Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan Oleh : K.R.H. Hadjid Filsafat Manusia Menurut Muhammadiyah.
1
Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan
Oleh : K.R.H. Hadjid
Muqoddimah
Sejak pulang dari pondok Termas 1916 saya masuk perkumpulan
Muhammadiyah. Pada waktu itu saya berumur 19 tahun. Kemudian Saya berguru,
berteman dengan K.H. Ahmad Dahlan pendiri perkumpulan Muhammadiyah
tersebut sehingga beliau wafat pada tahun 1923.
Jadi genap 6 tahun saya berkhidmat, berguru dan berteman dengan beliau.
Dalam waktu 6 tahun itu saya tidak mendapat ilmu apapun dari beliau yang dapat
tercatat dalam hati, kecuali hanya 7 perkara. Begitu juga saya yakin, bahwa
kesulitan yang timbul dalam masyarakat umum dan dunia internasional akan
dapat diatasi dengan 7 perkara, yang akan saya terangkan dalam buku ini.
Namun, sebelum saya menerangkan wejangan atau pelajaran dari K.H.
Ahmad Dahlan yang 7 perkara itu, lebih dahulu perlu saya terangkan disini, kitabkitab apa yang mengisi jiwa K.H. Ahmad Dahlan.
Pada mulanya kitab-kitab yang dipelajari atau yang ditela‟ah oleh beliau,
adalah kitab-kitab yang biasa dipelajari oleh kebanyakan para ulama di Indonesia
dan ulama Makkah. Misalnya dalam buku „Aqaid ialah kitab yang beraliran Ahlus
Sunnah wal Jama‟ah, ilmu Fiqh dari Madzhab Syafi‟iyyah, dalam ilmu Tasawuf
menurut imam Al-Ghozali.
Kemudian setelah itu beliau mempelajari Tafsir Al-Manar karangan
Rasyid Ridho, majalah Al-Manar dan Tafsir Juz „Amma karangan Muh. Abduh
dan Muthola‟ah kitab Al Urwatul Wutsqa karangan Jamaluddin Al-Afghani.
Selama mengikuti beliau, saya sering melihat beberapa kitab yang sering menjadi
rujukan Kyai Haji Ahmad Dahlan, yaitu: (1). Kitab Tauhid Muhammad Abduh,
(2). Tafsir Juz „Amma Muhammad Abduh, (3). Kitab Kanzul „Ulum, (4). Dairatul
Ma‟arif karangan Farid Wadji, (5). Kitab-kitab fil bid‟ah karangan Ibnu
Tayyimah, sebagaimana kitab attawassul wal wasilah, (6). Kitab Al-Islam wan-
2
Nashariyyah karangan Muhammad Abduh,(7). Kitab Idharulhaq karangan
Rahmatullah Al-Hindi dan kitab-kitab hadits karangan ulama madzhab Hambali
dan lain-lainnya yang tidak perlu satu-persatunya saya terangkan disini.
Kemudaian daripada itu, risalah dalam Bagian kedua buku ini adalah
dalam upaya mengungkap kembali jiwa Muhammadiyah yang dewasa ini sudah
banyak yang ditinggalkan, khususnya oleh keluarga Muhammadiyah sendiri,
dengan kami ungkapkan ayat-ayat al-Qur`an yang betul-betul diperhatikan dan
dilaksanakan oleh KHA. Dahlan.
Ayat-ayat Al-Quran tersebut terdiri dari 17 kelompok ayat-ayat Al-Qur`an,
yang kami sendiri menghayati bagaimana ayat-ayat tersebut dipraktekkan.
Bagaimana faham KHA. Dahlan dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut,
hendaknya menjadi pegangan pokok pewaris-pewaris Muhammadiyah. Demikian
keteguhan KHA. Dahlan dalam memperjuangkan Islam dapatlah menjadi
pedoman dan perhatian kita bersama.
Bagi keluarga Muhammadiyah setidak-tidaknya mengerti tentang apa dan
bagaimana Kha. Dahlan memahami dan melaksanakan ayat-ayat tersebut.
Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan risalah ini dapat menajadi
pegangan kita semua, sebagai bekal berjuang yang nantinya dapat bermanfaat bagi
Muhammadiyah khususnya, umat Islam umumnya demikian pula masyarakat
pada umumnya.
Perbedaan K.H. Ahmad Dahlan
dengan ulama lainnya
K.H. Ahmad Dahlan di samping mempunyai sifat dzakak (cerdas akalnya)
untuk memahami kitab yang sukar, beliau mempunyai maziyah atau keistimewaan
dalam khauf atau rasa takut terhadap ( )نبـآء العظيمKabar bahaya yang besar) yang
tersebut dalam Al-Qur‟an surat An-Naba‟, sehingga nampak dalam kata-katanya,
pelajaran yang diberikan dan nasehat-nasehat serta wejangan-wejangan beliau.
Pada akhir usianya, ketika beliau sakit nampak sedang dakam sifat
raja‟yaitu mengharap-harap rahmat Tuhan.
3
Seumpama para ulama saya gambarkan sebagai tentara, dan kitab–kitab
yang tersimpan dalam perpustakaan-perpustakaan, toko-toko kitab, saya
gambarkan sebagai senjata-senjata yang tersimpan dalam gudang, maka K.H.
Ahmad Dahlan seperti salah satunya tentara yang tahu mempergunakan
bermacam–macam senjata menurut mestinya. Sehingga K.H. Ahmad Dahlan itu
mendapat berkah dari Allah SWT. Berguna bagi umat Islam Indonesia dan
perkumpulan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan yang
maksudnya untuk patuh mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW mendapat
karunia dan dapat hidup dengan suburnya.
Sekarang tibalah saatnya saya terangkan wujud daripada 7 perkara
pelajaran K.H. Ahmad Dahlan yang sangat penting untuk bekal hidup di dunia
dan akherat.
Pelajaran Pertama
Fatwa K.H. Ahmad Dahlan rahimahullahu ta`ala:
“Kita manusia ini, hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh. Sesudah
mati akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraankah?”
Kerap kali beliau mengutarakan perkataan ulama,
Artinya: “Manusia itu semuanya mati (mati perasaannya) kecuali para
ulama, yaitu orang-orang yang berilmu. Dan ulama-ulama itu dalam
kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramal pun
semuanya dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas dan bersih”.
Keterangan:
Coba buktikanlah. Fikirkanlah dan lihatlah nyata bahwa : Tiap-tiap
manusia masing-masing tertarik dan merasakan hal-hal yang sedang meliputi
dirinya dan disitulah mereka mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Hingga
mereka lupa tidak ingat akan nasibnya di kemudian hari.
Kebanyakan manusia tidak memikirkan nasibnya sesudah mati karena
tergila-gila merasakan kesenangan atau tenggelam merasakan kesusahan, hingga
4
mati perasaannya tidak dapat memikirkan dan merasakan bagaimana nasibnya
dikemudian hari bahagiakah atau sengsarakah?
Ada orang yang membuat perumpamaan demikian: Hidup manusia adalah
seperti seorang yang berdiri diatas pagar sumur, tanah dibawahnya telah rebah,
lagi pula didalam sumur tersebut ada seekor ular yang sangat besar. Orang yang
berdiri diatas pagar sumur sumur itu tidak mengetahui bahwa dia dalam keadaan
yang demikian itu. Dia berpegang pada tali timba di atas sumur yang hamper
putus karena dimakan tikus. Jika akhirnya tali itu putus pasti dia jatuh kedalam
sumur menjadi mangsa ularyang sangat besar tadi. Tapi orang tadi mukanya
menentang ke atas, lidahnya menjilat madu, dia hanya tertarik merasakan
manisnya madu, lengah bahwa tali itu pasti putus, lupa bahwa dia diatas sumur
yang didalamnya terdapat seekor ular yang sangat besar.
Begitulah gambaran manusia hidup didunia, yaitu manusia hanya akan
tertarik merasakan manis dan lezatnya madu yang baru meliputinya, lupa kepada
tali yang dipegang bahwa tali itu pasti putus. Artinya: manusia lupa bahwa
bertambah hari, makin berkurang umurnya, dan makin dekat dengan kepada saat
kematiannya. Keadaan sumur itu menjadi gambaran: didalam sumur ada ularnya
yang sangat besar artinya : ada bahaya yang sangat besar.
Saya ulangi perkataan: hidup didunia hanya sekali buat tebakan, hidup
sekali buat pertaruhan. Itu jelasnya demikian :
a.
Golongan orang–orang yang belum mendapat ajaran agama, atau menolak
ajaran agama, tergesa–gesa mengambil keputusan akan menemui kejadian
apapun tidak ada pengusutan dan tidak ada pembalasan pahala dan hukuman.
b.
Menurut ajaran para nabi, para Rasul dan terutama ajaran nabi Muhammad
saw berganti–ganti, terus–menerus hingga sekarang ini, mereka umat islam
mengambil keputusan bahwa manusia itu ada asal usulnya, sesudah mati akan
menerima akibat pahala ataupun hukuman.
Terhadap orang–orang yang berbuat salah, buruk tingkah lakunya akan
mendapatkan hukuman dan siksa yang sangat pedih. Kalau hidupnya yang
sekali itu sampai sesat, keliru apalagi sampai salah kepercayaan dan tingkah
5
lakunya pasti akan salah terka, akan rugi, celaka dan sengsara selamalamanya.
Bertalian dengan pelajaran pertma ini, didekat meja tulis K.H. Ahmad Dahlan
terpampang papan tulis. Pada papan tersebut suatu peringatan yang khusus
untuk beliau yang selalu diperhatikan siang dan malam. Peringatan itu
berbunyi demikian :
Artinya:
“Hai Dahlan!! Sungguh bahaya yang menyusahkan itu terlalu besar
demikian pula perkara–perkara yang mengejutkan di depanmu, dan
pasti kau akan menemui kenyataan demikian itu, mungkin engkau
selamat tetapi juga mungkin tewas menemui bahaya.”
“Hai Dahlan !! coba bayangkanlah seolah–olah badanmu sendiri
hanya berhadapan dengan Allah saja dan dihadapanmu ada bahaya
maut, peradilan, hisab atay peperiksaan, surga dan neraka. (hitungan
yang akhir itulah yang menentukan nasibmu). Dan fikirkanlah,
renungkanlah apa–apa yang mendekati kau dari pada sesuatu yang ada
dimukamu (bahaya maut) dan tinggalkanlah selain itu”.
