurus

Seyogyanya mengingatkan secara terus menerus kepada anggota untuk meningkatkan dan mempertahankan program tahfīẓul qur‘an.

2. Kepada Pengasuh

Seyogyanya pengasuh selalu

memotivasi dan lebih tegas terhadap anak asuh guna

meningkatkan dan

mempertahankan kualitas program tahfīẓul qur‘an serta mengawasi penggunaan fasilitas yang ada agar sesuai dengan fungsinya.


(5)

3. Kepada Anak Asuh

Seyogyanya anak asuh selalu mempertahankan semangatnya, rajin dalam menghafal al-Qur‘an, dan selalu mematuhi peraturan-peraturan yang ada; serta bagi anak asuh yang lebih tua seyogyanya ikut berperan dalam pengawasan penggunaan fasilitas yang ada di asrama Panti.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: RINEKA CIPTA. Depdiknas. 2005. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Lutviyanti, Novia Irma. 2013. Internalisasi Pendidikan Karakter dalam Membentuk Kemandirian Anak di Pondok Asih Sasami Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri (Skripsi: UNS) Unpublished. Moleong, J Lexy. 2006. Metodoligi Penelitian Kualitatif: Edisi

Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, Mimi Martini. 2005. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurjanah, Siti. 2010. Peran Pendidikan Pesantren dalam Membentuk Kemandirian Belajar Santri (Studi Kasus Santriwati Kulliyatul

Mu’allimat Al-Islamiyah

Ta’mirul Islam Surakarta) Tahun 2009/2010. (Skripsi: UMS) Unpublished.

Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Septriani, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Nuha Medika. Shofiyani, Anisa Fitri. 2013. Peran

Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

(Skripsi: UMS)

Unpublished.

Soekanto, Soejono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono, Ari. 2009. Kemandirian

Belajar Anak Yatim Kajian Deskriptif tentang Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Asuh di Panti Asuhan Nur Hidayah Banyuanyar Surakarta.


(6)

(Skripsi: UMS) Unpublished.

Syarbini, Amirulloh. 2014. Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN Pelaksanaan Pendidikan Islam Non Formal Dalam Pembentukan Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Piatu Cabang Muhammadiyah Juwiring Klatentahun 2015/2016.

0 2 15

PENDAHULUAN Pelaksanaan Pendidikan Islam Non Formal Dalam Pembentukan Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim Piatu Cabang Muhammadiyah Juwiring Klatentahun 2015/2016.

0 2 5

PEMBELAJARAN HADIS ARBA‘ῙN DALAM MEMBENTUK AKHLAK ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN YATIM (PAY) MUHAMMADIYAH Pembelajaran Hadis Arba‘in Dalam Membentuk Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim (PAY) Muhammadiyah Andong Boyolali Tahun 2016.

0 3 13

PEMBELAJARAN HADIS ARBA‘ῙN DALAM MEMBENTUK AKHLAK ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN YATIM (PAY) MUHAMMADIYAH Pembelajaran Hadis Arba‘in Dalam Membentuk Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim (PAY) Muhammadiyah Andong Boyolali Tahun 2016.

0 1 18

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH PURWOREJO Kesejahteraan Subjektif Pada Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo.

0 3 15

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH PURWOREJO Kesejahteraan Subjektif Pada Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo.

0 2 15

PERAN PANTI ASUHAN YATIM CABANG MUHAMMADIYAH JUWIRING KLATEN DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN Peran panti asuhan yatim cabang muhammadiyah juwiring klaten dalam membentuk kemandirian anak asuh tahun 2014.

0 0 15

PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

0 3 14

PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

0 2 15

PERAN PANTI ASUHAN DALAM MEMBENTUK SMART AND GOOD CITIZEN (STUDI DI PANTI ASUHAN YATIM/PIATU/DHUAFA’ AL-AMIN MUHAMMADIYAH CABANG JETIS KABUPATEN PONOROGO).

0 0 7