Hubungan Antara Adult Attachment Style dengan Conflict Resolution Style pada Mahasiswa yang Memiliki Pacar di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

(1)

attachment style dengan conflict resolution style pada mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. Total responden berjumlah 135 orang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode korelasional.

Alat ukur adult attachment style merupakan modifikasi dari Relationships Style Questionnaire (RSQ) berisi 28 item dengan validitas berkisar antara 0.417 hingga 0.790. Reliabilitas alat ukur berkisar antara 0.645 hingga 0.740. Alat ukur conflict resolution style merupakan modifikasi dari CRSI yang terdiri dari 16 item dengan validitas berkisar antara 0.471 hingga 0.832 dan reliabilitas berkisar antara 0.753 hingga 0.807. Data yang diperoleh menggunakan uji Chi Square.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara adult attachment style dengan conflict resolution style pada mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. Faktor yang memiliki kecenderungan lebih terkait dalam menentukan pemilihan gaya penyelesaian konflik adalah faktor practice.

Peneliti mengajukan saran untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan penelitian pada pasangan yang sedang menjalin hubungan berpacaran. Selain itu, meneliti mengenai pengaruh dari faktor pengalaman masa lalu terhadap adult attachment style serta melakukan penelitian mengenai faktor practice yang memengaruhi conflict resolution style seseorang.


(2)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research was conducted to obtain correlation between adult attachment style and conflict resolution style on students who have romantic relationship at Faculty of Psychology University “X” Bandung. The total of respondent is 135 persons. This research used correlation method.

The measurement tool of adult attachment style modified from Relationships Scale Questionnaire (RSQ) that consisted 28 with validity range from 0.417 to 0.790 and reliability range from 0.645 to 0.740. The measurement tool of conflict resolution style is the modification of CRSI with validity range from 0.471 to 0.832 and reliability range from 0.753 to 0.807.The Chi Square is used for data retrieval.

Based on the research, there is no significant correlation between adult attachment style and conflict resolution style in students at Faculty of Psychology who have romantic relationship in University “X” Bandung. Factor that has tendency to be involved in determining the selection of conflict resolution style is practice factor.

The suggestion for the next researcher is do the research on couple in romantic relationship. Moreover, do the research about the influence of past experience factor to adult attachment style also doing, also do the research about practice factor that influence conflict resolution style.


(3)

ABSTRAK………...……….. iii

ABSTRACT……… iv

KATA PENGANTAR………... v

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. xiii

DAFTAR BAGAN……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. Xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………. 1

1.2. Identifikasi Masalah……….... 8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian………. 9

1.3.2. Tujuan Penelitian………... 9

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis………. 9

1.4.2. Kegunaan Praktis………... 10

1.5. Kerangka Pikir……… 10

1.6. Asumsi Penelitian………... 23


(4)

v Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan tentang Conflict Resolution Style

2.1.1. Definisi Conflict Resolution Style………. 24

2.1.2. Conflict Resolution Style………... 25

2.1.3. Faktor Conflict Resolution Style……… 29

2.1.4. Conflict Resolution Style dan Arah Konflik……….. 32

2.2. Tinjauan tentang Attachment 2.2.1. Definisi Attachment……….………... 35

2.2.2. Perkembangan Attachment dalam Kehidupan Individu 2.2.2.1. Pada Masa Balita (Infant)………. 37

2.2.2.2. Pada Masa Dewasa (Adult Attachment)………... 39

2.2.3. Dimensi Attachment……….. 45

2.2.4. Adult Attachment Style……….. 47

2.2.5. Attachment dan Conflict……… 51

2.3. Tahap Perkembangan Psikososial..………... 53

2.3.1. Definisi Dewasa Awal………... 53

2.3.2. Tugas Perkembangan Psikososial Pada Dewasa Awal………. 54

2.4. Romantic Relationship 2.4.1. Definisi Romantic Relationship………. 55

2.4.2. Romantic Relationship pada Dewasa Awal………... 56

2.4.3. Tipe Romantic Relationship……….. 57


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian……….. 62

3.2. Bagan Prosedur Penelitian……….. 63

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian……… 63

3.3.2. Definisi Konseptual………... 63

3.3.3. Definisi Operasional……….. 64

3.4. Alat Ukur 3.4.1. Alat Ukur Conflict Resolution Style……….. 3.4.1.1. Kisi-kisi Alat Ukur Conflict Resolution Style………. 3.4.1.2. Prosedur Pengisian Item CRS………... 3.4.1.3. Sistem Penilaian Alat Ukur CRS……… 68 69 70 71 3.4.2. Alat Ukur Adult Attachment Style………. 73

3.4.2.1. Kisi-kisi Alat Ukur RSQ……….. 74

3.4.2.2. Prosedur Pengisian Item RSQ……….. 76

3.4.2.3. Sistem Penilaian Alat Ukur RSQ………. 77

3.4.3. Data Penunjang dan Data Pribadi……….. 78

3.4.4. Validitas dan Reliabilitas 3.4.4.1. Validitas Alat Ukur……….. 79


(6)

vii Universitas Kristen Maranatha 3.5. Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi

3.5.1. Populasi Sasaran……… 82

3.5.2. Teknik Pengambilan Sampel………. 82

3.5.3. Karakteristik Populasi………... 82

3.6. Teknik Analisa Data………... 83

3.7. Hipotesa Statistik……… 83

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden 4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia……….. 84

4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 85

4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Usia Hubungan Berpacaran………. 86

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Hasil Perhitungan Hubungan antara Adult Attachment Style dengan Conflict Resolution Style………. 87

4.2.2. Gambaran Adult Attachment Style………. 88

4.2.3. Gambaran Conflict Resolution Style……….. 89

4.2.4. Gambaran Conflict Resolution Style yang muncul pada masing-masing Adult Attachment Style……… 90

4.3. Pembahasan……… 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan………. 100


(7)

DAFTAR PUSTAKA………... 104 DAFTAR RUJUKAN……… 107 LAMPIRAN


(8)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Conflict Resolution Style………... 69

Tabel 3.2 Bobot Item Conflict Resolution Style………... 71

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Alat Ukur RSQ………. ……….. 74

Tabel 3.4 Penilaian Alat Ukur RSQ………... 77

Tabel 3.5 Kriteria Validitas………...…… 79

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas………... 81

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Rentang Usia………... 84

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 85

Tabel 4.3 Gambaran Usia Hubungan Berpacaran………. 86

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Hubungan antara Adult Attachment Style dengan Conflict Resolution Style………. 87

Tabel 4.5 Gambaran Adult Attachment Style……… 88

Tabel 4.6 Gambaran Conflict Resolution Style………. 89

Tabel 4.7 Gambaran Conflict Resolution Style yang Muncul Pada Masing-Masing Adult Attachment Style……… 90


(9)

(10)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

ALAT UKUR Lampiran I

PENGELOMPOKAN ITEM MASING-MASING STYLE Lampiran II

VALIDITAS DAN RELIABILITAS Lampiran III

DATA MENTAH DAN HASIL SKORING Lampiran IV

DISTRIBUSI FREKUENSI Lampiran V

TABULASI SILANG Lampiran VI

HASIL UJI CHI SQUARE Lampiran VII


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan manusia lain telah muncul sejak manusia tersebut lahir (Andri, 2012). Menurut Erickson (dalam Papalia, 2009) pada kehidupannya manusia mengalami beberapa tahap perkembangan psikososial diantaranya masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang pada setiap tahapnya memiliki tugas perkembangan masing-masing.