Selanjutnya ada lagi tulisan demikian :
“Mereka sangat tertarik kepada dunia karena mendapatkan Ijazah
tanpa sekolah, tetapi mereka yang bersekolah karena senang kepada
akhirat selalu tidak naik kelas, padal sungguh–sungguh belajarnya. Ini
menggambarkan orang yang celaka, sengsara didunia dan diakhirat
karena tidak mau mengekang hawa nafsunya.”
Artinya:“Mengertikah kau, akan orang yang meng-Tuhan-kan Hawa
nafsunya?” (al-Jatsiyah:23)
Sering, setiap teman–teman K.H. Ahmad Dahlan sedang berkumpul,
beliau memberikan peringatan demikian:
“Lengah, Kalau sampai terlanjur terus–menerus lengah, tentu akan
sengsara di dunia dan akhirat. Maka dari itu jangan sampai lengah kita harus
6
berhati–hati. Sedangkan orang yang mencari kemuliaan didunia saja, kalau
hanya seenaknya tidak bersungguh–sungguh tidak akan berhasil, apalagi mencari
keselamatan dan kemuliaan di akhirat. Kalau hanya seenaknya sungguh tidak
akan berhasil”.
Pada
suatu
hari
K.H.
Ahmad
Dahlan
memberi
fatwa
demikian:“Bermacam–macam corak–ragamnya mereka mengajukan pertanyaan
demikian:
“Bermacam-macam corak garamnya mereka menggajukan pertanyaan
soal-soal agama. Tetapi tidak ada satupun yang mengajukan pertanyaan
demikian: harus bagaimanakah supaya diriku selamat dari api neraka? Harus
mengerjakan perintah apa? Beramal apa? Menjauhi dan meninggalkan apa?
Pernyataan K.H. Ahmad Dahlan:
“Orang yang sedang tersangkut perkara criminal, dia takut akan dijatuhi
hukuman penjara. Menunggu–nunggu putusan hakim pengadilan negeri, karena
takut hukuman penjara. Siang dan malam selalu termenung, sampai makan tidak
enak, tidur tidak nyenyak. Selalu gelisah dan kesana kemari mencari Advocat
atau pokrol.
Tentu saja orang mukmin yang takut akan bahaya maut, takut akan diusut
perbuatannya, takut akan diputus perkaranya, takut akan adanya pembalasan
berupa siksa atau hukuman, pasti selalu harus bingung mencari usaha bagaimana
caranya mendapat keselamatan, harus kemana-mana bertanya, bagaimana supaya
dapat selamat. Tidak cukup hanya kira-kira dan diputusi sendiri. Ingatlah : hanya
sekali hidup di dunia untuk bertaruh”.
Pelajaran Kedua
“Kebanyakan diantara manusia berwatak angkuh, dan takabur, mereka
mengambil keputusan sendiri-sendiri.”
Keterangan :
Sebagaimana orang Yahudi yang menganggap bahwa dirinya akan
bahagia, selain orang Yahudi akan sengsara. Begitu juga orang Kristen
7
menganggap bahwa hanya golongannya yang akan bahagia mendapat surga,
lainnya akan sengsara.
Begitulah anggapan tiap-tiap golongan agama, sebagaimana golongan
Majusi, Shabiah dan lain-lainnya lagi. Mereka mempunyai anggapan sendiri
bahwa hanya golongannya saja yang akan selamat, lainnya sengsara. Golongan
islam juga menetapkan demikian. Hanya golongan islam yang selamat dari api
neraka, selain golongan islam akan sengsara.
Sekarang, bagaimana orang yang tidak beragama ? Adapun Golongan
mereka yang tidak berdasar agama ditetapkan oleh golongan-golongan beragama
baik golongan Islam, Yahudi, Kristen, Majusi ataupun golongan agama lainlainnya bahwa golongan yang tidak beragama itu semuanya akan celaka dan
sengsara.
Namun sebaliknya, golongan yang tidak beragama mempunyai anggapan
bahwa manusia itu sesudah mati tidak akan celaka dan tidak akan disiksa.
Maka teranglah disini bahwa tiap-tiap golongan melemparkan kecelakaan
kepada lainnya. Pernyataan fatwa K.H. Ahmad Dahlan:
“Manusia satu sama lain selalu melemparkan pisau cukur, mempunyai
anggapan pasti tepat dia melemparkan celaka kepada orang lain”.
K.H. Ahmad Dahlan heran, mengapa pemimpin-pemimpin agama dan
tidak beragama selalu hanya beranggap, mengambil keputusan sendiri tanpa
mengadakan
pertemuan
antara
mereka,
tidak
mau
bertukar
fikiran
memperbincangkan mana yang benar dan mana yang salah? Hanya anggapananggapan, disepakatkan dengan isterinya, disepakatkan dengan muridnya,
disepakatkan dengan teman gurunya sendiri. Tentu saja dibenarkan. Tetapi
marilah mengadakan permusyawaratan dengan golongan lain di luar golongan
masing-masing untuk membicarakan manakah sesungguhnya yang benar itu? Dan
manakah sesungguhnya yang salah itu?
Keadan demikian itu banyak terdapat dalam golongan satu macam agama,
menganggap salah terhadap sebagian golongan yang lain. Misalnya mereka yang
beragama Kristen Katholik menganggap salah terhadap mereka yang beragama
8
Kristen protestan. Sebaliknya yang beragama Kristen protestan menyalahkan
kepada mereka yang beragama Kristen Katholik.
Begitu juga dalam kalangan ummat islam, mereka yang mengaku menjadi
Ahlu Sunnah wal Jama‟ah menetapkan salah terhadap mereka yang didakwa
termasuk golongan Mu‟tazilah demikian seterusnya.
Pendek kata tiap-tiap golongan dari yang besar sampai yang kecil malah
sampai kepada perseorangan, mereka menganggap bahwa dirinya yang benar dan
sudah benar, kemudian menyalahkan kepada yang lainnya.
Artinya: “Semua golongan bersukaria dengan barang yang ada
dalam golongannya”. (Ar-Rum:21)
Mereka merasa sudah benar tidak memerlukan lagi untuk mengetahui
keadaan golongan lain, tidak memerlukan bermusyawarah dengan golongan lain
dan mengabaikan terhadap hujjah atau alasan golongan lain. Sudah teguh
pendiriannya sengaja tidak mau membanding – banding atau menimbang.
Tetapi kenyataanya satu sama lain selalu bertengkar, berselisih dan
bermusuhan. Padahal sudah menjadi kepastian bahwa barang yang diperselisihkan
itu kalau sudah diselidiki, tentu akan terdapat mana yang benar dan mana yang
salah. Hanya satu yang benar diantara yang banyak itu. Tersebut dalam Al Qur‟an
:
Artinya: “Maka tidak ada sesudahnya yang benar, kecuali yang salah.”
(QS. Yunus: 32)
Apakah sebanyak perselisihan itu benar semua? Hanya sekali hidup di
dunia kalau sampai salah akan celaka. Tetapi bagaimana pun mereka hanya selalu
menganggap dirinya sudah benar dan merasa dalam kebenaran dan hanya
memutuskan sendirian, merasa sudah memakai alasan yang syah tidak khawatir
9
kalau salah. Hanya sekali hidup di bumi untuk bertaruh. K.H. Ahmad Dahlan
membacakan surat Al-`Araf : 99 :
Artinya: “Tidaklah khawatir akan siksa Allah, kecuali mereka golongan
rugi”.
yang
Pelajaran Ketiga
“Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali,
berulang – ulang maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan
yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk di robah. Sudah
menjadi tabi‟at, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah
diterima, baik pun dari sudut keyakinan atau I‟tiqad, perasaan kehendak mau pun
amal
perbuatan.
Kalau
ada
yang
akan
merobah,
sanggup
membela
dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapan bahwa apa
yang dimiliki adalah benar.”
Keterangan:
Hati atau nafsu manusia itulah ada ibarat sebuah botol yang tidak berisi.
Mula-mula lahir di dunia suci-bersih, kemudian orang tuanya diberi tuntunan, dari
pergaulannya mendapat pendidikan dan pelajaran, baikpun dari teman, guru atau
pun dari orang-orang tua di kampong halamannya. Dengan demikian masuklah
beberapa pengetahuan yang mempengaruhi kepada akal fikiran, perasaan,
kehendak dan perbuatannya, tercetak dalam nafsunya hingga menjadi kesenangan
dan kepuasan dan menjadi keteguhan kemudian menganggap hanya itu yang
benar. Bilamana apa berbeda dengan dirinya dianggapnya itu salah.
Manusia tetap seperti botol, selalu menerima sembarang apa yang
mengisinya. Umpama keturunan dari seorang yang tidak beragama, tetap akan
menolak beragama. Begitu pula anak keturunan yang beragama Kristen diisi
10
pelajaran Kristen sampai dewasa tetap beragama Kristen. Anak-anak keturnan
yang beragama Yahudi mulai kecil dididik, diajar agama Yahudi sampai dewasa
teguh menjalankan agama Yahudi. Demikian seterusnya seperti botol, selalu
menerima apa saja yang diisikan. Semuanya hanya Taqlid, menirukan tingkah
laku orang tuanya dan guru-gurunya, menirukan tingkah laku temannya.
Disebutkan dalam Al Qur‟an surat Luqman ayat 21:
Artinya: “Bahkan kami menganut apa-apa yang telah kami jumpai (kami terima)
dari orang-orang tua kami”
Sudah menjadi kebiasaan mereka menganggap terhadap apa yang telah
diterima, itu yang benar selainnya yang tidak cocok dianggap salah dan dianggap
musuh, sehingga anggapannya itu dibela dengan mencari-cari alasan, mencari-cari
dalil untuk membela apa yang telah diterima itu dan menolak tidak
memperdulikan alasan-alasan dalil yang bertentangan dengan apa yang telah
dipegang
teguh.
Pernyataan
Syekh
Muh.
Abduh
r.a:
Artinya: “Kebanyakan manusia mula-mula sudah mempunyai pendirian. Setelah
itu baru mencari dalil dan tidak mau mencari dalil selain yang sudah cocok
dengan keyakinannya jarang sekali mereka mencari dalil untuk dipakai dan
diyakinkan.”