Khususnya pada masa dewasa awal, tugas utama pada tahap perkembangan ini adalah mengatasi krisis intimacy versus isolation. Jika pada masa sebelum dewasa awal individu memiliki ikatan yang kuat dengan orang tua dan kelompok sebaya, pada tahap ini individu mengembangkan identitas dirinya untuk siap memadukannya dengan identitas orang lain tanpa takut kehilangan identitas dirinya sendiri. Pada tahap ini individu beranjak untuk membuat komitmen dengan orang lain. Apabila individu dewasa awal tidak berhasil dengan membuat komitmen, maka ia akan merasa terisolasi dan terokupasi dengan dirinya sendiri (Papalia, 2007).

Menurut Erickson, usia dewasa awal berkisar pada 20 - 40 tahun (Papalia, 2009). Rata-rata mahasiswa mulai dari semester empat termasuk ke dalam tahap


(12)

2

Universitas Kristen Maranatha perkembangan dewasa awal. Salah satu hubungan intim yang dijalani mahasiswa adalah hubungan pacaran. Pacaran adalah jalinan hubungan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan saling membagi rasa saling mengenal, memenuhi kebutuhan satu sama lain, percaya, termasuk merasa aman dan nyaman juga ingin membuat pasangannya merasakan hal sama yang juga menimbulkan kedekatan psikologis antara keduanya (Shaver & Hazan dalam Feneey, 1996).

Masa pacaran merupakan masa belajar dan masa pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan (De Genova & Rice, 2005) begitupun yang terjadi pada mahasiswa. Tujuan hubungan ini untuk mendapatkan reaksi emosi cinta seperti merasa aman, proximity maintenance) dan konsisten dengan tujuan attachment seperti yang dikatakan oleh Bowlby (dalam Feneey, 1996).

Attachment adalah kecenderungan manusia untuk membuat ikatan afeksi yang kuat dengan orang tertentu (Bartholomew, 1991). Attachment mulai terbentuk sejak manusia lahir. Keberadaan attachment tidak hanya pada masa anak dan remaja melainkan terus berkembang seiring waktu hingga terjadinya relasi individu pada usia dewasa awal dengan pasangannya (Hazan & Shaver, 1987).

Adult attachment style dibentuk oleh dua dimensi yaitu model of self dan model of other yang memiliki valensi tertentu.Model of self adalah penilaian akan keberhargaan diri dan model of other adalah penilaian akan kepercayaan dan


(13)

harapan terhadap orang lain. Kombinasi dari dua dimensi tersebut memunculkan empat adult attachment style yaitu secure, preoccupied, fearful, dan dismissing (Bartholomew, 1998). Secure style memiliki model of self dan model of other positif. Preoccupied style memiliki model of self negatif dan model of other positif. Dismissing style memiliki model of self positif dan model of other negatif. Serta fearful style memiliki model of self dan model of other negatif.

Pada kenyataannya relasi yang dijalani dengan pacar tidak selalu berjalan lancar. Hal tersebut dikarenakan pada dasarnya individu memiliki perbedaan persepsi dan harapan-harapan sehingga setiap hubungan berpacaran melibatkan kondisi disharmoni yaitu konflik (Weiten,2006). Konflik juga berperan sebagai tantangan terhadap kemampuan individu dalam mengatur emosi dan perilaku mereka. Hal ini dianggap sebagai proses attachment yang dapat memunculkan perilaku mencari perasaan aman untuk memenuhi tujuan individu (Pietromonaco & Barret, 1997).

Attachment mendasari seseorang dalam mempersepsi, merasa dan berespon terhadap konflik (Mickulincer dan Shaver, 2007) yang berujung pada pemilihan cara menyelesaian konflik. Cara menyelesaikan suatu konflik dikenal sebagai conflict resolution (Duvall & Miller, 1985). Kurdek (1994) mengidentifikasi empat conflict resolution style yaitu positive problem solving yang bersifat produktif serta conflict engagement, withdrawal, dan compliance yang bersifat destruktif.


(14)

4

Universitas Kristen Maranatha Conflict resolution dapat mengarahkan konflik yang membuat hubungan

berkembang dan berubah ke arahyang lebih baik yaitu produktif konflik. Conflict

resolution juga dapat mengarahkan konflik yang memunculkan ketidakpuasan dengan hasil dari konflik yang terjadi dalam hubungan yang dijalani yaitu destruktif konflik (Wilmot dan Hocker, 1991).

Menurut Hazan dan Shaver (1987) attachment style mendasari cara pemilihan menyelesaikan konflik. Individu yang secure akan cenderung menggunakan conflict resolution style yang produktif sementara individu preoccupied, dimissing, juga fearful cenderung menggunakan conflict resolution style yang destruktif (Mickulincer dan Shaver, 2007).

Pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung yang sedang

menjalin hubungan pacaran dan berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal usia 20-25 tahun muncul attachment style dan conflict resolution style. Ciri-ciri attachment pada mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung muncul seperti ingin selalu bertemu dengan pacar, pacar merupakan tempat yang aman, ketidaknyamanan saat tidak bersama pacar, dan menghindari perpisahan. Didapat data bahwa hasil yang dominan adult attachment style yaitu sebanyak 4 dari 10 responden mengaku bahwa yakin pacar mencintai dan dapat menerima dirinya apa adanya serta meskipun mereka jauh dengan pacar mereka tidak khawatir akan kesetiaan pcar. Responden tersebut tergolong dalam attachment style yang secure.


(15)

Sebanyak 2 dari 10 responden mengaku bahwa pacar dapat diandalkan. Responden juga sering merasa cemas bila lama berpisah dengan pacarnya sehingga diusahakan untuk dapat bertemu dengan pacar setiap hari. Bahkan terdapat responden yang bila dirinya tidak bertemu dengan pacar, responden menjadi sakit. Responden termasuk dalam style attachment yang preoccupied.