Pernyataan K.H. Ahmad Dahlan:
“Orang yang mencari barang yang hak itu perumpamaannya demikian :
Seumpama ada pertemuan antara orang islam dan orang Kristen, yang beragama
islam membawa kitab suci Al Qur‟an dan yang beragama Kristen membawa bible
(perjanjian lam dan baru), kemudian kedua kitab suci itu diletakan diatas meja.
Kemudian kedua orang tadi mengosongkan hatinya kembali kosong sebagaimana
asal manusia tidak berkeyakinan apapun. Seterusnya bersama-sama mencari
kebenaran mencari tanda bukti yang menunjukkan kebenaran. Lagi pula
pembicaraannya dengan baik-baik tidak ada kata kalah dan menang. Begitu
seterusnya. Demikianlah kalau memang semua itu membutuhkan barang yang
11
hak. Akan tetapi sebagian besar daripada manusia hanya anggap-anggapan
saja,diputuskan sendiri. Mana kebiasaan yang dimilikinya dianggap benar dan
menolak mentah–mentah terhadap yang lainnya yang bertentangan dengan
miliknya. Artinya:
“Manusia itu semua benci kepada yang yang tidak diketahui.”
Artinya: “Maka berilah kabar gembira kepada hambaku yang (mereka
itu) mau mendengarkan ucapan, kemudian mereka itu menganut yang
lebih baik (benar). Orang–orang yang demikian ialah orang–orang yang
mendapat petunjuk dari Allah. Dan orang-orang itulah yang mempunyai
hati (akal yang sempurna)”. (Az-Zumar:17-18).
Keterangan:
Manusia itu perlu sekali mendengarkan segala fatwa ucapan. Dari siapa
saja harus didengar. Jangan sampai menolak, tidak mau mendengarkan suara dari
pihak lain. Selanjutnya suara-suara tadi harus difikir sedalam-dalamnya dan
ditimbang-timbang, disaring dan dpilih mana yang benar.
Manusia perlu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Manusia yang tahu caranya mencuri, tidak bisa ditetapkan sebagai pencuri kecuali
kalau memang benar-benar dia itu mencuri. Begitu juga Kristen yang faham seluk
beluk tentang agama Islam, belum tetap menjadi orang kecuali kalau dia itu benarbenar mengamalkan agama islam. Dan begitu pula sebaliknya orang islam pun
yang tahu seluk beluk agama Kristen juga tidak lalu ditetapkan menjadi orang
Kristen, kecuali kalau memang mengamalkannya tersebut dalam hadits, nabi
Muhammad saw berdo‟a demikian:
Artinya: “Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami akan barang yang hak
sehingga kami dapat benar–benar mengetahui kebenarannya. Dan kami
berharap karunia dari pada engkau supaya dapat kami mengikuti dan
12
menetapi barang yang hak itu. Ya Tuhan Allah, kami mengharap agar
engkau memperlihatkan kepada kami akan barang yang batal (salah),
sehinga kami dapat benar–benar mengetahui kebathilannya dan kami
mengharap karunia dari engkau supaya kami dapat menjauhinya”
Keterangan:
Manusia pada biasanya kalau menerima fatwa orang yang dianggap guru
besar, lalu taqlid, menurut tanpa mengetahui dalil dan tergesa-gesa menolak fatwa
dari pihak lain. Lebih-lebih kalau pihak lain itu dianggap musuh.
Pernyataan sayidina Ali r.a :
Artinya: “Pikirkanlah apa yang diucapkan, jangan melihat kepada orang
yang mengucapkan. Kenalilah kebenaran itu dengan pengetahuan yang benar,
jangan dengan memandang orang.”
Kesimpulannya demikian: “Apa saja seperti pengetahuan, kepercayaan,
perasaan, kehendak, tingkah laku, yang kau miliki, yang tumbuhnya dari
kebiasaan jangan tergesa-gesa diputus sendiri lalu dianggap benar. Hendaklah
dipikir dahulu dibanding dan dikoreksi, apakah sungguh sudah benar.
Manusia belum memperoleh barang hak adalah sebab karena masih bodoh
akan apa sebenarnya barang yang hak, atau sebab menolak barang yang hak,
karena yang membawa yang hak itu dianggap musuh atau bodoh.
Pelajaran Keempat
Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersamasama mempergunakan akal fikirannya untuk berfikir, bagaimana sebenarnya
hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? hidup di dunia
harus mengerjakan apa? dan mencari apa? dan apa yang dituju? Manusia harus
mempergunakan
akal
fikirannya
untuk
mengoreksi
soal
I‟tikad
dan
kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran
13
yang sejati, karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat, akibatnya
akan celaka dan sengsara selama-lamanya.
Artinya: “Adakah engkau menyangka, bahwasannya kebanyakan manusia, suka
mendengarkan atau memikir– mikir? Mau mencari ilmu yang benar? (AlFurqon:44).
Pelajaran Kelima
Setelah
manusia
bermacam–macam
mendengarkan
membaca
beberapa
pelajaran-pelajaran
tumpuk
buku
fatwa
dan
yang
sesudah
memperbincangkan, memikir-mikir, menimbang, membanding-banding kesana
kemari, barulah mereka itu dapat memperoleh keputusan, memperoleh barang
yang benar yang sesungguh-sungguhnya. Dengan akal fikirannya sendiri dapat
mengetahui dan menetapkan inilah perbuatan yang benar.
Sekarang, kebiasan manusia tidak berani memegang teguh pendirian dan
perbuatan yang benar karena khawatir kalau menempati barang yang benar akan
terpisah dari apa-apa yang sudah menjadi kesenangannya khawatir akan terpisah
dengan teman-temannya. Pendek kata banyak kekhawatiran itu yang akhirnya
tidak berani mengerjakan baran yang benar, kemudian hidupnya seperti makhluk
yang tak berakal hidup asal hidup tidak menempati kebenaran.
Artinya: “Adakah engkau kira bahwasannya kebanyakan manusia itu suka
mendengarkan (pelajaran yang benar) atau suka memikir-mikir (menetapi
14
perbuatan yang benar)? Sungguh tidak !!! tak lain dan tak bukan mereka itu
hanyalah sebagai hewan malah mereka itu lebih sesat lagi jalan yang ditempuh.“
(Q.S Al-Furqon 44).
Keterangan :
Kalau kehidupan hewan berebut dan merampas hak lain tidak tahu
peraturan tidak mengerjakan barang benar itu sudah semestinya. Karena hewan
tidak tidak mempunyai akal, tidak dapat berfikir, jadi tidak bersalah. Tetapi kalau
manusia bagaimana? Manusia mengerti barang yang benar, mengerti barang yang
salah, tetapi perbuatannya selalu tidak menepati kebenaran dan tidak tahu gunanya
hidup tidak tahu hikmah dia dijadikan.
Fatwa K.H. Ahmad Dahlan:
“Manusia tidak menuruti, tidak memperdulikan barang yang sudah terang
benar bagi dirinya. Artinya diri sendiri, fikirannya sendiri, sudah dapat
mengatakan itu benar, tetapi tidak mau menuruti barang yang benar, karena
takut mendapat kesukaran takut berat dan macam-macam yang dilhawatirkan
karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlak (budi pekerti)
hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk.”
K.H. Ahmad Dahlan sering berbisik–bisik membaca sya‟ir:
“Dalam agamaku terang benderang bagi orang yang mendapat petunjuk
tetapi hawa nafsunya (menuruti kesenangan) merajalela dimana-mana kemudian
menjadikan akal mansia menjadi buta.”
Fatwa K.H. Ahmad Dahlan:
“Mula–mula agama islam itu cemerlang, kemudian kelihatan makin
suram. Tetapi sesungguhnya yang suram itu adalah manusianya bukanlah
agamanya.”
Agama adalah bukan barang yang kasar, yang harus dimasukan kedalam
telinga, akan tetapi agama Islam adalah agama fitrah. Artinya ajaran yang
mencocoki kesucian manusia. Sesungguhnya agama bukanlah amal lahir yang
dapat dilihat. Amal yang kelihatan itu hanyalah manifestasi dan daya dari ruh
agama. Sesungguhnya agama itu ialah:
15
Artinya: “Condongnya nafsu ruhani naik kepada kesempurnaan tertinggi
yang suci dan luhur, bersih dari pengaruh kebendaan.”
Jadi orang menetapi agama ialah orang yang condong kepda kesucian
iman kepada Allah bersih dari pengaruh yang bermacam-macam. Tersebut dalam
Al Qur‟an surat Ar ruum ayat 30 :
Artinya: “Luruskanlah mukamu mengahdap agama islam dengan
condongnya
hati (kepada Allah) yaitu agama ciptaan Allah. Allah yang telah menjadikan
manusia bersesuaian dengan kesucian agama itu. Tidak ada bandingan bagi
ciptaan Allah itu. Demikian tadi adalah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.”
Keterangan :
1. Manusia asal mulanya suci
2. Kemudian manusia kemasukan adat atau kebiasaan kotor lalu hatinya
mengandung penyakit
3. Kemudian menolak ajaran-ajaran yang baik yang suci dan yang benar
4. Manusia harus mengadakan kebersihan diri dari kotoran-kotoran yang ada
dalam hati. Setelah hatinya jernih, baru dapat menerima ajaran-ajaran para rasul,
kemudian baru dapat meningkat naik ke alam kesucian
Pelajaran Keenam
“Kebanyakan pemimpin–pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan
harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam
kebenaran. Malah pemimpin–pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan,
memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah.”
Pelajaran Ketujuh
Pelajaran terbagi kepada dua bagian:
16
1. Belajar Ilmu (pengetahuan dan teori)
2. Belajar amal (mengerjakan, memperaktekan) Semua pelajaran harus dengan
cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Misalnya : seorang anak
akan mempelajari huruf a, b, c, d kalau belum faham benar-benar tentang 4
huruf
a,
b,
c,
d
itu,
tidak
perlu
ditambah
pelajarannya dengan e, f, g, h. Demikian juga belajar beramal, harus dengan
cara bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan tidak perlu
ditambah.
Penutup
Keterangan tentang ajaran K.H. Ahmad Dahlan saya cukupkan sekian saja.
Mudah–mudahan menjadi modal, pegangan untuk bangkit dan membangun,
mengembalikan perkumpulan Muhammadiyah kepada asal mulanya.