Sebanyak 3 dari 10 responden mengaku bahwa terkadang meragukan rasa cinta pacar kepadanya. Responden merasa pacarnya kurang dapat diandalkan sehingga merasa bahwa dirinya dapat melakukan berbagai hal tanpa bergantung pada pacar. Dua responden juga mengaku cenderung banyak mengambil keputusan dalam hubungan berpacarannya. Responden tersebut termasuk dismissing style.

Sebanyak 1 dari 10 responden mengaku sering merasa pacar tidak benar-benar mencintainya . Ia memiliki harapan bahwa pacar dapat menerima mencintai apa adanya. Responden tidak mau terlalu bergantung pada pacar karena takut pacar akan meninggakan dirinya sehingga ia sendiri pun membatasi diri sejauh mana perasaan cintanya pada pacar. Mahasiswa tersebut termasuk style yang fearfull attachment.

Saat menjalani hubungan berpacaran, mahasiswa mengalami konflik. Konflik

yang didalami yaitu salah paham, kepercayaan terhadap pacar, restu orang tua,

masalah komunikasi, perbedaan kebiasaan, kurangnya waktu bersama, adanya


(16)

6

Universitas Kristen Maranatha Seluruh mahasiswa mengaku bahwa konflik yang dialami tersebut tak jarang dapat memicu pertengkaran bahkan terdapat responden mengaku bahwa sempat mengakhiri hubungannya dan kembali menjalin hubungan lagi dengan pacar karena konflik yang dialami. Responden tersebut mengaku bahwa sebenarnya konflik tersebut dapat diselesaikan tanpa harus mengakhiri hubungan. Mereka menghayati bahwa cara penyelesaiannya yang kurang sesuai yaitu dengan cara menghindar maupun mengeluarkan kata-kata kasar yang membuat ketidakpuasan salah satu pihak sehingga memutuskan mengakhiri hubungan karena menyesal akhirnya memutuskan kembali menjalin hubugan berpacaran.

Selain data mengenai adult attachment style, didapat juga data mengenai conflict resolution style pada mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. Sebanyak 4 dari 10 responden mengaku ketika mengalami konflik dengan pacar cara yang dilakukan adalah saling terbuka, dan saling memaklumi kekurangan masing-masing. Solusi dari konflik tersebut diambil melalui kesepakatan bersama. Conflict resolution style responden tersebut termasuk positive problem solving. 4 responden tersebut mengaku bahwa cara tersebut merupakan cara yang paling efektif sehingga konflik dapat diselesaikan dengan baik.

Sebanyak 2 dari 10 responden mengaku dalam menyelesaikan konflik lebih sering dengan cara mengungkapkan kata-kata sindiran kepada pacar dengan berharap pacar tidak akan mengulang kembali kesalahannya. Responden lebih cenderung mengabaikan pendapat pacarnya ketika konflik berlangsung. Conflict


(17)

resolution style yang digunakan adalah conflict engagement. Melalui cara tersebut responden mengaku merasa lega ketika menyindir pacar namun tak jarang hal tersebut memicu pertengkaran baru dengan pacar.

Sebanyak 2 dari 10 responden mengaku bahwa ketika terjadi konflik dengan pacar tidak ingin sikap pacar terhadap dirinya menjadi berubah dan tidak mencintainya lagi. Responden lebih sering memilih menenangkan pacarnya dengan cara mengikuti pendapat pacarnya tersebut yang terkadang responden hanya dapat menangis. Conflict resolution style yang digunakan mahasiswa tersebut adalah compliance. Mahasiswa mengaku bahwa melalui cara tersebut ia sebenarnya tertekan namun ia merasa layak diperlakukan seperti itu.

Sebanyak 2 dari 10 responden lainnya mengaku lebih sering menyelesaikan konflik dengan melupakan konflik tersebut agar menghindari pertengkaran. Sebelumnya responden lebih banyak diam dan kemudian mengajak pacarnya bercanda untuk mencairkan suasana. Conflict resolution style yang digunakan adalah withdrawal. Melalui cara tersebut, responden mengaku konflik dapat mudah terlupakan namun terkadang menjadi konflik yang lebih besar karena konflik yang sebelum-sebelumnya dibahas kembali oleh pacar.

Pada mahasiswa yang memiliki pacar diFakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung terdapat 4 dari 10 responden yang memiliki adult attachment style secure, tiga (75%) responden diantaranya didominasi menggunakan positive problem solving style dan satu (25%) responden lainya memiliki conflict engagement style. Sebanyak 2 dari 10 responden memiliki adult attachment


(18)

8

Universitas Kristen Maranatha preoccupied satu (50%) responden diantaranya didominasi menggunakan compliance style dan satu (50%) responden lainnya menggunakan withdrawal style. Sebanyak tiga dari 10 responden yang memiliki adult attachment style dismissing, dua (66,7%) responden diantaranya didominasi menggunakan conflict engagement style dan satu (33,3%) responden lainnya menggunakan positive problem solving style.Untuk adult attachment style fearful keseluruhan (1 responden) didominasi menggunakan withdrawal style.

Dari survey awal tersebut dapat dilihat bahwa meskipun mahasiswa memiliki model of self dan model of other yang positif, mereka dapat saja memunculkan conflict resolution style yang mengabaikan pendapat pacarnya serta menyindir pacarnya. Selain itu juga meskipun mahasiswa memiliki model of self positif dan model of other yang negatif dapat saja memunculkan conflict resolution style yang sifatnya konstruktif dengan pacar. Variasi adult attachment style dan conflict resolution style yang dimiliki oleh mahasiswa yang tidak sejalan dengan Hazan dan Shaver (1987) menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti ada tidaknya hubungan antara adult attachment dengan conflict resolution style pada

mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki pacar di Universitas “X” Bandung.

1.2.Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara adult attachment style dengan conflict resolution style pada mahasiswa Fakultas


(19)

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik mengenai hubungan antara adult attachment style dari mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas “X” Bandung dengan conflict resolution style yang digunakan ketika

sedang menjalani hubungan berpacaran. 1.3.2 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara adult attachment style pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung dengan conflict resolution style yang digunakan ketika sedang menjalani hubungan berpacaran serta faktor-faktor yang memengaruhinya.

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

a) Menjadi bahan masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Perkembangan dan Sosial mengenai hubungan antara pola adult attachment dan conflict resolution style yang dimiliki oleh mahasiswa yang menjalin hubungan pacaran.

b) Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara adult attachment style dan conflict resolution style serta mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.


(20)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2. Kegunaan Praktis

a) Memberikan sumbangan masukan bagi para konselor maupun psikolog dalam

memahami latar belakang individu, khususnya dewasa awal, untuk membantu menangani masalah-masalah yang terjadi dalam hubungan berpacaran.

b) Masukan bagi dewasa awal yang sedang menjalani hubungan berpacaran sebagai

tambahan pengetahuan yang berguna untuk membantu dalam memahami diri dan pasangannya sehingga dapat menerapkan conflict resolution style secara konstruktif sebagai acuan dalam menangani konflik yang terjadi dikemudian hari.

c) Bahan pertimbangan bagi konselor pernikahan dalam membantu memberikan

insight pada klien untuk membuat keputusan.

1.5.Kerangka Pikir

Attachment mulai terbentuk sejak manusia tersebut lahir. Keberadaan attachment tidak hanya pada masa anak dan remaja melainkan terus berkembang berjalan seiring waktu hingga terjadinya relasi individu pada usia dewasa awal (Hazan & Shaver, 1987). Attachment merupakan kecenderungan manusia untuk membuat ikatan afeksi yang kuat dengan orang tertentu (Bartholomew, 1991). Attachment dikembangkan mahasiswa yang memiliki pacar di Fakutas Psikologi Universitas “X” Bandung agar dirinya dapat mempertahankan hubungan yang dekat dengan pacarnya.


(21)

Bartholomew dan Horowitz (1998) mengemukakan bahwa adult attachment style terdiri dari dua dimensi yaitu model of self dan model of others. Dimensi model of self pada mahasiswa yang memiliki pacar adalah penilaian mahasiswa akan keberhargaan dirinya sehingga memunculkan harapan bahwa pacar akan memberi respon terhadap mereka secara positif. Dimensi model of others adalah penilaian mahasiswa akan kepercayaan dan harapan bahwa pacar akan memberikan dukungan dan perlindungan yang dibutuhkan kepadanya.

Kombinasi dari dimensi model of self dan model of other menghasilkan empat adult attachment style yang dimiliki oleh mahasiswa dalam hubungan berpacaran. Adult attachment style yang pertama yaitu secure. Mahasiswa secure style memiliki model of self dan model of other positif. Mereka menghayati dirinya berharga,layak dicintai dan pacar dapat menerima dirinya apa adanya. Mahasiswa juga menghayati bahwa pacar dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan untuk dicintai dan disayangi.

Mahasiswa dengan preoccupied (anxious-ambivalent) style memiliki model of self negatif dan model of other positif. Mahasiswa menghayati bahwa dirinya kurang berharga dan memiliki banyak kekurangan namun memiliki harapan dan pandangan positif bahwa pacarnya akan memberikan rasa aman dan nyaman. Mereka merasa cemas karena takut ditinggalkan dan ditolak oleh pacar.


(22)

12

Universitas Kristen Maranatha Mahasiswa dismissing style memiliki model of self positif dan model of other negatif. Mahasiswa menghayati dirinya sangat berharga dan layak untuk dicintai, namun merasa bahwa pacarnya kurang dapat diandalkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Mahasiswa style fearful memiliki model of self dan model of other negatif. Mahasiswa merasa dirinya kurang berharga dan kurang layak dicintai. Mereka mencari keberhargaan dirinya melalui respon dari pacarnya namun ia menghayati bahwa pacar tidak dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan dicintai dan disayangi.

Hubungan berpacaran yang dijalani mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung merupakan proses yang dinamis. Oleh karena itu, hubungan pacaran belum tentu berjalan lancar sesuai yang dibayangkan. Mahasiswa yang terlibat dalam hubungan berpacaran pada dasarnya memiliki perbedaan persepsi dan harapan-harapan sehingga setiap hubungan berpacaran melibatkan kondisi disharmoni yaitu konflik. Konflik yang dialami mahasiswa berperan sebagai tantangan terhadap kemampuan mahasiswa dalam mengatur emosi dan perilaku mereka saat menghadapi pacar ketika terjadi konflik dengan pacar (Pietromonaco & Barnet, 1997).

Konflik yang dialami mahasiswa dengan pacarnya dapat terselesaikan melalui suatu cara yaitu conflict resolution (Duvall & Miller, 1985). Persepsi, perasaan dan respon terhadap konflik berpacaran yang sedang dihadapi mahasiswa berpacaran didasari oleh attachment (Hazan & Shaver, 1987).Hal ini dapat berujung pada


(23)

penggunaan conflict resolution yang berbeda-beda sesuai dengan style attachmentnya.

Cara penanganan konflik yang lebih dikenal dengan conflict resolution style merupakan suatu cara mahasiswa memelihara dan menjaga kestabilan suatu hubungan yang dipengaruhi oleh gaya masing-masing dalam menyelesaikan konflik interpersonal (Bowman dkk.,dalam Kurdek, 1994). Mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal memiliki conflict resolution yang bervariasi yaitu positive problem solving, conflict engagement, withdrawal, dan compliance.

Menurut Kurdek (1994) cara-cara yang digunakan dalam menangani konflik dapat digolongkan sebagai strategi resolusi yang produktif atau destruktif sesuai dengan pernyataan Wilmont dan Hocker. Digolongkan produktif karena melalui strategi tersebut dapat mengarahkan konflik menjadi konstruktif yaitu membuat pasangan mau bekerja sama dan menghasilkan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak. Cara menangani konflik yang konstruktif ditunjukan melalui beberapa perilaku seperti membuat kesepakatan dan kompromi, yang mengarah pada positive problem solving.

Sebaliknya digolongkan destruktif karena melalui strategi tersebut menghasilkan solusi yang merugikan salah satu pihak. Cara yang destruktif dalam menangani konflik ditunjukkan melalui conflict engagement, withdrawal, dan compliance. Dari keempat style tersebut, cara penyelesaian konflik yang paling sering


(24)

14

Universitas Kristen Maranatha digunakan oleh individu merupakan conflict resolution style yang dominan pada mahasiswa tersebut.

Mahasiswa yang didominasi oleh positive problem solving menggunakan komunikasi dua arah, saling bertukar pendapat dengan mendiskusikan perbedaan-perbedaan pandangan, mencari jalan alternatif yang dapat diterima kedua belah pihak untuk dapat menyelesaikan konflik yang terjadi dalam hubungan berpacaran.

Mahasiswa yang didominasi oleh conflict engagement cenderung untuk memenuhi kepentingannya dan cenderung mengabaikan kepentingan pacar saat konflik terjadi. Mahasiswa mendomonasi dalam menyelesaikan konflik dengan cara mengungkapkan ketidaksetujuan secara langsung dan terbuka pada pacar dan cenderung mengabaikan pendapat pacarnya. Mahasiswa cenderung terbawa perasaan dan mengeluarkan kata-kata sindiran atau kasar.

Mahasiswa yang conflict resolutionnya didominasi oleh withdrawal memilih menarik diri untuk mengabaikan konflik atau mencoba menganggap bahwa konflik tidak pernah terjadi. Mahasiswa cenderung menghindari pembicaraan dan mengalihkannya melalui bercanda daripada berurusan langsung dengan konflik tersebut.