Dalam penutup keterangan saya ini, saya utarakan soal-soal yang perlu
kita fikirkan, demikian sebagai berikut:
1. Adakah kita menyangka, bahwa hidup manusia itu dibiarkan begitu
saja, merdeka menurut kesenangannya sendiri–sendiri, semau-maunya?
Merasa tidak akan bertanggung jawab dan tidak akan ada pertanyaan
dan tuntutan?
2. Adakah manusia dijadikan oleh Allah hanya supaya bermain–main
sesuka hati dan hidup semaunya?
3. Adakah kita mempunyai sangkaan bahwa selama–lamanya akan tetap
hidup tidak akan mati? Tak akan kembali kehadirat ilahi, tidak akan
diusut dan diadili? Coba jawablah!! 4. Adakah kita belum mendengar,
bahwa pesuruh Ilahi Nabi Muhammad saw adalah seorang pemimpin
dunia yang telah datang, membawa agama yang benar yan termasyhur
di dunia untuk menunjukkan kepada jalan yang lurus, yang
mendatangkan kebahagiaan yang sudah nyata jasanya dalam
masyarakat?
17
Kalau sudah mendengar, apa sudah kita melaksanakan dengan sungguhsungguh?
Artinya:“Mudah-mudahan engkau memberi petunjuk kepada kami kepada jalan
yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah engkau beri
kenikmatan, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang
sesat.”
Muqoddimah
Angggaran Dasar Muhammadiyah
“Dengan nama Allah yang Maha pemurah dan Penyayang. Segala puji
bagi Allah yang mengasuh semua alam; yang maha pemurah dan penyayang;
yang memegang pengadilan pada hari kemudian; hanya kepada engkau kami
menyembah dan hanya kepada engkau kami memohon pertolongan; berilah
petunjuk kepada hamba jalan yang lapang; jalan orang-orang yang telah engkau
beri kenikmatan yang tidak dimurkai dan tidak tersesat lagi.”
“Saya ridho ber-Tuhan kepada ALLAH, beragama kepada ISLAM,
bernabi kepada MUHAMMAD rasulullah saw.” Amma ba‟du , bahwa
sesungguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Bertuhan dan
beribadah
serta
tunduk
dan
ta‟at
kepada
Allah
adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama
manusia. Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hokum qudrat) Allah atas
kehidupan manusia di dunia ini. Masyarakat yang sejahtera, aman, damai,
18
makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan diatas dasar keadilan, kejujuran,
persaudaraan and gotong-royong bertolong-tolongan dengan bersendikan hokum
Allah yang sebenarnya, lepas daripada pengaruh syaitan dan hawanafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian nabi yang bijaksana dan
berjiwa suci adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan
sebaik-baiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang mana pun juga, ada
kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku bertuhan kepada Allah.
Agama islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian nabi, sejak nabi
adam a.s sampai nabi Muhammad saw dan diajarkan kepada umatnya masingmasing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.
SYAHDAN, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa
sebagai yang tersebut diatas itu, tiap-tiap orang terutama orang islam, umat yang
percaya akan Allah dan hari kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian nabi
yang suci; beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan
segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di
dunia
ini,
dengan
niat
yang
murni,
tulus
dan
ikhlas
karena
Falsafah Ajaran KH. Ahmad Dahlan K. H. A. Hajid (Edisi Revisi Th 2004) 18
Allah semata-mata dan hanya mengharapkan ridho-Nya belaka, serta mempunyai
rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya; lagi pula harus
sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan
yang menimpa dirinya atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan
penuh
pengharapan
atas
perlindungan
dan
pertolongan
Allah yang maha kuasa. Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang
demikian
itu
maka
dengan berkat rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al Qur‟an surat
Ali Imron ayat 104
19
Artinya: “Adalakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak
kepada keislaman, menyruh kepada kebaikan dan mencegah daripada
keburukan. Mereka itulah golongan yangb eruntung berbahagia.”
Pada tanggal 8 dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan 18 November
1912 miladiyah oleh alm. K.H. Ahmad Dahlan didirikanlah suatu persyarikatan
sebagai “Gerakan Islam” dengan nama “Muhammadiyah” yang disusun dengan
majlis-majlis atau bagian-bagiannya mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan
“syura”
yang
dipimpin
oleh
hikmah
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan atau “muktamar” Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan
kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah rasulNya
Nabi Muhammad saw guna mendapat karunia dan ridhoNya di dunia dan akhirat
dan untuk mencapai masyarakat yang sentosa dan bahagia disertai nikmat dan
rahmat Allah yang melimpah-limpah sehingga merupakan
(negara yang indah,
bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan yang maha Pengampun).
Maka dengan Muhammadiyah ini mudah-mudahan umat Islam dapat diantarkan
kepintu gerbang syurga “Jannatun Na‟im” dengan keridhoan Allah yang Rahman
dan Rahim.***
20
Judul
Filsafat manusia dalam
Pemikiran Muhammadiyah
Dibedakan
Ontologi:
Manusia
berasal dari
Tuhan
menjadi
Objek formal
Filsafat
manusia
Objek material
Pemikiran
muhammadiyah
Epistemologi
:
Berfikir dan
bertafakur
Aksiologi:
Rausyan-fikr
dan
monodualis
Kerangka
teoritis
Filsafat ilmu
a. Ontologi
b. Epistemo
logi
c. Aksiologi
21
CURRICULUM VITAE
Nama
: Tabah Sulistyono
Tempat, Tanggal Lahir
: Karanganyar, 17 Juni 1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
NBM
: 1120 8815 1202263
Pekerjaan
: Guru Tetap Yayasan Muhammadiyah
Alamat kantor
: MI Muhammadiyah Karanganyar dengan alamat Jln.
Ci Tarum I, no. 9, Tegalgede, Karanganyar,
Karanganyar.
Hp
: 085 329 012 062
Alamat
1. Rumah
: Jalan Nanthi-Jatikuwung Km.2, Gang Noyo no.3
Gondopolo, Jatisuko, Jatipuro, Karanganyar, Jawa
Tengah.
2. E-mail
: [email protected]
3. Facebook
: Tabah Sulistyo Nayarana
4. Blog
: www.Sang _Pemuja_Kesepian.blogspot.com
Orang Tua
1. Ayah
: Kasingun
2. Ibu
: Samiyem
Riwayat Pendidikan
1. SD
: SDN 03 Jatisuko (1995-2001)
2. SMP
: SMP N 2 Jatipuro (2001-2004)
3. SMA
: MAN Karanganyar, jurusan IPA (2004-2007)
4. Perg.Tinggi
: S1- IAIN Surakarta, prodi Aqidah-filsafat
(2007-2012)
S2-Pascasarjana UMS, Magister Pemikiran Islam
(2013-2016)
22
Pengalaman Organisasi
1.
:
Sekretaris Umum Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kecamatan
Jatipuro (2012-2016).
2.
Sekretaris PRM Masjid Al-Muttaqin Gondopolo, Jatisuko, Jatipuro.
3.
Sekretaris Umum FOSHIQ Desa Jatisuko
4.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Kecamatan Jatipuro
5. Sekretaris takmir Masjid al-Muttaqin Gondopolo (2007-sekarang).
6.
Moderator Tetap pada Diskusi Bulanan Rutin PCPM kecamatan Jatipuro.
7.
Pengurus IRMAS AN-NAHL Jatisuko (2003-sekarang).
8.
Pengurus Osis-Ambalan (2005-2007).
9.
Anggota Penasehat Buletin Rohis (2006-2007).
10. Bendahara IMANKA 2007 (2008-sekarang).
11. Anggota Dewan Masjid Jatisuko (2009-sekarang).
12. Ketua TPQ AL-UMMKHOM Jatisuko (2009-2013).
13. Pjs. Ketua Karang Taruna MAESTO KENCONO.
14. Anggota HIMAKA (2011-sekarang).
15. Pengurus BEM-J Ushuluddin (2007-2008).
16. Panitia Pemilihan Presiden BEM-J Ushuluddin tahun 2007.
17. Pelopor dan anggota USS One-Jur.Ushuluddin
18. Team editor majalah Masyarakat Kata (2010-2012).
19. Ketua KKN-Transformatif di kec. Sambi, Boyolali (2010).
Karya Ilmiah:
1. Ensiklopedi Abad 19, makalah disampaikan pada Lomba Karya Ilmiah
Individual Mahasiswa IAIN Surakarta Tahun 2011.
2. Insan Kamil: Studi Tasawuf dalam Serat Centhini, Skripsi S1 pada
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta.
3. Fungsi Kajian Filsafat: Suatu Kajian tentang Pemikiran ST. Aquinas dan
Fungsinya bagi Aqidah Umat Islam, makalah disampaikan pada Diskusi
Bulanan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kecamatan Jatipuro
23
pada tanggal 19 Ramadhan 1436 H di masjid Tanjung, Jatisobo, Jatipuro,
Karanganyar.
4. Konsep Manusia dalam Al-Qur`an: Suatu Tinjauan Filsafat, makalah
disampaikan
pada
Diskusi
Bulanan
Pimpinan
Cabang
Pemuda
Muhammadiyah Kecamatan Jatipuro pada tanggal 18 Syawal 1436 H di
masjid Pucangsari, Jatiwarno, Jatipuro, Karanganyar.
5. Perbuatan Manusia dalam Muhammadiyah: Tinjauan Teologis, makalah
disampaikan
pada
Diskusi
Bulanan
Pimpinan
Cabang
Pemuda
Muhammadiyah Kecamatan Jatipuro pada hari Ahad Kliwon, 28 Jumadil
Awwal 1437 H /6 Maret 2016 M di masjid Hasna, Jatikuwung, Jatipuro,
Karanganyar.
6. Filsafat Manusia dalam Pemikiran Muhammadiyah, Tesis Pada Magister
Studi Islam, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun
2016.
Lain-Lain :
a.Mengikuti BIMBEL di UGAMA tahun 2007 cab.Karanganyar.
2. Penerima Beasiswa DIPA Tahun 2008.
3. Penerima Beasiswa DIPA Tahun 2009.
4. Penerima Beasiswa DIPA Tahun 2010.
5. Mengikuti kursus di LP2Q STAIN Surakarta Tahun 2010.
6. Penerima Beasiswa SUPERSEMAR Tahun 2011.
7. Juara III Lomba Karya Ilmiah Individual Mahasiswa IAIN Surakarta
Tahun 2011.
8. Wisudawan terbaik FUD IAIN Surakarta tahun 2012.
Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan
Oleh : K.R.H. Hadjid
Muqoddimah
Sejak pulang dari pondok Termas 1916 saya masuk perkumpulan
Muhammadiyah. Pada waktu itu saya berumur 19 tahun. Kemudian Saya berguru,
berteman dengan K.H. Ahmad Dahlan pendiri perkumpulan Muhammadiyah
tersebut sehingga beliau wafat pada tahun 1923.
Jadi genap 6 tahun saya berkhidmat, berguru dan berteman dengan beliau.
Dalam waktu 6 tahun itu saya tidak mendapat ilmu apapun dari beliau yang dapat
tercatat dalam hati, kecuali hanya 7 perkara. Begitu juga saya yakin, bahwa
kesulitan yang timbul dalam masyarakat umum dan dunia internasional akan
dapat diatasi dengan 7 perkara, yang akan saya terangkan dalam buku ini.
Namun, sebelum saya menerangkan wejangan atau pelajaran dari K.H.
Ahmad Dahlan yang 7 perkara itu, lebih dahulu perlu saya terangkan disini, kitabkitab apa yang mengisi jiwa K.H. Ahmad Dahlan.
Pada mulanya kitab-kitab yang dipelajari atau yang ditela‟ah oleh beliau,
adalah kitab-kitab yang biasa dipelajari oleh kebanyakan para ulama di Indonesia
dan ulama Makkah. Misalnya dalam buku „Aqaid ialah kitab yang beraliran Ahlus
Sunnah wal Jama‟ah, ilmu Fiqh dari Madzhab Syafi‟iyyah, dalam ilmu Tasawuf
menurut imam Al-Ghozali.
Kemudian setelah itu beliau mempelajari Tafsir Al-Manar karangan
Rasyid Ridho, majalah Al-Manar dan Tafsir Juz „Amma karangan Muh. Abduh
dan Muthola‟ah kitab Al Urwatul Wutsqa karangan Jamaluddin Al-Afghani.
Selama mengikuti beliau, saya sering melihat beberapa kitab yang sering menjadi
rujukan Kyai Haji Ahmad Dahlan, yaitu: (1). Kitab Tauhid Muhammad Abduh,
(2). Tafsir Juz „Amma Muhammad Abduh, (3). Kitab Kanzul „Ulum, (4). Dairatul
Ma‟arif karangan Farid Wadji, (5). Kitab-kitab fil bid‟ah karangan Ibnu
Tayyimah, sebagaimana kitab attawassul wal wasilah, (6). Kitab Al-Islam wan-
2
Nashariyyah karangan Muhammad Abduh,(7). Kitab Idharulhaq karangan
Rahmatullah Al-Hindi dan kitab-kitab hadits karangan ulama madzhab Hambali
dan lain-lainnya yang tidak perlu satu-persatunya saya terangkan disini.
Kemudaian daripada itu, risalah dalam Bagian kedua buku ini adalah
dalam upaya mengungkap kembali jiwa Muhammadiyah yang dewasa ini sudah
banyak yang ditinggalkan, khususnya oleh keluarga Muhammadiyah sendiri,
dengan kami ungkapkan ayat-ayat al-Qur`an yang betul-betul diperhatikan dan
dilaksanakan oleh KHA. Dahlan.
Ayat-ayat Al-Quran tersebut terdiri dari 17 kelompok ayat-ayat Al-Qur`an,
yang kami sendiri menghayati bagaimana ayat-ayat tersebut dipraktekkan.
Bagaimana faham KHA. Dahlan dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut,
hendaknya menjadi pegangan pokok pewaris-pewaris Muhammadiyah. Demikian
keteguhan KHA. Dahlan dalam memperjuangkan Islam dapatlah menjadi
pedoman dan perhatian kita bersama.
Bagi keluarga Muhammadiyah setidak-tidaknya mengerti tentang apa dan
bagaimana Kha. Dahlan memahami dan melaksanakan ayat-ayat tersebut.
Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan risalah ini dapat menajadi
pegangan kita semua, sebagai bekal berjuang yang nantinya dapat bermanfaat bagi
Muhammadiyah khususnya, umat Islam umumnya demikian pula masyarakat
pada umumnya.
Perbedaan K.H. Ahmad Dahlan
dengan ulama lainnya
K.H. Ahmad Dahlan di samping mempunyai sifat dzakak (cerdas akalnya)
untuk memahami kitab yang sukar, beliau mempunyai maziyah atau keistimewaan
dalam khauf atau rasa takut terhadap ( )نبـآء العظيمKabar bahaya yang besar) yang
tersebut dalam Al-Qur‟an surat An-Naba‟, sehingga nampak dalam kata-katanya,
pelajaran yang diberikan dan nasehat-nasehat serta wejangan-wejangan beliau.
Pada akhir usianya, ketika beliau sakit nampak sedang dakam sifat
raja‟yaitu mengharap-harap rahmat Tuhan.
3
Seumpama para ulama saya gambarkan sebagai tentara, dan kitab–kitab
yang tersimpan dalam perpustakaan-perpustakaan, toko-toko kitab, saya
gambarkan sebagai senjata-senjata yang tersimpan dalam gudang, maka K.H.
Ahmad Dahlan seperti salah satunya tentara yang tahu mempergunakan
bermacam–macam senjata menurut mestinya. Sehingga K.H. Ahmad Dahlan itu
mendapat berkah dari Allah SWT. Berguna bagi umat Islam Indonesia dan
perkumpulan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan yang
maksudnya untuk patuh mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW mendapat
karunia dan dapat hidup dengan suburnya.
Sekarang tibalah saatnya saya terangkan wujud daripada 7 perkara
pelajaran K.H. Ahmad Dahlan yang sangat penting untuk bekal hidup di dunia
dan akherat.
Pelajaran Pertama
Fatwa K.H. Ahmad Dahlan rahimahullahu ta`ala:
“Kita manusia ini, hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh. Sesudah
mati akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraankah?”
Kerap kali beliau mengutarakan perkataan ulama,
Artinya: “Manusia itu semuanya mati (mati perasaannya) kecuali para
ulama, yaitu orang-orang yang berilmu. Dan ulama-ulama itu dalam
kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramal pun
semuanya dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas dan bersih”.
Keterangan:
Coba buktikanlah. Fikirkanlah dan lihatlah nyata bahwa : Tiap-tiap
manusia masing-masing tertarik dan merasakan hal-hal yang sedang meliputi
dirinya dan disitulah mereka mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Hingga
mereka lupa tidak ingat akan nasibnya di kemudian hari.
Kebanyakan manusia tidak memikirkan nasibnya sesudah mati karena
tergila-gila merasakan kesenangan atau tenggelam merasakan kesusahan, hingga
4
mati perasaannya tidak dapat memikirkan dan merasakan bagaimana nasibnya
dikemudian hari bahagiakah atau sengsarakah?
Ada orang yang membuat perumpamaan demikian: Hidup manusia adalah
seperti seorang yang berdiri diatas pagar sumur, tanah dibawahnya telah rebah,
lagi pula didalam sumur tersebut ada seekor ular yang sangat besar. Orang yang
berdiri diatas pagar sumur sumur itu tidak mengetahui bahwa dia dalam keadaan
yang demikian itu. Dia berpegang pada tali timba di atas sumur yang hamper
putus karena dimakan tikus. Jika akhirnya tali itu putus pasti dia jatuh kedalam
sumur menjadi mangsa ularyang sangat besar tadi. Tapi orang tadi mukanya
menentang ke atas, lidahnya menjilat madu, dia hanya tertarik merasakan
manisnya madu, lengah bahwa tali itu pasti putus, lupa bahwa dia diatas sumur
yang didalamnya terdapat seekor ular yang sangat besar.
Begitulah gambaran manusia hidup didunia, yaitu manusia hanya akan
tertarik merasakan manis dan lezatnya madu yang baru meliputinya, lupa kepada
tali yang dipegang bahwa tali itu pasti putus. Artinya: manusia lupa bahwa
bertambah hari, makin berkurang umurnya, dan makin dekat dengan kepada saat
kematiannya. Keadaan sumur itu menjadi gambaran: didalam sumur ada ularnya
yang sangat besar artinya : ada bahaya yang sangat besar.
Saya ulangi perkataan: hidup didunia hanya sekali buat tebakan, hidup
sekali buat pertaruhan. Itu jelasnya demikian :
a.
Golongan orang–orang yang belum mendapat ajaran agama, atau menolak
ajaran agama, tergesa–gesa mengambil keputusan akan menemui kejadian
apapun tidak ada pengusutan dan tidak ada pembalasan pahala dan hukuman.
b.
Menurut ajaran para nabi, para Rasul dan terutama ajaran nabi Muhammad
saw berganti–ganti, terus–menerus hingga sekarang ini, mereka umat islam
mengambil keputusan bahwa manusia itu ada asal usulnya, sesudah mati akan
menerima akibat pahala ataupun hukuman.
Terhadap orang–orang yang berbuat salah, buruk tingkah lakunya akan
mendapatkan hukuman dan siksa yang sangat pedih. Kalau hidupnya yang
sekali itu sampai sesat, keliru apalagi sampai salah kepercayaan dan tingkah
5
lakunya pasti akan salah terka, akan rugi, celaka dan sengsara selamalamanya.
Bertalian dengan pelajaran pertma ini, didekat meja tulis K.H. Ahmad Dahlan
terpampang papan tulis. Pada papan tersebut suatu peringatan yang khusus
untuk beliau yang selalu diperhatikan siang dan malam. Peringatan itu
berbunyi demikian :
Artinya:
“Hai Dahlan!! Sungguh bahaya yang menyusahkan itu terlalu besar
demikian pula perkara–perkara yang mengejutkan di depanmu, dan
pasti kau akan menemui kenyataan demikian itu, mungkin engkau
selamat tetapi juga mungkin tewas menemui bahaya.”
“Hai Dahlan !! coba bayangkanlah seolah–olah badanmu sendiri
hanya berhadapan dengan Allah saja dan dihadapanmu ada bahaya
maut, peradilan, hisab atay peperiksaan, surga dan neraka. (hitungan
yang akhir itulah yang menentukan nasibmu). Dan fikirkanlah,
renungkanlah apa–apa yang mendekati kau dari pada sesuatu yang ada
dimukamu (bahaya maut) dan tinggalkanlah selain itu”.