Mahasiswa yang didominasi oleh compliance dalam menyelesaikan konflik. mencoba memberikan ketenangan pada pacar dengan memprioritaskan kepentingan pacar daripada dirinya. Mahasiswa mencoba memberikan ketenangan kepada


(25)

pacarnya dengan mengedepankan pendapat dan kebutuhan pacarnya daripada dirinya sendiri. Mahasiswa ini cenderung terus mengalah dan mengorbankan dirinya sendiri karena tidak ingin bila rasa sayang pacarnya pada dirinya akan berkurang.

Mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung memiliki karakteristik masing-masing berdasarkan adult attachment stylenya, yaitu melalui bagaimana ia memandang dirinya dan pacarnya. Begitupula saat terjadi konflik dalam hubungan berpacaran, conflict resolution style yang mahasiswa tampilkan didasari oleh adult attachment syle yang dimiliki dalam dirinya.

Mahasiswa dengan adult attachment style secure memiliki perspektif yang positif baik terhadap dirinya maupun terhadap pacar.Ia percaya bahwa pacar akan menghargai dan mencintai dirinya serta responsif saat ia butuhkan begitu juga dengan dirinya terhadap pacar. Ketika keadaan tertekan seperti saat terjadi konflik, mahasiswa meregulasi emosi melalui cara-cara yang konstruktif sehingga saat terjadi konflik mahasiswa secure cenderung didominasi menggunakan conflict resolution style yang konstruktif (Hazan and Shaver, 1987). Mahasiswa secure memiliki kecenderungan menggunakan positive problem solving. Ia akan berkomunikasi secara terbuka, menyadari kebutuhan dirinya maupun pacarnya, dan berusaha mencari solusi agar tujuan dan harapan dirinya maupun pacarnya dapat terpenuhi. Mahasiswa akan berusaha bekerja sama untuk mencari penyelesaian konflik yang menguntungkan kedua belah pihak.


(26)

16

Universitas Kristen Maranatha Mahasiswa dengan adult attachment style preoccupied memiliki perspektif positif terhadap pacar namun negatif terhadap dirinya sendiri. Mahasiswa berusaha untuk mencari perhatian maupun persetujuan pacarnya karena merasa dirinya kurang berharga dan menghayati bahwa pacar dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman.Saat terjadi konflik, mereka menilai konflik sebagai ancaman dan sangat mengharapkan respon dari pacar untuk membantunya. Ada kecenderungan pada mahasiswa menggunakan compliance style dalam menyelesaikan konflik. Cara yang dilakukan mahasiswa adalah mengutamakan kebutuhan pacar daripada mengungkapkan tujuan dan harapannya sendiri karena khawatir bahwa pendapatnya akan ditolak atau diabaikan oleh pacar. Mahasiswa preoccupied tersebut akan terlibat kurang aktif dalam menyelesaikan konfliknya.

Mahasiswa dengan adult attachment style dismissing memiliki perspektif positif terhadap dirinya tetapi negatif pada pacar. Mereka menekankan keberhargaan diri yang tinggi dalam menjalin hubungan dengan pacarnya. Selain itu mahasiswa memandang bahwa pacar kurang dapat dipercaya dan diandalkan. Saat terjadi konflik, mahasiswa dismissing memiliki kecenderungan menggunakan conflict resolution style conflict engagement. Mahasiswa dismissing cenderung mementingkan dirinya sendiri untuk mempertahankan otonominya. Mahasiswa akan berusaha mendominasi pacarnya, menyatakan ketidaksetujuan secara langsung dan terbuka pada pacar, dan cenderung mengabaikan kebutuhan pacarnya karena fokus perhatiannya hanyalah pribadinya sendiri. Hal tersebut ia lakukan karena


(27)

penghayatan bahwa pacar tidak dapat diandalkan dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dan dalam memberikan rasa aman.

Mahasiswa dengan adult attachment style fearful memiliki perspektif negatif baik terhadap dirinya maupun pacar. Mahasiswa merasa diri kurang berharga sehingga mencari penilaian positif dari pacar tetapi pacar dihayati tidak dapat dipercaya dan diandalkan. Saat terjadi konflik mahasiswa mencoba menghindari interaksi dengan pacarnya (Hazan & Shaver, 1987). Ketidaksediaan mahasiswa dalam memberikan kesempatan bagi pacar maupun dirinya sendiri untuk mengungkapkan harapan dan perasaannya menunjukan kecenderungan menggunakan conflict resolution style withdrawal. Perilaku yang mahasiswa tampilkan adalah dengan cara memilih menarik diri untuk mengabaikan konflik atau mencoba menganggap bahwa konflik tidak pernah terjadi dengan mengalihkannya melalui bercanda ataupun berdiam diri daripada berurusan langsung dengan konflik tersebut. Hal ini dilakukan karena ketidakyakinannya bahwa dirinya dan pacar dapat menyelesaikan konflik dengan baik dan tidak mengancam hubungan berpacaran.

Perbedaan pemilihan conflict resolution style antara lain juga karena adanya faktor-faktor yaitu jenis kelamin, konsep diri, harapan, kekuatan, latihan, pemahaman yang baik, kemampuan komunikasi, pengalaman hidup (Lambert &

Mayers dalam Kurdek, 1994). Pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung yang memiliki pacar, faktor yang pertama adalah jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi mahasiswa dalam menyelesaikan konflik. Antara


(28)

18

Universitas Kristen Maranatha laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan memakai gaya penyelesaian konflik yang berbeda. Hal tersebut disebabkan karena individu cenderung terbiasa terkait dengan peran gender-nya. Misalnya, mahasiswa terbiasa untuk lebih berani memperjuangkan pendapatnya sehingga mereka cenderung akan menggunakan conflict resolution style yang sifatnya lebih asertif daripada mahasiswa yaitu conflict engagement style. Kemudian mahasiswi yang menghayati bahwa perempuan lebih lemah daripada laki-laki maka akan menggunakan style yang compliance. Sementara mahasiswa yang menggunakan konsep penyetaraan gender cenderung menggunakan style yang positive problem solving atau withdrawal.

Secara garis besar konsep diri adalah penilaian mahasiswa mengenai perasaan dan pendapatnya merupakan hal yang bernilai atau tidak bagi pacar akan kemampuan dalam menyelesaikan konflik (Lambert & Mayers dalam Kurdek, 1994). Mahasiswa yang memiliki konsep diri yang positif maka aan memiliki penilaian baik terhadap dirinya bahwa dirinya mampu menyelesaikan konflik dengan baik dan cenderung bersifat positif.

Faktor harapan dilihat dari bagaimana pemikiran mahasiswa terhadap pacarnya yang memang benar-benar ingin menyelesaikan konflik atau tidak (Lambert & Mayers dalam Kurdek, 1994). Mahasiswa yang memiliki harapan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan tepat dan cepat serta memandang bahwa pacarnya benar-benar ingin menyelesaikan konflik akan mengarah pada penggunaan conflict resolution style yang positif.


(29)

Faktor power yaitu persepsi mahasiswa mengenai bagaimana posisi darinya dalam hubungannya dengan pacar yang terlibat konflik. Mahasiswa yang merasa dirinya banyak mengambil keputusan daripada pacar akan menunjukan power yang lebih kuat ketika konflik terjadi. Mahasiswa yang merasa pacarnyalah yang banyak mengambil keputusan maka akan menunjukan power yang lemah ketika terjadi konflik. Power yang dimiliki mahasiswa dalam hubungannya dengan pacar berpengaruh terhadap pemilihan conflict resolution style, yang mana apabila dalam hubungannya tersebut didominasi oleh mahasiswa tersebut maka akan cenderung menggunakan conflict engagement style (Kurdek, 1994).

Faktor practice terkait dengan pengalaman sebelumnya dalam menggunakan conflict resolution style, yaitu menyangkut efektivitas dari conflict resolution style yang pernah diterapkan. Berdasarkan practice, mahasiswa mengembangkan penilaian tertentu mengenai conflict resolution style mana yang paling efektif. Hal tersebut akan mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam menentukan conflict resolution style yang selanjutnya akan ia gunakan ketika menghadapi konflik yang sama (Lambert & Mayers dalam Kurdek, 1994). Mahasiswa yang memandang bahwa conflict resolution style yang positive problem solving adalah cara yang paling efektif bagi dirinya dalam menyelesaikan konflik maka selanjutnya akan menggunakan cara tersebut. Begitu pula dengan yang memandang bahwa style compliance atau withdrawal atau conflict engagement yang paling efektif bagi dirinya maka selanjutnya akan menggunakan cara tersebut.


(30)

20

Universitas Kristen Maranatha Kemudian faktor pengalaman hidup baik personal maupun profesional, telah mengajarkan mahasiswa untuk memandang konflik sebagai sesuatu yang positif atau sesuatu yang negatif untuk diselesaikan. Pengalaman hidup berkaitan dengan bagaimana role models mengajarkan mahasiswa untuk menangani sebuah konflik, sekaligus pengalaman individual sebagai pribadi dewasa dalam menghadapi konflik. Pada umumnya, mahasiswa sering menggunakan conflict resolution style yang ia amati dari role models seiring ia bertumbuh dewasa, kecuali apabila sebagai individu dewasa, ia telah membuat pilihan sendiri untuk merubah atau beradaptasi dengan cara penyelesaian konflik yang lain (Lambert & Mayers dalam Kurdek, 1994). Bila role model mahasiswa dominan menggungakan conflict resolution style yang positive problem solving dalam menyelesaikan konflik maka mahasiswa tersebutpun cenderung dominan menggunakan conflict resolution style yang sama begitu juga dengan ketiga style lainnya.

Pemahaman terhadap konflik berkaitan dengan sejauh mana mahasiswa memahami penyebab terjadinya konflik antara dirinya dengan pacar. Mahasiswa perlu memiliki pemahaman terhadap perbedaan goal yang dimiliki oleh dirinya dan pacar dalam suatu konflik (Wilmot & Hocker, 1991). Melalui pemahaman terhadap konflik yang terjadi, mereka menentukan conflict resolution style apa yang digunakan dalam menghadapi konflik dengan pacarnya.

Kemudian faktor komunikasi yaitu komunikasi yang baik akan berhasil menyelesaikan konflik yang terjadi dan memilih conflict resolution style yang sesuai


(31)

dengan kemampuan komunikasinya. Kemampuan untuk berkomunikasi ini melibatkan kemampuan mahasiswa untuk mengutarakan pendapat pada pacarnya, mendengarkan pendapat pacarnya, dan menghargai pendapat pacarnya saat terjadi konflik (Stanley & Algert, 2007). Mahasiswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan lebih mudah dan lebih sukses dalam melakukan resolusi konflik yang terjadi.


(32)

22

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan pula melalui bagan sebagai

berikut:

1.1 Bagan Kerangka Pikir Mahasiswa

berpacaran di Fakultas Psikologi

Universitas “X” Bandung

Faktor - faktor yang

memengaruhi perbedaan

conflict resolution style:

1. Jenis Kelamin 2. Konsep diri

3. Harapan

4. Power

5. Practice

6. Pemahaman yang

baik

7. Kemampuan

komunikasi

8. Pengalaman hidup

Dimensi Adult Attachment: -Model of Self -Model of

Adult Attachment Style: Secure

Preoccupied Dismissing Fearful

Conflict Resolution Style: Positive Problem

Solving

Conflict Engagement Withdrawal


(33)

1.6Asumsi

1) Adult attachment style mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi

Universitas “X” Bandung dibentuk oleh dua dimensi yaitu model of self dan model of other.

2) Kombinasi dari dimensi adult attachment style mahasiswa yang memiliki

pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung memunculkan empat style yaitu secure, preoccupied, dismissing, dan fearful.

3) Ketika terjadi konflik dalam hubungan berpacaran mahasiswa yang memiliki

pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung menggunakan conflict

resolution style, yaitu positive problem solving, conflict angagement, withdrawal, dan compliance.

4) Conflict Resolution Style mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, konsep diri, harapan, kekuatan, latihan, pemahaman yang baik, kemampuan komunikasi, dan pengalaman hidup.

1.7 Hipotesa

Terdapat hubungan antara adult attachment style dengan conflict resolution style.


(34)

100 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil dan pembahasan juga saran-saran guna perbaikan dan pengembangan pada penelitian-penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara adult attachment style dengan conflict resolution style pada mahasiswa yang memiliki

pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Adult attachment style dan conflict resolution style pada mahasiswa yang

memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung tidak memiliki

hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan conflict resolution style yang ditampilkan oleh mahasiswa, baik secure maupun insecure (preoccupied, dimissing, dan fearful) sebagian besar cenderung memilih style dominan yaitu positive problem solving.

2. Terdapat faktor lain yang lebih memiliki kecenderungan keterkaitan dengan


(35)

3. Sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung dapat dikatakan memiliki keterampilan conflict resolution style yang positive problem solving. Hal ini didukung oleh data sebagian mahasiswa memilih positive problem solving untuk menyelesaikan masalahnya sehingga kebutuhan dan keinginan keduanya sama-sama terpenuhi.

5.2 Saran

5.2.1. Saran Penelitian Lanjutan

Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, maka dari itu saran yang dapat diberikan untuk perbaikan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yaitu:

1. Pertimbangan untuk melakukan penelitian mendalam mengenai faktor

practice yang memengaruhi conflict resolution style seseorang.