Selanjutnya ada lagi tulisan demikian :
“Mereka sangat tertarik kepada dunia karena mendapatkan Ijazah
tanpa sekolah, tetapi mereka yang bersekolah karena senang kepada
akhirat selalu tidak naik kelas, padal sungguh–sungguh belajarnya. Ini
menggambarkan orang yang celaka, sengsara didunia dan diakhirat
karena tidak mau mengekang hawa nafsunya.”
Artinya:“Mengertikah kau, akan orang yang meng-Tuhan-kan Hawa
nafsunya?” (al-Jatsiyah:23)
Sering, setiap teman–teman K.H. Ahmad Dahlan sedang berkumpul,
beliau memberikan peringatan demikian:
“Lengah, Kalau sampai terlanjur terus–menerus lengah, tentu akan
sengsara di dunia dan akhirat. Maka dari itu jangan sampai lengah kita harus
6
berhati–hati. Sedangkan orang yang mencari kemuliaan didunia saja, kalau
hanya seenaknya tidak bersungguh–sungguh tidak akan berhasil, apalagi mencari
keselamatan dan kemuliaan di akhirat. Kalau hanya seenaknya sungguh tidak
akan berhasil”.
Pada
suatu
hari
K.H.
Ahmad
Dahlan
memberi
fatwa
demikian:“Bermacam–macam corak–ragamnya mereka mengajukan pertanyaan
demikian:
“Bermacam-macam corak garamnya mereka menggajukan pertanyaan
soal-soal agama. Tetapi tidak ada satupun yang mengajukan pertanyaan
demikian: harus bagaimanakah supaya diriku selamat dari api neraka? Harus
mengerjakan perintah apa? Beramal apa? Menjauhi dan meninggalkan apa?
Pernyataan K.H. Ahmad Dahlan:
“Orang yang sedang tersangkut perkara criminal, dia takut akan dijatuhi
hukuman penjara. Menunggu–nunggu putusan hakim pengadilan negeri, karena
takut hukuman penjara. Siang dan malam selalu termenung, sampai makan tidak
enak, tidur tidak nyenyak. Selalu gelisah dan kesana kemari mencari Advocat
atau pokrol.
Tentu saja orang mukmin yang takut akan bahaya maut, takut akan diusut
perbuatannya, takut akan diputus perkaranya, takut akan adanya pembalasan
berupa siksa atau hukuman, pasti selalu harus bingung mencari usaha bagaimana
caranya mendapat keselamatan, harus kemana-mana bertanya, bagaimana supaya
dapat selamat. Tidak cukup hanya kira-kira dan diputusi sendiri. Ingatlah : hanya
sekali hidup di dunia untuk bertaruh”.
Pelajaran Kedua
“Kebanyakan diantara manusia berwatak angkuh, dan takabur, mereka
mengambil keputusan sendiri-sendiri.”
Keterangan :
Sebagaimana orang Yahudi yang menganggap bahwa dirinya akan
bahagia, selain orang Yahudi akan sengsara. Begitu juga orang Kristen
7
menganggap bahwa hanya golongannya yang akan bahagia mendapat surga,
lainnya akan sengsara.
Begitulah anggapan tiap-tiap golongan agama, sebagaimana golongan
Majusi, Shabiah dan lain-lainnya lagi. Mereka mempunyai anggapan sendiri
bahwa hanya golongannya saja yang akan selamat, lainnya sengsara. Golongan
islam juga menetapkan demikian. Hanya golongan islam yang selamat dari api
neraka, selain golongan islam akan sengsara.
Sekarang, bagaimana orang yang tidak beragama ? Adapun Golongan
mereka yang tidak berdasar agama ditetapkan oleh golongan-golongan beragama
baik golongan Islam, Yahudi, Kristen, Majusi ataupun golongan agama lainlainnya bahwa golongan yang tidak beragama itu semuanya akan celaka dan
sengsara.
Namun sebaliknya, golongan yang tidak beragama mempunyai anggapan
bahwa manusia itu sesudah mati tidak akan celaka dan tidak akan disiksa.
Maka teranglah disini bahwa tiap-tiap golongan melemparkan kecelakaan
kepada lainnya. Pernyataan fatwa K.H. Ahmad Dahlan:
“Manusia satu sama lain selalu melemparkan pisau cukur, mempunyai
anggapan pasti tepat dia melemparkan celaka kepada orang lain”.
K.H. Ahmad Dahlan heran, mengapa pemimpin-pemimpin agama dan
tidak beragama selalu hanya beranggap, mengambil keputusan sendiri tanpa
mengadakan
pertemuan
antara
mereka,
tidak
mau
bertukar
fikiran
memperbincangkan mana yang benar dan mana yang salah? Hanya anggapananggapan, disepakatkan dengan isterinya, disepakatkan dengan muridnya,
disepakatkan dengan teman gurunya sendiri. Tentu saja dibenarkan. Tetapi
marilah mengadakan permusyawaratan dengan golongan lain di luar golongan
masing-masing untuk membicarakan manakah sesungguhnya yang benar itu? Dan
manakah sesungguhnya yang salah itu?
Keadan demikian itu banyak terdapat dalam golongan satu macam agama,
menganggap salah terhadap sebagian golongan yang lain. Misalnya mereka yang
beragama Kristen Katholik menganggap salah terhadap mereka yang beragama
8
Kristen protestan. Sebaliknya yang beragama Kristen protestan menyalahkan
kepada mereka yang beragama Kristen Katholik.
Begitu juga dalam kalangan ummat islam, mereka yang mengaku menjadi
Ahlu Sunnah wal Jama‟ah menetapkan salah terhadap mereka yang didakwa
termasuk golongan Mu‟tazilah demikian seterusnya.
Pendek kata tiap-tiap golongan dari yang besar sampai yang kecil malah
sampai kepada perseorangan, mereka menganggap bahwa dirinya yang benar dan
sudah benar, kemudian menyalahkan kepada yang lainnya.
Artinya: “Semua golongan bersukaria dengan barang yang ada
dalam golongannya”. (Ar-Rum:21)
Mereka merasa sudah benar tidak memerlukan lagi untuk mengetahui
keadaan golongan lain, tidak memerlukan bermusyawarah dengan golongan lain
dan mengabaikan terhadap hujjah atau alasan golongan lain. Sudah teguh
pendiriannya sengaja tidak mau membanding – banding atau menimbang.
Tetapi kenyataanya satu sama lain selalu bertengkar, berselisih dan
bermusuhan. Padahal sudah menjadi kepastian bahwa barang yang diperselisihkan
itu kalau sudah diselidiki, tentu akan terdapat mana yang benar dan mana yang
salah. Hanya satu yang benar diantara yang banyak itu. Tersebut dalam Al Qur‟an
:
Artinya: “Maka tidak ada sesudahnya yang benar, kecuali yang salah.”
(QS. Yunus: 32)
Apakah sebanyak perselisihan itu benar semua? Hanya sekali hidup di
dunia kalau sampai salah akan celaka. Tetapi bagaimana pun mereka hanya selalu
menganggap dirinya sudah benar dan merasa dalam kebenaran dan hanya
memutuskan sendirian, merasa sudah memakai alasan yang syah tidak khawatir
9
kalau salah. Hanya sekali hidup di bumi untuk bertaruh. K.H. Ahmad Dahlan
membacakan surat Al-`Araf : 99 :
Artinya: “Tidaklah khawatir akan siksa Allah, kecuali mereka golongan
rugi”.
yang
Pelajaran Ketiga
“Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali,
berulang – ulang maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan
yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk di robah. Sudah
menjadi tabi‟at, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah
diterima, baik pun dari sudut keyakinan atau I‟tiqad, perasaan kehendak mau pun
amal
perbuatan.
Kalau
ada
yang
akan
merobah,
sanggup
membela
dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapan bahwa apa
yang dimiliki adalah benar.”
Keterangan:
Hati atau nafsu manusia itulah ada ibarat sebuah botol yang tidak berisi.
Mula-mula lahir di dunia suci-bersih, kemudian orang tuanya diberi tuntunan, dari
pergaulannya mendapat pendidikan dan pelajaran, baikpun dari teman, guru atau
pun dari orang-orang tua di kampong halamannya. Dengan demikian masuklah
beberapa pengetahuan yang mempengaruhi kepada akal fikiran, perasaan,
kehendak dan perbuatannya, tercetak dalam nafsunya hingga menjadi kesenangan
dan kepuasan dan menjadi keteguhan kemudian menganggap hanya itu yang
benar. Bilamana apa berbeda dengan dirinya dianggapnya itu salah.
Manusia tetap seperti botol, selalu menerima sembarang apa yang
mengisinya. Umpama keturunan dari seorang yang tidak beragama, tetap akan
menolak beragama. Begitu pula anak keturunan yang beragama Kristen diisi
10
pelajaran Kristen sampai dewasa tetap beragama Kristen. Anak-anak keturnan
yang beragama Yahudi mulai kecil dididik, diajar agama Yahudi sampai dewasa
teguh menjalankan agama Yahudi. Demikian seterusnya seperti botol, selalu
menerima apa saja yang diisikan. Semuanya hanya Taqlid, menirukan tingkah
laku orang tuanya dan guru-gurunya, menirukan tingkah laku temannya.
Disebutkan dalam Al Qur‟an surat Luqman ayat 21:
Artinya: “Bahkan kami menganut apa-apa yang telah kami jumpai (kami terima)
dari orang-orang tua kami”
Sudah menjadi kebiasaan mereka menganggap terhadap apa yang telah
diterima, itu yang benar selainnya yang tidak cocok dianggap salah dan dianggap
musuh, sehingga anggapannya itu dibela dengan mencari-cari alasan, mencari-cari
dalil untuk membela apa yang telah diterima itu dan menolak tidak
memperdulikan alasan-alasan dalil yang bertentangan dengan apa yang telah
dipegang
teguh.
Pernyataan
Syekh
Muh.
Abduh
r.a:
Artinya: “Kebanyakan manusia mula-mula sudah mempunyai pendirian. Setelah
itu baru mencari dalil dan tidak mau mencari dalil selain yang sudah cocok
dengan keyakinannya jarang sekali mereka mencari dalil untuk dipakai dan
diyakinkan.”
Pernyataan K.H. Ahmad Dahlan:
“Orang yang mencari barang yang hak itu perumpamaannya demikian :
Seumpama ada pertemuan antara orang islam dan orang Kristen, yang beragama
islam membawa kitab suci Al Qur‟an dan yang beragama Kristen membawa bible
(perjanjian lam dan baru), kemudian kedua kitab suci itu diletakan diatas meja.
Kemudian kedua orang tadi mengosongkan hatinya kembali kosong sebagaimana
asal manusia tidak berkeyakinan apapun. Seterusnya bersama-sama mencari
kebenaran mencari tanda bukti yang menunjukkan kebenaran. Lagi pula
pembicaraannya dengan baik-baik tidak ada kata kalah dan menang. Begitu
seterusnya. Demikianlah kalau memang semua itu membutuhkan barang yang
11
hak. Akan tetapi sebagian besar daripada manusia hanya anggap-anggapan
saja,diputuskan sendiri. Mana kebiasaan yang dimilikinya dianggap benar dan
menolak mentah–mentah terhadap yang lainnya yang bertentangan dengan
miliknya. Artinya:
“Manusia itu semua benci kepada yang yang tidak diketahui.”
Artinya: “Maka berilah kabar gembira kepada hambaku yang (mereka
itu) mau mendengarkan ucapan, kemudian mereka itu menganut yang
lebih baik (benar). Orang–orang yang demikian ialah orang–orang yang
mendapat petunjuk dari Allah. Dan orang-orang itulah yang mempunyai
hati (akal yang sempurna)”. (Az-Zumar:17-18).
Keterangan:
Manusia itu perlu sekali mendengarkan segala fatwa ucapan. Dari siapa
saja harus didengar. Jangan sampai menolak, tidak mau mendengarkan suara dari
pihak lain. Selanjutnya suara-suara tadi harus difikir sedalam-dalamnya dan
ditimbang-timbang, disaring dan dpilih mana yang benar.
Manusia perlu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Manusia yang tahu caranya mencuri, tidak bisa ditetapkan sebagai pencuri kecuali
kalau memang benar-benar dia itu mencuri. Begitu juga Kristen yang faham seluk
beluk tentang agama Islam, belum tetap menjadi orang kecuali kalau dia itu benarbenar mengamalkan agama islam. Dan begitu pula sebaliknya orang islam pun
yang tahu seluk beluk agama Kristen juga tidak lalu ditetapkan menjadi orang
Kristen, kecuali kalau memang mengamalkannya tersebut dalam hadits, nabi
Muhammad saw berdo‟a demikian:
Artinya: “Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami akan barang yang hak
sehingga kami dapat benar–benar mengetahui kebenarannya. Dan kami
berharap karunia dari pada engkau supaya dapat kami mengikuti dan
12
menetapi barang yang hak itu. Ya Tuhan Allah, kami mengharap agar
engkau memperlihatkan kepada kami akan barang yang batal (salah),
sehinga kami dapat benar–benar mengetahui kebathilannya dan kami
mengharap karunia dari engkau supaya kami dapat menjauhinya”
Keterangan:
Manusia pada biasanya kalau menerima fatwa orang yang dianggap guru
besar, lalu taqlid, menurut tanpa mengetahui dalil dan tergesa-gesa menolak fatwa
dari pihak lain. Lebih-lebih kalau pihak lain itu dianggap musuh.
Pernyataan sayidina Ali r.a :
Artinya: “Pikirkanlah apa yang diucapkan, jangan melihat kepada orang
yang mengucapkan. Kenalilah kebenaran itu dengan pengetahuan yang benar,
jangan dengan memandang orang.”
Kesimpulannya demikian: “Apa saja seperti pengetahuan, kepercayaan,
perasaan, kehendak, tingkah laku, yang kau miliki, yang tumbuhnya dari
kebiasaan jangan tergesa-gesa diputus sendiri lalu dianggap benar. Hendaklah
dipikir dahulu dibanding dan dikoreksi, apakah sungguh sudah benar.
Manusia belum memperoleh barang hak adalah sebab karena masih bodoh
akan apa sebenarnya barang yang hak, atau sebab menolak barang yang hak,
karena yang membawa yang hak itu dianggap musuh atau bodoh.
Pelajaran Keempat
Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersamasama mempergunakan akal fikirannya untuk berfikir, bagaimana sebenarnya
hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? hidup di dunia
harus mengerjakan apa? dan mencari apa? dan apa yang dituju? Manusia harus
mempergunakan
akal
fikirannya
untuk
mengoreksi
soal
I‟tikad
dan
kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran
13
yang sejati, karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat, akibatnya
akan celaka dan sengsara selama-lamanya.
Artinya: “Adakah engkau menyangka, bahwasannya kebanyakan manusia, suka
mendengarkan atau memikir– mikir? Mau mencari ilmu yang benar? (AlFurqon:44).
Pelajaran Kelima
Setelah
manusia
bermacam–macam
mendengarkan
membaca
beberapa
pelajaran-pelajaran
tumpuk
buku
fatwa
dan
yang
sesudah
memperbincangkan, memikir-mikir, menimbang, membanding-banding kesana
kemari, barulah mereka itu dapat memperoleh keputusan, memperoleh barang
yang benar yang sesungguh-sungguhnya. Dengan akal fikirannya sendiri dapat
mengetahui dan menetapkan inilah perbuatan yang benar.
Sekarang, kebiasan manusia tidak berani memegang teguh pendirian dan
perbuatan yang benar karena khawatir kalau menempati barang yang benar akan
terpisah dari apa-apa yang sudah menjadi kesenangannya khawatir akan terpisah
dengan teman-temannya. Pendek kata banyak kekhawatiran itu yang akhirnya
tidak berani mengerjakan baran yang benar, kemudian hidupnya seperti makhluk
yang tak berakal hidup asal hidup tidak menempati kebenaran.
Artinya: “Adakah engkau kira bahwasannya kebanyakan manusia itu suka
mendengarkan (pelajaran yang benar) atau suka memikir-mikir (menetapi
14
perbuatan yang benar)? Sungguh tidak !!! tak lain dan tak bukan mereka itu
hanyalah sebagai hewan malah mereka itu lebih sesat lagi jalan yang ditempuh.“
(Q.S Al-Furqon 44).
Keterangan :
Kalau kehidupan hewan berebut dan merampas hak lain tidak tahu
peraturan tidak mengerjakan barang benar itu sudah semestinya. Karena hewan
tidak tidak mempunyai akal, tidak dapat berfikir, jadi tidak bersalah. Tetapi kalau
manusia bagaimana? Manusia mengerti barang yang benar, mengerti barang yang
salah, tetapi perbuatannya selalu tidak menepati kebenaran dan tidak tahu gunanya
hidup tidak tahu hikmah dia dijadikan.
Fatwa K.H. Ahmad Dahlan:
“Manusia tidak menuruti, tidak memperdulikan barang yang sudah terang
benar bagi dirinya. Artinya diri sendiri, fikirannya sendiri, sudah dapat
mengatakan itu benar, tetapi tidak mau menuruti barang yang benar, karena
takut mendapat kesukaran takut berat dan macam-macam yang dilhawatirkan
karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakit akhlak (budi pekerti)
hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk.”
K.H. Ahmad Dahlan sering berbisik–bisik membaca sya‟ir:
“Dalam agamaku terang benderang bagi orang yang mendapat petunjuk
tetapi hawa nafsunya (menuruti kesenangan) merajalela dimana-mana kemudian
menjadikan akal mansia menjadi buta.”
Fatwa K.H. Ahmad Dahlan:
“Mula–mula agama islam itu cemerlang, kemudian kelihatan makin
suram. Tetapi sesungguhnya yang suram itu adalah manusianya bukanlah
agamanya.”
Agama adalah bukan barang yang kasar, yang harus dimasukan kedalam
telinga, akan tetapi agama Islam adalah agama fitrah. Artinya ajaran yang
mencocoki kesucian manusia. Sesungguhnya agama bukanlah amal lahir yang
dapat dilihat. Amal yang kelihatan itu hanyalah manifestasi dan daya dari ruh
agama. Sesungguhnya agama itu ialah:
15
Artinya: “Condongnya nafsu ruhani naik kepada kesempurnaan tertinggi
yang suci dan luhur, bersih dari pengaruh kebendaan.”
Jadi orang menetapi agama ialah orang yang condong kepda kesucian
iman kepada Allah bersih dari pengaruh yang bermacam-macam. Tersebut dalam
Al Qur‟an surat Ar ruum ayat 30 :
Artinya: “Luruskanlah mukamu mengahdap agama islam dengan
condongnya
hati (kepada Allah) yaitu agama ciptaan Allah. Allah yang telah menjadikan
manusia bersesuaian dengan kesucian agama itu. Tidak ada bandingan bagi
ciptaan Allah itu. Demikian tadi adalah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.”
Keterangan :
1. Manusia asal mulanya suci
2. Kemudian manusia kemasukan adat atau kebiasaan kotor lalu hatinya
mengandung penyakit
3. Kemudian menolak ajaran-ajaran yang baik yang suci dan yang benar
4. Manusia harus mengadakan kebersihan diri dari kotoran-kotoran yang ada
dalam hati. Setelah hatinya jernih, baru dapat menerima ajaran-ajaran para rasul,
kemudian baru dapat meningkat naik ke alam kesucian
Pelajaran Keenam
“Kebanyakan pemimpin–pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan
harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam
kebenaran. Malah pemimpin–pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan,
memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah.”
Pelajaran Ketujuh
Pelajaran terbagi kepada dua bagian:
16
1. Belajar Ilmu (pengetahuan dan teori)
2. Belajar amal (mengerjakan, memperaktekan) Semua pelajaran harus dengan
cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat. Misalnya : seorang anak
akan mempelajari huruf a, b, c, d kalau belum faham benar-benar tentang 4
huruf
a,
b,
c,
d
itu,
tidak
perlu
ditambah
pelajarannya dengan e, f, g, h. Demikian juga belajar beramal, harus dengan
cara bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan tidak perlu
ditambah.
Penutup
Keterangan tentang ajaran K.H. Ahmad Dahlan saya cukupkan sekian saja.
Mudah–mudahan menjadi modal, pegangan untuk bangkit dan membangun,
mengembalikan perkumpulan Muhammadiyah kepada asal mulanya.
Dalam penutup keterangan saya ini, saya utarakan soal-soal yang perlu
kita fikirkan, demikian sebagai berikut:
1. Adakah kita menyangka, bahwa hidup manusia itu dibiarkan begitu
saja, merdeka menurut kesenangannya sendiri–sendiri, semau-maunya?