2. Adanya keterbatasan metodologi yang berkaitan dengan penilaian pada

kuesioner RSQ untuk menentukan attachment style bila ada nilai tertinggi yang sama maka disarankan untuk mengkaji ulang cara penentuan attachment style atau menggunakan alat ukur lain.


(36)

102

Universitas Kristen Maranatha 2.2.2. Saran Praktis

1. Bagi individu hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk bahan informasi

mengenai adult attachment style mana yang paling banyak dimiliki oleh

mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung dan kaitannya dengan conflict resolution style untuk dapat mengetahui conflict resolution style apa yang paling efektif ketika menghadapi konflik interpersonal dengan pacarnya.

2. Bagi psikolog maupun badan atau lembaga psikologi yang bergerak dalam

ruang lingkup perkembangan, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran adult attachment style yang dimiliki individu serta gambaran conflict resolution beserta faktor yang memiliki kecenderungan terkait dengan pemilihan conflict resolution style yang dimiliki individu terutama yang sedang menjalin hubungan pacaran dan bina pranikah pada usia dewasa awal. Psikolog dapat membantu untuk memberikan insight bagi dewasa awal dalam sesi konseling tentang sebaiknya bersikap ketika menghadapi pasangan dengan attachment style tertentu dan conflict resolution style apa yang paling efektif bagi pasangan tersebut ketika menghadapi konflik.

3. Bagi masyarakat dengan attachment style dismissing, preoccupied, dan fearful

diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi untuk lebih memahami diri dan meningkatkan kemampuan diri dalam berinterkasi interpersonal dengan orang lain selain pacar. Melakukan latihan dalam menggunakan conflict resolution style yang efektif untuk dapat menyelesaikan


(37)

konflik secara konstruktif. Pada dasarnya setiap attachment style terbukti dapat memilih conflict resolution style konstruktif yaitu conflict resolution style positive problem solving saat menghadapi konflik dengan pacarnya.


(38)

104 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bartholomew, K.1991. A Test of Four Category Model of Attachment on Young Adults, Journal of Personality and Social Psychology Vol. 61 . American Psychologycal Association.

.1998.Methods of Assessing Adul Attachment:Do They Converge?,dalam Simpson, J.A.dan Rholes, W.S. Attachment Theory and Close Relationships. New York: Guilford Press.

Bowbly,J.1969.Attachment and Loss Vol 1: Attachment. New York: Basic Books Inc.

______1988. A secure Base.New York:Books Inc.

Cox, Frank D. 1984. Human Intimacy; Family and Its Meaning 3rd edition.

Minnesota: West Publishing Co.

Coleman, Peter T..,& Morton D. 2006. The Handbook of Conflict Resolution Style Theory and Practice, 2nd edition. USA: Jossey-Bass, A Wiley Imprint.

De Genova.2008. Intimate Relationship. Marriage and Families. New York: McGraw Hill

Duval,E.M.& Miller,B.C.1997.Merriage and Family Development (5th ed.). New

York: Harper & Row, Publishers.

Feeney, J. & Noller, P.1996. Adult Attachment. Thousand Oaks : SAGE Publications Florsheim, P.2008. Adolescent Romantic Relations and Sexual Behavior: theory,

research, and practical implications. Mahwah: Laurence Erlbaum inc.publisher.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Boston : Allyn and Bacon.


(39)

105 Universitas Kristen Maranatha Kumar, Ranjit.2005. Research Methodology : A Step-By-Step Guide For Beginners.

Australia : Sage Publications.

Kurdek, L.A. 1994. Conflict Resolution Style in Gay, Lesbian, Heterosexual Nonparent, and Heterosexual Parent Couples. Journal of Marriage and The Family. Vol 56. National Council on Family Relations Stable.

, L.A. 1994. Predicting Change in Marital Satisfaction from Husbands’ and

Wives’ Conflict Resolution Style. Journal of Marriage and The Family. Vol 56. National Council on Family Relations Stable.

, L.A.2002. On being insecure about the assessment of attachment styles. Journal of Social and Personal Relationships. Vol.19. London: Thousand Oaks, ca and New Delhi.

Lemme, Barbara Hansen. 1995. Developmental in Adulthood. Boston : Allyn and Bacon Publ.

Mikulincer, M.& Shaver.2007. Attachment in Adulthood. New York: The Guilford Press A Division of Gulford Publication.

Orlofsky, J.L, Marcia, J.E., Waterman, A.S., Matteson, D.R.,Archer, S.L.1993. Ego Identity: A Handbook for Psycholgical Research. New York: Sprinegr-Verlag.

Papalia, D.E., S.W. Olds, & R.D. Feldman.2004. Human Development. 9th ed. St.

Louis: McGraw

. D.E., S.W. Olds, & R.D. Feldman.2009. Human Development. 10th ed. St.

Louis: McGraw

Pietromonaco, Paula R. & Greenwood, Dara. 2004. Conflict in Adult Close Relationships: An Attachment Perspective.


(40)

106 Universitas Kristen Maranatha http://www.people.umass.edu/monaco/Pietomonacoetal_attachmentandconflic t.pdf(diunduh pada tanggal 7 Januari 2014)

Santrock, John. W.2006. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

, John. W.2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Shaver, Philip R.;Colins, Nancy&Clark,Catherine.(1995).Attachment Styles and Internal Working Models of Self and Relationships Partners.In Fletcher, G.J.O&Fitness, J.(Eds).(1995).Knowledge Structures in Close Relationships:A Social Psychology Approach, Hillsdale,NJ:Erlbaum.

.(1998). Self-Report Measurement of Adult Attachment. In Simpson, J.A.& Rholes, W.S. (ed)(1998), Attachment Theory and Close Relationships. New York: The Guilford Press.

Sperling, M.B.,Berman,W.H.1994.Attachment in Adult: Clinical and Developmental Perspectives. New York:

Stanley, C.A., & Algert, N.E.2007. Conflict Management. Journal of Effective Practices For Academic Leaders, 2 (9), 1-16.

Wilmot, W. Wiliam & Hocker, L. Joyce. (2001). Interpersonal Conflict, 6th edition.


(41)

107 Universitas Kristen Maranatha Penyelesaian Konflik dalam Hubungan Berpacaran.Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran.