Merasa tidak akan bertanggung jawab dan tidak akan ada pertanyaan
dan tuntutan?
2. Adakah manusia dijadikan oleh Allah hanya supaya bermain–main
sesuka hati dan hidup semaunya?
3. Adakah kita mempunyai sangkaan bahwa selama–lamanya akan tetap
hidup tidak akan mati? Tak akan kembali kehadirat ilahi, tidak akan
diusut dan diadili? Coba jawablah!! 4. Adakah kita belum mendengar,
bahwa pesuruh Ilahi Nabi Muhammad saw adalah seorang pemimpin
dunia yang telah datang, membawa agama yang benar yan termasyhur
di dunia untuk menunjukkan kepada jalan yang lurus, yang
mendatangkan kebahagiaan yang sudah nyata jasanya dalam
masyarakat?
17
Kalau sudah mendengar, apa sudah kita melaksanakan dengan sungguhsungguh?
Artinya:“Mudah-mudahan engkau memberi petunjuk kepada kami kepada jalan
yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah engkau beri
kenikmatan, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang
sesat.”
Muqoddimah
Angggaran Dasar Muhammadiyah
“Dengan nama Allah yang Maha pemurah dan Penyayang. Segala puji
bagi Allah yang mengasuh semua alam; yang maha pemurah dan penyayang;
yang memegang pengadilan pada hari kemudian; hanya kepada engkau kami
menyembah dan hanya kepada engkau kami memohon pertolongan; berilah
petunjuk kepada hamba jalan yang lapang; jalan orang-orang yang telah engkau
beri kenikmatan yang tidak dimurkai dan tidak tersesat lagi.”
“Saya ridho ber-Tuhan kepada ALLAH, beragama kepada ISLAM,
bernabi kepada MUHAMMAD rasulullah saw.” Amma ba‟du , bahwa
sesungguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Bertuhan dan
beribadah
serta
tunduk
dan
ta‟at
kepada
Allah
adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama
manusia. Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hokum qudrat) Allah atas
kehidupan manusia di dunia ini. Masyarakat yang sejahtera, aman, damai,
18
makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan diatas dasar keadilan, kejujuran,
persaudaraan and gotong-royong bertolong-tolongan dengan bersendikan hokum
Allah yang sebenarnya, lepas daripada pengaruh syaitan dan hawanafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian nabi yang bijaksana dan
berjiwa suci adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan
sebaik-baiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang mana pun juga, ada
kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku bertuhan kepada Allah.
Agama islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian nabi, sejak nabi
adam a.s sampai nabi Muhammad saw dan diajarkan kepada umatnya masingmasing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.
SYAHDAN, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa
sebagai yang tersebut diatas itu, tiap-tiap orang terutama orang islam, umat yang
percaya akan Allah dan hari kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian nabi
yang suci; beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan
segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di
dunia
ini,
dengan
niat
yang
murni,
tulus
dan
ikhlas
karena
Falsafah Ajaran KH. Ahmad Dahlan K. H. A. Hajid (Edisi Revisi Th 2004) 18
Allah semata-mata dan hanya mengharapkan ridho-Nya belaka, serta mempunyai
rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya; lagi pula harus
sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan
yang menimpa dirinya atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan
penuh
pengharapan
atas
perlindungan
dan
pertolongan
Allah yang maha kuasa. Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang
demikian
itu
maka
dengan berkat rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al Qur‟an surat
Ali Imron ayat 104
19
Artinya: “Adalakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak
kepada keislaman, menyruh kepada kebaikan dan mencegah daripada
keburukan. Mereka itulah golongan yangb eruntung berbahagia.”
Pada tanggal 8 dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan 18 November
1912 miladiyah oleh alm. K.H. Ahmad Dahlan didirikanlah suatu persyarikatan
sebagai “Gerakan Islam” dengan nama “Muhammadiyah” yang disusun dengan
majlis-majlis atau bagian-bagiannya mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan
“syura”
yang
dipimpin
oleh
hikmah
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan atau “muktamar” Kesemuanya itu perlu untuk menunaikan
kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah rasulNya
Nabi Muhammad saw guna mendapat karunia dan ridhoNya di dunia dan akhirat
dan untuk mencapai masyarakat yang sentosa dan bahagia disertai nikmat dan
rahmat Allah yang melimpah-limpah sehingga merupakan
(negara yang indah,
bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan yang maha Pengampun).
Maka dengan Muhammadiyah ini mudah-mudahan umat Islam dapat diantarkan
kepintu gerbang syurga “Jannatun Na‟im” dengan keridhoan Allah yang Rahman
dan Rahim.***
20
Judul
Filsafat manusia dalam
Pemikiran Muhammadiyah
Dibedakan
Ontologi:
Manusia
berasal dari
Tuhan
menjadi
Objek formal
Filsafat
manusia
Objek material
Pemikiran
muhammadiyah
Epistemologi
:
Berfikir dan
bertafakur
Aksiologi:
Rausyan-fikr
dan
monodualis
Kerangka
teoritis
Filsafat ilmu
a. Ontologi
b. Epistemo
logi
c. Aksiologi
21
CURRICULUM VITAE
Nama
: Tabah Sulistyono
Tempat, Tanggal Lahir
: Karanganyar, 17 Juni 1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
NBM
: 1120 8815 1202263
Pekerjaan
: Guru Tetap Yayasan Muhammadiyah
Alamat kantor
: MI Muhammadiyah Karanganyar dengan alamat Jln.
Ci Tarum I, no. 9, Tegalgede, Karanganyar,
Karanganyar.
Hp
: 085 329 012 062
Alamat
1. Rumah
: Jalan Nanthi-Jatikuwung Km.2, Gang Noyo no.3
Gondopolo, Jatisuko, Jatipuro, Karanganyar, Jawa
Tengah.
2. E-mail
: [email protected]
3. Facebook
: Tabah Sulistyo Nayarana
4. Blog
: www.Sang _Pemuja_Kesepian.blogspot.com
Orang Tua
1. Ayah
: Kasingun
2. Ibu
: Samiyem
Riwayat Pendidikan
1. SD
: SDN 03 Jatisuko (1995-2001)
2. SMP
: SMP N 2 Jatipuro (2001-2004)
3. SMA
: MAN Karanganyar, jurusan IPA (2004-2007)
4. Perg.Tinggi
: S1- IAIN Surakarta, prodi Aqidah-filsafat
(2007-2012)
S2-Pascasarjana UMS, Magister Pemikiran Islam
(2013-2016)
22
Pengalaman Organisasi
1.
:
Sekretaris Umum Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kecamatan
Jatipuro (2012-2016).
2.
Sekretaris PRM Masjid Al-Muttaqin Gondopolo, Jatisuko, Jatipuro.
3.
Sekretaris Umum FOSHIQ Desa Jatisuko
4.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Kecamatan Jatipuro
5. Sekretaris takmir Masjid al-Muttaqin Gondopolo (2007-sekarang).
6.
Moderator Tetap pada Diskusi Bulanan Rutin PCPM kecamatan Jatipuro.
7.
Pengurus IRMAS AN-NAHL Jatisuko (2003-sekarang).
8.
Pengurus Osis-Ambalan (2005-2007).
9.
Anggota Penasehat Buletin Rohis (2006-2007).
10. Bendahara IMANKA 2007 (2008-sekarang).
11. Anggota Dewan Masjid Jatisuko (2009-sekarang).
12. Ketua TPQ AL-UMMKHOM Jatisuko (2009-2013).
13. Pjs. Ketua Karang Taruna MAESTO KENCONO.
14. Anggota HIMAKA (2011-sekarang).
15. Pengurus BEM-J Ushuluddin (2007-2008).
16. Panitia Pemilihan Presiden BEM-J Ushuluddin tahun 2007.
17. Pelopor dan anggota USS One-Jur.Ushuluddin
18. Team editor majalah Masyarakat Kata (2010-2012).
19. Ketua KKN-Transformatif di kec. Sambi, Boyolali (2010).
Karya Ilmiah:
1. Ensiklopedi Abad 19, makalah disampaikan pada Lomba Karya Ilmiah
Individual Mahasiswa IAIN Surakarta Tahun 2011.
2. Insan Kamil: Studi Tasawuf dalam Serat Centhini, Skripsi S1 pada
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta.
3. Fungsi Kajian Filsafat: Suatu Kajian tentang Pemikiran ST. Aquinas dan
Fungsinya bagi Aqidah Umat Islam, makalah disampaikan pada Diskusi
Bulanan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Kecamatan Jatipuro
23
pada tanggal 19 Ramadhan 1436 H di masjid Tanjung, Jatisobo, Jatipuro,
Karanganyar.
4. Konsep Manusia dalam Al-Qur`an: Suatu Tinjauan Filsafat, makalah
disampaikan
pada
Diskusi
Bulanan
Pimpinan
Cabang
Pemuda
Muhammadiyah Kecamatan Jatipuro pada tanggal 18 Syawal 1436 H di
masjid Pucangsari, Jatiwarno, Jatipuro, Karanganyar.
5. Perbuatan Manusia dalam Muhammadiyah: Tinjauan Teologis, makalah
disampaikan
pada
Diskusi
Bulanan
Pimpinan
Cabang
Pemuda
Muhammadiyah Kecamatan Jatipuro pada hari Ahad Kliwon, 28 Jumadil
Awwal 1437 H /6 Maret 2016 M di masjid Hasna, Jatikuwung, Jatipuro,
Karanganyar.
6. Filsafat Manusia dalam Pemikiran Muhammadiyah, Tesis Pada Magister
Studi Islam, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun
2016.
Lain-Lain :
a.Mengikuti BIMBEL di UGAMA tahun 2007 cab.Karanganyar.
2. Penerima Beasiswa DIPA Tahun 2008.
3. Penerima Beasiswa DIPA Tahun 2009.
4. Penerima Beasiswa DIPA Tahun 2010.
5. Mengikuti kursus di LP2Q STAIN Surakarta Tahun 2010.
6. Penerima Beasiswa SUPERSEMAR Tahun 2011.
7. Juara III Lomba Karya Ilmiah Individual Mahasiswa IAIN Surakarta
Tahun 2011.
8. Wisudawan terbaik FUD IAIN Surakarta tahun 2012.