Karyadi, Monica.0930003.2013.Studi deskriptif mengenai conflict resolution style pada calon sumai/istri peserta KPP di Keuskupan Agung Pontianak.Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha.

http://root93.blogspot.com diakses pada tanggal 11 Desember 2013.

http://cobacobasiapataujadi.blogspot.com) diakses pada tanggal11 Desember 2013.

www.andifirmanc.worpress.com/2012/11/27/interaksi-manusia-sebagai-makhluk-sosial/


(1)

102

Universitas Kristen Maranatha

2.2.2. Saran Praktis

1. Bagi individu hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk bahan informasi mengenai adult attachment style mana yang paling banyak dimiliki oleh

mahasiswa yang memiliki pacar di Fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung dan kaitannya dengan conflict resolution style untuk dapat mengetahui conflict resolution style apa yang paling efektif ketika menghadapi konflik interpersonal dengan pacarnya.

2. Bagi psikolog maupun badan atau lembaga psikologi yang bergerak dalam ruang lingkup perkembangan, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran

adult attachment style yang dimiliki individu serta gambaran conflict resolution beserta faktor yang memiliki kecenderungan terkait dengan

pemilihan conflict resolution style yang dimiliki individu terutama yang sedang menjalin hubungan pacaran dan bina pranikah pada usia dewasa awal. Psikolog dapat membantu untuk memberikan insight bagi dewasa awal dalam sesi konseling tentang sebaiknya bersikap ketika menghadapi pasangan dengan attachment style tertentu dan conflict resolution style apa yang paling efektif bagi pasangan tersebut ketika menghadapi konflik.

3. Bagi masyarakat dengan attachment style dismissing, preoccupied, dan fearful diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi untuk lebih memahami diri dan meningkatkan kemampuan diri dalam berinterkasi interpersonal dengan orang lain selain pacar. Melakukan latihan dalam menggunakan conflict resolution style yang efektif untuk dapat menyelesaikan


(2)

103

Universitas Kristen Maranatha

konflik secara konstruktif. Pada dasarnya setiap attachment style terbukti dapat memilih conflict resolution style konstruktif yaitu conflict resolution


(3)

104 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bartholomew, K.1991. A Test of Four Category Model of Attachment on Young Adults, Journal of Personality and Social Psychology Vol. 61 . American Psychologycal Association.

.1998.Methods of Assessing Adul Attachment:Do They Converge?,dalam Simpson, J.A.dan Rholes, W.S. Attachment Theory and Close Relationships. New York: Guilford Press.

Bowbly,J.1969.Attachment and Loss Vol 1: Attachment. New York: Basic Books Inc.

______1988. A secure Base.New York:Books Inc.

Cox, Frank D. 1984. Human Intimacy; Family and Its Meaning 3rd edition. Minnesota: West Publishing Co.

Coleman, Peter T..,& Morton D. 2006. The Handbook of Conflict Resolution Style

Theory and Practice, 2nd edition. USA: Jossey-Bass, A Wiley Imprint.

De Genova.2008. Intimate Relationship. Marriage and Families. New York: McGraw Hill

Duval,E.M.& Miller,B.C.1997.Merriage and Family Development (5th ed.). New York: Harper & Row, Publishers.

Feeney, J. & Noller, P.1996. Adult Attachment. Thousand Oaks : SAGE Publications Florsheim, P.2008. Adolescent Romantic Relations and Sexual Behavior: theory,

research, and practical implications. Mahwah: Laurence Erlbaum

inc.publisher.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Boston : Allyn and Bacon.


(4)

105 Universitas Kristen Maranatha

Hazan, Cindy dan Shaver, Philip.1987.Romantic Love Conceptualized as an attachment process. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 52

American Psychological Association, 511-525.

Kumar, Ranjit.2005. Research Methodology : A Step-By-Step Guide For Beginners. Australia : Sage Publications.

Kurdek, L.A. 1994. Conflict Resolution Style in Gay, Lesbian, Heterosexual Nonparent, and Heterosexual Parent Couples. Journal of Marriage and The

Family. Vol 56. National Council on Family Relations Stable.

, L.A. 1994. Predicting Change in Marital Satisfaction from Husbands’ and Wives’ Conflict Resolution Style. Journal of Marriage and The Family. Vol 56. National Council on Family Relations Stable.

, L.A.2002. On being insecure about the assessment of attachment styles.

Journal of Social and Personal Relationships. Vol.19. London: Thousand

Oaks, ca and New Delhi.

Lemme, Barbara Hansen. 1995. Developmental in Adulthood. Boston : Allyn and Bacon Publ.

Mikulincer, M.& Shaver.2007. Attachment in Adulthood. New York: The Guilford Press A Division of Gulford Publication.

Orlofsky, J.L, Marcia, J.E., Waterman, A.S., Matteson, D.R.,Archer, S.L.1993. Ego Identity: A Handbook for Psycholgical Research. New York: Sprinegr-Verlag.

Papalia, D.E., S.W. Olds, & R.D. Feldman.2004. Human Development. 9th ed. St. Louis: McGraw

. D.E., S.W. Olds, & R.D. Feldman.2009. Human Development. 10th ed. St. Louis: McGraw

Pietromonaco, Paula R. & Greenwood, Dara. 2004. Conflict in Adult Close


(5)

106 Universitas Kristen Maranatha

http://www.people.umass.edu/monaco/Pietomonacoetal_attachmentandconflic t.pdf(diunduh pada tanggal 7 Januari 2014)

Santrock, John. W.2006. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

, John. W.2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Shaver, Philip R.;Colins, Nancy&Clark,Catherine.(1995).Attachment Styles and

Internal Working Models of Self and Relationships Partners.In Fletcher,

G.J.O&Fitness, J.(Eds).(1995).Knowledge Structures in Close Relationships:A

Social Psychology Approach, Hillsdale,NJ:Erlbaum.

.(1998). Self-Report Measurement of Adult Attachment. In Simpson, J.A.& Rholes, W.S. (ed)(1998), Attachment Theory and Close Relationships. New

York: The Guilford Press.

Sperling, M.B.,Berman,W.H.1994.Attachment in Adult: Clinical and Developmental

Perspectives. New York:

Stanley, C.A., & Algert, N.E.2007. Conflict Management. Journal of Effective

Practices For Academic Leaders, 2 (9), 1-16.

Wilmot, W. Wiliam & Hocker, L. Joyce. (2001). Interpersonal Conflict, 6th edition. Boston: Mc.Graww Hill.


(6)

107 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Yulian, Arashidya N.2011.Hubungan Pola Attachment Dewasa dengan Gaya Penyelesaian Konflik dalam Hubungan Berpacaran.Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Fakultas Psikologi, Universitas Padjajaran.

Karyadi, Monica.0930003.2013.Studi deskriptif mengenai conflict resolution style pada calon sumai/istri peserta KPP di Keuskupan Agung Pontianak.Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha.

http://root93.blogspot.com diakses pada tanggal 11 Desember 2013.

http://cobacobasiapataujadi.blogspot.com) diakses pada tanggal11 Desember 2013.

www.andifirmanc.worpress.com/2012/11/27/interaksi-manusia-sebagai-makhluk-sosial/